• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan antara Model Discovery Learning dengan Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN Tegalombo 04 Kecamatan Dukuhseti Pati Semester II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan antara Model Discovery Learning dengan Model Pembelajaran Picture and Picture terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN Tegalombo 04 Kecamatan Dukuhseti Pati Semester II "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tegalombo 04

Dukuhseti Pati. Subjek penelitian siswa kelas 5 sebanyak 22 siswa dan

sekolah terletak di wilayah Dukuhseti Pati. Lingkungan sekolah masih bagus

dan fasilitasnya cukup lengkap, posisi tempat duduk 1 meja untuk 2 siswa,

ruangan cukup luas sehingga dapat membuat siswa merasa nyaman pada

saat belajar. Sekolah dasar ini juga memiliki perpustakaan yang luas dan

dilengkapi dengan buku-buku pembelajran yang cukup lengkap.

Adapun alasan yang menjadi pertimbangan penelitian memilih SDN

Tegalombo 04 Dukuhseti Pati adalah penulis sangat mengenal

sedikit-banyak kondisi sekolah sehingga hal ini memudahkan penulis dalam

melakukan penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan pada

mata pelajaran IPA (Sifat-Sifat Cahaya) di kelas 5 (SDN Tegalombo 04

Dukuhseti Pati) dan kelas 5 (SDN Tegalombo 03 Dukuhseti Pati). Dalam

penelitian ini, dibagi menjadi dua kelas yaitu: kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas 5 (SDN Tegalombo 04 Dukuhseti

Pati) yang berjumlah 22 siswa dan kelas kontrol adalah 5 (SDN Tegalombo

03 Dukuhseti Pati) yang berjumlah 20 siswa.

4.2 Hasil Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif sehingga

peneliti perlu memaparkan hasil analisis data, validitas, reliabilitas,

instrumen, uji normalitas, dan uji hipotesis data.

4.2.1Analisis Deskriptif Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen

Analisis deskriptif pretest dan post-test kelas eksperimen yang

merangkum data empirik hasil belajar siswa SDN Tegalombo 04 sebelum

mengikuti pembelajaran yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik

(2)

deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0 for window. Dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Analisis Deskriptif Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel untuk pretest

kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 22 siswa yang ada di

SDN Tegalombo 04 yaitu memperoleh nilai hasil pretest bergerak dari nilai

terendah (minimum) 40,00 sampai nilai tertinggi (maximum) 75,00 dengan

rata-rata nilai (mean) sebesar 59,5455 dan standar deviasi 10,79121.

Sedangkan untuk postest kelas eksperimen dapat diketahui bahwa variabel

dengan jumlah data (N) sebanyak 22 siswa yang ada di SDN tegalombo 04

yaitu memperoleh nilai hasil posttest bergerak dari nilai terendah (minimun)

60,00 sampai nilai tertinggi (maximum) 90,00 dengan rata-rata nilai (mean)

sebesar 77,9545 dan standar deviasi 8,95213. Jumlah siswa yang mengikuti

pretest dan posttest ini sebanyak 22 siswa.

Karena jumlah data yang disajikan cukup banyak, maka data disusun

menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajiannya lebih efisien dan

komunikatif. Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas

interval yang diperoleh dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal

dibagi jumlah kelas. Dalam menentukan jumlah kelas, menggunakan rumus

Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K= 1 + 3,3 log n. K merupakan jumlah

kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation nilai pretest 22 40.00 75.00 59.5455 10.79121

nilai postest 22 60.00 90.00 77.9545 8.95213

(3)

diperoleh K = 1+ 3,3 log 22 = 1+3,3 . 1,34 = 5,64 atau dibulatkan menjadi

6. Sedangkan interval kelas didapatkan dari hasil rentang (skor

maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas yaitu = 8,3. Untuk melihat hasil

distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen SD

Negeri Tegalombo 04 Kecamatan Dukuhseti, Pati dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Tegalombo 04 Kecamatan Dukuhseti, Pati

