• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATE (1)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2017

OLEH :

Amalia Madina (3614100012)

Annisa Denar (3614100022)

Aluh Shiba (3614100041)

M. Amir Faiz (3614100075)

PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH

DI KABUPATEN PAMEKASAN

DENGAN KONSEP AGROPOLITAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya laporan mata kuliah Ekonomi Wilayah yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Pamekasan dengan Konsep Agropolitan”inidapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu kami dalam proses penyelesaian laporan ini, yaitu Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. dan Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membimbing kelompok kami. Serta teman – teman yang turut membantu memberikan informasi dalam penyelesaian tugas ini.

Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota pada khususnya. Demikian beberapa kata yang penyusun tulis untuk mengantar para pembaca dalam membaca laporan ini. Kami sebagai penyusun hanyalah manusia biasa yang tentu tak luput dari kesalahan. Kritik dan saran sangat kami butuhkan demi tercipta yang lebih baik. Jika terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami sebagai penyusun memohon maaf.

Surabaya, 26 Mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan... 2

1.3. Metode Pendekatan ... 2

1.3.1. Analisa Location Quotient (LQ) ... 2

1.4. Sistematika Laporan... 4

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tinjauan Kebijakan ... 5

2.1.1. Arahan Pengembangan RPJMD Kabupaten Pamekasan 2013 – 2018 ... 5

2.1.2. Arahan Pengembangan RTRW Kabupaten Pamekasan Tahun 2012 -2032 ... 12

2.2. Tinjauan Literatur ... 15

2.2.1. Kawasan Agropolitan ... 15

BAB III GAMBARAN UMUM ... 18

3.1. Gambaran Umum Wilayah ... 18

3.2. Gambaran Permasalahan ... 19

3.2.1. Permasalahan Ketertinggalan Kabupaten Pamekasan ... 19

3.2.2. Permasalahan Kurangnya berkembangnya Agropolitan di Kabupaten Pamekasan ... 23

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Penentuan Komoditas Unggulan ... 25

4.1.1. Analisis Sektor Unggulan ... 25

4.1.2. Analisis Sub Sektor Jenis Komoditas Pertanian Unggulan ... 28

4.1.3. Analisis Komoditas Basis ... 29

4.2. Penentuan Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pamekasan Tidak Optimal ... 31

BAB V PENUTUP ... 33

5.1. Konsep Pengembangan ... 33

5.2. Kesimpulan ... 39

5.3. Lesson Learned ... 40

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Pamekasan ... 18

Gambar 2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Prov. Jawa Timur 2008 - 2013 ... 20

Gambar 3. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Prov. Jawa Timur 2008 - 2013 ... 21

Gambar 4. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Pengangguran Prov. Jawa Timur 2008 - 2013 ... 22

Gambar 5. Konsep Pengembangan Wilayah berdasarkan Agropolitan ... 33

Gambar 6. Sebaran Produksi Tembakau Kabupaten Pamekasan ... 34

Gambar 7. Persebaran Produksi Kelapa Kabupaten Pamekasan ... 34

Gambar 8. Hierarki Konsep Agropolitan Kabupaten Pamekasan ... 36

Gambar 9. Peta Konsep Agropolitan Kabupaten Pamekasan ... 37

DAFTAR TABEL Tabel 1. Matriks Kriteria Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ... 4

Tabel 2. Luasan Rencana Pola Ruang Kabupaten Pamekasan ... 14

Tabel 3. Hasil Analisis SLQ dan DLQ Sektor Lapangan Usaha di Kabupaten Pamekasan ... 26

Tabel 4. Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Sektor Lapangan Usaha ... 28

Tabel 5. Hasil Analisis SLQ dan DLQ Jenis Komoditas Kabupaten Pamekasan ... 29

Tabel 6. Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Jenis Komoditas di Kabupaten Pamekasan .. 29

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan ekonomi wilayah adalah suatu proses untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu wilayah dengan mengelola sumber daya alam dan memanfaatkan sumber daya buatan, sumber daya manusia dan teknologi untuk menciptakan berbagai peluang dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomis (Jhingan, 1994). Saat ini pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengembangkan perekonomian wilayah dengan sumber daya lokal. Salah satu upaya kebijakan yang diterapkan adalah konsep agropolitan. Agropolitan berasal dari kata „agro

(pertanian) dan „politan‟ (kota) yang dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di

wilayah pertanian atau pertanian di kawasan kota (Friedman dan Douglas, 1975). Lengkapnya, agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik, dan menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) wilayah sekitarnya (Suwandi, 2005).

Dalam RPJM Jawa Timur Tahun 2014 – 2019 disebutkan bahwa salah satu kebijakan kewilayahan yang direncanakan adalah penetapan cluster kewilayahan. Cluster kewilayahan ditetapkan sebagai dasar sasaran kebijakan pengembangan kewilayahan dengan tujuan untuk meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh wilayah Jawa Timur. Penetapan cluster dirumuskan berdasarkan arah pembangunan kewilayahan Jawa Timur yang disinkronisasikan dengan agenda pembangunan Tahun 2014-2019 yang difokuskan pada pengembangan kawasan strategis, salah satunya yaitu kawasan strategis agropolitan.

Pada penetapan cluster kewilayahan, salah satu pembagian cluster kewilayahan adalah Cluster Agropolitan Madura. Pulau Madura dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu Kawasan Agropolitan Madura yang terdiri dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

Namun berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga Konstan di masing – masing Kabupaten di Pulau Madura pada tahun 2014, dapat diketahui bahwa masih terjadi disparitas ekonomi antar Kabupaten. Dimana PDRB Atas Dasar Harga Konstan terendah di Pulau Madura pada tahun 2015 terdapat di Kabupaten Pamekasan yaitu sebesar 9.317.174. Padahal PDRB atas dasar harga konstan tertinggi di Pulau Madura pada tahun 2015 yaitu di Kabupaten Sumenep dapat mencapai sebesar 21.750.478. Selain menjadi Kabupaten dengan nilai PDRB terendah di Pulau Madura, nilai PDRB Kabupaten Pamekasan juga menjadi yang terendah di Jawa Timur. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara ekonomi Kabupaten Pamekasan masih cukup tertinggal.

(6)

pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian Kabupaten Pamekasan memberikan persentase terbesar dibandingkan usaha lainnya yaitu sebesar 23,23%. Selain itu dari sisi penggunaan lahan, 60% lahan di Kabupaten Pamekasan digunakan sebagai sawah, hutan, dan tegalan. Jika dilihat dari tenaga kerja tani, di masing – masing kecamatan di Kabupaten Pamekasan telah memiliki kelompok usaha tani dengan anggota yang cukup banyak yaitu antara 40 – 125 orang.

Oleh karena itu berdasarkan permasalahan dan potensi yang telah dijelaskan, diperlukan suatu analisis yang dapat dipertimbangan sebagai solusi untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Pamekasan melalui pengembangan kawasan agropolitan serta mendukung kebijakan Cluster Agropolitan Madura dai RPJM Jawa Timur.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini antara lain, yaitu :

 Mengidentifikasi komoditas unggulan sub sektor pertanian, peternakan dan perkebunan di Kabupaten Pamekasan

 Mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya produktifitas sektor pertanian

 Memberikan arahan pengembangan agropolitan yang tepat berdasarkan komoditas unggulan sektor pertanian yang ada di Kabupaten Pamekasan

1.3. Metode Pendekatan

1.3.1. Analisa Location Quotient (LQ)

Metode location quotient (LQ) dibedakan menjadi dua, yaitu: static location quotient

(SLQ) dan dynamic location quotient (DLQ). Menurut Kadariah (1985), dasar pemikiran dari penggunaan teknik LQ yang dilandasi teori ekonomi basis karena industri basis menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah, maka penjualan hasil ke luar daerah akan mendatangkan pendapatan ke dalam daerah itu. Arus pendapatan itu menyebabkan kenaikan konsumsi maupun investasi, yang pada akhirnya menaikkan pendapatan daerah dan kesempatan kerja.

A. Analisa Static Location Quotient

Static Location Quotient (SLQ biasa disebut LQ) diartikan sebagai suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor atau industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2004). Metode ini merupakan suatu indeks yang dapat mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau tidak bagi suatu daerah. SLQ dapat dirumuskan sebagai berikut.

