ANALISIS PRAGMATIS TERHADAP CERITA NOVEL “SAGA NO GABAI BAACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA
YOSHICHI SHIMADA NO “SAGA NO GABAI BAACHAN” TO
IU SHOUSETSU DE NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Budaya Jepang
Oleh
Rini Pretiwi
080708015
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
ANALISIS PRAGMATIS TERHADAP CERITA NOVEL “SAGA NO GABAI BAACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA
YOSHICHI SHIMADA NO “SAGA NO GABAI BAACHAN” TO
IU SHOUSETSU DE NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Budaya Jepang
Oleh
Rini Pratiwi
080708015
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Eman Kusdiana, M. Hum. M. Pujiono, S.S., M. Hum. NIP : 19600919 1988 03 1 001 NIP : 19691011 2002 12 1 001
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui Oleh :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen Sastra Jepang Ketua Departemen,
Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum. NIP : 19600919 1988 03 1 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW, teladan yang terbaik bagi umat manusia.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pragmatik terhadap Cerita Novel Saga no
Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada” ini penulis susun sebagai salah satu
syarat untuk dapat menyelesaikan program Sarjana pada Departemen Sastra
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam proses
pengerjaan skripsi ini penulis mendapatkan banyak kesulitan dan selalu diwarnai
kesalahan. Namun demikian, selalu ada harapan dalam hati penulis untuk selalu
melakukan yang terbaik untuk semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, baik dalam tulisan, susunan kalimat maupun proses
analisisnya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis akan menyambut
dan menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pengguna
skripsi ini nantinya, demi mendekati kesempurnaan skripsi ini. Agar nantinya
penulis bisa menghasilkan suatu karya ilmiah yang lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Tidak lupa pula pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih, penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai
Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing penulis serta selalu memberikan nasehat, masukan,
dan arahan dengan sabar, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan baik.
3. Bapak Muhammad Pujiono, S.S., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu para dosen pengajar Departemen Sastra Jepang yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat serta pegawai administrasi
Departemen Sastra Jepang yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis.
5. Terutama dan yang paling utama kepada orang tua penulis, Bapak
Almarhum Suhartono dan Ibu Hj. Elmiati, orang tua terbaik dan terhebat
di dunia yang selalu memberikan perhatian dan nasihat kepada penulis.
Terima kasih atas dukungan ibu baik moral maupun material serta doa
yang selalu ibu haturkan dalam setiap shalat ibu. Semua yang ibu lakukan
tidak akan mampu penulis balas sampai kapanpun. Ibu adalah segalanya
6. Kepada Abang dan Kakak penulis, Dian Pramono, Muhammad Bayu
Hendrasto dan Novi Widiantari yang selalu mendoakan, mendukung dan
menjaga penulis selama ini. Terima kasih karena telah menjadi pelindung
yang tangguh untuk adiknya.
7. Kepada keempat keponakanku, Salsabilla Masayu, Nashwa Inayah, Fanni
dan Yessa. Canda dan tawa kalian selama ini telah menjadi penghibur dan
penambah semangat bagi penulis.
8. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis yang selalu terdepan, Winda,
Magna, Vivin, Wilda, Ndit, Dodi, Daher, Happy, Surya, Pakjen, Ardi, Dea
dan Ika yang telah mengajarkan arti dari persahabatan. Terima kasih atas
doa, saran dan dukungan kalian serta kebersamaan yang kita lalui selama
ini. Dan juga kepada teman-teman seperjuanganku stambuk 2008 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
9. Kepada adik seniorku di Sastra Jepang stambuk 2010, Bari, Rauf dan
Baim serta anak-anak Takezoku stambuk 2009, Doni, Fauzan dan Noufal.
Terima kasih atas doa dan dukungannya.
10.Terkhusus dan teristimewa kepada Fitra Rizkiansyah yang telah
memberikan perhatian serta menyediakan waktu dan telinganya untuk
mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas doa, masukan dan dukungan yang telah ai berikan.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi banyak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Allah SWT yang
Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat
sepenuhnya bagi para pembaca dan pengguna skripsi ini, khususnya mahasiswa/I
Sastra Jepang lainnya.Penulis berharap dengan membaca skripsi ini, semoga
pembaca dapat meningkatkan lagi minatnya untuk membahas karya sastra yang
lainnya.
Medan, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah... 4
1.3Ruang Lingkup Pembahasan... 5
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6
1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.6Metode Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “SAGA NO GABAI BAACHAN”, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK ... 14
2.1Definisi Novel ... 14
2.2Resensi Novel “Saga no Gabai Baachan” ... 17
2.2.1 Tema ... 17
2.2.2 Alur (plot) ... 18
2.2.3 Latar (setting) ... 21
2.2.4 Penokohan (Perwatakan) ... 22
2.2.5 Sudut Pandang (Pusat pengisahan) ... 24
BAB III ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “SAGA NO GABAI BAACHAN” KARYA YOSHICHI
SHIMADA ... 31
3.1 Sinopsis Cerita Novel “Saga no Gabai Baachan” ... 31
3.2 Analisis Pragmatik Cerita Novel ... 34
3.2.1 Kemandirian ... 35
3.2.2 Tekad dan Perjuangan ... 37
3.2.3 Selalu Bersyukur ... 49
3.2.4 Saling Membantu ... 50
3.2.5 Cinta Kasih ... 51
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
4.1Kesimpulan ... 54
4.2Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Karya sastra adalah suatu hasil yang diciptakan dan disampaikan oleh
penulis dengan komunikatif untuk tujuan estetika.Pengungkapan diri yang
dituangkan oleh pengarang melalui sebuah karya sastra bisa saja merupakan
pengalaman yang benar-benar terjadi pada diri sastrawan tersebut, karena
sastrawan menganggap pengalamannya tersebut dapat berguna kelak bagi
pembaca karya sastra.Karya sastra sendiri terbagi atas tiga, yaitu drama, prosa dan
puisi.Novel merupakan pembagian dari karya sastra prosa.Salah satu karya sastra
yang berupa novel adalah novel “Saga no Gabai Bhaachan” karya Yoshichi Shimada yang bercerita tentang kisah perjuangan.
Dalam skripsi ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode
deskriptif.Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia.Ciri metode ini biasanya difokuskan pada
masalah faktual yang ada pada waktu penelitian.Data yang dikumpulan, disusun,
dianalisis dan dideskripsikan.Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah novel “Saga no Gabai Bhaachan”karya Yoshichi Shimada.Teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah tinjauan kepustakaan, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan dengan
menggunakan buku-buku dan sumber lainnya yang ada hubungannya dengan
penelitian.Diantaranya majalah, hasil penelitian ilmiah (skripsi, tesis, dsb),
maupun non ilmiah, serta melalui media internet yang membahas mengenai
Dalam menganalisis sebuah karya sastra digunakan beberapa pendekatan,
salah satunya adalah pendekatan pragmatik.Pendekatan pragmatik adalah
pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan
tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan
pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Pendekatan pragmatik
mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan
pendidikan (ajaran) moral, agama, maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyak
nilai pendidikan moral atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna
bagi pembacanya, maka akan semakin tinggi nilai dari karya sastra tersebut.
