BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1Signaling Theory dan Agency Theory
Signaling Theory merupakan teori yang dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961). Pembayaran dividen oleh perusahaan mengandung informasi
yang dapat dilihat dari sisi investor dan sisi perusahaan. Manajer perusahaan lebih
mengetahui keadaan perusahaan dan kelanjutannya sementara investor kurang
mengetahui keadaan perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasikan
perusahaan tidak banyak memberikan informasi mengenai perusahaan. Salah satu
tindakan perusahaan yang banyak memberikan informasi mengenai investor ialah
pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tidak mungkin
membayar dividen bila kinerja dan kondisi keuangan perusahaan berada pada
posisi yang tidak baik. Pembayaran dividen merupakan sumber informasi bahwa
perusahaan berada dalam kondisi yang sangat baik.
Para manajer perusahaan yang mengetahui lebih banyak tentang keadaan
perusahaan yang sebenarnya diharapkan dapat menggunakan dividen sebagai alat
untuk menyampaikan informasi yang baik. Para investor dapat menggunakan
informasi tentang pembayaran dividen sebagai sinyal atas kondisi keuangan
perusahaan terutama tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan.
Kenaikan dividen yang lebih besar diharapkan mengisyaratkan kepada investor
Manajer memiliki kesempatan memiliki kepemilikan saham dan
kepentingan yang sama dengan pemegang saham untuk memperoleh laba (Sakir
dan Al. Fadli, 2014). Masalah kepentingan antara manajer dan pemegang saham
ini merupakan masalah agensi.Agency theory muncul dilatarbelakangi oleh adanya konflik kepentingan antara para manajer perusahaan dan pemegang saham. Biaya
masalah keagenan dan biaya dari tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan
masalah keagenan disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenen ditemukan ketika terdapat perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan
manajer, atasan dengan bawahan, bahkan antar manajer (Pearce dan Robinson
2008). Ada beberapa cara untuk mengurangi biaya agensi (agency cost) salah satunya ialah perusahaan melakukan pembayaran dividen.
2.1.2Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan
kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk
membagikannya kepada pemegang saham (investor). Menurut Sadalia(2010)
pembayaran dividen kepada pemegang saham diputuskan oleh dewan komisaris.
Komisaris umumnya mengadakan pertemuan untuk menentuan jumlah dividen
yang akan dibayar, dalam menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan perlu
mengevaluasi posisi keuangan periode yang lalu dan posisi yang akan datang.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007) kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan
ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
hal para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba
yang ditahan untuk diinvestasikan kembali. Kebijakan dividen bersangkutan
dengan penentuan pembagian pendapatanantara penggunaan pendapatan untuk
dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan
didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam
perusahaan.Dalam teori investasi pada pasar uang dan pasar modal, investor akan
melakukan pembelian saham atau menjual saham bergantung pada apakah return saham lebih besar hasilnya dibandingkan dengan deposito atau bunga obligasi.
Jadi penilaian layak tidaknya investor memegang saham akan dilihat apakah
return (perubahan harga saham) lebih menguntungkan.
Menurut Sutrisno (2013) faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan dividen dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Profitabilitas
Daya tarik utama bagi pemegang saham dan para calon investor dalam suatu perusahaaan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperolehmelalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemilik dan investor. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkansemakin besar dividen yang akan dibagikan ataupun sebaliknya.
2. Likuiditas
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendek. Perusahaan dapat membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin mampu membayar dividen.
3. Leverage
yaitu dana yang diperoleh dari hutang jangka panjang dan pendek yang diukur dengan rasio leverage. Semakin tinggi tingkat hutang akan mempengaruhi pembayaran dividen.
4. Investasi
2.1.3 Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan digunakan oleh manajer untuk menganalisis,
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan, analisis kredit untuk
menentukan kemampuan perusahaan membayar hutang, analisis saham
berkepentingan dengan efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Menurut Sugiyono (2006), perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang
baik jika memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajiban (utang) yang akan
jatuh tempo (liquidity), menyusun struktur pendanaan yaitu perbandingan antara utang dan modal (leverage), kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan (profitability), kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi.Menurut Fahmi (2006) rasio keuangan yang umumnya sering digunakan yaitu: Rasio
profitabilitas,likuiditas dan leverage . Selain itu, terdapat banyak lagi rasio yang
dapat dihitung dari laporan keuangan.
2.1.3.1. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Dalam mengukur
profitabilitas perusahaan dapat menggunakanReturn On Equity(ROE)danReturn On Asset (ROA).Dalam penelitian ini profitabilitas diproksi dengan ROAkarenamenggambarkan sebagian besar pengelolaan atau penggunaan aset
sebuah perusahaan untuk menghasilkan laba, dengan melihat sebagian besar laba
bersih setelah pajak yang dihasilkan maka pihak manajemen dapat memilih
Menurut Kasmir (2012) ROAadalah rasio yang menunjukkan hasil (return)
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu ROA juga
memberikan ukuran yang lebih baik dalam mengukur profitabilitas perusahaan
karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan. Menurut Ang (1997) menyatakan bahwa ROAadalah
tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya.
