• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV Semester II SD N Kebowan 02 Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun Pelaj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV Semester II SD N Kebowan 02 Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun Pelaj"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pokok utama penentu kemajuan suatu bangsa, dimana tingkat kemajuan suatu bangsa Dapat diukur dari seberapa berkembangnya pedidikan di suatu negara tersebut. Termasuk dalam tujuan nasional Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alenia ke empat “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”,maka seluruh warga negara indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan negara Indonesia yaitu melalui lembaga formal yaitu sekolah. Di Indonesia banyak sekali terdpat sekolah baik sekolah negeri atau sekolah swasta yang notabene dipersiapkan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan nasional.

(2)

Melalui belajar pemecahan masalah maka diharapkan dapat dibentuk proses berpikir secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama yang sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Mengingat peran matematika yang sedemikian penting maka pada setiap jenjang pendidikan formal, siswa dituntut untuk dapat mempelajari dan menguasai matematika secara baik dan benar.

Dewasa ini, sering terjadi banyak perdebatan mengenai proses pembelajaran yang dilakukan secara konvensional, Dalam model konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Sementara siswa mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan guru sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa bersifat pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akibatnya siswa mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada guru. Pandangan umum menyatakan bahwa pembelajaran konvensional yang sering digunakan oleh guru, dirasa sudah tidak cocok lagi untuk digunakan, karena pada dasarnya metode ini hanya menekankan pada keaktifan guru sebagai sumber utama dalam mentransfer ilmu. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Kesuma, dkk. (2010:56): “...pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa”.

(3)

terlepas dari hal tersebut, pendekatan maupun model pembelajaran seyogyanya dapat mengubah gaya belajar siswa agar lebih aktif dalam mengkontruksikan konsep.

Berangkat dari keraguan akan pendekatan pembelajaran konvensional, Dalam model konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Sementara siswa mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan guru sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa bersifat pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akibatnya siswa mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada guru maka perlu adanya perbaikan yang dapat meningkatkan perhatian, motivasi, pemahaman, hasil belajar, maupun prestasi belajar siswa.

(4)

Siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada umur yang berkisar antara usia 7 hingga 12 tahun, pada tahap ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret (Heruman, 2008). Siswa SD masih terikat dengan objek yang ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, peserta didik lebih banyak menggunakan media sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Karena dengan penggunaan alat peraga dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa lebih cepat memahaminya. Oleh karena itu, guru harus mampu menawarkan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif, sehingga dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam belajar. Selain hal itu, kemampuan guru dalam menguasai pendekatan pembelajaran yang akan digunakan juga menjadi faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa aktif adalah pendekatan pembelajaran matematika realistik adalah padanan Realistic Mathematics Education (RME), sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) mengungkapkan“Realistic mathematics education is rooted in Freudenthal’s interpretation of mathematics as an activity”.

Ungkapan Gravemeijer di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik dikembangkan berdasar pandangan Freudenthal yang menyatakan matematika sebagai suatu aktivitas.Lebih lanjut Gravemeijer (1994: 82) menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Menurut Freudenthal aktivitas-aktivitas itu disebut matematisasi.

(5)

pada proses belajar siswa, tanpa adanya motivasi, maka proses belajar siswa akan sukar berjalan secara lancar”. Tinggi rendahnya motivasi belajar ssiswa sering dikaitkan dengan keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan menyelesaikan tugas dengan baik dan membandingkan hasilnya dengan orang lain, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah bekerja secara kebalikannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah karakteristik mata pelajaran yang dipelajari. Berhubungan dengan hal tersebut, maka motivasi belajar diduga dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Peryataan tersebut dapat dijadikan dasar bahwa motivasi juga berperan sebagai moderator yang memperkuat maupun memperlemah hubungan antara pendekatan pembelajaran dengan hasil belajar.

Menurut Purwanto (2013:45), “hasil belajar merupakan hasil perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained)”. Dari sisi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dari puncak proses belajar. Dalam suatu kelas, hasil belajar setiap individu pasti berbeda-beda. Ada siswa yang hasil belajarnya tinggi dan rendah.

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang ditemukan beberapa hal berikut. Pada umumnya proses pembelajaran matematika yang telah berjalan di SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang kurang meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, guru yang mengelola pembelajaran matematika belum menggunakan pendekatan kontekstual sebagai fokus dalam pembelajaran. Di samping itu, pengaitan masalah kehidupan sehari-hari dengan materi pembelajaran masih kurang.

(6)

Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang belum dapat menemukan makna pembelajaran untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pernyataan tersebut didukung dengan data nilai matematika siswa kelas IV SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Pembelajaran matematika diduga akan lebih efektif dan bermanfaat apabila diterapkan pendekatan yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan motivasi yang sesuai bahkan diatas KKM. Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV semester II SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang. 1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

Dari sisi guru :

1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru kurang mengaitkan materi dengan masalah kontekstual.

2. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru kurang melibatkan siswa untuk terlibat pembelajaran secara aktif dan kreatif.

3. Guru tidak menggunakan pendekatan pembelajaran yang menarik. Dari sisi siswa.

1. Siswa kurang berminat dengan pelajaran matematika.

2. Kesadaran siswa untuk belajar rendah. Halini berpengaruh pada hasil belajar matematika siswa.

3. Siswa kurang dapat menemukan kebermaknaan materi pembelajaran. 4. Siswa tidak dapat mengaplikasikan konteks materi pembelajaran

(7)

1.3. Batasan masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, agar penelitian dapat lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada eksperimentasi pengaruh model pembelajaran RME terhadap hasil belajar matematika kelas IV pada materi “penyelesaian soal yang berhubungan dengan konsep bangun ruang” di SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan RME terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang semester II tahun pelajaran 2015/ 2016?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Ada tidaknya pengaruh penggunaan pendekatan RME terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang 1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang : pengaruh penggunaan model pembelajaran RME terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Kebowan 02 kec.Suruh kab.Semarang.

1.6.2 Manfaat secara praktis

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

b. Bagi Guru

1) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk memilih strategi dalam mengajar matematika.

2) Membantu guru dalam usaha mencari bentuk pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif.

3) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru sebagai salah satu altenatif pembelajaran.

c. Bagi Siswa

1) Bagi siswa terutama subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman secara langsung.

Referensi

Dokumen terkait

Harini Dwiyatmi, Sri, 2005, Reorientasi Ketentuan Batas Minimum Kepemilikan Tanah Pertanian dan Pemecahannya Menjadi Bagian Kecil-Kecil, Universitas Kristen Satya

kelebihan air dari sawah , mulai dari saluran kuarter, tersier, sekunder ke saluran pembuang primer.  Pembuang ekstern,

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang

Kabel sekunder sebagai kabel output atau keluaran dari RK terhubung langsung ke ruang MDF (Main Distribution Frame) di sisi sentral (STO/Local Exchange) TELKOM masing-masing

Pedoman ini sebagai acuan bagi Dinas Pendidikan Provinsi dan penyelenggara tingkat nasional dalam melaksanakan kegiatan pemberian penghargaan terhadap guru

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran scramble berbasis eksperimen dapat meningkatkan nilai pemahaman konsep gaya dan

• Kadar gloukosa didaloam darah menjadi sangat tinggi -> terjadi gangguan ginjalo karena gloukosa yang disaring daloam ginjalo tidak dapat diserap kembaloi ,terjadi.

Ekstrak etil asetat filtrat kapang endofit Smi.Cl.6F dari rimpang kunyit asal Sukabumi memiliki aktivitas antimalaria dan antioksidan terbaik diantara 19 isolat