Vik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota)

(7)

Vip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (propinsi)

Vp = PDRB total semua sektor di daerah referensi p

Dimana interpretasi dari hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:  SLQ >1

Peran sektor i di daerah k lebih menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Sehingga, sektor i merupakansektor basis

 SLQ = 1

Peran sektor i di daerah k dan daerah p terspesialisasi baik.  SLQ < 1

Peran sektor i di daerah k kurang menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Sehingga, sektor i merupakan sektor non basis

B. Analisa Dynamic Location Quotient

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju pertumbuhan sektor ekonomi dari waktu ke waktu (Saharudin, 2006). Metode ini adalah suatu indeks yang melihat laju pertumbuhan suatu sektor basis di suatu wilayah untuk mengetahui potensi maupun tren perkembangan suatu sektor. Rumus dari DLQ adalah sebagai berikut.

gj =Rata-rata laju pertumbuhan sektor di regional j

Gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi

G = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di provinsi t = Selisih tahun akhir dan tahun awal

Dimana interpretasi dari hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:  DLQ > 1

Potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di provinsi

 DLQ = 1

Sektor i mempunyai potensi perkembangan sama cepat dengan sektor yang sama di provinsi

 DLQ < 1

(8)

C. Analisa Gabungan SLQ dan DLQ

Analisa gabungan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sektor pada saat ini dan beberapa saat ke depan apakah akan terjadi pergeseran kondisi sektor ekonomi atau tidak. Dalam Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dikelompokkan dalam 4 kriteria, yaitu apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif. Berikut ini adalah matriks pemetaan hasil analisa gabungan SLQ dan DLQ.

Tabel 1. Matriks Kriteria Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Kriteria SLQ > 1 SLQ < 1

DLQ > 1 Sektor Unggulan Sektor Andalan DLQ < 1 Sektor Prospektif Sektor Tertinggal

Sumber : Google.com, 2017

Ada pun intepretasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Suyatno, 2000):

 Sektor unggulan, artinya sektor tersebut akan tetap menjadi basis baik sekarang maupun di masa datang.

Sistematika penyusunan laporan ini terdiri dari 5 bab, yaitu:

BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan laporan, tujuan penulisan laporan, metode pendekatan yang digunakan untuk analisis, serta sistematika laporan ini sendiri.

BAB II merupakan tinjauan kebijakan dan pustaka yang berisi kebijakan terkait permsalahan di Kabupaten Pamekasan serta literatur teori tentang konsep agropolitan

BAB III merupakan gambaran umum yang terdiri dari gambaran umum wilayah Kabupaten Pamekasan serta gambaran permasalahan terkait ketertinggalan Kabupaten Pamekasan serta kurang berkembangnya konsep agropolitan di Kabupaten Pamekasan

(9)

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Kebijakan

Berikut ini adalah tinjauan kebijakan terkait perekonomian dan agropolitan di Kabupaten Pamekasan berdasarkan RPJMD Kabupaten Pamekasan Tahun 2013 – 2018 serta RTRW Kabupaten Pamekasan

2.1.1. Arahan Pengembangan RPJMD Kabupaten Pamekasan 2013 – 2018 Visi Pembangunan Kabupaten Pamekasan 2013-2018

Visi Kabupaten Pamekasan dalam periode 2005-2025 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pamekasan adalah:

“Terwujudnya Pamekasan yang Maju, Sejahtera, Berdaya Saing berbasis Agropolitan dan Minapolitan secara Berkelanjutan Menuju Ridho Allah SWT.”

Dengan landasan Visi tersebut maka pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pamekasan pada periode 2013-2018 mengusung visi sebagai berikut:

“Terwujudnya Pamekasan yang Bersih, Sehat, Cerdas, dan Sejahtera, Berlandaskan Iman dan Taqwa didukung Aparat yang Profesional.”

Misi Pembangunan Kabupaten Pamekasan 2013-2018

Berdasarkan visi tersebut, ditetapkan salah satu misi RPJMD Kabupaten Pamekasan tahun 2013 -2018 adalah sebagai berikut :

Meningkatkan Pembangunan di Bidang Ekonomi dengan Prioritas Sektor Pertanian dan Optimalisasi Komoditas Unggulan Daerah yang Berwawasan Lingkungan, dimaksudkan bahwa sektor pertanian sebagai penyumbang PDRB terbesar perlu menjadi perhatian yang serius dari semua pihak, peningkatan produksi dan produktivitas dilakukan melalui perbaikan pola tanam, pemberantasan hama, pemupukan secara baik dan irigasi yang cukup. Pengembangan pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan (tanaman tahunan) maupun tanaman keras dan peternakan di Kabupaten Pamekasan tentunya disesuaikan dengan potensi masing – masing wilayah (berbasis komoditas unggulan daerah/wilayah). Pengembangan perekonomian daerah juga akan didukung melalui pengembangan Koperasi/Usaha Mikro dan UKM serta pengembangan industri kecil/kreatif/pengrajin melalui pola pemberdayaan masyarakat dan desa sebagai basis ekonomi kerakyatan.

Strategi & Arahan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pamekasan 2013-2018 Untuk mewujudkan misi Meningkatkan Pembangunan di Bidang Ekonomi dengan Prioritas Sektor Pertanian dan Optimalisasi Komoditas Unggulan Daerah yang Berwawasan Lingkungan sasaran yang dikejar adalah:

(10)

a. Optimalisasi ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian dengan arah kebijakan Meningkatkan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Tanaman Pertanian

b. Optimalisasi Pembinaan Kelompok Tani dengan arah kebijakan Meningkatkan Kesejahteraan dan Kualitas Sumber Daya Manusia Pertanian

c. Optimalisasi promosi produk unggulan daerah baik di tingkat propinsi maupun nasional dengan arah kebijakan Mewujudkan dan mengembangkan agrobisnis yang berdaya saing.

2. Meningkatnya Ketahanan Pangan Daerah serta Meningkatnya Kapasitas dan Peran serta Masyarakat dicapai melalui strategi optimalisasi Sumber Daya ketahanan pangan daerah dan arah kebijakan sebagai berikut:

a. Penyediaan lumbung pangan menuju desa mandiri;

b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peningkatan dan peran serta masyarakat.

3. Meningkatnya Pembangunan kehutanan dan perkebunan melalui strategi Penguatan dan Perluasan Sumber Daya Kehutanan dan Perkebunan serta arah kebijakan Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan dan menjaga kelestarian hutan rakyat. 4. Meningkatnya Pembangunan perikanan dicapai dengan strategi Penguatan dan

Perluasan Sumber Daya Perikanan serta arah kebijakan sebagai berikut: a. Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan

b. Melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan dan pengusaha kecil dan mikro.

5. Mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dengan sasaran Meningkatnya Kunjungan Wisata yang dapat dicapai melalui strategi Promosi dan Eksplorasi sektor pariwisata serta arah kebijakan berupa Pengembangan potensi pariwisata.

6. Menurunnya angka kemiskinan dan kesenjangan sosial dengan sasaran Berkurangnya Angka Kemiskinan dan kesenjangan Sosial dan Kesenjangan Antar Wilayah yang didukung oleh strategi berupa sinergitas antar wilayah untuk mendukung pengentasan kemiskinan yang diarahkan melalui kebijakan Meningkatkan akses masyarakat miskin pada kegiatan ekonomi dan meningkatkan keberpihakan.

7. Meningkatnya kesejahteraan tenaga kerja melalui perluasan lapangan kerja yang memiliki sasaran berupa Meningkatnya Kualitas dan Kompetensi Tenaga Kerja Serta Penyediaan Lapangan Kerja yang dapat dicapai melalui strategi Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas tenaga kerja dengan arah kebijakan Mendorong profesionalitas kerja dan menciptakan hubungan industrial kerja yang harmonis.

8. Meningkatkan akses dan iklim usaha UMKM dan koperasi sejalan dengan pengembangan dunia usaha dengan arah kebijakan Penguatan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kompetensi dan daya saing usaha koperasi dan UMKM.

9. Mengoptimalkan kapasitas industri yang ada dan mengembangkan potensi baru dengan arah kebijakan yaitu:

(11)

b. Meningkatkan fasilitasi manajemen dan pemasaran hasil produksi industri kecil, menengah dan kreatif.

