• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN URGENSI TRANSPORTASI UMUM HYPERLO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN URGENSI TRANSPORTASI UMUM HYPERLO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH - 2017

Rabu - Kamis, 17 - 18 Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

KAJIAN URGENSI TRANSPORTASI UMUM HYPERLOOP

RUTE SURABAYA - JAKARTA BERDASAR MANAJEMEN PERMINTAAN

TRANSPORTASI DAN PERENCANAAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

Ibnu Fauzi1 dan Okkie Putriani2

1Program Studi Magister Teknik Sipil Bidang Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Email: ibnu.fauzi.civil@gmail.com

2 Program Studi Magister Teknik Sipil Bidang Transportasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Email: okkieandfriends@gmail.com

ABSTRAK

Kebutuhan transportasi berkaitan dengan efektifitas beserta dampak lingkungan menjadi pertimbangan utama yang perlu diperhatikan dalam perencanaan transportasi berkelanjutan. Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Megapolitan Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Megapolitan Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota yang berjarak 769 km jika ditempuh melalu jalur darat pantura. Pada penelitian metode yang digunakan adalah dengan metode evaluasi yang bertujuan untuk menganalisa kondisi eksisting pada rute Surabaya - Jakarta dengan pilihan moda transportasi udara yaitu pesawat terbang dan transportasi darat menggunakan kereta api. Berdasarkan proyeksi OD Nasional 2011 pada tahun 2016 terdapat 30.246 pergerakan penumpang harian dari Surabaya ke Jakarta dan 34.790 pergerakan untuk sebaliknya dengan pertumbuhan penduduk rerata pertahun di Kawasan Surabaya 1,00 % selama 5 tahun terakhir serta 2,55% untuk Kawasan Jakarta. Dari data tersebut diperoleh prosentase rerata penumpang yang menggunakan kereta api adalah sebesar 18,51%, moda pesawat terbang 39,14% dan 42,35% menggunakan moda transportasi lainya. Pertimbangan akan lingkungan baik polusi gas buang kendaraan, efisiensi bahan bakar dan biaya serta keselamatan transportasi menjadi faktor penentu kajian urgensi hadirnya transportasi umum Hyperloop, sebuah inovasi transportasi berkecepatan tinggi dengan pergerakan tekanan rendah yang memungkinkan kapsul bergerak dengan kecepatan tinggi. Pada tahun 2050 diprediksi akan terjadi lebih dari 14,8 juta pergerakan dari Surabaya menuju Jakarta dan untuk arah Jakarta menuju Surabaya lebih dari 28,7 juta. Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api. Nilai angka ini menjadi pertimbangan tersendiri dibutuhkannya opsi Hyperloop sebagai moda transportasi alternatif terbaik dari pilihan moda transportasi yang telah ada. Baik dari sisi kecepatan, keamanan, pelayanan, dan efektifitas, serta lingkungan berkelanjutan.

Kata kunci: urgensi, evaluasi, hyperloop, transportasi umum, sustainable transportation

1. PENDAHULUAN

(2)

Jakarta-Surabaya yang berjarak 769 km jika ditempuh melalu jalur darat pantura dilayani oleh berbagai moda transportasi antara lain bus AKAP, kereta api, kapal roro, pesawat terbang dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi pribadi. Kota Jakarta dan Surabaya sebagai Kota Megapolitan di Indonesia mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota. Dari beberapa moda tersebut kereta api dan pesawat terbang merupakan moda transportasi umum yang dianggap cukup efisien saat ini, namun kedepan melihat pertumbuhan penduduk, ekonomi dan teknologi yang sangat berpengaruh pada kebutuhan transportasi terutama berkaitan dengan efesiensi waktu, energi serta minim polutan dibutuhkannya sebuah terobosan moda transportasi umum berkelanjutan yang sesuai denagn Transportation Demand Management (TDM). Menurut The Centre of Sustainable Transportation Canada (2002) Sistem transportasi yang berkelanjutan adalah pembatasan emisi, pemborosan dalam kemampuan bumi menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui agar kualitasnya tetap terjaga, menggunakan dan memperbarui bagian-bagiannya, dan meminimalkan penggunaan lahan dan produksi yang menimbulkan kegaduhan. Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Pertengahan Maret 2017 Hyperloop Transportation Technologies (HTT) telah singgah ke Indonesia untuk melakukan penandatangan kontrak studi kelayakan dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia sebagai perjanjian pertama Hyperloop di Asia Tenggara, selain di Repubik Ceko, Perancis, dan Abu Dhabi. Dengan hadirnya transportasi umum super cepat Hyperloop berteknologi kapsul kompresor menggunakan jalur khusus pipa vakum raksasa, penelitian dilakukan untuk mengkaji studi komparasi dua moda transportasi ini. Tipe Hyperloop yang akan ditinjau lebih lanjut adalah Alpha by Hyperloop-One, kendaraan umum yang mampu melaju hingga 1.226 km/jam. Kecepatan tersebut dapat menempuh jarak Jakarta - Surabaya dengan waktu 36 menit.