No. Kelas

Kelas Interval

Nilai Pretest Nilai Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 40 – 48,3 3 13,6% 0 0%

terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai antara 40 – 48,3 dengan persentase

13,6%, 7 siswa yang mendapatkan nilai antara 48,4 – 56,7 dengan

Sedangkan pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak

(4)

Kemudian tidak ada siswa yang mendapatkan nilai antara 48,4 – 56,7

dengan persentase 0%, yang mendapatkan nilai antara 56,8 – 65,1 sebanyak

3 siswa dengan persentase 13,6%, yang mendapatkan nilai antara 65,2 –

73,5 sebanyak 3 siswa dengan persentase 13,6% dan sebanyak 8 siswa

mendapatkan nilai antara 73,6 – 81,9 dengan persentase 36,36%. Terakhir 8

siswa yang mendapat nilai antara 82 – 90,3 dengan presentase sebesar

36,36%. Untuk lebih memperjelas daftar distribusi frekuensi nilai pretest

(5)

Gambar 4.1

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Tegalombo 04 Kecamatan Dukuhseti, Pati

4.2.2Analisis Deskriptif Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol

Analisis deskriptif pretest dan posttest kelas kontrol yang merangkum

data empirik hasil belajar siswa SDN Tegalombo 03 sebelum mengikuti

pembelajaran yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran

skor minimum, maksimum, mean, standar deviasi. Analisis deskriptif

dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0 for window. Dapat dilihat pada table

4.2.

Tabel 4.3

Analisis Deskriptif Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel untuk pretest

kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 20 siswa yang ada di SDN

Tegalombo 03 yaitu memperoleh nilai hasil pretest bergerak dari nilai

terendah (minimum) 40,00 sampai nilai tertinggi (maximum) 70,00 dengan

rata-rata nilai (mean) sebesar 54,2500 dan standar deviasi 9,35766.

Sedangkan untuk posttest kelas kontrol dapat diketahui bahwa variabel Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

nilai pretest 20 40.00 70.00 54.2500 9.35766

nilai postest 20 50.00 85.00 66.5000 9.04666

(6)

dengan jumlah data (N) sebanyak 20 yang ada di SDN Tegalombo 03 yaitu

memperoleh nilai hasil posttest bergerak dari nilai terendah (minimum)

50,00 sampai nilai tertinggi (maximum) 85,00 dengan rata-rata nilai (mean)

66,5000 dan standar deviasi 9,04666.

Karena jumlah data yang disajikan cukup banyak, maka data disusun

menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajiannya lebih efisien dan

komunikatif. Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas

interval yang diperoleh dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal

dibagi jumlah kelas. Dalam menentukan jumlah kelas, menggunakan rumus

Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K= 1 + 3,3 log n. K merupakan jumlah

kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka

diperoleh K = 1+ 3,3 log 20 = 1+3,3 . 1,30 = 5,29 atau dibulatkan menjadi

5. Sedangkan interval kelas didapatkan dari hasil rentang (skor

maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas yaitu 9. Untuk melihat hasil

distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen SD

Negeri Tegalombo 03 Kecamatan Dukuhseti, Pati dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Tegalombo 03 Kecamatan Dukuhseti, Pati

No. Kelas

Kelas Interval

Nilai Pretest Nilai Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(7)

siswa mendapatkan nilai antara 70 – 79 dengan persentase 10%, dan tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai antara 80–89 dengan persentase 0%.

Sedangkan pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai antara 40 – 49 dengan persentase 0%.

Kemudian 2 siswa yang mendapatkan nilai antara 50 – 59 dengan persentase

10%, yang mendapatkan nilai antara 60 – 69 sebanyak 10 siswa dengan

persentase 50%, yang mendapatkan nilai antara 70 – 79 sebanyak 5 siswa

dengan persentase 15%. Untuk lebih memperjelas daftar distribusi frekuensi

nilai pretest dan posttest di atas maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai

berikut.

