• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT (6)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT (6)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

1. Bunga Ayu Ferdiyanti (09021381722108) 2. Muhammad Fajar Diputra (09021381722120)

3. Rezki Adina (09021381722142)

Dosen Pengampu : DR. IR. Zachruddin Ramli Samjaya, M.P.

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

(2)

I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia wajib untuk mempelajari, menghayati, mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap bidang kehidupan.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia. Nilai pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari dari budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan memberikan indentitas, maka pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai falsafah adalah wajar.

Pancasila sebagai ajaran falsafah, pancasila mencerminkan nilai-nilaidan pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas fundamental dalam kesemestaan itu mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang religious.

Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?

2. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?

3. Apa alasan diperlukannya kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?

4. Sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ?

(3)

6. Apa efesiensi dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui apa itu Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

2. Mengetahui konsep dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

3. Mengetahui alasan diperlukannya kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

4. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

5. Mengetahui dinamika dan tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

6. Mengetahui efesiensi dan urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

II. Pembahasan

1. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat dapat berupa jati diri bangsa Indonesia

sebagai konteksnya, misal pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.

a. Pancasila sebagai Jati diri bangsa Indonesia

Pancasila pada hakikatnya merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsut-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai Pancasila sudah ada dan hidup sejak zaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utamanya yaitu:

 Nlai-nilai yang bersifat fundamental, unicersal, mutlak dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci.

 Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya mastarakat.

b. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem

(4)

c. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu keratuan peradaban, dalam arti setiap sila meruapakan unsur dari kesatuan Pancasila. Ileh karena itu, Pancasila meruapak suatu ksatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri senrdiri, terlepas dari saila-sila lainnya. Disamping itu, diantara sila satu dengan yang lain tidak saling bertentangan.

d. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarki Dan Berbentuk Piramidal

Hirarki dan Poramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sidarnya dari sila-sila sebelumnya. Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu: Tuhan, Manusia, satu, Rakyat, Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat bangsa Indonesia. Dengan demikianlah sila pertama adalah sifat dan keadaan negra harus sesuai dengan hakikat Tuhan: sila dedua bersifat dan keadaan negera harus sesuai dengan hakikat manusia, sila keriga sifat dan keadaan negara harus satu, sila keempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat, dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakiat adil.

e. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling Mengkualifikasi.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkis Piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasikan oleh keempai sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila-sila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut: “SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA ADALAH BERKEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, BERPERSATUAN INDONESIA, BERKERAKYATAN YANG

DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM

PERMUSYAWARATAN /PERWAKITAN DAN BERKEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.

(5)

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang salingberhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifkasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satubagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.

filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah filsafat berasaldari Bahasa !unani yaitu Philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu Philos "cinta” atau

Philia "persahabatan, tertarik kepada dan Sophos "hikmah, kebijaksanaan,pengetahuan, keterampilan, intelegensi. Jadi secara etimologi, filsafat berarti cintakebijaksanaan atau kebenaran "Love of Wisdom” Orangnya disebut filosof yangdalam bahasa 'rab disebut

Failasuf. Dalam artian lain filsafat adalah pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki "hikmat,kebijaksanaan” karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik,yang dijadikan pandangan hidup " filsafat hidup, Weltanschauung. Berbagai tokoh ajaran terbaik mereka dari berbagai bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagaiajaran terbaik mereka yang dapat berbeda antar ajaran filsafat , karena itulah berkembang berbagai aliran filsafat materialisme, idealisme, spiritualisme, realisme, dan berbagai aliran modern, rasionalisme, humanisme, individualisme,liberalisme, kapitalisme, marxisme-komunisme, sosialisme dll.

Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah :

Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heranmerupakan asal dari fi lsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki dan mempelajari.

Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yangakan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untukmenemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.

Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat

jika iamenyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama biladibandingkan dengan alam sekelilingnya. kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yangtdak terbatas.

(6)

konkrit (manusia,binatang,alamdll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup). Pancasila mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut: Pancasila sebagai Dasar Negara, Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional, Pancasilasebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia, Pancasila sebagai Sila dan Kepribadian Bangsa Indonesia,Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia, Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pancasilasebagai Pemersatu Bangsa.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif

Nilai-nilai objektif Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :

1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat – sifat yangumum, universal dan abstrak. karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai. 2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya sejak

jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masayang akan dating, untuk bangsa Indonesia

boleh jadi untuk negara lain

yang secara eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tatahidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.

3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehinggamerupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. oleh karena itu hierarki suatu tertib hukum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup negara. Sebaga konsekuensintajikalau nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya dengan membubarkan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

Sedangkan Nilai-nilai Subjektif sistem Filsafat Pancasila adalah sebagai berikut : Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri

Nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila merupakan hasil dari pemikiran,panilaian, dan re;eksi filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Selagi pancasila berbeda denagn ideologi – ideologi lain karena isi pancasila diambil dari nilai budaya bangsa dan religi yang

telah melekat

erat,sehingga jika pancasila adalah jika bangsa Indonesia sendiri,sedangkan ideologi lain seperti liberalis, sosialis, komunis, dan lain sebagainya merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.

(7)

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligusmenjadi cermin jati diri

bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas

kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter manusia yang profesional dan bermoral. Hal tersebut dikarenakan perubahan dan infiltrasi budaya asing yang bertubi-tubi mendatangi masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan dan teknologi, melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila diselenggarakan agar masyarakat tidak tercerabut dari akar budaya yang menjadi identitas suatu bangsa dan sekaligus menjadi pembeda antara satu bangsa dan bangsa lainnya.

Selain itu, dekadensi moral yang terus melanda bangsa Indonesia yang ditandai dengan mulai mengendurnya ketaatan masyarakat terhadap norma- norma sosial yang hidup dimasyarakat, menunjukkan pentingnya penanaman nilai-nilai ideologi melalui pendidikan Pancasila.

