• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA KARYAWAN DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA KARYAWAN DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA KARYAWAN

DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

Studi Kasus Pada Karyawan Pabrik Gula Madukismo ”PT Madubaru” Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Lusia Rini Natalia

NIM : 051334086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

 

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA KARYAWAN

DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

Studi Kasus Pada Karyawan Pabrik Gula Madukismo ”PT Madubaru” Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Lusia Rini Natalia

NIM : 051334086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

 

  

 

(4)

iii

 

(5)

iv

 

MOTTO

Yesus aku selalu mencariMu………

Yesus aku selalu mengharapkanMu……..

Yesus kupersembahkan

Segala hidupku hanya padaMu…..

Tuhan Menjadikan Segala Sesuatu Indah

Pada Waktunya….

Orang-orang yang menabur dengan bercucuran

air mata akan menuai dengan bercucuran air

mata….

Kesulitan adalah terjangan dan

(6)

v

 

BAPA KAMI

 

Bapa Kami Yang Ada Disurga

Dimuliakanlah NamaMu

Datanglah KerajaanMu

Jadilah KehendakMu

Diatas Bumi Seperti di Dalam Surga

Berikanlah Kami Rejeki Pada Hari ini

Dan Ampunilah Kesalahan Kami

Seperti Kamipun Mengampuni

Yang Bersalah Kepada Kami

Janganlah Masukkan Kami Dalam

Percobaan

(7)

vi

 

SALAM MARIA

Salam Maria Penuh Rahmat

Tuhan Sertamu

Terpujilah Engkau Diantara Wanita

Dan Terpujilah Buah Tubuhmu Yesus

Santa Maria Bunda Allah

(8)

vii

 

P E R S E M B A H A N

Seandainya layak dan pantas, karya ini kupersembahkan untuk mereka

yang selalu senantiasa ada dihati, yang telah memberikan doa, semangat

dan dorongan serta bantuan dalam bernagai bentuk sehingga karya

skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan bagi mereka semua

yaitu :

Tuhan Yesus Kristus Serta Bunda Maria

Orangtuaku Antiochus Marga Endro.W. dan Angelia Yatilah

tercinta yang dengan tulus, sabar dan doanya, aku bisa

menyelesaikan skripsiku ini…

Kakakku Yosafat Wawan. H. terimakasih mas atas dukungan

dan doanya…

Simbah Putri MF.Sugiyarti (Alm) terimakasih buat doanya sim...

Almameterku Universitas Sanata Dharma

 

       

 

 

 

 

(9)

viii

(10)

ix

(11)

x

 

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA KARYAWAN

DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN DENGAN

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

Studi Kasus Pada Karyawan Pabrik Gula Madukismo ”PT Madubaru”

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Lusia Rini Natalia – 051334086

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara motivasi kerja

karyawan dan produktivitas kerja karyawan; (2) hubungan antara disiplin kerja

karyawan dengan produktivitas kerja karyawan; (3) hubungan antara motivasi kerja

karyawan dan disiplin kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo ”PT

Madubaru” Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta pada bulan Juli 2010. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan

kuesioner. Populasi penelitian ini adalah karyawan bagian instalansi dan pabrikasi

dengan sampel sebanyak 30 orang. Teknik analisa data menggunakan analisis

korelasi

Product Moment

dan analisis linier berganda.

(12)

xi

 

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN WORKING MOTIVATION,

WORKING DICIPLINE OF EMPLOYEES AND WORKING

PRODUCTIVITY OF EMPLOYEES

A Case Study of the Employees in a Sugar Factory “PT Madubaru”

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Lusia Rini Natalia – 051334086

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2010

The aims of this research are to know about: (1) the relationship between

working of employees and working productivity of the employees; (2) the

relationship between working discipline of the employees and working productivity

of the employees; (3) the relationship between working motivation and working

discipline of the employees and working productivity of the employees.

This research was done in a Sugar Factory Madukismo “PT Madubaru”,

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Juli 2010. The techniques in collecting

data are interview, observation documentation and questionnaire. The population of

this research are 30 people of employees instalansi and pabrikasi. The technique of

analysing the data were correlation analysing “product moment” and double linier

regression analysis.

The result of this research shows that: (1) there is’nt significant relationship

between the employee’s motivation and the employee’s productivity (r

hitung

= 0,069

probability value

ρ

= 0,718) (2) there is’nt significannt relationship between the

employee’s dicipline and the employee’s productivity (r

hitung

= 0,015 probability

value

ρ

= 0,939) (3)there is’nt significant relationship between the motivation,

dicipline and the productivity of the employee’s (r

hitung

= 0,081 probability value

ρ

=

0,916) .

(13)

xii

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria

atas Rahmat dan KaruniaNya yang telah dilimpahkan sehingga dengan kertebatasan

yang ada, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“HUBUNGAN

ANTARA MOTIVASI KERJA KARYAWAN DAN DISIPLIN KERJA

KARYAWAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN ”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana Pendidikan Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah memberi kasih, bantuan, perhatian, dorongan, dan

semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghormatan kepada:

1.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph,D.

2.

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

3.

Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si.

4.

Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,SIP, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran

(14)

xiii

 

5.

Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd. selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini.

6.

Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini.

7.

Kepada karyawan PG Madukismo “PT. Madubaru” Bantul, Yogyakarta yang

telah bersedia mengisi kuesioner.

8.

Bapak Antiochus Marga Endro Waluyo dan Ibuku tercinta Angelia Yatilah,

terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, dorongan moril dan materil kepada

Puterimu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

9.

Kakakku Yosafat Wawan Hendarto, serta Simbah Putri MF. Sugiyarti (Alm)

terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, dorongannya selama ini dalam

menyelesaikan studi dan skripsi ini.

10.

Galuh, Piun, Nopex, Whilda, Maya, Ocha, Rita, Dono, terima kasih atas

perhatian, dorongan dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

11.

Teman-teman PAK’05 yang tidak bisa saya sebut satu persatu, terima kasih yang

telah membatu dan support dalam kelancaran studi ini dan skripsi ini.

12.

Anak kos “Narpache“ cimeenk, intan, agiest, sintul, watick, adhis, uci, eri, dan

Ibu Bapak kos Narpache, terima kasih atas support dan bantuan dalam

(15)

xiv

(16)

xv

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR BAGAN ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Batasan Masalah ... 5

C.

Rumusan Masalah ... 5

(17)

xvi

 

E.

Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Teori ... 8

1.

Produktivitas ... 8

a.

Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Tenaga

Kerja ... 8

b.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Kerja ... 9

c.

Pengukuran Produktivitas Kerja ... 10

2.

Disiplin Kerja ... 12

a.

Pengertian Disiplin Kerja ... 12

b.

Faktor-faktor Penunjang Kedisiplinan ... 13

c.

Pendisiplinan Karyawan ... 20

d.

Penanganan Kasus-kasus Pelanggaran Disiplin ... 22

3.

Motivasi Kerja ... 24

a.

Pengertian Motivasi Kerja ... 24

b.

Teori Motivasi ... 25

c.

Jenis-jenis Motivasi ... 29

d.

