• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan tentang Strategi 1. Pengertian Strategi - STRATEGI GURU DALAM MEMBINA AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK DI MIN 14 KABUPATEN BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan tentang Strategi 1. Pengertian Strategi - STRATEGI GURU DALAM MEMBINA AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK DI MIN 14 KABUPATEN BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

15

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari dua kata dasar Yunani kuno: stratos,

yang berarti “jumlah besar” atau “yang tersebar” dan again, yang berarti memimpin” atau, kita mungkin mengartikannya,

“mengumpulkan.” Strategi merupakan berbagai tipe atau gaya rencana

yang digunakan oleh para guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang

pada hakikatnya dilakukan bersama-sama menjalin suatu percakapan

seputar sebuah pokok pembelajaran bersama.24

Dalam dunia pendidikan strategi adalah seni, yaitu seni membawa

pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling

menguntungkan. Dalam perkembangan selanjutnya strategi tidak lagi

hanya seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang dapat

dipelajari. Dengan demikian istilah strategi yang diterapkan dalam

dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar-mengajar adalah

suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas

sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai

secara efektif dan efisien. 25

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum,

24

Silver, dkk, Strategi-strategi..., hlm. 1. 25

(2)

sebab suatu strategi pada hakikatnya belum mengarah kepada hal-hal

yang bersifat praktis, masih berupa rencana atau gambaran

menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai tujuan, strategi disusun

dengan susunan yang berisi perencanaan tentang rangkaian kegiatan

yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.26

Berikut adalah ruang lingkup dari strategi (manajemen rencana

pembinaan akhlakul karimah pada peserta didik):

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang

hendak dicapai dan mendapatkan jalan dan sumber yang diperlukan

untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Dalam

proses perencanaan terdapat tiga kegiatan yang tidak dapat

dilepaskan atau dipisahkan meskipun hal tersebut dapat dibedakan.

Ketiga kegiatan itu adalah:

a. Perumusan tujuan yang ingin dicapai

b. Pemilihan program untuk mencapai tujuan itu

c. Identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu

terbatas.27

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan strategi dikatakan baik ketika dilaksanakan secara

bersama-sama oleh semua pihak sekolah apabila pelaksanaannya

26

Tim dosen PAI, Bunga Rampai Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: deepublish, 2016), hlm. 176.

27

(3)

ditujukan kepada seluruh elemen di lembaga tersebut. Selain itu,

dikatakan baik ketika antara perencanaan, pelaksanaan, dan hasil

berkesinambungan dengan baik.

3. Evaluasi Program

Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu

perangkat kriteria yang disepakati dan dapat

dipertanggungjawabkan. Ada tiga faktor penting dalam konsep

evaluasi yaitu pertimbangan (judgement) deskripsi obyek

penilaian, dan kriteria yang bertanggungjawab (defensible criteria).

Aspek keputusan itu yang membedakan evaluasi sebagai suatu

kegiatan dan konsep lainnya, seperti pengukuran (measurement).

Tujuan evaluasi antara lain:

a. Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu

periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai,

dan apa yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

b. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang

membawa organisasi kepada penggunaan sumber daya

pendidikan (manusia/tenaga, sarana/prasarana, biaya) secara

efisien ekonomis.

c. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan,

penyimpangan dilihat dari aspek tertentu misalnya program

(4)

4. Hasil

Hasil dari strategi manajemen dikatakan baik ketika ada

kesesuaian antara perencanaan, pelaksanaan, dan hasilnya.

Sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat terealisasi dengan

baik.28

2. Strategi dalam Pembinaan Akhlakul Karimah

Pembinaaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan

secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.29

pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar,

dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan

pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan

terarah.30

Pembinaan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menuju

tujuan yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan yang jelas akan

menimbulkan kekaburan atau ketidakpastian, maka tujuan pembinaan

merupakan faktor yang teramat penting dalam proses terwujudnya

akhlakul karimah. Perbuatan akhlakul karimah siswa pada dasarnya

mempunyai tujuan langsung yang dekat yaitu harga diri, dan tujuan

28

Fattah, Landasan Manajemen ..., hlm. 107-108. 29

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 152.

30 “Pengertian Pembinaan menurut para ahli” dalam

(5)

jauh adalah ridha Allah melalui amal shaleh dan jaminan kebahagiaan

dunia dan akhirat. 31

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal

yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, teratur, dan

bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian

seimbang, utuh, dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta

kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri

menambah, meningkatkan, dan mengembangkan dirinya, sesamanya

maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu, dan

kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.32

Adapun strategi dalam rangka untuk mencapai tujuan terciptanya

akhlakul karimah (peningkatan iman dan ketaqwaan membentuk insan

yang sempurna) pada peserta didik Novan memaparkan lima strategi

dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan peserta didik

melalui pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, yaitu:

a. Integrasi iman dan taqwa dalam visi, misi, tujuan, strategi sekolah,

dan proses pembelajaran.

b. Optimalisasi pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah

31

Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 11.

32

(6)

c. Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler berwawasan iman dan taqwa.

d. Pembentukan school culture yang mendukung peningkatan kualitas

iman dan taqwa

e. Melaksanakan kerjasama antara sekolah dengan orangtua peserta

didik.33

Menurut Dedi penekanan pengembangan kualitas iman dan taqwa

dalam membina akhlakul karimah dapat dikemukakan dalam empat

strategi, yaitu:

a. Integrasi materi iman dan taqwa ke dalam mata pelajaran non

agama.

b. Penciptaan iklim lingkungan sekolah yang kondusif untuk

tumbuhnya iman dan taqwa.

c. Kegiatan-kegiatan esktra-kurikuler yang bernafaskan iman dan

taqwa.

d. Mempererat kerjasama sekolah dengan orangtua dan masyarakat

dalam pembinaan iman dan taqwa peserta didik.34

Akhlak merupakan corak batin bagi rohaniah manusia. Bila corak

yang dibina atau dibentuk dalam rohani itu baik, maka

tindakan-tindakan badan jasmaniah pada umumnya baik pula. Demikian

sebaliknya, rohani seolah-olah memegang komando atas jasmaniah

33

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 16.

34

(7)

manusiawi. Tidak dapat disangkal bagaimana pentingnya pembinaan

dan pemeliharaan rohaniah, disamping pemeliharaan dan perawatan

jasmaniah, supaya jasmani dan rohani berada dalam kondisi sehat dan

baik.35

Salah satu strategi dalam pengembangan model pembinaan akhlak

anak adalah menempatkan anak sebagai subjek pembinaan, bukan

semata-mata sebagai objek binaan yang perlu dicekoki dengan

seperangkat nilai yang kering dan tidak menyentuh terhadap realitas

kehidupan yang dialami oleh anak sehari-hari. Melalui pendekatan

subjek, anak diajak untuk mengenali dan memecahkan sendiri

persoalan yang mereka hadapi.36

Akhlak tidak cukup hanya dipelajari, tanpa adanya upaya untuk

membentuk pribadi yang ber-akhlaq al-karimah. Dalam konteks

akhlak, perilaku seseorang akan menjadi baik jika diusahakan

pembentukannya. Usaha tersebut dapat ditempuh dengan belajar dan

berlatih melakukan perilaku akhlak yang mulia. Berikut ini proses dan

metode pembentukan ataupun pembinaan akhlak pada diri manusia

yang dapat diterapkan kepada peserta didik.

