Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Profil Sekolah
SMP Negeri 2 Dempet terletak di Jl. Raya Demak-Purwodadi Km.10, Desa
Botosengon, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Propinsi Jawa Tengah. Wilayah SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purwodadi di sebelah timur dan Kabupaten Demak di sebelah barat. SMP Negeri 2 Dempet didirikan pada tanggal 28 November 1968. SMP Negeri 2 Dempet memiliki lahan seluas 9.350 m2 dengan status hak pakai, sedang luas bangunan adalah 4.372 m2. Nomor Statistik (NSS) SMP Negeri 2 Dempet adalah 201032107007 dan bertipe A serta berakreditasi A.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Dempet bekerja sebagai petani, namun demikian sebagian besar orang tua mempunyai kesadaran yang tinggi dalam memberikan pendidikan kepada putra-putri mereka. Hal ini terbukti banyak masyarakat Dempet yang menyekolahkan putra-putri mereka ke SMP Negeri 2 Dempet.
sangat diminati masyarakat (favorit) tidak hanya bagi masyarakat Kecamatan Dempet, tetapi juga bagi masyarakat luar Kecamatan Dempet.
Prestasi SMP Negeri 2 Dempet di bidang non akademis (Kejuaraan Bidang Olah Raga) cukup menggembirakan. Sistem pelayanan pendidikan juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Prestasi sekolah yang diperoleh merupakan proses perjuangan dan kerjasama antara Kepala Sekolah, warga sekolah dan masyarakat.
Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 SMP Negeri 2 Dempet telah mengimplementasikan program Sekolah Standar Nasional (SSN). Banyak upaya telah dilakukan oleh SMP Negeri 2 Dempet dalam peningkatan mutu pendidikan untuk memenuhi 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) seperti program peningkatan kualifikasi guru, peningkatan kinerja karyawan melalui pelatihan dan pendampingan, penambahan sarana prasarana sekolah, peningkatan mutu pembelajaran melalui program inovasi pembelajaran, program jam tambahan untuk mata pelajaran Sains dan Olimpiade dalam mempersiapkan berbagai lomba baik ditingkat Kabupaten, Provinsi, maupun Nasional. Selain itu, SMP Negeri 2 Dempet telah mengembangkan program kecakapan hidup (life skill) bagi siswa yang kemungkinan tidak melanjutkan di jenjang yang lebih tinggi.
dirinya, sehingga dapat dikembangkan lebih optimal untuk bekal persiapan hidup di masyarakat; (5) Mempersiapkan setiap siswa untuk mengikuti serta memasuki pada jenjang menegah atas; dan (6) Mendorong dan menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang di anut dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak, berperilaku, dan bertutur kata.
SMP Negeri 2 Dempet mempunyai 51 guru. Sebanyak 28 Pendidik SMP Negeri 2 Dempet sudah mempunyai sertifikat pendidik (sertifikasi). Untuk meningkatkan mutu profesinya sebagian pendidik di SMP Negeri 2 Dempet sedang melanjutkan pendidikan di Jenjang Pasca Sarjana (S2). SMP Negeri 2 Dempet dipimpin oleh Kepala Sekolah yang bernama Bapak Sugiharto, S.Pd dan dibantu oleh 4 (empat) Wakil Kepala Sekolah yaitu Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum adalah Muklis, S.Pd, M.Pd; Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan adalah Sumarno, S.Pd; Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana adalah Ada Pendiwati, S.Pd; dan Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas adalah Siti Margiyati Sholekah, S.Pd, M.Pd. Data kualifikasi akademik guru SMP Negeri 2 Dempet diperoleh dari studi dokumentasi dan observasi di lapangan. Karakteristik guru SMP Negeri 2 Dempet dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Kualifikasi Akademik Pendidik SMP Negeri 2 Dempet
4.2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2014 sampai bulan Desember 2014, melalui proses 4D, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development), dan tahap penyebaran (disseminate).