Unsur Penggerak Motivasi ... 31

(18)

xvii

 

B.

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

C.

Kerangka Berfikir ... 34

1.

Hubungan antara Motivasi Kerja Karyawan dan

Produktivitas Kerja Karyawan... 34

2.

Hubungan antara Disiplin Kerja Karyawan

dan Produktivitas Kerja Karyawan ... 34

3.

Hubungan antara Motivasi Kerja Karyawan dan Disiplin

Kerja Karyawan dengan Produktivitas Kerja Karyawan ... 36

D.

Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 38

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C.

Subjek dan Objek Penelitian ... 38

D.

Populasi ... 39

E.

Teknik Pengambilan Sampel ... 39

F.

Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 40

G.

Teknik Pengumpulan Data ... 42

H.

Pengujian Instrumen Penelitian ... 44

1.

Uji Validitas ... 44

2.

Uji Reliabilitas ... 47

(19)

xviii

 

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 54

B.

Lokasi Perusahaan ... 58

C.

Struktur Organisasi Perusahaan ... 59

D.

Fasilitas yang Dimiliki Perusahaan ... 62

E.

Personalia ... 64

F.

Produksi ... 67

G.

Pemasaran ... 71

H.

Permodalan ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Responden ... 72

B.

Deskripsi Variabel ... 72

1.

Motivasi Kerja Karyawan ... 72

2.

Disiplin Kerja Karyawan ... 73

3.

Produktivitas Kerja Karyawan... 74

C.

Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 75

1.

Uji Normalitas ... 75

2.

Uji Linieritas ... 76

D.

Pengujian Hipotesis Penelitian ... 76

1.

Pengujian Hipotesis I ... 76

2.

Pengujian Hipotesis II ... 77

(20)

xix

 

E.

Pembahasan ... 80

1.

Hubungan antara Motivasi Kerja Karyawan dan

Produktivitas Kerja Karyawan... 80

2.

Hubungan antara Disiplin Kerja Karyawan dan

Produktivitas Kerja Karyawan... 81

3.

Hubungan antara Motivasi Kerja Karyawan dan Disiplin Kerja

Karyawan dengan Produktivitas Kerja Karyawan ... 82

BAB IV KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 84

B.

Keterbatasan Penelitian... 85

C.

Saran-saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(21)

xx

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 60

(22)

xxi

 

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Pengukuran Motivasi Kerja... 40

Tabel 3.2 Skala Pengukuran Disiplin Kerja ... 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner ... 44

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Validitas Variabel Motivasi Kerja ... 46

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Validitas Variabel Disiplin Kerja ... 46

Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Reliabilitas ... 47

Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Motivasi Kerja ... 73

Tabel 5.2 Deskripsi Variabel Disiplin Kerja ... 73

Tabel 5.3 Deskripsi Variabel Produktivitas Kerja ... 74

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 75

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Linieritas ... 76

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Korelasi Motivasi Kerja dan Produktivitas Kerja... 77

Tabel 5.7 Hasil Pengujian Korelasi Disiplin Kerja dan Produktivitas Kerja ... 77

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Korelasi Ganda Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja

(23)

xxii

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara dan Kuesioner ... 90

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 97

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100

Lampiran 4 Daftar Distribusi Frekuensi ... 102

Lampiran 5 Perhitungan PAP II ... 113

Lampiran 6 Uji Normalitas dan Linieritas ... 117

Lampiran 7 Uji Hipotesis ... 120

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian ... 122

Lampiran 9 Surat Bukti Penelitian ... 123

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai faktor yang dominan bagi suatu organisasi sangat

menentukan berhasil tidaknya tujuan yang ingin dicapai secara efisien. Faktor

manusia juga yang menentukan maju mundurnya kehidupan organisasi. Suatu

perusahaan dengan modal, alam, dan teknologi mutakhir sekalipun, tidak

berhasil memproduksi barang atau jasa tanpa kehadiran manusia di dalamnya.

Perusahaan atau organisasi harus menyadari bahwa berhasil tidaknya

usaha meningkatkan produk baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat

tergantung pada unsur sumber daya manusia. Untuk meningkatkan produksi

tidak hanya mengandalkan pada mesin serba modern, modal yang cukup dan

bahan baku yang banyak tetapi yang utama adalah faktor tenaga kerja dalam

hal ini adalah manusia. Unsur sumber daya manusia sangat menentukan

kelangsungan hidup perusahaan karena betapapun sempurnanya peralatan

yang dimiliki, tanpa adanya manusia yang bermoral baik, disiplin, dinamis

dan bersatu maka perusahaan tidak akan bertahan lama. Salah satu prinsip

ekonomi yang harus selalu dijunjung tinggi oleh suatu perusahaan yang ingin

berkembang dan maju adalah peningkatan produktivitas kerja para karyawan,

agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Produktivitas kerja merupakan kemampuan untuk menghasilkan barang

atau jasa dengan sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dimiliki serta

(25)

merupakan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan dalam menjalankan

usahanya. Perusahaan yang sudah mampu mencapai tingkat produktivitas

tinggi berarti menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin efektif dan

efisien di dalam usahanya yang diwujudkan dengan meningkatnya laba

perusahaan dan kesejahteraan karyawan.

Peningkatan semangat motivasi dan produktivitas tenaga kerja selain dapat

membawa kemajuan dan keuntungan bagi perusahaan juga dapat memberikan

keuntungan kepada tenaga kerja itu sendiri, karena tenaga kerja merupakan

bagian integral dari suatu kumpulan faktor-faktor produksi dan memegang

peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas perusahaan.

Mengingat arti pentingnya produktivitas bagi suatu perusahaan, maka

suatu perusahaan berusaha keras untuk meningkatkan produktivitas tenaga

kerjanya. Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja dapat

ditinjau dari dua segi, yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam

individu dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu.

Faktor internal meliputi sifat, sistem nilai, minat, motivasi kerja, disiplin kerja,

prestasi kerja, pendidikan, keterampilan, pengalaman kerja, dan kepuasan

kerja. Faktor eksternal meliputi gaji, jaminan sosial, lingkungan kerja, gaya

kepemimpinan, hubungan industrial, sarana produksi, manajemen, kesempatan

kerja, dan teknologi. Oleh karena itu untuk bisa mencapai produktivitas yang

tinggi, seorang pimpinan perusahaan harus mengetahui dan memahami

(26)

Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu dengan menerapkan

disiplin kerja. Sehingga karyawan yang memiliki disiplin kerja yang tinggi

akan berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya untuk

memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya jika karyawan yang memiliki

disiplin kerja yang rendah justru akan menimbulkan persoalan, baik bagi

karyawan maupun bagi perusahaan yang bersangkutan. Disiplin kerja sangat

diperlukan karyawan karena dalam bekerja setiap manusia mempunyai tujuan

yang berbeda-beda. Misalnya ada yang bekerja dikarenakan untuk mencukupi

kebutuhan ekonominya, untuk mencari pengalaman kerja dan ada pula yang

bekerja karena ingin coba-coba. Oleh karena itu pimpinan (manajer) harus

tegas dan dapat mengarahkan serta menerapkan peraturan-peraturan agar para

karyawan bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat disiplin karyawan, semakin tinggi

produktivitasnya.

