• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLEMIK IMPLEMENTASI TRANSFORMASI JAMINA JAMINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLEMIK IMPLEMENTASI TRANSFORMASI JAMINA JAMINA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

“ SISTEM KEPEMERINTAHAN “

JUDUL PAPER :

POLEMIK IMPLEMENTASI TRANSFORMASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) SEBAGAI STRATEGI GOOD GOVERNANCE MENCAPAI

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE ( UHC )

( Analisis Aplikasi BPJS guna mendukung Program JKN )

Untuk diikutkan dalam Call For Paper The 2nd ATTRACTION (Administration in Action)” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik, Fakultas Ilmu

Administrasi, Universitas Brawijaya

Diusulkan oleh :

Alfa Widati NIM 21330863

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI ( STIA ) MALANG

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Puji Syukur tak teretas atas Kehadirat Dzat Sang Penguasa Jiwa dan Semesta, Allah Subhanahu Wata’ala, yang dengan Kasih sayang serta Hidayahnya, Karya Tulis Ilmiah yang diberi judul “ Polemik Implementasi Transformasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai strategi Good Governance menuju Universal Health Coverage ( UHC ) “ ini, dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Tulisan ini mengulas mengenai berbagai Polemik yang terjadi selama awal periode transformasi sistem Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia yang silaksanakan melalui BPJS untuk mencapai standar UHC dan keterkaitannya dalam usaha mewujudkan Sistem kepemerintahan yang lebih baik, terutama bagi kepemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis ingin mengucapkan Terimakasih atas Dukungan dan Doa dari :

1. Kedua Orang Tua yang senantiasa mencurahkan Kasih sayang tak terbalaskan serta do’a agar anak – anaknya menjadi manusia yang bermanfaat

2. Ketua Prodi D3 RMIK STIA Malang, beserta wakil dan jajaran Staf 3. Bapak Mohammad Ating Kurnia, ST., Selaku Dosen Pembimbing

4. Dan seluruh teman – teman RMIK STIA Malang yang selalu memberikan semangat dan doa

Besar harapan, Tulisan ini dapat bermanfaat bagi Pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi untuk membangun kesempurnaan tulisan ini. Selain itu, Penulis juga mengharapkan Saran dan Kritik yang membangun yang dapat mengantarkan konsep Penulisan KTI ini ke arah yang lebih sempurna.

Malang, 18 Agustus 2015

(3)

iii

ABSTRAK

Paper ini mengulas kembali konsep dasar penyelenggaraan Program Jaminan Sosial di Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) sebagai strategi Pemeritah membentuk Masyarakat yang sejahtera, sehat dan mandiri dengan tujuan Program tersebut dapat turut serta dalam mendukung Program Pembangunan Nasional menuju konsep kepemerintahan yang lebih baik ( Good Governance ) melalui program pemerataan Jaminan Kesehatan Nasional / Universal Health Coverage ( UHC ).

Pemerataan Jaminan Sosial ini adalah menuju ke arah usaha perwujudan kesejahteraan Umum yang adil dan merata dengan berorientasi pada sistem Universal Health Coverage ( UHC ) namun tetap menyandarkan konsep dasar Ideologis Nasional sebagaimana yang tertuang pada pembukaan UUD 1945.

BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ) secara konstitusional telah resmi disahkan Pemerintah sebagai lembaga pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN ) sejak 1 Januari 2014 menggantikan peran JAMKESMAS dan JAMKESDA, dmana akan ditargetkan akan menyelesaikan misinya mencover seluruh lapisan masyarakat dalam jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2019. Kebijakan terintegrasi ini merupakan tanggapan dari transformasi JKN menuju sistem Universal Health Coverage ( UHC ).