10.Meningkatkan sarana dan prasarana perdagangan, sistem dan jaringan distribusi barang serta pengembangan pasar dalam dan luar daerah dengan arah kebijakan yaitu:

a. Pengembangan dan penataan sarana dan prasarana perdagangan b. Pengawasan distribusi dan ketersediaan barang

c. Peningkatan perlindungan konsumen.

11.Meningkatnya investasi dan penanaman modal dalam rangka menumbuhkan perekonomian daerah yang mempunyai sasaran Meningkatnya investasi/ penanaman modal daerah. Pencapaian sasaran ini dilakukan dengan strategi Mengembangkan iklim yang kondusif bagi investasi dan pelaku usaha ekonomi baru serta arah kebijakannya yaitu Menciptakan iklim investasi yang kondusif.

12.Menjaga dan melestarikan lingkungan agar tetap asri, sehat, kondusif dalam rangka kelangsungan pembangunan. Tujuan ini memiliki sasaran Meningkatnya daya dukung lingkungan terhadap perlaksanaan pembangunan. Untuk mencapai sasaran ini dilakukan dengan strategi Pelestarian Lingkungan Hidup secara Berkelanjutan dengan memperhatikan kaidah-kaidah berkelanjutan dan arah kebijakan sebagai berikut:

a. Peningkatan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup

b. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestariannya c. Peningkatan pengelolaan dan ketersediaan ruang terbuka hijau

d. Peningkatan kebersihan lingkungan

e. Pengurangan beban pencemaran lingkungan.

Kebijakan Umum & Program Pembangunan Kabupaten Pamekasan 2013-2018 Berikut adalah kebijakan umum yang ditempuh melalui strategi-strategi yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:

1. Optimalisasi Pembinaan Kelompok Tani. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia pertanian. Dengan indikator keberhasilan:

i. jumlah kelompok tani yang berprestasi (Tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional).

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni pemberdayaan penyuluhan.

2. Optimalisasi promosi produk unggulan daerah baik di tingkat propinsi maupun nasional. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. mewujudkan dan mengembangkan agribisnis yang berdaya saing. Dengan indikator keberhasilan:

i. Promosi produk pertanian ungglan daerah.

(12)

3. Optimalisasi Sumber Daya ketahanan pangan daerah. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil beberapa arah kebijakan antara lain:

a. Penyediaan lumbung pangan menuju desa mandiri Dengan indikator keberhasilan: i. lumbung pangan desa.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni peningkatan ketahanan pangan.

b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peningkatan dan peran serta masyarakat Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Jumlah Pertemuan Koordinasi analisis dan perumusan kebijakan ketahan pangan masyarakat

ii. Meningkatnya partisipasi masyarakat/kelompok tani pada programprogram Ketahanan Pangan

iii. Jumlah Masyarakat Yang Memahami Teknologi Olahan Bahan Pangan Lokal. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan.

4. Penguatan dan Perluasan Sumber Daya Kehutanan dan Perkebunan. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan dan menjaga kelestarian hutan rakyat. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Produktivitas Perkebunan dan Kehutanan ii. Luas hutan rakyat yang direhabilitasi

iii. Jumlah petani tembakau yang mendapatkan bantuan iv. Produktivitas tembakau.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: a. Pemanfaatan Potensi sumber daya hutan

b. Rehabilitasi hutan dan lahan

c. Peningkatan pemasaran hasil produksi perkebunan dan kesejahteraan petani. 5. Penguatan dan Perluasan Sumber Daya Perikanan. Dalam mewujudkan strategi

tersebut, diambil beberapa arah kebijakan antara lain :

a. Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Produktivitas hasil tangkapan laut ii. Produktivitas budidaya ikan laut iii. Produktivitas budidaya ikan air tawar iv. Tingkat konsumsi ikan/perkapita/tahun.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: o Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

o Pengembangan Budidaya Perikanan

o Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan.

(13)

i. Luasan kawasan konservasi kawasan pesisir ii. Jumlah nelayan yang mendapatkan bantuan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: a. Peningkatan mitigasi bencana alam laut dan perakiraan iklim laut

b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

6. Promosi dan Eksplorasi sektor pariwisata. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. pengembangan potensi pariwisata. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: i. Jumlah Kunjungan Wisata

ii. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana wisata.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: a. Pengembangan Pemasaran Priwisata

b. Pengembangan Destinasi Pariwisata c. Pengembangan kemitraan.

7. Sinergitas antar wilayah untuk mendukung pengentasan kemiskinan. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. meningkatkan akses masyarakat miskin pada kegiatan ekonomi dan meningkatkan keberpihakan. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Jumlah Rumah tangga miskin

ii. Jumlah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) iii. Jumlah PMKS yang dibantu/ditangani

iv. Jumlah Bansos yang disalurkan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: a. Pengembangan industri kecil dan menengah

b. Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan c. Peningkatan kesejahteraan petani

d. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan PMKAS lainnya. Layanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial,pembinaan anak terlantar, pembinaan lingkungan sosial, pemberdayaan ekonomi keluarga.

8. Permberdayaan dan peningkatan kapasitas tenaga kerja. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. mendorong profesionalitas kerja dan menciptakan hubungan industrial kerja yang harmonis. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Angka pengangguran terbuka;  Angkatan kerja;  Yang tidak bekerja. ii. Jumlah lapangan pekerjaan

iii. Jumlah tenaga kerja terdidik dan terlatih iv. Jumlah tenaga kerja yang ditempatkan

v. Jumlah perusahaan yang membuat/membentuk sarana hubungan industrial (HI)

(14)

viii. Jumlah perusahaan yang menerapkan norma Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)

ix. Angka kecelakaan kerja.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: a. Peningkatan kualitas dan Produktivitas tenaga kerja.

b. Peningkatan kesempatan kerja, perlindungan dan pengembangan ketenagakerjaan.

9. Meningkatkan akses dan iklim usaha UMKM dan koperasi sejalan dengan pengembangan dunia usaha.. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. penguatan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kompetensi dan daya saing usaha koperasi dan UMKM. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi ii. Prosentase koperasi sehat

iii. Prosentase koperasi aktif

iv. Meningkatnya Sisa Hasil Usaha Koperasi v. Jumlah KSP/USP; f. Jumlah Usaha Menengah vi. Jumlah Usaha Kecil

vii. Jumlah Usaha Mikro

viii. Jumlah Volume (omzet usaha menengah) ix. Jumlah Volume (omzet usaha kecil)

x. Jumlah Volume (omzet usaha mikro) xi. Jumlah pameran produk unggulan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni program pengembangan kewirausahaan kompetitif usaha kecil dan menengah.

10.Mengoptimalkan kapasitas industri yang ada dan mengembangkan potensi baru. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil beberapa arah kebijakan antara lain: a. Mengembangkan sektor industri kecil, menengah dan kreatif Dengan indikator

keberhasilan:

i. jumlah Industri (Jumlah Usaha Mikro dan Menengah).

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah.

b. Meningkatkan fasilitasi manajemen dan pemasaran hasil produksi industri kecil, menengah dan kreatif. Dengan indikator keberhasilan:

i. jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah.

(15)

a. Mengembangkan dan menata sarana dan prasarana perdagangan. Dengan indikator keberhasilan:

i. jumlah volume perdagangan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni perlindungan konsumen dan pengaman perdagangan

b. Mengawasi distribusi dan ketersediaan barang. Dengan indikator keberhasilan: i. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni perlindungan konsumen dan pengaman perdagangan.

c. Meningkatkan perlindungan konsumen. Dengan indikator keberhasilan: i. jumlah pengaduan konsumen yang terlayani.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni program perlindungan konsumen dan pengaman perdagangan.

12.Mengembangkan iklim yang kondusif bagi investasi dan pelaku usaha ekonomi baru. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil arah kebijakan:

a. menciptakan iklim investasi yang kondusif. Dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

i. Jumlah investasi PMA di daerah ii. Jumlah realisasi PMDN

iii. Jumlah realisasi investasi local

iv. Prosentase penerbitan ijin tepat waktu v. Prosentase perusahaan yang memiliki ijin.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan beberapa program antara lain: a. Peningkatan promosi dan kerja sama investasi

b. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi.