Dengan adanya tingkat kedisiplinan dalam rangka peningkatan

produktivitas dalam perusahaan, maka perusahaan dapat mengetahui semangat

motivasi dari karyawan. Motivasi tiap-tiap karyawan berbeda antara karyawan

satu dengan yang lainnya. Pada karyawan yang memiliki motivasi tinggi

tampak dalam kesungguhannya dalam bekerja, sehingga produktivitasnya

cenderung tinggi, serta memiliki sikap semangat bekerja yang tinggi dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Sementara pada karyawan yang memiliki

(27)

Tinggi atau rendahnya hubungan disiplin kerja dan produktivitas kerja

karyawan diduga kuat berbeda bila dilihat dari pengalaman karyawan dalam

bekerja dan tingkat penghasilan karyawan. Banyak pendapat menunjukkan

pada karyawan yang sudah berpengalaman dalam bekerja tingkat disiplin

mereka rendah. Sementara, pada karyawan baru tingkat disiplin tinggi. Di lain

pihak, ada banyak fakta juga menunjukkan bahwa pada karyawan yang

berpenghasilan tinggi, tingkat disiplin mereka tinggi. Sementara, pada

karyawan yang berpenghasilan rendah ada kecenderungan bermalas-malasan.

Hal-hal tersebut tentu saja berdampak pada tingkat produktivitas karyawan.

Mengingat hal demikian, diduga bahwa pada tingkat pengalaman dan

penghasilan yang berbeda, derajat hubungan antara disiplin kerja dengan

produktivitas kerja karyawan berbeda pula.

Tinggi atau rendahnya hubungan motivasi kerja dan produktivitas

kerja karyawan diduga kuat berbeda pada pengalaman karyawan dalam

bekerja dan tingkat penghasilan yang berbeda. Banyak pendapat menunjukkan

pada karyawan yang sudah berpengalaman dalam bekerja tingkat motivasi

mereka rendah. Sementara, pada karyawan baru tingkat motivasi tinggi. Di

pihak lain, ada banyak fakta juga menunjukkan bahwa pada karyawan yang

berpenghasilan tinggi, tingkat motivasi mereka tinggi. Sementara, pada

karyawan yang berpenghasilan rendah ada kecenderungan motivasinya

rendah. Hal-hal tersebut tentu saja berdampak pada tingkat produktivitas

(28)

dan penghasilan yang berbeda, derajat hubungan antara motivasi kerja dengan

produktivitas kerja karyawan berbeda pula.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Kerja Karyawan dan Disiplin Kerja Karyawan, dengan Produktivitas Kerja Karyawan”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dimaksudkan

untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja karyawan dan disiplin kerja

karyawan dengan produktivitas kerja karyawan. Karena ada banyak faktor

yang mempengaruhi produktivitas kerja, maka penelitian ini memfokuskan

perhatian pada motivasi kerja dan disiplin kerja karyawan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara motivasi kerja karyawan dan produktivitas

kerja karyawan ?

2. Apakah ada hubungan antara disiplin kerja karyawan dan produktivitas

kerja karyawan?

3. Apakah ada hubungan antara motivasi kerja karyawan dan disiplin kerja

(29)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dirumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi kerja dan

produktivitas kerja karyawan.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara disiplin kerja dan

produktivitas kerja karyawan.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi kerja karyawan

dan disiplin kerja karyawan dengan produktivitas kerja karyawan.

E. Manfaat Penelitian

1. Perusahaan

Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

informasi tentang keadaan karyawan perusahaan yang bersangkutan dan

dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijakan perusahaan terhadap karyawannya sebagai usaha meningkatkan

produktivitas kerja sehubungan dengan motivasi kerja dan disiplin kerja

karyawan di masa yang akan datang.

2. Pengembangan Dunia Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang manajemen

(30)

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan pengetahuan dan

informasi dalam mempelajari masalah yang berhubungan dengan motivasi

kerja, disiplin kerja, dan produktivitas kerja. Serta dapat dijadikan sebagai

pelatihan dalam menerapkan teori dan praktik sesungguhnya dalam

(31)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Produktivitas

a. Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas mempunyai peranan penting dalam pencapaian

tujuan perusahaan atau organisasi. Produktivitas sering diartikan

sebagai ukuran seberapa jauh sumber daya yang ada diikutsertakan dan

dipadukan dalam organisasi untuk mencapai hasil tertentu. Suatu

organisasi atau perusahaan yang ingin meningkatkan daya tahannya

sampai meningkatkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang,

maka harus sungguh-sungguh memperhatikan faktor produktivitas

(Siagian, Sondang P, 1995:14-15). Dalam hal ini, produktivitas adalah

suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu

kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih

baik dari hari ini. Produktivitas dapat didefinisikan sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber

daya yang digunakan (Ravianto, 1986:281).

Produktivitas kerja menurut John Suprianto (1986:19) adalah

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keikutsertaan tenaga

kerja per satuan waktu.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan yang dimiliki

(32)

sumber ekonomi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam suatu perusahaan.

Produktivitas kerja melibatkan peran aktif tenaga kerja untuk

menghasilkan hasil maksimal dengan melihat kualitas dan kuantitas

pekerjaan. Selain itu produktivitas kerja menuntut peningkatan hasil

yang diperoleh para karyawan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Tinggi rendahnya produktivitas kerja dipengaruhi oleh

beberapa faktor (Ravianto, 1986:282) yaitu: pendidikan, ketrampilan,

disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi kerja, tingkat penghasilan,

jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial,

teknologi, sarana produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi.

Sedang John Suprihanto (1992:115) berpendapat bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja antara lain:

pendidikan dan latihan, ketrampilan, gizi atau nutrisi dan kesehatan,

bakat atau bawaan, motivasi, kemauan, kesempatan kerja, kesempatan

manajemen dan kebijaksanaan pemerintah.

Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

dapat dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu faktor intern pekerja dan

faktor ekstern pekerja. Faktor intern pekerja adalah faktor yang timbul

dari dalam diri pekerja sendiri, antara lain motivasi, kedisiplinan dalam

bekerja, kepuasan kerja, karakter pribadi, latar belakang pendidikan,

(33)

Sedangkan faktor-faktor ekstern timbul karena pengaruh lingkungan

pekerjaan dan perusahaan serta dari luar perusahaan. Faktor-faktor

tersebut antara lain adalah tingkat penghasilan, jaminan sosial,

lingkungan dan iklim kerja, hubungan sosial, sarana dan prasarana,

peraturan birokrasi, gaya kepemimpinan serta manajemen.

Berdasarkan beberapa faktor tersebut dapat disimpulkan

bahwa produktivitas tenaga kerja bisa terwujud apabila ada peran dari

pihak perusahaan, dalam hal ini pimpinannya dengan karyawan

sebagai pelaksana. Jika kedua pihak tersebut bekerja sama, maka

produktivitas karyawan dapat terwujud dengan baik.

c. Pengukuran Produktivitas Kerja.

