• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Perubahan Bidang Kajian Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jenis dan Perubahan Bidang Kajian Dalam"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Jenis dan Perubahan Bidang Kajian Dalam

Pendidikan Islam

isusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bidang Studi Sejarah Sosial Pendidikan Islam

Disusun oleh:

Pemakalah

Lukman Hakim Ritonga NIM: 3003163038

Moderator Jepri Siswanto

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Dja’far Siddik, M.A

Dr. Siti Zubaida, M. Ag

Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Medan

BAB I PENDAHULUAN

(2)

Transformasi dalam pendidikan Islam tidak lepas dari perubahan sejarah. Bercerita mengenai hal pendidikan akan tidak lepas dari sejarah peradaban Islam. Karena dari peradaban yang berlangsunglah akan menimbulkan transformasi/perubahah berupa awal berkembang, tumbuh peradaban/kejayaan, bahkan tidak dipungkiri ada yang mengalami kemunduran. Oleh karena itu, sejarah sangat penting untuk dipelajari, siapa yang tidak mengenal sejarah, ia akan kehilangan cerminan untuk masa depannya. Bahkan sampai kehilangan keteladan/panutan. Seperti pepatah sejarah mengatakan: jika ingin melumpuhkan suatu bangsa, maka jauhkan mereka dari ingatan sejarahnya.

Islam pernah mengalami puncak kejayaan dalam bidang pendidikan Islam. Hal demikianlah para penikmat ilmu bergerak untuk menggali dan mengulas akan faktor kejayaan pendidikan Islam. Juga, pemakalah juga berminat untuk mengupas sedikit tentang jenis dan perubahan bidang kajian khususnya dalam pendidikan Islam.

Seperti terlihat pada masa keemasan pendidikan Islam masa pemerintahan Daulah

Abbasiyah, pendidikan Islam sudah menjadi perhatian yang tinggi bagi pemimpin yakni dengan adanya lembaga pendidikan sudah mulai berkembang dan proses pengalihan ilmu pengatahuan juga mulai berkembang.

Lembaga pendidikan Islam untuk pengajaran dan pendidikan pendirian Bait al-Hikmah oleh al-Ma’mun pada tahun 830 M di kota Bagdad. Dengan adanya lembaga ini memberikan efek positif dijadikan sebagi pusat pembelajaran, penerjemahan buku karangan bangsa-bangsa terdahulu seperti buku-buku karya bangsa-bangsa Yunani, Romawi, dan Persia serta naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika, seperti Mesopotamia dan Mesir.

(3)

Ali Bin Abi Thalib). Dilanjutkan dengan masa pemerintahan dinasti Umayyah, kemudian masa dinasti Abbasiyah.

Makalah ini memberikan ulasan apasajakah jenis dan perubahan yang terjadi dalam pendidikan Islam sejak awal Islam hadir hingga dimasa Rasulullah saw hadir hingga wafatnya sampai masa akhir bani Umayyah.

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis dan perubahan bidang kajian dalam pendidikan Islam

Pertumbuhan Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang sangat panjang. Pendidikan Islam berkembang seiring kemunculan Islam itu sendiri. Dalam perspektif pada konteks masyarakat Arab tempat Islam lahir, dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam sempurna dengan hasil pendidikan penerapan sistem transformasi, karena pada dasarnya masyarakat Arab pra-Islam tidak mempunyai sistem pendidikan formal.

(4)

upaya-upaya dakwah Islam iah yang dilaksanakan, seperti penyebaran dan penanaman ilmu agama, dasar-dasar kepercayaan, dan ibadah Islam.1

Sejarah pendidikan Islam itu pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab itu tidak terlepas dari periode-periode yaitu perpindahan dari masa ke masa sejarah Islam itu sendiri. Dengan demikian, pendidikan Islam yang berlangsung akan mengalami perubahan- perubahan pada lembaga dan bidang kajian yang berlangsung di dalamnya di delik pada periodesasi yang dirinci kepada masa-masa Islam berlangsung.

1. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw

Agar lebih mendalam untuk membahas kajian pendidikan Islam pada masa Rasulullah terlebih dahulu diawali dengan pembahasan: apakah Rasulullah seorang pendidik? menurut konsep pendidikan tugas pendidik itu ada tiga macam, yaitu :pertama, mentransfer ilmu (transfer of knowledge), kedua, mentransferkan nilai-nilai (transfer of value), ketiga,

mentransferkan keterampilan (transfer skill).2 Rasulullah menyampaikan wahyu yang

berisikan informasi dan ilmu kepada para sahabatnya, beliau juga menamamkan nilai-nilai yang positif dan baik, seperti nilai-nilai akidah dan akhlak mulia, begitu juga mentranfer keterampilan dalam bentuk perilaku yang baik berkaitan dengan ibadah maupun akhlak, dengan demikian Rasulullah patut disebut dengan seorang pendidik. Sejalan apa yang dilaksanakan oleh Rasulullah telah sesuai menurut Ahmad dalam bukunya ilmu pendidik dalam persefektif Islam menyebutkan tugas pendidik adalah mendidik.3

Dapat kita menarik kesimpulan pendidikan Islam bermula ketika Rasulullah saw menerima wahyu untuk pertama kalinya di gua Hira. Dalam peristiwa ini, Allah swt “mendidik” Rasulullah saw melalui perantara malaikat Jibril as. Oleh karena itu, patut ditegaskan bahwa dalam sejarah pendidikan Islam Rasulullah saw merupakan peserta didik yang pertama sekali mendapat pendidikan Islam .

Setelah menerima wahyu, maka pada gilirannya Rasulullah berkewajiban untuk menyampaikan wahyu tersebut. Wahyu yang diterima oleh Rasulullah kemudian disampaikan kepada masyarakat, maka dalam hal ini Rasulullah telah memulai perannya sebagai pendidik.

1 Azyumuardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi ditengah Tantangan Milenium III, Cet Ke I( Jakarta : 2012), H. 2.

2Haidar Putra Daulay Dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah , Cet Ke I (Jakarta : Kencana, 2013), H. 19.

(5)

Pendidikan Islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode: Periode Mekkah dan Madinah.

Periode Mekkah

Kondisi masyarakat Arab Mekkah saat itu dari sudut padang sosial adalah terdiri dari kabilah yang sangat solid dan kuat, sehingga banyak terjadi peperangan antara kabilah demi memperebutkan wilayah kekuasan. Adapun kondisi keberagaamaan masyarakat Mekkah saat itu mempunyai kepercayaan yaitu menyembah berhala seperti berhala Latta, Uzza, dan Manata. Ada juga masyarakat Arab setempat yang beragamakan ash shaibah yang menyembah bintang-bintang (Zoroaster). 4

Sebagai tempat kelahiran nabi Muhammad saw seyogiyanya latar belakang dan kondisi masyarakat Arab khususnya Mekkah memahami tentang bagaimana pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah. Nah, ketika peristiwa besar yang terjadi pada Rasulullah yaitu turunnya ayat pertama dan diikuti ayat berikutnya, maka dari situlah Rasulullah menetapkan hatinya untuk melaksanakan dakwah Islamiah.