13.Strategi Pelestarian Lingkungan Hidup secara Berkelanjutan Dengan Memperhatikan Kaidah-kaidah Lingkungan. Dalam mewujudkan strategi tersebut, diambil beberapa arah kebijakan antara lain:

a. Meningkatkan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Dengan indikator keberhasilan:

i. pemenuhan baku mutu air.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni program perlindungan dan konservasi sumber daya alam.

b. Memanfaatkan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestariannya. Dengan indikator keberhasilan:

i. pemenuhan baku mutu udara.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program yakni program peningkatan pengendalian polusi.

c. Meningkatkan pengelolaan dan ketersedian ruang terbuka hijau Dengan indikator keberhasilan:

(16)

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program pengelolaan ruang terbuka hijau.

d. Meningkatkan Kebersihan Lingkungan Dengan indikator keberhasilan:

i. peningkatan pelayanan kebersihan lingkungan dengan pengelolaan sampah secara tepat dan cepat.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan

e. Mengurangi Beban Pencemaran Llingkungan Dengan indikato kberhasilan yaitu: i. Jumlah usaha berpotensi menjadi sumber pencemaran

ii. Persentase perusahaan yang memiliki dokumen HO, UKL-UPL, AMDAL dan izin lingkungan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ditetapkan program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2.1.2. Arahan Pengembangan RTRW Kabupaten Pamekasan Tahun 2012 -2032 Visi Penataan Ruang Kabupaten Pamekasan

Visi penataan ruang Kabupaten Pamekasan adalah ”Terwujudnya ruang wilayah kabupaten sebagai pusat pengembangan sumber daya berbasis agropolitan dan minapolitan secara berkelanjutan dan berdaya saing regional”.

Misi Penataan Ruang Kabupaten Pamekasan Misi Penataan Ruang Kabupaten Pamekasan adalah:

1. Mewujudkan pengembangan pusat kegiatan guna mendorong percepatan terbentuknya kawasan agropolitan dan minapolitan;

2. Mewujudkan pengembangan prasarana wilayah secara terpadu dalam meningkatkan daya saing wilayah;

3. Mewujudkan keseimbangan pola ruang lindung dan budidaya guna mewujudkan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan berwawasan tata ruang

Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Pamekasan

Tujuan penataan ruang Kabupaten Pamekasan yaitu mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang dapat mengoptimalkan pengembangan sumber daya, khususnya sumber daya alam berbasis pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan dalam menunjang pembangunan secara harmonis, terpadu, seimbang dan berkelanjutan.

Kebijakan & Strategi Penataan Ruang

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Pamekasan, disusunlah kebijakan berikut strategi yang menjelaskan kebijakan sebagai berikut:

(17)

a. Meningkatkan ineraksi antara pusat pelayanan dengan kawasan sekitar (hinterland)

b. Mengembangkan fasilitas sosial ekonomi dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanan terhadap wilayah perkotaan

c. Mengembangkan sistem perdesaan melalui pengembangan kawasan agropolitan, dan Pusat Pelayanan Lingkungan

B. Penyediaan prasarana wilayah secara terpadu dan interkoneksi untuk lebih mendorong investasi produkif berbasis pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan.

a. Mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi untuk menunjang kegiatan permukiman perkotaan dan perdesaan sebagai pusat pengembangan ekonomi wilayah

b. Meningkatkan akses terhadap kegiatan-kegiatan produksi pertanian yang didukung oleh sarana prasarana pertanian pada kawasan-kawasan potensial c. Mengembangkan sistem penyediaan sumber daya energy untuk meningkatkan

pelayanan listrik dalam mendukung pengembangan ekonomi wilayah

d. Meningkatkn ketersediaan sumber daya air dalam menunjang pertanian, peternakan perkebunan, dan perikanan

e. Mengoptimalkan penanganan dan pemanfaatan sampah organic dalam menunjang pengembangan pertanian melalui sistem composting.

C. Pemantapan fungsi lindung dalam mendukung program pembangunan berkelanjutan a. Memantapkan fungsi kawasan dengan memperbaiki dan meningkatkan fungsi

lindung pada daerah yang mempunyai potensi sebagai kawasan resapan air b. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,

rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dengan membatasi dan mencegah aktifitas perusakan, pengendalian pencemaran dan meningkatkan upaya konservasi sungai dan mata air serta merehabilitasi ekosistem yang rusak

c. Membatasi dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan mata air

d. Mempertahankan fungsi lindung pada kawasan berhutan bakau, disertai perlindungan pengembangan nilai budaya masyarakat lokal dengan prinsip-prinsip keterpaduan pembangunan

e. Melakukan pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah

D. Pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam dan pengembangan agropolitan

a. Mengamankan ketahanan pangan melalui peningkatan efisiensi serta peningkatan kemampuan petani serta pelaku pertanian beserta penguatan lembaga pendukungnya

(18)

c. Mengembangkan potensi pertanian melalui pengembangan kawasan agropolitan d. Meningkatkan daya saing produk pertanian melalui dorongan untuk peningkatan

pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan stndar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan

e. Mengembangkan usaha pengolahan produk-produk pertanian melalui peningkatan teknologi yang ramah lingkungan

f. Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan melalui peningkatan efisiensi produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk perkebunan di setiap wilayah serta pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan

g. Meningkatkan kualitas, kuantitas, efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing, nilai tambah produk perikanan budidaya dengan membentuk sentra pengolah hasil ikan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pamekasan

Dalam rencana pola ruang terbagi dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya yang masing – masing memiliki luasan tertentu. Berikut ini penjelasan lebih detil mengenai pembagian serta luasan masing – masing kawasan tersebut.

Tabel 2. Luasan Rencana Pola Ruang Kabupaten Pamekasan

Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Kawasan Hutan Lindung 274

Kawasan Yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya (resapan air)

e. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 7.736

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya meliputi a. Cagar Budaya (Makam Syeikh Abdul Manan

(Batu Ampar) di Kecamatan Proppo)

Kawasan Lindung Geologi (Karst Kelas I) 2.039

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 593

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat 8.078

Kawasan Peruntukan Pertanian Meliputi

a. Tanaman Pangan 31.733

(19)

c. Perkebunan 318

Sumber : RTRW Kabupaten Pamekasan 2012 – 2032

Rencana Agropolitan Kabupaten Pamekasan

Dalam rencana kawasan strategis Kabupaten Pamekasan, terdapat rencana Kawasan Agropolitan Rupanandur yang meliputi :

Kecamatan Waru, yang meliputi Desa Tampojung Pregih, Desa Bajur, Desa Sana Laok, Desa Sumber Waru, Desa Tampojung Guwa, Desa Tampojung Tengginah, Desa Tampojung Tengah, dan Desa Ragang, dengan arahan pengembangan komoditas berbasis buah-buahan antara lain : salak, pisang dan pepaya;

Kecamatan Pakong, yang meliputi Desa Bandungan, Desa Seddur, Desa Klompang Timur, Desa Somalang, Desa Bicorong, Desa Lebbek, Desa Pakong, Desa Palalang, Desa Klompang Barat, Desa Banban, dan Desa Bajang, dengan arahan pengembangan komoditas berbasis durian, rambutan, kelapa, tembakau dan kambing;

Kecamatan Pegantenan, yang meliputi Desa Tebul Timur, Desa Tlagah, Desa Bulangan Barat, Desa Bulangan Timur, Desa Ambender, Desa Tebul Barat, Desa Pegantenan, Desa Bulangan Branta, Desa Bulangan Hají, dan Desa Plakpak, dengan arahan pengembangan komoditas berbasis pisang, kopi, cabe, rambutan dan durian; dan

Kecamatan Kadur, yang meliputi Desa Pamoroh, Desa Bangkes, Desa Kadur, dan Desa Pamaroh, dengan arahan pengembangan komoditas berbasis pinang, kelapa, pisang, pepaya dan ayam petelur.

2.2. Tinjauan Literatur 2.2.1. Kawasan Agropolitan

Menurut Departemen Pertanian (2002), agropolitan terdiri dari kata agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota. Dengan demikian agropolitan dapat didefinisikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Sedang yang dimaksud dengan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (Agribisnis) diwilayah sekitarnya.

