• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Hidamari No Kanojo” Karya Koshigaya Osamu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Hidamari No Kanojo” Karya Koshigaya Osamu"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “HIDAMARI NO KANOJO” KARYA KOSHIGAYA OSAMU

KOSHIGAYA OSAMU NO SAKUHIN NO

HIDAMARI NO KANOJONO SHOUSETSU NI TAISHITE NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh :

RIZKA AWALIA PINIDA NIM : 110708017

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “HIDAMARI NO KANOJO” KARYA KOSHIGAYA OSAMU

KOSHIGAYA OSAMU NO SAKUHIN NO

“HIDAMARI NO KANOJO” NO SHOUSETSU NI TAISHITE NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh :

RIZKA AWALIA PINIDA NIM : 110708017

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum Dr. Siti Muharami Malayu, M.Hum NIP. 196009191988031001 NIP. 196106282006042001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui Oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan,

Departemen Sastra Jepang Ketua,

(4)

ABSTRAK

Pada skripsi ini penulis membahas tentang sebuah sastra yang

sangat menarik untuk diteliti. Kata sastra merupakan kata serapan dari

bahasa Sansekerta “śāstra”, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”. Mursini (2007:26) mengemukakan bahwa

karya sastra mengandung unsur pendidikan/pengajaran. Dari segi

pendidikan, sastra merupakan wahana untuk meneruskan atau mewariskan

budaya bangsa dari generasi ke generasi, berupa gagasa dan pemikiran

bahasa, pengalaman sejarah, nilai-nilai budaya dan tradisi. Dari segi

pengajaran, peminat sastra dapat mengambil manfaat seperti ajaran moral.

Biasanya karya sastra yang banyak memberi pengajaran dan manfaat

kepada masyarakat adalah novel.

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisikan

cerita-cerita fiksi yang biasanya mencerita-ceritakan atau menggambarkan tentang

realita kehidupan dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan

lingkungan sekitarnya. Novel berfungsi untuk memberikan pandangan

kepada pembaca tentang apa yang terjadi dalam sosial masyarakat,

kehidupan, religious dan hal yang lainnya. Novel dapat memberikan nilai

moral ataupun pesan positif dalam suatu karya sastra. Salah satu contoh

novel yang dapa memberikan pesan positif bagi masyarakat khususnya

pembaca adalah novel “Hidamari no Kanojo” Karya Koshigaya Osamu.

Dalam Novel Hidamari No Kanojo karya Koshigaya Osamu

(5)

menambahkan unsur fantasi yang membuat novel ini menjadi lebih

menarik. Watarai Mao seorang wanita ceria, penuh kasih sayang dan

cerdas yang memiliki karir bagus di sebuah perusahaan ternama di Jepang

bertemu kembali dengan Okuda Kosuke. Okuda Kosuke adalah cinta

pertamanya saat masih SMP 10 tahun yang lalu. Pertemuan kembali ini

membawa mereka kembali dekat dan menjalin hubungan serius namun

dibalik pertemuan ini mereka memiliki kisah perjuangan hidup, dilema

romansa percintaan dan rahasia besar yang dimiliki oleh Mao untuk

mengejar keinginannya saat hidup di bumi. Kosuke mulai mencurigai sifat

Mao yang lama-kelamaan menjadi aneh dan kemudian Mao menghilang

dari hidupnya. Kosuke mencari Mao kemanapun, Kosuke takut kehilangan

Mao dan tetap mencintai Mao, setia, mencari dan menunggu Mao yang

akan datang kembali kepadanya.

Berdasarkan cuplikan cerita diatas, pengarang novel Hidamari no

Kanojo yaitu Koshigaya osamu ingin menyampaikan tentang nilai kesetian

dan kasih sayang pasangan melalui tokoh Kosuke dan Mao. Novel ini

lebih menitik beratkan tentang masalah yang dihadapi oleh sepasang

kekasih yang akhirnya menjadi suami istri dan memiliki konflik-konflik

kecil yang mengiringi kehidupan mereka. Nilai-nilai kesetiaan dan kasih

sayang akan pasangan masing-masing membuat novel ini memiliki cerita

unik disetiap halamannya.

Keistimewaan tentang kesetiaan dan kasih sayang inilah yang

menarik untuk penulis bahas dalam skripsi ini. novel ini dapat

(6)

modern sekarang masih ada masyarakat Jepang yang sangat setia kepada

pasangannya. Seperti yang kita ketahui kebanyakan masyarakat pada

zaman modern saat ini lebih suka berselingkuh, tidak peduli dengan

pasangannya dan tidak setia. Namun dengan adanya tokoh Kosuke dan

Mao ini membuat para pasangan ingin memiliki kekasih yang setia dan

ada disisi mereka dalam kondisi apapun, karena sulit mencari pasangan

yang sangat setia dan rela berkorban di zaman sekarang.

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan

pragmatik menurut Pradopo. Menurut Pradopa pendekatan pragmatik

adalah adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana

untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini

tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral, politik, agama,

ataupun tujuan yang lain. Selain itu pendekatan pragmatik dapat

memberikan manfaat terhadap pembaca dan merealisasikannya pada

kehidupan sehari-hari. Untuk menganalisis tentang nilai kesetiaan dan

kasih sayang yang telihat dalam novel “Hidamari no Kanojo” , penulis

juga menggunakan konsep ajaran konfusianisme, Berdasarkan ajaran

konfusianisme terdapat Ren (Cinta kasih) dan Zhong (Setia). Zhong (Setia)

yaitu orang yang berperilaku setia adalah orang yang memiliki hati yang

terletak di tengah (hati yang terletak di tempat semestinya). Setia kepada

seseorang berarti selalu membimbingnya. Zhong bersifat positif, tegas dan

aktif : bertindak sesuai cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus.

Sedangkan Ren (Cinta kasih/kasih sayang) yaitu pusat kualitas moral

(7)

keadilan, dan kasih sayang.

(bungcikal.blogspot.com/2008/03/kumpulan-ajaran-konfusius.html).

Skripsi ini menunjukkan nilai kesetiaan dan kasih sayang antara

Kosuke dan Mao yang diungkapkan oleh Koshigaya Osamu dalam Novel

“Hidamari no Kanojo”. Dimulai dari kesetiaan dan kasih sayang sebelum

menjalin hubungan percintaan, sesudah menjalin hubungan percintaan dan

saat berumah tangga. Manfaat yang mendidik penulis untuk menganalisis

novel ini kedalam sebuah skripsi adalah nilai kesetiaan dan kasih sayang

yang ditunjukkan oleh tokoh utama Okuda Kosuke dan Watarai Mao yang

memiliki kesetiaan yang tidak pernah hilang. Saling mencintai dan

memahami membuat hubungan percintaan mereka kuat dan tidak goyah.

Skripsi ini menyimpulkan bahwa kesetiaan dan kasih sayang sebelum

menjalani hubungan percintaan, setelah menjalani hubungan percintaan dan saat

menjalani hubungan rumah tangga adalah kesetiaan dan kasih sayang yang

semakin kuat dan tidak pernah pudar. Hal itu terlihat dalam cuplikan-cuplikan

yang penulis analisis dalam skripsi ini. Nilai yang bermanfaat dan mendidik

penulis tentang kesetiaan dan kasi sayang ini patut dicontoh dan diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Kesetiaan dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh tokoh

Kosuke dan Mao sangat jarang ditemukan di zaman modern sekarang ini.

Kesetiaan dan kasih sayang mereka sangat luar biasa dalam menjalani hubungan

percintaan sampai pernikahan yang berlandaskan ajaran konfusianisme. Konfusius

yang mengajarkan tentang akhlak dan moral dalam kehidupan dapat dicerminkan

dalam kehidupan percintaan masyarakat di Jepang. Hal inilah yang membuat

(8)

oleh masyarakat zaman sekarang untuk menambah wawasan dalam hubungan

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SAW atas rahmat dan hidayahnya sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat serta salam kepada

Rasulullah SAW, tauladan umat manusia. Skripsi ini adalah langkah awal bagi

penulis untuk melanjutkan perjalanan hidup menuju cita-cita yang sudah

dirangkai demi masa depan yang baik. Dan tentunya juga dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu sastra ke depannya.