Sejalan dengan pelaksanaan dakwah Islam Rasulullah dalam tiga tahap maka secara implisit berlangsung pulalah pendidikan Islam. Maka dari itu Rasulullah menerapkan pendidikan Islam dengan tiga tahapan, di antaranya :

a. Dilakukan secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, pendidikan Islam dilakukan secara rahasia agar tidak ada tekanan dari Quraisy. Dalam tahapan ini Rasulullah menyampaikan ajaran Islam kepada keluarga dan teman terdekat.

b. Dilakukan secara semirahasia, pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah ini ditujukkan kepada kelompok Abdul Muthalib.

c. Tahapan secara terbuka atau terang-terangan, pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah ini menyeru kepada masyarakat Arab khususnya penduduk kota Mekkah untuk memeluk agama Islam, berdasarkan Q.S. al-Hijr ayat 94:

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.5

. Inti implementasi pendidikan dan pengajaran Nabi selama di Mekkah ialah pendidikan keagamaan mengajarkan ketauhian dan akhlak/ etika serta menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘aqliyah dan ilmiyah. Melalui

4Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam , Jilid I (Jakarta: Kalam Mulia), h. 89.

(6)

tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh Rasulullah dalam dakwah Islam ialah secara rahasia, semi rahasia, secara terang-terangan, dan demonstratif.

Jenis bidang kajian yang didalami nabi muhammad saw pada periode ini berfokus kepada mengajarkan ajaran I’tiqad dan keimanan, yaitu harusnya Allah swt lah yang disembah bukan berhala yang dilakukan masyarakat Arab saat itu. Proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah, yaitu di rumah sahabat nabi Muhammad saw tertentu adalah Dar Arqam sebagai contoh sewaktu Rasulullah berada pada tahap menyampaikan ajaran Islam dengan rahasia digunakanlah rumah salah satu sahabat sebagai pusat kegiatan pendidikan Islam, dia adalah Arqam bin Arqam, sejalannya dengan pendekatan pribadi yang dilakukan oleh Rasulullah. Sehingga beberapa dari mereka masuk Islam diantara Khadijah, Ali Bin Abi Thalib, Zaid Bin Haritsah, Abu Bakar, Ustman Bin Affan, Zubair Bin Awam, Sa’ad Bin Abi Waqqas, Thalhah Bin Ubaidillah, Abu Ubaidah Bin Jarrah.

Pembinaan pendidikan Islam pada masa Mekkah disimpulkan meliputi:

a. Pendidikan Akidah (keimanan) yaitu mengimani bahwasanya Allah swt semata disembah yang berintikan akidah tauhid (mengesahkan allah swt) tanpa mempersekutukannya sesuai dengan firman Allah Q.S al-Ikhlas : 1-5 dan Q.S al-Baqarah: 255.

b. Pendidikan Akhlak yaitu Rasulullah mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.6 Sedikit mengenai syari’ah, diperiode Madinah lebih

memantapkan pembinaan syari’ah benar-benar diintensifkan hingga pada suatu masa disempurnakanlah didikan Islam dengan turunnya wahyu terakhir Rasulullah. Hal pendidikan akhlak ini diungkapkan Allah swt dalam Qur’an Karim pada surah Al-Ahzab ayat 21 berbunyi:7





































Artinya: “sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu sekalian

c. Pendidikan akal yaitu mempelajari dan memperdalam kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta

d. Pendidikan Jasmani yaitu mementingkan kebersihan.8

6 Fakhrur Rozy Dalimunte, Sejarah Pendidikan Islam: Latar Belakang, Analisis, Pemikirannya,

(Medan : Firma Primbow, 1986), h. 26.

7 Q.S. al-Ahzab/33:21

(7)

Periode Madinah

Ditinjau dari geografis, kota Madinah terletak dibagian Utara kota Mekkah, penduduknya mayoritas berniaga (bercocok tanam, berdagang). Kota Madinah awalnya bernama Yatsrib. Hijahnya Rasulullah saw dari Mekkah ke Madinah bermula pada situasi/kondisi Mekkah dan Madinah yang berbeda. Seperti di pembahasan terdahulu masyarakat Arab Mekkah memiliki kabilah-kabilah yang kuat tidak heran antar kabilah akan memperebutkan wilayah kekuasaan. Di Mekkah kaum muslimin mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari pihak Quraisy bahkan sampai kepada mendzalimi, memboikot, dan menyiksa. Latar belakang inilah Rasulullah saw hijrah ke Madinah.

Pendidikan di Madinah tampak berkembang kemajuannya sejak datang dari sejumlah penduduk Madinah yang berhaji ke Mekkah yaitu aqabah, saat ini Rasulullah berumur 51 tahun. Aqabah pertamaberjumlah 12 orang dan aqabah ke dua dengan jumlah 73 orang dari suku Aus dan Khazraj yang berbait ke pada Rasulullah. Kemudian Musab ibn Umair yang diperintahkan rasullulah untuk mendidik membaca al-Qur’an, tauhid, ibadah kepada kelompok yang telah berbaik kepada rasullulah sebagai buktinya isi perjanjian tersebut.9

Setelah bai’at aqabah kedua berjalan secara sempurna, dengan kondisi di penekanan dari quraisy di Mekkah terhadap muslim dan Rasulullah, maka akhirnya Rasulullah memerintahkan untuk berhijrah. Setiba kaum muslim, sahabat Rasulullah, dan Rasulullah tiba di Madinah, maka langkah awal untuk membangun kondisi masyarakat di Madinah ialah: membangun mesjid, mempersaudarakan sesama kaum muslim (kaum Anshar dan Muhajirin) dan Piagam Madinah.10

Mesjid adalah tempat pertama yang dibangun Rasulullah untuk berkumpul dan bermusyawarah hal kondisi yang sedang dihadapi. Sebelum tiba di Madinah, Rasul sempat singgah di beberapa tempat dan salah satunya adalah Quba, Quba adalah satu daerah terletak di wilayah Madinah. Jaraknya kurang lebih lima kilometer dari pusat kota Madinah. Beliau tinggal di daerah ini selama empat hari, sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib ra dari Mekkah, bersama rombongan. Sekarang dinamakan dengan Mesjid Quba, Berdiri pada tahun 1 H (622 M) tujuannya untuk menghindari kekejaman kafir Quraisy Rasulullah saw bersama Abu Bakar.

Hal ini disebabkan perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan ketauhidan yang harus dilalui dengan penuh rintangan. Hampir setiap saat kaum kafir Quraisy selalu 9Syaikh Shafiyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah Cet 1, ( Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 104.