(20)

sekitarnya. Kawasan agropolitan yang telah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut . (Deptan, 2002):

a. Mayoritas masyarakatnya memperoleh pendapatan dari kegiatan agribisnis.

b. Didominasi oleh kegiatan pertanian, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan agrobisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

c. Relasi antara kota dan daerah-daerah hinterlandnya bersifat interdependensi yang harmonis dan saling membutuhkan. Kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm) dan kota menyediakan penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan pemasaran hasil produksi pertanian.

d. Pola kehidupan masyarakatnya sama dengan kehidupan kota karena prasarana dan sarana yang dimilikinya tidak berbeda dengan di kota.

Batasan kawasan agropolitan ditentukan oleh skala ekonomi dan ruang lingkup ekonomi bukan oleh batasan administratif. Penetapan kawasan agropolitan hendaknya dirancang secara lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan agrobisnis yang ada disetiap daerah.

Menurut Departemen Pertanian (2002) dalam menerapkan agropolitan, wilayah yang akan dikembangkan menjadi kawasan agropolitan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi unggulan.

b. Memiliki prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yaitu:

 Pasar (pasar untuk hasil pertanian, sarana pertanian, pasar jasa pelayanan, dan gudang Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan).

 Kelembagaan petani (kelompok tani, koperasi dan asosiasi) yang berfungsi sebagai Sentra Pembelajaran dan Pengembangan Agribisnis (SPPA).

 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi Agribisnis (KKA)

 Pengkajian teknologi agribisnis

 Prasarana transportasi, irigasi dan semua yang mendukung usaha pertanian c. Memiliki prasarana dan sarana umum yang memadai

d. Memiliki prasarana dan sarana kesejahteraan sosial (kesehatan, pendidikan, rekreasi dan sebagainya)

e. Kelestarian lingkungan hidup (sumber daya alam, sosial budaya dan keharmonisan relasi kota dan desa).

(21)

bersangkutan melalui sistem dan usaha agribisnis. Berdasarkan Nasution dalam Iqbal (2009) karakteristik agropolitan terdiri atas lima kriteria :

1. Agropolitan terdiri dari beberapa wilayah kota yang berukuran kecil hingga sedang dengan jumlah penduduk sebanyak 600 ribu jiwa maksimum dalam luas wilayah 30 ribu hektar

2. Mempunyai wilayah hinterland atau pinggiran (perdesaan) sebagai penghasil komoditas utama atau unggulan dan beberapa komoditas penunjang berdasarkan kebutuhan 3. Memiliki wilayah inti yaitu perkotaan sebagai lokasi agroindustri atau perusahaan tempat

pengelohan hasil komoditas dari wilayah pinggiran

4. Mempunyai pusat perumbuhan yang dapat menciptakan dampak ekonomi positif secara internal bagi usaha agroindustri serta dampak ekonomi postif secara eksternal bagi perkembangan agroindustri yang menyuluruh.

5. Membentuk kebijakan sistem insentif ekonomi rasional untuk mendukung perkembangan usaha di wilayah perdesaaan

Semua karakteristik tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dengan kota. Berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang memiliki daya saing, berbasi kerakyatan, dan berkelanjutan serta terdesentralasi merupakan perwujudan dari sebuah konsep dari agropolitan. Konsep ini berkembang adanya beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat diharuskan berperan aktif sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator. Empat prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kerakyatan, tujuan dilaksanakannya agropolitan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dengan adil

2. Swadaya, menciptakan sikap keswadayaan dan kemandirian dalam masyarakat dengan memberikan dukungan fasilitas dan bimbingan

3. Kemitraan, pelaku agribisnis adalah mitra kerja yanh berperan aktif dalam pengambilan keputusan untuk mewujudkan pembangan wilayah.

4. Berkelanjutan, pengembangannya dilakukan berdasarkan potensi dan kemampuan masyarakat setempat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

(22)

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Wilayah

Wilayah pada laporan ini adalah Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Pamekasan merupakan sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten Pamekasan juga merupakan kota Gerbang Salam sekaligus Kota Pendidikan. Secara astronomis berada pada 6°51' – 7°31' Lintang Selatan dan 113°19' – 113°58' Bujur Timur. Kabupaten terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan dengan pusat pemerintahan ada di Kelurahan Pamekasan. Jenis Tanah di Kabupaten Pamekasan terdiri dari dari Alluvial Regosol, Mediteran dan Litasol. Temperatur rata-rata di Kabupaten Pamekasan maksimum 30o C, minimum 28o C, sedangkan kelembaban udara rata-rata 80%. Jenis Musim pada Kabupaten Pamekasan untuk musim penghujan berada pada bulan Oktober – April, sedangkan musim kemarau pada bulan April – Oktober. Curah hujan pada Kabupaten Pamekasan rata-rata termasuk pada kelas I, yaitu dibawah 13,6 mm/hari, hal ini merupakan curah hujan pada wilayah tersebut dalam klasifikasi sangat rendah. Kabupaten Pamekasan mempunyai batas administrasi sebagai berikut:

 Batas Barat : Kabupaten Sampang  Batas Timur : Kabupaten Sumenep  Batas Selatan : Selat Madura

 Batas Utara : Laut Jawa

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Pamekasan

(23)

Kabupaten Pamekasan memiliki potensi dibidang pertanian, hal ini dilihat dari kondisi demografi, geologi, hidrologi dan klimatologi wilayah tersebut. Untuk Kondisi Deomgrafi Kabupaten Pamekasan, mata pencaharian penduduk di wilayah tersebut rata-rata adalah bertani, berdagang dan beternak. Jumlah kelompok petani pada Kabupaten Pamekasan mencapai 1.019 kelompok, juga kelompok petani di Kabupaten Pameksasan mempunyai banyak prestasi hal ini dibuktikan dengan peraihan banyaknya prestasi diantaranya Juara 2 kelompok Tani berprestasi agribisnis hortikultura pada kelompok tani suka makmur Desa Palalang Kecamatan Pasean, penghargaan oleh Gubrenur Prov Jawa Timur di Bidang Unit Pelayanan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (UP3HP) dan penghargaan lainnya. Hal ini didukung dengan kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Pamekasan. Kondisi Penggunaan lahan pada wilayah ini condong pada sektor pertanian dengan luas areal pertanian pada wilayah ini mencapai 74.467,167 Ha yang terdiri luas tegalan 62.013,769 Ha, sawah irigrasi 6.649,5 Ha dan sawah tadah hujan 5.803,898 Ha. Pola penyebaran kawasan pertanian sawah dan tegalan cenderung mengikuti pola sistem DAS yang ada. Areal persawahan yang paling banyak terdapat pada Kecamatan Pademawu, Proppo, Pegantenan dan Palengaan, sedangkan kawasan untuk tegalan terdapat pada Kecamatan Pamekasan, Pademawu dan Proppo.

3.2. Gambaran Permasalahan

3.2.1. Permasalahan Ketertinggalan Kabupaten Pamekasan

Dalam Dokumen Kebijakan Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertiggal (STRADA PPDT) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan kabupaten yang termasuk dalam kategori tertinggal yaitu Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Situbondo dan Bondowoso, namun 5 kabupaten diantaranya telah menunjukan perbaikan dan berpotensi lepas dari ketertinggalan, dan kabupaten yang masih tertinggal merupakan kabupaten pamekasan, kabupaten bangkalan dan kabupaten situbondo. Dalam dokumen Keputusan Menteri Negara Daerah Tertinggal Nomor: 001/Kep/MPdt/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, terdapat enam kriteria utama daerah tertinggal, diantaranya adalah mencakup perekonomian masyarakat yang tergolong miskin (pertumbuhan ekonomi), kualitas sumber daya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana (infrastruktur), aksesibilitas yang diukur dari rata-rata jarak pusat desa ke ibu kota kabupaten, kemampuan keuangan lokal, dan karakteristik daerah. Dalam RTRW Provinsi Jatim 2011 – 2031, Penetapan kawasan tertinggal ditentukan melalui perhitungan tingkat ketertinggalan wilayah relative terhadap keseluruhan Jawa Timur.

(24)

kemiskinan pada kabupaten pamekasan terletak pada kuadran II yang mana daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pengurangan angka kemiskinan diatas rata-rata provinsi. Tantangan yang dihadapi pemerintah daerah sendiri ialah menjaga efektivitas dan efisiensi kebijakan serta program pengurangan kemiskinan dan secara bersamaan mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang.