1. Metode Qudwah atau Uswah (Keteladanan)

Orangtua dan guru yang biasa memberikan teladan perilaku

yang baik, biasanya akan ditiru oleh anak-anak dan muridnya. Hal

ini berperan besar dalam mengembangkan pola perilaku mereka.

35

H.S.M. Nasaruddin Latif, Biografi dan Pemikiran, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 49.

36

(8)

Keteladanan orangtua dan guru sangat penting bagi pendidikan

moral anak, bahkan hal itu jauh lebih bermakna dari sekedar

nasihat secara lisan (indoktrinasi). Jangan berharap anak akan

bersifat sabar, jika orangtua memberi contoh yang selalu

marah-marah. Keteladanan yang baik merupakan kiat yang mujarab dalam

mengembangkan perilaku moral bagi anak.

2. Metode Taklim (Pengajaran)

Dengan mengajarkan perilaku keteladanan, akan berbentuk

pribadi yang baik. Dalam mengajarkan hal-hal baik, kita tidak

perlu menggunakan kekuasaan dan kekerasan. Sebab cara tersebut

cenderung mengembangkan moralitas yang eksternal. Artinya,

dengan cara tersebut, anak hanya akan berbuat baik karena takut

hukuman orangtua atau guru. Anak sebaiknya jangan dibiarkan

takut kepada orangtua atau guru, melainkan ditanamkan sikap

hormat dan segan. Sebab jika hanya karena takut, anak cenderung

berperilaku baik ketika ada orangtua atau gurunya.

3. Metode Ta’wid (Pembiasaan)

Pembiasaaan perlu ditanamkan dalam membentuk/membina

pribadi yang berakhlak. Sebagai contoh, sejak kecil anak

dibiasakan membaca basmallah sebelum makan, makan dengan

tangan kanan, bertutur kata baik, dan sifat-sifat terpuji lainnya. Jika

hal itu dibiasakan sejak dini, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi

(9)

4. Metode Targhib/Reward (Pemberian Hadiah)

Memberikan motivasi, baik berupa pujian atau hadiah tertentu,

akan menjadi salah satu latihan positif dalam proses

pembentukan/pembinaan akhlak. Cara ini akan sangat ampuh,

terutama ketika anak masih kecil. Secara psikologis, seseorang

memerlukan motivasi atau dorongan ketika hendak melakukan

sesuatu. Motivasi itu pada awalnya mungkin masih bersifat

material, akan tetapi kelak akan meningkat menjadi motivasi yang

lebih bersifat spiritual.

5. Metode Tarhib/Punishment (Pemberian Ancaman/Hukuman)

Dalam proses pembentukan/pembinaan akhlak, terkadang

diperlukan ancaman agar anak tidak bersikap sembrono. Dengan

demikian, anak akan enggan ketika mau atau berniat melanggar

norma tertentu. Terlebih jika sanksi itu cukup berat. Pendidik atau

orangtua terkadang juga perlu memaksa dalam hal kebaikan. Sebab

terpaksa berbuat baik itu lebih baik, daripada berbuat maksiat

dengan penuh kesadaran.

Jika penanaman nilai-nilai akhlak mulia telah dibiasakan dalam

kehidupan sehari-hari, kebiasaan tersebut akan menjadi sesuatu

yang ringan. Dengan demikian, ajaran-ajaran akhlak mulia akan

diamalkan dengan baik oleh umat Islam. Setidaknya perilaku

tercela (akhlaq madzmumah) akan dapat diminimalkan dalam

(10)

dengan sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus untuk

menyempurnakan budi pekerti yang mulia”.37

6. Metode Pengetahuan

Pengetahuan dapat membuat orang menjadi semakin baik.

Semakin tinggi ilmu seseorang, mestinya semakin baik pula

akhlaknya. Memang ada kenyataan lain yang bertentangan dengan

teori ini. Bertambahnya pengetahuan seseorang, semestinya dapat

menjadikan lebih dekat dengan Sang Pencipta, bukan sebaliknya,

justru semakin jauh dariNya.38

7. Metode Imperatif (Perintah)

Perintah dalam pendidikan akhlak Islam merupakan sistem

pendidikan yang dapat memberikan kemampuan sesorang untuk

memimpin kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam, khususnya

yang terkait dengan amal atau perbuatan melakukan perintah.

Nilai-nilai perintah Islam tersebut mampu menjiwai dan mewarnai

kepribadiannya. Model pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an

banyak digunakan melalui kalimat-kalimat perintah. Model ini

mendidik manusia untuk melakukan suatu amalan yang ditetapkan

agama.

8. Metode Larangan

Model pendidikan dalam Al-Qur’an dengan cara melarang

(11)

ini memberikan pendidikan dalam berbagai dimensi kehidupan

seorang mukmin untuk menjadi hamba-Nya yang taat. Model

larangan yang dimaknai di sini merupakan pembatas kebebasan

dalam dunia pendidikan yang bisa diwujudkan dalam bentuk

tataran kurikulum yang mendukung proses pendidikan atau

pencarian ilmu yang tidak menyimpang dari nilai kebenaran.

9. Metode Kisah

Kisah merupakan sarana yang mudah untuk mendidik

manusia. Model ini sangat banyak dijumpai dalam Al-Qur’an,

kisah yang diungkapkan dalam Al-Qur’an ini mengiringi berbagai

aspek pendidikan yang dibutuhkan manusia untuk menghadapi

berbagai rintangan melalui kisah dapat menggambarkan dengan

jelas perbedaan antara kelompok atau pribadi yang baik dan yang

buruk.

10.Metode Dialog dan Debat

Pendidikan dan pembinaan dalam Al-Qur’an juga

menggunakan model dialog dan debat dengan berbagai variasi

yang indah. Pendidikan Al-Qur’an melalui model dialog dan debat

akan memberi didikan yang membawa pengaruh pada perasaan

yang amat dalam bagi diri seorang beriman. Betapa besarnya

nikmat yang Allah SWT berikan yaitu agama dan ajaran-Nya,

(12)

syukur kepada Allah atas nikmat tersebut. Kesemuanya ini akan

melahirkan akhlak yang baik, khususnya akhlak terhadap Allah.39

B. Pembahasan tentang Guru

1. Pengertian Guru

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik

atau guru. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat

besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan

pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidik

merupakan culture transition yang bersifat dinamis kearah suatu

perubahan secara kontinu, sebagai sarana vital untuk membangun

kebudayaan dan peradaban umat manusia.40

Guru adalah pendidik professional yang mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pada jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk itu guru

harus menyatu, menjiwai, dan menghayati tugas-tugas keguruannya. 41

Guru dalam bahasa Jawa adalah merujuk pada seorang yang harus

digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa

dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid.

Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan

(panutan) bagi semua muridnya. Secara tradisional guru adalah

39

Syafri, Pendidikan Karakter , hlm. 137. 40

Al-Rosyidin, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41. 41

(13)

seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan.42

Guru adalah “spiritual father” atau bapak rohani bagi seorang

murid. Ia adalah orang yang memberikan santapan rohani dengan ilmu,

mendidik dengan akhlak anak didiknya untuk kebaikan kehidupannya

dan memberikan contoh dalam kehidupan melalui tindakan yang

terpuji, mewujudkan keseimbangan yang sempurna pada kepribadian

dengan menggabungkan antara iman, akhlak, ilmu, dan amal.

Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk

mendidik, yang memberikan anjuran-anjuran, norma-norma, dan

berbagai macam pengetahuan dan kecakapan, pihak yang cukup

membantu menghumanisasikan anak.43 Guru memberikan bimbingan

di manapun mereka berada tanpa batas dalam ruang kelas atau

lingkungan sekolah saja. Guru memberikan bimbingan rohani dengan

ilmu, mendidik aqidah dan akhlak, mengoreksi kesalahan lalu

memperbaikinya.44

2. Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Seorang Guru

Menurut Pidarta seperti yang dikutip oleh Jamil dalam bukunya

mengatakan bahwa peranan guru/pendidik antara lain sebagai manager

pendidikan atau pengorganisasian kurikulum, sebagai fasilitator

pendidikan, pelaksana pendidikan, pembimbing dan supervisor,

42

Al-Rosyidin, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41. 43

Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 169. 44

(14)

penegak disiplin, model perilaku yang akan ditiru siswa, sebagai

konselor, menjadi penilai, petugas tata usaha tentang administrasi kelas

yang diajarnya, menjadi komunikator dengan orangtua siswa dengan

masyarakat, pengajar untuk meningkatkan profesi secara

berkelanjutan, menjadi anggota organisasi profesi pendidikan.45

Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab

memberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani

dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri

sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT

dan mampu sebagai makhluk sosial, serta sebagai makhluk individu

yang mandiri.46

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama

mereka diserahkan kepadanya, karena itu sebagai sumbangan sekolah

sebagai lembaga terhadap pendidikan, sekolah berperan di antaranya

sebagai berikut:

a. Sekolah membantu orangtua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.

b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam

masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

c. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan

seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu

lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

45

Suprihatiningrum, Guru Profesional…, hlm. 26. 46

(15)

d. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,

membedakan benar dan salah, dan sebagainya.

Adapun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan memerlukan

bantuan guru atau arahan orang lain yang dapat menjelaskan suatu

ilmu.47 Guru merupakan sesosok peran aktif di dalam sekolah, karena

guru yang melakukan kegiatan pembelajaran dan bimbingan setelah

pendidikan yang dilakukan di dalam keluarga. 48

Mengenai tugas pendidik yang utama menurut Al-Ghazali seperti

yang dikutip oleh Bukhari Umar adalah menyempurnakan,

membersihkan, menyucikan, serta membimbing hati manusia untuk

mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal tersebut karena

tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan

diri kepada-Nya, oleh karena itu fungsi dan tugas pendidik dalam

pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:49

a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan

program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun

serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program

dilakukan.

47

Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ma’alimul Usroh, 2001), hlm 19.

48

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hlm. 34. 49

(16)

b. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada

tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring

dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.50

c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan

diri sendiri, peserta didik, dan masyarakat yang terkait, terhadap

berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan,

pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas

program pendidikan yang dilakukan.51

Mengenai tugas guru dalam pendidikan akhlak, ahli-ahli

pendidikan Islam juga ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas

guru ialah mendidik. Dalam literature yang ditulis oleh para ahli

pendidikan Islam, tugas guru memiliki peran yang strategis dalam

rangka meningkatkan kemampuan (kognisi, afeksi, dan motorik) anak

didik. Selain itu juga guru berupaya mengarahkan anak didik untuk

menuju manusia paripurna. Di antara tugas guru antara lain:

1. Guru harus mengetahui karakter seorang murid.

2. Guru harus selalu berusaha menginkatkan keahliannya.

3. Guru harus mampu mengantarkan anak didik kearah pembentukan

moral/akhlak mulia.52

Ayat yang mengenai nasihat untuk mendidik anak dengan cara-cara

yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah, yang

menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai

50

Munardji, Ilmu Pendidikan…, hlm. 63-64. 51

Umar, Ilmu Pendidikan…, hlm. 89. 52

(17)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau

terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan

memahami Islam untuk diamalkan. Ajarkanlah Tauhid, yaitu

bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari

berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya yaitu:

ٌمي ِظَع

ٌمْل ُظَل

ٌَكْ ِِشّلا

ٌ ن

memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar- benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman ayat 13).53

3. Standart Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Berdasarkan Undang-undang tentang Pendidikan dan tenaga

kependidikan pasal 42 ayat 1 menerangkan bahwa pendidikan harus

memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang

kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.54

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab I

tentang Ketentuan Umum, Pendidikan Nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

53

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 545.

54

(18)

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis.55

Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal

guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau

Sarjana (S-1) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang

diperoleh dari program studi yang terakreditasi.56

Guru harus memiliki berbagai memiliki berbagai kualifikasi yang

menunjang agar dapat menjalankan proses kegiatan belajar mengajar.

Beberapa kualifikasi tersebut, antara lain sebagai berikut.

1. Mempunyai spiritualitas yang baik yang berkaitan erat dengan

hal-hal yang berasal atau bersumber dari Tuhan, dengan memiliki sisi

spiritualitas yang baik guru dapat memahami norma-norma, baik

dan buruk, konsep diri yang baik, dan konsep kemanusiaan yang

baik.

2. Mempunyai kelengkapan pengetahuan teologis, keguruan, dan

keterampilan mengajar. Guru yang tidak mempunyai pengetahuan

tentang pendidikan, keguruan, dan seluk-beluknya, sama halnya

dengan dokter yang tidak belajar ilmu kedokteran. Akibatnya, guru

seperti ini hanya akan mengajar tanpa berlandaskan keilmuan. Bisa

55

Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2008), hlm 5.

56

(19)

dikatakan guru melakukan malpraktik dan merugikan

siswa-siswinya.

3. Terus-menerus belajar untuk meningkatkan diri, termasuk

kemampuan memahami bidang studi yang ia ajarkan, masalah

manusia, dan kemanusiaannya. Artinya, guru tidak hanya belajar

sebelum dia mengajar, tetapi juga ketika mengajar. Konsep long

life education (belajar sepanjang hayat) haruslah diterapkan bagi

seorang guru.

4. Terus menerus meningkatkan kemampuan agar semakin mampu

mengelola proses belajar-mengajar serta memberikan layanan yang

terbaik untuk orang lain atau kepada peserta didik dan lain-lain.57

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti

kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu

hal. menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru, macam-macam kompetensi yang

harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain.

1. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan yang berkaitan

dengan pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang

mendidik dan dialogis. Secara subtansi, kompetensi ini mencakup

kemampuan pemahaman terhadap siswa, perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

57

(20)

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Sosial, merupakan kompetensi yang berkaitan dengan

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul dengan siswa, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar. Guru

merupakan makhluk sosial yang kehidupan kesehariannya tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan bersosial, baik di sekolah ataupun

di masyarakat, maka dari itu guru dituntut untuk memiliki

kompetensi sosialyang memadai.

4. Kompetensi Profesional, merupakan penggambaran tentang

kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengampu

jabatan sebagai seorang guru, artinya kemampuan yang

ditampilkan itu merupakan ciri keprofesionalannya. Kompetensi

professional merupakan kemampuan yang berkaitan dengan

penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan

mendalam yang mencakup penguasaan substansi keilmuan yang

menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan

keilmuan sebagai guru.58

58

(21)

4. Macam-macam Pendidik

Pendidik terbagi menjadi dua, yaitu pendidik kodrat dan pendidik

jabatan.59 Pendidik kodrat adalah orang yang paling bertanggung

jawab terhadap perkembangan anak didik yaitu orangtua (ayah dan

ibu) anak didik.60 Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah

orangtua. Hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada

masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan

ibunya, dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya, dasar

pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak

tertanam sejak anak berada di tengah orangtuanya. 61

Dari perspektif Islam, anak adalah karunia sekaligus amanah Allah

yang diberikan kepada orang tua. Anak perlu diberikan makanan batin

semenjak dini, niscaya ia akan tumbuh dengan memiliki pribadi yang

kuat. Dengan pendidikan akan melahirkan generasi yang memiliki

sumber daya yang kuat, handal, dan memiliki wawasan yang luas.62

Anak merupakan anugerah dari Allah SWT, Tuhan yang

Mahakuasa, di mana kehadirannya merupakan tanggung jawab setiap

orangtua untuk mendidik dengan baik, untuk menciptakan masa depan

yang lebih baik, salah satu caranya adalah dengan menciptakan

anak-anak atau generasi muda sebagai aktor dan pionir masa depan. Cerdas

59

Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 83. 60

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 74.

61

Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 84.

62

(22)

dan pintar saja tentunya tidak cukup, tetapi juga diperlukan juga sifat

yang pantang menyerah, sehat jasmani dan rohani, tanggung jawab,

memiliki harapan dan motivasi tinggi, peka terhadap lingkungan

sekitarnya, dan berkepribadian baik atau berakhlakul karimah.63

Pendidik jabatan yaitu orang lain (tidak termasuk anggota

keluarga) yang karena keahliannya ditugaskan mendidik guna

melanjutkan pendidikan yang telah dilaksanakan oleh orangtua dalam

keluarga. Pada hakikatnya, pendidik jabatan membantu orangtua

dalam mendidik anak karena orangtua memiliki berbagai keterbatasan.

Berbeda dari pendidik kodrat, pendidik jabatan dituntut memiliki

berbagai kompetensi sesuai dengan tugasnya.64

C. Pembahasan tentang Akhlak

1. Pengertian Akhlakul Karimah

Secara etimologi akhlak adalah kata jamak dari kata tunggal

khuluq. Kata Khuluq adalah lawan dari kata khalq. Khuluq merupakan

bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir. Khalaq dilihat

dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan mata

batin (bashirah). Keduanya dari akar kata yang sama yaitu khalaqa.

Keduanya berarti penciptaan, karena memang keduanya telah tercipta

melalui proses. Khuluq atau akhlaq adalah sesuatu yang telah tercipta

atau terbentuk melalui sebuah proses.65

63

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan), (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 211.

64

Umar, Ilmu Pendidikan, hlm. 85-86. 65

(23)

Khuluqun menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Rumusan pengertian akhlak timbul sebagai media

yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dan

makhluk serta antara makhluk dan makhluk.66

Budi pekerti pada dasarnya tidak berbeda dengan akhlak, akhlak

adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki

kedekatan dengan istilah tata krama. Inti ajaran tata krama ini sama

dengan inti ajaran budi pekerti. Adapun yang digunakan oleh

kurikulum Nasional sejak tahun 2004 untuk pendidikan nilai adalah

pendidikan budi pekerti. Artinya, nama yang digunakan bukan

pendidikan akhlak, bukan pendidikan tata krama, dan bukan

pendidikan etika.67

Akhlak ialah hal ihwal yang melekat pada jiwa (sanubari). Dari situ

timbul perbuatan-perbuatan secara mudah tanpa dipikir dan diteliti

lebih dahulu (spontanitas). Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu

menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pikiran

dan syariah, maka tingkah laku itu disebut akhlak yang baik (akhlakul

karimah). Akhlakul karimah ialah akhlak terpuji, yaitu perbuatan

terpuji dan mulia yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi

kebiasaan atas dasar kesadaran jiwa, bukan kerena keterpaksaan.68

66

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 9-10.

67

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 32-33.

68

(24)

Adapun pengertian akhlak secara terminologi, menurut para ulama

seperti yang dikutip oleh Samsul menyatakan sebagai berikut.

1. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M), akhlak adalah hay’at atau sifat

yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya lahir

perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangn dan

pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang

terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, ia dinamakan

akhlak yang baik, tetapi jika ia menimbulkan tindakan yang jahat,

maka ia dinamakan akhlak yang buruk.

2. Ibnu Maskawaih (941-1030 M), akhlak adalah keadaan jiwa

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada

pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh

jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,

kemudian dilakukan terus-menerus, maka jadilah suatu bakat dan

akhlak.

3. Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M), akhlak adalah keadaan jiwa

seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui

pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada

seseorag boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh jadi

(25)

4. Syekh Makarim Asy-Syirazi, akhlak adalah sekumpulan

keutamaan maknawi dan tabiat batin manusia.

5. Al Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H), akhlak adalah ungkapan untuk

menunjukkan kondisi yang mandiri dalam jiwa, darinya muncul

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan

dan pemikiran.

6. Dr. Ahmad Muhammad Al Hufi, akhlak adalah adat yang dengan

sengaja dikehendaki keberadaannya. Dengan kata lain, akhlak

adalah azimah (kemauan yang kuat) tentang sesuatu yang

dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi adat (kebiasaan) yang

mengarah kepada kebaikan atau keburukan.

7. Dr. Ahmad Amin, akhlak adalah kebiasaan kehendak. Artinya,

apabila kehendak itu membiasakan sesuatu, kebiasaannya itu

disebut sebagai akhlak.

8. Al-Qurthuubi, suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab

kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk

bagian dari kejadiannya.

9. Abu bakar Jabir Al-Jazairi, akhlak adalah benyuk kejiwaan yang

tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik

dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.69

Adapun menurut penulis akhlah adalah segala perbuatan manusia

yang ada dalam jiwa manusia tentang baik atau buruk yang dilakukan

69

(26)

secara berulang-ulang dan tanpa sadar perbuatan itu telah menjadi

kebiasaan dan dilakukan secara terus-menerus tanpa dipikir dan

dipertimbangkan lagi untung dan ruginya.