Dalam kehidupan politik, para elit politik (eksekutif dan legislatif) mulai meninggalkan dan mengabaikan budaya politik yang santun, kurang menghormati fatsoen politik dan kering dari jiwa kenegarawanan. Bahkan, banyak politikus yang terjerat masalah korupsi yang sangat merugikan keuangan negara. Selain itu, penyalahgunaan narkoba yang melibatkan generasi dari berbagai lapisan menggerus nilai-nilai moral anak bangsa.

Korupsi sangat merugikan keuangan negara yang dananya berasal dari pajak masyarakat. Oleh karena terjadi penyalahgunaan atau penyelewengan keuangan negara tersebut, maka target pembangunan yang semestinya dapat dicapai dengan dana tersebut menjadi terbengkalai.

Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya Pancasila diselenggarakan di perguruan tinggi untuk menanamkan nilai-nilai moral Pancasila kepada generasi penerus cita-cita bangsa. Dengan demikian, pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain:

(8)

2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,

3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional, 4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,

(9)

4. Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sumber Historis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah menjadi pendapat umum

(common-sense) adalah “Sejarah merupakan guru kehidupan”. Implikasinya, pengayaan

materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting dan tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari. Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain. Dengan pendekatan historis, Anda diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program studi masing-masing. Selain itu, Anda juga dapat berperan serta secara aktif dan arif dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dapat berusaha menghindari perilaku yang bernuansa mengulangi kembali kesalahan sejarah.

(10)

Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).

Sumber Politis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar Anda mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal.

(11)

5. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sebagaimana diketahui, pendidikan Pancasila mengalami pasang surut dalam pengimplementasiannya. Apabila ditelusuri secara historis, upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang. Namun, bentuk dan intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman. Pada masa awal kemerdekaan, pembudayaan nilai-nilai tersebut dilakukan dalam bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar yang disiarkan melalui radio dan surat kabar. Kemudian, pada 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi Pidato Bung Karno tentang Lahirnya Pancasila. Buku tersebut disertai kata pengantar dari Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat yang

sebagaimana diketahui sebelumnya, beliau menjadi Kaitjoo (Ketua) Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan).

Perubahan yang signifikan dalam metode pembudayaan/pendidikan Pancasila adalah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada 1960, diterbitkan buku oleh Departemen P dan K, dengan judul Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civics). Buku tersebut diterbitkan dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan. Selain itu, terbit pula buku yang berjudul Penetapan Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi, pada tahun 1961, dengan penerbit CV Dua-R, yang dibubuhi kata pengantar dari Presiden Republik Indonesia. Buku tersebut nampaknya lebih ditujukan untuk masyarakat umum dan aparatur negara.

Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

(12)

6. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan

Setiap warga negara sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikannya harus memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan, penghargaan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Lebih-lebih, para mahasiswa yang notabene merupakan calon-calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa harus memiliki penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila karena akan menentukan eksistensi bangsa ke depan. Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi ini berlaku untuk semua jurusan/program studi, sebab nasib bangsa tidak hanya ditentukan oleh segelintir profesi yang dihasilkan oleh sekelompok jurusan/program studi saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab semua bidang.

Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan perundang-undangan. Orang yang bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian, pemahaman, penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih baik daripada warga negara yang lain karena merekalah yang akan menentukan meresap atau tidaknya nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang disusun/dibentuknya. Contoh lainnya, lulusan/output dari program studi energi di kemudian hari akan menentukan kebijakan tentang eksplorasi, eksploitasi, industrialisasi, dan distribusi energi dijalankan. Begitu pula dengan lulusan/output dari program studi perpajakan yang akan menjadi pegawai pajak maupun bekerja di bidang perpajakan, mahasiswa lulusan prodi perpajakan dituntut memiliki kejujuran dan komitmen sehingga dapat

memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat bekerja secara baik dan benar.

(13)

akan menjadi inti pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis, dan sebagainya.

Dengan demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa amat penting, tanpa membedakan pilihan profesinya di masa yang akan datang, baik yang akan berprofesi sebagai pengusaha/entrepreneur, pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua lapisan masyarakat memiliki peran amat menentukan terhadap eksistensi dan kejayaan bangsa di masa depan.

III.

PENUTUP

Kesimpulan

Filsafat ialah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dan berpikir sampai ke akar-akarnya dengan sungguh-sungguh tentang hakikat sesuatu.

Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.

Susunan Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, yaitu Unsur-unsur hakikat manusia.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

http://how-bee.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-pancasila-sebagai.html

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “ Pengetahuan dan Sikap ibu Hamil Trimester III terhadap Pencegahan Anemia Defisinesi Zat Besi di Klinik Cahaya Kecamatan

al, paradigm pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikan agama Islam di sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.75-80.. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi

“Dalam perencanaan mema ng semuanya harus jelas, karena di RPP itukan menyangkut apa-apa yang akan kami lakukan dalam pembelajaran, walaupun nantinya dalam proses tidak

Based on the results and discussion that has been obtained, it can be concluded that: The process of application of learning models of children learning in

This paper will explain the characteristics of multiple representation (PPMB-MR ) based mechanics subject program that can develop students' ability in constructing

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui varian konsentrasi elektrolit lumpur aktif manakah yang menghasilkan beda potensial terbesar

40 Di samping itu, keyakinan self-efficacy juga mempengaruhi cara atas pilihan tindakan seseorang, seberapa banyak upaya yang mereka lakukan, seberapa lama mereka akan

Bahan ajar dirancang dengan memperhatikan keterhubungan representasi kimia antara level maksroskopik, submikroskopik dan simbolik di dukung dengan adanya mode