Gambar 2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Prov. Jawa Timur 2008 - 2013

Sumber: Dokumen Analisis Pembangunan Wilayah Prov Jawa Timur Tahun 2015

(25)

Gambar 3. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Prov. Jawa Timur 2008 - 2013

Sumber: Dokumen Analisis Pembangunan Wilayah Prov Jawa Timur Tahun 2015

(26)

Gambar 4. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Pengangguran Prov. Jawa Timur 2008 - 2013

Sumber: Dokumen Analisis Pembangunan Wilayah Prov Jawa Timur Tahun 2015

Laju perekonomian Kabupaten Pamekasan tahun 2009 – 2012 mampu meningkatkan laju perekonomian berturut-turut sebesar 5,18%, 5,75%, 6,21%, 6,31%. Peningkatan tersebut dipengaruhi dalam berbagai sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor industry pengolahan, listrik dan air bersih dan lainnya. Tetapi pada tahun 2013, laju perekonomian Kabupaten Pamekasan menurun hingga 0,3% menjadi 6,28%. Faktor menurunnya laju perekonomian tersebut menurut RKPD Kab. Pamekasan ialah melemahnya perekonomian global khususnya wilayah Asia Timur, dibarengi dengan kondisi perekonomian domestic yang juga melemah dan berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur khusunya Kabupaten Pamekasan.

Struktur perekonomian Kabupaten Pamekasan tahun 2013 menurut RKPD Kab. Pamekasan tahun 2015, didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (masih mengikut klasifikasi PDB 9 sektor lapangan kerja). Kontribusi ketiga sektor tersebut sebesar 78,92%, akan tetapi jika dibandingkan pada tahun 2012 yang sebelumnya mencapai hingga 79,36% hal ini dialami karena penurunan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) dan ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) pada sektor pertanian sebesar 0,64% dan sektor jasa sebesar 0,19% sedangkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan 0,39%.

(27)

Dasar Harga Konstan) pada tahun 2015 pada kabupaten di pulau Madura diraih oleh Kabupaten Sumenep dengan angka 21.750.478. Selisih PDRB yang cukup besar menunjukkan bahwa secara ekonomi Kabupaten Pamekasan sangat tertinggal.

Dalam penelinitian yang dilakukan oleh Riezky Ayudia dan Eko Budi dalam Jurnal “Penentuan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertinggalan Kawasan Kabupaten Pamekasan” tahun 2013, penelitian tersebut menyatakan penyebab ketertinggalan kawasan tertinggal pada Kabupaten Pamekasan adalah sebagai berikut:

1. Mata Pencaharian Penduduk yang tidak bervarian 2. Tingkat Pendidikan Penduduk

3.2.2. Permasalahan Kurangnya berkembangnya Agropolitan di Kabupaten Pamekasan

Dalam RPJM Jawa Timur Tahun 2014 – 2019 telah tertera bahwa salah satu kebijakan kewilayahan yang direncanakan adalah penetapan cluster kewilayahan. Cluster kewilayahan ditetapkan sebagai dasar sasaran kebijakan pengembangan kewilayahan dengan tujuan untuk meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh wilayah Jawa Timur. Penetapan cluster dirumuskan berdasarkan arah pembangunan kewilayahan Jawa Timur yang disinkronisasikan dengan agenda pembangunan Tahun 2014-2019 yang difokuskan pada pengembangan kawasan strategis, salah satunya yaitu kawasan strategis agropolitan. Pada penetapan cluster kewilayahan, salah satu pembagian cluster kewilayahan adalah Cluster Agropolitan Madura. Pulau Madura dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu Kawasan Agropolitan Madura yang terdiri dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

Namun di Kabupaten Pamekasan masih terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pamekasan tidak dapat berkembang secara optimal. Menurut RTRW Kabupaten Pameksan tahun 2012 – 2031 permasalahan - permasalahan tersebut adalah:

1. Kurangnya pemasaran hasil jenis komoditas tanaman pangan, tanaman hortikulturan, tanaman perkebunan, peternakan serta jasa pertanian dan perburuan yang ada di Kabupaten Pamekasan

(28)

3. Terbatasnya penyuluhan dan informasi teknologi kepada masyarakat di daerah dengan potensi jenis komoditas tanaman pangan, tanaman hortikulturan, tanaman perkebunan, peternakan serta jasa pertanian dan perburuan

4. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dapat digunakan masyarakat di Kabupaten Pamekasan dalam mendukung usaha yang dilakukan

5. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan sumber daya manusia untuk pengolahan hasil jenis komoditas tanaman pangan, tanaman hortikulturan, tanaman perkebunan, peternakan serta jasa pertanian dan perburuan

Sedangkan menurut RKPD Kabupaten Pameksan tahun 2015 permasalahan pembangunan sub urusan pertanian adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya petugas teknis di tingkat kabupaten, mantri tani di tingkat kecamatan dan penyuluh pertanian di tingkat desa sehingga penyuluhan pertanian belum berjalan optimal;

2. Masih rendahnya SDM petani, sebagian besar petani masih belum melaksanakan budidaya tanaman sesuai anjuran

3. Terbatasnya ketersediaan sarana infrastruktur dan alat mesin pertanian yang memadai; 4. Skala usaha yang kurang ekonomis yang disebabkan kepemilikan lahan petani yang

relatif sempit untuk kegiatan usaha;

5. Terjadinya anomali iklim baik anomali iklim basah atau kering yang sulit diprediksi beberapa tahun terakhir

Selanjutnya berdasarkan penelitian sebelumnya yang termuat dalam jurnal, permasalahan – permasalahan yang mengurangi produksi pertanian adalah sebagai berikut: 1. Penduduk di Kabupaten Pamekasan didominasi oleh penduduk dengan tingkat

pendidikan paling tinggi SD yang berpengaruh pada usaha perekonomian yang dilakukan salah satunya pertanian.

2. Infrastruktur yaitu berupa sejumlah jalan yang masih belum dapat mendukung aktivitas ekonomi dengan baik karena kondisinya yang tergolong rusak meskipun perkerasan jalannya adalah aspal.

3. Infrastruktur air untuk kegiatan pertanian yang masih kurang. Hal ini akan sangat berdampak pada usaha pertanian karena Kabupaten Pamekasan tergolong dalam wilayah yang memiliki kerawanan bencana kekeringan.

4. Produktivitas tanaman yang menurun karena sistem pola tanaman yang kurang produktif dan kualitas teknis pertanian rendah.

5. Kurangnya variasi produk hasil pertanian yang berguna untuk meningkatkan nilai tambah.

6. Pengelolaan kelembagaan yang belum baik.

(29)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Komoditas Unggulan

Dalam menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Pamekasan terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan. Pertama adalah menentukan sektor unggulan, hal tersebut dilakukan terutama untuk mengetahui apakah pertanian memang termasuk didalamnya. Sehingga dapat dilihat apakah arahan agropolitan telah sesuai dengan potensi sumber daya di lapangan. Kemudian ditentukan pula subsektor jenis komoditas unggulan di Kabupaten Pamekasan untuk mengetahui jenis komoditas apa saja yang memiliki potensi jumlah besar dan perkembangan produksi yang cepat. Setelah itu dapat dilakukan analisis komoditas unggulan di Kabupaten Pamekasan yang juga memperhatikan lokasinya (Kecamatan komoditas unggulan tersebut), sehingga nantinya konsep kebijakan wilayah agropolitan yang dibuat sesuai dengan potensi pertanian yang ada.

4.1.1. Analisis Sektor Unggulan

Pada analisis ini digunakan analisis SLQ, DLQ dan gabungan dari keduanya untuk melihat sektor unggulan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Sesuai dengan tujuannya, analisis SLQ digunakan untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis di Kabupaten Pamekasan. Analisis DLQ untuk melihat sektor apa saja yang perkembangannya cepat maupun lambat. Setelah itu digunakan analisis gabungan untuk melihat setor mana saja yang menjadi sektor unggulan.