Dengan mengangkat Asas dasar bermasyarakat secara ideologis dan relasinya dengan berbagai polemik BPJS di Indonesia, Paper ini berusaha melahirkan Konklusi dari berbagai polemik yang menghadang pelaksanaan program yang mulia ini dan membuka lebih jelas peran Program ini dalam tatanan Kepemerintahan yang lebih baik lagi. Sehingga dapat diharapkan seluruh lapisan masyarakat terlibat dan percaya, serta turut serta dalam mendukung Program JKN oleh BPJS ini.

(4)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Motivasi Penulisan Paper ... 2

BAB II ... 4

PEMBAHASAN ... 4

2.1 Pendekatan Konsep Good Governance dan Implementasi Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia ... 4

2.1.1 Konsep Good Governance ... 4

2.1.2 Universal Health Coverage (UHC) ... 7

2.2 Hierarki Hukum Penyelenggaraan BPJS ... 9

2.3 Polemik Perjalanan BPJS Menyelenggarakan JKN di Jawa Rimur... 11

2.4 Strategi rekonstruksi pelaksanaan JKN secara mendasar dan bertahap ... 13

BAB III ... 15

PENUTUP... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... v

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal tahun 2014, Indonesia secara resmi memulai implementasi program barunya yaitu rekonstruksi Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ). Rekontruksi ini berupa penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan memberikan pemeliharaan kesehatan secara terjamin bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan adil dan merata. Program ini telah dimulai tanggal 1 Januari 2014 dan ditargetkan akan selesai menyelenggarakan program tersebut secara menyeluruh pada tahun 2019 mendatang. JKN akan mengintegrasi Jaminan Kesehatan Daerah ( JAMKESDA) dan dikelola secara terpusat serta terpadu oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) guna mengejar ketertingggalan pembangunan di sektor kesehatan oleh Pemerintah Daerah. Dasar Hukum dari BPJS Kesehatan ini adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentng Bpjs. Dalam Undang-Undang Nomor 24 tentang BPJS askes (Asuransi Kesehatan) yang sebelumnya dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Penyelenggaraan JKN di Indonesia sebelumnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), melalui BPJS maka BUMN berubah menjadi Badan Publik yang berarti mengelola Sistem Jaminan Kesehatan Seluruh Rakyat Indonesia dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam Undang-Undang Nomor 24 pun telah mengatur tentang BPJS Askes ( Asuransi Kesehatan ) yang sebelumnya dikelola oleh PT Askes Indonesia ( Persero ) berubah menjadi BPJS.

(6)

2

penyuluhan mengenai Sistem JKN ini kepada seluruh pihak masyarakat guna meredam polemik sementara yang timbul.

Maka melalui penulisan Karya Tulis Ilmah ini, kita akan lebih memahami peran BPJS sebagai upaya Pemerintah membentuk kepemerintahan yang teratur ( Good Governance ) dalam upaya menegakkan asas keadilan sosial yang menyeluruh bagi seluruh lapisan masyarakat ( Pancasila, sila ke 2 ) sehingga dengan pemahan masyarakan mengenai asas Gotong royong program BPJS tersebut dapat melahirkan dukungan masyarakat terhadap langkah Pemerintah dan kebijakannya

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana Permasalahan Kultural yang mendasari permasalahan selama rekonstruksional Sistem Kesehatan, maka Paper ini memfokuskan pada pembahasan yang berorientasi pada Rumusan masalah terkait pertanyaan berikut :

1.2.1 Bagaimana konsep Good Governance di bidang penjaminan Sosial ?

1.2.2 Bagaimana Peran BPJS mewujudkan Program JKN untuk mencapai Universal Health Coverage ( UHC )?

1.2.3 Bagaimana mengatasi Polemik sementara Pelaksanaan Rekontruksi JKN di Indonesia ?

1.3Tujuan Penulisan

Sebagaimana Ulasan yang tertuang dalam Rumusan Masalah, maka Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui :

1.3.1 Konsep Good Governance di bidang penjaminan Sosial

1.3.2 Peran BPJS mewujudkan Program JKN untuk mencapai Universal Health Coverage ( UHC )

1.3.3 Bagaimana mengatasi Polemik sementara Pelaksanaan Rekontruksi JKN di Indonesia

1.4Motivasi Penulisan Paper

Motivasi dalam Penuliasan Karya tulis ilmiah ini lahir dari harapan Penulis akan kebermanfaatannya baik dari segi Teoritis maupun segi Praktis.