Akhlak merupakan fungsionalisasi agama, artinya keberagaman

menjadi tidak dibuktikan dengan akhlak. Akhlak merupakan perilaku

sehari-hari yang dicerminkan dalam ucapan, sikap, dan perbuatan.

Berakhlak berarti hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam,

artinya hidup berguna bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk

keseluruhan umat manusia dan alam sekitarnya.70

2. Macam-macam Akhlakul Karimah

Islam telah memberi pesan jelas, tegas, dan singkat bahwa untuk

mencapai kebahagiaan baik yang bersifat pribadi, kelompok, maupun

umat, satu kata yang diperlukan yaitu akhlakul karimah.71 Akhlak

menempati posisi yang sangat penting dalam Islam sehingga setiap

aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan

pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhhlaq al-karimah.

Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW, yang

artinya sebagai berikut. 72

“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang Mulia.”

(HR Ahmad, Baihaqi, dan Maliki).

70

UPI, Ilmu dan Aplikasi…, hlm. 29. 71

A. Fatih Syuhud, Pribadi Akhlakul Karimah, (Malang: Al Khoirot, 2010), hlm. 66. 72

(27)

Dengan demikian, akhlakul karimah menjadi tema sentral Islam

dalam rangka menuju hidup bahagia. Secara garis besar, akhlakul

karimah terdiri dari.

1. Akhlak pada Allah atau hablun min Allah, yaitu: suatu poin

penting yang membedakan antara konsep yang ditawarkan Islam

dengan teori buatan manusia. Konsep hablun min Allah ini dapat

digambarkan bahwa seorang muslim sejak ia lahir sudah menjalani

semacam “kontrak sosial” dengan Allah untuk percaya kepada

keEsaan-Nya. Di mana sebagai konsekuensinya, seorang muslim

akan menjalankan semua perintah dan menjauhi laranganNya

dengan penuh totalitas dan tanpa memesannya.73

Tuhan merupakan satu-satunya yang wajib disembah,

dimohon petunjuk, dan pertolongan. Manusia secara fitrah ingin

mengabdi kepada kekuatan yang lebih besar, yaitu Allah yang

Maha Besar. Manusia sebagai hamba Allah harus mengabdikan

diri kepada Allah. Pengabdian ini berupa kewajiban-kewajiban

manusia untuk mengikuti perintah dan menjauhi segala

larangan-Nya.74

2. Akhlak terhadap sesama manusia atau hablun minannas yaitu:

suatu hal yang tak terelakkan, bahkan pada dasarnya hubungan

antara sesama umat manusia ini baik antara sesama muslim

(28)

Tidak hanya itu standart kesholihan seorang muslim sering

diidentikkan dengan satu hal, bahwa kadar keimanan seseorang

kepada Allah tergantung seberapa baik relasinya dengan sesama

manusia dan seberapa besar manfaatnya kepada manusia lain.

3. Akhlak pada diri sendiri, yaitu: proses seorang muslim untuk

menyucikan diri mereformasi akhlak, dengan meroformasi akhlak

pribadi bertindak dan berpikir diharapkan segala perilaku

keislaman seseorang menjadi semakin tinggi nilainya karena

didasarkan pada motivasi yang benar dan tulus.75

3. Akhlakul Karimah dan Akhlak Madzmumah

Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang

berakibat timbulnya berbagai perbuatan secara spontan tanpa disertai

pertimbangan. Dikarenakan akhlak berasal dari dalam diri seseorang

secara spontan maka aktualisasinya adalah timbulnya akhlak mulia dan

akhlak buruk.76

Banyak amalan yang dilakukan orang beriman dalam rangka

bermunajat kepada Allah. Ia sholat wajib lima waktu, kurang puas

dengan amalan wajib maka shalat sunahpun diamalkan. Mendekatkan

hatinya dengan membaca Al-Quran secara tartil sembari merenungi

artinya, atau hanya sekedar membaca tanpa merenungkannya.

Guna mengurangi rasa bakhilnya sekaligus meringankan beban si

miskin maka seorang mukmin bersedekah dengan hartanya.

75

Syuhud, Pribadi Akhlakul…,hlm. 66-67. 76

(29)

Menjalankan puasa berharap mendapatkan pahala yang melimpah

sekaligus mendidik jiwanya agar tidak serakah. Namun perlu kiranya

diketahui bahwa salah satu amal manusia yang paling mulia di

hadapan Allah dan paling berat timbangannya di sisi-Nya adalah

kebaikan akhlak (akhlakul karimah).77

Akhlak mulia atau dalam Islam disebut al-akhlaaq al-kariimah

terlihat pada berbagai perbuatan yang benar, terpuji, serta

mendatangkan manfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Sedangkan

akhlak tercela atau dalam Islma disebut al-akhlaaq al-madz-muumah

yang terlahir Karena dorongan nafsu tercermin dari berbagai perbuatan

buruk, rusak, dan merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya.78

Adapun yang termasuk akhlakul karimah atau akhlak terpuji antara

lain:

1. Asy Syajaa’ah (berani), yaitu: keteguhan hati dalam membela dan

mempertahankan kebenaran.

2. Al Karam (pemurah), yaitu: membelanjakan harta benda untuk

keperluan yang membawa kemanfaatan besar, atau besar

kepentingannya, atau memberikan harta untuk kebaikan da kebaktian.

3. Al ‘Adl (adil), yaitu: memberikan hak kepada yang berhak, tanpa

membeda-bedakan antara orang-orang yang berhak itu.

77

Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo: Era Intermedia, 2004), hlm. 26-27.

78

(30)

4. Al’Iffah (menjaga kehormatan), yaitu: memelihara diri dari segala

perbuatan atau tingkah laku yang tidak boleh dikerjakan, baik melalui

tangan, lisan atau dengan syahwatnya.

5. Ash Shidqu (jujur atau benar), yaitu: mengatakan yang benar dan

terang atau memberi kabar sesuai dengan kenyataan yang diketahui

sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.

6. Al Amaanah (dapat dipercaya), kata ini mempunyai dua pengertian,

dalam pengertian secara khusus, amaanah artinya mengembalikan

barang titipan kepada orang yang menitipkan atau

mempercayakannya. Dalam pengertian umum, amaanah artinya

menyembunyikan rahasia, ikhlas dalam memberikan nasihat kepada

yang memintanya, menyampaikan sesuatu secara utuh sesuai dengan

apa yang ditugaskan untuk disampaikan.

7. Ash Shabru (sabar), yaitu: menahan diri dari segala gangguan dan

tahan menderita terhadap apa yang tidak disukai dengan tanpa

menunjukkan reaksi.

8. Al Hilmu (lapang hati), yaitu: melemahnya kekuatan marah dan

tunduknua kepada akal. Sifat ilmu itu dapat dimiliki dengan memaksa

didi untuk berlapang hati maupun menahan marah.

9. Al ‘Afwu (pemaaf), yaitu: memberi maaf atau ampunan terhadap

orang yang bersalah tanpa diikuti rasa benci atau sakit hati, serta

(31)

10.Ar-Rahmah (kasih sayang), yaitu: sikap bertoleransi yang didasari

kelembutan hati tanpa memandang keberadaannya.