(8)

mengawasi Nabi Muhammad saw. Ketika kesempatan berhijrah, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mendirikan mesjid sebagai pusat perjuangan dan dakwah Islam. Ini pulalah yang dilakukan Rasulullah saw. Lalu, Rasulullah saw berangkat ke Madinah, setiba di Madinah Rasulullah langsung membangun mendirikan Mesjid Nabawi, setelah sebelumnya membangun Mesjid Quba sampai akhir menjadi kota Madinah merupakan pusat segala kegiatan duniawi dan keagamaan termasuk pusat kegiatan pendidikan dan pembinaan Islam .

Mesjid ini dibangun dengan dasar ketaatan dan ketakwaan Rasulullah saw kepada Allah swt. “Sesungguhnya Mesjid yang didirikan atas dasar takwa (Mesjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih” (Q.S. At-Taubah 9: 108).11 Pada potongan ayat nya berbunyi:







Para sejarawan menyebutkan, tanah yang menjadi lahan pembangunan Mesjid ini mulanya adalah lapangan milik Kultsum bin Hadam, yang biasa digunakan untuk menjemur kurma.

Pendidikan pada periode Madinah adalah sebagai lanjutan pendidikan yang disemarakkan oleh Rasulullah saw di Mekkah. sehingga bidang kajian pada materi/kurikulum pembelajaran yang dilakukan nabi di Madinah mencakup bidang kajian :

a. Pendidikan tulis dan baca menyangkut dengan al-Qur’an

Nabi Muhammad saw menyampaikan risalahnya sebagai materi pembelajaran yang disampaikan kepada sahabatnya menyuruh membaca, menghafal, atau menulis. Gerakan belajar menulis dan membaca telah timbul sebagai suatu realitas turunya wahyu yang pertama memerintahkan membaca.12 Ayat yang pertama diturunkan dari al-Qur’an mengandung

perintah membaca (iqra), Islam mengawali sebuah perubahan tradisi pengelolaan dari tradisi lisan (menghafal) menuju tradisi (menulis dan membaca) melalui lembaga kuttab. Berbicara mengenai istilah kuttab merupakan lembaga pendidikan dasar pada saat sebelum datangnya Islam yang terfokus pada baca dan tulis, sampai hadirnya agama Islam. Di seputaran Mekkah dan Madinah, satu satunya lembaga yang secara pure membidangi pendidikan yang didalamnya diselenggarakan program baca tulis.

Pada mulanya pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru (mu’alim, mu’addib) atau disekitar mesjid. Rasul memerintahkan al-Hakam b. Sa’id untuk mengajar di

kuttab, Madinah.13 Menurut Ahmad Syalabi seorang ilmuan pertama yang menjelaskan kuttab 11 Q.S. at-Taubah/9:108.

12Hasan Asari, Menyigkapkan Zaman Keemasaan Islam, Cet Ke III (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis , 2006), h. 6.

(9)

menyebutkan terdapat dua jenis kitab dalam sejarah pendidika Islam, pertama kuttab yang berfungsi mengajarkan tulis-baca dengan teks dasar puisi-puisi dasar Arab, kedua kuttab yang berfungsi sebagai tempat pengajaran al-Qur’an dan dasar-dasar ajaran Islam.14 Mengenai

waktu belajar di kuttab, Mahmud yunus menyebutkan dimulai hari Sabtu pagi hingga Kamis siang sebagai berikut:

a. Materi baca tulis Alqur’an dimulai pada pagi hari sampai dhuhȃ

b. Pelajaran menulis diwaktu dhuha sampai dengan Zuhur

c. Gramatikal Arab, matematika, sejarah dimulai ba’da Zuhur sampai dengan siang hari.15

Ketika Islam tersebar ke berbagai daerah Jazirah Arab, maka setelah itu sahabat Rasulullah mengajarkan Islam kepada komunitas masyarakat. Bahwa pendidikan Islam dengan dakwah Islam ialah tidak menjadi suatu paksaan untuk memeluk agama Islam , sesuai dengan firman Allah :



















































Artinya :. tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam ); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.16

b. Pendidikan keagamaan (akidah, ibadah, muamalah, akhlak)

Pada bidang kajian ini lebih menekankan pendidikan akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Akidah di periode Madinah sudah mantap, berbeda dengan Pendidikan Ibadah yang diajarkan Rasulullah mendidik sahabat-sahabat untuk melaksanakan shalat, berjamaaah di mesjid, puasa, zakat, dan mengerjakan haji. Bidang kajian muamalah adalah suatu sistem sosial kebutuhan masyarakat untuk mendirikan kehidupan sosial, sebab dasar nilai pendidikan Islam diletakkan pada Rasulullah di anggap sebagai “Din Wa Daulah” yakni agama dan negara, contohnya jual beli, pinjam meminjam, jinayah, dan lainnya. Sedang bidang kajian di pendidika akhlak ada dikenal dengan sebutan ahl suffah yaitu membersihkan batin dari segala macam-macam penyakit hati. Dan ahl suffah tinggal di mesjid nabi yang tugasnya beribadah kepada allah swt

14Ahmad Syalabi, History of Muslim Education ( Beirut : Dar Al Kasysyaf, 1954), h. 16.

15 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Mutiara, 1966), h. 15.

(10)

c. Pendidikan sosial dan kemasyarakatan

Materi pendidikan sosial Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan Jazirah Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Membina hubungan antara kaum muslimin dengan persaudaraan di kalangan umat Islam , khusunya kaum anshar dan muhajirin. Disebutkan bahwa kaum anshar di sebut kaum penolong, sedangkan kaum muhajirin disebut dengan orang yang berhijrah ke Madinah.17

Sejalan dengan dikatakan oleh Muhammad Hambal Shafwan dalam Intisari Sejarah Pendidkan Islam , penekanan pendidikan yang diajarkan Rasulullah saw di Madinah:

1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru (pendidikan sosial politik) menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi melaksanakan pendidikan sebagai berikut:

a) menyerukan untuk antar suku saling berdamai dan ngikat kuat tali silaturrahmi. Tidak saling memusuhi

b) Nabi menyarankan kepada kaum Muhajirin agar selalu ingat untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Mekkah dalam memenuhi kebutuhan hidup

c) Menjalin kerja sama dan tolong-menolong dalam membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur

d) beribadah seperti menunaikan Sholat Jum’at sebagai media komunikasi seluruh umat Islam .

2. Pendidikan dan kewarganegaraan

a) Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin. b) Pendidikan kesejahteraan sosial

c) Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.

3. Pendidikan al-walad dalam Islam. Rasulullah selalu mengingatkan kepada umatnya antara lain:

a) Agar menjaga diri dan keluarga dari api neraka

b) Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah

c) berdoa agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati Adapun bentuk-bentuk pendidikan anak digambarkan dalam surat Luqman ayat 13-19 sebagai berikut; pendidikan tauhid, pendidikan sholat, pendidikan sopan santun dalam keluarga, pendidikan sopan santun dalam masyarakat, pendidikan kepribadian, pendidikan Hankam dakwah Islam 18.