Pengukuran merupakan suatu hal yang sangat penting dari

kebijaksanaan produktivitas. Pengukuran produktivitas merupakan alat

manajemen untuk membantu mengevaluasi kinerja karyawan untuk

menentukan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan. Produktivitas

kerja karyawan yang tinggi menunjukkan keberhasilan usaha mencapai

tujuan. Sedangkan produktivitas kerja yang rendah mencerminkan

kegagalan dan terjadi pemborosan, maka diperlukan pengukuran

produktivitas kerja.

Dalam mengukur produktivitas kerja perlu ditentukan kriteria

pengukuran. Kriteria tersebut umumnya menghitung hasil kerja setiap

(34)

akan lebih mudah dilakukan apabila diketahui jenis bidang

pekerjaannya.

Rumus produktivitas secara umum adalah (Ravianto, 1986:124):

Produktivitas =

input output

Dalam konteks kerja, rumus produktivitas kerja adalah sebagai berikut

(Ravianto, 1985:25) :

Produktivitas =

Jumlah jam kerja sebenarnya ialah hasil produksi yang tidak

cacat/terbuang, dan dinyatakan dalam satuan jumlah seperti kilogram,

pak, liter, unit, dll. Pada perusahaan yang membuat hanya satu macam

produk, maka perhitungannya menjadi sederhana. Sementara itu, pada

perusahaan yang punya bermacam-macam produk, maka hasil kerja ini

perlu dikonversikan menjadi satuan yang bersifat umum. Untuk

mengkonversikan hasil kerja, perusahaan perlu menentukan faktor

(35)

2. Disiplin Kerja

Dalam uraian ini, penulis akan menguraikan pengertian kerja

dan faktor-faktor penunjang disiplin kerja.

a. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam organisasi. Semua organisasi dalam melaksanakan aktivitasnya

menuntut kedisiplinan para anggotanya.

Menurut Henri Simamora (1995:565), disiplin kerja adalah

bentuk pengesahan dari karyawan, dan pelaksanaan yang teratur yang

menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja dalam suatu organisasi.

Menurut Nitisemito (1992:199), kedisiplinan diartikan

sebagai suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan

peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun lisan.

Menurut Siswanto (1987:188), disiplin kerja adalah suatu

sikap menghormati, menghargai, dan taat terhadap peraturan yang

berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksi

apabila melanggar tugas dan wewenang yang telah diberikan.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja adalah ketaatan dan kepatuhan seseorang atau

sekelompok orang terhadap peraturan yang berlaku di perusahaan baik

tertulis maupun tidak tertulis serta mampu menerima sanksi apabila

(36)

saja, tetapi erat hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan secara

langsung dari mulai pedoman atau patokan dalam bekerja sampai

pencapaian hasil.

b. Faktor-Faktor Penunjang Kedisiplinan

Menegakkan kedisiplinan terhadap karyawan-karyawan

dalam suatu perusahaan memang sulit diwujudkan. Untuk

mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam rangka membina

dan menegakkan kedisiplinan, perusahaan harus memahami betul

faktor-faktor yang dapat menunjang kedisiplinan.

Pada dasarnya banyak faktor yang menunjang kedisiplinan

karyawan dalam suatu organisasi. Setidaknya ada delapan faktor yang

dapat menunjang tingkat kedisiplinan (Henri Simamora,

1995:566-570):

1) Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan, karena tujuan yang dicapai harus jelas dan ditetapkan

secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada

karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang

bersangkutan, agar ia bekerja dengan sungguh-sungguh dan

(37)

2) Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan

disiplin karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan atau panutan

oleh para bawahannya. Para pimpinan harus dapat memberikan

contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata

dengan perbuatannya. Maka diyakini bahwa jika seorang

pemimpin dapat berbuat seperti diatas, para bawahannya pun akan

ikut baik, tetapi jika teladan pimpinan kurang baik (kurang

disiplin), maka para bawahan pun akan ikut bekerja dengan

seenaknya sendiri. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya

akan dicontoh dan diteladani bawahannya.

3) Kompensasi

Kompensasi sangatlah penting karena merupakan dorongan

utama seseorang untuk bekerja, dan juga karena kompensasi yang

diberikan perusahaan kepada karyawan mempunyai kadar

pengaruh yang tinggi terhadap disiplin kerja pada diri karyawan.

Setiap perusahaan atau organisasi manapun sebaiknya dapat

menetapkan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang

diberikan karyawan, sehingga bukan saja menjamin terwujudnya

tujuan pembinaan karyawan tetapi juga dapat menciptakan

karyawan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk kedepannya,

selain itu juga untuk meningkatkan omset output produksi agar

(38)

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan

perusahaan kepada karyawannya yang dapat dinilai dengan uang

dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap.

Kompensasi bukanlah upah meskipun upah merupakan bagian dari

kompensasi. Kompensasi selain berbentuk uang dapat pula dapat

berupa fasilitas perumahan, tunjangan keluarga, fasilitas

kendaraan, asuransi kesehatan, dan lain-lain.

4) Keadilan

Pimpinan perusahaan harus dapat bersikap adil, karena

keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan dalam

perusahaan. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam

pemberian balas jasa maupun pemberian hukuman akan

merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Dengan

keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula,

jadi keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan

supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.

5) Waskat (Pengawasan Melekat)

Waskat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan adanya

waskat berarti pimpinan atau atasan harus bersifat aktif dan

langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan

prestasi kerja bawahannya. Dalam hal ini pimpinan atau atasan

(39)

bawahannya yang mengalami kesulitan atau masalah dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

Pengawasan melekat ini efektif merangsang kedisiplinan

dan moral kerja karyawan, Karena karywan merasa perhatian,

bimbingan, petunjuk, arahan dan pengawasan langsung dari atasan.

Dilain pihak, dengan adanya waskat, atasan atau pimpinan

juga secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan

kedisiplinan dari setiap individu bawahannya, sehingga dari

penilaian setiap bawahan bersifat objektif atau transparan.

Waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan

dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara bawahan dan atasan

terwujudlah kerjasama yang baik dan harmonis dalam perusahaan

yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.

6) Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman dalam perusahaan sangatlah tepat untuk

dinyatakan, karena baik berat atau ringannya sanksi hukuman dapat

langsung mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.

Namun sanksi hukuman tersebut alangkah baiknya berupa

hukuman yang sifatnya mendidik karyawan untuk mengubah

perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya wajar dan menjadi alat

(40)

hukuman juga seharusnya tidak terlalu ringan atau terkalu berat

supaya hukuman itu tetap mendidik.

7) Ketegasan

Atasan harus bersifat tegas karena ketegasan pimpinan

dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan

karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani bertindak untuk

menghukum setiap karyawan yang tidak disiplin sesuai dengan

sanksi yang telah ditetapkan. Jika pimpinan berani bertindak tegas

maka pimpinan itu akan disegani dan diakui kepemimpinannya

oleh bawahannya. Dengan demikian pimpinan atau atasan akan

memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

Tetapi jika sebaliknya, apabila seorang pemimpin kurang

tegas atau tidak berani menghukum karyawan yang tidak disiplin,

sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan

sikap tidak disiplin karyawan akan semakin banyak karena para

karyawan beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukuman tidak

berlaku lagi atau hanya bersifat formalitas.