11.Litsaarus Salaam (menutamakan kedamaian), yaitu: usaha menutup

pertentangan dan perselisihan menuju kesepakatan dan ketentraman.

12.Az Zuhd (zuhud), yaitu: tidak terlalu bergembira akan sesuatu yang

dikuasai dan tidak berputus asa terhadap sesuatu yang terlepas.

13.Al Hayaa’ (malu), yaitu: perasaan tidak enak terhadap sesuatu yang

dapat menimbulkan cela atau aib, baik berupa perbuatan maupun

perkataan, sekalipun menurut syariat hukumnya mubah, dan tidak

dipersoalkan orang.

14.At Tawaadhu’ (rendah hati atau tawadhu’), yaitu: memelihara

pergaulan dan hubungan dengan sesama manusia tnapa mengurangi

rasa hormat kepada orang lain dengan merendahkan hati mereka,

sebaliknya tidak menjatuhkan dirinya sendiri karena kebesaran orang

lain.

15.Al Wafaa’ (kesetiaan), yaitu: menunaikan apa saja yang menjadi

kewajiban, atau memelihara kewajiban itu secara utuh, baik berupa

perjanjian tertulis atau yang tidak tertulis, karena diharuskan oleh

fitrah manusia dan petunjuk akal serta perasaan kesetiaan kepada

orang yang berbuat baik.

16.Asy Syuuraa (musyawarah), yaitu: menerima saran-saran dan

pendapat orang lain sebagai landasan untuk menjalankan suatu

(32)

17.Thiibul ‘Isyrah (pergaulan yang baik), yaitu: kemesraan dalam

menjalin hubungan berkawan dengan menjaga hak-haknya.

18.Hubbul Amal (cinta kerja), yaitu: Giat untuk membangun dan

menutuo segala kemalasan yang berujung pada keterbelakangan.

19.Ta’awun (tolong menolong), yaitu: menjalin hubungan persaudaraan

dengan penuh solidaritas dalam hal kebajikan.

20.As Sakhaat (pemurah), yaitu: memberikan harta sebagai tambahan

dari yang wajib, tanpa disertai ikatan dan tujuan kepada diberi.

21.Al Muruu’ah (berbudi tinggi), yaitu: sifat kesatria dalam membela

yang benar, tidak mudah putus asa sebelum mencapai tujuan yang

dikehendaki dengan tetap memperhitungkan peraturan yang

berlaku.79

Selain akhlakul karimah atau akhlak-akhlak mulia, ada pula akhlak

madzmumah atau dzamimah atau akhlak-akhlak tercela. jika akhlak

yang mulia dan terpuji sangat dianjurkan agama bahkan menjadi tujuan

utama diturunkannya agama itu, maka sebaliknya, akhlak yang tercela

sangat dibenci Allah dan Rasulullah.80

Berikut beberapa akhlak yang tercela, agar kita bisa menjauhkan diri

darinya:

1. Anaaniyah (egoistis), yaitu: suka mementingkan diri sendiri tanpa

memperhatikan kepentingan orang lain.

79

Raras Huraerah, RIPAIL (Rangkuman Ilmu Pelajaran Agama Islam Lengkap), (Jakarta: Jal Publishing, 2011), hlm. 44-48.

80

(33)

2. Al Baghyu (lacur), yaitu: sifat jahat yang berhubungan dengan

seksual dan dicapai melalui jalan yang tidak seharusnya.

3. Al Kidzbu (dusta), yaitu: sifat tercela yang didasarkan pada

ketiadaan sifat amanah dan kejujuran. Dusta berarti tidak dapat

dipercayai dalam hal tindakan dan ucapan.

4. Al Khiyaanah (khianat), yaitu: tidak dapat dipercaya karena

kelicikan dan berbelit. Dalam bersumpah khianat berarti melakukan

sumpah palsu atau memberi keterangan yang dusta.

5. At Fawaahisy (perbuatan keji), yaitu: semua perbuatan tercela yang

bertentangan dengan syariat. Misalnya penyimpangan seksual, sihir,

judi, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.

6. At Ghadhab (pemarah), yaitu: sifat mengumbar nafsu (emosi) secara

berlebihan tanpa memperhitungkan realitas persoalan yang dihadapi.

7. Al Ghasysyu (menipu timbangan), yaitu: memberikan timbangan

kepada oranglain secara tidak jujur. Sifat jahat ini berlaku pada jual

beli yang menggunakan timbangan.

8. Al Ghifibah (menggunjing), yaitu: membicarakan keburukan orang

lain, sekalipun yang dibicarakan itu sesuai dengan kenyataan. Kalau

yang dibicarakan itu tidak sesuai dengan kenyataan maka disebut

dengan dusta.

9. Al Ghinaa (merasa kaya), yaitu: perasaan diri yang menyatakan

bahwa dirinya sudah kaya, cukup, sehingga tidak membutuhkan

(34)

10.Al Ghuruur (memperdaya), yaitu: mengelabui orang lain terhadap

apa yang dikerjakan sehingga dia terkecoh.

11.Al Hayaatud Dunya (kehidupan duniawi), yaitu: terlalu mencintai

kehidupan di alam yang fana dengan segala jenisnya, hingga

melupakan ibadah.

12.Azh Zhulmu (Aniaya atau Zalim), zalim lawan kata dari adil, yaitu:

meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Zalim terbagi menjadi tiga

yaitu zalim kepada diri sendiri, zalim kepada orang lain, dan zalim

kepada Tuhannya.81

13.Al Hasad (dengki), yaitu: harapan seseorang agar suatu nikmat

hilang dari orang lain. Hasad ada dua tingkatan, tingkatan pertama

adalah setelah nikmat itu hilang dari orang lain, ia berharap pindah

kepadanya. Sedangkan tingkatan kedua, lebih jahat yaitu nikmat itu

hilang dari orang lain meskipun juga tidak pindah ke tangannya.

14.Ujub, yaitu: perasaan bangga terhadap diri sendiri. Ujub

menyebabkan seseorang bisa terjerumus dalam kesombongan dan

terperdaya. Ujub adalah perbuatan yang dibenci Allah, karena ujub

berarti tidak mengakui bahwa nikmat datangnya dari Allah SWT.

Ujub bisa terjadi dalam beberapa hal yaitu ujub dalam hal ilmu, ujub

dalam hal harta, ujub dalam hal kedudukan, dan ujub dalam hal

ibadah.

81

(35)

15.Malas dan lemah, kemalasan dan kelemahan adalah penyakit

kepribadian manusia yang jika berjangkit akan membuat seseorang

tidak bisa mencapai kemajuan dalam hidupnya. Jika penyakit ini

juga menimpa suatu bangsa atau masyarakat maka masyarakat itupun

akan terus terkungkung dalam keterbelakangannya.

16.Al Jubnu (pengecut), yaitu: pengecut lawan katanya berani.

Kepengecutan biasanya berhubungan dengan keyakinan dan tekad.