17 Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam , (Jakarta: PT Al-Husna Zikra), h. 149 Kaum Anshar Ialah Penduduk Mekkah yang Datang Ke Madinah, dan Muhajirin Penduduk Pribumi Kota Madinah

(11)

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera mengatakan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan mesjid selain dapat sholat juga sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Mesjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai tempat pemerintahan.

Periode yang berlangsung dilaksanakan Rasulullah pada Mekkah dan Madinah dan bahkan di luar kota yang ada, adalah periode pembinaan pendidikan Islam.

2. Pendidikan Islam pada masa Khulafâu ar-Râsyidîn

Khulafâu ar-Râsyidîn dikenal dengan pengganti/penerus Rasulullah setelah wafat. mereka sahabat nabi Muhammad saw yang berjuang menegakkan ajaran Allah swt, mereka Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Masa pemerintahan khalifah Abu Bakar berlangsung selama 2 tahun (11-13 H)(632-634 M), Umar BIN Khaththab memerintah selama 10 tahun (13-23 H)(H)(632-634-644 M), Utsman bin Affan memerintah 12 tahun (23-35 H)(644-655 M), Ali bin Abi Thalib memerintah selama 6 tahun tahun (35-40 H)(655-660 M).19

Perlu kita ketahui, pendidikan yang dilakukan masa Khulafâu ar-Râsyidîn tidak jauh berbeda dengan masa Rasulullah, pendidikan Islam pada masa Khulafâu ar-Râsyidîn juga belum terlembaga seperti yang kita rasakan di era dewasa ini, terselenggara tapi belum terorganisir secara sistematik. Pendidikan Islam pada masa Khulafâ ar-Râsyidîn masih mengandalkan mesjid sebagai tempat penyelenggaraan aktivitas pembelajaran. Kurikulum yang digunakan masih mengadopsi kurikulum yang digunakan oleh Rasulullah.

A. Pendidikan Islam masa khalifah Abu Bakar Ash- Shiddiq

Abu Bakar Ash- Shiddiq bernama asli Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’aib bin Ghalib Al-Quraisyi At-Taimi.20

Wilayah kekuasaan Islam pada awal pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash- Shiddiq masih di Jazirah Arab dan tidak memfokuskan untuk mengembangkan wilayah kekuasaan. Demikian, dikarenakan gejolak peristiwa yang di alami pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq yaitu banyaknya kaum muslimin yang murtad, timbulnya nabi-nabi palsu seperti Tulayhah dan Musailamah, lalu orang yang muncul sebagai nabi palsu menurut Jamil Ahmad adalah Aswad Asni, Talha Bani As’ad, Sajah21 tidak mengamalkan lagi syari’ah yang pernah

19 Sami Abdullah, Atlas Agama Islam , Terj. Fuad Syaifuddin, (Jakarta: Almahira, 2009), h. 167.

20 Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Abu Bakar As- Shiddiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2013), H. 22.

(12)

Rasulullah perintahkan, seperti; tidak membayar zakat karena mereka beranggapan wafatnya Muhammad saw (11 H/632 M), akan terlepas seluruhnya yang berkaitan dengan Islam .

Dari sudut kependidikan, Abu Bakar Ash- Shiddiq berusaha untuk mengembangkan kembali ajaran yang pernah rasul ajarkan kepadanya dan sahabat lainnya. Dipandang dari bidang kajian materi pelajaran adalah sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan. Yakni: pendidikan akidah, pendidikan al-Qur’an, keagamaan ibadah, akhlak, sosial, dakwah Islami, pertahanan Daulah untuk memberantas kejolak yang terjadi di pemerintahannya, banyaknya bermunculan pemberontak/perusak kota, bahkan yang lebih tragis mempropagandakan sebagai nabi. Dengan ini, abu bakar ash- shiddiq memerintahkan Khalid bin Walid untuk mengejar dan mencari agar menyatakan mencabut pernyataan kenabiannya. Alhamdulillah berhasil.

Institusi yang digunaakan Abu Bakar Ash- Shiddiq dengan para sahabat di mesjid Nabawi yang ada di kota Madinah.

B. Pendidikan Islam masa khalifah Umar bin Khaththab

Umar bin Khaththab bernama Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Rabah bin Qurth bin Razah bin Ady bin Ka’ab bin Luay.22

Di masa pemerintahan Umar bin Khaththab melakukan gelombang skspansi (perluasan kekuasaan) secara besar- besaran. Wilayah yang jatuh ke wilayah kekuasaan Islam : Syiria, Mesir, Irak, Persia, Mosul, dll.23 Ekspansi wilayah besar-besaran, dakwah Islam

semakin berkembang. Semangat berdakwah dan pendidikan di kalangan muslimin cukup tinggi.

Sebab, perluasan yang sangat pesat itu, daerah Islam yang meluas hingga sampai ke wilayah Timur menduduki Parsi dan sebelah Barat (Mesir) dan daerah sekitarnya. Barang tentu banyak pulalah yang mempelajari Islam dari guru- guru yang diangkat oleh Umar bin Khaththab dan masuk Islam. Perlu bimbingan dan pengajaran diberikan kepada orang yang muallap. Oleh karena itu, kebutuhan pendidikan dan pengajaran sangat urgen dibentuk, hingga materi pendidikan dan pengajaran agama bagi mereka yang baru masuk Islam segera disusun, untuk mencegah simpang siur yang bisa membuat kesalahan mengenai pokok-pokok akidah dan ibadah.

Institusi yang digunakan masa pemerintahan khalifah Umar bin Khaththab tidak berbeda dengan apa yang digunakan masa Rasulullah, yaitu mesjid-mesjid, kuttab, dan tempat-tempat yang pantas diberikan pengajaran. Dimana kekhalifahannya pendidikan kuttab

memainkan perannnya, berkembang dengan bertambahnya bidang kajian yang lebih luas lagi. 22 Imam As- Suyuthi, Tarikh Khulafâ Sejarah Para Penguasa Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 25.

(13)

Seperti disebutkan Ahmad Syalaby materi yang dikaji antara lain tata bahasa Arab, risalah nubuah, hadits- hadits Rasulullah.24 Bidang kajian yang pokok diberikan kepada masyarakat

mengenai keagamaan. Antara lain; mengkaji kembali Al-Qur’an, akidah, ibadah, syari’ah, dan pendidikan akhlak (budi pekerti, moral), pertahanan hidup.25 Sebagaimana yang pernah

Umar bin Khaththab ajarkan kepada penduduk agar memberikan pelajaran menunggang kuda, memanah, berenang, pepatah-pepatah, syair-syair.

