• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah kasus arcandra dalam pandangan h

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah kasus arcandra dalam pandangan h"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang baik. Peraturan yang sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antar warga negaranya. maka menurutnya yang memerintah Negara bukanlah manusia melainkan “pikiran yang adil”. Penguasa hanyalah pemegang hukum dan keseimbangan saja.

Penjelasan UUD 1945 mengatakan, antara lain, “Negara Indonesia berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machsstaat)”. Jadi jelas bahwa cita-cita Negara hukum (rule of law) yang tekandung dalam UUD1945 bukanlah sekedar Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum yang didambakan bukalah hukum yang ditetapkan semata-mata atas dasar kekeuasaan, yang dapat menuju atau mencerminkan kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang demikian bukanlah hukum yang adil (just law), yang didasarkan pada keadilan bagi rakyat.

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’ . Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

(2)

administrasi negara yang berdasarkan hukum. Pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Negara Energi dan Sumber Daya Mineral pada akhir Juli 2016 menuai polemik. Pasalnya Archandra diduga memiliki status kewarganegaraan ganda, yaitu Amerika Serikat dan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, Presiden Joko Widodo telah memberhentikan dengan hormat Archandra Tahar dari jabatan Menteri Negara Energi dan Sumber Daya Mineral pada tanggal 20 Agustus 2016. Persoalan kewarganegaraan (citizenship) merupakan permasalahan mendasar tentang bagaimana seseorang hidup di suatu wilayah negara dengan aturan hukum yang dimiliki masing-masing negara. Negara memberi batasan dan persyaratan kewarganegaraan bagi warganya melalui peraturan perundang-undangan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dasar hukum pengangkatan mentri oleh presiden?

2. Bagaimana prosedur pengangkatan menteri oleh Presiden dalam sistem hukum dan admistrasi di Indonesia sebagai negara hukum?

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

Plato dan Aristoteles mengintrodusir Negara Hukum adalah negara yang diperintah oleh negara yang adil. Dalam filsafatnya, keduanya menyinggung angan-angan (cita-cita) manusia yang berkorespondensi dengan dunia yang mutlak yang disebut :1

1. Cita-cita untuk mengejar kebenaran (idée der warhead); 2. Cita-cita untuk mengejar kesusilaan (idée der zodelijkheid); 3. Cita-cita manusia untuk mengejar keindahan (idee der schonheid); 4. Cita-cita untuk mengejar keadilan (idée der gorechtigheid).

Plato dan Aristoteles menganut paham filsafat idealisme. Menurut Aristoteles, keadilan dapat berupa komunikatif (menjalankan keadilan) dan distribusi (memberikan keadilan). Menurut Plato yang kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles, bahwa hukum yang diharapkan adalah hukum yang adil dan dapat memberikan kesejahteraan bagi msyarakat, hukum yang bukan merupakan paksaan dari penguasa melainkan sesuai dengan kehendak warga Negara, dan untuk mengatur hukum itu dibutuhkan konstitusi yang memuat aturan-aturan dalam hidup bernegara.2

Immanuel Kant yang mengartikan Negara Hukum adalah Negara Hukum Formal (Negara berada dalam keadaan statis atau hanya formalitas yang biasa disebut dengan Negara Penjaga Malam / Nachtwakestaat). F.J. Stahl, kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri Negara hukum (rechtstaat) sebagai berikut :3

1. Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia; 2. Pemisahan kekuasaan Negara;

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; 4. Adanya Peradilan Administrasi.

1 Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara (edisi revisi), Jakarta:Gaya

Media, Cet. 4, 2000, hal. 131.

2 Azhary, Negara Hukum Indonesia (Analisis Yuridis Normatif tentang

Unsur-unsurnya), Universitas Indonesia:UI Press, 1995, hal. 21.

3 Ftakhurohman, Dian Aminudin dan Sirajudin, Memahami Keberadaan

(4)

BAB III PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Pengangkatan Menteri oleh Presiden

Dalam sistem pemerintahan di Indonesia memiliki berbagai regulasi yang dibuat sebagai pedoman jalannya arah pemerintah dan pemerintahan di Indonesia dari mulai eksekutif, legislatif, yudikatif dan lembaga-lembaga negara lain yang diatur dalam undang-undang. Dalam ranah eksekutif khususnya dalam pengangkatan menteri oleh presiden diatur dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Di dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 di sebutkan bahwa “Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden”. Dengan demikian presiden memiliki hak mengangkat menteri dan memberhentikan menteri jikalau kinerja menteri dianggap tidak sesuai atau karenan sesuatu sehingga menteri itu bisa atau harus dicopot dari jabatannya. Sedang yang dikatakan dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara Pasal 22 menegaskan:

(1) Menteri diangkat oleh Presiden.