(30)

Tabel 3. Hasil Analisis SLQ dan DLQ Sektor Lapangan Usaha di Kabupaten Pamekasan

Lapangan Usaha SLQ Keterangan

SLQ DLQ

Keterangan DLQ

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,846179499 Basis 1,166969701 Perkembangan Cepat B. Pertambangan dan Penggalian 0,910073411 Non Basis 0,935073252 Perkembangan

Lambat

C. Industri Pengolahan 1,310966771 Basis 1,096122789 Perkembangan

Cepat

D. Pengadaan Listrik dan Gas 1,204489852 Basis -2,428956611 Perkembangan

Lambat E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 0,946566306 Non Basis 1,357078952

Perkembangan Cepat

F. Konstruksi 1,047939275 Basis 0,88772249 Perkembangan

Lambat G. Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 1,015545563 Basis 1,244311599

Perkembangan Cepat H. Transportasi dan Pergudangan 0,880530304 Non Basis 1,167004371 Perkembangan

Cepat I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,83822184 Basis 1,105116374 Perkembangan

Cepat

J. Informasi dan Komunikasi 1,114592988 Basis 1,071225686 Perkembangan

Cepat

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,928020285 Non Basis 0,833234467 Perkembangan

(31)

L. Real Estat 1,042395729 Basis 1,053308807 Perkembangan Cepat

M,N Jasa Perusahaan 0,875403349 Non Basis 1,13608024 Perkembangan

Cepat O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 2,082603353 Basis 1,158783269

Perkembangan Cepat

P. Jasa Pendidikan 1,368187021 Basis 0,687128835 Perkembangan

Lambat Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,087084485 Basis 0,766364293 Perkembangan

Lambat R,S,T,

U Jasa Lainnya 0,953948239 Non Basis 0,621571013

Perkembangan Lambat

(32)

Gabungan dari analisis SLQ dan DLQ menghasilkan pembagian sektor – sektor lapangan usaha di Kabupaten Pamekasan menjadi 4 bagian yaitu sektor unggulan, sektor andalan, sektor prospektif dan sektor tertinggal. Sektor pertanian, kehutanan, dan Perikanan termasuk dalam sektor unggulan yang berarti sektor tersebut adalah sektor basis yang pertumbuhannya cepat.

Hasil analisis tersebut mendukung rencana pengembangan kawasan dengan konsep agropolitan di Kabupaten Pamekasan. Karena potensi pertanian, kehutanan dan perikanan yang menjadi dasaran dalam pengembangan konsep agropolitan termasuk dalam sektor unggulan. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai pembagian sektor berdasarkan analisis gabungan SLQ dan DLQ tersebut.

Tabel 4. Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Pamekasan

Kriteria SLQ>1 SLQ<1

DLQ>1 Sektor Unggulan Sektor Andalan

 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan  Industri Pengolahan

 Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

 Informasi dan Komunikasi  Real Estat

 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang  Transportasi dan Pergudangan  Jasa Perusahaan

DLQ<1 Sektor Prospektif Sektor Tertinggal

 Pengadaan Listrik dan Gas  Konstruksi

 Jasa Pendidikan

 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

 Pertambangan dan Penggalian  Jasa Keuangan dan Asuransi  Jasa Lainnya

Sumber : Analisis Penulis, 2017

4.1.2. Analisis Sub Sektor Jenis Komoditas Pertanian Unggulan

(33)

Tabel 5. Hasil Analisis SLQ dan DLQ Jenis Komoditas Kabupaten Pamekasan

No Jenis Komoditas SLQ Keterangan DLQ Keterangan

1 Tanaman Pangan 0,94107572 Non Basis 1,56610819 Perekembangan Cepat 2 Tanaman Hortikultura 0,53907358 Non Basis -0,19034635 Perkembangan

Lambat 3 Perkebunan 1,13149591 Basis 1,19757646 Perkembangan

Cepat 4 Peternakan 1,23224984 Basis 0,81564318 Perkembangan

Lambat 5 Jasa Pertanian Dan

Perburuan 0,74032456 Non Basis 0,65009578

Perkembangan Lambat

Sumber : Analisis Penulis, 2017

Analisis Gabungan SLQ dan DLQ menghasilkan perkebunan sebagai sub sektor jenis komoditas unggulan dari lima sub sektor jenis komoditas yang ada di Kabupaten Pamekasan. Meskipun dalam rencana alokasi ruang perkebunan hanya memiliki luas 318 Ha, namun perkebunan mampu menjadi sub sektor jenis komoditas unggulan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa meskipun alokasi ruang untuk perkebuanan tidak begitu luas akan tetapi produktivitas tanaman perkebunan di Kabupaten Pamekasan lebih tinggi dari pada daerah lain di Jawa Timur. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hasil ananlisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Tabel 6. Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Jenis Komoditas di Kabupaten Pamekasan

Kriteria SLQ>1 SLQ<1

DLQ>1 UNGGULAN ANDALAN

 Perkebunan  Tanaman Pangan

DLQ<1 PROSPEKTIF TERTINGGAL

 Peternakan  Jasa Pertanian dan Perburuan  Tanaman Hortikultura

Sumber : Analisis Penulis, 2017

4.1.3. Analisis Komoditas Basis

(34)

Berikut ini penjelasan lebih mendetil mengenai komoditas basis dan non basis di masing – masing kecamatan di Kabupaten Pamekasan.

Tabel 7. Hasil Analisis Komoditas Basis Tanaman Perkebunan di Kabupaten Pamekasan Kecamatan Tembakau Kelapa Kopi Jambu

Mente

Kapuk

Randu Pinang Lada Siwalan

Tlanakan Basis Basis Tidak ada Tidak ada Basis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pademawu Basis Non basis Tidak ada Tidak ada Non basis Tidak ada Tidak ada Basis Galis Basis Non basis Tidak ada Tidak ada Non basis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Larangan Non basis Basis Tidak ada Tidak ada Basis Tidak ada Tidak ada Basis Pamekasan Basis Non basis Tidak ada Tidak ada Non basis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Proppo Basis Non basis Tidak ada Tidak ada Non basis Tidak ada Tidak ada Non basis Palengaan Non basis Basis Tidak ada Non basis Non basis Non basis Non basis Non basis Pegantenan Non basis Basis Basis Non basis Non basis Non basis Basis Basis Kadur Non basis Basis Basis Non basis Non basis Non basis Basis Basis Pakong Non basis Basis Basis Non basis Basis Basis Basis Basis Waru Non basis Non basis Basis Basis Basis Basis Basis Non basis Batumarmar Basis Non basis Tidak ada Basis Non basis Basis Tidak ada Non basis Pasean Basis Non basis Tidak ada Basis Basis Basis Basis Basis

(35)

Melalui hasil analisis LQ yang telah dilakukan maka didapatkan komoditas basis di masing – masing kecamatan sebagai berikut :

1. Kecamatan Tlanakan : Tanaman tembakau, kelapa dan kapuk randu 2. Kecamatan Pademawu : Tanaman tembakau dan siwalan

3. Kecamatan Galis : Tanaman tembakau

4. Kecamatan Larangan : Tanaman kelapa, kapuk randu dan siwalan 5. Kecamatan Pamekasan : Tanaman tembakau

6. Kecamatan Proppo : Tanaman tembakau 7. Kecamatan Palengaan : Tanaman Kelapa

8. Kecamatan Pegantenan : Tanaman kelapa, kopi, lada, siwalan 9. Kecamatan Kadur : Tanaman kelapa, kopi, lada, siwalan

10.Kecamatan Pakong : Tanaman kelapa, kopi, kapuk randu, pinang, lada, siwalan 11.Kecamatan Waru : Tanaman kopi, jambu mente, kapuk randu, pinang, lada 12.Kecamatan Batumarmar : Tanaman tembakau, jambu mente, pinang

13. Kecamatan Pasean : Tanaman tembakau, jambu mente, kapuk randu, pinang, lada, siwalan

4.2. Penentuan Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pamekasan Tidak Optimal

Berdasarkan permasalahan – permasalahan yang menyebabkan kurang berkembanganya agropolitan di Kabupaten pamekasan dapat diambil beberapa faktor – faktor yang menjadi penyebab pengembangan konsep Agropolitan di Pamekasan tidak optimal, yaitu:

1. Kualitas SDM yang rendah

Tingkat pendidikan akhir masyarakat di Kabupaten Pamekasan yang didominasi oleh tingkat SD, menyebabkan kualitas SDM terutama petani tergolong rendah. Sehingga sebagian besar petani memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan untuk pengolahan hasil jenis pertanian serta masih belum melaksanakan budidaya tanaman sesuai anjuran sehingga produktivitas tanaman menjadi rendah.