Jika mentalnya pemberani dan yakin bahwa dirinya unggul dari

pesaingnya maka sikap pengecut tidak ada tempat baginya. Namun

jika seseorang memiliki kayakinan bahwa dirinya akan kalah dalam

bersaing maka ia akan segera mundur teratur sebelum persaingan itu

dimulai.

17.Al Bukhlu (Bakil atau kikir), yaitu: Mental pengecut sangat dekat

dengan mental kikir atau bakhil. Rasa cinta yang berlebihan

membuat seseorang sangat sulit menyedekahkan hartanya. Harta

yang seharusnya ada di genggaman tangan agar seseorang leluasa

membelanjakannya, pada orang bakhil tempatnya dalam hati dan

sulit sekali dikeluarkan kecuali untuk sesuatu yang akan

menguntungkan secara materi lebih banyak.82

4. Tujuan, Syarat –syarat, dan Hikmah Mempelajari Akhlak

Adapun akhlak Islam, mendasarkan tujuannya pada pencapaian

kebahagiaan. Kebahagiaan yang akan dicapai dalam akhlak Islam

82

(36)

adalah kebahagiaan yang dapat melindungi perorangan dan melindungi

umat. Inilah kebahagiaan sejati, bukan kebahagiaan yang bersifat

khayalan dan angan-angan belaka. Kebahagiaan yang dimaksud tidak

hanya bersifat lahiriah, dalam arti kebahagiaan dalam kehidupan di

dunia yang fana ini akan tetapi jauh melampaui itu yaitu berupa

kebahagiaan kehidupan akhirat kelak.

Samsul dalam bukunya menyatakan bahwa menurut Imam

Al-Ghazali menyebutkan bahwa tujuan akhlak (Islam) adalah sa’adah

ukhrawiyah (kebahagiaan akhir). Lebih lanjut, Al-Ghazali juga

menyatakan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan

akhirat. Menurutnya, bukan bahagia (sa’adah) apabila tidak nyata dan

tiruan, seperti kebahagiaan duniawi yang tidak mengarahkan kepada

kebahagiaan akhirat. 83

Selain memiliki tujuan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,

akhlak Islam juga memiliki tujuan khusus. Adapun tujuan khusus

akhlak adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadist, bahwa

tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk

menyempurnakan akhlak.

خَلِا َمِراَكَم َمِمَتُِلِ ُتثِعُب اَمنِّإ

ِقَلا

83

(37)

Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

(HR. Al Bukhari, Abu Dawut, dan Hakim).84

Hadist tersebut berkaitan erat dengan firman Allah SWT.

١٠٧

ََ

يِمَلاَعلِمل ًةَ حَْر الَِّإ َكاَن لَس رَأ آَمو

Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya’ (21): 107)85

Hubungan antara hadist dan ayat di atas, adalah rahmat yang

dibawa Nabi Muhammad SAW bagi semesta alam, terwujud

melalui penyempurnaan akhlak atau budi pekerti. Dengan

mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW akan

dapat mendorong kita untuk mencapai akhlak mulia. Akhlak

merupakan sesuatu yang paling penting dalam agama, bahkan

tujuan utama ibadah sekalipun adalah mencapai kesempurnaan

akhlak.

2. Menjembatani Kerenggangan antara akhlak dan ibadah

Tujuan lain dari akhlak adalah menyatukan antara akhlak dan

ibadah. Dalam bahasa yang lebih luas, dapat disebut juga sebagai

menjembatani antara agama dan dunia. Usaha menyelaraskan

antara ibadah dan akhlak dengan bimbingan hati yang diridhai

Allah SAW akan terwujud dalam perbuatan-perbuatan yang mulia.

84

Ibid, hlm. 20. 85

(38)

Perbuatan yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat,

serta terhindar dari perbuatan tercela.

3. Mengimplementasikan Akhlak dalam Kehidupan

Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita

menjadi orang-orang yang mengimplementasikan akhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari. Sebab akhlak tidak cukup hanya

dipelajari, namun perlu diimplementasikan dalam kehidupan,

sehingga bias bermanfaat. Dengan akhlak, seseorang dapat

membedakan perbuatan yang merupakan akhlak terpuji, dan

perbuatan akhlak yang tercela. Seseorang yang mengedepankan

akal sehatnya akan memilih untuk berperilaku dengan akhlak

mulia. Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan akal

sehatnya, akan berperilaku dengan akhlak tercela dan akan

merugikan dirinya sendiri.86

Hikmah mempelajari ilmu akhlak adalah meningkatkan kehidupan

yang lebih baik. Di antara manfaat terbesar dalam mempelajari ilmu

akhlak sebagai berikut.

1. Peningkatan amal ibadah yang lebih baik, lebih khusyuk, dan lebih

iklas.

2. Peningkatan ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam

kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat.

86

(39)

3. Peningkatan kemampuan mengembangkan sumber daya diri, agar

lebih mandiri dan berprestasi.

4. Peningkatan kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturahmi,

dan membangun ukhuwah atau persaudaraan dengan sesama

manusia dan sesama muslim.

5. Peningkataan penghambaan jiwa kepada Allah SWT yang

menciptakan manusia beserta alam seisinya.

6. Peningkatan kepandaian bersyukur dan berterimakasih kepada

Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.

7. Peningkatan strategi beramal shaleh, yang dibagun atas dasar

rasionalitas.

Dengan mempelajari ilmu akhlak, tindakan manusia akan diukur

secara kualitatif dan mempertimbangkan syariat yang dating dari

ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya. Beribadah bukan semata untuk

melaksanakan kewajiban atau menggugurkannya, tetapi merupakan

kebutuhan primer yang tidak dapat ditawar-tawar. Beribdah

merupakan bukti kesadaran tertinggi manusia, karena dalam beribadah

keyakinan tentang kelemahan diri sebagai hamba dan kekuatan Dzat

Tuhan Yang Maha Perkasa tengah berada di puncaknya.87

87

(40)

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis akan menjelaskan

tentang “Strategi Guru dalam Membina Akhlakul Karimah Peserta Didik

di MIN Kolomayan Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2017-2018”.

Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan, ada beberapa

penelitian yang relevan dengan tema yang peneliti susun yaitu sebagai

berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Agustina Dwi Setya Palupi (IAIN

Tulungagung) NIM 2817133004 yang berjudul “Strategi Guru dalam

Membina Akhlakul Karimah Peserta Didik di MI Wahid Hasyim Desa

Bakung Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar” dalam skripsi

tersebut diperoleh hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) dalam

membina Sopan Santun, strategi Guru di MI Wahid Hasyim adalah

memberikan contoh atau teladan kepada semua peserta didik, seperti

padasaat bapak ibu guru mengajar atau berbicara kepada peserta didik

menggunakan karma inggil juga dengan dengan gurunya atau orang

yang lebih tua, selalu memberikan wejangan atau nasehat kepada

peserta didik utamanya pada saat proses pembelajaran, menyuruh

untuk membudayakan gerakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan

Santun) kepada semua warga sekolah. (2) dalam membina kejujuran,

strategi guru di MI Wahid Hasyim adalah memberikan motivasi untuk

bersikap jujur karena bersikap jujur merupakan salah satu cara

(41)

