• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi bermain anak usia sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Terapi bermain anak usia sekolah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane ). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi anak–anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak mencobakan gagasan–gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakan berbagai persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan – persoalan mereka. Melalui permainan menyusun balok misalnya anak – anak belajar menghubungkan ukuran suatu obyek dengan lainnya. Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil. Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal – hal yang lebih kecil.

Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima.

(2)

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum:

Mahasiswa dapat memahami tentang isi proposal ini yaitu terapi bermain pada anak usia 6 tahun sampai 12 tahun.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan anak

b. Mahasiswa dapat memahami konsep bermain pada anak

c. Mahasiswa dapat menerapkan konsep permainan pada anak usia 6 tahun sampai 12 tahun

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan pengamatan hasil penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Konsep Tumbuh kembang yang terdiri dari Pengertian Tumbuh Kembang, Ciri Proses Tumbuh Kembang, Prinsip Tumbuh Kembang, Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Teori Tumbuh Kembang dan Konsep Bermain yang terdiri dari Pengertian Bermain, Metode Bermain, Tahapan Perkembangan Bermain, Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak, Pedoman untuk Keamanan Bermain, Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi. BAB III : Program Bermain Anak Usia Sekolah

(3)

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Tumbuh Kembang

2.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bias diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses kematangan (Soetjiningsih, 1995).

Whaley dan Wong dalam Supartini (2004), mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran.

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang. Tumbuh kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu faktor herediter dan faktor lingkungan. Manusia dalam tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kondisi:

(4)

2.1.2 Ciri Proses Tumbuh Kembang

Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan 2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses

tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda

3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya

4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ

2.1.3 Prinsip Tumbuh Kembang

Prinsip tumbuh kembang menurut Potter dan Perry (2005)

1. Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu 2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus

dalam pola sebagai berikut :

- Cephalocaudal, pertumbuhan berlansung terus menerus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh

- Proximodistal., perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal) tubuh ke arah luar tubuh (distal)

- Differentiation, ketika perkembangan berlangsung terus yang mudah ke arah yang lebih kompleks

(5)

2.1.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) 1. Motorik

Lebih mampu menggunakan otot-otot kasar daripada otot –otot halus. Misalnya loncat tali, badminton, bola volly, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan.

2. Sosial emosional

Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat berperan untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarga sehingga peran guru sangatlah besar.

3. Pertumbuhan fisik

BB meningkat 2-3 Kg/tahun dan TB meningkat 6-7 cm/tahun.

2.1.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Faktor herediter

Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetic ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan asia termasuk indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.

(6)

1) Lingkungan internal

Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon gonadotropin ini akan menyebakan terhambatnya perkembangan seks.

(7)

Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam keluarga juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi, maupun sosial.

3) Faktor pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang. Diharapkan tumbang anak dapat dipantau. Sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam perkembangannya. Anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya. 2.1.6 Teori Tumbuh Kembang

Tahapan perkembangan :

Industry Vs Inferiority (School age, 6 – 11 tahun)

1. Anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian

2. Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior

3. Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan tugas, mengembangkan kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas yang nyata

Teori perkembangan Piaget

Jean Piaget lebih menekankan kepada perkembangan kognitif atau intelektual. Piaget menyatakan perkembangan kognitif berkembang dengan proses yang teratur dengan 4 urutan/tahapan melalui proses ini:

1. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi baru dengan mengunakan mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap dirinya dan duania disekitarnya

(8)

3. Adaptasi, merupakan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan 2.2 Konsep Bermain

2.2.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, memersiapkan diri untuk berperan dan menjadi dewasa. (Aziz Alimul Hidayat,2008).

Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane, 1983 ).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan ( Foster, 1989 ). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.

(9)

menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima.

Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat untuk mengurangi rasa stress anak, yaitu:

1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu bermain bemain spontan yang tidak terstruktur.

2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk tujuan tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan

3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan intervensi yang sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk memberikan pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini merupakan komponen penting pendekatan psikososial untuk merawat anak.