(2) Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi persyaratan:

a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi kemerdekaan;

d. sehat jasmani dan rohani;

e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan

f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

(5)

B. Prosedur Pengangkatan Menteri oleh Presiden dalam Sistem Hukum dan Admistrasi di Indonesia Sebagai Negara Hukum

Dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-undang Dasar 1945 tidak disebutkan secara detail dan jelas tentang kementrian dan prosedur pengangkatannya. Tetapi dengan adanya atau di sahkannya Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara tentang prosedur pengangkatan dan syarat menjadi menteri dengan demikian presiden dapat mengangkat menteri sesuai kebutuhan dan prosedur dengan syarat-syarat yang berlaku. Di sebutkan dalam BAB IV mengatakan:

Pasal 12

Presiden membentuk Kementerian luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 13

(1) Presiden membentuk Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3).

(2) Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan:

a. efisiensi dan efektivitas;

b. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas;

c. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; dan/atau

d. perkembangan lingkungan global. Pasal 14

Untuk kepentingan sinkronisasi dan koordinasi urusan Kementerian, Presiden dapat membentuk Kementerian koordinasi.

Pasal 15

Jumlah keseluruhan Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling banyak 34 (tiga puluh empat).

Pasal 16

Pembentukan Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Presiden mengucapkan sumpah/janji.

Kemudian di sebutkan juga dalam Pasal 22 yang mengatakan pengangkatan oleh presiden dan syarat-syarat menjadi atau diangkat sebagai menteri;

Pasal 22 (1) Menteri diangkat oleh Presiden.

(6)

a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi kemerdekaan;

d. sehat jasmani dan rohani;

e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

C. Pengangkatan Archandra Taha Pemilik Kewarganegaraan Ganda Sebagai Menteri SDM dengan Hukum dan Sistem Admistrasi yang berlaku di Indonesia sebagai negara hukum

27 Juli 2016, Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan perombakan kabinet dengan mengganti beberapa struktural kerja menteri-menterinya alias Reshuffle Jilid 2 berdasarkan pertimbangan yang sudah ada. Publik pun dibuat bertanya-tanya dengan beberapa keputusan yang dinilai justru tidak tepat dengan copot-pasang menteri tanpa alasan yang jelas. Banyak nama yang cenderung justru memilik track record yang “rawan” justru diberikan amanah di posisi sekelas menteri ini. Dan nama yang dianggap telah bagus dan memuaskan kinerjanya oleh publik justru dicopot dari posisinya. Dengan segala kontroversi yang ada tentu kita semua menanyakan atas dasar apa lepas-pasang menteri ini.

Sebelum keputusan ini muncul banyak kabar yang berhembus bahwa pemberhentian Achandra diindikasi karena adanya dwi kewarganegaraan. Archandra Tahar memiliki paspor Amerika Serikat dan Paspor Indonesia, dimana paspor amerika tersebut didapatkanya setelah mengucapkan sumpah setia pada negeri paman sam 2012 silam. Dimana berdasarkan analisis kami kekeliruan atas polemik dwi kewarganegaraan Archandra Tahar telah melanggar beberapa undang-undang. Di antaranya yaitu :

1. Undang-undang no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan

2. Undang-undang no. 39 tahun 2008 tentang kementerian negara

3. Undang-undang no. 06 tahun 2011 tentang keimigrasian

(7)

Amerika Serikat ini menyebabkan Tahar kehilangan kewarganegaraan Indonesianya. Hal ini jika merujuk ke pasal 23 huruf H UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, yaitu Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya. Tentu pengangkatan seorang Warga Negara Asing sebagai menteri merupakan kesalahan fatal Presiden Jokowi. Hal fundamental yang merupakan syarat utama seorang menteri pun luput dari pertimbangan sang Presiden. Hal ini pun menorehkan rekor baru pergantian menteri tercepat di sepanjang sejarah Republik Indonesia. Dua kali pergantian kepala nodamg dalam kurun waktu kurang dari satu bulan di tubuh Kementerian ESDM ini tentu saja akan berdampak negatif pada kinerja kementerian kedepan. Tentu muncul banyak PR baru untuk kembali membenahi ritme kerja maupun organisasi dan institusional kementerian disamping pekerjaan-pekerjaan lain lain yang telah menumpuk.