Tahap pendefinisian, bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan reward and punishment. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan analisis dari kepala sekolah, murid, dan guru tentang hal-hal apa saja dalam kinerja guru yang perlu perbaikan, yang nantinya akan diberikan
reward atau punishment. Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa permasalahan yang paling sering ditemui adalah masalah waktu. Guru kurang disiplin dalam hal waktu, baik itu ketepatan masuk kerja, ketepatan masuk kelas, ketepatan mengakhiri pelajaran, ketepatan pulang kerja, dan juga ketepatan dalam mengumpulkan administrasi pembelajaran, baik itu RPP, analisis, maupun perangkat pembelajaran lainnya.
Tahap perancangan (design), bertujuan untuk menghasilkan instrumen dan poin pertanyaan wawancara penilaian kinerja guru, berdasarkan kisi-kisi variabel reward and punishment dan kisi-kisi variabel kinerja guru yang telah dibuat sebelumnya.
berdasarkan skala Likert. Kategori tersebut berdasarkan penilaian kinerja guru sebelum dan sesudah pemberian reward and punishment. Kategori penilaian tersebut adalah sebagai berikut: nilai 1 untuk kategori sangat lebih buruk, nilai 2 untuk kategori lebih buruk, nilai 3 untuk kategori sama, nilai 4 untuk kategori lebih baik, dan nilai 5 untuk kategori sangat lebih baik. Hasil dari angket, dihitung validasi dan reliabilitasnya menggunakan program SPSS 20. Hasil menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid dan reliabel (Lampiran 6). Setelah didapatkan data dari hasil angket, wawancara, studi dokumen dan observasi, selanjutnya dibuat panduan strategi pemberian reward and punishment. Selanjutnya panduan ini divalidasi oleh Prof. Dr. Slameto, M.Pd dan Kepala Sekolah selaku ahli.
Selanjutnya, setelah dilakukan validasi oleh ahli, diperoleh draft panduan strategi pemberian reward and punishment. Tahap selanjutnya, yaitu penyebaran (disseminate), hasil yang diperoleh dari proses pengembangan ini yaitu panduan strategi pemberian reward and punishment dijadikan sebagai bahan masukan kepada Kepala Sekolah dalam kebijakan pemberian reward and punishment dalam rangka meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 2 Dempet.
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
4.3.1. Deskripsi Hasil Penelitian
Reward and Punishment
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa program reward and punishment ini telah dimulai sejak kepemimpinan bulan Juli tahun 2013. Dalam perspektif administrasi pendidikan, kebijakan motivasi kinerja guru merupakan tugas manajemen pemerintah dan intitusi yang bersangkutan. Motivasi kerja turut menentukan baik buruknya kinerja (performance) seseorang, termasuk kinerja guru.
Menurut Kepala Sekolah (hasil wawancara tanggal 12 Desember 2014): “Reward and punishment yang saya terapkan di SMP Negeri 2 Dempet mengacu pada Permeneg PAN dan RB no.16 Tahun 2009, tentang Penilaian Kinerja Guru, dan Permendikbud No.67 Tahun 2014, tentang Kepala Sekolah selaku Pejabat Penilai Prestasi Kerja Pegawai”.
Dalam membuat strategi pemberian reward and punishment, diperlukan suatu perencanaan atau yang biasa disebut perencanaan strategis. Menurut Kepala SMP Negeri 2 Dempet (hasil wawancara tanggal 12 Desember 2014):
“Strategi pemberian reward and punishment saya mulai dari membuat tujuan dari program ini. Kemudian saya melakukan analisis karakteristik guru di SMP negeri 2 Dempet. Dengan mengetahui karakteristiknya, saya akan mengetahui bentuk reward atau punishment yang akan saya berikan. Setelah itu, saya menentukan bentuk reward and punishment sesuai dengan kinerja guru. Kemudian saya melakukan sosialisasi kepada para guru tentang rencana pemberian reward and punishment. Setelah itu, mulai mengimplementasikan program reward and punishment. Dan yang terakhir, saya melakukan evaluasi terhadap program reward and punishment”.
