• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Hukum dan Dalil docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sumber Hukum dan Dalil docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM ISLAM

Oleh:

WILDA YANTI KHOIRIAH 1713040051

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA ISLAM/JINAYAH SIYASAH (JS) B FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemahaman suatu sumber hukum sendiri tidak semena-mena dengan akal dan pendapat pribadi. Namun telah tentu standar tertentu dalam penggunaanya, hal tersebut selanjutnya disebut sumber hukum dan dalil. Hal inilah yang akan berperan dalam tata urutan sumber hukum, hanya Allah hakim yang maha tinggi dan Maha Kuasa. Rasulullah penyampai hukum-hukum Allah kepada manusia. Oleh karena Allah yang menetapkan hukum-hukum sumber hukum yang pertama dan paling utama adalah wahyu Allah yaitu Al-Quran, kemudian Sunnah rasul sebagai sumber hukum yang kedua, dan sumber hukum yang ketiga adalah ijtihad, yang meliputi ijma’, Qiyas, istihsan, maslahah mursalah, ‘urf (adat istiadat) dan masih ada lagi, tetapi di sini saya hanya akan membahas yang tertera di atas.

B. Rumusan Masalah

1. Sumber hukum dan dalil al-Qur’an

2. Sumber hukum dan dalil al-Hadits/Sunnah 3. Sumber hukum dan dalil ijma’

4. Sumber hukum dan dalil Qiyas 5. Sumber hukum dan dalil istihsan

6. Sumber hukum dan dalil maslahah mursalah 7. Sumber hukum dan dalil urf (adat istiadat) C. Tujuan

1. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil al-Qur’an

2. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil al-Hadits/Sunnah 3. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil ijma’

4. Memahami dan mengetahui Sumber hukum dan dalil Qiyas 5. Dapat dipahami Sumber hukum dan dalil istihsan

6. Dapat dipahami Sumber hukum dan dalil maslahah mursalah 7. Dapat dipahami Sumber hukum dan dalil urf (adat istiadat)

BAB II PEMBAHASAN A. Sumber Hukum al-Qur’an

(3)

artinya, bacaan dan apa yang tertulis padanya. Seperti terulang dalam ayat al-Secara istilah al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, tertulis dalam mushaf berbahasa arab, yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, bila membacanya mengandung nilai ibadah, dimulai dengan Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.

اصمـــلا يف بوتكمـلا لوسرلا ىلع لزنمـلا وه نآرقلا

ارتا وتم لقن هنع لوقمـلا فح

Al-Qur’an adalah (kalamullah) yang diturunkan kepada Rasulullah tertulis dalam mushaf, diikuti dari Rasulullah secara mutawatir dengan tidak diragukan.

1. Penjelasan al-Qur’an terhadap hukum-hukum

a. Ijmali (global) yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaannya contoh: masalah shalat, zakat dan kaifiyahnya.

b. Tafshili (rinci)yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah akidah hukum waris dan sebagainya.

2. Dalalah al-Qur’an terhadap hukum-hukum

a. Qathi yaitu lafal-lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami makna lain darinya.

b. Zhanni yaitu lafal-lafal yang dalam al-Qur’an mengandung pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk ditakwilkan.

B. As-Sunnah.

1. Pengertian as-Sunnah

(4)

berupa ucapan (sunnah Qauliyah). Perbuatan (sunnah Fi’liyah) atau pengakuan (sunnah Taqririyah)

2. Dalil keabsahan as-Sunnah sebagai sumber hukum

Al-Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk menaati Rasulullah

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S An-Nisa’: 59)

Selain ayat tersebut masih ada juga ayat yang menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat keteladanan yang baik (Q.S Al-Ahzab: 21), Bahkan dalam ayat lain Allah memuji Rasulullah sebagai seorang yang agung akhlaknya (Q.S Al-Qalam: 4) selain itu terdapat juga dalam QS. An-Nisa: 65 dna 80 dan QS. An-Nahl: 44)

Ayat-ayat di atas secara tegas menunjukkan wajibnya mengikuti Rasulullah yang tidak lain adalah mengikuti sunnah-sunnahnya. Berdasarkan beberapa ayat tersebut, para sahabat semasa hidup nabi dan setelah wafatnya telah sepakat atas keharusan menjadikan sunnah Rasulullah sebagai sumber hukum.