(7)

3

(8)

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Konsep Good Governance dan Implementasi Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia

2.1.1 Konsep Good Governance

Good Governance Merupakan Suatu usaha menyelenggarakan kepemerintahan yang terkelola dan teratur dimana tidak hanya digerakkan oleh regulator pusat saja atau Pemerintah, namun juga melibatkan peran penting masyarakat dan badan hukum negara untuk turut aktif dalam berpartisipasi mewujudkan stabilitas nasional. Dengan kondisi negara yang terkelola dan teratur dengan baik, akan menekan permasalahan Negara seperti praktik Korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang lain yang berpotensi terjadi praktik kecurangan. pemberantasan korupsimelalui penerapan asas-asas kepemerintahan yang baik (Good Governance) tersebut, dapat turut serta dalam upaya pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi semacam ini mesti dilaksanakan secara holistik dengan mengikutsertakan pihak-pihak yang relevan termasuk pegawai, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dengan memberdayakan pendekatan preventif dan represif. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi.

Dalam upaya mengimplementasikan harapan tersebut, diperlukan kesepahaman antar semua pihak bangsa dengan dasar bahwa diperlukan prinsip persatuan yang kuat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.. menurut United Nations and World Bank, prinsip pelaksanaan Good Governance di suatu kepemerintahan dapat mengikuti 7 indikator, diantaranya :

a. Participation memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anggota masyarakat untuk bergabung di pemerintahan

b. Rule of Law

Penegakan Hukum yang jelas dengan perlindungan HAM dan kaum minoritas c. Transparency

(9)

5

Memberikan respon yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah e. Consensus Oriented

Melaksanakan kesepakatan bersama yang sejak awal dibuat diantara berbagai kelompok masyatakat

f. Effectiveness and Efficiensy

Menggunakan berbagai Sumber daya (SDA dan SDM) untuk kemakmuran bersama

g. Accountability

Adanya sikap bertanggungjawab untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih.

(10)

6

Berbagai polemik timbul tenggelam selama awal. Maka diperlukan pemecahan dasar guna tetap mempertahankan Program ini berlangsung tuntas hingga mencapai target Program kerjanya.

Dalam kurun waktu 1 tahun beroperasi saja, BPJS Kesehatan telah memenuhi target peserta yakni 131,9 Juta peserta. Jumlah ini mengindikasikan keberhasilan BPJS membantu Program pemerintah yang sebelumnya ditargetkan dalam peta jalan Pemerintah sejumlah 121,6 juta peserta termasuk eks peserta Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja (Jamsostek) 8,1 juta jiwa. Indikasi awal keberhasilan ini ditanggapi oleh Dalam pencapaian Good Gooverment, telah lama dibentuk suatu unit kerja yang dinamakan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). BPJS dinila telah member nilai positif terhadap kinerja BPJS mewujudkan program BPJS. UKP4 mengganjar badan yang mengurusi jaminan sosial kesehatan itu nilai hijau. Evaluasi itu didasarkan pada kinerja BPJS Kesehatan selama 2014. Kepala Grup Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga, M. Ikhsan mengungkapkan bahwa kinerja yang dimaksudkan merujuk pada lima hal yang disorot oleh UKP4 (2/2015), antara lain :

1. Jumlah kepesertaan

BPJS Kesehatan mampu menggaet 133,4 juta peserta. Padahal target yang ditetapkan pada tahun 2014 hanya 121,6 juta peserta. Dan ketika target direvisi menjadi 131,4 juta, target peserta masih terpenuhi. Jadi prosentase pencapaian target BPJS Kesehatan sejumlah 109,72 %.