diungkapkan oleh salah satu guru, Ibu IS (hasil wawancara 5 Desember 2014), sebagai berikut: ”guru yang mempunyai kinerja yang baik biasanya mendapatkan jabatan tertentu di sekolah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Guru W (hasil wawancara 7 Desember 2014), sebagai berikut: “Kepala Sekolah selama ini memberikan reward kepada guru berupa ucapan terima kasih, pemberian apresiasi secara lisan, pemberian jabatan tertentu, dan memberikan bantuan berupa biaya dalam pembuatan perencanaan pembelajaran”. Dan juga diperkuat oleh pernyataan Ibu Guru K (hasil wawancara 8 Desember 2014) sebagai berikut: “untuk guru yang berkinerja baik, Kepala Sekolah memberikan penghargaan berupa jabatan tertentu di sekolah”.
kinerjanya kurang, akan mendapat ketidakpercayaan. Sejauh mungkin saya menghindari mematikan karir pegawai yang seperti ini, lebih baik dibina”.
4.3.2. Deskripsi Hasil Penelitian Kinerja Guru
Dari hasil angket dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pemberian
reward and punishment, secara keseluruhan indikator kinerja guru, mulai dari aspek administrasi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran lebih baik setelah diberlakukannya program reward and punishment oleh Kepala Sekolah. Sedangkan untuk aspek pengembangan diri, kinerja guru tetap sama sebelum dan setelah pemberian reward and punishment.
Pemberian reward and punishment mempunyai dampak positif terhadap peningkatan kinerja SMP Negeri 2 Dempet. Jika dibandingkan dengan pemberian punishment, sebagian guru lebih memilih pemberian reward. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu IZ (hasil wawancara tanggal 8 Desember 2014) sebagai berikut: “untuk meningkatkan kinerja guru, lebih baik diberikan reward saja dan menghilangkan punishment. Karena
“reward dan punishment sama-sama diperlukan dalam meningkatkan kinerja guru, agar seimbang dan adil. Reward diberikan ketika guru disiplin, sedangkan punishment diberikan ketika tidak disiplin”.
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan para guru juga menghasilkan kesimpulan bahwa pemberian reward and punishment mampu meningkatkan kinerja guru SMP Negeri 2 Dempet.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1. Strategi Pemberian
Reward and Punishment
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, pemberian reward and punishment dapat meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 2 Dempet. Hal ini terbukti dengan keseriusan guru dalam memahami peraturan atau tata tertib sekolah, dan standar kinerja guru yang baik. Sekolah secara kelembagaan sangat serius dalam mensosialisasikan pemahaman tentang kinerja guru, termasuk diantaranya dengan pembuatan aturan/kebijakan. Selain itu, pihak sekolah menerapkan pembinaan personal dengan pola penerapan reward and punishment tersebut.
nantinya dapat berhasil. Tahapan pemberian strategi tersebut dimulai dari tahap penentuan tujuan pemberian reward and punishment, analisis karakteristik guru di SMP negeri 2 Dempet, menentukan bentuk reward and punishment
sesuai dengan kinerja guru, sosialisasi kepada para guru tentang rencana pemberian reward and punishment, implementasi program reward and punishment, dan evaluasi terhadap program reward and punishment”.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Prastyo (2011) tentang perlunya strategi dalam mencapai tujuan organisasi, yaitu:
“Manajemen strategi merupakan proses pengarahan usaha perencanaan strategi dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam jangka panjang. Tahap manajemen strategi antara lain: perumusan strategi (strategy formulation) dan pengimplementasian strategi (strategy implementation). Tahap perencanaan strategi, yaitu: identifikasi tujuan dan sasaran, penilaian kinerja berdasar tujuan dan sasaran yang ditetapkan, penentuan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran, implementasi perencanaan strategi, dan evaluasi hasil dan perbaikan proses perencanaan strategi”.
Sedangkan menurut Atamturk, et, al (2011), tentang perencanaan strategi adalah sebagai berikut:
“In performance management system, the schools need to go through a planning process in accordance with their goals in terms of each school’s individual and cultural structure. As performance management system begins with the planning step, the planning includes setting performance goals, definition of work, responsibilities, competence, setting qualifications for the employees and generating data for performance measurement”.
Penjelasan dari setiap tahapan strategi program reward and punishment
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan program reward and punishment.
sekolah akan menggunakan sumber daya-sumber dayanya secara tidak efektif.