TINJAUANPUSTAKA

Moda Transportasi

Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain. Sedangkan Moda Transportasi adalah jenis atau bentuk (angkutan) yang digunakan untuk memindahkan orang dan atau barang dari tempat asal ketempat lain (tujuan) (Morlok, 1978).

Angkutan Umum

Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Dalam hal angkutan massal, biaya angkutan menjadi beban tanggung jawab bersama, sehingga sistem angkutan umum menjadi lebih efisien karena biaya angkutan menjadi semakin murah. Keberadaan angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti pengurangan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Hal ini sangat penting artinya berkaitan dengan pengendalian lalu lintas (Warpani, 2002).

Transportasi Berkelanjutan

Pengembangan transportasi yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat jauh ke depan, berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Perencanaan jangka pendek harus didasarkan pada pandangan jangka panjang, sehingga tidak terjadi perencanaan “bongkar-pasang” (Munawar, 2007).

Definisi sustainable transportation dari The Centre of Sustainable Transportation Canada (2002). Sistem transportasi yang berkelanjutan adalah sistem transportasi yang (a). Menjadi akses utama yang dibutuhkan oleh individu dan masyarakat agar keamanannya lebih terjaga, manusiawi, tidak mencemari lingkungan, dan memberikan keadilan baik di dalam maupun antargenerasi; (b). Dapat dioperasikan secara efisien; memberikan pilihan moda transportasi dan mendukung pergerakan aspek ekonomi; (c). Membatasi emisi, pemborosan dalam kemampuan bumi menyerapnya, meminimalkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, membatasi penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui agar kualitasnya tetap terjaga, menggunakan dan memperbarui bagian-bagiannya, dan meminimalkan penggunaan lahan dan produksi yang menimbulkan kegaduhan.

Transport Demand Management

Transportation Demand Management (TDM) yang juga dikenal dengan sebutan mobility management meliputi semua metode yang dapat meningkatkan pemanfaatan fasilitas dan sarana transportasi yang telah ada dengan lebih efisien dengan mengatur atau meminimalisasi pemanfaatan kendaraan bermotor dengan mempengaruhi perilaku perjalanan yang meliputi: frekuensi, tujuan, moda dan waktu perjalanan (Tanariboon, 1992 dan OTE, 2002a).

Urgensi

(3)

memiliki arti (kata sifat) dan dalam dalam bahasa indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah Urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan. Dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti

2. METODOLOGIPENELITIAN

Pada penelitian ini meode yang diguankan adalah metode penelitain evaluatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Secara garis besar prosedur penelitian yang dilakukan disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

3. ANALISISDANPEMBAHASAN

Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota, berikut adalah pergerakan yang terjadi antara Kawasan Gerbangkertosusila dan Jabodetabek

Tabel 1. Proyeksi Pergerakan Area Surabaya-Jakarta OD 2016

Tabel 2. Proyeksi Pergerakan Area Jakarta - Surabaya OD 2016

dari Tabel 1. dapat dilihat pergerakan manusia dari Surabaya-Jakarta di tahun 2016 mencapai 11 juta lebih dan Adm.