2. Sebagaimana perjanjian dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes), BPJS Kesehatan 100% selalu memenuhi klaim dengan membayar setiap tagihan Fasyankes. Hal ini pun didasarkan pada evaluasi yang telah dilakukan UKP4. 3. Mengacu pada Revisi PP No. 101 Tahun 2012 tentang PBI / Penerima Bantuan

(11)

7

hukum pendataan dan penetapan Penerima Bantuan Iuran, pendaftarannya ke BPJS Kesehatan dan pendanaan Iurannya.

4. Terkait sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan. Dari hasil survei Sucofindo, tingkat awareness (kesadaran) masyarakat terhadap program JKN 95 %. Atau 146,15 % dari target 65 persen.

5. Ketanggapan penanganan keluhan peserta. Sampai pada triwulan ke 4 tahun 2014, BPJS kesehatan telah menyelesaikan seluruh keluhan yang jumlahnya 104.427 keluhan. Penyelesaiannya rata – rata dapat ditangani dalam waktu 1,5 hari.

Tidak hanya badan usaha, BPJS Kesehatan menginginkan seluruh masyarakat Indonesia yang sehat mendaftar. Sebagaimana diungkapkan Sri Endang Tidarwati selaku direktur kepesertaan BPJS Kesehatan, agar masyarakat Indonesia tidak hanya menunggu sakit baru membayar. Dikarenakan dasar program JKN ini yang adalah bersifat gotong royong jadi memerlukan iuran orang yang sehat untuk diberikan orang yang sakit. Dengan kata lain, jangan sakit baru mendaftarkan diri sebagai Peserta JKN.

2.1.2 Universal Health Coverage (UHC)

(12)

8

Gambar 1 1.1 anggaran kesehatan

UHC (Universal Health Coverage) merupakan Program dunia dengan menyelenggarakan jaminan sosial kepada populasi masyarakatnya secara menyeluruh, adil dan merata mulai berupa pelayanan kesehatan bermutu meliputi preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di Indonesia, dalam rangka mencapai tujuan global UHC tersebut maka dirumuskanlah kebijakan jaminan sosial yang ditetapkan melalui Undang – undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) sebagai pelaksanaan jaminan sosial di Indonesia. Sebagaimana perwujudan Kepemerintahan yang baik (Good Governance), maka dalam pelaksanaan UU tersebut oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak tahun 2014, memiliki sistem pengelolaan yang teratur dan membutuhkan dukungan dari seluruh pihak yang terintegrasi meskipun dalam pelaksanaannya banyak menghadapi berbagai tantangan yang dinamis.

(13)

9

sedikit dan harus dilakukan secara terus menerus. Selain itu juga, dibutuhkan kesepakatan dan rasa optimis yang tinggi dari seluruh komponen bangsa. Terutama tiga pilar utama komponen bangsa, yaitu aparatur negara, pihak swasta dan masyarakat madani. Sehingga diharapkan, dalam proses pelaksanaan kebijakan dapat dilakukan dengan optimis dan konsisten.

Maka dapat disimpulkan pelaksanaan Jaminan Sosial Kesehatan oleh BPJS akan mengacu pada Jaminan Sosial Nasional bagi semua penduduknya agar mampu sejajar program Penjaminan sosial Global (Universal Health Coverage) menggunakan acuan Road map to UHC.