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “HIDAMARI NO KANOJO” KARYA KOSHIGAYA OSAMU ini penu

lis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi dan juga

penyelesaian skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku ketua Departemen

Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan

juga selaku Dosen pembimbing I yang banyak membantu dengan

ketulasan hati dan kesabarannya dalam memberikan arahan, dukungan

(10)

3. Ibu Dr. Siti Muharami Malayu M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II

atas ketulusan dalam membaca dan memberikan arahan untuk

penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang USU yang telah

mengajarkan ilmu dan pengetahuan Sastra Jepang sehingga penulis

dapat menyelesaikan perkulihan dengan baik.

5. Kedua orang tua yang sangat saya cintai H. Pimpin Putra Lubis dan Hj.

Nurhaida Lubis yang telah memberikan dukungan moral maupun

materil selama kuliah ini. Terimaksih atas seluruh cinta, pengorbanan

dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini, yang

tidak akan pernah bisa dibalas sampai kapan pun.

6. Kepada adik-adik saya, Alhamdi Putra Lubis, Insan Akbar Lubis, dan

Dzaky Rafii Lubis yang selalu membuat saya tertawa dan jengkel.

Untuk lelaki yang saya cintai Jaejoong, Yunho, Yoochun, Junsu dan

Changmin sebagai penyegar dari kegundahan, penyemangat hidup dan

pemberi motivasi. Dan juga untuk seluruh keluarga dan teman-teman

saya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Teman-teman yang ada di Departemen Sastra Jepang terutama

stambuk 2011. Buat sahabat penulis Kiki, Nuri dan Rani yang selalu

memberikan dukungan dan sebagai tempat yang selalu mendengarkan

segala keluh kesah dan keinginan juga harapan selama kuliah. Terima

kasih atas kebersamaan, canda tawa dan air mata demi merangkai

(11)

8. Semua pihak yang telah membantu menyelasaikan skripsi ini, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Penulis telah

berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun pada skripsi ini demi perbaikan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan peng

embangan Ilmu dalam bidang Sastra Jepang.

Medan,

Penulis,

Rizka Awalia Pinida Lubis

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Rumusan Masalah ...5

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ...6

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...7

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

1.6 Metode Penelitian ...13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL “HIDAMARI NO NO/KANOJO”, KONSEP AJARAN KONFUSIANISME, STUDI STUDI/PRAGMATIK DAN SEMIOTIK 2.1Definisi Novel ... ...14

2.2 Resensi Novel “Hidamari no Kanojo”...16

2.2.1Tema ...16

2.2.2Alur ...17

2.2.3Latar ...18

2.2.4Penokohan ...19

2.2.5Sudut Pandang ...22

(13)

2.4Studi Pragmatik Dan Semiotik ...28

2.5Biografi Pengarang ...31

BAB III ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “HIDAMARI NO/KANOJO” KARYA KOSHIGAYA OSAMU

3.1 Sinopsis Cerita Novel “Hidamari no Kanojo”...32 3.2 Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang antara Kosuke dan Mao

Yang/terdapat/dalam/Novel/“Hidamari no Kanojo...33

3.1.1 Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang sebelum menjalani

Hubungan/percintaan...33

3.1.2 Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang setelah menjalani

Hubungan/percintaan...40

3.1.3 Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang saat menjalani

Hubungan/rumah/tangga...48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan ...64

4.2Saran ...66

(14)

ABSTRAK

Pada skripsi ini penulis membahas tentang sebuah sastra yang

sangat menarik untuk diteliti. Kata sastra merupakan kata serapan dari

bahasa Sansekerta “śāstra”, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”. Mursini (2007:26) mengemukakan bahwa

karya sastra mengandung unsur pendidikan/pengajaran. Dari segi

pendidikan, sastra merupakan wahana untuk meneruskan atau mewariskan

budaya bangsa dari generasi ke generasi, berupa gagasa dan pemikiran

bahasa, pengalaman sejarah, nilai-nilai budaya dan tradisi. Dari segi

pengajaran, peminat sastra dapat mengambil manfaat seperti ajaran moral.

Biasanya karya sastra yang banyak memberi pengajaran dan manfaat

kepada masyarakat adalah novel.

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisikan

cerita-cerita fiksi yang biasanya mencerita-ceritakan atau menggambarkan tentang

realita kehidupan dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan

lingkungan sekitarnya. Novel berfungsi untuk memberikan pandangan

kepada pembaca tentang apa yang terjadi dalam sosial masyarakat,

kehidupan, religious dan hal yang lainnya. Novel dapat memberikan nilai

moral ataupun pesan positif dalam suatu karya sastra. Salah satu contoh

novel yang dapa memberikan pesan positif bagi masyarakat khususnya

pembaca adalah novel “Hidamari no Kanojo” Karya Koshigaya Osamu.

Dalam Novel Hidamari No Kanojo karya Koshigaya Osamu

(15)

menambahkan unsur fantasi yang membuat novel ini menjadi lebih

menarik. Watarai Mao seorang wanita ceria, penuh kasih sayang dan

cerdas yang memiliki karir bagus di sebuah perusahaan ternama di Jepang

bertemu kembali dengan Okuda Kosuke. Okuda Kosuke adalah cinta

pertamanya saat masih SMP 10 tahun yang lalu. Pertemuan kembali ini

membawa mereka kembali dekat dan menjalin hubungan serius namun

dibalik pertemuan ini mereka memiliki kisah perjuangan hidup, dilema

romansa percintaan dan rahasia besar yang dimiliki oleh Mao untuk

mengejar keinginannya saat hidup di bumi. Kosuke mulai mencurigai sifat

Mao yang lama-kelamaan menjadi aneh dan kemudian Mao menghilang

dari hidupnya. Kosuke mencari Mao kemanapun, Kosuke takut kehilangan

Mao dan tetap mencintai Mao, setia, mencari dan menunggu Mao yang

akan datang kembali kepadanya.

Berdasarkan cuplikan cerita diatas, pengarang novel Hidamari no

Kanojo yaitu Koshigaya osamu ingin menyampaikan tentang nilai kesetian

dan kasih sayang pasangan melalui tokoh Kosuke dan Mao. Novel ini

lebih menitik beratkan tentang masalah yang dihadapi oleh sepasang

kekasih yang akhirnya menjadi suami istri dan memiliki konflik-konflik

kecil yang mengiringi kehidupan mereka. Nilai-nilai kesetiaan dan kasih

sayang akan pasangan masing-masing membuat novel ini memiliki cerita

unik disetiap halamannya.

Keistimewaan tentang kesetiaan dan kasih sayang inilah yang

menarik untuk penulis bahas dalam skripsi ini. novel ini dapat

(16)

modern sekarang masih ada masyarakat Jepang yang sangat setia kepada

pasangannya. Seperti yang kita ketahui kebanyakan masyarakat pada

zaman modern saat ini lebih suka berselingkuh, tidak peduli dengan

pasangannya dan tidak setia. Namun dengan adanya tokoh Kosuke dan

Mao ini membuat para pasangan ingin memiliki kekasih yang setia dan

ada disisi mereka dalam kondisi apapun, karena sulit mencari pasangan

yang sangat setia dan rela berkorban di zaman sekarang.

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan

pragmatik menurut Pradopo. Menurut Pradopa pendekatan pragmatik

adalah adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana

untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini

tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral, politik, agama,

ataupun tujuan yang lain. Selain itu pendekatan pragmatik dapat

memberikan manfaat terhadap pembaca dan merealisasikannya pada

kehidupan sehari-hari. Untuk menganalisis tentang nilai kesetiaan dan

kasih sayang yang telihat dalam novel “Hidamari no Kanojo” , penulis

juga menggunakan konsep ajaran konfusianisme, Berdasarkan ajaran

konfusianisme terdapat Ren (Cinta kasih) dan Zhong (Setia). Zhong (Setia)

yaitu orang yang berperilaku setia adalah orang yang memiliki hati yang

terletak di tengah (hati yang terletak di tempat semestinya). Setia kepada

seseorang berarti selalu membimbingnya. Zhong bersifat positif, tegas dan

aktif : bertindak sesuai cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus.