8) Hubungan kemanusiaan

Di dalam suatu perusahaan hubungan kemanusiaan juga

sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan.

Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan

kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal ataupun

(41)

dan suasana kerja yang nyaman. Hal seperti ini akan

membangkitkan motivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan.

Sedangkan Alex S. Nitisemito (1992:200) menjelaskan

tentang 6 (enam) hal menunjang kedisiplinan.

1) Kesejahteraan

Dari tingkat kesejahteraan yang cukup, manusia dapat

hidup layak. Dengan kelayakan hidup ini para karyawan akan lebih

tenang dalam menghadapi tugas-tugasnya, dan dengan

ketenangannya yang berbekal kesejahteraan tersebut diharapkan

para karyawan akan lebih berdisiplin.

2) Ancaman

Untuk penegakkan kedisiplinan perlu adanya ketegasan

bagi mereka yang indisipliner. Di sini berarti ancaman tidak dapat

dilakukan sendiri untuk menegakkan kedisiplinan, karena

kedisiplinan sebenarnya merupakan kebiasaan, maka ancaman

yang diberikan bukanlah suatu hukuman tetapi lebih ditekankan

agar mereka melaksanakan kebiasaan atau tugas-tugas dengan

lebih baik (dianggap baik).

3) Ketegasan

Suatu ancaman atau sanksi hukuman yang tidak

dilaksanakan dengan tegas dan konsekuen justru akan lebih buruk

akibatnya. Jika suatu pelanggaran dilakukan tanpa adanya suatu

(42)

akan mengakibatkan karyawan menganggap bahwa sanksi yang

diberikan hanyalah ancaman kosong belaka atau hanya untuk

semata-mata menakuti karyawannya tetapi tanpa adanya tindakan.

Kalau dibiarkan terus, mereka akan berani melanggar lagi karena

tidak ada tindakan-tindakan yang tegas.

4) Partisipasi

Dengan memasukkan unsur partisipasi dari karyawan maka

para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman

hukuman adalah hasil dari persetujuan bersama. Misalnya: suatu

perusahaan ingin melaksanakan kedisiplinan yaitu agar setiap

karyawan datang tepat pada waktunya, disini pimpinan juga

mengemukakan arti pentingnya masuk tepat pada waktunya bagi

kemajuan perusahaan tersebut.

Jika perusahaan berhasil memasukkan unsur partisipasi

dalam peraturan yang mencantumkan ancaman hukuman, maka

kecenderungan mereka akan lebih konsekuen dalam

melaksanakannya. Di samping itu juga perusahaan tidak bertindak

secara dictator atau sewenang-wenang dalam membuat peraturan.

5) Tujuan dan Kemampuan

Dalam perusahaan untuk memajukan kedisiplinan bukan

hanya sekedar untuk aturan penegakkan kedisiplinan saja tetapi

juga dapat sebagai penunjang untuk tujuan yang ingin dicapai

(43)

haruslah sesuai dengan kemampuan dari para karyawan. Jadi di

sini perusahaan harus meneliti terlebih dahulu peraturan yang akan

dikeluarkan, mungkinkah peraturan yang akan dikeluarkan ini

sesuai dengan kemampuan karyawan atau tidak.

6) Teladan Pemimpin

Teladan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar

dalam menegakkan kedisiplinan, sebab pimpinan merupakan

panutan dan sorotan dari bawahannya. Dengan contoh penegakkan

kedisiplinan diatas, bila suatu perusahaan ingin menegakkan

kedisiplianan agar para karyawan datang tepat pada waktunya,

maka hendaknya diusahakan agar pimpinan juga datang tepat pada

waktunya, terutama pimpinan yang langsung berhubungan dengan

para karyawan. Dengan teladan yang demikian maka dapat

diharapkan para karyawannya akan dapat lebih berdisiplin, bukan

sekedar takut akan hukuman, akan tetapi terlebih karena segan

kepada pimpinannya yang datang selalu tepat pada waktunya.

c. Pendisiplinan Karyawan

Dengan adanya pendisiplinan kerja karyawan diharapkan dapat

membentuk perilaku kerja yang baik dan dapat mendukung

tercapainya tujuan perusahaan.

Pendisiplinan karyawan merupakan suatu bentuk pelatihan

yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan sikap dan

(44)

berusaha keras bekerja secara kooperatif dengan para karyawan lain

serta meningkatkan prestasi kerjanya.

Menurut Liang Gie (1987:8.28) ciri-ciri perilaku kerja yang

baik adalah, sebagai berikut :

1) Kerja keras

2) Kerja cerdas

3) Kegairahan

4) Kerajinan

5) Rasa tanggung jawab

6) Kehati-hatian

7) Semangat kerja sama

8) Hasrat belajar

9) Prakarsa

10)Bekerja sepenuh hati dan sampai tuntas

11)Keterikatan emosional pada pekerjaan. Misalnya dengan

menunjukan sikap menikmati kerja, memulai kerja dengan penuh

semangat, menyukai kesulitan sebagai tantangan, dan memperoleh

kepuasan pribadi hanya bilamana pekerjaan dapat selesai dengan

tuntas.

Secara khusus pembinaan disiplin kerja para tenaga kerja

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang

(45)

2) Agar para tenaga kerja dapat menepati segala peraturan dan

kebijakan ketenaga kerjaan maupun peraturan dan kebijakan

perusahaan yang brlaku, baik tertulis ataupun tidak tertulis serta

melaksanakan perintah manajemen.

3) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang

dan jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4) Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta

mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada pihak

tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan

bidang pekerjaan yang dibebankannya.

5) Mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai

dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun

dalam jangka panjang.

d. Penanganan Kasus-Kasus Pelanggaran Disiplin

Prosedur penanganan kasus atau peringatan yang berhubungan

dengan pelanggaran kedisiplinan (Siswanto, 1987:189-192)

1) Peringatan Lisan

Peringatan lisan dilakukan dengan menjelaskan tentang apa

yang sudah dilanggar dan apa yang harus dilakukan. Pernyataan

seharusnya bersifat khusus dan dikaitkan dengan peraturan

peraturan yang telah dilanggar, selain itu pernyataan tersebut

(46)

2) Surat Peringatan Tertulis

Suatu peringatan tertulis dikeluarkan jika prestasi atau

perilaku tetap tidak baik setelah peringatan lisan. Disini kembali

diberikan penegasan mengenai pokok-pokok permasalahan yang

dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang dicapai dan

mengingatkan karyawan tentang peringatan lisan yang telah

diberikan. Surat ini berisi tindakan disiplin diambil setelah jika

tidak ada perbaikan, juga diberikan batas waktu yang ditetapkan

untuk melakukan perbaikan.