Gambar 1 2.2 Road Map

2.2 Hierarki Hukum Penyelenggaraan BPJS

(14)

10

Pasal 25 Ayat 1 mengenai HAM yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda / duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaanya. Berlandaskan Deklarasi HAM tersebut, Pasca Perang Dunia ke II banyak negara – negara di dunia yang mengambil inisiatif untuk mengembangkan Jaminan Sosial Nasional bagi semua penduduknya, Jaminan Sosial ini dikenal dengan istilah UHC. Dalam sidang ke 58 tahun 2005 di Jenewa, WHA (World Health Assembly) / Majelis Kesehatan Dunia menekankan kembali perlunya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan guna menjamin tersedianya akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan dan juga memberikan perlindungan terhadap resiko keuangan. Hingga pada akhirnya, resolusi WHA menyatakan sistem pembiayaan Kesehatan yang berkelanjutan berlandaskan sistem Universal Health Coverage (UHC) yang dalam penyelenggaraannya melaui mekanisme Asuransi Kesehatan ( ASKES ) Sosial. WHA pun menyarankan ke Organisasi Kesehatan Dunia / WHO (World Health Organization) untuk mendorong negara – negara anggotannya untuk mengevaluasi dampak perubahan Sistem Pembayaran Kesehatan terhadap Pelayanan Kesehatan yang bergerak ke ranah sistem UHC.

Di Indonesia sendiri, falsfah pancasila sebagai dasar Ideologi Negara pun juga mencantumkan Pengakuan Hak Asasi manusia dalam Sila ke 5 – nya, “ Keadilan Sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia “. Secara konstitusional pun HAM diatur dalam Undang – undang pasal 36 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga memiliki kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

Untuk mewujudkan hak konstitusional di atas dengan komitmen dunia pada waktu itu, maka Pemerintah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat melalui Jaminan Kesehatan bagi kesehatan perorangan.

(15)

11

Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA). Sejalan dengan ini, pengaplikasian Skema – skema tersebut masih terfragmentasi atau masih terbagi – bagi, sehingga Biaya kesehatan dan mutu Pelayanan Kesehatan di lapangan menjadi sulit terkendali.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 ditetapkanlah Undang – undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa Jaminan Sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS. Kemudian pada tahun 2011 dikeluarkan pula Undang – undang No. 24 yang menetapkan Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS. BPJS sendiri terbagi menjadi 2, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusun untuk JKN akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai pada tanggal 1 Januari 2014 lalu. Secara operasional, pelaksanaan JKN diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. Diantaranya yaitu PP No. 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran, PerPres No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehtan, dan peta jalan (Road map) JKN.

2.3 Polemik Perjalanan BPJS Menyelenggarakan JKN di Jawa Rimur

Mengkaji Polemik dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program JKN melalui BPJS Kesehatan dapat dikategorikan berdasarkan asal sebabnya, menjadi tiga point utama yaitu Terjadi di dalam lingkup BPJS kesehatan, terjadi di dalam lingkup Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) yang bekerjasama dengan BPJS, dan terjadi di dalam lingkup Masyarakat

(16)

12

Maka didapatkanlah beberapa point berikut yang diklaim oleh pihak bersangkutan tersebut sebagai point penting yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan BPJS tersebut. Antara lain :

2.3.1 Terjadi di dalam lingkup BPJS kesehatan :

 Mengenai draft revisi PP No.101 Tahun 2012 tentang PBI, ternyata revisi itu

bukanlah wewenang BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan harusnya bertindak sebagai pelaksana dari sebagian besar regulasi JKN.

 Kantor BPJS belum sepenuhnya menjangkau area pelosok, sehingga sering

terjadi antri yang luar biasa panjang di kantor BPJS Kesehatan yang ada. Sebagaimana diketahui hal ini dikarenakan program ini masih dalam proses pengembangan.

 Kurangnya sorotan UPT4 akan potensi terjadinya fraud dalam proses

pembayaran klaim. Salah satu potensi fraud terjadi dalam hal pengkodean klaim RS secara manual dan masa rawat pasien yang dijamin dalam sistem INA-CBGs.

 Potensi kehilangan uang negara melalui BPJS dalam setahun mencapai Rp4,1

triliun. Karena, konsep BPJS yang harusnya dilakukan secara gotong-royong ternyata belum maksimal.