Menurut Pasal 23 UU Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006, seseorang kehilangan statusnya sebagai WNI di antaranya jika: memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri, atau secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut. Maka, jika benar informasi yang mengatakan bahwa Arcandra Tahar sudah mengangkat sumpah setia sebagai Warga Negara Amerika Serikat pada tahun 2012, maka yang bersangkutan sudah kehilangan status kewarganegaraan Republik Indonesia-nya.

Lalu muncul pertanyaan, apakah mungkin seseorang yang pernah kehilangan status WNI-nya memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia-nya? Secara hukum, seseorang yang pernah kehilangan status WNI dapat memperoleh kembali status WNI-nya berdasarkan Pasal 31 – 35 UU Kewarganegaraan. Namun, dalam hal Menteri ESDM, jika benar informasi yang bersangkutan kehilangannya status WNI-nya, dan menjadi warga negara Amerika Serikat melalui proses sumpah setia, maka yang bersangkutan tidak akan memenuhi syarat dan ketentuan untuk kembali menjadi WNI sebagaimana diatur dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 12 UU Kewarganegaraan.

(8)
(9)

BAB IV SIMPULAN

Indonesia adalah negara hukum yaitu negara yang berdasararkan hkum sebagai mana yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang dasar 1945 yang mengatakat “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Ini artinya semua kehidupan bernegara haruslah berdasarkan hukum dan aturan yang berlaku. Hukum memiliki derajat paling tinggi, setiap orang yang ada dalam wilayah Indonesia harus tunduk dan patuh dalam hukum yag di buat termasuk dalam sistem pemerintahan seperti pengangkatan menteri yang harus tunduk juga dalam hukum yang berlaku.

Kasus Archandra Tahar merupakan salah satu polemik besar, Achandra diindikasi karena adanya dwi kewarganegaraan. Archandra Tahar memiliki paspor Amerika Serikat dan Paspor Indonesia, dimana paspor amerika tersebut didapatkanya setelah mengucapkan sumpah setia pada negeri paman sam 2012 silam. Polemik dwi kewarganegaraan Archandra Tahar telah melanggar beberapa undang-undang. Di antaranya yaitu :

1. Undang-undang no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan 2. Undang-undang no. 39 tahun 2008 tentang kementerian negara 3. Undang-undang no. 06 tahun 2011 tentang keimigrasian

(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara (edisi revisi), Jakarta:Gaya Media.

Azhary, Negara Hukum Indonesia (Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya), Universitas Indonesia:UI Press.

Ftakhurohman, Dian Aminudin dan Sirajudin, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Exposure Draft (ED) yang juga terkait dengan aktivitas lingkungan dan sedang dalam proses untuk disahkan menjadi standar adalah ED PSAK No. 33 tentang akuntansi pertambangan umum

Individu yang memiliki kompetensi yang baik dan didukung oleh kepercayaan diri yang tinggi dalam menyelesaikan suatu penugasan dapat berdampak positif dalam

hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti nilai signi fi kansinya sebesar 0,850 dimana nilai tersebut lebih besar dibanding 0,05, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

Seringkali bias kekerasan atas dasar SOGIE dikarenakan mereka dituduh sebagai perihal baru dan ‘barat’, yang pada kenyataannya dalam struktur tradisional masyarakat mana pun,

Tujuan dari percobaan Standard Penetration test (SPT) ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah dari pengambilan contoh tanah dengan tabung

Dengan menggunakan inisialisasi nilai awal pembobot = 1 pada Jaringan Heuristik, maka diperoleh hasil prediksi persentase distribusi PDB atas Harga Berlaku menurut

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian dari Abukosim, et al., (2014) yaitu kepemilikan managerial tidak memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.. Tetapi

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi nyata antara perlakuan pembenah tanah dan pupuk organik terhadap jumlah dan bobot kering bintil akar, populasi Rhizobium