Tujuan dari program reward and punishment di SMP Negeri 2 Dempet adalah untuk meningkatkan kinerja guru. Peningkatan kinerja guru, nantinya akan berdampak pada peningkatan mutu sekolah.
2. Analisis karakteristik guru.
Analisis karakteristik guru ini meliputi kinerja guru dalam hal kedisiplinan guru, kelengkapan administrasi pembelajaran, kemampuan mengajar, attitude, dan prestasi kerja. Analisis karakteristik guru ini diperlukan untuk menghasilkan tahapan ketiga, yaitu penentuan bentuk
reward atau punishment yang akan diberikan kepada guru berdasarkan kinerjanya.
3. Menetapkan bentuk reward and punishment.
Pada tahap ini ditentukan bentuk reward atau punishment yang diberikan oleh Kepala Sekolah kepada guru, tergantung pada kinerja guru tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian reward atau punishment
adalah sebagai berikut:
a. presensi kehadiran guru;
b. kelengkapan administrasi mengajar, seperti RPP, jurnal mengajar,
daftar nilai dan daftar hadir, serta analisis;
c. pelaksanaan pembelajaran; d. prestasi kerja; dan
e. kepribadian dan sosial kemasyarakatan.
faktor-faktor diatas maka guru tersebut bisa mendapatkan punishment dari Kepala Sekolah.
Berikut ini adalah reward yang akan diberikan oleh Kepala Sekolah kepada guru dengan kinerja yang baik:
a. Kepercayaan untuk menduduki jabatan atau tugas tertentu
Untuk guru yang mempunyai kinerja baik oleh Kepala Sekolah akan diberikan kepercayaan untuk membantu tugas beliau dalam melakukan manajemen sekolah. Tugas tersebut berupa jabatan pembantu Kepala Sekolah, atau biasa disebut sebagai Wakil Kepala Urusan (WaKaUr). SMP Negeri 2 Dempet mempunyai 4 (empat) WaKaUr, yaitu yang menangani Kurikulum, Kesiswaan, Sarana dan Prasarana, serta Hubungan Masyarakat (Humas).
Selain WakaUr, tugas lain yang dipercayakan oleh Kepala Sekolah kepada guru berkinerja baik adalah tugas dalam kepanitian dalam suatu kegiatan. Misalnya panitia dalam Ujian Akhir Semester (UAS), Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Nasional (UN), dan kegiatan lain yang sejenis. Job description dalam kepanitian tersebut bisa berupa Ketua, Wakil Ketua, Bendahara, Sekretaris, Seksi naskah, Seksi Konsumsi, dan Seksi-seksi yang lain.
b. Memberikan kesempatan melanjutkan studi
Kepala Sekolah akan memberikan ijin kepada guru yang mempunyai kinerja baik untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. Sehingga diharapkan guru tersebut mampu memperluas ilmu dan wawasannya, yang nantinya akan bermanfaat bagi sekolah.
c. Memberikan kesempatan mengikuti pelatihan (workshop)
yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, sehingga ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat bagi sekolah. Selain itu, untuk kepentingan guru tersebut, kesempatan untuk mengikuti pelatihan,
workshop, atau seminar dapat digunakan untuk menambah angka kredit yang nantinya dapat digunakan untuk kenaikan jabatan.
Dubrin (1984:92) berpendapat bahwa setidaknya ada dua keuntungan jika seseorang mengikuti pelatihan, yaitu (1) memperbaiki keterampilan agar berhasil dalam pekerjaan dan (2) meningkatkan produktivitas.
d. Dipermudah proses kenaikan jabatannya
Seperti penjelasan pada poin sebelumnya, dengan mendapatkan kesempatan mengikuti berbagai jenis pelatihan, maka guru yang berkinerja baik akan mendapatkan banyak tambahan angka kredit untuk mempermudah kenaikan jabatannya.
e. Pujian atau apresiasi
Pujian atau apresiasi akan disampaikan secara lisan oleh Kepala Sekolah pada saat forum resmi, misal rapat dinas, pembinaan, atau pada waktu apel agar memacu guru lain untuk berlomba-lomba meningkatkan kinerjanya. Pujian atau apresiasi ini akan meningkatkan rasa bangga pada diri guru yang berkinerja baik, karena merasa hasil kerjanya dihargai orang lain.