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SD Negeri Tegalombo 03 Kecamatan Dukuhseti, Pati

4.2.3Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas pada table di bawah ini:

Table 4.5

Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen dengan One-Sample kolmogorov-Smomov Test

kontrol Eksperimen

N 20 22

Normal Parametersa Mean 54.2500 59.5455

Std. Deviation 9.35766 10.79121

(8)

Dari uji normalitas hasil belajar pretest kelompok kontrol dan

eksperimen didapat sebagai berikut:

1. Nilai prestest kelompok kontrol dengan teknik One Sample

Kolmogorov-Smirov Test. Dari tabel tersebut nampak nilai signifikasi 0,572. Jika nilai

Signifikansinya >0,05, maka data berdistribusi normal. Nilai

Signifikansi yang diperoleh adalah 0,572> 0,05, maka diambil

kesimpulan nilai hasil belajar pretest kelompok kontrol berdistribusi

normal.

2. Nilai prestest kelompok eksperimen dengan teknik One Sample

Kolmogorov-Smirov Test. Dari tabel tersebut nampak nilai signifikasi

0,691. Jika nilai Signifikansinya >0,05, maka data berdistribusi normal.

Nilai Signifikansi yang diperoleh adalah 0,691>0,05, maka diambil

kesimpulan nilai hasil belajar pretest kelompok eksperimen berdistribusi

normal.

Table 4.6

Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar

Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol dengan

Differences Positive .175 .130

Negative -.131 -.152

Kolmogorov-Smirnov Z .783 .712

Asymp. Sig. (2-tailed) .572 .691

(9)

One-Sample kolmogorov-Smomov Test

Dari uji normalitas hasil belajar postest kelompok kontrol dan

eksperimen didapat sebagai berikut:

1. Nilai postest kelompok kontrol dengan teknik One Sample

Kolmogorov-Smirov Test. Dari tabel tersebut nampak nilai signifikasi 0,641. Jika nilai

Asimp. Signifikansinya >0,05, maka data berdistribusi normal. Nilai

Signifikansi yang diperoleh adalah 0,641>0,05, maka diambil

kesimpulan nilai hasil belajar postest kelompok kontrol berdistribusi

normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kontrol Eksperimen

N 20 22

Normal Parametersa Mean 66.5000 77.9545

Std. Deviation 9.04666 8.95213 Most Extreme

Differences

Absolute .166 .148

Positive .166 .129

Negative -.136 -.148

Kolmogorov-Smirnov Z .742 .694

Asymp. Sig. (2-tailed) .641 .721

(10)

2. Nilai postest kelompok eksperimen dengan teknik One Sample

Kolmogorov-Smirov Test. Dari tabel tersebut nampak nilai signifikasi

0,721. Jika nilai Signifikansinya >0,05 maka data berdistribusi normal.

Nilai Signifikansi yang diperoleh adalah 0,721>0,05, maka diambil

kesimpulan nilai hasil belajar postest kelompok eksperimen berdistribusi

normal.

4.2.4 Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini pada prinsipnya yaitu untuk menguji data atau

kelompok yang mempunyai varians sama atau homogen diantara kelompok

yang ingin di uji. Jika data atau kelompok variansnya sama maka dikatakan

ada homogenitas.

Table 4.7

Hasil uji homogenitas hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Nilaipretest Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.746 1 40 .393

Data populasi homogen jika signifikasi <0,05, maka Ho di tolak berarti

data populasi tidak homogen. Data dari table diatas menunjukkan bahwa

signifikansi 0,393>0,05, maka Ho diterima berarti data yang diperoleh

homogen.

Tabel 4.8

Hasil uji homogenitas posttest hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Nilaipostest Levene

Statistic df1 df2 Sig.

(11)

Data populasi homogen jika signifikasi <0,05, maka Ho di tolak berarti

data populasi tidak homogen. Data dari table diatas menunjukkan bahwa

signifikansi 0,894>0,05, maka Ho diterima berarti data yang diperoleh

homogen.

4.2.5Analisis Deskriptif Variabel Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut:

Langkah pertama:

Langkah pertama yaitu guru menyiapkan alat-alat yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga memeriksa

kesiapan siswa.