C. Pendidikan Islam masa Utsman bin ‘Affan

Khalifah ke-3 bernama Utsman bin ‘Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abdul Manaf.26 Masa pemerintahan Utsman tidak jauh berbeda dengan pemerintahan

sebelumnya yaitu Umar bin Khaththab yang memperluas daerah Islam. Utsman juga memperluas wilayah Islam daratan, bahkan wilayah perairan dengan membentuk armada angkatan laut. Bermula dari rencana perluasan dakwah Islami ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke wilayah tersebut harus menyebrangi melalui lautan. Wilayah yang dikuasai Ustman bin ‘Affan meliputi wilayah Afrika (Barqah Tripli Barat, Bagian Selatan, Negerinubah), wilayah Asia (negeri Armenia, Tabaristan, Baktaria, Harah, Kabul, Haznah di Turkistan), wilayah Eropa (pulau Cyiprus).27

Ditinjau dari segi pendidikan Islam yang digagas masih berjalan seperti apa yang dilakukan oleh khalifah sebelumnya baik dari segi materi dan sarana prasarana. Bidang kajian meliputi pendidikan agama, berupa pendidikan akidah, ibadah, akhlak, pendidikan al-qur’an. Perluasan wilayah kekuasaan yang dilakukan, akan mempengaruhi terhadap etnis-etnis lain, sehingga hubungan antara masyarakat multi-etnis dan multi kultur yang banyak menimbulkan ada yang akan masuk Islam. Faktor demikianlah yang mendorong para sahabat nabi yang belajar agama dan pemerintahan sejak awal perkembangan Islam berinisiatif untuk membantu mendidik untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama yang berhijrah dari Jazirah Arab. Seperti pindah ke Syam, Parsi, Irak, dan Mesir.

Namun, persoalan yang terjadi sejak perluasan kekuasaan dan penebaran para sahabat ke berbagai daerah, muncul berbagai fatwa dan ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat daerah. sebab kota Madinah yang masyarakatnya lebih homogen. Periode ketiga ini merupakan titik awal

24 Shalaby, Ahmad., Sejarah Pendidikan Islam, Pent. Mukhtar Yahya Dkk, (Singapura: Pustaka Nasional, 1976), h. 54.

25 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah , Cet Ke I, h. 53.

26 Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), h. 16.

(14)

pertumbuhan fiqh sebagai salah salah satu disiplin ilmu dalam Islam dan cikal bakal munculnya ahli- ahli hadist (ahlulal-hadits).28

Lembaga yang digunakan mesjid, dan memberdayakan khuttab. Terlihat pada rehabilitasi mesjid Nabawi, yang tampak mulanya bangunan yang sangat kecil dan sederhana. Dipemerintahan Umar melakukan perluasan, lalu dilanjutkan pada utsman memperluas kembali bangunan dan memperindah/renovasi dengan ornament-ornamen yang memukau. D. Pendidikan Islam masa Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib bernama Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim al-Quraisyi al-Hasyim. Lahir di kota Mekkah tahun 603 M, 32 tahun setelah kelahiran Rasulullah atau 10 tahun sebelum Bi’tsah (pengangkatan sebagai rasul).29

Adapun pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, lebih disibukkan dengan urusan penyelesaian permasalahan dalam negeri, hingga beliau memindahkan pusat pemerintahan Islam ke Kufah Irak keluar dari Jazirah Arab. Pemindahan pusat pemerintahan ke Kufah itu disebabkan beberapa faktor:

Pertama: ditinjau dari agama, yaitu sebagai upaya menjaga secara intensif dari keummiyan ketauhidan Islami karena wilayah ini sentra berkembangnya ajaran Zoroaster (Majusi) yang telah berakar dalam waktu lama.

Kedua, ditinjau dari geopolitik, karena wilayah Irak atau Mesopotamia merupakan bagian dari wilayah fertile cressent area (wilayah bulan bingatang yang subur di Timur Tengah).

Ketiga, ditinjau dari kepentingan niaga, Irak memiliki perlabuhan niaga lebih ramai dikunjungi para wirausahawan dari negara penghasil rempah-rempah seperti Indonesia dan sekitarnya. Cina dan India sebagai penghasil tekstil, komoditi. Posisi Madinah lebih kea rah barat jika ditinjau dari India, Cina, dan Asia Tenggara. Sedangkan posisi Irak lebih ke Timur dan menghadap ke Teluk Persia dan laut Arabia serta Samudera Persia atau Samudera India sekarang.30

Latar belakang terjadinya perpecahan antar umat Islam ini berawal dari sebagian umat Islam yang tidak setuju dalam pengangkatan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah setelah Utsman bin ‘Affan wafat. Maka timbul beberapa perlawanan yang mencetusnya peperangan Perang Jamal datang dari Aisyah, Thalhah, dan Zubeir, dan dapat di lumpuhkan. Penantang kedua dari Muawiyah bin Abi Sofyan, Gubernur Syam. Akhir peperangan ini melahirkan

Tahkim/arbitrase (perdamaian). Keputusan ini lah mengakibatkan dari sebagian Golongan Ali yang tidak sepakat dengan keputusan yang diambil Ali hingga sampai kepada perpecahan umat Islam.

28 Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam, (Solo: Pustaka Arafah, 2014), h. 90.

29 Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, h. 20.

(15)

Pada masa Ali bin Abi Thalib sangat miris terjadi, umat Islam pecah menjadi tiga golongan besar:

a. Golongan Ali

b. Golongan Muawiyah c. Golongan Khawarij31

Gejolak yang dirasakan dimasa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tidak serta merta melupakan kajian keagamaan yang di gaungkan saat itu. Mesjid-mesjid selain menjadi sarana beribadah, kuttab, rumah-rumahjuga menjadi lembaga intrumen penyampaian dakwah Islam yang dilakukan.

Bidang kajian yang diajarkan ditinjau dari aspek materi pendidikan Islam memusatkan kepada materi agama, meliputi akidah, ibadah, al-Qur’an, muamalah, jinayah, hudud, hukum Islam. Seperti pendidikan Islam yang pernah Ali sampaikan sebagai nasehat; berkata Ali, “janganlah sekali-kali seseorang takut kecuali takut atas dosanya. Janganlah menggantungkan harapan kecuali kepada tuhannya. Janganlah orang yang tidak berilmu malu untuk belajar. Janganlah seseorang yang tidak tahu sesuatu malu untuk mengatakan “Allah a’lam”. Sesungguhnya kedudukan sabar bagi iman laksana kedudukan kepala pada jasad. Jika kesabaran hilang, maka akan lenyap pula keimanannya, jika kepala hilang maka tidak ada artinya”.32

E. Pendidikan Islam masa Bani Umayyah

Dinasti Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sofyan. Mengulas singkat sejarah Bani Umayyah. Setelah wafat Ali bin Abi Thalib, Hasan putra Ali diangkat untuk menggantikan Ali, tetapi tidak berapa lama kekuasaannya Hasan menyerahkan kekuasaan itu kepada Muawiyah dengan syarat tertentu. Lalu, Muawiyah terangkatlah menjadi khalifah, seterusnya di zaman Yazin bin Muawiyah Husein putra Ali juga, terbunuh di Karbala, sehingga Muawiyah tidak memilki musuh politik. Hingga Bani Umayyah melakukan pembangunan dan perluasan wilayah. Wilayah Islam pada masa kerajaan ini terbentang dari Andalusia (Spanyol). Umayyah berkuasa sejak tahun 41 H sampai dengan 132 H. Dengan 14 khalifahnya silih berganti-ganti.