Sasaran Usia Sekolah ( 6-12 tahun )

Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak. Tekanan sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang semakin tinggi membuat anak harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua menuntut anak untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi kapasitas anak untuk dapat mencapainya. Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi anak salah satunya dalam proses belajar anak sulit berkonsentrasi, perstasi anak menurun bahkan motivasi anak untuk belajar menurun. Berbagai keluhan tersebut merupakan sebagian kecil keluhan rutin yang kerap disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang bahakan orang tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terlalu senang bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain, mereka bisa belajar lebih banyak lagi. Usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.

2.2.2 Metode Bermain

(10)

alat-alat di sekitar kita bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola, lompat tali, kertas origami, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan menggunakan alat sesuai dengan keinginan anak.

Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton film dan diskusi dapat membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.

Acara pementasan juga dapat menjadi salah satu pilihan yang sangat efektif untuk membentuk kerja sama anak, mengekspresikan diri, dan anak dapat memberikan apresiasi terhadap karya orang lain. Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan ini dapat diterapkan oleh anak dalam kegiatan sehari-hari.

2.2.3 Tahapan Perkembangan Bermain a. Tahap eksplorasi

(11)

c. Tahap bermain

Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi dan bentuk permaianan matang lainnya.

d. Tahap melamun

Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat pada peramainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktu dengan melamun. Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat mereka mengangap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.

2.2.4 Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).

2.2.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak

a. Status kesehatan, pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotorik/ kognitif terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan ada saat-saatanak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermaian.

(12)

c. Lingkungan, lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan. Paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan yang masih terdapat tanah-tanah kosong.

d. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap perkembangan sehingga anak menjadi senang untuk menggunakannya.

2.2.6 Karakteristik dan Klasifikasi dari Bermain 1. Menurut karakteristik sosial

a) Solitary play

Bermaian sendiri walaupun disekitarnya orang lain. Misalnya pada bayi dan toddler, dia akan asyik dengan mainnya sendiri tanpa menghiraukan orang-orang yang ada disekitarnya.

b) Pararel play

Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di antara mereka. Mereka tidak ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, masing-masing anak punya bola, maka dia akan bermain dengan bolanya sendiri tanpa menghiraukan bola temannya. Biasanya terjadi pada usia toddler dan pre school.

c) Associative play

Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginannya. Misalnya, anak bermain hujan-hujanan di teras rumah, berlari-lari dan sebagainya. Hal ini banyak dialami pada anak pre school.

(13)

Anak bermain secara bersama-sama, permaianan sudah terorganisir dan terencana, didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya, anak bermain kartu, petak umpet, terjadi pada usia sekolad dan adolescent.

2. Menurut isi

a) Sosial afektive play

Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.

b) Sense of pleasure play

Anak mendapatkan kesenagan dari suatu objek disekelilingnya. Misalnya, anak bermain pasir atau air sehingga anak tertawa bahagia.

c) Skill play

Memperoleh keterampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara berulang-ulang. Misalnya, anak bermain sepeda-sepedaan dan sedikit mulai merasa bisa, maka dia akan berusaha untuk mencobanya lagi

d) Dramatic play

Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan itu. Misalnya, anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu tetangganya sakit, dia melihat perawat dan dokter . sesampainya dirumah dia berusaha untuk memerankan dirinya sebagai seorang perawat maupun dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan diterima tentang peran tersebut.

(14)

Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:

a. Ekstra energi

Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.

c. Alat permainan

Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

d. Ruang untuk bermain

Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.

Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.

(15)

mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.

Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.

Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.

2.2.8 Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi

Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).

(16)

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:

1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar

2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control 3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan

4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh 5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan

peralatan dan prosedur medis 6. Memberi peralihan dan relaksasi

7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing

8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan

9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain

10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat 11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

Prinsip Bermain di Rumah Sakit

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana. 2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.