Menurut Fahmi (2006) ROAmerupakan rasio yang digunakan untuk
melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian
investasi yang semakin besar.Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau
profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal
yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain
pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.
Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi
target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa
membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham
(Hanafi, 2004). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas
yang tinggi akan menarik minat investor menanamkan modalnya dengan harapan
mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Karena itu, dividen diambil dari
mempengaruhi besarnya dividen. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh,maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen (Sudarsi, 2002).
2.1.3.2. Likuiditas (Current Ratio)
Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek.Jenis rasio
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio karenamerupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki.Menurut Kasmir (2012) Current Ratiomerupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek . Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segra jatuh tempo. Current Ratio juga memberikan ukuran yang lebih baik dalam mengukur likuiditas perusahaan
karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva lancar
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.
Semakin tinggi current ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham dan
Houston, 2006). Dengan semakin meningkatnya current ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor, bahwa perusahaan dapat membayar
dividen yang diharapkan oleh investor. Semakin tinggi tingkat likuiditas suatu
perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut melakukan
pembagian dividen. Sebaliknya, semakin rendah likuiditas perusahaan semakin
2.1.3.3.Leverage (Debt to Total Asset)
Leverage merupakan tindakan manajemen perusahaan yang akan
mendannai operasional perusahaan dengan menggunakan modal yang berasal dari
hutang.Leverage dapat diukur dengan Debt to Total Asset(DTA) dan Debt to Total Equity (DTE).Leverage dalam penelitian ini diproksi dengan DTAkarena dengan melihat rasio hutang terhadap terhadap total asset, dengan melihat ini pihak
manajemen dapat mempunyai bayangan jika nilai DTA kecil maka akan semakin
kecil kewajiban perusahaan terhadap pihak kreditur dengan begini pihak
manajemen dapat mengambil keputusan apakah membagikan dividen atau tidak.
Menurut Fahmi (2006) dalam mengukur leverage dapat menggunakan
DTAdikarenakan merupakan salah satu ukuran rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini
menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang
digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya.
DTAjuga merupakanukuran yang lebih baik dalam mengukur pembiayaan
perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam penggunaan
hutang.
Signaling Theory yang dikemukakan oleh Miller dan Mondigliani bahwa dengan tingkat leverage yang tinggi mampu meningkatkan keyakinan para
investor bahwa perusahaan dapat membayar dividen yang tinggi. Kinerja
keuangan perusahaan memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan dapat
membayar dividen. Manajer dengan lebih banyak informasi dibandingkan investor
luar dapat menggunakan hutang untuk memberikan sinyal bahwa perusahaan
mendapatkan pendanaan dari investor. Dengan penggunaan kebijakan hutang
yang baik akan memberikan sinyal bahwa perusahaan mampu membayarkan
dividen.
Menurut Parthington (1989), semakin besar rasio DTA menunjukkan
semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur dan
semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh
perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA maka hal tersebut
berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian
digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin
besar, makaprofitabilitas semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin
berkurang (menurun). Sehingga menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi
akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah.
2.1.4. Investment Opportunity Set
Dalam signaling theory dinyatakan bahwa peningkatan dividen merupakan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, karena
meningkatnya dividen diartikan sebagai adanya keuntungan yang akan diperoleh
sebagai hasil yang diperoleh dari keputusan investasi (Haruman, 2008). Oleh
karena itu, adanya kesempatan investasi yang memberikan keuntungan tinggi bagi
perusahaan tidak selalu diartikan dividen yang dibayarkan akan kecil atau tidak
dibayarkan, tetapi dapat diartikan adanya prospek yang menjanjikan di masa yang
akan datang untuk dapat membayar dividen yang lebih tinggi.Investasi di masa
Menurut Myers (1977) nilai perusahaan merupakan gabungan dari aktiva
dengan investasi di masa depan. Kesempatan investasi yang tinggi di masa
depan, bisa dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Jika
tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi maka perusahaan akan membagikan
dividen yang kecil. Hal ini dikarenakan laba yang didapatkan perusahaan akan
digunakan sebagai dana internal untuk keperluan investasi. Laba perusahaan akan
dipergunakan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham dan sisanya
akan ditahan sebagai laba ditahan yang akan digunakan untuk investasi
perusahaan guna pertumbuhan di masa yang akan datang. Sehingga, semakin
tinggi dana perusahaan dipakai untuk investasi, maka akan semakin kecil
pendapatan yang akan diterima para pemegang saham dalam bentuk dividen,
begitupun sebaliknya apabila semakin kecil dana perusahaan dipakai untuk
investasi, maka akan semakin besar pendapatan yang akan diterima para
pemegang saham dalam bentuk dividen.