Langkah kedua:

Langkah selanjutnya adalah siswa diberi apersepsi berupa tanya jawab

antara guru dan siswa, Mengapa kaca jendela rumahmu merupakan kaca

yang bening? Bagaimana jika jendela rumahmu tersebut ditutup dengan

triplek atau gorden? (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

Langkah ketiga :

Siswa merumuskan hipotesis. Pada kegiatan merumuskan hipotesis

siswa menduga-duga sebagai jawaban sementara berdasarkan apersepsi

tentang sifat-sifat cahaya.

Langkah keempat:

Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh

guru melalui penggalian hipotesis siswa.

Langkah kelima:

Siswa bersama-sama memperhatikan penjelasan guru tentang sifat

(12)

Siswa memperhatikan demontrasi tentang sifat-sifat cahaya yang

dicontohkan oleh guru (Pengumpulan Data). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,

dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya.

Langkah ketujuh:

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan praktikum

yaitu pembuktian tentang materi sifat-sifat cahaya.

Langkah kedelapan:

Masing-masing kelompok melakukan praktikum tentang sifat-sifat

cahaya seperti yang sudah dicontohkan oleh guru dengan langkah

(Pengolahan Data). Langkah kesembilan:

Setelah melakukan praktikum, siswa mencatat semua hasil praktikum

sebagai Pembuktian dari materi yang diajarkan. Langkah kesepuluh:

Siswa dalam kelompok berdiskusi dan menuliskan kesimpulan dari

praktikum yang telah dilakukan. Kemudian siswa mempresentasikan hasil

diskusi mereka dan dengan bimbingan guru menarik kesimpulan tentang

materi pembelajaran yang diajarkan. (Menarik kesimpulan/generalisasi) Proses pembelajaran seperti ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa

pada saat proses belajar mengajar. Adanya tahapan-tahapan pembelajaran

sangat bagus karena membantu siswa untuk berpikir aktif, menghilangkan

keragu-raguan siswa dengan cara membuktikan sendiri materi yang

diajarkan. Selain itu pembelajaran ini juga mampu membantu siswa untuk

menguatkan konsep dasar dan ide-ide yang baik yang dari awal sudah

dimiliki oleh siswa.

Jadi pembelajaran dengan menggunakan model pembeajaran

(13)

aktif dan mengembangkan keterampilan siswa untuk melakukan pembuktian

tehadap konsep-konsep atau materi yang diajarkan.

4.2.6Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Hasil Belajar Siswa

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik tes untuk hasil

belajar yaitu menggunakan soal. Pertama-tama sebelum peneliti melakukan

treatmen siswa diberi pretest soal pada hari pertama. Selanjutnya peneliti

melakukan treatmen yaitu menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan

pertama pada hari senin tanggal 1 April 2015 dan pertemuan kedua pada hari

selasa tanggal 3 April 2015. Setelah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning berakhir pada pertemuan kedua, siswa

diminta mengerjakan soal postest yang dikerjakan oleh siswa. Postest nilai

akhir dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Discovery

Learning. Pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

Picture and Picture, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

tahapan-tahapan model pembelajaran Picture and Picture seperti yang biasa

dilakukan oleh guru kelas. Setelah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Picture and Picture berakhir pada pertemuan kedua, siswa

diminta mengerjakan soal postest yang dikerjakan oleh siswa. Postest nilai

akhir dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Picture

and Picture.

Tabel 4.9

Rata-Rata Nilai Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Pengukuran Rata-rata nilai

Pengukuran Awal 59.545455

Pengukuran Akhir 77.9545455

Berdasarkan tabel 4.7 rata-rata nilai pengukuran awal hasil belajar

(14)

model pembelajaran Discovery Learning rata-rata nilai pengukuran akhir

minat belajar siswa menjadi 77,9545455.

Tabel 4.10

Rata-Rata Nilai Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Pengukuran Rata-rata nilai

Pengukuran Awal 54.25

Pengukuran Akhir 66.5

Berdasarkan tabel 4.9 rata-rata nilai pengukuran awal hasil belajar

siswa pada kelas kontrol adalah 54,25 dan setelah menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning rata-rata nilai pengukuran akhir minat

belajar siswa menjadi 66,5.