2.3.2 Terjadi di dalam lingkup Fasyankes :

 Tdak sedikit peserta BPJS Kesehatan yang ditolak Rumah Sakit. Baik ditolak

untuk mendapatkan perawatan ICU, NICU, PICU (pediatric intensive care unit) dan NICU (neotanal intendive care unit).

 Ditemukan Peserta yang dipaksa pulang RS dengan alasan paket INA-CBGs

habis .

 Ditemukan Peserta BPJS Kesehatan yang harus masuk daftar tunggu (waiting

list) untuk mendapat tindakan medis seperti operasi.

 Tak jarang, peserta BPJS Kesehatan mendapat perlakuan berbeda dengan pasien

lain kategori umum

 Adanya tindakan mempersulit masyarakat yang mau menjadi peserta BPJS dan

membedakan obat untuk pasien yang memakai BPJS dengan pasien yang bukan peserta

(17)

13

 Banyak terjadi mendaftarnya para pasien mandiri hanyaa saat sakit saja. Hal ini

dapat menggerogoti keuangan BPJS sehingga mendesak BPJS Kesehatan untuk memperketat kepesertaan mandiri lewat peraturan kesehatan No. 4 tahun 2014.

 Masih banyak masyarakat yang nihil kefahaman akan manfaat BPJS, terutama

masyarakat yang sebenarnya menjadi dadaran utama Jaminan Kesehatan. Sehingga dibutuhkan penyuluhan lebih

 masih banyak warga yang belum tahu apa itu BPJS (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial) Kesehatan dan JKN.

 Penyuluhan seputar Program ini tidak terlaksana dengan baik

Penilaian yang bertolak belakang dengan hasil penilaian Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) tersebut harusnya tidak menjadi permasalahan besar asalkan dijadikan acuan bagi pihak terkait guna memperbaiki sistem JKN di Indonesia untuk menghindari Kolapsnya Fasyankes yang bekerja sama dengan BPJS Karena tidak terbayarnya kebutuhan pengobatan dan perawatan pasien peserta BPJS serta tidak telaksanannya konsep Jaminan Kesehatan Nasional sesuai asas dasar ideologis gotong royong dan sesuai konsep global UHC.

2.4 Strategi rekonstruksi pelaksanaan JKN secara mendasar dan bertahap

Dengan berbagai macam asas dasar dan landasan Penyelenggaraan JKN oleh BPJS di Indonesia maka dibutuhkan kesepakatan pemahaman dan terintegrasi dari masyarakat termasuk pihak pihak terkait dari padanya, guna mendukung Program ini tetap terlaksana hingga deadline program kerjanya.

Polemik Penyelenggaraan BPJS Kesehatan di Indonesia adalah suatu hal yang wajar karena mampu diimbangi dengan pencapaian sebagian ekspektasi Program. Maka, beberapa perbaikan berupa revalue diperlukan untuk segera memperbaiki rongga kekurangan Program JKN di Indonesia, sehingga diharapkan Program ini dapat terus memaksimalkan perannya mendukung implementasi Good Government di Indonesia. Perbaikan tersebut dapat ditujukan kepada pihak BPJS sendiri, pihak Fasyankes, serta pihak masyarakat secara terintegrasi dan terpadu dengan didukung penuh oleh pemerintah. Perbaikan bagi pihak BPJS adalah dengan :

 Membangun sistem pelayanan medik nasional (SPMN) sebelum meminta tambahan

anggaran kenaikan Penerima Bantuan Iuran (PBI) untuk tahun anggaran 2016

 Memperbarui atau meng-update data PBI yang selama ini masih menggunakan data

(18)

14

 Penambahan anggaran untuk PBI harus diikuti dengan perbaikan sistem manajemen  Memperketat kembali Penyelenggaraan BPJS dalam pelaksanaan registrasi peserta

untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Seperti keharusan BPJS Kesehatan untuk mampu berkoordinasi dengan pihak lain karena adanya oknum-oknum nakal yang membagikan PBI yang bukan haknya.