Sedangkan punishment akan diberikan oleh Kepala Sekolah kepada guru yang mempunyai kinerja kurang baik. Punishment yang diberikan berupa teguran secara lisan. Punishment bersifat represif dan preventif.
a. Bersifat represif, karena hukuman yang dilakukan karena adanya
tindakan indisipiner dipanggil oleh Kepala Sekolah ke ruang Kepala Sekolah untuk dilakukan pembinaan.
b. Bersifat preventif. Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan
dengan maksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran, intinya bermaksud memberi suatu peringatan. Setelah guru indisipliner diberi pembinaan oleh Kepala Sekolah, masalah pelanggaran tersebut di share oleh Kepala Sekolah pada saat rapat atau pembinaan, dengan tidak menyebutkan subyek pelanggarnya. Hal ini bertujuan agar guru pelanggar dan guru yang lain tidak mengulangi pelanggaran atau kesalahan tersebut.
4. Sosialisasi tentang program reward and punishment.
Kepala Sekolah melakukan sosialisasi tentang program reward and punishment kepada para guru. Tujuan dari tahapan ini adalah agar para guru mengetahui dan memahami dari konsep, maksud, dan tujuan dari program reward and punishment. Selain itu juga menciptakan komitmen dan kerjasama antara Kepala Sekolah dan para guru untuk melaksanakan dan memonitor bersama program reward and punishment.
5. Implementasi program reward and punishment.
Pada tahapan ini mulai diberlakukan program reward and punishment di sekolah. Guru akan mendapatkan penghargaan sesuai dengan kinerjanya. 6. Evaluasi program reward and punishment.
Tahap evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian program
Hal yang paling menonjol setelah diberlakukannya reward and punishment, adalah perubahan kedisiplinan guru. Kedisiplinan guru SMP Negeri 2 Dempet berubah menjadi lebih baik setelah adanya pemberian reward and punishment. Dengan adanya reward and punishment, semua guru membuat perencanaan pembelajaran tepat waktu, guru datang ke sekolah tepat waktu, guru lebih giat mengajar dengan indikasi guru tepat waktu masuk ke dalam kelas, dan guru pulang kerja tepat waktu pula. Hal ini tentunya membawa perubahan yang positif bagi iklim pembelajaran di SMP Negeri 2 Dempet. Karena jika menginginkan siswanya disiplin, maka yang harus dimulai dari gurunya terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2013), berikut ini:
“Untuk meningkatkan kinerja guru, maka setiap guru harus mendisiplinkan diri mereka sendiri, dengan cara: hadir tepat waktu setiap hari kerja, mengisi daftar hadir setiap hari kerja, pulang tepat waktu setiap hari kerja, menyelesaikan tugas tepat waktu, mengajar sesuai silabus pembelajaran, menginformasikan kepada guru piket saat berhalangan hadir, mendahulukan pelaksanaan tugas dari pada aktivitas lain dan menjalankan tugas sesuai peraturan. Jika guru tidak bisa mendisiplinkan diri mereka sendiri maka sekolahlah yang menerapkan disiplin kepada para guru dengan cara: membuat peraturan kerja yang jelas, menegakkan disiplin positif dengan memberi peringatan, memberi cuti, mengevaluasi sampai pada pemecatan”.
Bentuk reward and punishment yang diberikan oleh Kepala Sekolah kepada guru bervariasi sesuai dengan kinerjanya. Pemberian reward di SMP Negeri 2 Dempet sesuai dengan pernyataan Jayanti (2014) berikut ini:
place). Oleh sebab itu promosi jabatan mempunyai arti penting bagi setiap lembaga atau perusahaan sebab dengan adanya promosi jabatan itu artinya kestabilan organisasi dan pegawai akan lebih terjamin. Selain itu juga karena semangat bekerja para pegawai yang di sebabkan pemberian jabatan akan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sedangkan pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir”.