Menurut Smith dan Watts (1992) dalam mengukur Investment Opportunity Setdapat menggunakan Market to Book Value of Asset, Depreciation to firm Value, Variance of rate of Return dan Earning to Price. Market to Book Value of Asset merupakan alat ukur yang paling valid dan paling baik untuk menggambarkan IOS perusahaan.
2.1.5Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)
Manajer mendapatkan kesempatan memiliki kepemilikan saham dan
kepentingan yang sama dengan pemegang saham untuk memperoleh laba (Sakir
dan Al. Fadli, 2014). Manajer yang memiliki saham diperusahaan tersebut akan
dapat membagikan dividen. Kepemilikan saham yang dimiliki manajer akan
mempengaruhi pembayaran dividen. Semakin tinggi kepemilikan manjerial yang
dimiliki perusahaanmaka akan semakin besar dividen yang akan diberikan kepada
pemegang saham, begitu sebaliknya semakin kecilkepemilikan manjerial yang
dimiliki perusahaanmaka akan semakin kecil pula dividen yang akan diberikan
kepada pemegang saham. Masalah kepentingan antara manajer dan pemegang
saham ini merupakan masalah agensi. Menurut Jensen dan Meckling (1976)
terdapat beberapa teori lain selain agency theory seperti signaling theory dan packing order theory.Agency theory muncul dilatarbelakangi oleh adanya konflik kepentingan antara para manajer perusahaan dan pemegang saham. Para manajer
turut memiliki saham di perusahaan, melakukan pembiayaan dari sumber yang
berbeda, yakni dari utang dan ekuitas, dan pembayaran dividen untuk mengurangi
biaya yang timbul akibat adanya agency conflict.
Biaya masalah keagenan dan biaya dari tindakan yang dilakukan untuk
meminimalkan masalah keagenan disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenen ditemukan ketika terdapat perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer, atasan dengan bawahan, bahkan antar manajer
(Pearce dan Robinson 2008). Agency costakan meningkat akibat conflict antara pemegang saham dengan manajer. Peningkatan dari agency cost cenderung
disebabkan karena manajer hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka
menggunakan dana orang lain untuk meningkatkan kekayaannya/kepentingannya.
Menurut Jensen dan Meckling (2006), ada tiga cara untuk mengurangi
1. Agency cost akan berkurang jika manajer perusahaan meningkatkan kepemilikan sahamnya di perusahaan karena kepentingan manajer akan sama dengan kepentingan pemilik saham. Dengan demikian peningkatan kepemilikan saham diperusahaan akan mengontrol agency cost. Dengan kepemilikan saham yang dimiliki manajer akan mempengaruhi pembayaran dividen
2. Agency cost dapat juga dikurangi dengan cara meningkatkan pembayaran dividen sehingga tidak cukup free cash flow untuk mendanai investasi mereka dan kemudian manajer akan berusaha untuk mendapatkan dana dari luar dalam bentuk utang.Pembayaran dividen lebih besar meningkatkan kesempatan untuk mengeluarkan ekuitas baru. Bagaimanapun, penggunaan dividen tidak akan menimbulkan agency cost.
3. Untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan menggunakan utang yang lebih banyak. Penggunaan utang yang lebih besar akan mengurangi konflik antara manajer.
Rozeff (1982)menyatakan bahwa pembayaran dividen yang lebih tinggi itu
mengurangi konflik kepentingan antara para manajer dan pemegang saham dan
ditemukan bukti bahwa ada hubungan antara profitabilitas, likuiditas, leverage,
investasi dan dividen. Risiko bisnis yang lebih besar membuat hubungan antara
profitabilitas sekarang dengan yang diharapkan semakin pasti. Signaling theory berfokus pada informasi antara manajer dan investor. Kinerja keuangan
perusahaan memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan dapat
membayar dividen. Manajer dengan lebih banyak informasi dibandingkan investor
luar dapat menggunakan hutang untuk memberikan sinyal bahwa perusahaan
memiliki kinerja keuangan yang baik. Tujuan manajer dari hal tersebut adalah
mendapatkan pendanaan dari investor. Jadi kepemilikan manajerial dapat
mempengaruhi pengaruh Leverage (DTA) terhadap pembayaran dividen.
Packing order theory berhubungan dengan keinginan perusahaan dalam memperoleh pendanaan. Perusahaan mengunakan hutang untuk mendanai
kegiatan operasionalnya ketika perusahaan tidak memiliki laba ditahan yang
karena penggunaan laba ditahan tidak mengakibatkan biaya yang fluktuasi
dibandingkan penggunaan hutang yang mengakibatkan biaya yang tinggi.