4.3 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dilakukan sebelum dan setelah

treatmen, nilai rata-rata angket dan nilai hasil belajar tersebut dianalisis

menggunakan uji T-Test. Pengujian hipotesis ini menggunakan Uji Dua

Sampel Tidak Berpasangan (Independent Samples Test). Independent

Samples Test ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

rata-rata antara dua kelompok sampel penelitian yang tidak berpasangan.

Dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

sebelum dan sesudah diterapkan treatment penggunaan model pembelajaran

Discovery

Learning pada pelajaran IPA terhadap minat dan hasil belajar siswa

kelas 5 SDN Tegalombo 04. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik

Independent Sample Test tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11

(15)

Berdasarkan table group statistic nilai mean untuk kelas eksperimen

adalah 77,9545 dan pada kelas kontrol nilai mean 66,5000 adalah sehingga

dapat di simpulkan bahwa nilai rata-rata postest kelompok eksperimen lebih

besar dari postest kelompok kontrol. Dapat diartikan bahwa menggunakan

model pembelajaran DiscoveryLearning berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa.

Tabel 4.12

Uji Perbedaan Hasil Belajar Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol dengan Independent Samples Test

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Nilaipostest Eksperimen 22 77.9545 8.95213 1.90860

Control 20 66.5000 9.04666 2.02290

(16)

Berdasarkan table hasil F hitung levene test sebesar 0,018

probabilitas 0,894>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi

memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen.

Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal

variance assumed. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa nilai t adalah 4,121

dengan probabilitas signifikasi 0,000<0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan untuk pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Discovery

Learning dibandingkan model pembelajaran Picture and Picture.

Perbedaan rata-ratanya berkisar 5,83649 sampai 17,07260 dengan

perbedaan rata-rata 11,45455

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Uji pengaruh model hakikatnya adalah sebuah eksperimen untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan penggunaan model

Discovery Learning dengan model pembelajaranPicture and Picture

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Tegalombo 04 Kecamatan

Dukuhseti Kabupaten Pati pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan uji beda nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan

kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

(17)

Learning danmodel pembelajaran Picture and Picture menunjukkan bahwa

ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar pada pembelajaran IPA.

Hal ini ditinjau dari hasil belajar siswa mempunyai nilai probabilitas

signifikansi 0,000<0,05 yang artinya dapat dikatakan bahwa ada pengaruh

yang signifikan penggunaan model Discovery Learning dibandingkan model

pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5

SDN Tegalombo 04 Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati pada Semester II

Tahun Pelajaran 2014/2015.

Telah dipaparkan ukuran pengaruh model didasarkan pada seberapa

tinggi tingkat kompetensi hasil belajar sebagai hasil pembelajaran model

pembelajaran Discovery Learning. Model dikatakan berpengaruh jika nilai

hasil belajar yang diperoleh siswa > nilai KKM yaitu 75. Hasil pengukuran

terhadap kompetensi hasil belajar siswa menunjukan bahwa tingkat

kompetensi hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen memiliki nilai

tertinggi 90, sedangkan nilai terendah 70. Pada kelompok kontrol

kompetensi hasil belajar siswa memiliki nilai tertinggi 80, sedangkan nilai

terendah 50.

Keampuhan model pembelajaran Discovery Learning yang

memberikan pengaruh positif terhadap kenaikan hasil belajar siswa

dibandingkan dengan model pembelajaran Picture and Picture dikarenakan

model pembelajaran Discovery Learning memiliki ciri utama belajar

menemukan, yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk

menciptakan, menggabungkan, dan mengenarilasi pengetahuan; (2) berpusat

pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan

pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan model pembelajaran Picture and

Picture hanya mengandalkan gambar sebagai media dalam proses

pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses

pembelajaran.

Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:66) metode

pembelajaran Discovery Learning memiliki keunggulan yaitu membantu

(18)

proses-proses kognitif. usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,

seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya; pengetahuan yang

diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan

pengertian, ingatan dan transfer; menimbulkan rasa senang pada siswa,

karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; metode ini memungkinkan

siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri;

menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri; metode ini dapat membantu siswa

memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama

dengan yang lainnya; berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama

aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. bahkan gurupun dapat bertindak

sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi; membantu siswa

menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada

kebenaran yang final dan tertentu atau pasti; siswa akan mengerti konsep

dasar dan ide-ide lebih baik; membantu dan mengembangkan ingatan dan

transfer kepada situasi proses belajar yang baru; mendorong siswa berfikir

dan bekerja atas inisiatif sendiri; mendorong siswa berfikir intuisi dan

merumuskan hipotesis sendiri; memberikan keputusan yang bersifat

intrinsik; situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; proses belajar

meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia

seutuhnya; meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; kemungkinan

siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; dapat

mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Berdasarkan keunggulan model pembelajaran Discovery Learning

seperti diatas itulah yang menyebabkan perlakuan pembelajaran ini

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model

pembelajaran Picture and Picture. Pengaruh pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning terlihat bahwa hasil

belajar siswa kelas 5 SDN Tegalombo 04 pada mata pelajaran IPA yang

(19)

dengan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Tegalombo 03 pada mata pelajaran

IPA yang berjumlah 20 (kelompok kontrol).

Berdasarkan lembar observasi pada waktu pelaksanaan model

pembelajaran pembelajaran Discovery Learning dapat dilihat dari keaktifan

siswa saat mengikuti pembelajaran. Sedangkan ketika menggunakan model

pembelajaran Picture and Picture siswa sulit menemukan gambar-gambar

yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki, baik

guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai

bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran, tidak tersedianya dana

khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang

diinginkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fitri Apriani

Pratiwi, 2014. Melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Model

Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang diajar

menggunakan model discovery learning dengan pendekatan saintifik dengan

siswa yang diajar dengan menggunakan model cooperative learning dengan

pendekatan saintifik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan U -Mann

Whitney pada taraf nyata = 5% Hasil uji U-Man Whitney dengan taraf nyata

nilai sama yaitu Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,0080 dengan Ha diterima.

Pembelajaran dengan model discovery learning dengan pendekatan saintifik

memberikan peningkatan hasil belajar dengan effect size sebesar 0,78

(tergolong sedang) pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Berbeda dengan hasil penelitian P.A.I. Wahani, J.F. Monoarfa,

V.E. Regar, 2015. tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based

Learning Dan Discovery Learning Ditinjau Dari Kemampuan Numerik Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Persamaan Lingkaran” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based

(20)

terhadap hasil belajar siswa materi persamaan lingkaran. Hasil belajar

siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning

lebih baik daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan Model

Pembelajaran Discovery Learning pada kelompok siswa dengan

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Gambar 4.2 Pretest dan Posttest Kelompok
Tabel 4.8 Hasil uji homogenitas posttest hasil belajar kelompok eksperimen dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempermudah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penfsiran judul, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dibatasi pada sejauh mana tindakan supervisi yang diterima

Guna meningkatkan kualitas evaluasi pembelajaran, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemauan dan kemampuan guru dalam melakukan analisis butir soal, mengembangkan

KMP Gili Ketapang Jaya adalah kapal yang akan berfungsi sebagia sarana transportasi penyeberangan, rekreasi dan edukasi. Pada trip penyeberangan kapal ini akan

[r]

Pada hari ketiga ditemui bahwa penambahan TCT 0% tidak berbeda nyata dengan 100% TCT, penambahan TCT 25% juga tidak berbeda nyata dengan penambahan TCT 75%, tetapi penambahan 50%

Hal ini sesuai dengan pernyataan Poerwanti (2001), bahwa Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas, yaitu: 1) Valid; soal

Komputer sebagai bahan utama dalam bidang keilmuan ini memiliki peranan yang sangat tinggi, sehingga informatika secara sederhana mengupas mulai dari bagaimana mesin tersebut

Sandjaja dan Albertus Heriyanto (2006: 166-168) mengatakan ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, satu di antaranya adalah