Sumber : Proyek si Data OD Nasional 2011

Asal

(4)

untuk pergerakan dari Jakarta-Surabaya hampir mendekati angka 12,7 juta pergerrakan. Saat ini pergerakan manusia dari Jakarta-Surabaya dilayani oleh berbagai moda transportasi umum antara lain bus AKAP, kereta api, kapal roro, pesawat terbang dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi pribadi. Dari beberapa moda tersebut kereta api dan pesawat terbang merupakan moda transportasi umum yang dianggap cukup efisien dari segi waktu.

Kereta api

Berdasarkan data PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sepanjang tahun 2016 ada hampir 4,4 juta penumpang yang menggunakan moda Kereta Api baik untuk relasi Surabaya-Jakarta maupun sebaliknya dan pada 5 tahun terakhir pertumbuhan penumpang kereta api mencapai 15%. Setiap hari ada 9 rangakain Kereta Api yang melayani rute tersebut diantaranya adalah Argo Bromo Anggrek, Bima, Sembrani, Gumarang, Kertajaya, Bangunkarta, Jayabaya dan Gaya Baru Malam Selatan. Kereta api yang beroperasi menggunakan lokomotif CC206 dengan kecepatan 70 hingga 120 km/jam, waktu tempuh untuk rute Jakarta-Surabaya dengan KA eksekutif Argo Bromo Angrek maupun Sembrani adalah 9 - 10jam dengan jumlah penumpang harian untuk relasi Jakarta-Surabaya 5.395 penumpang dan rute sebaliknya 6.040 penumpang.

Pesawat terbang

Konektivitas Jakarta-Surabaya melalui moda transportasi udara setiap tahunnya tumbuh di kisaran angka 5%. Untuk rute penerbangan Surabaya-Jakarta rata-rata dilayani oleh 120 penerbangan setiap harinya dengan jumlah pergerakan penumpang mencapai 12.760 pax baik yang menuju Jakarta via Bandara Halim Perdana Kusuma maupun Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, sedangkan rute sebaliknya adalah 12.554 pax. Kondisi perekonomian yang terus membaik dan peningkatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia menjadi salah satu faktor pemicu bergairahnya maskapai untuk membuka rute penerbangan Jakarta-Surabaya, meski demikian kondisi infrastruktur Bandara yang tidak mendukung secara optimal pertumbuhan tersebut karena pada umumnya kondisi Bandara Juanda dan Halim Perdana Kusuma serta Soekarno-Hatta sudah mendekati pada tahap maksimal didalam pengembangannya.

Urgensi sustainable transportation

Sustainibilitas transportasi sendiri dapat didefiniskan sebagai berikut: “Sustainable transportation is about meeting helping meet the mobility needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their needs.” (WCED 1987). Dan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sub bab Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan beberapa sasaran utamanya adalah

1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antar moda, melalui Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor (jam) untuk koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama.

2. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan transportasi.

3. Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem dengan menurunkan tingkat emisi sesuai dengan Rencana Aksi Nasional untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) di sektor transportasi dan energi sebesar 4,95 persen dengan usaha sendiri, atau 9,66 persen ditambah dengan bantuan asing dari Business as Usual (BAU) hingga tahun 2020.

Berikut adalah kondisi transportasi penghubung Jakarta-Surabaya di tahun 2016 yaitu moda kereta api dan pesawat terbang yang disampaikan Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016

dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 65.036 pergerakan orang dari Jakarta-Surabaya maupun sebaliknya hanya 18,51% yang sudah tercover oleh Kereta Api, 39,14% Pesawat Terbang dan sisanya sebanyak 42,35% menggunakan moda transportasi lain seperti Bus AKAP dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi laut kapal roro dan kendaraan pribadi. Dan pada Tabel 4. disajikan informasi mengenai predik jumlah pergerakan penumpang dari tahun 2020 sampai dengan 2050.