Periode ini dikatakan sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam. Masa pemerintahan ini yang berpusat pada kota Damaskus, terjadi yang begitu banyak perluasan daerah kekuasaan Islam. Ekspansi yang pernah terhenti dimasa Utsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Dizaman Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke Afghanistan dan Kabul. Ekspansi yang pernah dilakukan Muawiyah ke Timur dilanjutkan kembali oleh Khalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi 31 Lihat Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah , Cet Ke I, h. 56.

(16)

sungai Oxuz dan berhasil menundukkan Balkh sampai Samarkand dan Punjab sampai Maltan.33

Keberhasilan yang dimililki Bani Umayyah yang sangat luas meliputi wilayah ke Timur dan Barat. Daerah- daerah tersebut meliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian kecil Asia kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan, Uzbekistan, dan Kirgis di Asia Tengah.34

Tinjauan dari segi pendidikan dan bidang kajian yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah yang telah berjalan beberapa aktivitas pendidikan yang tumbuh: lembaga yang digunakan dalam mengkaji ilmu tidak jauh berbeda dengan sebelumnya yang berpusat pada mesjid dan Kuttab. Seperti terlihat pada pemerintahan Walid bin Abdul Malik yang mendirikan mesjid Umayyah ditabalkan di Damaskus, dimasa yang sama didirikan mesjid az-Zaitunah di Tunisia yang dianggap sebagai Universitas tertua di dunia yang masih ada sampai sekarang. Juga, berdiri mesjid Qairawan di Afrika Utara oleh Uqbah bin Nafi’i. Majelis sastra, yaitu balai pertemuan yang disiapkan khalifah dihiasi hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Pendidikan istana, Pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah, para pejabat pemerintahan.

Kontak yang dilakukan Islam dengan keberbagai wilayah peradaban terutama peradaban Yunani yang basic nya kaya akan falsafah Yunani dan ilmu pengetahuan lainnya. Ketika saat itu umat Islam telah menaklukkan daerah tersebut pada abad ke-tujuh, yang mereka melihat bahwa ada masyarakat yang lebih maju dari peradaban mereka, Menarik perhatian lebih oleh Islam untuk mengkaji dan mendalami ilmu pengetahuan.

Tumbuhnya dasar ilmu pengetahuan pada zaman Bani Umayyah dimulai: dasar-dasar-dasar ilmu pengetahuan bidang kajian yang lebih kompleks seperti naqliyah maupun ‘aqliyah. Dan ilmu ‘aqliyah yaitu: Filsafat, Kedokteran, Ilmu Kimia, dan Astronom. Al-Khawarizmi dalam bukunya Mafatihul ‘Ulum meringkas mengenai kurikulum Naqliyah itu yang terdiri atas mata pelajaran:

1. Ilmu fiqih 2. Ilmu nahwu

3. Ilmu kalam (tauhid) 4. Menulis

5. Ilmu ‘Arudh

6. Sejarah, terutama sejarah Persia, sejarah Islam, sejarah pra-Islam, sejarah Yunani dan Romawi

7. Ilmu berhitung.

33 Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam, h. 57.

(17)

Terlihat pada Al-Kindi seorang filosof Islam pada abad ke-3 H. telah mempelajari ilmu kedokteran, matematika, filsafat, manthiq, sya’ir, musik, logika. Ibnu Sina yang mempelajari Al-Qur’an, ilmu-ilmu pengetahuan agama, filsafat, fisika, logika, sya’ir, ilmu hitung, ilmu ukur, dan matematika. Abu Ali Hasan Ibnu Haitsam hiduo di Mesir pada abad ke-5 H. mempelajari pula berbagai cabang ilmu pengetahuan, matematika, kedokteran, filsafat, theology.

F. Pendidikan Islam masa Bani Abbasiyah

Setelah runtuhnya dinasti Umayyah di Damaskus, lalu dilanjutkanlah kekuasaan Islam oleh dinasti Abbasiyah, kekhalifahan dinasti Abbasiyah adalah keturunan Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti ini berkuasa dimulai dari tahun 132-656 H/ 750-1258 M. Lebih kurangnya lima setengah abad pusat pemerintahan dikota Baghdad.35

Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam dalam berbagai bidang, terutama bidang ilmu pengetahuan. Pada zaman ini umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu ’aqli maupun naqli mengalami kemajuan. Sehingga pada masa pemerintahan ini merupakan zaman kebangkitan dan keemasan umat Islam yang sangat gemilang.

Jenis pengetahuan yang Berkembang pada Masa Daulah Abbasiyah. Di masa Bani Abbas perhatian kepada ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani memicu para ilmuan untuk mendalaminya. Terutama di zaman Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun. buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium dan lalu diiterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama kira-kira satu abad lamanya. Bait al-Hikmah, didirikan al-Ma’mun, bukan merupakan pusat penerjemahan saja tetapi, juga akademi yang mempunyai perpustakaan sebagai bahan penelitian ilmiah. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait al-Hikmah ialah ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah dan filsafat.36

Salah satu ciri paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah dimana sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.37

Bentuk dan jenis pengetahuan yang berkembang di Daulah Abbasiyah sebagai berikut:

1. Ilmu Astronomi (al-Fazari, Al-Fargani)

2. Ilmu Optika (Abu Ali al-Hasan Ibu al-Haytham)

3. Ilmu Kimia (Jabir Ibnu Hayyan, Abu Bakar Zakaria al-Razi)

35Murodi, Dkk, Sejarah Kebubayaan Islam, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2003), h. 68.

(18)

4. Ilmu Fisika (Abu Raihan Muhammad al-Baituni) 5. Ilmu Geografi (Abu al-Hasan Ali al-Mas’ud)

6. Ilmu Kedokteran (al-Razi, Ibnu Sina “al-Qanun fi al-Tib”)

7. Ilmu Filsafat (al-FArabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd).38

Dengan kemajuan dimasa keemasan Islam, selain ilmu pengetahuan umum, ilmu agama juga ikut menjamur pada perkembangannya. Ilmu Tafsir, sejak awal sudah dikenal dua penafsiran. Pertama, metode tafsir bi al-ma’tsur: interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi: pendapat dan pikiran bersumber dari hadits dan ra’yun sahabat. Kedua metode ini berkembang pada masa dinasti Abbasiyah.