3. Kelompok umur yang sama.

4. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan 5. Semua alat permainan dapat dicuci

6. Melibatkan orang tua.

Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang harus diberikan untuk memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan sebagai orang tua antara lain:

(17)

Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit, mendampingi anak saat diperiksa petugas medis, atau memberikan beberapa treatment pengobatan. Yang tak kalah penting, memberi sentuhann lembut, seperti pelukan atau mengelus saat anak mengalami kesakitan.

b. Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan anak. Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang ditanggungnya cukup berat, akan membuat anak bersikap tabah dan ceria dalam menghadapi kondisi sakitnya.

3. Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan perawatan dirumah sakit adalah proses menuju kesembuhan.

Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas medis lainnya adalah orang-orang yang menolongnya untuk sembuh

BAB III

(18)

 Leader : Fitriyani  Co-Leader : Fidian Asmi Milanjari

 Fasilitator :

a. Ela Ameliawati b. Cessa Tria Ningrum c. Nurul Kuswanti d. Putri Handayani

7. Observer : Dosen pembimbing dan Pembimbing ruangan

1. Jenis permainan : Mewarnai gambar 2. Jenis kelamin : Laki-laki & Perempuan

3. Usia : 6 – 12 tahun

4. Waktu permainan : ± 30 menit

5. Tempat permainan : Lantai 3 Selatan, RSUP Fatmawati 6. Alat yang digunakan : Kertas bergambar, pensil warna

7. Tujuan :

a. Meningkatkan hubungan perawat – klien. b. Meningkatkan kreativitas pada anak.

c. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain. d. Melatih perkembangan motorik kasar pada anak. 7. Strategi permainan :

KEGIATAN BERMAIN

No Tahapan Waktu Perawat Kegiatan Klien

1. Fase Pra-Interaksi 5 menit a. Mempersiapkan diri b. Mempersiapkan

media & alat yang akan digunakan

(19)

2. Fase Orientasi 5 menit a. Mengucapkan salam

4. Fase Terminasi 5 menit a. Menyimpulkan manfaat dari aktivitas bermain

a) Sebelum bermain berikan contoh dahulu kepada anak. b) Buat anak duduk membentuk sebuah lingkaran.

c) Fasilitator memberikan kertas bergambar yang telah disediakan pada masing-masing anak, kemudian leader membimbing anak untuk mewarnainya.

d) Selama jalannya permainan semua fasilitator wajib membimbing masing-masing anak untuk mewarnai gambar

(20)

f) Berikan reward positif pada semua anak yang telah menyelesaikan tugas untuk mewarnai gambarnya.

8. Evaluasi

1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan anak mengikuti permainan selama permainan berlangsung

2) Pantau keadaan anak selama bermain 3) Kaji tercapainya tujuan bermain

Denah Permainan

Keterangan:

Leader fasilitator

Co leader

(21)

Denah :

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

(22)

kemampuan kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya. Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak.

4.2 Saran

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang apapun tindakan yang diberikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika

2. Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Ed 6. Jakarta : Erlangga 3. Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta

(23)

4. Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC 5. Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed

Pertama. Yogyakara : Graha Ilmu

6. Soetjiningsih 1998. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.

7. Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Idai

Referensi

Dokumen terkait

Adanya pengaruh variabel-variabel dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel berwujud tangible, keandalan reliability, daya tanggap responsiveness, kepastian

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 1 dan Pasal 134 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BaranglJasa Pemerintah, perlu

Kepala Kantor Pertanahan Kota Batam memberikan kepada pemohon perpanjangan HGB yang dimohon- kan perpanjangannya dengan ketentuan dan persya- ratannya, yaitu segala akibat, biaya

3.1 Menelaah struktur dan ciri kebahasaan pidato persuasif tentang permasalahan aktual yang didengar dan dibaca. Teks pidato persuasif 1) Mengindentifikasi

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah dikumpulkan dan diproses untuk digunakan oleh para pemakai sesuai

Lebih lanjut, bila ditelusuri, ada banyak faktor yang turut berkonstribusi terhadap pemilihan logika desain pesan yang dilakukan oleh seorang guru dalam

Secara morfotektonik daratan dan perairan Indonesia yang dikenal dengan nama Busur Sunda-Banda didominasi oleh sistem parit laut dalam dan busur luar/ prisma akresi yang membentang