Dari hasil penelitian dan berdasarkan teori diketahui bahwa pemberian
reward bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja guru terhadap tugasnya, karena besarnya reward akan mencerminkan ukuran nilai karya guru itu sendiri dalam meningkatkan kinerjanya. Guru yang mendapatkan reward
terpacu untuk meningkatkan kinerjanya, karena pada dasarnya setiap manusia senang hasil karyanya dihargai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bestiana (2012) sebagai berikut: “Kepuasan kerja guru, dapat mendorong peningkatan kinerja guru”.
pelanggaran atau kesalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jayanti (2011) sebagai berikut:
“Secara garis besar punishment dapat dibedakan dua macam, yaitu:
Punishment preventif dan punishment represif. Punishment preventif adalah
punishment yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi
pelanggaran. Punishment ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran dilakukan. Dalam arti lain, punishment preventif adalah hukuman yang bersifat pencegahan. Tujuan dari hukuman ini adalah untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses pekerjaan dapat dihindarkan. Punishment preventif dapat berupa tata tertib, anjuran atau perintah, larangan, paksaan, dan disiplin. Sedangkan
punishment represif adalah punishment yang dilakukan karena adanya
pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi punishment ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan. Punishment refresif diadakan bila terjadi suatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan peraturan-peraturan atau suatu perbuatan yang dianggap melanggar macam yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan dalam jangka panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan tingka laku yang diagap salah, sedangkan tujuan dalam jangka panjang adalah untuk mengajar dan mendorong pegawai agar dapat menghentikan sendiri tingkah lakunya yang salah”.
Pemberian reward and punishment terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 2 Dempet, karena reward and punishment tersebut diberikan secara ajeg dan kontinyu. Menurut Ali, dkk. (2011):
perusahaan ditentukan oleh baiknya pemberian penghargaan dan adilnya pemberian hukuman”.
4.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian
Reward
and Punishment
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian reward and punishment di SMP negeri 2 Dempet, antara lain: presensi kehadiran guru; kelengkapan administrasi mengajar, seperti RPP, jurnal mengajar, daftar nilai dan daftar hadir, serta analisis; pelaksanaan pembelajaran; prestasi kerja; dan yang terakhir kepribadian dan sosial kemasyarakatan. Semakin terpenuhinya faktor-faktor yang disebutkan diatas, maka akan semakin mudah guru tersebut mendapatkan reward. Begitu pula sebaiknya, apabila guru belum mampu memenuhi faktor-faktor diatas, maka guru tersebut akan mendapatkan punishmnet berupa teguran. Hal ini sesuai dengan Ali (2011), “Pada umumnya pegawai akan menerima perbedaan kompensasi yang berdasarkan tanggungjawab, kemampuan, pengetahuan, produktivitas, “on – job” atau kegiatan kegiatan manajerial”.
Hasil penelitian ini pada umumnya sama dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu reward and punishment terbukti mampu meningkatkan kinerja guru. Selain itu juga, beberapa guru lebih menyukai pemberian reward
daripada punishment, walaupun punishment juga diperlukan dalam strategi ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan terdahulu adalah penelitian ini menghasilkan produk, berupa panduan pemberian reward and punishment.
manajemen sumber daya manusia, dalam hal ini kinerja guru di SMP Negeri 2 Dempet, sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah. Selain untuk SMP Negeri 2 Dempet, panduan yang dihasilkan juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sekolah lain, yang mempunya karakteristik sekolah dan guru yang hampir sama.
Penelitian ini diharapkan memiliki implikasi terhadap peningkatan produktivitas kerja guru di SMP Negeri 2 Dempet. Peran reward yang sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja guru perlu dipertahankan bahkan mungkin di tingkatkan agar para pegawai guru di SMP Negeri 2 Dempet lebih bersemangat dan memiliki motivasi kerja yang tinggi karena hal ini juga akan berdampak positif bagi sekolah. Namun, walaupun begitu peran punishment
tentu juga dibutuhkan di setiap sekolah. Hal ini bertujuan sebagai kontrol agar para guru tidak semena-mena dalam bekerja dan sesuai dengan prosedur sekolah. Akan tetapi, ada baiknya apabila peran punishment tersebut tidak menjadi sebuah momok yang ditakuti para guru namun diharapkan peran