Penggunaan hutang dan laba ditahan akan mengurangi masalah agency yang
terjadi pada kepemilikan manajerial dalam perusahaan.
2.1.6. Review Penelitian Terdahulu
Peneliti melakukan review terhadap beberapa penelitian sebelumnya untuk
dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian ini. Penelitian oleh
Ahmad dan Wardani (2014) dengan judul “The Effect of Fundamental Factor to Dividend Policy Evidence in Indonesia Stock Exchange”, hasil dari penelitian ini Profitability dan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, Liquidity dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Andriyani (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Investment Opportunity Set dan Profitability terhadap Kebijakan-Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2004-2006)”, kesimpulan penelitian secara parsial
variabel independen cash ratio, IOS, ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR, sedangkanDERtidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel DPR. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009) berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur
Jenis Consumer Goods yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”, memiliki kesimpulan bahwa secara parsial hanya variabel Cash Ratio, Current Ratio dan DER yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen, sedangkan variabel
Nurhidayati (2006) yang berjudul “Analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden di BEJ “, Kesimpulan yang didapat Current ratio,
EPS signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas. ROI dan DTA tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan
oleh Suhadi (2007) dengan judul “Pengaruh profitabilitas dan IOS terhadap kebijakan
dividen dan likuiditas sebagai variabel moderating” dan dengan hasil kesimpulan
Likuiditas menunjukkan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan
dipengaruhi oleh profitbilitas dan diperkuat oleh likuiditas perusahaan sedangkan
IOS tidak berpengaruh. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2005) yang
berjudul ”Pengaruh Informasi Laporan Keuangan terhadap Pendapatan Dividen
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ periode
1999-2003)”. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini secara parsial hanya variabel
EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen, sedangkan variabel
ROE, CR, DTA dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen.
Penelitian Suharli (2007) dengan judul “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Periode 2002-2003)”, dengan kesimpulan likuiditas dapat digunakan
sebagai variabel penguat (variabel moderator) karena mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi
secara parsial hanya variabel profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan
jumlah pembagian dividen perusahaan.
Penelitian oleh Vianita dan Izzati Amperaningrum (2012) dengan judul
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian diperoleh
bahwa secara parsial, variabel independen yang berpengaruh signifikan ter-hadap
dividen kas adalah ROA, EPS, DPR, sedangkan cash ratio, current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
Penelitian terakhir dilakukan oleh Wahyuni (2015) yang berjudul
“Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Besarnya Dividen Yang
Dibagikan Kepada Pemegang Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI”, dengan hasil kesimpulan bahwa secara parsial variabel profitabilitas dan
likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya dividen dan secara
simultanprofitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap besarnya
dividen
Ikhtisar penelitian terdahulu diatas tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen tercantum pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2. 1 Rangkuman Penelitian Terdahulu No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian Factor to Dividend Policy Evidence in Indonesia Stock with dividend policy and firm size correlate significantly positive with dividend policy, Liquidity correlated negative significantly corrolated wih
dividend policy and leverage correlate negative significantly corrolated wih
do not signicntly cash ratio, debt to equity ratio, investment
oppurtunity set dan profitabilitas
Secara parsial variabel independen cash ratio, IOS, ROA
berpengaruh signifikan positif terhadap variabel kebijakan dividen, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh sigifikan Policy Decisions of Nigerian Listed
Profitability, firm size and leverage are significant factor that affect dividend policy
4. Lubis (2009)
Analisis faktor – faktor yang
Secara parsial hanya variabel CR,DTA dan DER yang
Analisis faktor – faktor yang
Current ratio, EPS signifikan
CR, ROI, EPS dan DTA
signifikan terhadap kebijakan dividen
6. Suhadi sebagai variabel moderating
likuiditas perusahaan sedangkan IOS tidak berpengaruh dividen (studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ)
Variabel
Secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai,
sedangkan ROE, CR, DTA dan DER tidak
Secara parsial variabel profitablitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dan IOS berpengaruh tidak
Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia
DPR kebijakan dividen
10. Wahyuni (2015)
Pengaruh
Profitabilitas dan Likuiditas
Terhadap Besarnya Dividen Yang Dibagikan Kepada Pemegang Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Variabel dependen: kebijakan dividen Variabel independen: Current Ratio dan Return on Equity.
Bahwa secara parsial variabel profitabilitas dan likuiditas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya dividen dan secara simultanprofitabilitas dan likuiditas
berpengaruh terhadap besarnya dividen
Berdasarkan konsep – konsep dasar teori dan hasil – hasil penelitian
terdahulu tersebut maka faktor – faktor yang dapat digunakan untuk