Sedangkan Ren (Cinta kasih/kasih sayang) yaitu pusat kualitas moral

(17)

keadilan, dan kasih sayang.

(bungcikal.blogspot.com/2008/03/kumpulan-ajaran-konfusius.html).

Skripsi ini menunjukkan nilai kesetiaan dan kasih sayang antara

Kosuke dan Mao yang diungkapkan oleh Koshigaya Osamu dalam Novel

“Hidamari no Kanojo”. Dimulai dari kesetiaan dan kasih sayang sebelum

menjalin hubungan percintaan, sesudah menjalin hubungan percintaan dan

saat berumah tangga. Manfaat yang mendidik penulis untuk menganalisis

novel ini kedalam sebuah skripsi adalah nilai kesetiaan dan kasih sayang

yang ditunjukkan oleh tokoh utama Okuda Kosuke dan Watarai Mao yang

memiliki kesetiaan yang tidak pernah hilang. Saling mencintai dan

memahami membuat hubungan percintaan mereka kuat dan tidak goyah.

Skripsi ini menyimpulkan bahwa kesetiaan dan kasih sayang sebelum

menjalani hubungan percintaan, setelah menjalani hubungan percintaan dan saat

menjalani hubungan rumah tangga adalah kesetiaan dan kasih sayang yang

semakin kuat dan tidak pernah pudar. Hal itu terlihat dalam cuplikan-cuplikan

yang penulis analisis dalam skripsi ini. Nilai yang bermanfaat dan mendidik

penulis tentang kesetiaan dan kasi sayang ini patut dicontoh dan diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Kesetiaan dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh tokoh

Kosuke dan Mao sangat jarang ditemukan di zaman modern sekarang ini.

Kesetiaan dan kasih sayang mereka sangat luar biasa dalam menjalani hubungan

percintaan sampai pernikahan yang berlandaskan ajaran konfusianisme. Konfusius

yang mengajarkan tentang akhlak dan moral dalam kehidupan dapat dicerminkan

dalam kehidupan percintaan masyarakat di Jepang. Hal inilah yang membuat

(18)

oleh masyarakat zaman sekarang untuk menambah wawasan dalam hubungan

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada umumnya sastra merupakan sebuah karya seni. Kata sastra

merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta “śāstra”, yang berarti “teks yang

mengandung instruksi” atau “pedoman”. Manfaat sastra pada dasarnya adalah

sebagai alat komunikasi antara sastrawan dan masyarakat pembacanya. Karya

sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisah-kisah dan amanat yang

dikomunikasikan kepada para pembaca.

Sejarah Jepang zaman modern menunjukkan adanya perubahan

besar-besaran yang dilakukan rakyat Jepang setelah restorasi Meiji. Berakhirnya masa

restorasi Meiji membuat rakyat Jepang lega dan ingin melakukan berbagai

pembaruan dalam bidang apapun. Masyarakat Jepang juga mulai membuka diri

terhadap pengaruh budaya barat yang menyebabkan Jepang semakin maju.

Pembaharuan terjadi hampir diseluruh aspek, termasuk pada bidang kesusastraan.

Karya sastra merupakan hasil imajinasi dan kreativitas seorang pengarang.

Pengarang menulis tentang apa saja yang menimbulkan keharuan batinnya, dan

mendorong untuk berpikir, mencernakan dan mensublimasikan apa yang dilihat,

didengar, dirasakannya, dialaminya, dan akhirnya dia menciptakannya

(Lubis,1996:37). Sastra mencoba mengarah kepada persoalan budaya, mencoba

memahami kehidupan, melihat persoalan kehidupan, memberikan makna dan

(20)

karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun

pembaca (Abrams, 1981:142). Karya sastra mengungkapkan yang tak

terungkapkan, karena karya sastra mampu menghadirkan aneka macam konotasi

yang dalam bahasa sehari-hari jarang kita temukan. Teks-teks yang dipakai dalam

sebuah karya sastra tak lain untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis dan

hanya berlangsung untuk sementara waktu saja dalam situasi komunikasi antara

pengarang dengan pembaca.

Karya sastra dibedakan atas puisi, drama, dan prosa. Prosa merupakan

karya sastra yang bersifat paparan, atau sering juga disebut dengan karangan

bebas karena tidak diikat oleh aturan-aturan khusus misalnya ritme, seperti halnya

dalam puisi. Jenis prosa terdiri dari 2 (dua) macam, prosa lama dan prosa baru.

Prosa lama cenderung bersifat statis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama

yang mengalami perubahan secara lambat contohnya hikayat, dongeng, mitos,

legenda, dan fable. Sebaliknya, prosa baru bersifat dinamis, yang senantiasa

berubah sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Yang termasuk prosa baru

adalah cerita pendek, roman, dan novel.

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisikan cerita-cerita

fiksi yang biasanya menceritakan atau menggambarkan tentang realita kehidupan

dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Purba

(2001 : 63) menyatakan, “Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur

tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut

pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan

dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Novel berfungsi untuk

(21)

masyarakat, kehidupan, religious dan hal yang lainnya. Novel dapat memberikan

nilai moral ataupun pesan positif dalam suatu karya sastra. Tak sedikit juga novel

memberikan pengaruh buruk kepada pembaca secara tidak langsung yang

disebabkan oleh faktor tema ataupun pola pikir remaja itu sendiri. Novel menjadi

karya sastra yang paling banyak dicari karena selain menjadi media hiburan juga

terdapat nilai-nilai kebaikan.

Berdasarkan konsep novel diatas, bahwa novel dapat menggambarkan

realita kehidupan manusia yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan dapat

memberikan nilai positif dan manfaat kepada pembaca. Dalam hal ini banyak

novel Jepang yang memberikan pesan positif maupun moral, salah satunya adalah

Novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu.

Dalam Novel Hidamari No Kanojo karya Koshigaya Osamu bercerita

tentang romansa percintaan kaula muda Jepang dengan sedikit menambahkan

unsur fantasi yang membuat novel ini menjadi lebih menarik. Watarai Mao

seorang wanita ceria, penuh kasih sayang dan cerdas yang memiliki karir bagus di

sebuah perusahaan ternama di Jepang bertemu kembali dengan Okuda Kosuke.

Okuda Kosuke adalah cinta pertamanya saat masih SMP 10 tahun yang lalu.

Dulunya Mao gadis bodoh yang ceria dan penuh semangat sangat menyukai

Kosuke yang pendiam di sekolah. Saat semua murid mengintimidasi Mao, hanya

Kosuke yang membela dan berada di sisi Mao. Ketika Kosuke mengatakan akan

masuk universitas Todai (Tokyo Daigaku), Mao bersikeras untuk mengikuti

Kosuke. Namun akhirnya Mao melanjutkan universitas khusus wanita dan Kosuke

tidak pernah muncul di hadapan Mao lagi. Pertemuan kembali ini membawa

(22)

mereka memiliki kisah perjuangan hidup, dilema romansa percintaan dan rahasia

besar yang dimiliki oleh Mao untuk mengejar keinginannya. Watarai Mao yang

merupakan seeokor kucing menjelma sebagai manusia remaja dan diangkat

menjadi anak oleh seorang polisi saat berumur 13 tahun. Mao mulai kehilangan

satu per satu nyawanya. Seperti yang kita ketahui bahwa dahulu kala ada mitos

yang mengatakan bahwa kucing memiliki 9 nyawa, dan masyarakat Jepang

banyak yang mempercayai hal itu. Kosuke mulai mencurigai sifat Mao yang

lama-kelamaan menjadi aneh dan saat mengetahui kebenarannya, Kosuke tetap

mencintai Mao, setia, mencari dan menunggu Mao yang akan datang kembali

kepadanya.

Berdasarkan cuplikan cerita diatas, pengarang novel Hidamari no Kanojo

yaitu Koshigaya osamu ingin menyampaikan tentang nilai kesetian dan kasih

sayang pasangan melalui tokoh Kosuke dan Mao. Novel ini lebih menitik

beratkan tentang masalah yang dihadapi oleh sepasang kekasih yang akhirnya

menjadi suami istri dan memiliki konflik-konflik kecil yang mengiringi kehidupan

mereka. Nilai-nilai kesetiaan dan kasih sayang akan pasangan masing-masing

membuat novel ini memiliki cerita unik disetiap halamannya. Setelah penulis

membaca, novel ini sangat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis dalam

memahami dan memaknai nilai kesetiaan dan kasih sayang yang diungkapkan

oleh pengarang Koshigaya Osamu dalam novel “Hidamari no Kanojo”

Keistimewaan tentang kesetiaan dan kasih sayang inilah yang melatar

belakangi penulis membahas cerita novel ini dengan maksud dapat memberikan

pesan dan kesan cerita kepada pembaca, disamping itu untuk memperkaya kajian

(23)

kasih sayang dalam kehidupan. Pembahasan sejauh mana karya sastra

memberikan manfaat terhadap pembacanya bisa dikaji berdasarkan pendekatan

pragmatik.

Oleh karena itu pada skripsi ini penulis merasa tertarik untuk membahas

kesetiaan dan kasih sayang yang diungkapkan dalam novel “Hidamari no Kanojo”, sehingga akhirnya penulis memilih judul dalam skripsi ini yaitu “Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “HIDAMARI NO KANOJO”

karya Koshigaya Osamu

1.2 Rumusan Masalah

Novel “Hidamari no Kanojo” karya Koshigaya Osamu ini menceritakan

tentang bagaimana kesetian dan kasih sayang seorang wanita bernama Watarai

Mao yang mengejar keinginannya untuk hidup bersama dengan kekasihnya

Okuda Kosuke. Bagaimana kesetiaan Kosuke dan Mao saat menghadapi masalah

dalam kehidupan mereka. Bagaimana kesetian sepasang kekasih yang tak akan

lekang dan pudar walaupun kebenaran dari rahasia Mao terungkap.

Cerita dalam novel “Hidamari no Kanojo” ini ternyata menunjukkan

bahwa pada zaman modern sekarang masih ada masyarakat Jepang yang sangat

setia kepada pasangannya. Seperti yang kita ketahui kebanyakan masyarakat pada

zaman modern saat ini lebih suka berselingkuh, tidak peduli dengan pasangannya

dan tidak setia. Namun dengan adanya tokoh Kosuke dan Mao ini membuat para

pasangan ingin memiliki kekasih yang setia dan ada disisi mereka dalam kondisi

apapun, karena sulit mencari pasangan yang sangat setia dan rela berkorban di

(24)

Tokoh Kosuke dan Mao dalam novel ini memperlihatkan kesetiaan dan

kasih sayang, baik pada saat sebelum menjalani hubungan percintaan, setelah

menjalani hubungan percintaan dan saat menjalani hubungan rumah tangga.

Kesetiaan dan kasih sayang yang diungkapkan oleh pengarang melalui

tokoh Kosuke dan Mao ini ternyata dilatar belakangi oelh ajaran konfusianisme.

Menurut ajaran konfusianisme bahwa kesetian merupakan Zhong yaitu orang

yang berperilaku setia adalah orang yang memiliki hati tepat ditengah atau hati

yang terletak di tempat semestinya. Maka Zhong artinya suatu perilaku yang tepat,

berlandaskan suara hati dan bertindak sesuai kebajikan, tanpa pamrih dan dengan

tulus. Sedangkan kasih sayang merupakan Ren yaitu, cinta kasih terhadap

sesama, perikemanusiaan, hati nurani, keadilan, halus budipekerti, dan kasih

sayang. Hal tersebut merupakan nilai pendidikan/pengajaran dan bermanfaat

secara pragmatik bagi pembaca khususnya penulis.

Permasalahan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut :

1. Nilai pragmatik apa saja yang terdapat dalam cerita novel ‘Hidamari no Kanojo’ karya Koshigaya osamu ?

2. Bagaimana nilai kesetian dan kasih sayang antara Kosuke dan Mao

sebelum menjalani hubungan percintaan, setelah menjalani hubungan

percintaan dan saat menjalani kehidupan rumah tangga yang diungkapkan

(25)

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang telah di uraikan di atas, penulis perlu membuat

ruang lingkup pembahasan untuk menghindari masalah yang diteliti agar tidak

terlalu luas dan berkembang jauh tidak terfokus. Penulis menganalisis cerita novel

“Hidamari no Kanojo” Karya Koshigaya Osamu dalam Edisi Terjemahan

Indonesia yang terbit Mei 2013 dengan isi 220 halaman berdasarkan pendekatan

pragmatik sastra melalui kisah dua tokoh utama Okuda Kosuke dan Watarai Mao.

Pembahasan lebih diarahkan pada sejauh mana nilai kesetiaan dan kasih

sayang antara Kosuke dan Mao yang diungkapkan oleh Koshigaya Osamu dalam

Novel “Hidamari no Kanojo”. Dimulai dari kesetiaan dan kasih sayang sebelum

menjalin hubungan percintaan, sesudah menjalin hubungan percintaan dan saat

berumah tangga. Agar pembahasannya lebih jelas dan memiliki akurasi data yang

valid, maka penulis dalam Bab II akan menjelaskan juga mengenai pengertian

novel, resensi novel “Hidamari no Kanojo”, konsep ajaran konfusianisme, studi

pragmatik sastra dan semiotik dan juga biografi pengarang.

Melalui teks percakapan tokoh utama dengan tokoh lainnya, penulis akan

menunjukkan nilai-nilai pragmatik seperti kesetiaan dan kasih sayang yang

berlandaskan ajaran konfusianisme melalui analisis terhadap cuplikan-cuplikan

yang ada dalam cerita novel tersebut. Penulis ingin menjelaskan nilai pragmatik

yang terdapat dalam novel tersebut dengan menggunakan pendekatan pragmatik

sastra yang menunjukkan sikap-sikap kepribadian tokoh utama seperti kesetiaan

(26)

1.4Tinjauan Pustakan dan Kerangka Teori

a. Tinjauan Pustaka

Mursini (2007:26) mengemukakan bahwa karya sastra mengandung unsur

pendidikan/pengajaran. Dari segi pendidikan, sastra merupakan wahana untuk

meneruskan atau mewariskan budaya bangsa dari generasi ke generasi, berupa

gagasa dan pemikiran bahasa, pengalaman sejarah, nilai-nilai budaya dan tradisi.

Dari segi pengajaran, peminat sastra dapat mengambil manfaat seperti ajaran

moral. Biasanya karya sastra yang banyak memberi pengajaran dan manfaat

kepada masyarakat adalah novel.

Sebuah novel tidak hanya mencerminkan realitas tetapi lebih dari itu

memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap,

lebih hidup, dan lebih dinamik yang mungkin melampaui pemahaman umum.

Sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena idividual secara

tertutup melainkan lebih merupakan sebuah proses yang hidup. Dengan demikian,

sastra dapat mencerminkan realitas secara jujur dan objektif dan dapat juga

mencerminkan kesan realitas subjektif (Selden, 1991:27).

Untuk mengetahui realitas manfaat dari segi pengajaran dan pendidikan

tersebut bisa kita dapatkan dari novel “Hidamari no Kanojo” yang memberikan cerminan kepada pembaca berupa nilai kesetian dan kasih sayang melalui

tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut. Karya sastra yang dapat memberikan

manfaat kepada pembaca biasanya dapat dianalisis dengan pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan

dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna pada karya sastra

(27)

b. Kerangka Teori

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis akan menggunakan pendekatan

pramatik menurut Pradopo, Konsep ajaran konfusianisme untuk menganalisis

nilai kersetiaan dan kasih sayang menurut kitab Analects (Lun Yu) dan

pendekatan semiotik menurut Endraswara. Menurut Pradopo dalam Wiyatmi

(2006:85) mengemukakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang

memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu

kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan,

moral, politik, agama, ataupun tujuan yang lain.

Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan

pembaca, tujuan pendekatan pragmatik memberi manfaat terhadap

pembaca, pendekatan pragmatik/secara/keseluruhan berfungsi untuk/menopang

teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra

tanpa batas. Pada tahap tertentu pendekatan pragmatik memiliki hubungan yang

cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat

pembaca.

Penggunaan teori pragmatik dalam penganalisisan karya sastra dapat

membantu menentukan apa saja fungsi karya sastra dalam kehidupan masyarakat,

bagaimana penyebaran dan perluasan karya sastra tersebut, serta manfaat yang

dihasilkan oleh karya sastra dalam tatanan kehidupan masyarakat. Selain itu teori

pragmatik juga melihat apa saja tujuan dari pengarang dan karakter dalam karya

sastra guna memenuhi keinginan para pembacanya. Teori pragmatik juga

(28)

masyarakat terhadap suatu karya sastra, serta melihat dampak dan realisasi pada

pembacanya.

Berdasarkan pengertian pragmatik diatas, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan pragmatik dapat memberikan manfaat kepada pembaca yang

bertujuan dalam hal pendidikan, moral, agama, politik, dan lainnya. Pendidikan

yang bermanfaat bagi pembaca yaitu nilai kesetiaan dan kasih sayang yang

terdapat dalam novel “Hidamari no Kanojo”.

Dalam analisis ini, penulis memfokuskan pembahasan dalam novel

“Hidamari no Kanojo” mengenai nilai pragmatik yang dapat memberikan

cerminan untuk para pembaca yaitu berupa nilai kesetiaan dan kasih sayang

berdasarkan ajaran Konfusianisme. Menurut kitab Analects Lun Yu, kumpulan

ajaran Konfusius terdiri dari Ren (Cinta kasih/kasih sayang), Yi (kebenaran), Li

(Kesusilaan), Zhi (Bijaksana), Xin (layak dipercaya), Zhong Shu (setia & tepa

sarira), Tian Ming (takdir), Jun Zi (Manusia budiman), San Gang (Tiga hubungan

tatakrama), Wu/Lun(Lima/norma/kesopanan).

Berdasarkan ajaran konfusianisme diatas, penulis menggunakan ajaran

Ren dan Zhong Shu untuk menganalisi kesetian dan kasih sayang yang terdapat

dalam novel “Hidamari no Kanojo”. Zhong (Setia) yaitu orang yang berperilaku

setia adalah orang yang memiliki hati yang terletak di tengah (hati yang terletak di

tempat semestinya). Setia kepada seseorang berarti selalu membimbingnya.

Zhong bersifat positif, tegas dan aktif : bertindak sesuai cinta dan kebaikan, tanpa

pamrih dan dengan tulus. Sedangkan Ren (Cinta kasih/kasih sayang) yaitu pusat

(29)

nurani, keadilan, dan kasih sayang.

(bungcikal.blogspot.com/2008/03/kumpulan-ajaran-konfusius.html)

Selain menggunakan pendekatan pragmatik sastra, penulis juga

menggunakan pendekatan semiotik sebagai landasan teori untuk mengetahui nilai

pragmatik dalam cerita novel ‘Hidamari no kanojo’ karya Koshigaya Osamu.

Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda -tanda

(Edraswara, 2008: 64). Tanda-tanda tersebut adalah sesuatu yang mewakili seperti

pikiran, gagasan, dan tingkah laku. Tanda disini tidak hanya merujuk pada bahasa

saja namun melalui gerakan, tingkah laku, tulisan, bendera, benda-benda, dan

benda-benda yang lain yang ada disekitar kita. Melalui pendekatan semiotik ini

penulis akan menjelaskan segala tanda-tanda yang berkaitan dengan nilai

pragmatik seperti kesetiaan dan kasih sayang melalui tokoh Kosuke dan Mao

dalam cerita novel “Hidamari no Kanojo”.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Penelitian sastra memiliki penaranan penting dalam berbagai aspek dan

juga sangat berpengaruh untuk pengembangan karya sastra itu sendiri. Pradopo

dalam Endraswara (2008:67) mengungkapkan bahwa tujuan dan peranan

penelitian sastra adalah untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini berdasarkan masalah-masalah yang

telah dijelaskan di atas adalah :

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel

(30)

2. Untuk mendeskripsikan nilai kesetian dan kasih sayang antara Kosuke dan

Mao sebelum menjalani hubungan percintaan, sesudah menjalani

hubungan percintaan, dan saat menjalani rumah tangga yang diungkapkan

dalam novel “Hidamari no Kanojo” karya Koshigaya Osamu

b. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, Penulisan skripsi ini juga memiliki manfaat

penelitian. Penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga bagi

pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian karya sastra. Manfaat

penelitian ini antara lain :

1. Menambah wawasan dalam menganalisis karya sastra berdasarkan

pendekatan pragmatik yang terdapat pada novel “Hidamari no kanojo”

2. Untuk mengetahui nilai-nilai pragmatik yang dapat memberi pengaruh

positif pada pembaca melalui isi cerita novel “Hidamari no kanojo”

3. Menambah pemahaman bagi mahasiswa tentang kesetiaan dan kasih

sayang dalam hubungan percintaan masyarakat Jepang dewasa ini.

1.6 Metode Penelitian

Agar penelitian ini mencapai tujuan dan manfaat, maka permasalahan

dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga

dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.Kesimpulan yang diberikan

selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan

langsung pada data yang diperoleh.Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi

(31)

Menurut Whitney (1960:160), metode deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai

masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh-pengaruh/dari/suatu/fenomena.

(http://phairha.blogspot.com/2012/01/studi-kepustakaan.html)

Dengan menggunakan metode deskriptif ini, peneliti akan menjelaskan

nilai pragmatik apa saja yang ada dalam novel Hidamari no Kanojo. Sedangkan

teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah library research atau

studi kepustakaan dan melalui media internet. Studi kepustakaan (Nazir,1988:

111) adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan

terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang

ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Kemudian buku-buku

tersebut dibaca dan dicari teori yang berhubungan dengan penelitian mengenai

analisis cerita novel “Hidamari No Kanojo” berdasarkan pendekatan pragmatik

sastra.

Maka berdasarkan hal yang telah penulis jelaskan di atas, langkah-langkah

yang dilakukan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah :

1. Membaca novel “Hidamari no Kanojo ” Karya Koshigaya Osamu

2. Mencari data yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu mencari

data tentang kajian pendekatan pragmatik sastra, semiotik dan teori-teori

(32)

3. Mengumpulkan data-data tersebut kemudian menganalisis data

berdasarkan pendekatan pragmatik sastra dan mengungkapkan nilai-nilai

yang terkandung di dalam novel “Hidamari no Kanojo”

(33)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL“ HIDAMARI NO KANOJO” KONSEP AJARAN KONFUSIANISME, STUDI PRAGMATIK

SASTRA DAN SEMIOTIK

2.1 Definisi Novel

Kata novel berasal dari bahasa Italia “novella”, yaitu sebuah karya fiksi

prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Novel adalah salah

satu bentuk karya sastra yang berisikan cerita-cerita fiksi yang biasanya

menceritakan atau menggambarkan tentang realita kehidupan dan interaksi yang

terjadi antara masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Aminuddin

(2000:66), Novel adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku

tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang

bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.

Purba (2001 : 63) menyatakan, “Novel adalah jenis prosa yang

mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan

manusia atas dasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah

dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Novel

berfungsi untuk memberikan pandangan kepada pembaca tentang apa yang terjadi

dalam sosial masyarakat, kehidupan, religious dan hal yang lainnya. Novel dapat

memberikan nilai moral ataupun pesan positif dalam suatu karya sastra.

Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam

(34)

pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada

gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam

novel tersebut. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan

yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tetapi

juga ada kelanjutannya, yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan

hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja

dituntut agar dia menjadi karya yang indah, menarik dan juga memberikan

hiburan, tetapi novel juga dituntut lebih dari itu, syarat utamanya adalah bawa

novel mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah selesai

membacanya.

Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para

pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai

belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk

menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola, dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedang novel

hiburan hanya berfungsi personal. Novel berfungsi sosial lantaran novel yang baik

ikut membina orang tua, masyarakat dan yang lainnya menjadi manusia yang

lebih baik. Sedangkan novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang

dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel

tersebut memikat dan orang-orang ingin cepat untuk membacanya.

Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam sebuah novel dapat mencerminkan nilai dan norma

yang terjadi di masyarakat.

Novel “Hidamari no Kanojo” ini termasuk kedalam novel hiburan yang

(35)

fiktif belaka tetapi ada sedikit pesan dimana pengarang mengangkat nilai yang

mungkin dihadapi oleh masyarakat/pembaca sehingga pembaca mengetahui isi-isi

pesan yang terdapat dalam novel ini.

2.2 Resensi Novel “ Hidamari no Kanojo”

Novel mempunyai unsur-unsur intrinsik. Yang dimaksud unsur - unsur

intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra

yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Yaitu tema, alur,

latar, penokohan dan sudut pandang.

2.2.1 Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok permasalahan atau sesuatu yang

menjadi pemikiran pengarang (ide cerita) yang ingin disampaikan kepada

pembacanya. Selain ide cerita, tema dapat berupa pandangan hidup, hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Brooks dalam Aminuddin (2000 : 92)

mengungkapkan bahwa dalam mengapresiasi tema suatu cerita, apresiator harus

memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman

dan hasil kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan

serta masalah lain yang bersifat universal.

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari

jalan cerita novel. Biasanya dalam menyampaikan tema, pengarang tidak berhenti

pada pokok persoalannya saja. Akan tetapi, disertakan pula pemecahannya atau

jalan keluar menghadapi persoalan tersebut. Hal ini tentu sangat bergantung pada

(36)

Berdasarkan pengertian tema yang sudah dijelaskan diatas, maka tema

yang diambil dalam novel “ Hidamari no Kanojo” ini adalah mengenai kisah

seorang wanita bernama Mao yang selalu setia kepada lelaki yang dicintainya

sejak SMP. Kesetiaan dan kasih sayang antara 2(dua) insan manusia di zaman

modern Jepang yang tak pernah lekang oleh waktu, yang selalu diperlihatkan saat

masalah dan pertengkaran yang mereka miliki dan bagaimana usaha 2 (dua) insan

tersebut menunjukkan kepada pasangannya bahwa kesetiaan dan kasih sayang

yang mereka miliki tidak akan pernah hilang dan pudar.

2.2.2 Alur (Plot)

Dalam sebuah novel ada rangkaian peristiwa yang saling berhubungan

secara erat dan dasar hubungan itu adalah sebab akibat dan hubungan itu sangat

logis. Alur dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian peristiwa yang

tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh

para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa

berbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 2000:83

)

Menurut Bahrudin, dkk (2006:14) Alur dibagi dalam bermacam-macam, yaitu :

1. Alur maju atau Progresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa

peristiwa yang terjadi dari masa kini ke masa yang akan datang

2. Sorot balik atau Regresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa

peristiwa yang terjadi sebelumnya atau masa lampau ke masa kini

(37)

pada masa kini dan masa lampau kemudian kembali menceritakan masa

kini.

4. Alur erat yaitu hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya

penting sekali. Tidak ada satu peristiwa pun yang dpat dihilangkan.

5. Alur tunggal yaitu hanya menceritakan satu episode kehidupan.

Berdasarkan pengertian alur diatas, Alur yang terdapat dalam novel

“Hidamari no Kanojo” adalah “alur campuran”. Hal ini terlihat bahwa cerita

dalam novel ini tidak berurut dari awal cerita namun dimulai dari masa kini,

kemudian kembali ke masa lalu dan kembali lagi menceritakan masa depan.

2.2.3. Latar (Setting)

Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi

tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Sudah tentu latar yang

dikemukakan, yang berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh (Suroto,

1989:94). Latar berfungsi sebagai pendukung alur atau perwatakan. Gambaran situasi

yang tepat akan membantu memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan oleh

pengarang.

Leo Hamalian dan Frederick R. karel dalam Aminuddin (2000:68),

menjelaskan bahwa latar (setting) dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat,

waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan

juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka

maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting untuk

(38)

seolah-olah sungguh-sungguh terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah

dalam menggunakan daya imajinasinya.

Latar yang terdapat dalam novel “Hidamari no Kanojo” ada beberapa tempat,

yaitu sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di kota Chiba, yang

merupakan awal pertemuan antara Kosuke dan Mao. Kemudian ada Taman Ichiyou

yang merupakan tempat dimana Kosuke dan Mao sering menghabiskan waktu

senggang disana. Tepi kolam kecil yang berada didekat kuil Igusa – Hachimangu yang menjadi tempat favorit mereka kencan. Apartemen di wilayah Saitama yang

menjadi rumah Kosuke dan Mao saat berumah tangga. Kemudian yang menjadi latar

sosial antara pria dan wanita dalam novel ini adalah saat berhubungan percintaan

dalam sosial masyarakat modern di jepang yang menunjukkan nilai-nilai kesetian dan

kasih sayang yang berhubungan dengan ajaran konfusianisme.

2.2.4. Penokohan

Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa

itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang

menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan. Para tokoh yang

terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh

yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau

tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena

pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut

tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Seorang pengarang sering kali memberikan

penjelasan kepada pembaca secara langsung tentang macam apa tokoh yang

(39)

Sayuti dalam Wiyatmi (2006:31), tokoh disebut tokoh utama (sentral)

apabila memenuhi tiga syarat :

1. Paling terlibat dengan makna atau tema

2. Paling banyak berhubungan dengan tokoh lainnya.

3. Paling banyak memerlukan waktu penceritaan.

Tokoh utama merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan

dibicarakan pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan lainnya hanya dibicarakan

ala kadarnya (Aminuddin, 2000:80). Berikut beberapa penokohan yang terdapat

dalam novel “Hidamari no Kanojo” .

1. Watarai Mao, yang merupakan salah satu tokoh utama dalam novel

“Hidamari no Kanojo”. Mao adalah seorang gadis ceria dan periang yang

merupakan jelmaan dari seekor kucing. Mao berusaha mengejar impiannya

yaitu ingin bersama dengan seorang lelaki yang dicintainya yang bernama

Okuda Kosuke.

2. Okuda Kosuke, yang juga merupakan tokoh utama dalam novel “ Hidamari no Kanojo” adalah seorang lelaki biasa yang mulai mengejar cintanya

kepada Mao. Kosuke selalu mendukung, memberi perhatian, dan kasih

sayang kepada Mao dan rela melakukan apa saja untuk terus bersama

dengan Mao. Saat Mao mulai sekarat dan kehilangan satu per satu

nyawanya, Kosuke sangat takut untuk kehilangan Mao.

3. Takana-san merupakan tokoh pembantu dalam novel ini, seorang lelaki yang

bekerja di perusahaan iklan terbesar di Tokyo dan merupakan atasan dari

(40)

selalu memberikan bantuan atau nasihat dan menjadi teman yang baik untuk

Mao dan Kosuke.

4. Ayah Mao merupakan seorang mantan polisi di Jepang yang sangat

mencintai dan menyayangi Mao. Seorang yang tegas dan disiplin yang

menjaga Mao dan selalu menganggap Mao seperti anak perempuan kecil

yang harus selalu dilindungi dan dimanja.

5. Ibu Mao merupakan seorang ibu rumah tangga yang juga mencintai dan

menyayangi anak angkat semata wayangnya Mao. Ibu yang tidak ingin

merepotkan orang lain untuk kesusahan yang dilakukan oleh Mao. Ibu yang

lembut tutur kata dan berbudi pekerti yang selalu memberi kehangatan

kepada keluarganya.

Dalam novel ini juga banyak tokoh lain seperti teman-teman sekolah

Kosuke dan Mao, Direktur perusahaan, teman kantor, dan sepasang suami istri

yang memiliki anak kecil berumur 5(lima) tahun yang menjadi tentangga di

apartemen Kosuke dan Mao. Dan yang menjadi tokoh utama dalam novel ini

adalah Kosuke dan Mao yang berhubungan percintaan.

2.2.5 Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita novel

tersebut. Dengan kata lain posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita

tersebut, apakah ia ikut terlibat langsung atau hanya sebagai pengamat yang

berdiri di luar cerita (Aminuddin, 2000:90). Sudut pandang merupakan cara yang

digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menjadikan tokoh, tindakan, latar,

(41)

pembaca.

Pratiwi (2005:45) menyatakan ada 3 macam sudut pandang, yaitu:

1. Sudut pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam

ceritanya menggunakan kata aku, saya, beta dan lainnya sebagai orang

pertama yang menceritakan tokoh-tokoh lainnya.

2. Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan

menggunakan kata seperti ia, dia, atau nama orang.

3. Sudut pandang orang ketiga serba tahu yaitu pengarang seolah-olah serba

tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan

pikiran semua tokoh.

Dalam hal ini, sudut pandang yang digunakan oleh pengarang Koshigaya

Osamu dalam novelnya “Hidamari no Kanojo” adalah sudut pandang orang

pertama. Koshigaya Osamu hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan

orang lain dalam segala hal yang ditunjukkan pada tokoh Kosuke dan Mao.

2.3 Konsep ajaran Konfusianisme

Ajaran konfusianisme mulai masuk ke Jepang pada abad ke-6. Ajaran ini

mulai masuk ke Jepang ketika pangeran shotoko mengirim wakil-wakilnya untuk

belajar di China. Sepulang dari China mereka membawa banyak ilmu

pengetahuan China salah satunya adalah ajaran konfusianisme. Nilai-nilai

konfusius menjadi jiwa dan karakter Jepang hingga kini dan menjadikan jepang

(42)

Masyarakat Jepang masih memegang erat nilai-nilai konfusianisme yang

mengajarkan etika/moral dan mementingkan akhlak yang mulia. Ajaran ini

merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajarkan bagaimana seharusnya

manusia bertingkah laku. Bagi masyarakat Jepang ajaran konfusianisme ini

dianggap penting sebagai dasar dalam menjalankan kehidupan, terutama yang

berhubungan dengan alam dan manusia. (Nosco dalam chang and kalmanson

,2010:57) .

Dalam kitab Analects atau disebut juga kitab Lun Yu (Saputra: 2002), Berikut

nilai-nilai ajaran dari Konfusius, yaitu :

1. Ren (Cinta kasih/kasih sayang)

Menurut konfusius manusia yang bermatabat adalah manusia yang

memiliki “Ren”. Konsep Ren merupakan pusat kualitas moral manusia,

intisari dari cinta terhadap sesama, perikemanusiaan, hati nurani, keadilan,

halus budipekerti, dan kasih sayang. Cinta kasih itu adalah mengendalikan

diri pulang kepada kesusilaan dan tergantung kepada usaha diri sendiri.

Seseorang yang berperi cinta kasih rela menderita lebih dahulu dan

membelakangkan keuntungan. Seseorang yang berperi cinta kasih ingin

dapat tegak , maka berusaha agar orang lain pun tegak ; ingin maju maka

berusaha orang lain pun maju. Sikap saling mengasihi mendasari

seseorang yang memiliki Ren pastilah mempunyai kemampuan yang baik

dalam memikirkan keadaan orang lain dan juga mampu mengetahui apa

yang tidak diinginkan oleh orang lain karena ia lebih dahulu mengetahui

(43)

kesanggupan untuk mencapai lima hal di dunia, yaitu hormat, lapang hati,

dapat dipercaya, cekatan, murah hati.

2. Yi (Kebenaran)

Sifat mulia pribadi seseorang dalam solidaritas serta senantiasa membela

kebenaran. Konsep ini juga bisa berarti “Apa yang sebaiknya dilakukan pada suatu situasi tertentu”

3. Li (Kesusilaan)

Li merupakan kepatutan atau kepantasan perilaku terhadap orang lain.

Pengertian ini memiliki arti luas yang meliputi sifat mulia pribadi

seseorang yang sopan santun, etika, moral social, tata krama dan budi

pekerti. Setiap orang memperlakukan sesama dengan kesusilaan dan

bukan karena pertimbangan yang lain.

4. Zhi (Bijaksana)

Sifat mulia pribadi seseorang yang arif bijaksana dan penuh pengertian.

Konfusius merangkaikan munculnya kebijaksanaan seseorang dengan

selalu sabar dalam mengambil tindakan, penuh persiapan, melihat jauh

kedepan, serta memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Pengetahuan diperoleh dengan memperlajari fakta-fakta dan peristiwa,

tetapi kebijaksanaan itu berkembang dari pengalaman batin. Yang paling

bermutu dalam hidup adalah kebijaksanaan.

5. Xin (Layak dipercaya)

Manusia yang konsisten dengan kata-katantanya maka ia layak dipercaya.

Sifat pribadi seseorang yang selalu percaya diri, dapat dipercaya orang

(44)

6. Zhong Shu (Setia & Tepa sarira)

Zhong (忠) terdiri dari huruf (中) yang berarti tengah, tepat dan juga bisa

berarti perwujudan. Sedangkan (心) berarti hati, tembusan, sesuai,

berlandas pada hati nurani/ sanu bari. Orang yang berperilaku setia adalah

orang yang memiliki hati tepat di tengah atau hati yang terletak ditempat

semestinya. Maka Zhong artinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara

hati nurani dengan mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak

sesuai dengan cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Setia

kepada seseorang berarti selalu membimbingny. Zhong juga berarti

kepatuhan/ketaatan-kesetian terhadap tuhan, atasan, teman, kerabat,

negara. Sedangkan Shu ( 恕 ) terdiri dari ( 如 ) yang berarti

seperti/sama/serupa/menurut dengan (心) hati nurani/sanu bari. Shu

berdimensi larangan (negatif) : jangan melakukan sesuatu kepada orang

lain kalau anda tidak mau orang lain melakukan hal itu terhadap anda. Shu

merupakan tindakan bagaimana mengaktualisasikan Ren sebagai cinta.

Perikemanusiaan mengutamakan sikap tenggang rasa. Jadi Shu artinya

sebagai perbuatan tenggang rasa yang disesuaikan dengan suara hati

nurani/ sanu bari. Maka seorang yang sudah kehilangan hatinya tentu

sudah kehilangan kemapuannya untuk tenggang rasa. Manusia harus

melihat dirinya agar dapat mengerti orang lain dan mengarahkan manusia

untuk bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, dengan tulus

menghormati orang lain. Prinsip Zhong-shu sekaligus merupakan prinsip

(45)

mengakibatkan pelaksanaan tanggung jawab serta kewajiban seseorang

dalam masyarakat.

7. Tian Ming (Takdir)

Tian ming merupakan ajaran untuk mempercayai takdir , nasib, titah, dan

kehendak tuhan. Ming berarti mengakui sifat yang tak dapat dielakkan

sebagaimana adanya dunia, dan juga bersikap tidak mengindahkan

keberhasilan atau kegagalan yang bersifat lahiriah dari seseorang.

8. Jun Zi (Manusia budiman)

Seseorang yang memiliki seluruh kebijakan dan keagungannya. Jun zi

merupakan idealisme moral manusia tertinggi yang harus dicapai dalam

konfusianisme.

9. San Gang (Tiga hubungan tatakrama)

Dalam masyarakat pasti diperlukan suatu tata karma hubungan yang

mengatur norma-norma kepantasan hubungan antara anggota masyarakat,

yaitu :

a. Seorang raja dengan para menterinya atau atasan dengan para

bawahannya.

b. Seorang ayah dengan anaknya.

c. Seorang suami dengan istrinya.

10. Wu Lun (Lima Etika)

Lima hubungan norma etika dalam bermasyarakat merupakan bentuk

dasar interaksi manusia .

a. Hubungan antara pimpinan dan bawahan.

(46)

c. Hubungan antara orang tua dan anak.

d. Hubungan antara kakak dan adik .

e. Hubungan antara teman dengan teman.

Dalam ajaran Konfusianisme yang sudah dijelaskan diatas, banyak

terdapat nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jepang dahulu

sampai sekarang. Sosial masyarakat Jepang yang sudah lekat dengan nilai ajaran

konfusius ini hingga sekarang dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari mereka.

Untuk menganalisis novel “Hidamari no Kanojo” karya Koshigaya Osamu ini

penulis menggunakan ajaran Konfusius sesuai dengan nilai yang akan penulis

analisis yaitu mengenai nilai kesetiaan dan kasih sayang yang juga terdapat dalam

konfusianisme berupa Ren (Cinta kasih/Kasih Sayang) dan Zhong (Setia).

2.4 Studi Pragmatik Sastra dan Semoitik

1. Studi Pragmatik Sastra

Pradopo dalam Wiyatmi (2006:85) mengemukakan bahwa pendekatan

pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk

menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, yaitu berupa tujuan pendidikan,

moral, politik, agama, ataupun tujuan lainnya yang memberikan manfaat bagi

pembaca.

Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori

resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa

(47)

dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca

(Abrams, 1981: 14-21).

Penggunaan teori pragmatik dalam penganalisisan karya sastra dapat

membantu menentukan apa saja fungsi karya sastra dalam kehidupan masyarakat,

bagaimana penyebaran dan perluasan karya sastra tersebut, serta manfaat yang

dihasilkan oleh karya sastra dalam tatanan kehidupan masyarakat. Selain itu teori

pragmatik juga melihat apa saja tujuan dari pengarang dan karakter dalam karya

sastra guna memenuhi keinginan para pembacanya. Teori pragmatik juga

memungkinkan para kritikus untuk melihat bagaimana tanggapan suatu

masyarakat terhadap suatu karya sastra, serta melihat dampak dan realisasi pada

pembacanya.

Sesuatu yang berguna dan bermanfaat dan yang mendidik kita agar dapat

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari merupakan nilai pragmatik yang

sangat berperan bagi masyarakat khususnya pembaca. Begitu pula dengan nilai

kesetiaan dan kasih sayang yang berguna bagi pembaca untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian pragmatik yang sudah dijelaskan sebelumnya,

bahwa pendekatan pragmatik dapat bermanfaat bagi pembaca berupa nilai-nilai

moral dan lainnya, maka ajaran konfusianisme dapat dikatakan sebagai nilai

pragmatik, karena nilai-nilai yang ada dalam ajaran Konfusianisme dapat

mendidik dan memberikan manfaat yang berguna bagi pembaca. Nilai-nilai dalam

ajaran konfusianisme yang bermanfaat berupa nilai kesetiaan dan kasih sayang

antara sesame manusia yang meningkatkan solidaritas dan menjalin hubungan

(48)

2. Studi Semiotik

Selain pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan teori semiotik

untuk melihat tanda (makna) nilai-nilai dalam novel dan manfaat novel tersebut

bagi para pembaca. Semiotik adalah teori tentang tanda, adapula yang mengatakan

bahwa ini adalah teori tentang gaya bahasa. A. Teeuw (1984: 6) mengatakan

bahwa semiotik adalah tanda sebagai tindakan komunikasi dan kemudian

disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua

faktor dan aspek hakiki, untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi

yang khas dalam masyarakat.

Semiotik terbagi atas tiga konsep, yaitu :

1. Semiotik pragmatik, berkaitan dengan asal-usul tanda, kugunaan tanda

dalam penerapan, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikannya.

Semiotik pragmatik ini dalam batas perilaku objek.

2. Semiotik sintakis adalah kombinasi tanda tanpa memperhatikan maknanya

ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek.

3. Semiotik semantik adalah tanda dalam “arti” yang disampaikan .

(http:/id.wikipedia.org/wiki/Semiotika)

Analisis sastra dengan pendekatan semiotik merupakan cara menganalisis

sistem tanda-tanda, setelah menentukan konvensi-konvensi yaitu yang

memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Banyak penikmat karya sastra

(49)

sastra. Karena itu, untuk memahaminya kita memerlukan adanya analisis dengan

menguraikan tanda-tanda kata yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Kita akan

bisa memahami sebuah karya sastra bila kita membacanya secara berulang-ulang.

Dengan demikian, penulis akan menggunakan kajian semiotik ini untuk

menjelaskan makna dari nilai pragmatik melalui tanda-tanda terhadap bacaan teks

novel “Hidamari no Kanojo” karya Koshigaya Osamu.

2.5 Biografi Pengarang

Koshigaya Osamu adalah seorang penulis novel fantasy yang dilahirkan di

Tokyo pada tahun 1971. Ia memulai debutnya sebagai penulis dengan novel

berjudul Bonus Track yang memenangkan penghargaan khusus dalam ajang

Fantasy Novel Award di tahun 2004. Koshigaya Osamu dikenal sebagai penulis

yang sangat suka menggunakan imajinasi tingkat tinggi dengan memasukkan

sedikit misteri dan keanehan yang tidak terduga bagi pembaca.

Contohnya pada novel “Hidamari no Kanojo”, sebuah novel yang

menyandang peringkat pertama dengan title “Novels which Japanese Girls wanted boys to read” Pada tahun 2011. Novel ini juga terjual lebih dari satu juta kopi

ekslempar di Jepang pada saat itu juga. Pada novel ini Koshigaya Osamu

menggunakan gaya bahasa yang ringan dan bergenre romantis drama yang

(50)

Alasan Koshigaya osamu menjadi penulis adalah karena di Jepang sangat

banyak buku yang membuatnya berpikir salah paham dan membuatnya ingin

menulis sebuah novel dengan ide fantasi luar biasa yang mungkin penulis lain

tidak bisa melakukannya. Karya-karya lainnya dari Koshigaya Osamu adalah

Kaidan Tochuu no Big Noise, Sorairo Memory, Kinyou no baka, sekireisou no

Tamaru.

(51)

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “HIDAMARI NO KANOJO”

3.1 Sinopsis Cerita Novel “Hidamari no kanojo ”

“Apakah kau sendiri juga menganggap bertemu denganku adalah

takdir?”

Okuda Kosuke dan Watarai Mao, sepasang sahabat semasa SMP yang

bertemu kembali dalam satu proyek pekerjaan. Pertemuan pertama setelah 10

tahun ini mau tak mau membuat Kosuke mengingat kembali masa lalunya saat

Referensi

Dokumen terkait

Osano dilihat dari segi pragmatik yang terdapat dalam cerita novel “Saga no Gabai B aachan” karya Yoshichi Shimada.. Pembahasan ini lebih

Novel "Dear Yurichika" merupakan sebuah novel otobiografi dari Akiko Terenin yang menceritakan kembali tentang pengalamannya ketika Akiko mengalami masa-masa sulit

Contohnya dalam cerita novel “Nijusi no Hitomi” karya Sakae Tsuboi, dalam novel ini diceritakan mengenai perjalanan hidup seorang Miss Oishi sebagai seorang guru dari muda hingga

Penulis menggunakan novel " Dear Yurichika " karya Akiko Terenin dalam. versi terjemahan bahasa Indonesia yang terdiri dari 157 halaman

Untuk menganalisis nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Kitchen”. penulis menggunakan teori dari Abrams dalam Jabrohim

Dengan kata lain pragmatik sastra bertugas sebagai pengungkap tujuan yang dikemukakan para. pengarang untuk mendidik

Novel merupakan jenis dari gendre prosa dalam karya sastra.Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi.Karya fiksi menyaran pada suatu karya sastra yang

Pada skrpsi ini, penulis memfokuskan pembahasanya mengenail nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “ Senandung Ombak” Karya Yukio Mishima dengan cara