(19)

15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai polemik yang kompleks terjadi dalam Penyelenggaraan BPJS Kesehatan di Indonesia adalah suatu hal yang wajar karena selain berbagai kekurangan yang muncul kepermukaan dapat diimbangi dengan pencapaian sebagian ekspektasi Program. Maka, beberapa perbaikan berupa revalue diperlukan untuk segera memperbaiki rongga kekurangan Program JKN di Indonesia, sehingga diharapkan Program ini dapat terus memaksimalkan perannya mendukung implementasi Good Government di Indonesia. Perbaikan tersebut dapat ditujukan kepada pihak BPJS sendiri, pihak Fasyankes, serta pihak masyarakat secara terintegrasi dan terpadu dengan didukung penuh oleh pemerintah.

3.2 Saran

(20)

v

DAFTAR PUSTAKA

Klitgaard, Robert. 2007. Controlling Corruption. LAN, Penerapan Good Governance di Indonesia. Laporan Kajian Jakarta

Budi, Savitri Citra. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Jakarta. Quantum Sinergis Media.

Rhoddes. R.A.W. 1997. Understanding Governance Policy : Networks, Governance. Rflexivity and accountability. Open University Press. Bunckingham, Philadelpia.

Erni Susanti, Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2014/09/hak-dan-kewajiban-peserta-bpjs-kesehatan.html

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/10/bpjs-kesehatan-targetkan-tahun-2015-peserta-jkn-bertambah-37-juta-peserta

http://www.dprd.jatimprov.go.id/berita/id/3373/konsep-bpjs-secara-gotong-royong-belum-maksimal#sthash.YtetlILI.dpuf

http://www.jamsosindonesia.com/

http://www.kpmak-ugm.org/news/bpjs-update/365-walaupun-sebagian-besar-tuntutan-

pekerja-telah-diakomodasi,-mereka-khawatir-uu-bpjs-tidak-bisa-dilaksanakan-seperti-halnya-uu-sjsn,-karena-empat-bumn-penyelenggara-jaminan-sosial-tidak-dilebur.html

http://dprd.jatimprov.go.id/berita/id/4952#sthash.kBlcrgrE.dpuf

http://www.bpjs-online.com/menggugat-bpjs

(21)

vi

Lampiran 1

BIODATA PENULIS

Nama : Alfa Widati

Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 23 Mei 1995

Alamat : Jl. Raya Tlogomas Gang 3 No. 56 A, Kota Malang No Telpon : 085755058385

Email : alfawidati23@gmail.com

Jenjang : Doploma III

Program Studi : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ( RMIK ) Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Malang

Gambar

Gambar 1 1.1 anggaran kesehatan
Gambar 1 2.2 Road Map

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan (r hitung = 0,069 dengan

Dari hasil penelitian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa dari 95 responden aktivitas belajar paling banyak adalah aktivitas belajar sedang yaitu sebanyak 85 responden

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berbasis multimedia terintegrasi android untuk pembelajaran laju reaksi

Sebagai civitas akademik, peneliti menawarkan alternativ dalam penanggulangan dampak pencemaran logam berat Merkuri pada daerah aktivitas PETI yaitu dengan

Hal ini berarti bahwa agency cost yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu meminimalisir biaya perusahaan maka kinerja perusahaan lebih menunjukkan performa yang

Perlakuan pengelolaan pupuk dengan pupuk organik dan anorganik pada tanaman Jagung Manado Kuning, tidak berpengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol

Kita tidak sama dengan orang lain, dalam kaum kita tiak ada laki-laki, kita tidak punya mamak yang akan membela sako jo pusako, engkau adalah satu-satunya

Merujuk hasil penelitian pada bagian sebelumnya, pada umumnya komunitas masyarakat Bali di Medan tidak menggunakan pilihan bahasa baik Bahasa Bali (BB) maupun