Ke re ta Api Pe sawat Te rbang Lainnya

SBY-JKT 19.97% 42.19% 37.84% 100.00%

JKT-SBY 17.06% 36.08% 46.86% 100.00%

Average 18.51% 39.14% 42.35% 100.00%

Sumber : PT KAI dan PT Angk asa Pura 1, diolah

Total Moda

(5)

Tabel 4. Prediksi Jumlah Pergerakan

Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016 ada 3 moda transportasi utama yang digunakan mobilitas dari Jakarta-Surabaya maupun arah sebaliknya yaitu Pesawat Terbang, Kereta Api dan Angkutan darat berbasis jalan raya, dari masing-masing moda mempunyai kelemahanya masing-masing baik didalam pengoperasianya maupun pengembangan seperti disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Kelemahan Moda Transportasi Penghubung Jakarta-Surabaya

Efisiensi waktu, energi, frekuensi, dan cost menjadi faktor utama di dalam sustainable transportation jika melihat tabel 5. diatas angkutan jalan (bus) mempunyai harga tiket dengan kisaran cukup terjangkau oleh masyarakat hal ini ditunjukan dengan hampir 42% pengguna angkutan umum Jakarta-Surabaya menggunakan Bus, namun angkutan bus memiliki ketepatan yang buruk dan selisih efesiensi waktu bila dibanding dengan moda lain cukup jauh. Melihat kondisi diatas kedepan jika tidak ada sebuah terobosan yang tepat akan menimbulkan masalah baru dari masalah sosial, ekonomi dan lingkungan sehingga diperlukanya sebuah perencanaan transportasi yang matang dan berkelanjutan serta mengadopsi moda transportasi yang efesien baik dari segi waktu, biaya, energi dan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat di dalam meningkatkan pendapatan perkapita.

Hyperloop

Hyperloop adalah mode transportasi penumpang dan barang menggunakan sistem tabung vakum udara yang melebihi kecepatan pesawat udara yang mampu mencapai 700 mph (1,127 km/jam). Teknologi Hyperloop menggunakan maglev, motor induksi linier yang terletak di sepanjang tabung untuk mempercepat dan memperlambat kapsul dengan kecepatan yang sesuai setiap rute tabung. Rolling resistance dihilangkan dan hambatan udara menjadi berkurang, kapsul dapat meluncur dengan tranfer udara bertekanan tinggi ke rendah. (Musk, 2013). Konsep Hyperloop secara eksplisit dilaksanakan dengan open-sourced oleh Elon Musk dalam hal ini Tesla dan SpaceX serta dikompetisikan untuk dapat dikembangkan secara lebih mendalam. Beberapa perusahaan komersial dan kelompok mahasiswa mengejar perkembangan teknologi Hyperloop dengan pesat (Chee, 2015). Beberapa perusahan dan kelompok akademisi yang secara profesional mengembangkan konsep Hyperloop:

Tahun

SBY-JKT JKT-SBY Total SBY-JKT JKT-SBY Total

2016 30,246 34,790 65,036 11,039,622 12,698,483 23,738,105 2020 31,312 38,335 69,647 11,428,847 13,992,374 25,421,221 2025 32,692 43,218 75,910 11,932,533 15,774,535 27,707,068 2030 34,133 48,722 82,855 12,458,417 17,783,685 30,242,102 2035 35,637 54,928 90,565 13,007,477 20,048,734 33,056,211 2040 37,207 61,924 99,132 13,580,735 22,602,274 36,183,009 2045 38,847 69,811 108,658 14,179,257 25,481,050 39,660,307 2050 40,559 78,703 119,262 14,804,157 28,726,486 43,530,644 Sumber : Proyek si Data OD Nasional 2011

Jumlah Penumpang (day ) Jumlah Penumpang (year )

Pesawat Terbang Kereta Api Angkutan Jalan (Bus)

Efesiensi Waktu 1 hour 10 minute 9 hour 14 hour 45 minute

Kecepatan up to 800km/jam up to 120 km/jam up to 125 km/jam

Ketepatan Relatif tepat waktu, namun sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan mesin pesawat (faktor teknis)

Relatif tepat waktu Jarang tepat waktu karena sangat di pengaruhi oleh kondisi lalulintas jalan/kemacetan

Frekuensi 60 penerbangan/day 9 Keberangkatan/day 10 Keberangkatan/day

Kapasitas up to 220/flight up to 1484/keberangkatan

(ekonomi class )

up to 53/bus

Konsumsi Energi 0.16 lt/km/orang 0.002 lt /km/orang 0.0125 lt/km/orang

Kadar Emisi CO2 54.3 kgs/passenger 17.8 kgs/passenger 68.5 kgs/passenger

Tarif IDR 399 K - 1645 K IDR 150 K - 465 K IDR 200 K - 350 K

Pengembangan Terkendala pada terbatasnya runway dan kapasitas terminal/airport

Belum ada pihak swasta yang masuk sehingga saat ini terkesan masih dimonopoli oleh PT. KAI sehingga pengembangan untuk relasi ini cukup lambat

