• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERANG DIPONEGORO KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERANG DIPONEGORO KATA PENGANTAR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERANG DIPONEGORO

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

, 13 November 2015 Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

BAB I : Pendahuluan

A.

Latar Belakang... 1

B.

Rumusan Masalah... 1

C.

Tujuan Penulisan... 1

BAB II: Pembahasan

A.

Pangeran Diponegoro... 2

B.

Sebab-sebab... 2

C.

Jalanya Perang... 3

D.

Akhir Perang Diponegoro... 5

BAB III: Penutup

A.

Kesimpulan... 6

B.

Saran... 6

Daftar Pustaka... 7

BAB I

(2)

A. Latar Belakang

Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang menimbulkan perang Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di kalangan keraton Yogyakarta maupun di daerah wilayahnya sebagai akibat ikut campurnya kekuasaan asing dalam tata pemerintahan kerajaan. Sedang pemimpin peperangan tersebut adalah putera Sultan Hamengku Buwono III raja Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang bergejolak dapat dikatakan hamper meliputi semua daerah kerajaan. Mataram yaitu kerajaan besar di Jawa pada abad XVII-XVIII. Karena itu tidak mengherankan apabila perang Diponegoro ini juga disebut perang Jawa. Dan salah satu sebab pecahnya perang Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun 1830 itupun tidak lain karena Kompeni atau kekuasaan Belanda pada waktu itu ikut campur dalam pemerintahan kerajaan Yogyakarta. Hal itu dirasa oleh Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan adat pemerintahan keraton.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Pangeran Diponegoro?

2. Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?

3. Bagaimana jalannya perang Diponegoro?

4. Bagaimana akhir perang Diponegoro?

C. Tujuan penulisan makalah

1. Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.

2. Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.

3. Mengetahui jalannya perang Diponegoro.

4. Mengetahui akhir perang Diponegoro.

BAB II

PEMBAHASAN

Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830 di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

A. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan Hamengkubuwono III dari selir Raden Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil, diasuh oleh neneknya, Ratu Ageng di Tegalrejo. Sebuah tempat tinggal yang terpencil yang letaknya beberapa kilometer dari istana Yogyakarta.Disana dia memasuki lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana yang tidak disukainya karena banyak persengkongkolan, kemerosotan akhlak, pelanggaran susila, dan pengaruh barat yang bersifat merusak. (Ricklefs,1999:177-).

Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah kejadian spiritual ,dia bermimpi bahwa dia adalah calon raja yang mempunyai tugas bahwa dia harus memasuki zaman kehancuran yang harus mensucikanya. Setelah 20 tahun menantikan wkatu yang baik,sementara situasi di jawa bertambah buruk . Pada tahun 1820 mulai terjadi pemberontakan –pemberontakan kecil (Ricklefs,1999:177).

B. Sebab-sebab

(3)

yang menjadi kaki tangan belanda. Hal tersebut membuat Pangeran Diponegoro menjadi tidak tahan melihat situasi tersebut. Selain itu ,Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah istana,seperti penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan Hamengkubuwono IV wafat,Belanda mengangkat putra mahkota,yaitu Jarot sebagai sultan Yogyakarta, Padahal usianya pada saat itu baru tiga tahun. Sultan hanya dijadikan sebagi simbol pemerintahan saja. Selanjutnya dalam pemerintahan istana Yogyakarta diatur oleh Residen Smissert.

Pada bulam Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo pihak belanda yang membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo tanpa persetujuan dari pangeran diponegoro. Pangeran diponegoro dan masyarakat merasa tersinggung dan marah karena Tegal rejo adalah tempat makam dari leluhur Pangeran Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu pembutan jalan tersebut pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan. Hal inilah yang menjadi titik tolak terjadinya perang Diponegoro . Untuk menyelesaikan masalah tanah itu, sebenarnya Residen Belanda, A.H.Smisaert mengundang Pangeran Diponegoro untuk menemuinya. Namun undangan itu ditolak mentah-mentah olehnya.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah yang dibuat jalan. Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran Diponegoro geram, lalu memerintahkan orang-karena ia belum mempersiapkan perang. Mereka pergi menyelamatkan diri menuju ke barat hingga ke Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong. Goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian dijadikan sebagai basis pasukan.

C. Jalanya Perang

Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia mendapat banyak dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kecewa dengan Sultan maupun Belanda . Lima belas dari dua puluh sembilan pangeran bergabung dengan Diponegoro, demikian pula empat puluh satu dari delapan puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut Diponegoro adalah Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di medan tempur. Komunitas agama bergabung dengan Diponegoro , yang diantarana adalah Kiai Mojo yang menjadi pimpinan spiritual pemberontakan tersebut. Rakyat pedesaan juga bertempur di pihak Diponegoro dan memebantu pasukan-pasukannya apabila mereka tidak sanggup bertempur lagi.

(4)

Lowano (Perbatasan Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah lain: Gunung kidul, Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar Semarang.

Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya dilakukan pada bulan-bulan penghujan karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan Belanda terhambat. Selain itu, penyakit malaria dan disentri turut melemahkan moral dan fisik pasukan ,Belanda kewalahan menhadapi perlawanan Diponegoro. Diponegoro sempat mengalami kekalahan besar pada bulan Oktober 1826 ketika dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan , pada akhir tahun 1826 pasukan-pasukan pemerintah Belanda nampak tidak dapat maju lagi, dan Diponegoro masih menguasai berbagai wilayah pedalaman Jawa tengah.

Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda diantaranya, ada bulan Agustus 1826 pihak Belanda memulangkan sultan Hamengkubuwono II yang sudah berusia lanjut dari tempat pengasingan Ambon dan mendudukanya lagi diatas tahta Yogyakarta (1826-1828). Tetapi langkah ini sama sekali gagal mendorong rakyat Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan. (Ricklefs,1999:179)

D. Akhir Perang Diponegoro

Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan setrategi jitu untuk mematahkan perlawanan gerilya ini. Menghadapi perlawanan tersebut,Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel (sistem Benteng) ats perinta Jendral De Kock.Dengan siasat ini, Tentara Belanda mendirikan benteng di setiap daerah-daerah yang dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu dibuat jalan raya. Akibatnya ,pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena hubungan antar pasukan dan rakyat menjadi sulit. Rakyat dihasut dan di adu domba dengan politik Devide et empera. Kekeutan pasukan Diponegoro pun semakin lemah karena banyak pemimpin yang gugur,tertangkap, atau menyerah.

Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak semakin meningkat. Pada bulan April 1829 Kiai Mojo berhasil ditangkap. Pada bulan september 1829 paman Diponegoro,pangeran mangubumi dan panglima utamanya sentot, keduanya menyerah. Selanjutnya Sentot dimanfaatkan oleh Belanda untuk menjalankan tugas untuk melawan kaum padri di sumatera,sedangkan Mangkubumi diangkat sebagai salah satu dari pangeran-pangeran yang paling senior dari Yogyakarta. Akhirnya ,pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang. Namun setibanya disana dia di tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado dan kemudian ke Makasar, Dimana dia wafat pada tahun 1855. Pemberontakan akhirnya berakhir, di pihak Belanda perang ini telah menelan setidaknya 8000 serdadu Belanda dan di pihak pribumi sekitar 2000.000 tewas sehingga penduduk Yogyakarta habis hampir separuhnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

(5)

B. Saran

Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka

DAFTAR PUSTAKA

Al Ansori, Junaedi.2007. Sejarah Nasional Indonesia Masa Prasejarah Sampai Proklamasi kemerdekaan, Jakarta: PT Mapan.

Ricklefs,M.C.1999. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Referensi

Dokumen terkait