C. Ijma’

1. Pengertian Ijma’

Ijma’ artinya cita-cita, rencana dan kesepakatan. Firman Allah SWT yang artinya “maka cita-citakanlah urusanmu”

Menurut imam ghazali ijma’ adalah kesepakatan umat Muhammad secara khusus tentang suatu masalah agama

(5)

Rukun ijma’ menurut jumhur ulama yaitu:

a. Yang terlihat dalam pembahasan hukum syara’ melalui ijma’ tersebut adalah seluruh mujtahid.

b. Mujatahid yang terlibat dalam pembahasan hukum itu adalah seluruh mujtahid yang ada pada masa tersebut.

c. Kesepakan itu diawali setelah masing-masing mujtahid padangannya. d. Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’

e. Sandaran ijma’ yaitu al-Qur’an dan hadis 3. Syarat-syarat ijma’ menurut jumhur ulama

a. Yang melakukan ijma’ adalah orang yang memenuhi persyaratan ijtihad

b. Kesepakatan muncul dari mujtahid yang bersifat adil

c. Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari ucapan atau perbuatan bid’ah.

4. Kedudukan Ijma’

Ijma’ tidak dijadikan hujjah (alasan) dalam menetapkan hukum karena yang menjadi alasan adalah kitab dan sunnah atau ijma’ yang didasarkan kepada kitab dan sunnah. Ijma’ tidaklah termasuk dalil yang bisa berdiri sendiri. Firman Allah SWT yang artinya “jika kamu berlainan pendapat dalam suatu masalah, maka hendaklah kamu kembali kepada Allah dan Rasulnya.

Yang dimaksud kembali kepada Allah yaitu berpedoman dan bertitik tolak dalam menetapkan suatu hukum kepada al-Qur’an sedangkan yang di maksud kembali ke rasulnya yaitu berdasarkan kepada sunnah rasul. Dengan pengertian ijma’ yang dapat menjadi hujjah adalah ijma’ yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan sunnah.

D. Qiyas

1. Pengertian Qiyas

(6)

2. Rukun dan Syarat qiyas

Para ulama ushul fikih menetapkan bahwa rukun Qiyas itu aada empat, yaitu ashl (wadah hukum yang ditetapkan melalui nash atau ijma’) far’u (kasus yang akan ditentukan hukumnya), illat (motivasi hukum) yang terdapat dan terlibat oleh mujtahid pada ashl dan hukum ashl (hukum yang telah di tentukan oleh nash atau ijma’)

Para ulama ushul fiqih mengemukakan bahwa setiap rukun qiyas yang telah dipaparkan di atas harus memenuhi syarat-syarat tertentu, sehingga Qiyas dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum, syarat itu sebagai berikut:

a. Ashl

1) Hukum ashl itu adalah hukum yang telah tetap dan tidak mengandung kemungkinan dibatalkan

2) Hukum itu ditetapkan berdasarkan syara’ 3) Ashl bukan merupakan far’u dan ashl lainnya.

4) Dalil yang menetapkan illat pada ashl itu adalah dalil khusus 5) Ashl itu tidak keluar dari kaidah-kaidah Qiyas.

6) Hukum ashl itu tidak keluar dari kaidah-kaidah Qiyas. b. Hukum Al-Ashl

1) Tidak bersifat khusus

2) Hukum ashl itu tidak keluar dari ketentuan-ketentuan qiyas 3) Tidak nash

4) Hukum al-Ashl lebih dahulu disyariatkan dari Far’u c. Far’u

1) Illatnya sama dengan illatnya yang ada pada ashl 2) Hukum ashl tidak diubah setelah dilakukan qiyas 3) Hukum far’u tidak mendahului hukum adil

4) Tidak ada nash atau ijma’, yang menjelaskan hukum far’u d. Illat

1) Mengandung motivasi hukum, bukan sekedar tanda-tanda atau induksi hukum.

2) Dapat diukur dan berlaku untuk semua orang .

3) Jelas, nyata, dan bisa ditangkap oleh para indera manusia 4) Merupakan sifat yang sesuai dengan hukum

5) Tidak bertentangan dengan nash ata ijma’ 6) Itu tidak datang belakangan dari ashl

(7)

Menurut jumhur ulama, bahwa qiyas adalah hukum syara’ yang dapat, menjadi dalam menetapkan suatu hukum dengan alasan. “maka menjadi pandangan bagi orang-orang berfikir (Q.S al-Hasyr. 2)

Kalimat yang menunjukkan qiyas dalam ayat ini “menjadi pandangan” ini berarti membandingkan antar hukum yang tidak disebutkan dengan hukum yang telah ada ketentuannya.

E. Istihsan

Dilihat dari salah bahasa istihsan dari kata bahasa Arab artinya mencari kebaikan (ناسحتسإ نحتسي نحتسإ – – ). Al-Hasan menyebutkan makna istihsan secara bahasa dengan ungkapan نسجاام بلط artinya mencari yang lebih baik.

Istihsan itu adalah berpindah dari suatu hukum yang sudah diberikan kepada hukum lain yang sebanding karena ada suatu sebab yang dipandang lebih kuat.

Menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan sebagian ulama Hanabillah bahwa istihsan merupakan dalil yang kuat dalam menetapkan hukum, dengan alasa. “Barang siapa yang mempergunakan istihsan berarti dia telah membuat syariat baru”.