3) Surat Peringatan Terakhir

Pada batas waktu yang telah ditentukan dalam peringatan

tertulis tetap tidak ada perubahan perbaikan maka surat peringatan

terakhir dikeluarkan. Hal ini akan menyatakan akibat yang timbul

bila masalahnya berkelanjutan dan memberi peringatan

tindakan-tindakan disiplin yang akan diambil, seperti: Pemecatan akan

terjadi bila masalahnya tidak teratasi.

Dalam keputusan surat terakhir, jika tidak ada perbaikan

tindakan disiplin akan diambil, jika ada perbaikan tidak akan ada

tindakan tetapi karyawan diperingatkan bahwa pelanggaran

berikutnya akan memungkinkan untuk terkena disiplin atau dengan

kata lain, jika peringatan terakhir tidak mampu mencapai

patokan-patokan prestasi yang diharapkan taau perilaku, tindakan disiplin

(47)

3. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi Kerja

J. Ravianto (1985:18) mendefinisikan motivasi sebagai kondisi

mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah

pada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi

ketidakseimbangan.

Menurut Sukanto dan Hani Handoko (1982:252), motivasi

sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang keinginan individu

untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu

tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan sesuatu

perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi,

motivasi bukan sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang

dapat disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak.

Sedangkan menurut Ranupandojo dan Husnan (1984:197)

mendefinisikan motivasi sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi

seseorang agar melakukan sesuatu kegiatan yang kita inginkan, atau

dalam hal ini dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk

berperilaku dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Motivasi sebagai sesuatu yang dikatakan sangat penting, hal ini

dikatakan penting karena peranan pimpinan dalam memberikan

motivasi itu sendiri berkaitan langsung dengan bawahan. Tetapi

motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit, sebab motivasi

(48)

motivasi berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku masing-masing

bawahan dengan berbagai teori motivasi yang berbeda satu dengan

yang lain.

b. Teori Motivasi.

Setiap pimpinan perlu menanamkan hakikat motivasi yang

tepat bagi bawahannya, setiap pimpinan juga perlu memahami teori

motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Berikut ini

akan dijelaskan beberapa teori motivasi (Ranupandojo dan Husnan

1984:197-201).

1) Teori Isi (Content Theory)

Teori isi juga dikenal sebagai teori kebutuhan, teori ini

menitikberatkan pada arti penting pemahaman faktor yang ada di

dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku atau

berperilaku tertentu.

2) Teori Proses (Process Theory)

Pendekatan teori proses menekankan bagaimana dan

dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi. Dasar dari teori

motivasi ini adalah adanya pemahaman yaitu apa yang dipercaya

oleh individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka.

3) Teori Pengukuhan (Reinforment Theory)

Teori pengukuhan ini tidak menggunakan konsep atau

(49)

konsekuensi perilaku dimasa lalu mempengaruhi tindakan dimasa

mendatang dalam suatu siklus proses belajar.

Menurut teori yang dikemukakan oleh David McCleland

beserta rekan–rekannya, setiap orang mempunyai tiga jenis

kebutuhan yaitu (Garry Dessler, 1984: 335) :

1) Need for Achievement ( nAch )

Bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang

berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan itu bahkan mencakup

seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Dalam

kehidupan organisasional, kebutuhan untuk berhasil biasanya

tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan

mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Penetapan standar itu dapat bersifat intrinsik, akan tetapi dapat pula

bersifat ekstrinsik. Artinya, seseorang dapat menentukan bagi

dirinya sendiri standar karya yang ingin dicapainya. Apabila

seseorang tergolong sebagai insan yang maksimalis, standar yang

ditetapkan bagi dirinya adalah standar yang tinggi bahkan mungkin

melebihi standar yang ditetapkan secara ekstrinsik, yaitu oleh

organisasi. Akan tetapi bila seseorang tergolong sebagai insan yang

minimalis, tidak mustahil bahwa standar yang ditetapkannya

sebagai pegangan lebih rendah dari standar yang ditetapkan secara

ekstrinsik. Berarti dengan nAch yang besar seseorang yang

(50)

dipercayakan kepadanya akan berusaha lebih baik dibandingkan

dengan orang–orang lain. Orang demikian biasanya berusaha

menemukan situasi di mana ia dapat menunjukkan keunggulannya,

seperti dalam pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu yang

dapat memberikan kepadanya umpan balik dengan segera tentang

hasil yang dicapainya di mana ia dapat mengetahui apakah ia

meraih kemajuan atau tidak.

2) Need for Power (nPo )

Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan

menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh

terhadap orang lain. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam

hal ini: Pertama, adanya seseorang yang mempunyai kebutuhan

berpengaruh pada orang lain. Kedua, orang lain terhadap siapa

pengaruh itu digunakan. Ketiga, persepsi ketergantungan antara

seseorang dengan orang lain. Meskipun benar bahwa dalam

kehidupan organisasional, bawahanlah yang biasanya tergantung

pada atasannya, tetapi sesungguhnya ketergantungan itu tidak

semata–mata terbatas pada adanya hubungan atasan dengan para

bawahannya. Artinya setiap kali seseorang bergantung pada orang

lain untuk sesuatu hal, pengaruh orang kepada siapa orang lain

menggantungkan dirinya sudah berarti terpenuhinya nPo orang

yang bersangkutan. Semakin besar tingkat ketergantungan orang

(51)

pada pihak lain itu. Demikian pula halnya dalam kehidupan

organisasional. Apabila seorang manajer mempunyai kekuasaan

untuk menentukan nasib seorang pekerja, misalnya dalam hal

promosi, pemberian penghargaan, atau pengenaan sanksi disiplin

yang berupa teguran, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan

kenaikan pangkat atau bahkan penurunan pangkat dan jabatan,

pekerja tersebut menjadi sangat tergantung pada atasan yang

memiliki wewenang tersebut.

3) Need for affiliation ( nAff )

Kebutuhan affiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap

manusia, terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya.

Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang

menduduki jabatan manajerial, tetapi juga kebutuhan para bawahan

yang tanggung jawab utamanya melaksanakan kegiatan

operasional. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai

makhluk sosial. Kebutuhan akan afiliasi pada umumnya tercermin

pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi

seseorang dengan orang lain dalam organisasi, apakah orang lain

itu teman sekerja yang setingkat atau atasan. Kebutuhan akan

afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui kerjasama

dengan orang lain. Meskipun demikian tetap perlu diingat bahwa

sampai sejauh mana seseorang bersedia bekerjasama dengan orang

(52)

persepsinya tentang apa yang akan diperolehnya dari usaha

kerjasama tersebut (Sondang P.Siagian, 1989:167).

c. Jenis-jenis Motivasi

Ada dua jenis motivasi yang secara proses berbeda dalam

mempengaruhi seseorang (Ranupandojo dan Husnan 1984:206-214)

1) Motivasi Positif

Motivasi positif merupakan proses untuk mempengaruhi

seseorang untuk menjalankan sesuatu yang dimaksudkan dengan

cara membentuk untuk mendapatkan “hadiah“ yang dapat

diwujudkan dengan bonus, uang, penghargaan dan lain sebagainya.