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan selalu bertanya

terlebih dahulu, lalu guru merespon. (3) dalam membina Tanggung

Jawab, Strategi Guru di MI Wahid Hasyim adalah memberikan

teladan atau contoh bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban

seperti mengerjakan tugas yang diberikan, melaksanakan piket,

melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid, selalu menyelipkan

nilai-nilai akhlakul karimah disetiap proses pembelajaran,

menceritakan kisah-kisah Nabi tentang sifat tanggung jwab yang bias

mereka petik hikmahnya, membina (mendampingi) peserta didik

secara langsung.88

2. Skripsi yang ditulis oleh Wiwik Oktavia (IAIN Tulungagung) NIM

3211093143 yang berjudul “Upaya Guru Akidah Akhlak dalam

Pembinaan Akhlakul Karimah di Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Nurul Fikri Gandusari Trenggalek” dalam skripsi tersebut

diperoleh hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Metode guru

Akidah Akhlak dalam pembinaan akhlakul karimah siswa

pelaksanaannya yaitu dalam proses belajar mengajar dengan

menggunakan beberapa metode diantaranya keteladanan, sedangkan

metode yang digunakan metode ceramah, metode anjuran, metode

diskusi, metode pemberian hukuman. (2) Proses kegiatan yang

dilakukan guru Akidah Akhlak dalam pembinaan Akhlakul Krimah

siswa adalah: membaca Do’a (Do’a Bersama) paa pagi hari sebelum

88

(42)

pelajaran pertama dimulai, shalat dhuha dan dzuhur berjamaah pada

pertengahan jam pelajaran dan berakhirnya jam pelajaran, melakukan

kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), melaksanakan

istighosah setiap menjelang ujian semester. Kegiatan ziarah ke makam

wali songo, pemeriksaan tentang tata tertib. Pertemuan wali murid tiap

akhir semester. (3) Faktor pendukung adanya: Adanya kebiasaan atau

tradisi yang ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri

Gandusari Trenggalek, adanya kesadaran dari para siswa, adanya

kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina

akhlakul karimah siswa, adanya motivasi dan dukungan dari orangtua.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat itu antara antara lain:

latar belakang siswa yang kurang mendukung. Lingkungan

masyarakat (pergaulan) yang kurang mendukung, kurangnya sarana

dan prasarana, pengaruh dari tayangan televise atau media cetak.89

3. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Syarifuddin (IAIN Tulungagung)

NIM 3211093002 yang berjudul “Strategi Ustadz/Ustadzah Dalam

Pembinaan Aklakul Karimah Santriwan/Santriwati TPQ At-Toba’ah

Ngantru Tulungagung Tahun Akademik 2012-2013” dalam skripsi

tersebut hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga temuan penting

yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan kegiatan, 3) dan faktor

pendukung keberhasilan. Dalam perencanaan strategi pembinaan

akhlak ada berbagai metode yang digunakan seperti keteladanan,

89

(43)

metode anjuran, metode ceraham, metode diskusi, dan pemberian

hukuman. Adapun temuan dari pelaksanaan kegiatan yaitu membaca

do’a bersama, sholat berjama’ah, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),

melaksanakan rutinan seaman Al-Qur’an, dan Istighosah, serta ziaroh

makam wali songo. Penemuan yang berupa factor keberhasilan antara

lain: adanya tradisi kegiatan rutin dalam TPQ tersebut, kesadaran anak

didik, adanya kebersamaan dalam diri ustadz/ustadzah, serta adanya

dukungan dan motivasi orangtua anak didik. 90

Dilihat dari beberapa penelitian di atas, terdapat kesamaan dengan

peneliti yang peneliti kaji, yaitu mengenai strategi atau upaya guru dalam

membina aklakul karimah di sekolah dan focus pada guru. Perbedaanya

jika pada penelitian di atas ada yang memfokuskan pada guru Pendidikan

Agama saja maka penelitian yang saya lakukan memfokuskan kepada

seluruh guru yang atas partisipasinya dalam membina akhlakul karimah

peserta didik.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan

hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti

berdasarkan tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun,

digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang diangkat agar peneliti mudah dalam melakukan penelitian.

Kerangka berpikir pada dasarnya mengungkapkan alur piker peristiwa

90

(44)

(fenomena) sosial yang diteliti secara logis dan rasional, sehingga jelas

proses terjadinya fenomena sosial yang diteliti dengan menjawab atau

menggambarkan masalah penelitian.91

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjabarkan strategi-strategi

guru dalam membina akhlakul karimah peserta didik. Hal ini didasarkan

pada kenyataan bahwa MIN 14 Kabupaten Blitar dalam pembinaan akhlak

dirasa sudah cukup baik dan mampu dijadikan sumber refrensi bagi MI MI

lain yang masih belum atau masih kurang dalam melakukan pembinaan

akhlaknya. Kemudian peneliti juga menganalisis proses guru dalam

melakukan pembinaan akhlakul karimah pada peserta didik dengan

berbagai metode-metode pembinaan.

Dengan mengetahui landasan dasar strategi dan proses dari

pembinaan akhlak tersebut maka peneliti melakukan penelitian awal

dengan cara mencari data yang berhubungan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan juga evaluasi dalam pembinaan akhlakul karimah dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Setelah semua data terkumpul maka perlu adanya sebuah analisis

data yaitu dengan cara mereduksi data yang tidak diperlukan. Mereduksi

merupakan memilih dan memilah hal-hal yang tidak mungkin untuk

dijadikan sumber informasi serta hanya memfokuskan informasi-informasi

penting yang bisa digunakan sebagai data selanjtnya data tersebut bias

disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, kemudian peneliti akan

91

(45)

menarik kesimpulan dari hasil analisis data guna menjawab rumusan

masalah yang difokuskan dalam fokus penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikirnya adalah

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri dari manajemen data rumah, penentuan bobot kriteria dan sub kriteria yang digunakan dalam perhitungan, tampilan setiap proses perhitungannya hingga tampilan

PENGARUH ROKOK BAGI KESEHATAN Makalah Yang Disusun Untuk Melengkapi Tugas. Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Diketahui dari penelitian tersebut terdapat sebuah kelemahan yaitu hanya dapat mendeteksi pencarian sesuai kata yang diinputkan oleh user, sehingga jika ada kata

Eighty (80) males and 80 females of Gadjah Mada University students are used as respondent and then classified into four experiment groups which were domestic

Konsekuensinya, jika pembuahan sukses, janin kelak bisa mengalami cacat tubuh, atau tidak terjadi pembuahan." Kalau radikal bebas menyerang DNA dalam hal ini kromosom sel

Tapi lagi-lagi itu bukan sebuah jaminan untuk aku dapat berubah lebih baik, sebab walaupun cacat dirku bisa membentuk sebuah genk baru yang kita beri

belum selesai, karena itu proses evaluasi dokumen penawaran diperpanjang yang semula rencana pengumuman pemenang pada Hari Senin tanggal 22 April 2013 diundur menjadi Hari

Demikian Surat Penugasan/ljin ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan. setelah selesai tugas dimohon untuk dapat melaporkan