2. Infrastruktur yang kurang mendukung

Infrastruktur yaitu berupa sejumlah jalan yang masih belum dapat mendukung aktivitas ekonomi dengan baik karena kondisinya yang tergolong rusak meskipun perkerasan jalannya adalah aspal. Selain itu Infrastruktur air untuk kegiatan pertanian juga masih tergolong kurang. Hal ini akan sangat berdampak pada usaha pertanian karena Kabupaten Pamekasan tergolong dalam wilayah yang memiliki kerawanan bencana kekeringan.

3. Iklim yang berubah - ubah

(36)

pertanian yang ada di Kabupaten Pamekasan karena iklim yang tidak sesuai dengan kebutuhan proses pertumbuhan tanaman. Khususnya pada musim kering, dimana waliyah Kabupaten Pamekasan mengalami bencana kekeringan yang cukup parah, akibatnya beberapa lahan harus gagal panen.

4. Usaha tani yang belum optimal

Skala usaha pertanian di Kabupaten Pamekasan tergolong kurang ekonomis. Hal ini disebabkan kepemilikan lahan petani yang relatif sempit untuk kegiatan usaha. Selain itu variasi produk hasil pertanian yang berguna untuk meningkatkan nilai tambah juga dinilai kurangnya. Variasi produk yang kurang dikarenakan terbatasnya ketersediaan alat mesin pertanian yang memadai.

5. Peran lembaga dan pemerintah yang belum optimal

Pengelolaan kelembagaan yang belum baik menyebabkan kurangnya petugas teknis di tingkat kabupaten, mantri tani di tingkat kecamatan dan penyuluh pertanian di tingkat desa sehingga penyuluhan pertanian dan informasi teknologi kepada masyarakat belum berjalan optimal. Kurang optimalnya lembaga ini menyebabkan nilai jual komoditas tidak menguntungkan petani sehingga tidak dapat berkembang dengan positif.

6. Terbatasnya modal usaha

(37)

BAB V PENUTUP

5.1. Konsep Pengembangan

Agropolitan mempunyai konsep yang menunjukkan karakteristiknya, agropolitan sendiri merupakan kota yang tumbuh dan berkembangan seiringan dengan upaya untuk mendorong, menarik, menghela, dan melayani seluruh kegiatan pertanian di wilayah bersangkutan melalui sistem dan usaha agribisnis. Berdasarkan konsep agropolitan yang telah dijelaskan sebelumnya pengembangan agropolitan Kabupaten Pamekasan harus memiliki pembagian wilayah yang mempunyai perannya sendiri yakni wilayah inti dan pinggiran dengan perannya masing-masing.

Gambar 5. Konsep Pengembangan Wilayah berdasarkan Agropolitan

Sumber : Google.com, 2017

Untuk menentukaan konsep pengembangan agropolitan Kabupaten Pamekasan maka perlu diidentifikasikan terlebih dahulu jenis komoditas yang dipilih, pembagian strktur ruang agropolitan berdasarkan pengembangan komoditas terkait, upaya untuk meningkatkan produkstivitas komoditas sesuai konsep agropolitan. Pengidentifikasian tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis Komoditas yang akan dikembangkan didasarkan pada hasil analisa jenis komoditas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan memiliki manfaat besar pada perkenomian pamekasan. Hal ini diketahui dengan menganalisa komoditas yang menjadi produk basis, peluang bisnis dan zona pembangunan perkebunan berdasarkan wilayah dan komoditi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan Jawa Timur serta profil komoditi unggulan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil analisa jenis komoditas yang akan dikembangkan sesuai dengan konsep agropolitan ialah :

a. Tanaman Tembakau dikembangkan pada Kecamatan Tlanakan, Pademawu, Galis, Larangan, Pamekasan, Proppo, Batumarmar (896 Ha), dan Pasean.Pusat agropolitan berada di Kecamatan Pasean dengan alokasi lahan tembakau seluas 1070 Ha dan produksi sekitar 1000-2000 ton.

Inti/Urban Pinggiran/rural

(38)

Gambar 6. Sebaran Produksi Tembakau Kabupaten Pamekasan

Sumber : Profil Komoditi Unggulan Kabupaten Pamekasan

b. Tanaman Kelapa dikembangkan pada Kecamatan Tlanakan, Larangan, Palengan, Pegatenan, Kadur, dan Pakong. Pusat Agropolitan berada di Kecamatan Kadur dengan luas lahan 555,52 Ha dan produksi kelapa sekitar 250-500 ton.

Gambar 7. Persebaran Produksi Kelapa Kabupaten Pamekasan

Sumber : Profil Komoditi Unggulan Kabupaten Pamekasan

(39)

agropolitan (Rustan, 2002) yang sesuai untuk ditetapkan pada Kabupaten Pamekasan ialah sebagai berikut :

a. Wilayah Inti yaitu orde paling tinggi berfungsi sebagai kota perdagangan yang berorientasi ekspor, pusat berbagai kegiatan final manufacturing industry pertanian (packing), stok pergudangan dan perdagangan bursa komoditas, pusat berbagai kegiatan tertier agro-bisnis, jasa perdagangan, asuransi pertanian, perbankan dan keuangan. Wilayah ini terdiri dari Kecamatan Pamekasan, Waru dan Pakong, wilayah ini juga dapat disebut sebagai kota pemasaran akhir produk dari skala regional hingga internasional.

b. Wilayah Penunjang yakni orde kedua disebut kota menengah yang berfungsi sebagai pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis, serta pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis. Wilayah ini terdiri dari Kecamatan Batumarmar dengan pusat Desa Bujur Tengah sebagai penunjang komoditas tembakau, Kecamatan Pegantenan dengan pusat Desa Pasanggar sebagai penunjang komoditas kelapa, serta pusat kegiatan.

c. Wilayah Penyangga adalah orde ketiga yakni pusat satuan kawasan pertanian yang berfungsi sebagai pusat produksi komoditas unggulan serta pusat perdagangan lokal yang ditunjukkan dengan adanya pasar harian, dan sebagainya. Wilayah ini di terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kadur untuk mendukung lahan perkebunan komoditas kelapa dan Kecamatan Pasean untuk mendukung lahan perkebunan komoditas tembakau.

(40)

Pusat Pemasaran Akhir Produk

Kec. Pamekasan

Kec. Waru Kec. Pakong

Pusat Pemasaran Agribisnis Hilir

Pusat Agropolitan (On farm)

Kec. Pasean (Tembakau)

Kec. Kadur (Kelapa)

Pusat Agribisnis Penunjang Produksi Komoditas (Agribisnis Hulu)

Kec. Batumarmar Kec. Pegantenan

Gambar 8. Hierarki Konsep Agropolitan Kabupaten Pamekasan

Gambar

Tabel 2. Luasan Rencana Pola Ruang Kabupaten Pamekasan
Gambar 1.  Peta Wilayah Kabupaten Pamekasan
Gambar 2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Prov
Gambar 3.  Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Prov. Jawa Timur 2008 - 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan hasil komparasi analisis gempa dinamis linier dengan menggunakan analisis spektrum respons ragam metode CQC gaya geser nominal dan simpangan antarlantai SNI 2012 lebih

Tiap kamar kongres (DPR atau Senat) memiliki kekuasaan eksklusif khusus— Senat harus memberikan &#34;nasihat dan persetujuan&#34; terhadap perjanjian-perjanjian kepresidenan, dan

Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-negara

[r]

It took me studying art in college to really learn the fact that all people have different ideas of what art is and of what beauty is.. I learned that I can value something as

Nilai jumlah tenaga kerja memilki tanda (+) dengan nilai sebesar 1.831.000, hal ini berarti jika variabel lain tetap responden menambah satu tenaga kerja maka

Model integrasi ilmu dalam kurikulum SD Islam Terpadu di Aceh Besar dan Bireuen adalah mengarah kepada model purifikasi-connected karena dilihat dari konsep

perusahaan dapat tercapai maka perusahaan harus mempunyai kinerja yang tinggi.. Kebijaksanaan perusahaan mempunyai pengaruh yang kuat