Tergantung pada kondisi ruas jalan yang tersedia, pertumbuhan jalan di Indonesia setiap tahunnya hanya 1%. Kondisi jalan eksisting 23,31 % dalam kondisi sedang, 19,78 % dalam kondisi rusak dan 14,71% dalam kondisi rusak berat

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

(6)

MIT (Massachusetts Institute of Technology), satu kelompok berisi 30 tenaga ahli, dengan pendekatan

sistem levitasi dan suspensi elektrodinamik. (Lee, 2016)

Hyperloop One, sistem propulsi Hyperloop yang dites pada gurun pasir Nevada. Termasuk bekerja sama

dengan Dubai, Uni Emirat Arab dan Moskow, Rusia. (Marcus, 2016)

Delft Hyperloop, dari Netherlands memberikan usulan rute Eropa dari Paris ke Amsterdam. (van

Miltenburg, 2016)

Hyper Polandia, berbasis mahasiswa Warsaw University of Technology mengusulkan Hyperloop untuk

rute potensial Cracow ke Gdansk, Polandia. (Wedziuk, 2016)

Transpod, pengembangan hyperloop dari Kanada yang mengembangkan Hyperloop antara Toronto dan

Montreal. (Bambury, 2016)

HTT (Hyperloop Technology Transportation), pengembang Hyperloop yang melakukan perjanjian

dengan dengan beberapa negara, seperti pemerintah India, Slowakia dan Indonesia.

Dan berikut adlah komponen Hyperloop Alpha yang akan dikembangkan di Indonesia oleh perusahaan HTT (Hyperloop Technology Transportation)

Gambar 2. Spesifikasi Hyperloop

Kajian peluang pengembangan Hyperloop

Di dalam konsep sustainable transportation oleh World Commission on Environment and Development (WCED) secara implisit tercakup 3 (tiga) dimensi, yakni:

1. Sustaibilitas ekonomi (economic efficiency), yakni di dalam pembangunan, maka aspek efisiensi ekonomi harus menjadi tujuan. Di dalam sektor transportasi, maka efisiensi, kelancaran, keselamatan, dan efektivitas transportasi harus menjadi pertimbangan.

2. Sustainibilitas lingkungan (ecological stability): yakni di dalam pembangunan transportasi maka keseimbangan lingkungan tidak terganggu, baik oleh emisi maupun penggunaan infrastruktur, agar ekosistem yang ada tetap stabil sesuai fungsi ekologinya.

3. Sustainibilitas sosial (distributional / social equity); yakni kebutuhan dan kemerataan sosial harus dijamin di lama pembangunan transportasi. Semua stakeholders harus menjadi pertimbangan yang tidak terpisahkan dari tujuan-tujuan lainnya.

(7)

Tabel 6. Hyperloop Commercial Feasibility Analysis: High Level Overview

Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api. Dan berikut adalah Petunjuk Perkiraan Biaya untuk Hyperloop yang tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Petunjuk Perkiraan Biaya

Tabel 7. menunujukan biaya perkomponen dari 354,6 mile atau setara 570,67 km rute pada Hyperloop Alpha yang digunakan untuk mobilasi penumpang. Perhitungan ini tidak termasuk biaya pods. Jarak ini hampir sama dengan Bandung - Surabaya melalui jalur transportrasi udara.

4. KESIMPULANDANSARAN

Kesimpulan

1. Wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kawasan ini setara dengan istilah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi) yang berpusat di Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingginya kebutuhan transportasi umum yang menhubungkan kedua kota, pergerakan yang terjadi antara Kawasan Gerbangkertosusila dan Jabodetabek sepanjang tahun 2016 adalah 23.738.105 pergerakan penumpang.

2. Berdasarkan data yang di olah dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT. Angkasa Pura I (Persero) diketahui bahwa dari 65.036 pergerakan orang dari Jakarta-Surabaya maupun sebaliknya hanya 18,51% yang sudah tercover oleh Kereta Api, 39,14% Pesawat Terbang dan sisanya sebanyak 42,35%

Kecepatan Maksimal 720 mph (HTT), 750 mph (HT), 760 mph (Alpha)

Kecepatan rata-rata 600 mph (Alpha, SF to LA)

Frekuensi

Tarif Los Angeles - San Francisco $20 tetapi belum menutup biaya proyek (Alpha)

Kenyamanan Penumpang

Keandalan Terlindung dari cuaca

Bahan bakar Listrik

Sumber daya Tenaga matahari dengan cadangan bateri

Konsumsi Energi British Thermal Unit

standart (BTUs) tiap penumpang

Rute pendek: 5-6x lebih hemat bahan bakar dari angkutan udara Rute panjang: 2-3x lebih hemat bahan bakar dari kereta api

Emisi - Fase Operasi Tidak ada (Zero )

Emisi - Fase Konstruksi Tidak nol, berdasarkan pembuatan tabung dan kendaraan

Kapasitas - penumpang per kendaraan 28 per kendaraan (fleksibel)

Kapasitas - penumpang per penumpang 840 – 3,360 per jam

Penumpang per tahun 15 juta per tahun (kapasitas maksimum)

Sistem Interoperabilitas

Biaya infrastruktur (per mile ) Alpha: $17 jutaHyperloop Technologies : $25-27 juta (minus lahan) $64 juta (di bawah air)

Catatan Berdasarkan dari proposal estimasi yang dipresentasikan oleh Hyperloop Alpha. HT diperkirakan termasuk akusisi lahan

Sumber : US. Departement of Transportation

Indikator Hyperloop Commercial Feasibility Analysis

Biaya Kapital dari Mode Transportasi

Kapasitas Waktu Perjalanan

Konsumsi Energi

Belum diketahui, Potensi mabuk perjalanan “Vomit Comet ” 30 – 120 per jam dengan 30 detik - 2 menit headway

Tidak interoperabilitas, tidak mampu menyediakan transit lokal

Component Cost

(Million USD)

Note

Tube Construction 650 709.2 miles of Tube

Pylon Construction 2550 25k pylons

Tunnel Construction 600 15.2 miles of tunnel

Propulsion 140 Linear induction motors

Solar Panels & Batteries 210 Panels cover both tubes

Station & Vacuum Pumps 260 2 stations @ $125 m each

Permits & Land 1000 2 stations @ $125 m each

Total 5410

(8)

menggunakan moda transportasi lain seperti Bus AKAP dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi laut kapal roro dan kendaraan pribadi.

3. Efisiensi waktu, energi, frekuensi, dan cost menjadi faktor utama di dalam sustainable transportation jika melihat tabel 5. angkutan jalan (bus) mempunyai harga tiket dengan kisaran cukup terjangkau oleh masyarakat hal ini ditunjukan dengan hampir 42% pengguna angkutan umum Jakarta-Surabaya menggunakan Bus, namun angkutan bus memiliki ketepatan yang buruk dan selisih efesiensi waktu bila dibanding dengan moda lain cukup jauh.

4. Faktor kecepatan dan konsumsi energi menjadi dua faktor unggulan Hyperloop, dengan kecepatan rata-rata 600 mph mampu memangkas waktu tempuh antara Jakarta-Surabaya yang semula 70 menit jika menggunakan moda transportasi pesawat menjadi 36 menit. Bahan bakar Hyperloop yang menggunakan listrik dan sumber daya tenaga matahari membuat moda transportasi ini zero emission pada fase operasi. Konsumsi energi Hyperloop didesain mampu menghemat 5-6 kali bahan bakar untuk rute pendek angkutan udara dan 2-3 kali lebih hemat jika dibanding kereta api

Saran

1. Dalam mengatasi permasalahan transportasi serta pemenuhan kebutuhan demand perlu adanya konektivitas antar moda, Hyperloop hadir sebagai komplementer dari moda transportasi yang sudah ada dan kedepan Pemerintah perlu membuat sebuah peraturan baku maupun regulasi tertulis yang mengatur moda transportasi Hyperloop lebih lanjut.

2. Di dalam penelitian ini perlu diadakan kajian lebih lanjut dari aspek ekonomi maupun finansial yang lebih meluas guna mendapatkan hasil yang rinci, detail dan tepat.