Dengan pendekatan pragmatik dapat dipahami bahwa karya sastra (novel) adalah
sarana yang cukup tepat untuk menyampaikan tujuan-tujuan tertentu pengarang
kepada pembaca.Dan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut dapat tercermin
melalui tokoh cerita baik melalui deskripsi pikiran, dialog, maupun perilaku tokoh.
Novel “Saga no Gabai Bhaachan” ini menceritakan tentang perjuangan seorang nenek bernama nenek Osano yang berjuang dalam memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri dan seorang cucu bernama Akihiro Tokunaga yang dititipkan
kepadanya dalam kehidupan yang sangat miskin tanpa pernah berpikir untuk
melakukan tindakan kejahatan dan mengharap belas kasihan dari orang lain.
Banyak ide yang diajarkan oleh nenek Osano untuk bertahan hidup yang sangat
bermanfaat bagi kita sebagai seorang manusia.
Berawal dari kisah bom atom yang jatuh ke Hiroshima saat Perang Dunia
II yang telah memporak-porandakan kehidupan banyak keluarga.Akihiro yang
saat itu berusia delapan tahun kehilangan ayahnya, sehingga ibunya harus bekerja
sang ibu memutuskan untuk menitipkan Akihiro pada sang nenek yang tinggal di
perkampungan kecil bernama Saga.
Bukannya menjalani hidup yang lebih enak, justru keadaan neneknya di
Saga lebih miskin daripada kehidupan ketika tinggal di Hiroshima.Tetapi biarpun
miskin, Nenek Osano hidup dengan optimis dan ceria.Banyak pelajaran hidup
yang berharga yang dipelajari Akihiro Tokunaga ketika tinggal dengan nenek
selama delapan tahun.Ide-ide yang diajarkan nenek dalam bertahan melawan
kemiskinan sangat bermanfaat dalam menjalankan kehidupan Akihiro selanjutnya.
Nilai pragmatik yang diajarkan oleh nenek Osano yang mampu mendidik
pembaca yang terdapat dalam novel “Saga no Gabai Baachan” ini adalah
1. Dalam memenuhi segala kebutuhan yang berhubungan dengan diri sendiri,
maka kita harus melakukannya sendiri juga, dengan kata lain kita harus
mandiri. Dengan mandiri, membuat kita menjadi lebih bertanggung jawab
terhadap pekerjaan yang kita lakukan, karena kita akan melakukannya
dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
kepuasan pribadi.
2. Sebagai orang tua, kita harus bertanggung jawab untuk memenuhi
kabutuhan anak-anak mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan
sekolah sampai mereka benar-benar merasa sanggup untuk melanjutkan
hidup sendiri.
3. Jangan pernah merasa malu dengan apa yang kita lakukan selagi hal
tersebut bersifat positif dan tidak mengganggu atau merugikan kehidupan
4. Agar kita selalu menjaga kebersihan lingkungan. Karena hal itu sangat
berguna untuk diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.
5. Sebelum melakukan suatu hal, kita harus mempunyai niat yang kuat
karena niat adalah awal yang menentukan bagaimana akhir yang akan kita
capai.
6. Kita harus memanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyia-nyiakan
segala sesuatu yang ada di sekitar kita.
7. Kita harus selalu berusaha keluar dari masalah yang kita hadapi. Jangan
hanya bisa pasrah dan menunggu bantuan dari orang lain. Kita harus yakin
kalau kita tetap berusaha pasti Tuhan YME akan membantu kita untuk
keluar dari permasalahan tersebut.
8. Bagaimanapun kehidupan yang kita jalani, baik itu miskin ataupun kaya,
kita tidak boleh lupa untuk tetap bersyukur kepada Tuhan YME.
9. Ketika seseorang membutuhkan pertolongan, maka sebagai manusia yang
merupakan makhluk sosial, kita harus menolongnya selagi masih di jalan
kebaikan.
10.Sebagai seorang anak, janganlah kita hanya menuntut apa yang kita
inginkan tanpa memikirkan kemampuan orang tua. Kita juga harus
.生 活 う 貧 乏
う
金 持 神 様 感 謝 忘
わ
. 手 伝 時 人 間 手 伝 わ
. 子 供 両親
う
能力
う
考え 物 頼
市 内 両親
う
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Selain dikenal sebagai negara maju di Asia dalam bidang industri, Jepang
juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra.Salah satu dari karya sastra
tersebut adalah novel.Dikatakan demikian karena pada kenyataannya banyak
novel-novel yang dihasilkan oleh sastrawan-sastrawan Jepang ada dan dinikmati
oleh seluruh masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia.
Menurut Fananie (2000:3-4), makna sastra merupakan bahasa serapan
dari bahasa Sansekerta yang berarti “teks yang mengandung arti” atau
“pedoman”. Dalam Bahasa Indonesia, kata sastra pada umumnya digunakan untuk
merujuk kepada kesusastraan sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Tetapi kata sastra bisa merujuk kepada semua tulisan, baik itu
indah atau tidak, maupun tertulis atau lisan (http://id.wikipedia.org/wiki/sastra).
Sastra adalah karya seni, karena itu ia mempunyai sifat yang sama dengan
karya seni yang lain, seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain (Semi,
1984 : 39). Tetapi hal yang membedakan sastra dengan seni yang lain adalah
bahwa sastra memiliki aspek bahasa. Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk
mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan dan semesta.Dan
sebuah hasil dari sastra ini disebut dengan karya sastra.Pengungkapan diri yang
dituangkan oleh pengarang melalui sebuah karya sastra bisa saja merupakan
sastrawan menganggap pengalamannya tersebut dapat berguna kelak bagi
pembaca karya sastra.
Karya sastra sendiri terbagi atas tiga, yaitu drama, prosa dan puisi.Novel
merupakan pembagian dari karya sastra prosa.Novel adalah karya fiksi yang
menyuguhkan peristiwa dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh
tokoh-tokohnya. Peristiwa tersebut merupakan perwujudan masalah yang ada di
masyarakat baik pengalaman pribadi pengarang maupun orang lain.
Pada kesempatan ini, penulis mencoba membahas suatu bentuk karya
sastra dari jenis prosa yaitu novel yang berjudul “Saga no Gabai Baachan” karya
Yoshichi Shimada dilihat dari sudut pandang pendekatan pragmatik.Pendekatan
pragmatik sendiri adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya
terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya
sastra.Pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya itu merupakan
karya sastra atau bukan. Sadar atau tidak, sengaja atau tidak, akhirnya karya sastra
akan sampai juga kepada pembaca, karena karya sastra sesungguhnya memang
ditujukan untuk pembaca. Pada hakikatnya, karya sastra yang tidak sampai ke
tangan pembacanya, bukanlah karya sastra (Siswanto dan Roekhan, 1991/1992 :
30). Menurut Pradopo (2001 : 41), pendekatan pragmatik mereaksi karya sastra itu
hanya tiruan alam saja. Yang penting dalam sastra adalah menyampaikan
pendidikan kepada pembaca, pendengar atau penonton.Tiruan alam dalam sastra
itu demi tujuan pendidikan.Dengan demikian, karya sastra ditafsirkan sebagai alat
untuk mendidik.