Motivasi positif dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Informasi

Pemberian motivasi yang jelas akan sangat berguna untuk

menghindari adanya gosip dan desas-desus yang akan

menurunkan semangat untuk bekerja.

b) Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan

Pemberian penghargaan ini merupakan alat yang sangat

berguna apalagi kebanyakan manusia senang dan merasa

puas menerima pengakuan terhadap pekerjaan yang

dilakukan dengan baik.

c) Pemberian perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai

(53)

d) Persaingan

Sikap dasar yang bisa dimanfaatkan oleh para pimpinan

dengan memberikan rangsangan (motivasi) persaingan yang

sehat dalam menjalankan pekerjaan.

e) Partisipasi

Partisipasi digunakan sebagai salah satu bentuk motivasi

positif yaitu bisa dikenal sebagai manajemen yang

demokratis. Dengan dijalankan partisipasi ini akan diperoleh

sebagai manfaat, seperti keputusan-keputusan yang lebih baik

karena banyaknya sumber pikiran.

f) Kebanggaan

Rasa bangga bisa timbul bila karyawan mampu

menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu yang telah

disepakati bersama.

g) Uang

Penggunaan uang sebagai alat memotivasi karyawannya juga

berguna untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.

2) Motivasi Negatif

Motivasi negatif adalah proses mempengaruhi seseorang

agar mau melakukan sesuatu yang dinginkan, tetapi teknik dasar

atau metodenya yang digunakan adalah lewat kekuatan atau

kekerasan dengan paksaan yang menjadikan para karyawannya

(54)

d. Unsur Penggerak Motivasi

Menurut Bedjo Siswanto (1985:268), unsur penggerak motivasi

adalah :

a. Prestasi

Seseorang mempunyai keinginan untuk berprestasi sebagai suatu

kebutuhan yang dapat mendorong untuk mencapai sasaran atau

tujuan.

b. Penghargaan

Sebagai pengakuan terhadap prestasi yang telah dicapai seseorang

merupakan faktor motivasi yang kuat. Pengakuan atas suatu

prestasi, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi

daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah.

c. Tantangan

Adanya tantangan yang dihadapi merupakan motivator yang sangat

kuat bagi manusia yang mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak

menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak

mampu menjadi motivator untuk berkembang, bahkan cenderung

menjadi kegiatan-kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan

biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya.

d. Tanggung jawab

Rasa ikut serta memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut

(55)

e. Pengembangan

Pengembangan kemampuan seseorang dapat menjadi motivator

terkuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat. Apalagi jika

pengembangan perusahaan selalu dikaitkan dengan prestasi atau

produktivitas tenaga kerja.

f. Keterlibatan

Rasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dapat

dijadikan masukkan bagi manajemen perusahaan. Adanya rasa

terlibat bukan saja menciptakan rasa memiliki dan rasa

bertanggung jawab, tetapi juga menimbulkan rasa untuk mawas

diri untuk bekerja lebih baik, serta mengahsilkan produk yang lebih

baik dan bermutu.

g. Kesempatan

Dorongan untuk maju dan berkembang dalam bentuk karier yang

terbuka akan menjadi motivator bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa

harapan dan kesempatan untuk meraih kemajuan atau kesuksesan

merubah nasib tidak akan merupakan motivator untuk mencapai

produktivitas atau bekerja secara produktif.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja

karyawan (Wahjosumijo,1991:192):

1) Faktor ekstern, yaitu faktor yang melekat pada pengaruh

(56)

Dalam hal ini yang menjadi faktor ekstern adalah lingkungan kerja,

hubungan status sosial, pimpinan dan kepemimpinan.

2) Faktor intern, yaitu faktor yang melekat pada diri setiap orang,

yang meliputi pembawaan, tingkat pendidikan, perjalanan masa

lalu, keinginan atau harapan masa depan.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Antonius Joko Purwanto (2008:68-69) dalam penelitian yang

berjudul “Hubungan Antara Disiplin Kerja dan Motivasi Kerja dengan

Produktivitas Kerja Karyawan” menunjukkan bukti bahwa ada hubungan

positif dan signifikan antara motivasi kerja, disiplin kerja dengan produktivitas

kerja karyawan pada PT Bintang Alam Semesta Yogyakarta.

Cristina Rubiyanti (2006: 76) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Hubungan Antara Motivasi dan Prestasi Kerja dengan Kepuasan

Kerja Karyawan” menyimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan

antara motivasi kerja dan prestasi kerja dengan kepuasan kerja karyawan pada

PT Berlina Multi Farma, Sleman Yogyakarta.

Ig. Basuki (2000:83-84) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan

antara Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, dan Pengalaman Kerja Karyawan

dengan Produktivitas Kerja Karyawan” menyimpulkan bahwa ada hubungan

positif dan signifikan antara motivasi kerja, disiplin kerja, dan pengalaman

kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada Perusahaan Pertenunan Santa

(57)

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Produktivitas Kerja Karyawan

Suatu perusahaan atau organisasi telah menentukan cara-cara kerja

untuk mengatur dan mengukur para karyawannya untuk bermotivasi

tinggi. Motivasi kerja seseorang sangat berhubungan dengan prestasi atau

produktivitas kerja karyawan yang dicapainya, karena orang yang

mempunyai semangat dan mempunyai motivasi tinggi dalam bekerja akan

menghasilkan suatu produktivitas yang tinggi dan akan mencapai hasilnya

berdasarkan tujuan masing-masing. Sebaliknya orang yang pandai dan

mempunyai bakat tetapi tidak mempunyai motivasi untuk bekerja

walaupun teknologinya canggih tidak akan menghasilkan produktivitas

yang tinggi. Perusahaan adalah suatu sistem, yang berarti saling terikat

antara satu bagian dengan bagian lainnya, sehingga dalam bekerja

ditetapkan cara kerja yang baik dan terarah agar terjadi keselarasan dalam

bekerja untuk mencapai produktivitas dari karyawan ataupun mencapai

produktivitas yang diharapkan oleh perusahaan. Dengan demikian

karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi pula.

2. Hubungan Antara Disiplin Kerja dan Produktivitas Kerja Karyawan

Suatu perusahaan atau organisasi pastinya sudah menetapkan jam

kerja untuk mengatur para karyawan atau tenaga kerjanya. Karyawan yang

datang terlambat pada jam kerja dapat dipastikan produktivitasnya

(58)

baik adalah tidak terlalu lama dan tidak terlalu pendek, karena bila terlalu

lama tenaga kerja atau karyawan akan merasa kelelahan sedangkan bila

terlalu pendek maka hasilnya kurang optimal sehingga menghambat

produktivitas kerjanya.

Perusahaan mempunyai beberapa departemen yang tugasnya

berbeda-beda, tetapi tujuannya sama. Dalam perusahaan ada aturan-aturan

atau tata tertib bagi semua elemen atau anggota perusahaan. Tata tertib

dibuat untuk mengatur tingkah laku dan sikap para karyawannya dalam

perusahaan, sehingga para karyawan tidak berbuat seenak hatinya sendiri.

Tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya

membutuhkan bahan atau pembantu lainnya. Tugas dari tenaga kerja

adalah menggunakan dan memelihara bahan atau alat pembantu dengan

sebaik-baiknya, karena perusahaan sudah menyediakannya. Bila ada

kesalahan satu alat atau bahan yang rusak maka pekerjaan akan terhenti

sementara dan dampaknya akan menghambat produktivitas kerja. Begitu

juga dengan semangat para karyawan, bila tidak bekerja dengan

sungguh-sungguh akan menghasilkan barang yang kurang baik dan menjadikan

perusahaan kurang menunjukkan kualitasnya dalam berproduksi. Dengan

demikian seorang karyawan yang memiliki sikap disiplin yang tinggi akan

(59)

3. Hubungan antara Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja dengan Produktivitas

Kerja Karyawan

Salah satu aspek penting di dalam meningkatkan kemampuan serta

pemanfaatan sumber daya yang relatif terbatas adalah mempergunakan

sumber daya tersebut secara efektif dan efesien agar meningkatkan tingkat

produktivitas karyawan. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui tingkat

pendidikan dan latihan-latihan, tingkat kedisiplinan dari semua elemen

atau anggota perusahaan, pemilihan teknologi dan sarana-sarana yang

memadai serta semangat motivasi para karyawan untuk berprestasi, oleh

karena itu organisasi perusahaan berperan secara aktif dan produktif dalam

kegiatan produktivitas. Produktivitas merupakan suatu konsep yang

menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang

dibuktikan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja.

Motivasi tinggi dan berdisiplin merupakan faktor penting di dalam

melakukan pekerjaan untuk mencapai produktivitas, jadi di antara

keduanya tidak dapat dipisahkan. Karyawan yang sudah tidak mempunyai

dorongan atau bermotivasi tinggi dalam bekerja akan membawa dampak

buruk bagi dirinya sendiri maupun perusahaan, begitu juga apabila

karyawan sudah tidak mempunyai semangat untuk berdisiplin dalam

bekerja, dalam hal ini karyawan tidak menghiraukan aturan atau tata tertib

perusahaan lagi, akan menjadikan dampak yang buruk di kalangan

individunya maupun perusahaan yang berakibat penurunan produktivitas

(60)

para karyawannya tidak merasa jenuh atau bosan dalam melakukan tugas

kerjanya, membuat kreativitas agar karyawan terus semangat bekerja,

berdisiplin tinggi agar dapat berprestasi, tetapi perubahan-perubahan yang

dibuatnya hendaknya berdampak positif agar memacu produktivitas

kerjanya.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan antara

dua atau lebih variabel. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir

yang sudah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Ada hubungan antara motivasi kerja karyawan dan produktivitas kerja

karyawan.

b. Ada hubungan antara disiplin kerja karyawan dan produktivitas kerja

karyawan.

c. Ada hubungan antara motivasi kerja karyawan dan disiplin kerja karyawan

(61)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan adalah studi kasus, yaitu jenis penelitian

yang mendalam tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas,

yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu

dimana pengumpulan dan analisis datanya dilakukan pada waktu tertentu.

Jenis penelitian studi kasus tersebut bila dihubungkan dengan hasil penelitian

maka hanya berlaku bagi obyek yang diteliti saja dan tidak berlaku bagi obyek

penelitian yang lain. Penelitian ini terbatas pada produktivitas kerja, motivasi

kerja dan disiplin kerja karyawan Perusahaan Gula Madukismo, Bantul.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian : Madukismo, Bantul

b. Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan Bulan Juli 2010

C. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan dimintai informasi atau

menjadi sumber informasi. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek

penelitian adalah karyawan bagian produksi pada Perusahaan Gula

Madukismo, Bantul.

(62)

b. Objek dari penelitian ini adalah :

1. Produktivitas Kerja Karyawan

2. Motivasi Kerja Karyawan

3. Disiplin Kerja Karyawan

D. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya

hendak diduga dan digeneralisasikan. Populasi penelitian ini adalah sebagian

karyawan Perusahaan Gula Madukismo, Bantul. Jumlah populasi penelitian

ini adalah 844 karyawan.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan teknik accidental

sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data. Dalam hal ini karyawan yang diambil sebagai sampel adalah

karyawan bagian pabrikasi dan instalansi yang kebetulan karyawan tersebut

(63)

F. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi varibel terikat dan variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja

karyawan (Y), sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah

motivasi kerja karyawan (X1), dan disiplin kerja karyawan (X2).

2. Pengukuran Variabel

a. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah besar kecilnya usaha seseorang untuk

melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya. Indikatornya adalah semangat

dalam bekerja, menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin,

keinginan untuk maju dan berkembang, partisipasi aktif karyawan, dan

tanggung jawab.

Pengukuran motivasi kerja menggunakan skala sikap dari

Likert yang dimodifikasi. Teknik pengukurannya dinyatakan dalam

bentuk skor yaitu dengan memberi skor 1-4, seperti pada tabel sebagai

berikut:

(64)

b. Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan

perbuatan yang sesuai dengan peraturan-peraturan perusahaan baik

yang tertulis maupun tidak tertulis. Indikatornya adalah kepatuhan

mentaati peraturan yang berlaku, ketepatan waktu, dan tanggung

jawab.

Pengukuran disiplin kerja menggunakan skala sikap dari likert

yang di modifikasi. Teknik pengukurannya dinyatakan dalam bentuk

skor yaitu dengan memberi skor 1-4 pada setiap item pertanyaan yang

bersifat favorable dan unfavorable, seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Skala Pengukuran

Alternatif Jawaban

Skor

Selalu Sering Kadang-kadang

c. Produktivitas Kerja Karyawan

Produktivitas kerja merupakan jumlah produk yang dapat

dihasilkan oleh satu orang karyawan dalam waktu tertentu. Pengukuran

produktivitas kerja merupakan pengeluaran yang diubah ke dalam

unit-unit pekerja yang diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan

Gambar

Gambar 4.2 Tahap Pengolahan Gula ...................................................................
Tabel 3.1 Skala Pengukuran
Tabel 3.2 Skala Pengukuran
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada banyak aspek yang dapat meningkatkan rasa percaya diri seorang atlet. Yang paling sering ditemui adalah keberhasilan atau prestasi yang di raih sebelumnya. Dalam

[r]

Selain perbaikan yang mungkin dapat dilakukan pada faktor manusia, seharusnya dilakukan juga berbagai perbaikan pada sarana dan prasarana penunjang sehingga menghindarkan

Apabila permasalahan yang telah diungkapkan di atas tidak segera ditemukan solusi yang tepat dalam penanganannya mungkin prestasi olahraga permainan bola basket

Kendala-kendala yang menghambat stategi pembelajaran menulis puisi bahasa Indonesia di kelas VI SD Negeri Cangkol 3 Kabupaten Sragen antara lain : kurang

3.Undang-Undang Nomor S Tahun 2Ot4 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia rahun 20'14 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa rekomendasi yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan, diantaranya pemanfaatan sistem informasi

Jika Kamu belum memiliki produk atau modal untuk stok barang, Kamu dapat menjalankan.