Untuk itu imam Asy-Syatibi berpendapat, barangsiapa beristihsan tidak berarti bahwa ia memulangkannya kepada perasaan dan kemauan hawa nafsunya, tetapi ia memulangkannya kepada maksud syar’I yang umum dalam peristiwa-peristiwa yang dikemukakan.

F. Maslahah Mursalah 1. Tinjauan Bahasa

Tersusun dari dua kata yaitu maslahah dan mursalah kata al-maslahah dari حلص = besar, bentuk masdarnya احلص ةحلصم = kebesaran, kemaslahatan, yaitu sesuatu yang mendatangkan kebaikan.

Kata mursalaha dari kata = mengutus. Bentuk isim maf’ulnya = diutus, dikirim, dipakai, dipergunakan.

(8)

“Ia dalah perbuatan yang bermanfaat yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, kepada hambanya tentang pemeliharaan agamanya, jiwanya, akalnya, keturunannya dan hartanya.”

2. Kehujjahan Maslahah Mursalah

Di antara para ulama usul ada yang menerima dan adapula yang menolak berhujjah dengan maslahah mursalah.

a. Ulama-ulama Syafiiyah, hanafiyah dan sebagian ulama malikiyah tidak menjadikan maslahah sebagai hujjah.

b. Menurut sebagian ulama Maliki dan sebagian ulama syafi’I, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

c. Diantara ulama yang paling banyak menggunakan maslahah mursalah ialah imam malik, untuk ini imam al-Qadafi berkata yang artinya: “sesungguhnya berhujah dengan maslahah mursalah dilakukan oleh semua madzhab, karena mereka melakukan qiyas dan mereka membedakan antara satu dengan yang lainnya karena adanya ketentuan-ketentuan hukum yang mengikat.

G. Urf (adat Istiadat)

Kata urf secara etimologi berarti yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. Secara terminologi seperti dikemukakan Abdul Karim Zaidin yang artinya:

“sesuatu yang tidak asing bagi suatu masyarakat karena tidak menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan”

Para ulama ushul fiqh membedakan antara “adat” dengan “urf’ dalam kedudukannya sebagai dalil untuk menetapkan hukum syara’ adat didefenisikan dengan yang artinya:

“adat adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa adanya hubungan rasional”

(9)
(10)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Sumber dan dalil hukum Islam merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan diajar dalam menemukan dan atau menetapkan hukum syara’ dengan perkembangan yang tepat dan benar. Yang termasuk dalam sumber dan dalil hukum Islam diantaranya AL-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas. Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk mengetahui serta memperdalam sumber ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, karena sumber bacaan agama Islam merupakan media penuntun agar kita dapat melaksanakan semua perintah Allah dari semua larangannya. Agama Islam pun tidak mempersulit kita dalam mempelajari seluk beluk agama Islam. Karena terdapat tingkatan sumber ajaran Islam yang harus kita pedomani.

B. Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

H.A . Djazuli. 2005. Ilmu Fiqh, Edisi Revisi. Jakarta: Prenada Media Group. Mardani.2013.Ushul Fiqh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abdul Wahab Khalaf. Kaidah-kaidah Hukum Islam. DDII. Jakarta: 1972 Muhammad abu Zahrah. Ushul al-Fiqh. Dar Fikr al-Arabi, 1958

Referensi

Dokumen terkait

Namun kini pelepah pisang kering dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan yang indah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.. Seperti, bunga, bingkai

Penelitian ini merupakan penelitian hukum Islam sosiologis yang dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian lapangan ( Field Research) yaitu suatu penelitian

Belief system menjelaskan tentang nilai-nilai inti organisasi, boundary system menjelaskan kepada karyawan tentang apa yang mereka tidak bisa lakukan, diagnostic control

Kelompok seperti itu (tim proyek atau.. Koordinasi dan usaha koordinasi dalam organisasi 185 gugus tugas) memiliki otonomi tinggi namun berada dalam batasan yang terkait de- ngan

Pertama, ambil beberapa kabel untuk beberapa kabel untuk menghubungkan 5V pin dengan Arduino denga jalur merah (+) pada papan project board, dan menghubungkan 5V pin dengan

Berdasarkan hasil penelitian “Keanekaragaman Kopi Rakyat Berdasarkan Karakter Topografi di Kabupaten Lumajang” dapat disimpulkan bahwa ditemukan 3 jenis tanaman kopi yaitu

diungkapkan atau ditulis dalam puisi Chairil Anwar, yang diaktualisasikan lewat gaya bahasa dalam beberapa puisinya sangat menarik untuk dibahas sehingga

Komplikasi adalah kondisi dimana munculnya penyakit lain atau gangguan medis lain pada seseorang sebagai akibat penanganan yang terlambat serta kurang tepat dari suatu