Di periode ini pula ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam disusun. Dalam lapangan penyusunan hadis-hadis Nabi menjadi buku, terkenal dengan nama Bukhari dan Muslim (abad IX) dalam lapangan fiqhi atau hukum Islam nama-nama Malik Ibn Anas, al-Syafi’i, Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal cukup dikenal (abad VIII dan IX), dalam bidang tafsir al-Tabari (839-923 M), dalam lapangan sejarah Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’ad (abad IX), dan lain-lainnya, dalam lapangan ilmu kalam atau teologi Wasil Ibn Ata’, Ibn Huzail, al-Allaf dan lain-lainnya dari Mu’tazilah, dari ahli sunnah Abu al-Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi (abad IX dan X) dan dalam lapangan tasawuf atau mistisisme Islam, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj dan sebagainya. Dalam lapangan sastra terkenal Abu al-Farraj al-Isfahani dengan bukunya Kitab Al-Aghani. Di pertengahan abad X keluar pula Alfu Lailah Wa Lailah yang disusun oleh al-Jasyiari.39

Bahwa kemajuan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Abbasiyah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan modern yang telah diletakkan dasar-dasarnya pada masa keemasan Islam. Perhatian dan minat orang Arab Islam pada masa paling awal tertuju pada bidang ilmu pengetahuan yang lahir karena keagamaan. Interaksi dengan dunia Kristen di Damaskus memicu munculnya pemikiran spekulatif teologis yang melahirkan madzhab pemikiran Murji’ah dan Qadariyah. Untuk mempelajari an mendalami ilmu ketuhanan (teologi)

38Ibid., h. 66-68.

(19)

disediakan madrasah yang sudah diakui oleh negara yaitu Madrasah Nizhamiyah, khususnya untuk mempelajari madzhab Syafi’i dan teologi Asy’ariyah.

Paradigma digunakan dalam memandang sejarah dan motivasi pendirian madrasah:

Madrasah ini selalu diakaitkan dengan Nizham al-Mulk (w.482 H/1092) salah seorang wazir Dinasti Saljuk sejak 456H/1068 hingga wafatnya. Dengan membangun Madrasah Nizhamiyah di berbagai kota terutama di Dinasti Saljuk. Karena begitu dominan pembangunan gedung Madrasah yang dilakukan Nizham al-Mulk menimbulkan perspektif bahwa dialah yang pertama mendirikan Madrasah. Pendapat ini dibantah oleh Hasan yang tertulis di karangan Abuddin Nata dalam bukunya sejarah pendidikan Islam mengatakan dengan mengajukan argumentasi bahwa belakangan sebelum berdirinya Dinasti Saljuk tersebar sangat luas di Nisyafut. Di bawah naungan Dinasti Samaniyah (204-395 H/819-1005) berkembang menjadi salah satu pusat budaya dan pusat pendidikan terbesar di dunia Islam sepanjang adab ke-4 H/10 M dan telah banyak Madarasah jauh sebelum era Nizham al-Mulk.40

Kajian yang terdapat pada abad tersebut berdasarkan karya para penulis abad ke-4 H. antara lain: Ahsan Al-Taqasin Fi Ma’rifat Al-Aqalim karya al-Maqdisi (w.378 H.), Thabaqat Al-Syafi’iyah Al-Kubra karya al-Subki (w.388 H.) Al-Rasail karya al-Hamdani (w.398 H.).

Namun, madrasah ini kurang begitu eksis mengingat motivasi pendirian madrasah ini masih bersifat kekeluargaan (ahliyah). Juga, madrasah ini kurang dari campur tangan penguasa sebagaimana yang dilakukan kepada Madrasah Nizhamiyah.

Lahirnya lembaga formal pendidikan Islam dalam bentuk madrasah adalah merupakan hasil dari pengembangan dari sisterm pengajaran dan pendidikan pada awalnya berlangsung di mesjid-mesjid.

a) Madrasah Nizhamiyah

Letak geografis dari Madrasah Nizhamiyah terletak di Baghdad dekat sungai Dijlah

ditengah-tengah pasar Salasah (saq al-salasah).mulai dibangun tahun 457 H./1065 M. selesai tahun 459 H.41

Madrasah sudah menjadi fenomena sejak abad ke-11-12 (abad 5 H.) ketika dimasa dinasti Saljuk, Wazirnya bernama Nizham al-Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah di Baghdad. Orang yang mempopulerkan nama madrasah dalam dunia pendidikan. Merupakan

40 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004), h. 51.

(20)

prototype awal bagi lembaga pendidikan Islam, juga dianggap sebagai tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, dan merupakan karakteristik tradisi pendidikan Islam sebagai suatu lembaga pendidikan resmi/formal dengan sistem asrama, asrama yang digunakan saat itu adalah Mesjid Khan. Pemerintah/penguasa ikut terlibat didalam menentukan tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik, yang memberikan inspirasi pada pendirian universitas-universitas modern.

Prioritas di pembahasan ini, hal yang dapat kita ambil pelajaran ialah bagaimana kurikulum yang dipakai pada madrasah yang sangat berpengarus besar pada dunia Islam. Sebagaimana yang dijelaskan pada pembahasan terdahulu motivasi pendirian Madrasah Nizhamiyah adalah sebagai pembinaan dan penyebaran paham Sunni Asy’ary guna untuk menghadapi paham dari syi’ah---beberapa ajarannya yang cenderung Mu’tajilah.

Ilmu Kalam terutama para paham Asy’ary belajar dan diajarkan secara intensif dan khusus. Bidang kajian pendidikan Islam yang diajarkan berbentuk materi pelajaran ‘ilmu syar’iyah. Pada Madrasah Nizhamiyah ini tidak diajarkan tentang ilmu umum. Dikuatkan dengan guru-guru yang ada pada Madrasah Nizhamiyah ini ialah para ulama syar’iyah. 42

Bahwa pelajaran di madrasah ini berpusat kepada Al-Qur’an (seperti: membaca, menghafal, menulis, sastra Arab, sirah nabi Muhammad saw dab berhitung). Dengan tidak melepaskan atau dalam arti menitikberatkan kepada mazhab Syafi’i dan sistem teologi asy’ariyah.43

A. Al-Azhar di Kairo

Kurikulum yang dipakai pada mulanya Fiqih dan al-Qur’an, dan ilmu agama lainnya. Namun setelah menjadi universitas, mulai memasukkan ilmu-ilmu umum, seperti kedokteran, ilmu sejarah, ilmu hitung, logika, dan lain-lain.

Kesimpulannya: al-Azhar merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik ilmu agama, seperti Fiqih, Al-Qur’an, Hadits, Tasawuf, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, dan Lain-lain. Sedangkan ilmu umum, yang diajarkan meliputi ilmu kedokteran, matematika, logika, sejarah, dan lain-lain.

Setelah tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan menghancurkan peradaban Baghdad serta jatuhnya pusat peradaban Islam di Spanyol, menjadikan al-Azhar sebagai tempat perlindungan para ulama dari kezhaliman tentara Mongol. Itulah awal paroh kedua bagi Al-Azhar memasuki aktivitasnya oleh pemerintahan dinasti Al-Ayyubi sampai 17 tahun masa kekuasaan dinasti Mamalik. Momentum ini menjadikan Al-Azhar masyhur namanya dikalangan Dunia Islam, secara tidak langsung hal ini ternyata menjadi dorongan bagi masyarakat Islam untuk belajar di Al-Azhar. Sehingga perlu diakui bahwa Al-Azhar telah

42Ibid., h. 67.

(21)

banyak menghasilkan ulama-ulama yang berpengaruh dan banyak menyumbangkan khazanah pengetahuan Islam sampai sekarang ini.

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan di atas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan pada awal sejarah Islam. Penulis

menarik inti pokok kesuksesan pendidikan Islam di awal sejarah Islam yaitu pada masa Rasulullah saw:

a) Proses pengajaran yang dilakukan Rasulullah dengan sistem face to face langsung dengan Rasulullah (musyafahah) kemudian setelah itu dengan sistem menuturkan dan menghafal dan mengajarkan kembali seperti apa diterima dari guru (talaqqi),sistem ini dinilai sangat teruji dan paling agung diantara sistem pendidikan yang ada pernah ada di dunia pendidikan. Hal ini menjadi bentuk transformasi ilmu bagi intelektual, aktivitas pemindahan ilmu dari Rasulullah saw. selanjutnya diajarkan kepada para sahabat-sahabat dan sahabat kepada para tabi’in, selanjut tabi in kepada para tabi’‟ tabi’in dan seterusnya.

b) Periode pendidikan di awal sejarah Islam dibagi 2 periode: Mekkah dan Madinah. Pada periode Mekkah, penekanan pendidikan lebih kepada pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek dan pengajaran al-Qur’an. Sedangkan pada periode Madinah lebih ditujukan pada pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Materi pokok pendidikan ini adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Piagam Madinah dan juga pengajaran al-Qur’an tetap menjadi prioritas.

2. Era khulafa’ al-Rasyidin pendidikan Islam berkembang ke berbagai wilayah sesuai dengan perkembangan Islam. Era khulafa’ ar- Rasyidin core masih tetap pendidikan keagamaan.

(22)

4. Masa dinasti Abbasiyah desebut dengan puncak keemasan kekuasaan Islam. Perkembangan pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah sangat pesat dan merupakan masa keemasan Islam ditandai dengan diajarkannya berbagai macam jenis keilmuan dalam lembaga pendidikan.

5. Bentuk dan jenis pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah antara lain; Ilmu Astronomi, Ilmu Optika, Ilmu Kimia, Ilmu Fisika, Ilmu Geografi, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Filsafat. Dalam bidang keagamaan lahir ilmu hadis, fiqih atau hukum Islam, tafsir, sejarah, ilmu kalam atau teologi, tasawuf atau mistisisme Islam dan sastra.

6. Sampai kepada tumbuhnya Madrasah Nizhamiyah dibangun Nizham al-Mulk masa pemerintahan dinasti Saljuk yang berpusat di Baghdad. Memberikan kontribusi besar kepada ilmuan muslim untuk melakukan kajian ilmiah, diskusi ilmu syari’ah. Juga, al-Azhar yang sampai saat ini masyhur di dunia Islam. Merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik ilmu Agama, Seperti Fiqih, Al-Qur’an, Hadits, Tasawuf, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, dan Lain-lain. Sedangkan ilmu umum, yang diajarkan meliputi ilmu Kedokteran, Matematika, logika, sejarah, dan lain-lain.

SARAN

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumuardi, Pendidikan Islam: Tradisi di Tengah Tantangan Milenium III, Cet Ke I( Jakarta : 2012)

Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004)

Tafsir, Ahmad , Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992)

Ali, Al-Mufashshal Fi Tarikh Al-‘Arab Qabl Al-Islam, ( Baqhdad : Dar Al-Nahdlah, 1987) Syalabi, Ahmad, History of Muslim Education ( Beirut : Dar Al Kasysyaf, 1954)

Ash-Shalabi, Ali Muhammad, Biografi Abu Bakar As- Shiddiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2013)

Shafwan, Ahmad Mansur S Hambal, Intisari Sejarah Pendidikan Islam, (Solo: Pustaka Arafah, 2014)

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002)

Rozy Dalimunte, Fakhrur, Sejarah Pendidikan Islam: Latar Belakang, Analisis, Pemikirannya, (Medan : Firma Primbow, 1986)

Putra Daulay, Haidar, dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah , Cet. Ke- I (Jakarta : Kencana, 2013)

Ibrahim, Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam , Jilid I (Jakarta: Kalam Mulia)

Asari, Hasan, Menyigkapkan Zaman Keemasaan Islam, Cet Ke III (Bandung: Cita Pustaka Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Cet. Ke-V (Jakarta: UI Press, 2010)

Jurnal Potensia, Pendidikan Islam, Nasrul HS., Transformasi Sebuah Tradisi Intelektual: Asal Usul dan Perkembangan Pendidikan Pada Masa Awal Sejarah Islam , Vol. 2, No. 2, Desember 2016

Ahmad, Jamil, Seratus Muslim Terkemukan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993) Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Mutiara, 1966)

Murodi, Dkk, Sejarah Kebubayaan Islam, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2003)

(24)

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam; Dari Zaman Nabi Saw, Khalifah-Khalifah Rasyidin, Bani Umayyah dan Abbasiyah Sampai Zaman Mamluks dan Ustmaniyah Turki,

(Jakarta: Hidakarya Agung, 1992)

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyurahman, Sirah Nabawiyah, Cet. Ke-1, ( Jakarta: Gema Insani, 2013)

Abdullah, Sami, Atlas Agama Islam, Terj. Fuad Syaifuddin, (Jakarta: Almahira, 2009)

Shalaby, Ahmad., Sejarah Pendidikan Islam, Pent. Mukhtar Yahya Dkk, (Singapura: Pustaka Nasional, 1976)

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kencana, 2008) Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam , (Jakarta: PT Al-Husna Zikra)

K Hitti, Philip, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembuatan karya ini metode estetika digunakan sebagai acuan dalam pemilihan sampel tato Dayak dan tato Maori yang akan digunakan, pembuatan desain baik desain

[r]

Dengan 24 plate ini sudah dapat disimpulkan kondisi orang yang di tes apakah mengalami buta warna total, parsial atau normal.24 gambar pada aplikasi tes buta warna

Diagram level 0 atau juga biasa disebut dengan diagram konteks merupakan diagram.. Diagram ini menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan di sekitar sistem. Diagram level 0

H1 H2 H3 Manajemen Organisasi Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Perilaku Keselamatan Kerja Pelatihan Keselamatan Kerja Komunikasi Keselamatan Kerja Peraturan & Prosedur

Menurut Gunawan (2014: 265) kepramukaan merupakan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,

Menurut PP no 8 tahun 2001 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari UU no 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman tentang Pupuk Budi Daya Tanaman, definisi

This prospective, randomized, double blind study was designed to assess the effects of magnesium sul- fate on perioperative fentanyl consumption, postopera- tive epidural fentanyl