Jika dilihat melalui pendekatan pragmatik, maka novel “Saga no Gabai
berbeda-beda dari tiap-tiap pembaca. Hal ini disebabkan karena adanya perberbeda-bedaan
pandangan antara pembaca satu dengan pembaca yang lain. Jika pembaca menilai
novel ini dari segi pendekatan pragmatik dan menilainya dari sudut pandang
pendidikan, maka akan mendapat suatu nilai pembelajaran yang baik dari tokoh
utamanya yaitu nenek Osano. Dimana nenek Osano memberikan suatu
pembelajaran tentang bagaimana cara bertahan hidup di tengah keadaan yang
sangat miskin. Tekad dan perjuangan, kerja keras, kemandirian, serta kasih sayang
merupakan beberapa hal yang diungkapkan Yoshichi Shimada melalui novelnya
ini.
Nenek Osano adalah seorang nenek yang berumur 58 tahun yang berjuang
sangat keras demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri dan seorang cucu
bernama Akihiro Tokunaga yang dititipkan kepadanya.Dalam hidup yang bisa
dikatakan sangat miskin ini, banyak ide yang diajarkan oleh nenek Osano untuk
bertahan hidup yang sangat bermanfaat bagi kita sebagai seorang manusia.Tanpa
pernah mengeluh dengan keadaannya, nenek menjalani kehidupan ini dengan
senyum dan penuh kesabaran.Novel ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena kemiskinan terkadang membuat seseorang
merasa sedih, murung, dan putus asa.Banyak kita lihat kasus di media cetak
maupun elektronik yang berakibat kematian (bunuh diri) karena tidak sanggup
mengalami kehidupan yang terjadi pada dirinya.Kemiskinan ini juga membuat
seseorang melakukan tindakan kejahatan seperti mencuri, merampok dan menipu
dengan alasan tuntutan ekonomi.Tetapi hal tersebut tidak pernah dilakukan
membuat ia giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Diusianya yang sudah tua,
ia masih bekerja sangat keras.
Hal inilah yang sebenarnya ingin disampaikan penulis kepada para
pembaca novel dan menjadi fokus talaahan dalam novel “Saga no Gabai Baachan”
dengan dilihat dari segi pragmatik yaitu, bahwa lewat novel ini pembaca dapat
mengambil pelajaran dari tokoh nenek Osano yang tidak pernah putus asa dengan
keadaannya dan selalu bekerja keras tanpa meminta belas kasihan dari siapapun.
Hal-hal tersebut di atas yang melatarbelakangi penulis untuk menganalisis
isi cerita melalui tokoh nenek Osano dalam novel yang merupakan karya cucunya
sendiri yang bernama Akihiro Tokunaga atau yang lebih dikenal dengan nama
Yoshichi Shimada yang hidup bersamanya selama 8 tahun dan juga menjadi saksi
nyata dari perjuangan nenek Osano untuk bertahan hidup, yang kemudian
dituangkannya dalam novel yang berjudul “Saga no Gabai Ba achan” ini. Penulis
ingin membuktikan bahwa cerita novel ini memiliki nilai-nilai, tujuan dan manfaat
yang patut kita pelajari dan bermanfaat bagi pembaca serta masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan alasan di atas, maka penulis ingin membahas cerita
novel ini dari sudut pendekatan pragmatik yang diberi
judul :ANALISISPRAGMATIKTERHADAP CERITA NOVEL “SAGA NO GABAI BAACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA.
1.2Rumusan Masalah
Novel “Saga no Gabai Baachan” karya Yoshichi Shimada merupakan
sebuah novel yang bercerita tentang kehidupan neneknya yaitu nenek Osano yang
nilainilai positif.Selain itu, novel ini juga banyak menggambarkan peristiwa
-peristiwa yang mengandung nilai-nilai yang dapat bermanfaat bagi pembaca.Salah
satunya adalah nilai pendidikan.
Nilai-nilai ini tercermin dalam setiap isi cerita yang berkaitan dengan
tokoh utama novel “Saga no Gabai Baachan”, yaitu nenek Osano, seorang nenek
yang berumur 58 tahun yang berjuang sangat keras demi memenuhi kebutuhan
hidup dirinya sendiri dan seorang cucu bernama Akihiro Tokunaga.Nilai-nilai
yang memberikan pendidikan bagi pembaca antara lain, tekad dan perjuangan
demi bertahan hidup, bekerja keras tanpa mengenal lelah, hidup mandiri tanpa
mengharapkan belas kasihan dari orang lain, cinta kasih dan selalu bersyukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut dan berkaitan dengan pendekatan
pragmatik yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan
permasalahannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana penokohan nenek Osano di dalam isi cerita novel “Saga no
Gabai Baachan” yang dapat dijadikan cerminan yang baik bagi pembaca ?
2. Nilai pragmatik seperti apa yang terkandung dalam novel “Saga no Gabai
Baachan” ?
1.3Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam hal ini, penulis akan menganalisis cerita melalui tokoh nenek
untuk memperoleh nilai pragmatik seperti mengajarkan kita untuk bertekad dan
selalu berjuang demi bertahan hidup, bekerja keras tanpa mengenal lelah, hidup
mandiri tanpa mengharapkan belas kasihan orang lain, cinta kasih dan selalu
bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Dalam menganalisis cerita pada novel
ini, penulis melakukannya dengan cara mengambil beberapa cuplikan teks dalam
novel yang diprediksi mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca.
Nilai-nilai tersebut dapat tercermin melalui tokoh cerita baik melalui deskripsi
pikiran maupun perilaku tokoh.Kemudian cuplikan teks dideskripsikan
berdasarkan fakta yang ada dengan menggunakan resepsi sastra. Analisis cuplikan
cerita melalui tokoh diprediksi dapat menjadi suatu dorongan yang positif bagi
pembaca melalui tokoh nenek Osano tentang gambaran watak yang ia lakoni
dalam novel tersebut. Untuk mendukung penganalisisan tersebut, penulis juga
menjelaskan tentang defenisi novel, studi pragmatik dan semiotik dalam sastra,
serta menjelaskan sekilas tentang biografi pengarang Yoshichi Shimada.
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Sastraadalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya (Semi, 1993: 8). Sebagai seni kreatif yang menggunakan
manusia dan segala macam segi kehidupannya, maka sastra tidak saja
merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir
manusia.Sastra juga harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang
ini dikarenakan obyek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama
menyangkut sosial budaya, kesenian, dan sistem berpikir. Menurut Pradopo
(1994:59), karya sastra adalah karya seni, suatu karya yang menghendaki
kreativitas. Karya sastra digunakan pengarang untuk menyampaikan
pikirannya tentang sesuatu yang ada dalam realitas yang dihadapinya.Realitas
ini merupakan salah satu faktor penyebab pengarang menciptakan karya, di
samping unsur imajinasi.Karya sastra juga merupakan gambaran kehidupan
hasil rekaan seseorang yang sering kali karya sastra itu menghadirkan
kehidupan yang diwarnai oleh sikap latar belakang dan keyakinan
pengarang.Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting
dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik
imajinatif.Hal ini dimungkinkan karena persoalan yang dibicarakan dalam
novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan.
Dalam menganalisis karya sastra berdasarkan teori, hendaknya
dilakukan dengan cara objektif dan tidak memihak. Menurut Abrams dalam
Siswanto (2008 : 79) mengatakan, terdapat empat pendekatan dalam kajian
sastra, yaitu:
1. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada kajian terhadap
hubungan karya sastra dengan kenyataan diluar karya sastra disebut
pendekatan mimetik. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai
imitasi dari realitas.
2. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada peranan pembaca
dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra disebut
3. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra
disebut pendekatan objektif.
4. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi
perasaan atau temperamen penulis disebut pendekatan ekspresif.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan pragmatik untuk menelaah novel “Saga no Gabai
Baachan”.Sedangkan untuk mengetahui adanya indeksikal nilai-nilai
pragmatik yang ada dalam novel ini, penulis menggunakan pendekatan
semiotik dalam pembahasannya nanti.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan pragmatik
yang dikemukakan oleh pradopo sebagai landasan teori dalam menganalisis
novel “Saga no Gabai Baachan”ini. Menurut Pradopo, dkk (2001 : 85), pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra
sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam
hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral, agama, maupun
tujuan yang lain.
Pendekatan pragmatik mengkaji dan memahami karya sastra
berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama,
maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan
atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya,
maka akan semakin tinggi nilai dari karya sastra tersebut. Dengan pendekatan
cukup efektif untuk menyampaikan tujuan-tujuan tertentu pengarang kepada
pembaca.Dan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut dapat tercermin
melalui tokoh cerita baik melalui deskripsi pikiran maupun perilaku tokoh.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan dalam ruang lingkup
pembahasan, maka untuk menganalisis cerita dalam novel ini penulis
melakukannya dengan cara mengambil beberapa cuplikan teks dalam novel
yang diprediksi mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca.
Kemudian cuplikan teks tersebut dideskripsikan berdasarkan fakta yang ada
dengan menggunakan resepsi sastra.Resepsi sastra adalah kajian yang
mempelajari bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra
yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan
terhadapnya, baik tanggapan pasif maupun aktif.
Dalam pendekatan pragmatik, karya sastra hanya dianggap sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca. Dan tujuan tersebut adalah untuk memberikan nilai
pendidikan.Dalam penelitian ini, karya sastra yang dimaksudkan adalah novel
“Saga no Gabai Baachan” sebagai objek penelitian.Penulis dapat
menginterpretasikan nilai-nilai pragmatik yang terkandung dalam novel “Saga no Gabai Baachan”yang diprediksikan dapat berguna bagi pembaca.
Kemudian untuk mengetahui bagaimana indeksikal nilai pragmatik
yang ada dalam cuplikan isi novel tersebut agar mengetahui penokohannya
dan dapat bermanfaat serta berguna bagi pembacanya, maka penulis
menggunakan pendekatan semiotik.Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu
orang Greek untuk merujuk kepada ilmu yang mengkaji sistem tanda dalam
kehidupan manusia.Menurut Zaimar (2004: 13), semiotik adalah ilmu tentang
tanda atau lambang, cara kerjanya, penggunaannya, dan apa yang kita lakukan
dengannya.Yang menjadi perhatian adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda
dalam wacana, menerangkan maksud tanda-tanda tersebut, dan mencari
hubungannya dengan ciri-ciri tanda itu untuk mendapatkan
maknanya.Tanda-tanda yang dimaksud dapat berupa bahasa, gerakan anggota badan, bentuk
tulisan, warna, bendera, pakaian, karya seni, dan lain sebagainya.Melalui
pendekatan inilah penulis mencoba menginterpretasikan setiap tanda yang ada
dalam isi novel ini agar dapat diketahui bagaimana penokohan nenek Osano
yang dapat menjadi acuan yang positif bagi pembaca.
1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Alasan-alasan yang telah dikemukakan dalam bagian latar belakang
merupakan faktor utama dilakukannya penelitian ini. Secara ringkas, tujuan
penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui penokohan nenek Osano yang terdapat dalam novel
“Saga no Gabai Baachan” karya Yoshichi Shimada.
2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam
novel “Saga no Gabai Baachan” karya Yoshichi Shimada, yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca.
Sebuah penelitian dilakukan harus memiliki manfaat.Penelitian yang
baik adalah penelitian yang dapat memberi manfaat bagi diri peneliti sendiri,
masyarakat pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu hasil
penelitian ini hendaknya dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal memahami,
membina, mendidik, serta bertidak yang benar jika keadaan yang
dialami oleh tokoh utama dalam novel ini, suatu saat nanti juga terjadi
pada diri kita.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pengorbanan
seorang nenek yang bekerja sangat keras demi memenuhi hidupnya
sendiri dan seorang cucu yang dititipkan kepadanya.
3. Menjadi sumber masukan dan referensi bagi peneliti berikutnya
tentang analisis pendekatan pragmatik dalam suatu karya sastra.
1.6Metode Penelitian
Dalam menulis sebuah karya ilmiah dibutuhkan sebuah metode sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan.Menurut Wiradi dalam Suwandi
(2012:1), metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang
tersusun secara sistematis (urutannya logis).
Berdasarkan permasalahan yang dianalisis dalam novel “Saga no Gabai
Baachan” ini, maka metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
metode deskriptif.Menurut Sukmadinata (2007:72), penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena
manusia.Ciri metode ini biasanya difokuskan pada masalah faktual yang ada pada
waktu penelitian.Data yang dikumpulan, disusun, dianalisis dan dideskripsikan.
Sementara itu, teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data
adalah tinjauan kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui
studi kepustakaan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya yang ada
hubungannya dengan penelitian.Diantaranya majalah, hasil penelitian ilmiah
(skripsi, tesis, dsb), maupun non ilmiah.Penulis juga melakukan pencarian data
melalui media internet yang membahas mengenai permasalahan yang berkaitan
dengan judul skripsi ini.Tetapi, sumber utama dalam penelitian ini adalah melalui
novel “Saga no Gabai Baachan” karya Yoshichi Shimada.
Adapun langkah-langkah yang penulis akan lakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data dan referensi atau buku-buku yang berhubungan
dengan objek penelitian.
2. Membaca novel “Saga no Gabai Baachan”karya Yoshichi Shimada yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
3. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan mendeskripsikan nilai-nilai
yang terdapat dalam novel “Saga no Gabai Baachan”karya Yoshichi Shimada yang diprediksi mengandung unsur nilai pendidikan melalui
tokoh nenek Osano yang dapat memberikan cerminan yang baik bagi
pembaca.
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “SAGA NO GABAI
BHAACAN”, STUDI PRAGMATIK DAN
SEMIOTIK
2.1Defenisi Novel
Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah barang baru
yang kecil”.Kemudian kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk
prosa.Dalam bahasa Inggris disebut dengan novel yang kemudian istilah tersebut
masuk menjadi bahasa Indonesia.
Novel merupakan jenis karya sastra dalam bentuk prosa.Prosa dalam
pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyaran pada
suatu karya yang menciptakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu
yang ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya
pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 1998 : 2).
Menurut Sumadjo (1990 : 11-12), novel adalah genre sastra yang berupa
cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur suspense
dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.
Sedangkan menurut Kosasih (2011: 223), novel adalah karya imajinatif
yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa
orang tokoh.Kisah novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang dialami
tokoh hingga tahap penyelesaiannya.Novel memberi gambaran tentang
tokoh-tokoh, tentang peristiwa, dan tentang latanya secara fisik, seolah-olah dapat dilihat,
pengetahuan tentang hal-hal yang terdalam, yang tidak dapat dilihat, tidak dapat
dipegang, tidak dapat didengar melainkan dapat dirasakan oleh batin yang semua
itu diperoleh secara tersirat dari gambaran tokoh, peristiwa, dan tempat yang
dilukiskan.
Novel dapat memberikan dampak positif bagi pembacanya karena novel
itu memberikan manfaat pendidikan dan hiburan.Akan tetapi, tidak sedikit novel
yang memberikan dampak negatif, misalnya novel yang di dalamnya terdapat
adegan-adegan atau kata-kata yang kasar dan terdapat adegan yang dapat
menimbulkan dorongan seksual kepada pembaca. Untuk itu, kita harus selektif
dalam memilih novel dalam memeberi hiburan maupun acuan dalam kehidupan
Walaupun bersifat imajiner, namun ada juga novel yang berdasarkan diri
pada fakta. Karya fiksi yang demikian oleh Abrams dalam Nurgiantoro (1995 : 4)
digolongkan sebagai karya non fiksi yang terbagi atas (1) fiksi historis atau novel
historis, jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta sejarah; (2) fiksi biografis
atau novel biografis, jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta biografis dan
(3) fiksi sains atau novel sains, jika yang menjadi dasar penulisan adalah fakta
ilmu pengetahuan.
Nurgiyantoro (1998 : 18-20) membagi novel dalam 2 golongan, yaitu
novel popular dan novel serius. Novel popular adalah novel yang popular pada
masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan
remaja.Novel golongan ini menampilkan masalah-masalah yang actual dan selalu
menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.Novel popular tidak
menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha
sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk
membacanya sekali lagi.Novel popular biasanya cepat dilupakan orang, apalagi
dengan munculnya novel-novel yang baru yang lebih popular pada masa
sesudahnya.
Novel serius adalah novel yang memberikan isi cerita yang serba
berkemungkinan, jadi dituntut konsentrasi yang tinggi untuk dapat memahami
cerita yang dipaparkan di dalamnya.Pengalaman dan permasalahan kehidupan
yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti
hakikat kehidupan yang bersifat universal.Novel serius disamping memberikan
hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada
pembaca atau paling tidak, mengajak untuk meresapi dan merenungkan secara
lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.Ini merupakan
keunggulan dari novel serius sehingga tetap bertahan sepanjang masa dan tetap
menarik sepanjang masa.
Jadi, berdasarkan paparan defenisi novel di atas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa novel yang menjadi objek kajian penelitian penulis merupakan
novel biografis dan novel serius. Dikatakan demikian karenakan novel “Saga no
Gabai Baachan” karya Yoshichi Shimada ini menceritakan tentang neneknya
sendiri yaitu nenek Osano yang menjadi tokoh sentral adalah seorang nenek yang
berumur 58 tahun yang berjuang sangat keras demi memenuhi kebutuhan hidup
dirinya sendiri dan seorang cucu yang dititipkan kepadanya yang tidak lain adalah
pengarang novel. Di dalam novel ini, pengarang menceritakan semua tingkah laku
maupun ide-ide yang diajarkan nenek untuk bertahan hidup.Selain itu, novel ini
tujuan pendidikan yang diberikan pengarang kepada pembaca. Tujuan pendidikan
tersebut antara lain tekad dan perjuangan demi bertahan hidup, bekerja keras
tanpa mengenal lelah, hidup mandiri tanpa mengharapkan belas kasihan dari
orang lain, saling memaafkan, cinta kasih dan selalu bersyukur terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2.2Resensi Novel “Saga no Gabai Baachan”
Struktur formal karya sastra dapat disebut sebagai elemen atau unsur-unsur
yang membentuk karya sastra. Karya sastra seperti novel pada dasarnya dibangun
oleh unsur-unsur tema, alur (plot), setting (latar), penokohan (perwatakan), dan
sudut pandang (pusat pengisahan). Unsur-unsur ini yang menjadi focus untuk
diresensi atau ditelaah secara struktur formal pada umumnya.
2.2.1 Tema
Menurut Kosasih (2011 : 223), tema merupakan ide dasar atau
permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel. Dari ide dasar itulah
kemudian cerita dibangun oleh pengarang dengan memanfaatkan unsur-unsur
intrinsik seperti plot, penokohan dan latar.Tema merupakan pangkal tolak
pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.Tema suatu
novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik itu berupa
masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan
sebagainya.Tema jarang dituliskan tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat
dipakai pengarang untuk mengembangkan cerita. Di samping itu juga perlu
mengapresiasikan karangan secara utuh dan tidak sepenggal-sepenggal.
Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan
berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai, dan
memuaskan berkat keberadaan tema. Tema merupakan elemen yang relevan
dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita.
Sementara itu menurut Fananie (2000 : 84), tema adalah ide, gagasan,
pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena
sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan
dalam karya sastra sangat beragam.Tema bisa berupa persoalan moral, etika,
agama, social budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah
kehidupan.Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan
pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.
Berdasarkan pengertian tema di atas, maka tema yang diangkat dalam
novel “Saga no Gabai Baachan” adalah bagaimana perjuangan seorang nenek untuk mencukupi kebutuhan dan menghidupi seorang cucu yang dititipkan
kepadanya dalam keadaan sangat miskin tanpa berpikir untuk melakukan tindakan
kejahatan dan mengharap belas kasihan dari orang lain.
2.2.2 Alur (plot)
Plot adalah salah satu elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya
fiksi.Dalam analisis cerita, plot sering disebut dengan intilah alur.Dalam
pengertiannya yang paling umum, plot atau alur sering diartikan sebagai
dalam Nurgiyantoro (1998 : 113), plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang
satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Alur atau plot merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai interrelasi fungsional yang menandai urutan bagian-bagiab dalam
keseluruhan fiksi. Dangan demikian, alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang
membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut Kosasih
(2011 : 225) , secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
1. Pengenalan situasi cerita (exposition)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan
dan hubungan antar tokoh.
2. Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai
masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
Terjadi peningkatang perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun
keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh.
4. Puncak konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks.Inilah bagian cerita yang paling
besar dan mendebarkan.Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan
nasib beberapa tokohnya.Misalnya, apakah dia berhasil menyelesaikan
5. Penyelesaian (ending)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib
yang dialami tokohnya setalah mengalami peristiwa puncak itu.Namun ada
pula novel yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada
imajinasi pembaca.Jadi dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian.
Konflik merupakan inti dari sebuah alur.Konflik dapat diartikan sebagai
sebuah pertentangan. Menurut Kosasih (2011 : 226), bentuk -bentuk pertentangan
antara lain : (1) Pertentangan manusia dengan dirinya sendiri; (2) Pertentangan
manusia dengan sesamanya; (3) Pertentangan manusia dengan lingkungannya,
baik lingkungan ekonomi, politik, sosial dan budaya; (4) Pertentangan manusia
dengan Tuhan atau keyakinannya. Bentuk-bentuk pertentangan inilah yang
kemudian diangkat kedalam novel dan yang menggerakkan alur cerita. Tanpa
adanya konflik atau pertentangan, akan sulit bagi terbentuknya suatu cerita.
Menurut susunannya atau urutannya, alur terbagi dalam 2 jenis, yaitu alaur
maju dan alur mundur.Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari
peristiwa pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai cerita itu
berakhir.Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimula dari
peristiwa terakhir kemudian kembali kepada peristiwa pertama, kedua, dan
seterusnya sampai kembali lagi pada peristiwa akhir tadi.
Berdasarkan uraian konflik atau pertentangan dan alur tersebut di atas,
maka novel “Saga no Gabai Baachan” ini mempunyai pertentangan berupa pertentangan manusia dengan lingkungan ekonomi.Nenek Osano berjuang sangat
keras untuk melawan kemiskinan yang dialaminya. Bentuk pertentangan yang ia
menjadi pegawai kebersihan di sebuah sekolah. Yang seharusnya kebanyakan
orang-orang di usianya hanya tinggal menikmati masa tuanya di rumah. Tetapi ia
tidak pernah mengeluh dan mengharapkan belas kasihan dari siapapun.
Sedangkan alur dalam novel ini adalah alur maju. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam novel tersebut dimulai dari kedatangan anaknya dengan seorang cucu untuk
dititipkan dan diasuh olehnya dan berakhir pada menjadi dewasanya sang cucu
dan untuk demi melanjutkan masa depan, cucu tersebut meninggalkannya.
2.2.3 Latar (setting)
Latar atau setting merupakan unsur pembangun karya sastra yeng
menunjukkan kapan dan di mana peristiwa dalam cerita tersebut berlangsung.
Latar dalam cerita sangat mempengaruhi pembentukan tingkah laku dan cara
berpikir tokoh. Menurut Abrams dalam Zainuddin (2001 : 99), secara garis besar,
latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yaitu:
1. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,
mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas
2. Latar Waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, yang meliputi
hari, tenggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi
cerita tersebut.
Oleh sebab itu dalam kaitannya sebagai latar waktu, maka novel
“Saga no Gabai Bhaachan” karya Yoshichi Shimada ini mengambil
setting pada tahun 33 era Showa yaitu tahun 1958.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi maupun non fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan,
pendangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya
rendah, menengah, atau tinggi.
Dalam hal ini, tokoh utama dalam novel “Saga no Gabai Baachan” yakni nenek Osano memiliki status dan peran sebagai seorang
nenek.Selain itu, nenek Osano juga berstatus sebagai pekerja bersih-bersih
di sebuah sekolah dasar, sekolah menengah dan universitas.
2.2.4 Penokohan (perwatakan)
Menurut Kosasih (2011 : 228), penokohan adalah cara pengarang
penokohan dalam karya sastra menunjuk pada pelaku atau tokoh ceritanya. Tokoh
cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat,
moral,atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998 : 165), adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan
dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Yang dimaksud dengan penokohan disini
adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan
bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000 : 92). Penokohan dalam novel
“Saga no Gabai Baachan” adalah sebagai berikut
1. Nenek Osano adalah tokoh utama dalam novel “Saga no Gabai Baachan” yang merupakan seorang nenek yang mandiri, pekerja keras dan rela
berkorban demi cucu yang dititipkan anaknya kepadanya dan ia sayangi.
Nenek Osano tidak pernah menyerah dan putus asa terhadap kehidupannya
yang sangat miskin.
2. Akihiro Tokunaga adalah cucu dari nenek Osano. Ia memiliki sifat yang
periang, baik, mudah memaafkan orang lain, menghargai orang tua,
penyayang dan memiliki semangat yang tinggi dalam menggapai
cita-citanya.
3. Yoshiko adalah seorang wanita dewasa yang merupakan ibu dari Akihiro
Tokunaga yang memiliki sifat penyayang, bertanggung jawab, perhatian
dan pekerja keras. Ia tidak ingin melihat perkembangan anaknya menjadi
4. Kisako merupakan adik dari Yoshiko yang juga merupakan bibi dari
Akihiro Tokunaga. Bibi Kisako adalah seorang wanita dewasa yang
penyayang.
5. Tanaka Sensei adalah seorang guru penasehat klub baseball di SMP
tempat Akihiro Tokunaga bersekolah. Ia memilki sifat penolong, perhatian,
baik hati dan penyayang.
2.2.5 Sudut Pandang (Pusat Pengisahan)
Sudut pandang atau point of view adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro Sudut (1998 : 248)
pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut
pandang pada hakikatnyamerupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Menurut Aminuddin (2000 : 96), sudut pandang adalah kedudukan atau
posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan kata lain, posisi pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita tersebut dan dari titik pandang ini pula
pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami temanya. Terdapat beberapa
jenis sudut pandang (point of view), yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut
sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Disini pengarang ikut
melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi ia mengangkat tokoh utama.
Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang
pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Disini
pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.
Dalam hal ini, sudut pandang pengarang Yoshichi Shimada dalam novel
“Saga no Gabai Baachan” adalah sebagai tokoh sampingan. Yoshichi Shimada
sebagai pengarang novel ini menceritakan kisah neneknya yang menjadi tokoh
utama dan ia sendiri juga menjadi saksi nyata perjuangan neneknya tersebut untuk
mencukupi kebutuhan dan menghidupi dirinya serta nenek.
2.3Sekilas Tentang Biografi Pengarang
Bom atom yang jatuh ke Hiroshima saat Perang Dunia II telah
memporak-porandakan kehidupan banyak keluarga.Akihiro yang saat itu berusia delapan
tahun kehilangan ayahnya, sehingga ibunya harus bekerja keras untuk menghidupi
keluarganya. Takut perkembangan Akihiro terganggu, sang ibu memutuskan
untuk menitipkan Akihiro pada ibunya (nenek Akihiro) yang tinggal di
perkampungan kecil bernama Saga.
Bukannya menjalani hidup yang lebih enak, justru keadaan neneknya di
Saga lebih miskin daripada kehidupan ketika tinggal di Hiroshima.Tetapi biarpun
miskin, Nenek Osano hidup dengan optimis dan ceria.Banyak pelajaran hidup
selama delapan tahun.Ide-ide yang diajarkan nenek dalam bertahan melawan
kemiskinan sangat bermanfaat dalam menjalankan kehidupan Akihiro selanjutnya.
Setelah tidak tinggal dengan nenek dan meninggalkan kota Saga, banyak
hal yang terjadi. Meski tadinya Akihiro bermimpi menjadi pemain baseball
profesional, entah bagaimana Akihiro malah melakukan debut sebagai kelompok
lawak “B&B”, kemudian menjadi salah satu yang terkenal saat manzai booming.
Dalam kehidupan pribadi, Akihiro menikah, memiliki dua orang anak dan
menjalani kehidupan layaknya orang dewasa. Meski begitu, sampai kapanpun,
pada saat yang bagaimanapun, Akihiro merasa prinsip-prinsip hidupnya seperti
mengakar pada ajaran nenek Osano saat hidup di kota Saga. Akihiro tidak
mengenal kata-kata seperti benda bermerek, interior canggih, atau sajian
mewah.Bagi Akihiro hanya ada papan, sandang, pangan dalam kehidupan yang
sederhana.
Walaupun masa sekarang disebut dengan istilah “masa resesi” atau “masa
sulit”, bila dibandingkan dengan masa kecil Akihiro Tokunaga, menurutnya
berbagai barang kini lebih terjangkau dan semua orang lebih makmur. Meski
begitu, orang yang hidup berkilauan seperti nenek Osano sama sekali tidak ada.
Buku yang berjudul “Saga no Gabai Baachan” ini ia tulis dengan tujuan
karena ia sangat mencintai neneknya, sebagai penghormatan karena telah
mengajarkannya untuk menghargai hidup dan agar member ide kepada pembaca
untuk hidup seperti yang nenek ajarkan.
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2001 dengan pemikiran
Akihiro ingin semua tahu tentangg cara hidup nenek. Kemudian dari pemikiran
ataupun lawak manzaidari tema pandangan hidup nenek di seluruh negeri. Dengan
cara seperti itu buku ini menjadi semakin dikenal dan berkat bantuan banyak
orang, terjual dengan baik di pasaran.
Lalu pada tahun 2003 di musim panas, Akihiro muncul sebagai bintang
tamu acara Asahi TV yang dikenal semua orang dan telah menjadi jam tayang
yang sangat panjang “Tetsuko no Heya” (Kamar Tetsuko). Acara itu dipandu oleh
Tetsuko Kuroyanagi, penulis novel “Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela”. Setelah
diizinkan mengenalkan buku ini, Akihiro mendengar keesokan harinya pesanan di
toko-toko buku langsung membludak.Kisah nenek hebat dari Saga ini begitu
terkenal di Jepang dan telah diadaptasi menjadi film layar lebar, game dan manga.
Yoshichi Shimada sendiri sebagai penulis buku, lahir di Hiroshima tahun
1950.Nama sebenarnya adalah Akihiro Tokunaga. Dia menghabiskan masa
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di kota Saga. Dan hingga saat ini ia
masih berkarya di dunia pertelevisian, panggung dan sebagainya.
2.4Studi Pragmatik dan Semiotik dalam Sastra 2.4.1 Studi Pragmatik
Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam menelaah sastra
dikemukakan oleh Abrams dalam Fananie (2000 : 10), mengemukakan bahwa
dalam menelaah sastra terdapat 4 model pendekatan yang dapat diterapkan, yaitu:
1. Telaah dari sudut pandang karya sastra itu sendiri yang merupakan produk
pengarang (pendekatan objektif).
3. Telaah dari keterhubungan ide, perasaan atau peristiwa-peristiwa yang
mendasari karya yang ditelaah, baik secara langsung atau tidak langsung
yang secara esensial dasarnya merupakan satu tiruan (pendekatan mimesis).
4. Telaah dari sudut pandang pembaca atau penerima karya sastra
(pendekatan pragmatik).
Pendekatan pragmatik yaitu pendekatan yang didasarkan kepada
pembaca.Pembaca berperan dalam hal menerima, memahami dan menghayati
karya sastra.Pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya itu
merupakan karya sastra atau bukan.Karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada
pembaca yang menanggapinya.Karya sastra itu mempunyai nilai karena ada
pembaca yang menilai. Sadar atau tidak, sengaja atau tidak, akhirnya karya sastra
akan sampai juga kepada pembaca, ditujukan kepada pembaca, dan bagi
kepentingan masyarakat pembaca. Sebagai sebuah keutuhan komunikasi antara
sastrawan, karya sastra dan pembaca, maka pada hakikatnya karya yang tidak
sampai ke tangan pembacanya, bukanlah karya sastra (Siswanto dan Roekhan,
1991/1992 : 30). Karya sastra tidak mempunyai keberadaan nyata sampai karya
sastra itu dibaca. Pembacanyalah yang menerapkan kode yang ditulis sastrawan
untuk menyampaikan pesan, Selden dalam Siswanto (2008 : 190).
Dengan demikian, pendekatan pragmatik memberikan perhatian pada
pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut.Pada tahap tertentu
pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra
dalam masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya sehingga manfaat
Berdasarkan hal itu, maka pendekatan pragmatik dalam telaah sastra
akhirnya akan bergantung sepenuhnya pada kemampuan pembaca, baik
kemampuan kebahasaannya maupun kemampuan aspek yang lainnya, misalnya
aspek budaya, psikologi, filsafat, pendidikan, dan sebagainya.
Jika dikaitkan dengan pandangan Horatius dalam Siswanto (2008 : 190)
menyatakan bahwa tujuan penyair adalah berguna atau memberi nikmat, ataupun
sekaligus mengatakan hal-hal yang enak dan berfaedah untuk kehidupan. Horatius
menggabungkan kata utile dan dulce, “yang bermanfaat dan yang enak”, secara
bersama-sama.Penelitian terhadap tujuan atau fungsi sastra mengarah pada utile,
bukan dulce.Dan pendapat inilah awal pendekatan pragmatik.Hal ini didasari oleh
anggapan karya sastra mengandung tujuan atau manfaat, yaitu membina dan
mendidik pribadi pembaca.
2.4.2 Studi Semiotik
Media sastra adalah bahasa. Menurut Saussure dalam Sartika (2011 : 1),
bahasa adalah sistem tanda. Tanda sebagai kesatuan dari dua bidang tang tidak
dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Dimana ada tanda di sana ada
sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek
yaitu yang ditangkap oleh indra kita yang disebut signifier (penanda) dan bentuk
atau aspek lainnya yang disebut signified (petanda). Aspek kedua terkandung di
dalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang
dipresentasikan oleh aspek pertama.
Pradopo dalam Sartika (2011 : 1) menjelaskan, tanda itu tidak hanya satu
petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks dan simbol.Ikon
adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara
penanda dan petandanya.Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya
gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara
penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api. Simbol adalah tanda yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan
petandanya, hugungan bersifat arbitrer (semau-maunya).Arti tanda itu ditentukan
oleh konvensi.Misalnya kata “ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh
konvensi masyarakat pengguna bahasa (Indonesia). Inggris menyebutnya
“mother”, Perancis menyebutnya “la mere”, dan sebagainya.adanya bermacam
-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan “kesemena-menaan” tersebut.
Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Dengan demikian, uraian tentang kajian semiotik yang berupa notasi
simbol-simbol kemudian coba dijelaskan apa fungsi dan maknanya. Dalam hal ini,
kajian semiotik ini penulis pergunakan untuk dapat menjelaskan makna dalam
BAB III
ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL
“SAGA NO GABAI BAACHAN” KARYA YOSHICHI
SHIMADA
3.1Sinopsis Cerita Novel “Saga no Gabai Baachan”
Pasca pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki, perekonomian Jepang
hancur , sehingga dampaknya secara langsung juga dirasakan oleh sebagian besar
rakyatnya. Hal ini juga dirasakan oleh keluarga Akihiro Tokunaga, apalagi tak
lama setelah Akihiro lahir ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga
meninggal dunia akibat terpapar radiasi bom atom di Hiroshima.Ibunya terpaksa
bekerja sendiri membuka usaha bar kecil untuk menghidupi dirinya, Akihiro dan
abangnya.Kesibukan di bar membuat ibu Akihiro tidak bisa mendampinginya
dengan maksimal. Ditambah pula bar tersebut berada di wilayah kumuh, membuat
ibu merasa cemas akan perkembangan Akihiro yang saat itu usianya masih sangat
kecil. Karena merasa tak sanggup untuk membesarkan dan menyekolahkan
anaknya di Hiroshima, maka oleh ibunya Akihiro dititipkan pada neneknya di
kota Saga.
Berbeda dengan Hiroshima yang merupakan sebuah kota besar di Jepang,
Saga adalah sebuah kota kecil yang jauh dari keramaian. Kehidupan Akihiro di
Hiroshima memang sulit, kepindahannya ke Saga tidak membuat hidupnya
menjadi nyaman, bersama neneknya ia malah harus hidup lebih miskin lagi
Akihiromenjadi semakin miskin. Namun dari sikap hidup, pandangan, dan
perilaku neneknya yang bersahaja ternyata membuat hidupnya menjadi kaya akan
berbagai pengalaman hidup yang kelak akan membuatnya kaya dan bahagia
secara batiniah.
Kehidupan Akihiro bersama neneknya memang sangat-sangat sederhana
bahkan bisa dikatakan sangat miskin.Neneknya hanyalah seorang petugas
kebersihan di sebuah universitas di Saga.Jadi, untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya nenek Osano hanya mengandalkan gajinya yang kecil dan uang bulanan
kiriman ibu Akihiro yang pas-pasan.Namun walau hidup miskin bukan berarti
Nenek Osano menyerah pada keadaan dan menjadi nenek yang murung. Bersama
Akihiroia menjalani hidupnya secara optimis, wajahnya selalu berseri karena bagi
dia kebahagiaan bukan ditentukan oleh uang, melainkan dari hati. Nenek Osano
menerima kenyataan bahwa ia hidup dalam kemiskinan, tapi ia tak mau bersedih
dengan keadaannya. Dalam sebuah kesempatan, Nenek Osano mengatakan pada
Akihiro bahwa ada dua jenis orang miskin yaitu miskin muram dan miskin ceria
dan miskin yang mereka jalani ini adalah miskin ceria dan kemiskinan ini juga
sudah turun temurun jadi sudah terbiasa.
Demikianlah kehidupan Nenek Osano, walau hidup miskin tapi dia tidak
pernah membiarkan dirinya dikalahkan keadaan melainkan selalu tampak
bahagia.Sang nenek berusaha sekuat tenaga untuk membiayai kebutuhan hidup
dengan segala kemampuannya.Suatu hari Akihiro ingin ikut berlatih kendo
mengikuti teman-temannya.Kemiskinan membuat Nenek Osano
melarang Akihiro ikut berlatih kendo.Biayanya amat sangat
lari yang selain menyehatkan juga tanpa biaya tentunya.Akohiro
menyetujuinya.Maka sejak kelas II SD dia terus menggelutinya hingga
mengantarnya menjadi juara lomba lari dan pemain andalan bisbol karena
kecepatan larinya.
Untuk menyiasati hidupnya yang serba kekurangan Nenek Osano
memanfaatkan semua yang ada di sekitarnya.Ketika berangkat kerja Nenek Osano
tanpa malu sengaja mengikatkan sebuah tali di pinggangnya dimana di ujungnya
terdapat sebuah magnet yang menyapu tiap jalan yang dilaluinya. Dengan cara itu
ia mendapat paku atau sampah logam yang berserakan di jalan untuk dikumpulkan
dan dijual kembali. Ketika Akihiro menanyakan hal ini pada neneknya, Neneknya
menjawab dengan lugas bahwa sungguh sayang kalau kita hanya sekedar berjalan
tanpa memperhatikan jalan sekitar.Padahal banyak hal-hal yang sangat
menguntungkan yang dapat kita temukan.
Persoalan utama menjadi miskin adalah makan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, setiap harinya nenek memanfaatkan sungai yang mengalir di
depan rumahnya. Setiap hari ia mengumpulkan ranting-ranting yang terseret arus
sungai, ranting-ranting itu kemudian dijemur dan dijadikan kayu bakar. Selain itu
sungai itu pula selalu membawa sayur-sayuran dan buah-buahan yang dibuang
penjualnya karena tidak laku dan rusak secara fisik.Sayur-sayuran dan
buah-buahan itu diambil oleh Nenek Osano, dicuci dan dimasak.Dengan begitu
sebagaian besar makanan yang ada di rumah Nenek merupakan hasil perolehan
Bagi Nenek Osano kehidupan yang dialaminya adalah anugerah yang
harus dijalaninya dan tanpa ragu ia berkata bahwa “Hidup itu selalu menarik.
Daripada hanya pasrah, lebih baik selalu coba cari jalan”
Walau hidup miskin Nenek Osano juga selalu berusaha berbuat kebaikan
tanpa harus digembar-gemborkan atau diketahui oleh si penerima kebaikan karena
baginya kebaikan sejati dan tulus adalah kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui
orang yang menerima kebaikan.
Hal-hal seperti inilah yang dilihat dan dialami oleh Akihiro selama ia
tinggal bersama neneknya. Bagi Akihiro ini adalah kesempatan berharga dimana
dia bisa memiliki pengalaman yang luar biasa untuk menjalani hari-hari bersama
neneknya yang sangat menyenangkan walau kemiskinan membelit hidup mereka.
Kehidupan berharga bersama nenek dijalaninya selama hampir 8 tahun.
Tibalah saatnya ia harus masuk ke sekolah menengah atas di Hiroshima dan harus
meninggalkan nenek dan kota Saga yang sangat dicintainya. Ini pilihan terberat
yang harus ia hadapi. Tapi di lain sisi ia bertekad ingin melanjutkan cita -citanya
menjadi seorang pemain baseball professional dan kembali tinggal barsama
ibunya. Dan dengan berat hati, ia memilih melanjutkan sekolahnya karena hidup
ini adalah sebuah pilihan. Pada hari kepergian Akihiro, nenek terlihat sangat
tegar.Ia ingin mengatakan kepada cucunya untuk tidak pergi, tetapi kata-kata itu
tidak bisa terucap. Akihiro mengatakan ucapan terima kasihnya atas perhatian,
kasih sayang dan usaha nenek selama ini untuk membesarkannya.Dan setelah
Akihiro pergi, nenek menangis sejadi-jadinya.
Untuk dapat mengetahui nilai pragmatik yang di ajarkan oleh tokoh nenek
Osano yang terdapat dalam novel “Saga no Gabai Baachan”, maka penulis
akanmelakukan penganalisisan terhadap cuplikan teks novel yang diprediksi
mengandung nilai pendidikan. Berikut adalah cuplikan teks yang akan dianalisis :
3.2.1 Kemandirian
Cuplikan: … … …
Sesampainya aku di rumah nenek, aku mengharapkan akan mendengar
kata -kata seperti berikut, “Selamat datang. Kau pasti lapar ya?” atau “Pasti kau sedih karena berpisah dari ibumu, tapi tak usah takut, nenek akan menjagamu,” dan sebagainya.
Akan tetapi, kata -kata yang keluar pertama kali dari mulut nenek malah,
“Ikuti aku.”
Kemudian dengan langkah cepat, dia berjalan keluar melalui pintu
belakang menuju gubuk kecil yang terpisah dari sana.
… … …
Lalu kepada diriku yang masih berdiri termangu tanpa tahu harus
bagaimana, nenek berkata,”Karena mulai besok Akihiro yang memasak nasi,
perhatikan baik-baik.”
Setelah berkata begitu, nenek mulai menyalakan tungku oven. Aku
mendengar dengan jelas kata -kata yang diucapkan nenek, namun pada saat itu
aku sama sekali tidak dapat memahami maksudnya. Aku pun hanya bisa terus