3. Perlu diadakan penelitian lebih mendalam mengenai kenyamanan penumpang moda transportasi Hyperloop

DAFTARPUSTAKA(DANPENULISANPUSTAKA)

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Bambury, 2016. Toronto to Montreal in less than 30 minutes. How a Canadian company plans to make it happen.

……CBC Radio: Canada

Catherine L. Taylor, David J. Hyde, Lawrence C. Barr. (2016). ”Hyperloop Commercial Feasibility Analysis: High

……Level Overview”. US. Departement of Transportation. USA.

Chee, Alexander. 2015. The Race to Create Elon Musk’s Hyperloop Heats Up. Wall Street Journal. Deacon, Bob. 1983. Social Policy and Socialism. Pluto Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia

……Pustaka Utama.

Heidenheimer, Arnold J.; Hugo Heclo; Carolyn Teich Adams. 1983. Comparative Public Policy. St. Martin’s Press. Jones, Gavin W. 2010. The 2010-2035 Indonesian Population Projection: Understanding the Causes, Consequences

and Policy Option For Population and Development. UNFPA: Jakarta

Lee, Dave. 2016. Magnetic Hyperloop pod unveiled at MIT. BBC News: Nort America

Marcus, Steve 2016. 0 to 400 mph in 2 seconds? Russian Railways eyes supersonic Hyperloop technology. Reuters:

……England.

Morlok , Edward K., 1978, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi , Penerbit Erlangga. Jakarta

Munawar, A. 2007. Pengembangan Transportasi yang Berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada. 7 Februari 2007. Yogyakarta.

Munda, G. 2005. Multi Criteria Decision Analysis and Sustainable Development. State of the Art Surveys. Springer:

…….New York.

Musk, Elon. 2013. Hyperloop Alpha. SpaceX.

NN, 2002, Definition and Vision Of Sustainable Transportation, Canada: The Centre fot Sustainable Transport Raka, G. 2003. Menggarisbawahi Peran Idealisme, Karakter dan Komunitas dalam Transformasi Institusi. Makalah

Orasi Ilmiah. Sidang Terbuka Senat Peringatan Dies Natalis ke-44 Institut Teknologi Bandung. 2 Maret. Bandung.

Renn, O., Webler, T., Rakel, H., Dienel, P. dan Johnson, B. 1993. Public participation in decision making: A

three-…….stage procedure. Science Policy.

Tanariboon, Yordphol. (1992). An Overtime and Future Direction of TDM in Asian Metropolises . Regional Development Dialogue vol.13 no.3

Van Miltenburg, Olaf. 2016. TU Delft onthult Hyperloop-ontwerp Vervoermiddel van de toekomst. Means of

…….transport of the future. Tweaker: Dutch.

Warpani, P. Suwardjoko. (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung : Penerbit ITB. WCED. 1987. Our Common Future. OxfordUniversity Press, Oxford.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
Tabel 3. Distribusi Moda Transportasi Harian Yang Digunakan Tahun 2016
Tabel 4. Prediksi Jumlah Pergerakan
Gambar 2. Spesifikasi Hyperloop
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati apakah moda transportasi kereta api yang diintegrasikan dengan moda transportasi jalan raya (Bus BRT Trans Padang dan Mikrolet)

Rasio kas pada tahun 2012 mendapat skor 7.50 dengan bobot skor persentase 0 sampai 10 sehingga dapat dikatagorikan Cukup Likuid, dan pada tahun 2013 masih dengan skor

Terdapat beberapa rekomendasi dari pembahasan yang dilakukan pada makalah ini yaitu: (1) pemilihan site atau lokasi fasilitas pendidikan dioptimalkan pada daerah dengan

Menunjukkan posisi strategi pengembangan beras organik di Desa Lubuk Bayas berada pada kuadran III yang artinya petani organik memiliki peluang besar dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui camat sebagai koordinator dalam menunjang keberhasilan pembangunan di distrik masyeta, hasil penelitian menunjukkan bahwa di

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi ma- tematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung setelah penerapan model

Sindrom Guillain Barre (SGB) adalah suatu kelainan klien system saraf akut dan difus yang mengenai radiks spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis,