• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pragmatik Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pragmatik Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000.Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh

Aziez, Abdul. 2010. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar.Bogor: Ghalia Indonesia.

Bahruddin, dkk.2006. Kamus Pintar Plus Bahasa Indonesia. Bandung: Epilson Grup

Endraswara, Suwardi.2008 (Edisi Revisi).Metodelogi Penelitian Sastra. Jakarta: PT Buku Kita

Fannie, Zainuddin. 2001. Perspektif Ideologis dalam sastra Indonesia dalam Soediro Satoto (Ed). Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah: Surakarta Press.

Jabrohim (editor) 1981. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada University pers

Pradopo, Rachmat Djoko.2002. Kritik Sastra. Yogyakarta: Gama Media

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu

Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

(2)

Suharianto, S.1982. Dasar-dasar Teori Sastra.Surakarta:Widyaduta

Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:Kanisius

Waluyo, Herman.2002. Apresiasi dan pengajaran sastra.Surakarta: Sebelas Maret University Pers.

Wiyatmi.2006. Pengantar Kajian Sastra.Yogyakarta :Pustaka

YOSHIMOTO, Banana. 2009.Kitchen. Jakarta: PT Gramedia.

http://kbbi.web.id/novel

http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra.

(3)

BAB III

ANALISIS NILAI PRAGMATIK DAN NILAI KONFUSIONISME DALAM NOVEL “KITCHEN” KARYA BANANA YOSHIMOTO

3.1 Sinopsis cerita novel “Kitchen”

Kitchen bercerita tentang seorang gadis muda di Tokyo, Mikage, yang

ditinggalkan oleh kematian neneknya. Ia sebatang kara, hingga ia bertemu dengan Yuichi Tanabe di pemakaman neneknya. Yuichi adalah seorang pekerja paruh waktu di toko bunga favorit neneknya. Pemuda itu sangat mengenal nenek Mikage, dan ia mengajak Mikage ke rumahnya. Mikage terpesona dengan rumah Yuichi, terlebih pada dapurnya yang bersih. Selain itu ia menyukai sofa rumah keluarga itu. Yuichi tinggal bersama orangtua tunggalnya ibu/ayah nya bernama Eriko/Yuji. sesungguhnya adalah Ayahnya, yang menjadi waria sepeninggal ibu Yuichi, dan bekerja di sebuah klub malam di Tokyo.

Eriko digambarkan sebagai wanita yang cantik. Mikage sangat mengaguminya, karena kecantikan dan bijaknya. Suatu kesempatan Eriko berkata pada Mikage, “kurasa siapapun yang sungguh-sungguh ingin mandiri sebaiknya mencoba merawat sesuatu, entah anak atau tanaman. Soalnya, kita jadi mengerti

keterbatasan yang kita miliki. Dari situlah hidup bermula’.(Halaman 53). Mikage

(4)

“...sejak dulu aku senang kalau ada orang yang menginap tidur di sofa ini. Meski

berada di rumah sendiri, aku merasa seperti orang yang sedang melakukan

perjalanan jauh...” (Halaman 85).

Ternyata satu kebersamaan mengancam hubungan lain, seorang perempuan muda lain merasa terganggu dengan kehadiran Mikage di rumah Yuichi. Suatu ketika, ia melabrak Mikage, “Kamu hanya suka mencicipi bagian yang menyenangkan dari percintaan, terus menerus memamerkan

keperempuananmu di hadapannya. Akibatnya Tanabe menjadi orang yang

tanggung. Memang praktis kan, kalau kamu tetap menempel padanya dalam

hubungan tanpa status? Tapi bukankah yang disebut dengan percintaan adalah

ketika kedua belah pihak saling mengurus satu sama lain? Sementara kamu

mangkir dari semua beban berat itu, memasang ekspresi tenang, dan bersikap

seolah-olah memahami semuanya..” (Halaman 97).

Bagaimana memaknai kehilangan? mungkin sesuatu yang tidak bisa dikembalikan lagi seraya berharap bahwa ada keajaiban seperti yang ada di film-film dimana ada 'penundaan' kematian. Sesuatu yang tampaknya tidak masuk akal, namun punya pemaknaan yang berbeda bagi tiap orang, termasuk kehilangan dari versi sang Ayah (Ibu) Yuichi yang mengingat kematian istrinya, “...Sambil memeluk tanaman ini, tubuhku gemetar. Dalam hati aku berpikir; di dunia

ini,tidak ada lagi makhluk yang bisa saling memahami selain aku dan nanas ini.

Sambil memejamkan mata seolah-olah berusaha menahan gempuran angin

dingin, aku merasa aku dan nanas itu merasakan kesepian yang sama...Istri yang

selama ini menjadi tempat berbagi telah akrab dengan kematian , dibandingkan

(5)

Suatu kejadiaan, Eriko dibunuh oleh seorang pelanggan bar. Tidak hanya Yuichi dan Mikage yang ikut bersedih, tetapi juga, Chika, teman Eriko di bar. Penyampaian luapan-luapan emosi pada karakter Chika menunjukkan sisi kemanusiaan yang rasional, “Aku kesepian Mikage. Kenapa semua menjadi begini? Tuhan ada atau tidak sih? Aku tak akan pernah bisa bertemu Eriko lagi

.“ (Halaman 116).

Yoshimoto memilih kalimat-kalimat yang bijak, yang saya rasa bersumber dari pemikiran yang dalam atau mengutip dari seseorang. Saya memilih beberapa kalimat ini dari Mikage:

"..Menurutku, manusia tidak dikalahkan oleh situasi atau kekuatan dari luar.

Kekalahan justru menggerogoti dari dalam." (Halaman 125).

Manusia bisa memilih satu di antara begitu banyak jalan. “Mungkin akan lebih tepat jika dikatakan bahwa momen untuk memilih jalan itu tak ubahnya

seperti menyaksikan mimpi. Aku pun mengalami itu. Namun sekarang aku

mengerti sehingga bisa mengungkapkannya dengan kata-kata." (Halaman 132).

"Aku tahu. Kristal bercahaya yang berisi masa-masa menyenangkan tiba-tiba

terbangun dari tidur panjang di dasar ingatan, dan kini mendorong kami.

Bagaikan embusan angin baru, kesegaran hari-hari yang harum itu terlahir

kembali di dalam hatiku dan aku menghirupnya. Aku punya kenangan tentang

(6)

dan akhirnya, kalimat inilah yang menjadi kata-kata pembakar semangat serta meraih mimpi bersama:

"...Hei, Yuichi.Aku tidak mau kehilangan kamu. Selama ini kita selalu kesepian,

tapi tak pernah kita hiraukan perasaan kita. Kematian adalah sesuatu yang berat.

Kita masih muda dan seharusnya belum perlu tahu tentang hal itu, tapi mau tidak

mau kita harus begitu...Dan nanti jika masih bersama-sama denganku, mungkin

kau akan menyaksikan hal-hal yang menyedihkan, menyebalkan, buruk. Tapi

kalau kau tidak keberatan, kita bisa bersama-sama menghadapi apa saja, baik

yang jauh lebih menyusahkan maupun menyenangkan. Aku ingin kau memutuskan

itu setelah perasaanmu lebih baik. Pikirkan masak-masak dan manfaatkan

waktumu, ya?...(Halaman 137).

3.2 NilaiPragmatik dalam Novel“Kitchen” karya Banana Yoshimoto

3.2.1 Ketegaran

Cuplikan 1 : (Halaman 4-5).

“ tiga hari setelah upacara pemakaman, pikiranku masih kosong.

Berteman kepedihan yang begitu menyakitkan hingga air mata tak mampu lagi

menetes, terseret pelan-pelan oleh kantuk, aku membentangkan kasur di dapur

yang berbinar dalam kesunyian. Tak ubahnya Linus, aku meringkuk di balik

selimut lalu tidur. Dengung kulkas melindungi benakku dari rasa sepi. Disana,

malam panjang yang damai berlalu dan pagi datang.

Aku hanya ingin tidur dibawah bintang.

(7)

Selain kedua hal itu, segalanya berlalu secara samar.

Bagaimanapun, aku tak bisa terus seperti itu!

Pada kenyataannya hidup memang menakjubkan.

Analisis :

Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa Mikage adalah seorang gadis yang tegar dia memotivasi dirinya untuk tetap semangat melanjutkan hidup walaupun kesedihan sering menerpa dirinya. Mikage mengatakan “bagaimanapun, aku tak bisa terus seperti itu!”.

Dari segi pragmatik yang telah dijelaskan Abrams, penulis melihat bahwa Mikage merupakan pribadi yang tegar, bisa mengatasi kesedihan dengan caranya sendiri dengan berada didapur beberapa waktu.

Nilai yang dapat diangkat dalam novel ini adalah setiap manusia pasti memiliki bagian penting dalam hidupnya. Bagaimanapun keadaan kita saat itu, ketika harus diperhadapkan pada masa sulit sekali pun, dimana pun kita harus menunjukkan kepribadian kita. Dan berusaha untuk tegar ketika menghadapi suatu masalah sekalipun.

Cuplikan 2 (Halaman 110 ).

“ aku menangkap maksud kata-kata Eriko. Aku ingat, meskipun bukan

saat itu juga bahwa aku pernah berpikir begini: apakah ini cara untuk menjadi

(8)

rasanya. Memang manusia tidak punya banyak pilihan? Bagaikan cacing yang

selalu kalah, tetap saja kita harus memasak, makan, lalu tidur.

Analisis:

Orang-orang yang

kita cintai meninggal satu per satu. Sekalipun demikian kita harus tetap bertahan

hidup.

Dari cuplikan diatas menunjukkan adanya sifat yang mengarah pada sifat yang tegar yang dapat dilihat dari kalimat “ orang yang kita cintai meninggal satu per satu. sekalipun demikian kita harus tetap hidup.” Kalimat ini menunjukkan

bahwa Mikage memiliki sifat yang tegar.

Dari segi pragmatik yang telah dijelaskan Abrams, penulis melihat bahwa Mikage memiliki sifat yang tegar. Walaupun seluruh anggota keluarganya lenyap satu per satu.

Nilai yang diangkat dari sifat Mikage adalah apapun masalah yang sedang kita hadapi saat ini walaupun itu sangat berat, kita tidak boleh larut dalam kesdihan kita harus tetap semangat untuk melanjutkan hidup.

3.2.2 Kesabaran

Cupikan 1 (Halaman 95-98).

“nama saya Okuno. Saya datang karena ingin bicara dengan Mikage

Sakurai, “ jawabnya dengan suara tinggi dan serak.

“ maaf sekarang sedang jam kerja, bagaimana kalau kau menelpon saya

(9)

Begitu aku selesai mengucapkan kalimatku, dia bertanya dengan nada

tajam, “ maksudmu rumah Tanabe?”

“ ya, saya teman sekelasnya.... hari ini saya datang karena ada

permintaan. Akan saya ucapkan dengan jelas. Tolong jauhi Tanabe,” katanya. “ apakah kamu teman Tanabe?” tanyaku dengan suara tenang.

“wajahnya memerah karena marah. Dia berkata, “ apakah kamu tidak

merasa salah? Walaupun kamu bilang bukan pacarnya, kamu dengan tenang

berkunjung ke apartemennya. Dan menginap. Itu kan sikap egois dan semaunya

sendiri! Sikapmu bahkan jauh lebih buruk daripada kumpul kebo bersamnya.”

“ baru saja aku berkata demikian, dia memotong kata-kataku. “ tapi kamu

mangkir dari semua tanggungjawab sebagai pacar. Kamu hanya suka mencicipi

bagian yang menyenangkan dari percintaan, terus-menerus memamerkan

keperempuananmu di hadapanya.

“ saya sudah tidak tinggal lagi bersamnya,” kataku dengan tenang.

Pengamatan mengenai manusia yang dia lakukan sebenarnya bisa

membantuku menuju kondisi yang lebih baik tapi kata-katanya yang tajam

sungguh mengena dibagian yang sakit di dalam diriku dan hatiku sangat terluka.

Dia membuka mulut untuk meneruskan kata-katanya. Aku langsung berseru “

Hentikan!”

Dia tampak kaget. Aku meneruskan. “ saya mengerti perasaanmu, tapi

saya rasa semua manusia ialah makhluk yang hidup dengan berusaha mengurusi

(10)

masalah. Semua itu bukan mengenai perasaan saya. Bagaimana mungkin kamu

yang pertama kali bertemu dengan saya bisa memahami apa yang tidak saya

pikirkan?” hatiku pedih sekali. Sepertinya dia tidak mau tahu tentang kondisiku

ketika ibu Yuichi yang ternyata laki-laki mengizinkan aku menumpang

dirumahnya, ataupun tentang hubunganku dengan Yuichi yang sekarang terasa

rumit dan rapuh. Dia datang semata-mata untuk menyalahkan aku.

“ saya berniat lebih peka,” ujarku. “ saya juga baru kehilangan seorang

kenalan. Tapi disini adalah tempat kerja. Kalau masih ada yang ingin

dibicarakan....” semula aku ingin bilang agar sebaiknya dia menelepon ke rumah,

tapi sebagai gantinya aku berkata,” atau kau akan senang jika aku menangis

meraung-raung dan menusukmu dengan pisau?” aku terlanjur berkata begitu.

Kuakui kata-kataku kejam sekali. Gadis itu memelototiku.

“ saya sudah menyampai semua yang ingin saya katakan. Permisi,”

katanya dengan dingin, lalu pergi dengan suara kaki yang menghentak-hentak.

Dia membanting pintu dengan keras, kemudian pergi.

Analisis:

Dari cuplikan diatas menunjukkan bahwa Mikage adalah sosok penyabar dalam menghadapi suatu masalah. Sabar ketika seseorang mengatakan hal yang tidak-tidak dan menjawab setiap cacian dengan lembut agar Mikage dapat membuktikan kalau apa yang dikatakan adalah hal yang tidak benar.

(11)

dari mulut seorang teman satu sekelas Yuichi namun Mikage tetap menjawab dengan lembut dan hati-hati.

Nilai yang dapat diangkat dari cuplikan diatas adalah Mikage menunjukkan kepada kita agar kita dapat menjadi pribadi yang sabar.

3.2.3 Kepedulian

Cuplikan 1 (Halaman 59).

Telepon saja tidak cukup untuk menyampaikan apa-apa. Aku tidak bisa

melihat Yuichi; apakah dia ingin menangis, ingin tertawa keras-keras, ingin

bicara serius, atau justru ingin dibiarkan sendirian. Aku sungguh-sungguh tidak

tahu.

“ Silahkan, jangan khawatir, nanti aku akan mengantarmu pulang,”

jawab Yuichi, tanpa memberikan petunjuk tentang perasaannya.

“ Yuichi aku pergi kesana sekarang ya, boleh kan? Aku ingin bicara

sambil melihat wajahmu,” kataku.

sampai ketemu,” kataku, lalu menutup telepon.

Analisis:

(12)

kepedulian Mikage yang ingin mengibur Yuichi semuanya Mikage terjang tanpa memperhatikan keadaan.

Dilihat dari segi pragmatik yang dijelaskan melalui teori Abrams bahwa Mikage adalah sosok yang peduli terhadap duka orang lain.

Nilai yang dapat diangkat dari cuplikan diatas adalah apapun bisa kita lakukan ketika kita sudah menaruh rasa peduli terhadap orang yang sudah kita anggap teman, apapun masalahnya dan bagaimana pun keadaanya kita harus siap sedia untuk menjadi pendengar yang baik ketika teman kita mengalami masalah.

3.3 Nilai Konfusionisme dalam Novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto

3.3.1 Nilai Kasih Sayang

Cuplikan 1 (Halaman 46-48).

ketika tersadar, kulihat Yuichi ada dibelakangku; mengepel lantai.Apa

yang dia lakukan sangat meringankan pekerjaanku.

“ beristirahatlah sejenak sambil minum teh,” aku menyarankan, suaraku

menggema di dalam ruangan itu. Rasanya kamar itu begitu luas,

“ Ya,” Yuichi menyahut sambil mengangkat kepala.

Diam-diam aku merasa kagum menyaksikan dia dengan rajin mengepel

lantai dapur apartemen yang akan segera ditinggalkan penghuninya. Apa

(13)

“ sekarang jam berapa?” tanyaku.

“tengah malam,” jawab Yuichi

“kok tahu?”

“di luar sudah gelap dan sepi,”

“kalau begitu aku kabur di tengah malam ya,” ujarku.

“ kau mungkin mengira aku orang yang hidup dengan dorongan impulsif,

sama seperti Eriko. Tapi keputusan untuk memintamu tinggal bersama kami

adalah keputusan yang sudah kupikirkan masak-masak. Nenekmu selalu

khawatir tentang dirimu dan mungkin aku orang yang paling paham

perasaanmu. Aku tahu kamu tipe orang yang akan langsung keluar dari

apartemen kami setelah benar-benar merasa sehat seperti semula. Karena

itu, maka aku mengatakannya. Uang sisa hasil kerja ibuku digunakan untuk

keperluan-keperluan seperti ini. Bukan hanya untuk beli juicer,” katanya

sambil tersenyum. “ tinggallah bersama kami. Tak perlu sungkan.”

Dia menatap lurus ke arahku, bicara pelan-pelan dengan penuh ketulusan

Analisis:

;

seperti orang yang berusaha membujuk pembunuh untuk menyerahkan diri.

(14)

kesehatannya. Persaan Yuichi yang seperti ini lah yang selalu yang membuat Mikage mengikuti apa yang Yuichi katakan.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan oleh teori Abrams Yuichi adalah sosok orang yang melakukan sesuatu didasari oleh cinta, Yuichi tidak mau apabila Mikage keluar dari apartemen mereka hidup Mikage akan tidak terurus.

Dari segi nilai konfusionisme sikap saling mengasihi mendasari seseorang yang memiliki Ren pastilah mempunyai kemampuan yang baik dalam memikirkan keadaan orang lain dan juga mampu mengetahui apa yang tidak diinginkan oleh orang lain karena ia lebih dahulu mengetahui hal apa yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya. Ren adalah kesanggupan untuk mencapai lima hal di dunia, yaitu hormat, lapang hati, dapat dipercaya, cekatan, murah hati.

3.3.2 Nilai Kesetiaan

Cuplikan 1 (Halaman 18).

“sejak ibu meninggal dunia, Eriko berhenti bekerja. Sambil menggendong

aku yang masih kecil, dia memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Kemudian dia memutuskan untuk menjadi perempuan. Dia bilang dia sudah tidak

bisa mencintai siapa-siapa lagi.

Analisis:

Sebelum menjadi perempuan, dia orang yang

sangat pendiam, katanya. Karena tak suka setengah-setengah, dia mengoperasi

seluruh tubuhnya, termasuk wajah. Dengan uang yang masih tersisa, dia membeli

(15)

Dari cuplikan diatas menunjukkan bahwa Eriko adalah orang yang setia, Eriko mengubah dirinya menjadi perempuan seutuhnya karena Eriko tidak ingin menikah lagi, karena dalam hidupnya dia hanya mencintai istrinya saja.

Dari segi nilai pragmatik yang dijelaskan oleh teori Abrams, bahwa Eriko adalah sosok orang yang setia terhadap pasangannya. Dia punya komitmen bahwa dia tidak akan menikah dengan orang lain karen cinta nya hanya untuk istrinya seorang.

Dari segi nilai konfusionisme Zhong artinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara hati nurani dengan mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Setia kepada seseorang berarti selalu membimbingnya. Zhong juga berarti kepatuhan/ketaatan kesetian terhadap tuhan, atasan, teman, kerabat, negara. Manusia harus melihat dirinya agar dapat mengerti orang lain dan mengarahkan manusia untuk bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, dengan tulus menghormati orang lain.

Cuplikan 2 (Halaman 137).

“aku datang kesini dari izu naik taksi. Hei, Yuichi. aku tidak mau

kehilangan kamu. Selama ini kita selalu kesepian, tapi tak pernah kita hiraukan

perasaan kita. Kematian adalah sesuatu yang berat. Kita masih muda dan

seharusnya belum perlu tahu tentang itu, tapi mau tidak mau kita harus begitu....

dan nanti jika masih bersama-sama denganku, mungkin kau akan menyaksikan

hal-hal yang menyedihkan, menyebalkan, buruk. Tapi kalau tidak keberatan, kita

(16)

maupun menyenangkan. Aku ingin kau memutuskan itu setelah perasaanmu lebih

baik. Pikirkan masak-masak dan manfaatkan waktumu, ya? Jangan menghilang

selamanya.”

Analisis:

Dari cuplikan diatas menunjukkan bahwa Mikage mempunya sifat yang setia, Mikage rela datang dari Izu tempat yang sangat jauh dari apartemen Yuichi di Tokyo sambil membawa katsu donburi untuk diberikan kepada Yuichi. selain itu juga hal yang lain yang membuat Mikage harus datang ke apartemen Yuichi adalah Mikage ingin membicarakan hal yang serius tentang hubungan mereka berikutnya. Terlihat dari cuplikan Mikage tidak mau kehilangan Yuichi, Mikage mau tetap berada disamping Yuichi meskipun kesedihan dan masalah yang sangat berat menima mereka, Mikage ingin mereka menjalani setiap permasalahan hidup dengan bersama-sama.

Dari segi pragmatik yang dijelaskan oleh teori Abrams, Mikage adalah sosok wanita yang setia, dimana Mikage melakukan sesuatu didasari oleh cinta dan kasih sayang. Dilihat dari cuplikan diatas Mikage rela menempuh perjalanan yang jauh untuk bisa bertemu dengan Yuichi dan ingin sama-sama menikmati enaknya makanan yang dibawa Mikage. Mikage juga membimbing Yuichi untuk segera mengambil keputusan bahwa setiap kesedihan yang Yuichi alami setelah kematian Eriko harus segera dihentikan, sebab mereka mereka masih muda dan harus memandang kedepan.

(17)
(18)

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kesimpulan dari hasil analisis novel “Kitchen” adalah sebagai berikut :

1. Dalam novel “Kitchen”, terdapat tokoh utama yaitu Mikage. Pengarang Banana Yoshimoto dalam novel ini menceritakan pengalaman hidup seorang gadis yang bernama Mikage dalam menjalani hidup yang penuh dengan kesedihan dan masalah, tetapi Mikage harus tetap semangat dan tegar menjalani hidup ini.

2. Nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Kitchen” yang berdasarkan pada nilai Konfusionisme yaitu kasih sayang dan kesetiaan.

3. Nilai pragmatik seperti kasih sayang dan kesetiaan merupakan nilai ajaran Konfusionisme yang ada di Jepang. Nilai konfusionisme disini yaitu hubungan orang sederajat. Dasar nilai yang diambil dari ajaran Konfusionisme dalam novel ini adalah cinta, kasih sayang dan kesetiaan, juga mengajarkan untuk mencintai jalan hidup yang sesuai dengannya, berprilaku positif terhadap hidup dan juga bijak dalam menjalani hidup.

(19)

perasaan orang lain, tenang dalam menghadapi setiap masalah dan saling mengasihi terhadap orang yang kita cintai.

5. Nilai pragmatik yang dominan di dalam novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto adalah Nilai konfusionisme, yaitu kasih sayang dan kesetiaan.

4.2 Saran

Diharapkan agar pembaca dapat menambah pengetahuan dan mendapatkan pelajaran untuk bersikap baik di dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam menjalin hubungan sebelum bercinta sampai saat bercinta. memberikan kasih sayang kepada sesama dan pasangan dalam kondisi apapun, dan juga selalu mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan. Selain itu diperlukan kepedulian, kesabaran dan ketegaran dalam menjalani hidup ini, karena ketegaran, kesabaran dan kepedulian merupakan bentuk kesungguhan untuk mencapai suatu tujuan.

(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL "KITCHEN", STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa italia Novella. Secara harfiah, Novella berarti sebuah "barang baru yang kecil" dan kemudian diartikan sebagai "cerita pendek dalam bentuk prosa" (Abram dalam Nurgiyantoro, 1995:9). Dewasa ini Novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Novellete dalam bahasa inggris, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.

Novel adalah salah satu jenis karya fiksi yaitu menyajikan berbagai macam kisah yang membuat pembaca ikut merasakan jalan cerita yang abadi dalam novel tersebut. Fiksi merupakan suatu penceritaan terhadap suatu peristiwa yang pernah terjadi dalam khayalannya. Menurut Altenbernd dan lewis dalam Nurgiyantoro (1995:2) mengartikan bahwa fiksi adalah prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia.

(21)

dan kehidupan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni.

Novel merupakan suatu bentuk karya sastra prosa yang menyajikan tokoh-tokoh dengan watak masing-masing dan berbeda dari tokoh-tokoh satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menyuguhkan alur cerita yang menarik untuk dibaca oleh pembaca terutama tentang gambaran kehidupan masyarakat. Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengn orang-orang disekitarnya dengan menonjolkan watak dan sikap setiap perilaku (Depdikbud, 1995:694).

Semi (1993:32) mengungkapkan bahwa novel adalah karya sastra yang mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Ungkapan tegang dan tegas mengindikasikan bahwa karya sastra novel akan menampakan sebuah kehidupan yang tegang dimana didalamnya memunculkan suatu masalah/persoalan sebagai ide cerita dan tegas, disini dituliskan dalam bahasa yang sederhana dengan tujuan mudah dipahami.

(22)

Nurgiyantoro (1995: 18-19) membagi novel dalam dua kategori, yaitu novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khusunya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Novel populer umumnya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman. Novel populer cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.

Novel serius adalah novel yang sanggup memberikan serba kemungkinan. Untuk membaca novel serius, untuk memahaminya dengan baik, diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai dengan kemampuan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang universal. Novel serius disamping memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan untuk memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sunggh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

(23)

2.2 Resensi Novel "Kitchen"

2.2.1 Tema

Menurut Fannie (2001,203-204) tema merupakan gagasan ide, pikiran utama pokok pembicaraan didalam karya sastra yang dapat dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Tema adalah makna yang terkandung dari sebuah cerita, merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung didalam teks sebagai struktur semantik dan menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan (Nurgiyantoro,1995:67).

Dalam sebuah karya sastra tema kadang tidak dengan mudah ditemukan, karena tak jarang harus melakukan kegiatan membaca dan memahami seluruh bacaan terlebih dahulu untuk menemukan sebuah tema. Harus memulai pengamatan yang jeli, menghubungkan setiap persoalan yang ada, mencari fakta-fakta yang terdapat dalam cerita dan menghubungkannya dengan persoalan, mempelajari karakter-karakter dan sikap para tokoh, dan kemudian baru menyimpulkan tema.

Berdasarkan pengertian di atas, maka tema yang diangkat dalam novel "Kichen" ini adalah seorang gadis sebatang kara yang bernama Mikage yang

(24)

mereka sulit untuk berpisah. Walaupun pada akhirnya mereka harus berpisah karena pekerjaan namun, Mikage selalu menyempatkan diri untuk menelpon Yuichi untuk mengetahui bagaimana keadaan Yuichi.

2.2.2 Alur/Plot

Menurut Aminuddin (2000:83) Alur atau Plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan satu sama lain menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang lain tersebut akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai peristiwa itu berakhir.

Menurut Tasrif dalam Nurgiyantoro (1995:149-150) membedakan tahapan plot menjadi lima bagian, kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :

1. Tahap Situation yang artinya tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk menjadi landasan cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

(25)

3. Tahap Rising action yang berarti tahap peningkatan konflik. Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa yang menjadi inti cerita.

4. Tahap Climax yang berarti tahap klimaks, konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi yang diakui dan ditimpahkan para tokoh mencapai titik puncak.

5. Tahap Denouement (tahap penyelesaian) yaitu konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.

Alur Menurut Bahrudin,dkk (2006:14) yaitu :

a. Alur maju atau progresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini kemasa yang akan datang.

b. Sorot balik atau Regresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya atau masa lampau ke masa kini.

c. Alur campuran yaitu pengungkapan cerita kadang-kadang peristiwa terjadi pada masa kini dan masa lampau kemudian kembali menceritakan masa kini.

Berdasarkan uraian cerita diatas, alur dalam novel "Kitchen" adalah alur campuran. Cerita novel ini tidak berurutan dari awal namun dimulai di masa kini, dan kemudian ke masa lalu dan kembali lagi kemasa depan.

2.2.3 Latar (Setting)

(26)

peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216). Latar dalam cerita sangat mempengaruhi pembentukan tingkah laku dan cara berpikir tokoh. Menurut Nurgiyantoro (1995:227), latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial-budaya. Ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

2.2.3.1Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi atau non fiksi. Unsur yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

Dalam novel “Kitchen”, lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah dapur.

[“sambil membagi bahan-bahan makanan ke dalam mangkuk sesuai dengan jumlah peserta kelas kami merebus air dalam jumlah yang banyak ,

menimbang berat bahan makanan. Kami masih akan mengerjakan banyak tugas

remeh-temeh lain hingga pukul 15.00 nanti.”] halaman 93

[“ berdiri didalam ruangan memasak ditembus oleh cahaya matahari

(27)

2.2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi atau non fiksi. Latar waktu mengacu pada hari, tanggal, bulan, tahun bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut. Latar waktu novel “Kitchen”14.00 lewat.

[“di dalam ruangan besar yang bermandikan cahaya matahari dari jendela, meja besar yang dilengkapi dengan oven dan kompor tampak

berderet-deret, mengingatkanku pada ruang yang biasa dipakai untuk kelas PKK. Sambil

bergosip, kami bekerja dengan riang. Saat itu sudah lewat pukul 14.00.

2.2.3.3 Latar Sosial

tiba-tiba

terdengar suara pintu diketuk dengan keras”]. Halaman 93

Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216).

[“ saat itu pukul 01.00 dini hari. Aku tersentak bangun mendengar suara telepon yang berdering di tengah kegelapan. Aku mengangkat gagang telepon tanpa

menangkap apa yang sebenarnya dia bicarakan, sehingga yang muncul

dipikiranku yang baru bangun adalah adegan film perang. “Yuichi? kau

berbicara apa sih?” tanyaku. Setelah jeda sejenak Yuichi akhirnya berkata. “

(28)

[“ kapan... kejadiannya? Baru saja?” tanyaku, tanpa tahu dari mana suaraku

berasal dan apa yang sebenarnya kuucapkan. “ bukan, sudah agak lama.

Orang-orang-orang di bar juga sudah selesai mengadakan upacara pemakaman

kecil-kecilan. maafkan aku... bagaimanapun aku merasa tidak sanggup menyampaikan

berita ini kepadamu.”] [halaman 58-59]

Dari cuplikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa cerita novel “Kitchen” ini terjadi di sebuah bar di Jepang yaitu Tokyo. Rangkaian peristiwa

terjadi di apartemen, bar dan dapur. Di apartemen, bar dan dapur banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang menunjukan nilai-nilai pragmatik yang terkandung didalam novel "Kitchen". Nilai-nilai pragmatik itu adalah ketegaran, kesabaran, kepeduliaan dan kasih sayang.

Latar sosial-budaya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan soial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah dan tinggi (Nurgiyantoro, 1995: 233-234).

2.2.4 Penokohan (Perwatakan)

(29)

yang kedua adalah berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal ini memiliki hubungan yang sangat erat karena penampilan dan penggambaran sang tokoh harus mendukung watak tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:79).

Sedangkan tokoh dalam cerita menurut Abram dalam Nurgiyantoro adalah orang-orang yang ditampilakan dalam suatu karya naratif, atau drama yang ditafsirkanpembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 1995:165). Melalui tokoh cerita, penulis juga dapat menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang memang ingin disampaikan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 1995:167).

Penokohan dalam novel “Kitchen” adalah sebagai berikut:

1. Mikage Sakurai adalah tokoh utama dalam novel "Kitchen" yang merupakan seorang anak yang tegar dan penuh kesabaran dalam menjalani hidup. Serta memiliki rasa kasih sayang kepada Yuichi.

2. Yuichi Tanabe adalah seorang pria yang dingin yang punya sifat sangat perhatian dan kepedulian kepada Mikage Sakurai.

3. Eriko adalah seorang ibu transgender yang ramah dan mempunyai kasih sayang yang besar terhadap istri dan anaknya, Yuichi.

(30)

5. Sotaro adalah mantan pacar Mikage yang punya sifat penuh semangat dalam hidup.

2.2.5 Sudut Pandang

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 248) sudut pandang atau view of point menyaran pada cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Menurut Aminuddin (2000 : 96) sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan kata lain, posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut dan dari titik pandang ini, pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Ada beberapa jenis sudut pandang (point of view):

1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Disini pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi, ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Disini pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.

(31)

adalah sebagai pengarang novel dan menceritakan kisahnya sendiri yang menjadi tokoh bawahan atau sampingan.

2.3 Studi Pragmatik dan Pendekatan Semiotik dalam Sastra

2.3.1 Studi Pragmatik

Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam menelaah sastra dikemukakan oleh Abrams. Abrams dalam Fannie (2001:100), mengemukakan bahwa dalam menelaah sastra terdapat empat model pendekatan yang dapat diterapkan, yaitu :

1. Telaah dari sudut pandang karya sastra itu sendiri yang merupakan produk pengarang (Pendekatan Objektif)

2. Telaah dari sudut pengarangnya (Pendekatan Ekspresif)

3. Telaah dari keterhubungan ide, perasaan, atau peristiwa-peristiwa yang mendasari karya yang ditelaah, baik secara langsung atau tidak langsung yang secara esensial dasarnya merupakan satu tiruan (Pendekatan Mimesis)

4. Telaah dari sudut pandang pembaca atau penerima karya sastra (Pendekatan Pragmatik)

(32)

pesan-pesan yang diberikan kepada pembaca, maka semakin baik dan bernilai tinggi karya sastra tersebut (Abrams dalam Pradopo, 2002:67).

Menurut Teeuw dalam Endraswara (2008:71) kajian pragmatik selalu memunculkan persoalan yang berkaitan dengan masalah pembaca, yaitu apa yang dilakukan pembaca dengan karya sastra, apa yang dilakukan karya sastra dengan pembacanya serta apakah tugas dan batas kemungkinan pembaca sebagai pemberi makna. Hal ini berhubungan dengan manfaat pragmatik sastra terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan melalui peranan pembaca dalam memahami karya sastra. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik adalah memberikan manfaat terhadap pembaca. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik diantaranya adalah berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra.

Jika dikaitkan oleh pandangan Wellek dan Warren dalam Siswanto (2008:30), yang mengatakan bahwa fungsi sastra adalah gabungan dari Dulce “manis, menyenangkan” dan Utile “berguna,bermanfaat”, penelitian terhadap tujuan atau fungsi sastra mengarah kepada fungsi Utile bukan Dulce. Hal ini didasari oleh anggapan karya sastra mengandung tujuan atau manfaat, yaitu membina, mendidik pribadi pembaca.

2.3.2 Pendekatan Semiotik

(33)

bahasa sebagai sebuah sistem tanda memiliki dua unsur yang tak terpisahkan yaitu signifier dan signified, signifiant dan signifi, atau penanda dan petanda dimana wujud penanda (signifiant) dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruf tulisan, sedangkan petanda (signifie) berupa gagasan, konseptual atau makna yang terkandung dalam pertanda tersebut.

Semiotik menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti.Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjukkan pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan mewakili dan menyajikan ( Endraswara , 2008:63 )

Pragmatik sangat berhubungan dengan semiotik, karena hubungan pragmatik merupakan hubungan makna dan pelambangan. Ia dipakai untuk mengkaji, misalnya, signifiant tertentu mengacu pada signifie tertentu, baris-baris kata dan kalimat tertentu mengungkapkan makna tertentu, peristiwa-peristiwa tertentu mengingatkan peristiwa-peristiwa yang lain, melambangkan gagasan tertentu atau menggambarkan suasana kejiwaan tokoh (Todorov dalam Nurgiyantoro, 1995: 47).

(34)

2.4 Sistem Nilai dalam Masyarakat Jepang

2.4.1 Prinsip Moral Jepang dalam Konfusionisme

Ajaran konfusianisme mulai masuk ke Jepang pada abad ke-6. Ajaran ini mulai masuk ke Jepang ketika pangeran shotoko mengirim wakil-wakilnya untuk belajar di China. Sepulang dari China mereka membawa banyak ilmu pengetahuan China salah satunya adalah ajaran konfusianisme. Nilai-nilai konfusius menjadi jiwa dan karakter Jepang hingga kini dan menjadikan jepang sebagai Negara maju.

Masyarakat Jepang masih memegang erat nilai-nilai konfusianisme yang mengajarkan etika/moral dan mementingkan akhlak yang mulia. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajarkan bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku. Bagi masyarakat Jepang ajaran konfusianisme ini dianggap penting sebagai dasar dalam menjalankan kehidupan, terutama yang berhubungan dengan alam dan manusia. (Nosco dalam chang and kalmanson ,2010:57) .

1. Ren (Cinta kasih/kasih sayang)

(35)

lain pun tegak; ingin maju maka berusaha orang lain pun maju. Sikap saling mengasihi mendasari seseorang yang memiliki Ren pastilah mempunyai kemampuan yang baik dalam memikirkan keadaan orang lain dan juga mampu mengetahui apa yang tidak diinginkan oleh orang lain karena ia lebih dahulu mengetahui hal apa yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya. (Saputra: 2002)

2. Zhong Shu (Setia)

Zhongartinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara hati nurani dengan mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Setia kepada seseorang berarti selalu membimbingnya. Zhong juga berarti kepatuhan/ketaatan kesetian terhadap tuhan, atasan, teman, kerabat, hubungan dan negara. Shu merupakan tindakan bagaimana mengaktualisasikan Ren sebagai cinta. Perikemanusiaan mengutamakan sikap tenggang rasa. Jadi Shu artinya sebagai perbuatan tenggang rasa yang disesuaikan dengan suara hati nurani/ sanubari. Maka seorang yang sudah kehilangan hatinya tentu sudah kehilangan kemampuannyauntuk tenggang rasa. Manusia harus melihat dirinya agar dapat mengerti orang lain dan mengarahkan manusia untuk bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, dengan tulus menghormati orang lain. Prinsip Zhong-shu sekaligus merupakan prinsip Ren, sehingga pengalaman Zhong-shu berarti mengamalkan Ren yang mengakibatkan pelaksanaan tanggung

jawab serta kewajiban seseorang dalam

(36)

Penulis menggunakan nilai konfusionisme yang mengajarkan tentang akhlak dan moral dalam kehidupan yang dicerminkan dalam kehidupan percintaan masyarakat di Jepang. Hal inilah yang membuat penulis merasa kasih sayang dan kesetiaan tokoh Mikage, Yuichi dan Eriko dapat ditiru oleh masyarakat zaman sekarang dalam hubungan percintaan.

Untuk mengetahui nilai pragmatik yang ada dalam isi cuplikan novel, maka penulis menggunakan pendekatan semiotik. Semiotik adalah ilmu atau tanda metode analisis untuk mengkaji tanda (Hoed dalam Nurgiyantoro 1995:40). Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan yang mungkin tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dengan pendekatan ini penulis dapat menafsirkan segala tanda yang merujuk adanya nilai-nilai kasih sayang, kepedulian dankesabaranyang terdapat dalam novel "Kitchen" yang diprediksikan dapat menjadi cerminan yang baik bagi pembaca.

2.5 Biografi Pengarang

(37)
(38)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan suatu hasil karya manusia baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetik (keindahan bahasa) yang dominan. Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona denganalat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. (http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra).

(39)

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Karena sastra bukan seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Bahasa merupakan media yang sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, sastra dapat diungkapkan melalui banyak cara. Dalam dunia kesusastraan, karya sastra dapat dibedakan dalam bentuk dan jenis yang berbeda-beda misalnya drama, puisi, roman, novel dan sebagainya.

Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (http://kbbi.web.id/novel).

Menurut Badudu dan Zain dalam Aziez dan Abdul (2010:2) menjelaskan bahwa novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari tentang suka duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwa para tokoh.

(40)

itu sendiri. Novel menjadi karya sastra yang paling banyak dicari karena selain menjadi media hiburan juga terdapat nilai-nilai kebaikan.

Berdasarkan konsep novel diatas, novel dapat menggambarkan realitas kehidupan manusia yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan dapat memberikan nilai positif dan manfaat kepada pembaca. Dalam hal ini banyak novel Jepang yang memberikan nilai pendidikan maupun moral yang baik, salah satunya adalah Novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto.

Novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini memberikan nilai pendidikan yang baik untuk para pembacanya. Tokoh utama dalam novel ini digambarkan sebagaisosok yang tegar, bisa menenangkan diri ketika ada masalah dengan caranya sendiri. Nilai pragmatik dalam novel ini terlihat jelas dari penggambaran tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lainnya. Beberapa nilai pragmatik yang penulis temukan saat membaca novel “Kitchen”berulang kali adalah nilai ketegaran, kesabaran, kepeduliaan, kasih sayang dan kesetiaan yang ditunjukkan oleh tokoh utama Mikage dan Yuichi yang tidak pernah hilang. Saling mencintai dan memahami membuat hubungan percintaan mereka kuat dan tidak goyah.

Kasih sayang dan kepedulian antara Mikage dan Yuichi yang diungkapkan oleh Banana Yoshimoto dalam novel “Kitchen” dimulai sebelum menjalin hubungan percintaan dan saat menjalin hubungan percintaan.

(41)

ibunya untuk mengajak Mikage tinggal bersama mereka selama gadis itu belum menemukan apartemen baru. Saat tinggal di keluarga Tanabe inilah, Mikage menyadari betapa sebuah keluarga adalah anugerah. Tak selalu indah, namun patut disyukuri.

Keharmonisan hidup Mikage, Yuichi, dan Eriko tak berlangsung lama. Pada bab kedua diceritakan bahwa Eriko dibunuh. Berita ini tentu saja mengacaukan perasaan Mikage, terlebih Yuichi sebagai seorang anak. Pada titik itulah hubungan keduanya diuji. Perlahan masing-masing mulai menyadari bahwa mereka punya perasaan lain selain perasaan bahwa selama ini mereka adalah keluarga. Ketika hati tak lagi mampu berbohong, keputusan terbaik harus segera dibuat. Novel ini Sangat menginspirasi, bahwa dalam hidup dibutuhkan perjuangan dan kedewasaan dalam menentukan sikap. Nilai-nilai yang memberikan pendidikan dan termasuk dalam nilai Konfusionisme di Jepang yang terdapat dalam novel ini adalah kasih sayang dan kesetiaan.

(42)

Konfusionisme yang mengajarkan tentang akhlak dan moral dalam kehidupan dapat dicerminkan dalam kehidupan percintaan masyarakat di Jepang. Hal inilah yang membuat penulis merasa ketegaran, kesabaran, kepedulian, kesetiaan, kasih sayang dan kesetiaan tokoh Mikage, Yuichi dan Eriko harus ditiru oleh masyarakat zaman sekarang untuk menambah wawasan dalam hubungan percintaan.

Uraian di atas melatarbelakangi penulis untuk menganalisis nilai-nilai pragmatik yang dapat dijadikan pembelajaran oleh pembacanya dalam kehidupan sehari-hari yang terkandung dalam novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto melalui tokoh Mikage, Yuichi dan Eriko. Penulis akan menganalisis secara mendalam nilai-nilai pragmatik tersebut dan menyajikannya dalam skripsi dengan judul: ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “KITCHEN” KARYA BANANA YOSHIMOTO.

1.2 Perumusan Masalah

Novel “ Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini menceritakan bagaimana seseorang bisa menjalani hidup meski mendapatkan diskriminasi sosial, menceritakan bagaimana kesungguhan dan ketegaran hidup seorang anak yang sebatang kara. Novel ini memberikan nilai pendidikan yang bermanfaat untuk para pembacanya.

(43)

sedikit merasa tenang karena mendapatkan kehangatan dari Eriko dan Yuichi. hal ini juga membuat perasaan kagum Mikage kepada Yuichi semakin terlihat melalui perhatian Yuichi kepada Mikage dengan berbagai hal yang Yuichi lakukan mulai dari membuatkan kartu nama, memberi tumpangan tempat tinggal sementara.Selain kepedulian, kesabaran Mikage dan Yuichi juga sering diuji dengan berbagai masalah yang ada seperti gosip kumpul kebo dari kampus , kecemburuan mantan pacar Yuichi, kematian Eriko dan lain sebagainya. Nilai-nilai yang memberikan pendidikan dan termasuk ke dalam Nilai-nilai Konfusionisme di Jepang dalam novel ini adalah kasih sayang dan kesetiaan.

Berdasarkan hal tersebut dan berkaitan dengan pendekatan pragmatik yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian ini dalam bentuk pertanyaan berikut :

1. Nilai pragmatik apa sajakah yang terkandung dalam novel “Kitchen”?

2. Nilai Konfusionisme apa sajakah yang diungkapkan pengarang melalui tokoh utama dan tokoh pendukung dalamnovel “Kitchen” ini yang dapat dijadikan cerminan bagi pembaca?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

(44)

Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada hal yang berkaitan dengan nilai pragmatik dannilai konfusionisme yang diungkapkan pengarang melalui tokoh utama dan tokoh pendukung dalam novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Waluyo (2002:68) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya metode, munculnya proses kreatif dalam mengekspresikan apa yang ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan.

Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi dari seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra. Dalam karya sastra ada yang bersifat fiksi dan non fiksi misalnya puisi, roman, drama, novel dan lain sebagainya.

(45)

dalam wujud paragraf-paragraf yang membentuk kesatuan yang disebut cerita. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya. Seperti disaat kita membaca novel “Kitchen”ini pembaca bisa merasakan nilai-nilai yang dapat menjadi cerminan.

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Pendapat Horatius yang ditulis dalam bukunya Ars Poetica pada tahun 14 SM menyatakan bahwa tolok ukur sastra ialah utile ‘ bermanfaat’ dan dulce ‘nikmat’. selain itu, ia pun sekaligus mengungkapkan pendekatan sastra yang menitikberatkan pada peran pembaca (pendekatan pragmatik) dalam pendekatan teori barat, sering dipermasalahkan urutan utile dan dulce itu, mana yang harus didahulukan, ‘bermanfaat’ dahulu baru ‘nikmat’ atau justru sebaliknya ‘nikmat’ dulu baru ‘bermanfaat’ masalah antara pendekatan moralitas (manfaat) dan estetik (nikmat), namun hal ini lebih tepat disebut perbedaan dalam tekanan (estetik baru tersendiri pada zaman romantik didunia barat). Dalam rangka penelitian sastra, ada penerapan model pendekatan (teori kritik tertentu) yang dapat diterapkan dan penerapan model itu sesuai dengan konsep serta tata kerjanya masing-masing.

Menurut Abrams dalam Siswanto (2008:79) terdapat empat kajian sastra yaitu:

(46)

2. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra disebut pendekatan pragmatik.

3. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra disebut pendekatan objektif.

4. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis disebut pendekatan ekspresif.

Berdasarkan kajian yang diutarakan oleh Abrams dalam Siswanto ada 4 pendekatan. Jadi penulis menggunakan kajian nomor 2 yaitu pendekatan pragmatik untuk menganalisis novel “Kitchen”.

2. Kerangka Teori

(47)

Pendekatan pragmatik mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, maka akan semakin tinggi nilai dari karya tersebut. Penggunaan teori pragmatik dalam penganalisisan karya sastra dapat membantu menentukan apa saja fungsi karya sastra dalam kehidupan masyarakat, bagaimana penyebaran dan perluasan karya sastra tersebut, serta manfaat yang dihasilkan oleh karya sastra dalam tatanan kehidupan masyrakat.

Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Menurut Suseno (1987:19 ) kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan apa yang buruk dalam kehidupan suatu masyarakat.

(48)

Untuk menganalisis nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Kitchen” penulis menggunakan teori dari Abrams dalam Jabrohim (1981:67) pendekatan pragmatik sastra adalah model pendekatan yang melihat karya sastra berdasarkan sudut pandang pembaca. Pendekatan pragmatik sastra memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral, agama, atau tujuan pendidikan lainnya. Semakin banyak nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca, maka semakin baik karya sastra tersebut.

Untuk menganalisis tentang nilai kasih sayang dan kesetiaan yang terdapat dalam novel “Kitchen” , penulis juga menggunakan konsep ajaran konfusianisme, menurut Analects atau disebut juga kitab Lun Yu (Saputra: 2002), Berikut nilai-nilai ajaran dari Konfusius, yaitu :

1. Ren (Cinta kasih/kasih sayang)

(49)

mengetahui apa yang tidak diinginkan oleh orang lain karena ia lebih dahulu mengetahui hal apa yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya. Ren adalah kesanggupan untuk mencapai lima hal di dunia, yaitu hormat, lapang hati, dapat dipercaya, cekatan, murah hati.

2. Zhong Shu (Setia & Tepa sarira)

Zhong ( 忠 ) terdiri dari huruf ( 中 ) yang berarti tengah, tepat dan juga

bisa berarti perwujudan. Sedangkan ( 心 ) berarti hati, tembusan, sesuai, berlandas pada hati nurani/ sanu bari. Orang yang berperilaku setia adalah orang yang memiliki hati tepat di tengah atau hati yang terletak ditempat semestinya. Maka Zhong artinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara hati nurani dengan mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Setia kepada seseorang berarti selalu membimbingnya. Zhong juga berarti kepatuhan/ketaatan kesetian terhadap Tuhan, atasan, teman, kerabat, negara. Sedangkan Shu ( 恕) terdiri dari ( 如 )

(50)

tulus menghormati orang lain. Prinsip Zhong-shu sekaligus merupakan prinsip Ren, sehingga pengalaman Zhong-shu berarti mengamalkan Ren yang mengakibatkan pelaksanaan tanggungjawab serta kewajiban seseorang dalam masyarakat.

Dalam ajaran Konfusianisme yang sudah dijelaskan diatas, banyak terdapat nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jepang dahulu sampai sekarang. Sosial masyarakat Jepang yang sudah lekat dengan nilai ajaran konfusius ini hingga sekarang dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari mereka. Untuk menganalisis novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini penulis menggunakan ajaran Konfusius sesuai dengan nilai yang akan penulis analisis yaitu mengenai nilai kesetiaan dan kasih sayang yang juga terdapat dalam konfusianisme berupa Ren (Cinta kasih/Kasih Sayang) dan Zhong (Setia). (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51921/4/Chapter%20II.pdf)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis merangkum tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nilai pragmatik yang terdapat dalam novel "Kitchen" karya Banana Yoshimoto.

(51)

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel "Kitchen" yang berguna bagi pembaca.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasanmengenai nilai Konfusionisme yang diungkapkan pengarang melalui tokoh utama dalam novel “Kitchen” yang berguna dalam hal menyikapi dan menetukan pilihan hidup, serta

bertindak yang benar jika keadaan yang dialami oleh tokoh utama dan pendukung dalam novel ini dialami juga oleh pembaca .

3. Metode Penelitian

Dalam menulis sebuah karya ilmiah dibutuhkan sebuah metode penelitian sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Metode adalah langkah atau cara yang tersusun untuk melakukan sesuatu. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Ratna (2004:53) metode deskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis bahkan juga diperbandingkan.

(52)

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data dan referensi atau buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian.

2. Membaca novel “Kitchen” yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh Dewi Anggraeni.

3. Mencari, mengumpulkan, menganalisis dan mendeskripsikan nilai pragmatik yang/terdapat dalam novel “Kitchen”.

(53)

ANALISIS PRAGMATIK DALAM NOVEL “KITCHEN” KARYA

BANANA YOSHIMOTO

BANANA YOSHIMOTO NO SAKUHIN NO “KITCHEN” TO IU SHOUSETSU NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Oleh:

ASENG SUPRIADI P

NIM: 110708044

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(54)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas berkat kasih dan anugerah-Nya yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul : Analisis Pragmatik Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Eman Kusdiayana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang.

3. Ibu Dr.Diah Syafitri Handayani,M.Lit selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan perhatian penuh dalam membimbing penulis.

4. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan perhatian ditengah-tengah kesibukan beliau dalam membimbing penulis.

(55)

6. Bapak Semru Pasaribu dan Linda br. Marbun, orangtua penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang beserta doa-doa dan semangat setiap harinya. Penulis bangga memiliki orangtua seperti bapak dan mama.

7. Kakak, Abang dan Adik-adik penulis Hetty Tuti Yanti, Amd. Keb, Andri Anto Pasaribu, Vingki Fernando Pasaribu dan Eduar Pasaribu meskipun cerewet namun sangat perhatian kepada penulis.

8. Teman-teman tersayang yang bersama-sama berjuang Ovita, Farah, Yeni, Trio Bakar: Mike, Boda, Betrik yang selalu ada untuk penulis dan dengan senang hati membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman dan Adik-adik IMPERATIF, Rendi, Juliana, Elsa, Ester Rika, Yustri, Ingrid, dan Rimmaniar, Ayu, Firman, Danu, Eka, Vero banyak kenangan bersama yang kita lalui bersama dan tak kan pernah bisa terlupakan. Buat kakak ku Feberlina Sirait, SS dan Veronica Risma Berutu, SS yang selalu medukung dalam doa serta memberikan semangat disetiap kesempatan yang ada, jarak tidak menghalangi kita untuk tetap bersahabat. Serta keluarga besar IMPERATIF yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Doa, dan semangat yang kalian berikan tak akan pernah penulis lupakan.

(56)

11. Teman-teman Sastra Jepang S’11 juga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberi banyak bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman KSE tercinta, Ismael, Kherly, Rani, Sapta, Merlin, David dan yang lainnya. Teman-teman BISMA, Pleton 3A.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Januari 2016

Penulis

(57)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 14

1.6 Metode Penelitian 15

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “ KITCHEN”, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK

2.1 Definisi Novel 17

2.2 Resensi Novel “Kitchen” 20

2.2.1 Tema 20

2.2.2 Alur (Plot) 21

2.2.3 Latar (Setting) 23

(58)

2.2.5 Sudut Pandang 27

2.3 Studi Pragmatik Sastra dan Pendekatan Semiotik 28

2.4 Sistem Nilai Dalam Masyarakat Jepang 31

2.4.1 Prinsip moral Jepang dalam konfusionisme 31

2.5 Biografi Pengarang 34

BAB III ANALISIS NILAI PRAGMATIK DAN NILAI

KONFUSIONISME DALAM CERITA NOVEL “KITCHEN” KARYA BANANA YOSHIMOTO

3.1 Sinopsis cerita novel “Kitchen” 36

3.2 Analisis Nilai Pragmatik dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto

39

3.2.1 Ketegaran 39

3.2.2 Kesabaran 42

3.2.3 Kepedulian 44

3.3 Analisis Nilai Konfusionisme dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto

46 3.3.1 Kasih Sayang 46

(59)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 51

4.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

kesetiaan dan kasih sayang yang diungkapkan dalam novel “Hidamari no Kanojo”, sehingga akhirnya penulis memilih judul dalam skripsi ini yaitu “Analisis Pragmatik

Jadi, dapat dikatakan bahwa ada tuturan (2) yang memiliki bentuk pragmatik imperatif pertanyaan dengan maksud pragmatik imperatif permintaan. Selain tuturan dengan

Pada skrpsi ini, penulis memfokuskan pembahasanya mengenail nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “ Senandung Ombak” Karya Yukio Mishima dengan cara

Berdasarkan teori psikologi kepribadian Carl Gustav Jung yang dihubungkan dengan tokoh Yuichi Tanabe di dalam novel yang penulis teliti, dapat disimpulkan bahwa Yuichi

Penulis akan mengambil cuplikan teks percakapan Ichiyo dengan tokoh-tokoh lain di dalam novel yang mengandung nilai-nilai pragmatik sastra yang disampaikan oleh

Di dalam novel “Kitchen” bagian pertama, terdapat 35 partikel “ga” yang termasuk dalam klasifikasi kakujoshi, 1 partikel “ga” yang termasuk klasifikasi

Berdasarkan uraian diatas yang dikutip dari cerita kehidupan yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan terkhusus untuk nilai-nilai pendidikan Islam, dalam novel Kembara Rindu karya

Teman-teman Sastra Jepang S’11 juga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberi banyak bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi