• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NOVEL SAGA NO GABAI BACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NOVEL SAGA NO GABAI BACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NOVEL “SAGA NO GABAI BACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL

YOSHICHI SHIMADA NO SAKUHIN NO 「 SAGA NO GABAI BACHAN 」NO SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang

Oleh :

RAHEL TRESYA 150708053

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

ANALISIS NOVEL “SAGA NO GABAI BACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL

YOSHICHI SHIMADA NO SAKUHIN NO SAGA NO GABAI BACHAN NO SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang

Oleh : RAHEL TRESYA

150708053

Pembimbing

Drs. Amin Sihombing, M.Si NIP. 19600403 199103 1 001

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulis menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Program Studi Sastra Jepang.Adapun skripsi dengan judul “ANALISIS NOVEL SAGA NO GABAI BACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL”.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik secara moril maupun materil. Terutama kepada kedua orangtua, kepada bapakDrs.

Torang Pasaribu dan ibu Helen Elli Hutabarat. Terimakasih untuk setiap doa, dukungan, dan nasihat yang tidak ada hentinya kalian berikan. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono,M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang Ms.,Ph.D, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amin Sihombing M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dan masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

4. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang sudah memberikan ilmu, didikan dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis dalam dunia kerja.

5. Kepada adik-adik perempuan penulis Sarah Grasya Elisabet Pasaribu dan Miranda Jenifer Delfiana Marito Pasaribu untuk doa dan semangat yang kalian berikan.

6. Kepada Bang Feri dan Kak Mita yang sudah mengijinkan tinggal dirumah selama kuliah juga memberikan pengalamannya. Kepada Opung, Tulang, Nantulang, Bapatua, Mamatua, Amangboru, Namboru, dan sanak saudara yang telah mendukung baik secara moril maupun materil.

7. Kepada kawan-kawan Julid’s Squad Astri Pakpahan (bojak sukarame), Evita Nababan (piton melankolis), Nurhasrat Laia (nuy yang gendut), Uli Damanik (appiriku), dan Veronica Gultom (cabe simalingkar). Geng Kita Cuma Bertiga Erwin Soeganda, Frans Tarigan, dan Ronaldo Napitupulu, yang sudah menjadi kawan dalam berbagi pengalaman dan bertukar pikiran selama kuliah, membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan waktu, tenaga dan pikirannya. serta seluruh teman-teman Sastra Jepang (AOTAKE) stambuk 2015.

8. Kepada alumni dan senior Sastra Jepang yang sudah membagikan pengalamannya, saran dan masukan selama kuliah di Sastra Jepang.

9. Kepada teman-teman KKN Kelompok 1 REGULER Kab. Humbahas yang saling memberikan pengalaman dan saling memotivasi satu sama lain.

(7)

10. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan,Oktober2019

Penulis,

Rahel Tresya

NIM. 150708053

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Metode Penelitian ... 12

BAB IITINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “ SAGA NO GABAI BACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA STUDI STRUKTURAL 2.1 Definisi Novel ... 14

2.2 Unsur Intrinsik Novel “Saga No Gabai Bachan” Karya Yoshichi Shimada ... 15

2.2.1 Tema ... 15

2.2.2 Penokohan ... 17

2.2.3 Latar/Setting ... 17

2.2.4 Alur ... 19

2.2.5 Amanat ... 20

2.3 Kajian Struktural dalam Sastra ... 21

(9)

2.4 Sekilas Tentang Biografi Pengarang ... 22

BAB III ANALISIS STRUKTURAL DALAM CERITA NOVEL “SAGA NO GABAI BACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA 3.1 Sinopsis Cerita Novel “Saga No Gabai Bachan” ... 23

3.2 Analisis Struktural Yang Terdapat Dalam Novel “Saga No Gabai Bachan” Karya Yoshichi Shimada... 25

3.2.1 Tema ... 25

3.2.2 Penokohan ... 28

3.2.3 Latar/ Setting ... 36

3.2.4 Alur ... 39

3.3 Analisis Keterkaitan Antara Tema, Penokohan, Latar dan Alur Dalam Novel “Saga No Gabai Bachan” Karya Yoshichi Shimada... 46

3.3.1 Keterkaitan Unsur Tema dengan Penokohan ... 46

3.3.2 Keterkaitan Unsur Tema dengan Alur ... 46

3.3.3 Ketekaitan Unsur Tema dengan Latar ... 47

3.3.4 Keterkaitan Unsur Penokohan dengan Alur ... 47

3.3.5 Keterkaitan Unsur Penokohan dengan Latar ... 47

3.3.6 Keterkaitan Unsur Alur dengan Latar ... 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 49

4.2 Saran ... 50

(10)

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam menikmati karya sastra, pengetahuan tentang sastra itu sendiri diperlukan.Kurangnya pemahaman yang tepat membuat karya sastra bersifat sepintas dan dangkal.Karya sastra dikatakan memiliki nilai sastra jika terdapat kesepadanan antara bentuk dan isi didalamnya.Sastra kerap diperlakukan sebagai potret sosial yang juga penggambaran semangat zamannya (Semi, 1984:8).

”Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya” (Pradopo, 2001:61).Karya sastra dibagi kedalam dua kelompok, yakni karya sastra imajinatif dan nonimajnatif.Ciri karya sastra imajinatif adalah karya sastra tersebutmenggunakan bahasa yang konotatif, lebih menonjolkan sifat khayali,dan memenuhi syarat estetik seni seperti puisi atau prosa naratif (novel, cerpen, dan roman), juga drama.Ciri karya sastra nonimajinatif adalah karya sastra tersebut cenderung menggunakan bahasa yang denotatif, lebih banyak unsur faktual dan tetap memenuhi syarat estetika seni, seperti,

biografi, autobiografi, esai dan sejarah

(http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra.html).

Diantara jenis karya sastra imajinatif, jenis prosa novel merupakan cerita yang paling panjang dari semua cerita.Novel yang merupakan bentuk karya sastra disebut

(12)

fiksi, adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Novel merupakan jenis karya sastra yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna bagi masyarakat pembacanya karena merupakan karya sastra berupa cerita yang mudah dibaca dan dicerna, juga banyak mengandung hal-hal dalam alur ceritanya yang membangkitkan rasa ingin tahu bagi pembacanya.

“Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan yang nyata yang respentif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.Dalam hal ini, berarti dalam sebuah novel menceritakan kisah nyata tentang suatu keadaan yang terjadi dalam masyarakat”, menurut Tarigan dalam Gunawan (2010:4).Ada juga menyebutkan bahwa “novel adalah media menuangkan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya” menurut (Nursisto dalam Gunawan, 2010:4).

Bercerita tentang analisis sastra, ada beberapamodel pendekatan (teori kritik tertentu) yang dapat diterapkan: dan penerapan model itu sesuai konsep serta tata kerjanya sendiri. Abrams dalam Jabrohim (2017:67)“membagi model pendekatan dalam empat kelompok besar dan dipandang telah mencakup keseluruhan situasi dan orientasi pada karya sastra.Diuraikan bahwa model yang menonjolkan kajiannya terhadap peran pengarang sebagai pencipta karya sastra disebut ekspresif; yang lebih menitikberatkan sorotannya terhadap peranan pembaca sebagai penyambutdan pengahayat sastra disebut pragmatik; yang lebih berorientasi pada aspek referensial dalam kaitannya dengan dunia nyata disebut mimetik; sedangkan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom dengan koherensi intrinsik disebut pendekatan objektif”.

(13)

Menurut Hornby dalam Aziez dan Hasim (2010:2), “novel merupakan sebuah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang untuk dimuat dalam satu volume atau lebih, baik tentang tokoh-tokoh rekaan maupun historis”.Novel disusun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua unsur ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya untuk membentuk keindahan dalam cerita. Menurut Sukada (1987:47), “unsur instrinsik adalah unsur yang membangun struktur karya sastra. Unsur-unsur ini terdiri atas insiden, perwatakan, plot, teknik cerita, komposisi cerita, dan gaya bahasa.

Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang dikaitkan dengan data di luarnya untuk mengetahui seberapa jauh karya sastra itu memiliki dasar atau unsur kesejarahan, sosiologis, psikologis, religius, dan filosofi”.

Sebuah karya sastra menurut para struktural adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya.Di satu pihak, struktur karya sastra menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2009: 36) dapat diartikan “sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah”.

Menikmati dan mendalami sebuah karya sastra, akan semakin memahami jika mengkaji strukturalnya, penulis sangat tertarik untuk menganalisis dan mengkaji lebih dalam tentang sebuah fiksi yang dalam hal ini berupa novel, salah satunya dengan mengkaji struktur. Struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik fisik yang bersangkutan.Karya sastra mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan yang kemudian dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan setiap unsur tersebut, sehingga secara bersama membentuk sebuah makna yang padu.Seperti, bagaimana hubungan

(14)

antara peristiwasatu dengan yang lain, keterkaitan dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan alur dan lainnya.Sehingga dari kajian ini mendapatkan hasil maksimal untuk membedah dan menikmati sebuah karya sastra. Novel yang akan menjadi bahan penelitian penulis adalah Novel Saga no Gabai Bachan Karya Yoshichi Shimada.

Novel Saga no Gabai Bachan karya Yoshichi Shimada memiliki daya tarik karena novel ini ditulis oleh Yoshichi Shimada berdasarkan kisah nyata.Pengarang menyatakan pada sinopsis dalam novelnya.Novel Saga no Gabai Bachan bercerita tentang Akihiro Tokunaga sekaligus si pengarang buku yang kehilangan ayahnya karena radiasi nuklir di Hiroshima era showa.Ibu Akhiro memutuskan membuka sebuah bar untuk menghidupi ia dan anaknya.Karena tanggungan semakin berat.Ia lantas meminta adiknya, Kisako, agar membawa Akihiro Tokunaga ke Saga untuk diasuh neneknya. Dari sinilah dimulai bagaimana kisah hidup Akihiro dengan neneknya yang sangat berbalik 180 derajat dibandingkan ketika bersama ibunya.

Mengangkat sisi kehidupan yang harus dijalani Akihiro untuk hidup lebih susah bersama neneknya dibandingkan dengan ibunya, hubungan antar tokoh, adanya rasa penyesalan, kekecewaan atau mungkin pembangkit semangat.

Setelah membaca novel “Saga no Gabai Bachan”, maka dianggap menjadi menarik untuk dianalisis.Analisis novel ini juga untuk memenuhi syarat tugas akhir peminatan Sastra Jepang dalam bentuk skripsi dengan menganalisis novel jepang.

Oleh karena itu, dipilihlah judul ANALISIS NOVEL “ SAGA NO GABAI BACHAN” KARYA YOSHICHI SHIMADA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL”.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Novel Saga no Gabai Bachan merupakan sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata.Paska pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di era showa perekonomian Jepang hancur, sehingga dampaknya secara langsung juga dirasakan oleh sebagian besar rakyatnya. Hal ini juga dirasakan oleh keluarga Tokunaga, apalagi tak lama setelah Tokunaga lahir ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga meninggal dunia akibat terpapar radiotivitas bom atom. Karena merasa tak sanggup untuk membesarkan dan menyekolahkan anaknya diHiroshima maka oleh ibunya Akihiro dititipkan pada neneknya di kota Saga.

Berbeda dengan Hiroshima yang merupakan sebuah kota besar di Jepang, Saga adalah sebuah kota kecil yang jauh dari keramaian. Kehidupan Akihiro di Hiroshima memang sulit, kepindahannya ke Saga tidak membuat hidupnya menjadi nyaman, bersama neneknya ia malah harus hidup satu tingkat lebih miskin lagi dibanding ketika ia bersama ibunya di Hiroshima. Secara materi memang Akihiro menjadi semakin miskin namun sikap hidup, pandangan, dan perilaku neneknya yang bersahaja ternyata membuat hidupnya menjadi kaya akan berbagai pengalaman hidup yang kelak akan membuatnya kaya dan bahagia secara batiniah.

Buku Saga no Gabai Bachan ini terbit untuk pertama kalinya di Jepang pada tahun 2001.Kemudian penulisnya juga mengadakan pertunjukkan drama dengan tema pandangan hidup Nenek Osana di seluruh Jepang. Dengan demikian buku ini menjadi semakin terkenal, apalagi dengan kemunculan penulisnya di Asahi TV dalam progam

“Tetsuka no Heya” (Kamar Tetsuko) yg dipandu oleh Testuko Kuroyanagi (penulis Toto Chan: Gadis Cilik di Jendela).

(16)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskanlah masalah agar penelitian ini lebih terarah dan memudahkan sasaran yang ingin dikaji berupa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana tema, penokohan, latar, dan alur, dan amanat yang ada dalam novel “Saga no Gabai Bachan” karya Yoshichi Shimada ?

2. Bagaimana keterkaitan antar unsur tema, penokohan, latar, dan alur dalam novel “Saga no Gabai Bachan” karya Yoshichi Shimada ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Pembatasan ruang lingkup masalah dibutuhkan dalam melakukan sebuah penelitian.Ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan terarah sesuai dengan tujuan yang diinginkan yakni memudahkan peneliti memahami permasalahan yang ada.

Dalam analisis ini, akan fokus membahas unsur intrinsik pada novel dan memfokuskan pada analisis terhadap tema, tokoh, latar dan alur yang terdapat dalam novel “Saga no Gabai Bachan” karya Yoshichi Shimada. Setelah menganalisis setiap unsur tersebut, kemudian dikaji keterkaitan antar unsur-unsur tersebut sehingga menjadi suatu struktur novel yang utuh.

Dalam melakukan analisis struktural, penjelasan definisi novel, unsur-unsur pembangunan novel pada bab II sebelum masuk dalam bab pembahasan.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Karya sastra merupakan pengejawatan kehidupan sebagai hasil dari pengamatan sastrawan atas kehidupannya atas kehidupan buatan atau rekaan seorang

(17)

pengarang, biasanya mengisahkan kehidupan manusia dengan segala hiruk pikuk permasalahannya dan dengan apa yang melingkupinya, salah satu bentuk karya sastra adalah novel. “Novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupannyasehari-hari, tentang sukaduka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya” (Badudu dan Zain dalam Aziez dan Hasim, 2010:2).Sastra dikaji melalui beberapa pendekatan dan dalam novel Saga no Gabai Bachan sudah dianalisis melalui pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pragmatik.

Menurut Abrams dalam Jabrohim (2017:67), telah “membagi model pendekatan itu kedalam empat kelompok besar; dan empat kelompok itu dapat dipandang sebagai model yang telah mencakupi keseluruhan situasi dan orientasi karya sastra.Empat model pendekatan itu yakni pendekatan ekspresif, pendekatan pragmatik, pendekatan mimetik dan pendekatan objektif”.

Agar pembicaraan lebih terarah, sesuai dengan tujuan semula yakni analisis struktural.Pembicaraan dibatasi oleh model terakhir, yakni model pendekatan objektif.“Pendekatan ini memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom dengan koherensi intrinsik”, Abrams dalam Jabrohim (2017:67).

“Menurut strukturalisme, kajian harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca sebagai penikmat”, Selden dalam Siswanto (2008:185).“Analisis struktural, bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan sedalam mungkin keterkaitan dan jalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh” (Teeuw dalam Siswanto 2008:135). Pada pendekatan struktural dibahas unsur pembangun sebuah novel, unsur-unsur intrinsik berupa tema, alur, setting, penokohan gaya bahasa, sudut pandang dan amanat yang ada didalam novel.

(18)

Penelitian terhadap novel “Saga no Gabai Bachan” karya Yoshichi Shimada pernah dilakukan sebelumnya oleh Amira Juliana Christina Br. Purba (Skripsi Universitas Sumatera Utara, 2015) dengan judul “Analisis Psikologis Tokoh Akihiro Dalam Novel Saga No Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada”. Dalam skripsinya dalam novel ini tidak lepas dari unsur-unsur ekstrinsik khususnya psikologi menggunakan teori Sigmund Freud. Juga konsep kyouiku mama yang diterapkan sang nenek selama delapan tahun. Kyouiku mama dilaksanakan oleh nenek Osano memicu saling menekannya sistem kepribadian tokoh (Akihiro) hingga semakin terbentuk dan seimbangnya Id, Ego, dan Superego tokoh tersebut. Pada umumnya anak yang mendapatkan pola kyouiku mama akan mengalami depresi, tekanan batin atau stress.

Dan dari sisi positif Akihiro menjadi pribadi yang mandiri, pekerja keras, disiplin, meminta maaf ketika bersalah, menghargai tata krama leluhurnya dan menghargai orang yang lebih tua darinya. Dan kedisiplinan merupakan salah satu karakter pemenang yang menghasilkan buah yang manis ke depannya.

Selain itu terdapat juga penelitian oleh Loliek Kania Atmaja (Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015) dengan judul “Analisis Struktural Novel “Sepatu Dahlan”

Karya Krisna Pabhicara”. Dalam jurnal tersebut yang dianalisis adalah unsur intrinsiknya yakni tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang dan gaya bahasa. Analisis struktural mengenai perjuangan hidup Dahlan.

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam penelitian karya sastra, dibutuhkan suatu pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya tersebut.Pendekataan digunakan sebagai landasan berfikir untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, dan memberi arah di dalam penelitian. Dalam penelitian ini, dilakukan pendekatan objektif (struktural) yang akan dikaitkan dengan konsep tema,

(19)

penokohan, alur, dan latar. Pradopo (2002:21) mengatakan bahwa “metode struktural merupakan metode penelitian kritik objektif.Penelitian sastra dengan metode ini berupa penelitian struktur karya sastra dengan kompleksitasnya”. Penelitian makna tiap unsurnya berdasarkan koherensinya dengan setiap unsur lain dalam struktur tersebut. Teew dalam Wiyatmi (2008:89), “struktural memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur dan memahami karya sastra itu sendiri.Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri (alur, karakter, panorama dan titik kisah yang ada dalam karya sastra), bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca”.Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membahas karya tersebut pada setiap unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

Teeuw dalam Siswanto (2008 : 185) menyatakan “analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, detail, dan mendalam mungkin keterkaitan semua analisis aspek-aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh”.Untuk dapat mengetahui kaitan tersebut maka harus mengetahui unsur karya sastra, yang dibahas adalah unsur intrinsik sastra. Atar Semi (1993:35) menyatakan bahwa “unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut, seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur atau plot, pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa”. Semuanya itu merupakan unsur-unsur yang membangun dari dalam.Untuk menganalisis suatu karya sastra maka unsur intrinsik sastralah yang sering digunakan sebelum unsur ekstrinsik.

A. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

(20)

1. Tema

“Unsur tema selalu terkait langsung secara menyeluruh dengan unsur lain.

Tema adalah jiwa dari karya sastra itu, yang akan mengalir ke dalam setiap unsur.

Tema harus dikaitkan dengan dasar pemikiranatau filosofi karya secara menyeluruh.Tema kadang sering tersembunyi dan atau terbungkus rapat pada bentuk. Karena itu pembacaan berulang-ulang akan membantu analisis”

(Edraswara, 2008:53)

2. Tokoh dan Penokohan

Menurut Esten (1990:27) “perwatakan atau penokohan adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita rekaan”. Atar Semi (1993:39-40) “ada dua cara untuk menggambarkan perwatakan tokoh cerita rekaan yaitu secara analitik dan secara dramatis”.

Dalam penggambaran tokoh, pengarang langsung menceritakan atau memaparkan watak tokoh tokohnya, sebaliknya dalam penggambaran tokoh-tokoh secara dramatis pengarang tidak langsung menceritakan watak tokoh-tokohnya.

3. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams,1981:175).

Menurut Hudson (1978:14) “membedakan latar menjadi dua macam, yaitu latar material (fisik) dan latar sosial.Latar fisik berupa benda-benda fisik sperti bangunan rumah, perabotan dan daerah. Latar sosial meliputi cara hidup, adat istiadat, bahasa dan sikap hidup masyarakat yang melatari peristiwa sebuah cerita”.

(21)

4. Alur

Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Sudjiman (1988:30) “menyebutkan bahwa struktur umum alur tersusun dalam tahapan-tahapan awal terdiri dari paparan (exposition), rangsangan (inciting force), dan gawatan (rising action).Tengah meliputi tikaian (conflict), rumitan (complication), dan puncak (climax).Dan dibagian akhir meliputi leraian (falling action), dan selesaikan (denouement)”.Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca.Paparan disebut juga eksposisi, paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.

5. Amanat

Amanat dalam sebuah karya sastra merupakan bagian penting dalam memberi bobot tindakan suatu karya sastra. Dengan amanat inilah yang nantinya akan dipetik oleh pembaca. Menurut Saad (1990:16) menjelaskan bahwa “amanat adalah pemecahan yang diberikan pengarang bagi persoalan utama dalam karya sastra”.

Amanat juga diungkapkan secara implisit dan eksplisit dalam karya sastra.Secara implisit yaitu dilakukan dalam tingkah laku para tokoh dalam cerita tersebut, dan secara eksplisit yaitu apabila dalam akhir cerita pengarang menyampaikan pesan-pesan saran, nasihat, pemikiran dan sebagainya.

Dengan keseluruhan berdasarkan konsep diatas, penulis menggunakan teori pendekatan struktural, dengan menganalisis tema, penokohan, latar, alur, amanat, serta keterkaitan antar unsur yang terdapat dalam novel “Saga no Gabai Bachan”.

(22)

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang masalah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan bentuk struktural, berupa tema, penokohan, latar, alur, dan amanat yang terkandung dalam novel “Saga no Gabai Bachan” karya Yoshichi Shimada .

2. Untuk mendeskripsikan keterkaitan antar unsur tema, penokohan, alur, dan latar yang mendukung satu sama lain dalam novel “Saga no Gabai Bachan”.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian pada novel “ Saga no Gabai Bachan” ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yakni :

1. Untuk memperkaya pengkajian dan mengapresisikan karya sastra, terutama mengenai pendekatan struktural (objektif) dalam suatu karya sastra novel.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang unsur-unsur intrinsik seperti tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat dalam novel

“Saga no Gabai Bachan” karya Yoshichi Shimada.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian dibutuhkan sebagai penunjang dalam melakukan sebuah penelitian.Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yakni metode deskriptif.Metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut.

(23)

Dalam analisis ini, dilakukan pengumpulan data dengan teknik studi kepustakaan (Library Research), yakni mengumpulkan informasi dengan mencari beberapa referensi yang ada di perpustakaan yang berhubungan.Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, dan situs internet. Novel yang digunakan merupakan novel terjemahan yang di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Indah S. Pratidina.

(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “ SAGA NO GABAI BACHAN” KARYA YOSHICHISHIMADA STUDI STRUKTURAL

2.1 Definisi Novel

Novel merupakan bentuk karya sastra sekaligus disebut fiksi.Dalam arti harfiah,

“Novella berarti sebuah “barang baru yang kecil” kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa””, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:59). Novel adalah karya sastra bersifat imajinatif, kreatif mengemas persoalan kehidupan secara kompleks dengan bermacam masalah, bagi pembaca mendapat pengalaman baru tentang kehidupan.

Menurut Aziez dan Hasim (2010:2), “novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan”.Dalam sebuah novel, biasanya pengarang dengan maksimal mengarahkan pembaca kepada macam-macam gambaran realitakehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

Menurut Nurgiyantoro (1995:11), “novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks”. Kehidupan yang ideal, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik seperti plot/alur, penokohan latar dan sudut pandang tentunya bersifat imajinatif.

Setiap karya sastra khususnya novel pasti memiliki unsur pendukung di dalamnya, baik dari unsur dalam karya sastra itu sendiri disebut dengan unsur intrinsik.

Judul dalam novel “Saga no Gabai Bachan”(佐賀のがばいばあちゃん) memiliki pengertian Nenek Hebat dari Saga.Penggunaan kata 佐賀 = Saga (wilayah Kyushu, negara

(25)

Jepang), がばい(gabai)= hebat, ばあちゃん(bachan)= nenek. Sehingga dapat diartikan nenek hebat yang berasal dari Saga.

2.2 Unsur Intrinsik Novel “Saga No Gabai Bachan” Karya Yoshichi Shimada

Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun dan mendukung karya sastra itu sendiri.Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita itu sendiri.Kepaduan dan keselarasan antar unsur-unsur intrinsik ini yang membuat sebuah novel berwujud dan bermakna. Adapun pembentuk yang dibangun oleh unsur intrinsik sebagai berikut :

2.2.1 Tema

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra.Karena sastra adalahhasil refleksi kehidupan manusia, maka tema yang di ungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam.“Tema dapat berupa persoalan etika, moral, agama, sosial dan budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan.Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide, atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul” (Fananie, 2001:84).

Unsur temaberkaitan langsung secara komprehensif dengan unsur-unsur lain. “Tema adalah jiwa dari karya sastra itu, yang akan mengalir ke dalam setiap unsur lainnya.Tema harus dikaitkan dengan dasar pemikiran atau filosofi karya secara menyeluruh.Tema juga sering tersembunyi dan atau terbungkus rapat pada bentuk.Karena itu pembacaan berulang- ulang akan membantu analisis” (Edraswara, 2008:53).

Menurut Brooks dalam Aminuddin (2000:92) bahwa “dalam mengapresiasikan tema suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah

(26)

kemanusiaan serta masalah lain yang bersifat universal”. Tema dalam hal ini tidaklah berada diluar cerita, tetapi didalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar dibalik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut :

1. Memahami latar dalam prosa fiksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.

3. Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.

4. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari setiap peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkannya.

7. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan.

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibacanya serta menyimpulkan dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa upaya pemahaman tema dalam prosa fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian tertentu dalam cerita.Tema sebagai makna pokok pada sebuah karya fiksi tidak disembunyikan karena justru hal inilah yang dilihat dan ditawarkan kepada pembaca. Namun tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita dengan sendirinya akan tersembunyi dibalik cerita yang mendukungnya.

Dalam novel “Saga no Gabai Bachan” memiliki tema yaitu “Nenek Hebat” yang tidak pernah mengeluh. Melalui cara berpikir nenek dalam mengahadapi kehidupan.

(27)

2.2.2 Penokohan

Menurut Esten (1990:27) “perwatakan atau penokohan adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita rekaan”. Atar Semi (1993:39-40) “ada dua cara untuk menggambarkan perwatakan tokoh cerita rekaan yaitu secara analitik dan dramatis”.

Menurut Nurgiantoro (1995:173-174) jenis-jenis tokoh dibagi atas berikut ini:

1. Berdasarkan Segi Peranan dan Tingkat Pentingnya

a. Tokoh Utama, yakni tokoh yang diutamakan penceritanya dalam prosa dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

b. Tokoh Tambahan, yakni tokoh yang permunculannya tidak lebihbanyak dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung.

2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

a. Tokoh Protagonis, yakni tokoh utama yang merupakan pembawa nilai-nilai yang baik untuk pembaca.

b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik (masalah).

Dari sekian banyak tokoh yang ada dalam novel ini, namun akan dibahas beberapa tokoh saja yang secara langsung maupun tidak langasung mempengaruhi tokoh utama yaitu Nenek Osano sebagai tokoh utama.

2.2.3 Latar/Setting

“Latar atau setting disebut juga sebagai tumpuan, mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan” (Abrams,1981:175).

Menurut Hudson (1978:14) “membedakan latar menjadi dua macam, yaitu latar material (fisik) dan latar sosial.Latar fisik berupa benda-benda fisik sperti bangunan rumah,

(28)

perabotan dan daerah. Latar sosial meliputi cara hidup, adat istiadat, bahasa dan sikap hidup masyarakat yang melatari peristiwa sebuah cerita”.

Unsur latar sendiri dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.Ketiga unsur tersebut masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan mempengaruhi dengan yang lainnya.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.

Dalam novel Saga No Gabai Bachan, disebutkan secara garis besar lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah di kota Hiroshima, prefektur desa Saga, dan sekolah.

b. Latar Waktu

Menurut Nurgiyantoro (2007 : 230), ”latar waktu berhubungan dengan masalah

“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Masalah “kapan” biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah”.

Dalam novel Saga No Gabai Bachan, latar waktunya terjadi pada tahun 1958 atau tahun era Showa (abad 20) sampai tahun 1966 atau tahun 41 era Showa.

c. Latar Sosial

Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial di masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam karya fiksi.Cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkupan yang kompleks. Dapat

(29)

berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup cara berpikir dan berperilaku, dan lainnya yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang berangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial dalam novel Saga No Gabai Bachan, yakni tentang keinginan cara pandang seseorang dalam bersikap untuk tidak menyerah dalm menghadapi hidup, sesulit apapun kehidupannya.

2.2.4 Alur

Menurut Aminuddin (2000:83) “alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu-satu, saling berkaitan yang satu dengan lainnya menurut hukum sebab-akibat dari awal sampai akhir cerita”. Satu peristiwaakan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain dan peristiwa yang lain tersebut akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan begitupun seterusnya sampai peristiwa itu berakhir.

Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000 : 84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Exposition, yakni tahapan awal berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta tempat perkenalan dari setiap tokoh pelaku yang mendukung cerita.

b. IncitingForce, yakni ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku tersebut.

c. Rising Action, yakni situasi panas karena para pelaku dalam cerita yang mulai berkonflik.

d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh para pengarangnya.

(30)

e. Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik dalam kadar paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu sendiri.

f. Falling Action, yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita mulai mereda sampai menuju Conclution atau penyelesaian cerita.

Alur menurut Bahrudin, dkk (2006:14) sebagai berikut:

a. Alur Maju (Progresif) yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini ke masa yang akan datang.

b. Sorot Balik (Regresif) yaitu pengungkapan cerita dari sudut peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya atau masa lampau ke masa kini.

c. Alur Campuran yaitu pengungkapan cerita terkadang peristiwa terjadi pada masa kini dan masa lampau, kemudian kembali menceritakan ke masa kini.

Berdasarkan uraian diatas, alur dalam novel Saga No Gabai Bachan adalah alur maju (progresif).Dimulai saat Yoshichi Shimada (Akihiro Tokunaga) mengingatkan sewaktu kecil dulu. Setelah peristiwa pemboman di kota Hiroshima yakni kediaman keluarganya,ia harus tinggal dengan neneknya di sebuah desa di Prefektur Saga selama 8 tahun. Kelanjutan cerita tentang bagaimana pengarang mengadaptasikan dirinya di lingkungan yang jauh dari ibunya dan hidup dengan pola didik nenek yang semakin membentuk karakter dirinya. Dan di akhir cerita novel ini, iamenyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kembali bersama ibunya di kota Hiroshima untuk melajutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA).

2.2.4 Amanat

Amanat dalam sebuah karya sastra merupakan bagian penting dalam memberi bobot tindakan sebuah karya sastra. Amanat inilah yang nantinya akan dipetik dan diambil maknanya oleh pembaca. Menurut Saad (1990:16) menjelaskan bahwa “amanat adalah

(31)

pemecahan yang diberikan pengarang bagi persoalan utama dalam karya sastra. Amanat merupakan pesan yang dibawapengarang untuk dihadirkan dengan keterjalinan setiap kejadian dalam sebuah cerita supaya dapat dijadikan pemikiran maupun bahan perenungan oleh pembaca di kehidupan nyata”.

Dalam novel Saga No Gabai Bachan, amanat yang ingin disampaikan yaknibagaimana kita sebaiknya menjadi mandiri, pekerja keras, saling menolong, patuh kepada orang yang lebih tua, bijaksana, selalu bersyukur dan punya semangat yang tinggi.

2.3 Kajian Struktural dalam Sastra

Dalam menganalisis karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan untuk menganalisis suatu karya sastra.Hal ini berfungsi sebagai patokan dalam menganalisis karya sastra tersebut.Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan objektif atau pendekatan struktural.Telah disebutkan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi banyak perhatian pada karya sastra sebagai sebuah struktur.

Analisis struktural sebuah karya sastra dalam hal fiksi, dapat dilakukan dengan identifikasi, mengkaji juga mendeskripsikan fungsi juga hubungan setiap unsur intrinsik yang berkaitan.Awalnya di identifikasi, dideskripsikan, seperti bagaimana kondisi setiap kejadian plot, tokoh-penokohan, latar, dan sebagainya.

Penggunaan teori objektif (struktural), maka dapat dianalisis unsur-unsur intrinsik dalam novel tersebut.

(32)

2.4 Sekilas Tentang Biografi Pengarang

Yoshichi Shimada lahir di Hiroshima tahun 1950 memiliki nama asli Akihiro Tokunaga. Tinggal bersama ibunya dan abangnya di Hiroshima.Namun, di tahun 17 era Showa (1942) ayahnya meninggal ketika penyakit akibat efek radioaktif sisa dari bom atom pada saat Perang Dunia II di Hiroshima.Hal tersebut mengharuskan ibunya untuk menjadi tulang punggung memenuhi seluruh kebutuhan keluarga. Melihat hal tersebut tidak baik untuk pertumbuhan Akihiro dengan kondisi Hiroshima yang masih kacau balau sisa perang pada waktu itu, maka ia menitipkan Akihiro kepada neneknya di desa kecil bernama Saga paska Perang Dunia II dalam proses pemulihan kembali kota Hiroshima. Desa Saga merupakan tempat Nenek Osano tinggal memiliki kehidupan yang miskin.Selama kurang lebih delapan tahun di Saga, Akihiro mendapatkan pola didik yang membentuk karakter Akihiro supaya lebih baik mulai tahun 1958. Desa Saga, Akihiro melanjutkan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di Saga dengan predikat siswa berprestasi olahraga lari tercepat di daerah tersebutAkihiro diberi kesempatan melanjutkan olahraga atletiknya di kota Hiroshima.

Namun, bagaimana akhirnya ia melakukan debut sebagai kelompok lawak manzai

“B&B”, kemudian menjadi salah satu yang terkenal saat manzai booming di tahun 1980.

Novel Saga no Gabai Bachan merupakan novel yang ditulis sendiri dan terbit tahun 2001.

Acara “Tetsuko no Heya” pada tahun 2003sangat terkenal di Asahi TV yang dipandu oleh Tetsuko Kuroyanagi juga merupakan penulis novel “Totto –Chan : Gadis Cilik di Jendela”.Akhirosebagai bintang tamu dan diperkenankan memperkenalkan novelnya berjudulSaga no Gabai Bachan ini.Sampai saat ini Akhiro berkarya di dunia pertelevisian, panggung dan sebagainya.

(33)

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL DALAM CERITA NOVEL “SAGA NO GABAI BACHAN”

KARYA YOSHICHI SHIMADA

3.1 Sinopsis Cerita Novel “Saga No Gabai Bachan”

Novel Saga No Gabai Bachan ini menceritakan tentang kisah seorang anak laki-laki bernama Akihiro Tokunaga yang hidup bersama neneknya dengan keadaan yang sangat miskin. Tragedi bom atom pertama di Hiroshima membuat ayah Akihiro kehilangan nyawanya terkena akibat dari radiasi bom atom. Akihiro hanya tinggal dengan ibunya yang memiliki usaha bar di Hiroshima.

Suatu hari, Akihiro bersama Ibunya mengantar Bibi Kisako ke stasiun untuk pergi ke Saga.Tak disangka Akihiro didorong ibunya masuk kereta, hingga akhirnya Akihiro ikut dengan bibinya ke Saga. Di sana, Akihiro dititip oleh Bibinya kepada neneknya yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Universitas Saga, SD, dan SMP untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Maka, mulailah cerita perjalanan hidup Akihiro di Saga.

Nenek Akihiro bukan orang yang mudah patah semangat, walaupun hidupnya miskin.Ia memiliki banyak ide dan cara untuk membesarkan cucunya, Akihiro. Misalnya ketika ia berjalan, dengan mengikatkan magnet di belakangnya guna menarik paku atau sampah logam yang bertebaran disepanjang jalan. Paku dan sampah logam yang didapatnya dikumpulkan lalu dijual. Neneknya juga memasang sebatang galah di sungai sehingga benda yang mengalir disungai tersangkut di galah itu. Hasilnya, nenek mendapatkan potongan ranting atau batang pohon, dikeringkan dan nanti digunakan sebagai kayu bakar.

Tak hanya kayu saja, sayuran yang rusak dan busuk tidak laku dijual seperti lobak, timun sawi biasa dibuang ke sungai oleh pedagang dipasar daerah hulu sungai. Para pedagang

(34)

mencuci sayur dagangannya di sungai terkadang ada beberapa yang hanyut terbawa arus sungai sehingga nenek menyebut sungai sebagai supermarket. Menurut nenek “lobak yang berujung dua sekalipun bila dipotong dan di rebus, sama saja dengan yang lain. Timun yang bengkok bila dipotong dan direbus tetap saja timun”. Namun bila tidak ada yang tersangkut di galah, nenek akan berkata supermarket sedang libur dengan ekspresi wajah menyayangkan.

Namun, dalam keadaan apapun nenek selalu ceria.

Akihiro bersekolah di SD Akamatsu di Saga.Tiba saatnya, olahraga Kendo dan Judo menjadi tren disekolahnya.Akihiro pun tertarik untuk mengikuti olahraga ini karena menurutnya hal itu tampak teramat sangat keren.Ada peralatan yang digunakan dan membutuhkan uang.Nenek membatalkan karena terkendala masalah biaya, nenek menyarankan Akihiro untuk olahraga lari.

Setahun sudah sejak kedatangan Akihiro ke Saga.Kemudian tibalah hari festival olahraga. Giliran lomba lari lima puluh meter untuk kelas bawah, berkat saran nenek Osano untuk olahraga lari, Akihiro pun mendapat juara pertama. Walaupun demikian Akihiro yang selalu menjuarai lomba lari di festival olahraga tahunan di sekolahnya, ibunya tak pernah datang menontonnya, meski dengan usaha mengirimkan surat untuk datang kefestival untuk ibunya.

Ketika kelas empat SD, dibalik hidup sederhananya muncul ketertarikannya kepada uang.Arah jalan pulangnya ada satu toko permen yang dilaluinya.Hanya anak dari keluarga beradalah yang dapat mampir kesana.Memakan buah dari pohon tidaklah buruk, tetapi ketika temannya membeli permen, Akihiro pun penasaran dan mencoba permen temannya, dan mereka saling bergantian mengisap permen selama sepuluh detik.Suatu ketika Akihiro ingin ketoko permen dan mengajak temannya, bukannya ada uang mereka, Akihiro pun mengajak teman-temannya untuk mencari sampah logam menggunakan ide dari neneknya yaitu mengikatkan tali kepinggang dengan magnet dibelakannya menyusuri jalan.Setelah terkumpul

(35)

mereka bawa ke toko daur ulang, sebagai hasilnya mereka mendapat masing-masing sepuluh yen dan membeli tokoroten (agar-agar).

Ketika Akihiro masuk SMP, ia bergabung dengan klub baseball. Saat itu, klub baseball terdiri atas 15 orang anak kelas tiga dan 15 orang anak kelas dua. Kecepatan kaki Akihiro patut diakui, ia pun langsung diangkat menjadi pemain tetap klub baseball walaupun masih kelas satu. Saat Akihiro kelas dua dia ditetapkan menjadi kapten timbaseball.

Tak disangka, Nenek Osano dengan semangat tanpa beban membelikannya sepatu Spike termahal ditoko tersebut seharga 2250 yen.Akihiro sangat menyayangi sepatu pemberian neneknya tersebut.

Tahun berganti, hari berlalu semakin cepat. Akihiro mendapatkan kabar gembira yaitu ia diterima di SMA Kouryou di Hirosima sebagai murid penerima beasiswa klub baseball.

Gembira bercampur sedih perasaan Akihiro. Gembira karena ia bisa tinggal bersama ibunya kembali, namun sedih karena harus meninggalkan Saga terutama Nenek. Neneknya memberi saran Akihiro untuk bersekolah di Sekolah Bisnis Saga dengan alasan Neneknya masih belum bisa melepas kepergian cucunya ke Hiroshima yang sudah bersamanya selama 8 tahun.

Tetapi akhirnya Akihiro tetap memilih SMA Kouryou Hiroshima. Akihiro berjanji kepada nenek Osano akan datang setiap liburan musim panas.

3.2 Analisis Struktural Yang Terdapat Dalam Novel “Saga No Gabai Bachan”

KaryaYoshichi Shimada 3.2.1 Tema

Kepindahan Akihiro ke desa Saga dan tinggal dan hidup bersama neneknya, membuat Akihiro harus hidup sesuai dengan didikan neneknya selama delapan tahun.Didikan nenek Osana yang mengajarkan sikap tidak pernah mengeluh terhapat setiap kekurangan yang ada

(36)

dalam setiap kehidupan, bahwa semangat hidup neneknya menjadi pengajaran hidup bagi Akihiro.Maka tema yang diangkat adalah . Dapat kita lihat pada beberapa cuplikan berikut ini :

Cuplikan 1 (halaman 34)

Meski saat itu aku masih kecil,aku mengharapkan akan mendengar kata-kata seperti berikut, “Selamat datang. Kau pasti lapar ya?” atau “Pasti kau sedih karena berpisah dari ibumu, tapi tak usah takut, Nenek akan menjagamu,” dan sebagainya.Akan tetapi, kata-kata yang keluar pertama kali dari mulut Nenek malah, “Ikuti aku.”

Lalu kepada diriku yang masih berdiri termanggu tanpa tahu harus bagaimana, Nenek berkata, “Karena mulai besok Akihiro yang harus menanak nasi, perhatikan baik- baik”.

Analisis :

Berdasarkan cuplikan diatas menujukan bahwa Nenek tidak mau memanjakan Akihiro, hal ini mengarah kepada bagaimana untuk memiliki sifat tidak menyerah dalam hidup, baik dari perkataan dapat dilihat pada kalimat “Selamat datang.Kau pasti lapar ya?” atau “Pasti kau sedih karena berpisah dari ibumu, tapi tak usah takut, Nenek akan menjagamu,” dan sebagainya. Akan tetapi, kata-kata yang keluar pertama kali dari mulut Nenek malah, “Ikuti aku.”, maupun perbuatan seperti dalam kalimat “Karena mulai besok Akihiro yang harus menanak nasi, perhatikan baik-baik.”sesaat ia sampai dirumah Neneknya.

Cuplikan 2 (halaman 41)

Ketika Nenek sudah didalam dan sedang melepaskan tali dari pinggang, aku pun melihat kebelakangnya. Setelah itu, aku pun tak tahan lagi untuk bertanya, “Nek,itu apa ?”

“Magnet,” jawab Nenek sambil memperlihatkan ujung akhir tali.

(37)

Dan diujung tali itu memang tampak ada magnet yang terikat disana.Lalu di magnet tersebut menempel paku ataupun sampah logam lainnya.

“sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan. Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya.”

“Menguntungkan ?”

“Kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya. Benda yang jatuh pun kalau kita sia-siakan, bisa dapat tulah”

Analisis :

Berdasarkan cuplikan diatas, Nenek mengajarkanuntuk tidak mengeluh dalam menjalani hidup.Semangat dan ide yang dibuat oleh Nenek seperti pada kalimat “sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan.Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya.” “Menguntungkan ?”“Kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya.Benda yang jatuh pun kalau kita sia-siakan, bisa dapat tulah”.

Cuplikan 3 (halaman 184)

Saat pulang, dengan takut-takut, aku melaporkan seluruh kejadian kepada Nenek.

“Lalu?”

“Yah, aku disuruh mengganti papan tulisnya.”

“Tentu saja!”

“Maaf.”

“Apa yang kaupikirkan ?Dasar bocah bandel!”

“Aku benar-benar minta maaf.”

(38)

Saat itu aku sungguh-sungguh menyesali perbuatanku.Selama beberapa saat Nenek hanya diam, kemudian ketika mulutnya kembali terbuka, Nenek berkata dengan nada bicara tenang.

“Yang sudah terjadi tak dapat diubah lagi.Baiklah.Kita ganti saja.Bawa pulang papan tulis yang sudah kau rusakkan itu.”

“Hah?”

“Aku akan belikan yang baru.Karena itu kita ambil saja yang lama.”

“Tapi…”

“Cepat minta papan tulis itu!”

Analisis :

Berdasarkan cuplikan diatas menunjukan bahwa untuk tidak mengeluh dan mencari jalan keluar untuk setiap kesalahan yang kita hadapi dengan rasa bertanggung jawab. Dialog diatas menceritakan bahwa, kesalahan yang kita perbuat haruslah dipertanggung jawabkan.

Dapat dilihat pada dialog Nenek “Yang sudah terjadi tak dapat diubah lagi. Baiklah.Kita ganti saja.Bawa pulang papan tulis yang sudah kau rusakkan itu.”

3.2.2 Penokohan

Penokohan dalam cerita ini, cukup memiliki banyak tokoh, namun yang akan dianalisa hanya Nenek Osano, Akihiro, Ibu Yoshiko dan Bibi Kisako saja.

1. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya :

A. Tokoh Utama

(39)

Nenek Osano menjadi tokoh utama dalam cerita ini terlihat jelas melalui judul novel tersebut “Saga no Gabai Bachan” atau “Nenek hebat dari Saga” “walaupun rangkaian cerita yang dibangun dalam novel adalah Akihiro namun gambaran darikepribadiannya adalah cerminan dari Nenek Osano sendiri

Berdasarkan cerita dalam novel, sifat tokoh Nenek Osanoadalah seorang yang pekerja keras,bijaksana, suka menolong dan tidak pernah mengeluhsebagai berikut

Cuplikan 1 (halaman 40-41)

“Aku pulang.”

Masih diiringi bunyi klangklang, Nenek berkata begitu dengan wajah tak bersalah sambil masuk melalui pintu depan.

Ketika Nenek sudah di dalam dan sedang melepaskan tali dari pinggang, aku pun melihat kebelakangnya. Setelah itu, aku pun tak tahan lagi untuk bertanya, “Nek, itu apa?”

“Magnet,” jawab Nenek sambil memperlihatkan ujung akhir tali.

Dan diujung tali itu memang tampak ada magnet yang terikat disana.Lalu magnet tersebut menempel paku ataupun sampah logam lainnya.

“Sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan.Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya.”

Analisis :

Dalam cuplikan diatas karakter nenek yang pekerja keras bisa kita lihat.Nenek yang bekerja di Universitas Saga dan sekolah dasar juga sekolah menengah yang terafiliasi dengannya. Tugas untuk membersihkan kantor sehingga harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulang disiang hari. Untuk menuju kesana, selama berjalan Nenek juga mencari uang dengan mengumpulkan sampah logam yang menempel dimagnet lalu dijual.

(40)

Cuplikan 2 (halaman 171)

Raporku dinilai bagus ataupun buruk, tentunya tergantung siapa yang melihatnya.Namun ketika aku berkata kepada Nenek, “Maaf ya, lebih banyak satu dan dua- nya.”

Nenek berkata sambil tertawa, “Tidak masalah, tidak apa apa. Satu dan dua kalau ditambahkan bakal jadi lima.”

“Memangnya rapor boleh ditambah-tambah begitu ya?” tanyaku kemudian.

Yang dijawab Nenek dengan wajah serius dan kata-kata singkat, “Hidup itu gabungan dari berbagai kekuatan.”

Analisis :

Cuplikan diatas menjelaskan nenek adalah ceria bijaksana, ia tidak lantas memarahi Akihiro dengan nilainya yang jelek, ia justru memotivasi Akihiro dengan candaan, namun Nenek juga memberikan nasehat kepada Akihiro.

Cuplikan 3 (halaman 198-199)

“Permisi.”

Ketika datang kerumah, sepupu Nenek, Sanrou-san, selalu membawa serta bungkusan kain besar. Lalu sambil melebarkan bungkusan kain tersebutuntuk memperlihatkannya kepada kami, dia akan berkata, “Hari ini, begitu kain ini selesai dijahit, aku akan membawanya dan mendapatkan uang sepuluh ribu yen di akhir bulan.”

……….

“Tolong pinjami aku uang lima ribu yen, akan ku kembalikan diakhir bulan.”

(41)

Pertama kali mendengar permintaanya, aku tak dapat mempercayai telingaku sendiri.

Tak kusangka ada orang yang bakal datang kerumah ini untuk meminjam uang!

Nenek akan membuka nagamochi beremblemnya, lalu seolah tidak ada masalah apa- apa, memberikan uang lima ribu yen kepada Sanrousan-san.”Kapan saja, tidak apa-apa.”

Analisis :

Melihat dari kondisi yang Nenek dan Akihiro yang bisa dibilang miskin.Namun ada saja orang yang datang untuk meminjam uang kepada Nenek.Nenek tak lantas menolak.Dapat dilihat pada kalimat Nenek akan membuka nagamochi beremblemnya, lalu seolah tidak ada masalah apa-apa, memberikan uang lima ribu yen kepada Sanrousan-san.”Kapan saja, tidak apa-apa.”Menunjukan bahwa Nenek suka menolong. Dengan cuplikan diatas juga nenek mempunyai sifat penyabar, karena dibalik kesusahannya, ia tidak lupa untuk membantu orang lain.

B. Tokoh Tambahan

1. Akihiro

Berdasarkan cerita dalam novel, sifat tokoh Akihiro adalah seorang yang penurut, mempunyai semangat yang tinggi, juga mau menolong, cuplikannya sebagai berikut :

Cuplikan 1 (halaman 37)

Selain itu, ada satu hal penting yang Nenek ajarkan kemarin.Hal pertama yang Nenek lakukan setelah nasi tanak adalah mempersembahkannya ke hadapan Budha.

“Mulai besok, Akihiro yang akan menyiapkan nasi.Nanmandabu, nanmandabu…,”

ucapnya melaporkan. Sesuai ajaran yang ku dapat kemarin, aku pun menyalakan api di tungku dan menanak nasi. Akan tetapi, entah apa yang salah, nasi buatanku keras sekali.

(42)

Bagian atasnya memang keras seperti tidak matang, tapi anehnya bagian dasarnya bahkan ada yang gosong.Meski begitu, karena tidak ada pilihan lain, aku pun mempersembahkan nasi keras itu ke hadapan Budha. Lalu seperti yang diajarkan Nenek, aku mempertemukan kedua telapak tangan kemudian merapal, “Nanmandabu, nanmandabu…”

Setelah itu aku pun sarapan sendirian.Aku langsung kangen nasi putih hangat yang ditanak Ibu dengan dandang.Padahal baru kemarin pagi aku sarapan dengan nasi buatan Ibu, tapi rasanya sudah lama sekali tidak ku nikmati.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dilihat bahwa Akihiro mempunyai sifat penurut dengan tetap berusaha untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Nenek Osano. Meskipun apa yang dilakukannya berhasil atau tidak tetapi Akihiro tetap melakukannya. Nenek Osano sebagai tukang bersih-bersih sekolah setiap harinya harus berangkat pukul empat pagi dan kembali pukul sebelas. Kebiasaan Nenek yakni menyembah sang Budha dengan mempersembahkan nasi tanak, diajarkan juga kepada Akihiro.

Cuplikan 2 (halaman 109-110)

Ketika hari Minggu tiba, lima-enam orang datang berkumpul di area kuil.Sepertinya mereka anak-anakyang juga tidak mendapatkan jatah uang saku.

“Jadi mengerti ya, kita berjalan sambil mengenakan ini.”

“Apa ini?.”

Aku membagikan magnet dan tali kepada teman-temanku yang masih melongo kebingungan.

Betul sekali, aku telah memutuskan untuk meminjam ide Nenek.

Klang klang klang klang…

(43)

Langsung saja, semua anak mulai berjalan sambil menyeret magnet dibelakang mereka.Kami sangat terkejut ketika mendapati begitu banyak paku yang tersangkut pada magnet kami.

Analisis:

Cuplikan diatas diatas menceritakan bagaimana keinginan Akihiro untuk bisa membeli sesuatu ditoko permen, namun ia tidak memiliki uang. Namun ambisinya yang kuat yang menjadi dasar untuk dapat mendapatkan sesuatu membuat Akihiro mencari solusi dengan meminjam ide nenek, yaitu mencari sampah logam dan menjualnya. Walaupun tidak ada tokoh nenek yang beradegan di cuplikan ini. Namun ide nenek yang yang digunakan Akihiro secara tidak langsung bahwa nenek Osano sendiri berperan dalam kehidupan Akihiro.

Cuplikan 3 (halaman 228-229)

Kemudian Kubo menjelaskan dengan suara nyaris tidak terdengar,”Ibuku masuk rumah sakit. Lalu karena kami butuh uang untuk perawatan Ibu, aku menggunakan uang tabunganku untuk itu”

………..

Akupun memanggil para anggota klub dan mengadakan pertemuan.

“Begini, aku juga kurang jelas bagaimana detailnya, tapi sepertinya Kubo ternyata tidak menabung selama ini.”

“Apa?”

“Jadi, kira-kira kalian mau bekerja paruh waktu bersama dan mengumpulkan uang trip untuk Kubo, tidak?”

“Baiklah, kalau begitu, ayo kita sama-sama batu Kubo pergi!”

(44)

Teman-teman pun menerima usulan dariku dan masing-masing mulai bekerja paruh waktu.

Analisis :

Berdasarkan cuplikan diatas menunjukan bahwa tokoh Akihiro memiliki sifat yang suka menolong. Dimana Akihiro menolong temannya yang tidak bisa ikut darmawisata karena ibunya yang sedang sakit, dan uang yang menjadi kendalanya, sehingga Akihiro sendiri yang turun tangan memberitahu kawannya yang lain untuk membantu Koba.

2. Bibi Kisako

Cuplikan 1 (halaman 21)

Adik perempuan ibu yang bernama Bibi Kisako datang dari Saga.Karena memang bersaudara, Bibi Kisako sangat mirip dengan Ibu.Bibi dengan segera menggantikan peran Ibu yang sangat sibuk.Dia mengajakku pergi keberbagai tempat, bahkan terkadang membersihkan telingaku sambil membiarkanku merebahkan kepala di pangkuannya.Tak butuh waktu lama, aku pun segera lengket dengan Bibi Kisako

Analisis :

Cuplikan diatas mewakili bahwa Bibi Kisako memiliki karakter yang baik dan keibuan.Cara Bibi Kisako memperlakukan Akihiro sebagai anak sendiri, sehingga timbul rasa nyaman Akihiro terhadap Bibi Kisako sehingga semakin akrab hubungan Akihiro dengan Bibi Kisako.

(45)

3. Ibu Yoshiko (Ibu Akihiro)

Cuplikan 1 (halaman 19)

Setelah ditinggal mati oleh Ayah, Ibu membuka usaha bar di Hiroshima untuk membesarkan aku dan abangku.

Di malam-malam menanti Ibu pulang, aku sungguh merasakannya panjang, sepi sehingga aku cuma bisa menangis dan merepotkan abangku.

Cuplikan 2 (Halaman 132)

Nah, karena hanya bisa bertemu setahun sekali, aku dan ibuku berkomunikasi lewat surat menyurat. Kalau aku menulis,”Aku butuh barang ini, jadi tolong kirim ya,” sudah pasti hanya separuh surat yang dikabulkan, sedangkan separuhnya lagi tidak.Dari kenyataan ini, aku dapat merasakan kasih sayang sekaligus kesusahan Ibu.

Cuplikan 3 (halaman 140)

Ditahun aku duduk di kelas lima, Ibu menutup usaha barnya dan bekerja dirumah makan Cina besar yang ternama di Hiroshima. Dia bahkan sampai diangkat sebagai kepala pelayan di sana. Mungkin karena bawaan pekerjaannya, Ibu selalu berpenampilan rapi. Dia tipe orang yang langsung dapat membuat mata orang lain berhenti padanya.

Analisis :

Dari 3 cuplikan diatas disimpulkan Ibu memiliki karakter pekerja keras, dimana Ibu membuka usaha bar semenjak ditinggal suaminya, pertemuan dengan anaknya Akihiro setahun sekali dikarenakan sibuk bekerja, sampai mencari pekerjaan baru sebagai pelayan, namun karena kerja kerasnya ia diangkat sebagai kepala pelayan di rumah makan tersebut.

(46)

2. Berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh :

a. Tokoh Protagonis : Akihiro, Nenek Osano, Bibi Kisako, Ibu Yoshiko

b. Tokoh Antagonis : Tidak adanya tokoh antagonis karena semua tokoh diperankan dengan tokoh protagonis. Karena setiap cerita dari tokoh utama dan tambahan diperankan dengan sisi protagonis dan mempunyai unsur nilai yang baik, sehingga tidak terdapat tokoh antagonis dalam novel ini.

3.2.3 Latar/ Setting 1. Latar Tempat

Akihiro yang lahir di Hiroshima bersama dengan orang tua dan abangnya.Namun semenjak ayahnya meninggal karena peristiwa bom atom di Hiroshima.Hanya ibunya yang membesarkan mereka.Karena kondisi Ibunya yang sibuk bekerja, hal ini memaksakan Akihiro untuk tinggal di sebuah desa di Saga bersama Neneknya selama delapan tahun.Semenjak SD hingga lulus SMP, Akihiro bersekolah di Akamatsu. Secara garis besar latar tempat dalam novel ini adalah kota Hiroshima, Prefektur Saga, dan sekolah.

Cuplikan 1 (halaman 15)

Ayah dan ibuku tinggal di Hiroshima setelah mereka menikah. Namun karena situasi perang yang begitu berat, mereka pun mengungsi untuk hidup dikampung halaman ibuku, di Saga.

Mendengar berita ini, karena mencemaskan rumah kami, Ayah pergi Hiroshima sendirian seminggu kemudian, untuk mengecek keadaan disana.

(47)

Cuplikan 2 (halaman 16-17)

Di Hiroshima, saat itu tingakat radiotivitas bom atom masih teramat tinggi sehingga Ayah terkena pengaruh radiasi dan akibatnya mengidap penyakit.

Karena itulah, saat aku dilahirkan, ayah sudah menjadi orang yang berpenyakitan yang hanya bisa tergeletak di tempat tidur.

Analisis :

Dilihat dari cuplikan diatas, Hiroshima adalah tempat ketika Akihiro masih kecil.

Mulai dari Ayah dan ibunya menikah, Akihiro dilahirkan sampai ketika ayahnya meninggal.

Dapat disimpulkan latar tempat tersebut adalah di Hiroshima.

Cuplikan 4 ( halaman 51- 52)

Kota tempat rumah nenekku berada ternyata secara tak terduga masuk dalam kawasan Istana Saga.

Waktu pertama tiba di Saga aku sangat terperanjat melihat betapa kampung dan terpencilnya tempat ini. Tapi rupanya didaerah sinilah pusat aktivitas kota. Sungai didepan rumah Nenek yang disebutnya sebagai sungai supermarket pun, merupakan cabang sungai Tafuse yang alirannya, bersambung dengan parit istana.

Analisis :

Dari cuplikan diatas rumah Nenek Osano berada di sebuah kota kecil bernama Saga yang terletak di Prefektur Saga Jepang, dimana terdapat sungai didepan rumah Nenek.

Disimpulkan bahwa latar tempat tersebut adalah rumah Nenek di Saga.

(48)

Cuplikan 5 (halaman 52)

Sekolah yang menjadi sekolah baruku, Sekolah Dasar Akamatsu, berada didalam kompleks reruntuhan istana tepat setelah melewati gerbang sachi tadi.Sebagai kelas untuk murid-murid yang lebih kecil kini digunakan ruang minum teh tua yang dulunya merupakan bagian istana tersebut.

Analisis :

Sekolah Dasar Akamatsu yang berada dalam reruntuhan istana desa Saga. Juga kalimat

“ kelas untuk murid-murid yang lebih kecil”. Dapat disimpulkan bahwa latar tempat yang digunakan adalah sekolah.

2. Latar Waktu

Cuplikan 1(halaman 15)

Tanggal 6 Agustus tahun 20 era Showa. Bom atom pertama yang dijatuhkan di muka bumi mendarat di Hiroshima.

Analisis :

Latar waktu dalam novel Saga no Gabai Bachan adalah tahun 1958 atau tahun era Showa sampai tahun 1966 atau tahun 33 era Showa.

3. Latar sosial

Nenek Osano yang berperan sebagai seorang nenek di rumah juga menjadi petugas bersih–bersih di lingkungan sekolah sebagai pekerjaannyadi universitas Saga juga sekolah SD dan SMP di kota Saga. Nenek Osanotermasuk tokoh yang dituakan dan dihormati di

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menarik kesimpulan bahwa novel “ Saga No Gabagai Baachan ” karya Yoshichi Shimada yang menjadi objek kajian skripsi ini adalah novel nonfiksi yang berbentuk novel

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus membahas kondisi psikologis dari tokoh utama berupa analisis terhadap

orang Greek untuk merujuk kepada ilmu yang mengkaji sistem tanda dalam kehidupan manusia.Menurut Zaimar (2004: 13), semiotik adalah ilmu tentang tanda atau lambang,

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus membahas kondisi psikologis dari tokoh utama berupa analisis terhadap

Moral pada sebuah karya sastra biasanya dilihat dari segi etika dan kenyakinan,. sehingga teori ini cenderung menjerumus kepada segi-segi

Bushido merupakan kode etik yang digunakan oleh samurai namun seiring dengan berjalannya waktu meluas hingga menjadi tradisi pada masyarakat Jepang. Nilai-nilai

Bushido merupakan kode etik yang digunakan oleh samurai namun seiring dengan berjalannya waktu meluas hingga menjadi tradisi pada masyarakat Jepang. Nilai-nilai

Simpulan penelitian ini; 1 Novel Gedhong Setan karya Suparto Brata memiliki unsur intrinsik meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, bahasa, dan sudut pandang; sedangkan unsur