Oleh :
Tri Wahyudi
13111167
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S1
Program Studi Seni Karawitan Jurusan Seni Karawitan
Oleh :
Tri Wahyudi
13111167
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Dipertahankan dan disusun oleh Tri Wahyudi
NIM 13111167
Telah dipertahankan didepan dewan penguji Pada tanggal, 19 Mei 2017
Susunan dewan penguji Ketua penguji
Dwi Wahyudiarto, S.Kar., M.Hum NIP.196102021983031004
Penguji Bidang
Darno, S.Sn., M.Sn
NIP. 196602051992031001
Penguji Utama
Prof. Dr. Pande Made Sukerta, S.Kar., M.Si NIP. 195312311976031014
Karya komposisi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mencapai derajat S1
pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Surakarta,...2017 Dekan Fakultas Seni Pertunjukan
NIM : 13111167
Tempat, Tgl, lahir : Boyolali, 25 April 1995
Alamat : Kawengen RT 007/002, Mriyan, Musuk, Boyolali
Program Studi : S-1 Seni Karawitan
Fakultas : Seni Pertunjukan
Menyatakan bahwa deskripsi karya seni saya dengan judul “Hitam Putih” adalah benar-benar hasil karya cipta sendiri sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, dan bukan jiplakan (plagiasi). Jika dikemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam deskripsi
karya seni saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
deskripsi karya seni saya ini, maka gelar kesarjanaan yang saya terima
dapat dicabut.
Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh
rasa tanggung jawab atas segala akibat hukum.
Surakarta, 19 Mei 2017 Penyaji
kepada kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa, dukungan
secara moral, dan material kepada penyusun sehingga penyusun dapat
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya karena telah
terselesaikannya karya komposisi karawitan yang berjudul “Hitam Putih”
sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana Seni di Institut
Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Disadari terselesaikannya karya komposisi
ini berkat dukungan dari berbagai pihak, baik tenaga, pikiran, waktu,
bimbingan, dan doa. Maka penyusun menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. Nil Ikhwan, S.Kar, M.Si., selaku
pembimbing Tugas Akhir, Bapak Suyoto, S.kar., M.Hum., selaku ketua
jurusan Karawitan, Prof. Dr. Pande Made Sukerna, S.Kar., M.Si., selaku
penguji utama, Ibu Muriah Budiarti, M.Sn., selaku Penasihat Akademik.
Ibu Soemaryatmi, S.kar, M.Hum selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan.
Ucapan terimakasih kepada seluruh pendukung sajian ini dan
teman-teman HIMA (Himpunan Mahasiswa) yang telah membantu dalam
proses karya komposisi ini. Ucapan terimakasih kepada kedua orang tua
yang selalu mendoakan dan memberi dukungan sehingga karya
komposisi ini dapata terselesaikan.
Kepada semua pihak yang telah mendukung karya ini, semoga
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, disadari
Surakarta, 19 Mei 2017
Penyusun
DAFTAR ISI vii
BAB II PROSES PENCIPTAAN KARYA 8
A. Tahap persiapan 8
1. Tahap Orientasi 9
2. Tahap Observasi 10
3. Tahap Eksplorasi 10
B. Tahap Penggarapan 11
1. Bagian Pertama 11
2. Bagian Kedua 12
3. Bagian Ketiga 13
4. Bagian keempat 13
BAB III DESKRIPSI KARYA 15
A. Bagian Pertama 15
DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR NARASUMBER 31
DAFTAR PENDUKUNG 41
kalangan tertentu saja. Dalam seni Karawitan memang terdapat istilah maupun simbol yang tidak diketahui oleh masyarakat umum. Berikut simbol dan singkatan yang dimaksud:
1. Notasi Kepatihan : tyu1234567!@# Keterangan:
- Titik dibawah notasi adalah nada rendah. - Notasi tanpa titik adalah nada sedang. - Titik diatas notasi adalah nada tinggi. 2. Simbol Bunyi
P : thung
B : bem
D : dhang
I : tak
3. Simbol Bunyi untuk instrumen cak dan cuk
d : pola tabuhan cak
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Reog Campur Baur kesenian rakyat hidup berkembang di daerah
Boyolali di Desa Mriyan, Kecamatan Musuk. Kesenian Reog Campur
Baur sebagai tradisi kuno, muncul dan diciptakan oleh Widi dan Karso
sejak tahun 1974 (Widi, wawancara 25 Mei 2016). Reog yang didirikan
oleh Widi dan Karso ini selaku sesepuh desa ini dinamakan Reog Campur
Baur dikarenakan isi atau ceritanya menggambarkan kehidupan semua
makhluk hidup di dunia ini, baik kehidupan manusia, hewan dan
makhluk-makhluk lain yang kasat mata dan hidup berdampingan. Segala
hal yang baik dan buruk seperti halnya pertarungan, permusuhan dan
perebutan wilayah digambarkan di dalam pertunjukan Reog Campur
Baur melalui penokohan yang ada. Kesenian ini diciptakan dengan tujuan
sebagai sarana atau alat untuk mengikat supaya mengikuti petuah-petuah
yang baik dan menghindari contoh-contoh sikap atau perilaku buruk
yang disampaikan melalui cerita Reog Campur Baur (Widi, wawancara 25
Mei 2016).
Penciptaan karya musik dengan judul “Hitam Putih”, sebuah karya
dan kera dimana perang ini menggambarkan perang batin diri sendiri ada
dua kera yang satu baik dan satu buruk dalam arti sifatnya. Adegan
perang kera tersebut menggambarkan tentang kehidupan manusia
terhadap fenomena gejolak hati dan perasaan seseorang. Pada hakikatnya
setiap manusia diciptakan dan dianugerahi hati dengan potensi yang
sama yaitu untuk merasakan, namun pada perkembangannya, hati setiap
individu mengalami perbedaan. Perasaan seseorang dapat berubah-ubah
dikarenakan hal-hal tertentu seperti disimbolkan pada kera yang
berwarna merah dan putih. Perasaan respon dari sebuah keadaan yang
dihasilkan dari emosional sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan
hidup. Respon emosional seseorang berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya menimbulkan berbagai rasa seperti sedih, bahagia,
kecewa, cemas, bingung, dan gejolak. Fenomena tersebut, dijadikan
pijakan utama sebagai gagasan isi untuk menciptakan karya musik
berjudul “Hitam Putih”.
Hitam putih yang dimaksud memberi makna, hitam adalah gelap
dan putih adalah terang. Kehidupan sehari-hari hitam putih dapat
diartikan sebagai ungkapan penilaian kebaikan dan keburukan. Karya ini
penyaji mencoba mengartikan hitam putih yang berhubungan dengan
perasaan hati seseorang dalam kondisi gejolak hati gundah, memerangi
batin menentukan pilihan antara baik dan buruk. Gejolak diartikan
sesuatu. Dari hasil cerita penyaji merasa terdorong untuk
mengekspresikan melalaui sebuah karya musik baru.
Tiap orang memiliki komposisi, acuan dan juga pendekatan
sendiri-sendiri. Ada orang yang nyaris selalu melakukan pendekatan
niskala untuk menyelesaikan atau melihat suatu masalah/kejadian,
namun ada juga yang selalu menggunakan pendekatan skala. Semua
orang cenderung memilih apa yang dianggapnya bagus. Tidak ada yang
salah dan juga tidak ada yang benar, paling Cuma akan disebut atheis
kalau selalu berfikir sains dan logika atau dicap gila kalau selalu
membahas sekala atau dunia gaib”.
(https://dongengbudaya.wordpres.com/2016/04/02/sekala-niskala/)
B. Ide Penciptaan
Fenomena adegan perang kera, dituangkan kejadian tersebut
kedalam sebuah karya musik baru. Seorang manusia dianugerahi akal
dan perasaan, mampu merasakan segala sesuatu ketika berinteraksi
dengan lingkungan sekitar, mempengaruhi emosional menimbulkan
beberapa suasana hati seperti sedih, bahagia, kecewa, cemas, bingung dan
gejolak.
Karya komposisi “Hitam Putih” dilatarbelakangi suasana hati yang
bimbang untuk menentukan baik dan buruk, diungkap dalam suasana
1. Gejolak hati, diekspresikan dengan suasana tegang. Tegang karena
perang batin, bimbang untuk menentukan pilihan. Suasana ini digarap
dengan alat musik bonang barung, kendhang jaipong, kempul, saron
diatonis dibunyikan secara bersama sebagai awal komposisi musik.
2. Bingung, diekspresikan dengan suasana tidak menentu. ekspresi dari
kegalauan hati untuk menentukan baik dan buruk, digarap vokal
untuk memperkuat karakter.
3. Kemenangan, diekspresikan dalam suasana bahagia. Ekspresi dari
perasaan bahagia telah menentukan pilihan sesuai keyakinan hati.
Suasana ini digarap pola keroncong untuk memperkuat suasana.
4. Ketenangan, memerangi batin. Digarap alunan melodi yang mengalir.
C.Tujuan Dan Manfaat
Karya komposisi musik “Hitam Putih” ini bertujuan dan
bermanfaat sebagai berikut:
A. Tujuan
1. Memperkenalkan karya musik berjudul “Hitam Putih” ke khalayak
umum, khusus dilingkup akademis ISI Surakarta.
2. Memunculkan ide baru dalam penciptaan karya musik yang berasal
B. Manfaat
1. Mengembangkan dan menuangkan ide baru dalam sebuah karya
musik di Musuk, Boyolali.
2. Salah satu acuan generasi penerus dalam pengkaryaan yang
bersumber dari seni daerah
D. Tinjauan Sumber
Karya komposisi ini mengacu terhadap karya komposisi yang
sudah ada sebelumnya, baik dalam bentuk tulisan maupun audio visual.
Namun begitu, dalam penciptaan karya komposisi musik ini penyusun
mencoba membuat pembaharuan dengan menggunakan alat musik barat
dan sebagian gamelan Jawa sebagai media ungkap. Karya ini mengacu
pada beberapa karya komposisi musik, di antaranya:
1. Karya komposisi “Diam Bergejolak”, oleh David Andria Nova Tugas
Akhir Karya Seni Tahun 2015 Jurusan Karawitan, ISI Surakarta. Dalam
karya ini penyaji mengungkapkan kepribadian seseorang yang
memiliki sifat pendiam. Penyaji mengangkat fenomena kehidupan
seseorang yang hampir di dalam melakukan semua aktivitasnya
diawali dan diakhiri dengan diam sehingga orang lain tidak mengerti
apa yang dipikirkan dan dirasakan. Meskipun latar belakang
penciptaan karyanya hampir sama dengan karya “Hitam Putih”,
2. menekankan suasana hati yang bingung untuk menentukan antara
yang baik dan buruk. Perbedaan yang menonjol antara karya “Diam
Bergejolak” dengan karya “Hitam Putih” ini terletak pada pemilihan
alat yang digunakan. Dalam karya “Diam Bergejolak” penyaji memilih
untuk membuat instrumen baru seperti sasanfa, sasanpa, tren-tren dan
jingfaying, sedangkan dalam karya “Hitam Putih” penyaji
menggunakan instrumen-instrumen yang sudah ada seperti biola,
saron, bonang barung, kecapi, kendhang jaipong, cak, cuk, flute,
slenthem dan kempul.
3. Karya komposisi “Ganong Reog”, oleh Christopher Tugas Akhir Karya
Seni tahun 2015 Jurusan Karawitan, ISI Surakarta. Dalam karya ini
penyaji lebih ke suasana lucu ( gecul ) meskipun ada sedikit suasana
mistik dan enerjik. Instrumen yang digunakan gong, kendhang reog,
kendhang sunda, angklung, slompret, drum, saron, bas, saxophone,
bonang, sedangkan dalam karya “Hitam Putih” lebih ke suasana
tegang, tidak menentu, bahagia dan tenang. Penyaji menggunakan
instrumen biola, saron, bonang barung, kecapi, kendhang jaipong, cak,
cuk, flute, slenthem dan kempul.
4. Karya komposisi “Poleng”, oleh Ari Nugroho Tugas Akhir Karya Seni
Tahun 2016 Jurusan Karawitan, ISI Surakarta. Secara keseluruhan
karya ini menyampaikan tentang keselarasan dari kain poleng yang
5. berasal dari Pulau Bali tersebut oleh penyaji dimaknai sabagai dua
sifat yang berlawanan tetapi selalu berjalan beriringan seperti
baik-buruk, siang-malam, air-api, bumi-langit. Dalam karya ini terdapat
kemiripan dengan karya “Hitam Putih” yaitu penggambaran warna
hitam dan putih sebagai simbol sesuatu yang berlawanan, namun
terdapat perbedaan isi yaitu penggambaran makna hitam putih
BAB II
PROSES PENCIPTAAN KARYA
A. Tahap Persiapan
Penciptaan karya komposisi musik baru ini berawal dari ide yang
terlahir saat mencoba menafsirkan pandangan dan pendengaran terhadap
gejala perubahan musik yang terjadi saat ini. Ciptaan komposisi musik
baru membuka wacana merangsang daya interpretasi, inspirasi serta
memberikan suasana baru terlahir saat ada ransangan dari pikiran dan
rasa. Proses untuk mewujudkan komposisi musik baru ini, berawal dari
ide, gagasan dituangkan melalui alat-alat musik yang di olah sesuai
dengan unsur musik yang dimiliki. Ide tersebut tertuju pada rasa musikal,
cerita, dari adegan perang kera Reog Campur Baur. Kemudian mulai
mengamati perang kera dan suasana yang ada dalam adegan perang kera
Reog Campur Baur.
Komposisi musik baru dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu
Orientasi, Observasi, dan Eksplorasi. Orientasi, yaitu penjelasan tentang
pijakan karya dengan perumusan seputar masalah perang kera. Observasi
yaitu pengamatan obyek yang akan dihubungkan dengan pemilihan
ada. Eksplorasi adalah penjelajahan instrumen dan musikal yang
dikaitkan dengan ide dari perang kera.
1. Orientasi
Komposisi musik “Hitam Putih”, membangun suasana perwujudan
dari salah satu adegan reog campur baur dalam suasana adegan perang
antara kera dengan kera, kemudian ditafsirkan suasana tersebuet
diaplikasikan ke dalam bentuk rasa musikal. Untuk mewujudkan
terhadap suasana-suasana dalam adegan perang antara kera dengan kera
ke dalam bangunan komposisi musik baru, mengaplikasakan terhadap
media berupa instrumen gamelan dan instrumen musik Barat. Instrumen
yang digunakan dalam komposisi musik ini berupa, slenthem, kempul,
kendhang jaipong, bonang barung, flute, biola, cak dan cuk. Kesan yang
dihadirkan dalam komposisi musik “Hitam Putih”, dapat memberikan
suasana dari adegan perang kera, rasa musikal dengan memakai pola
ritme, dan melodi yang dijadikan.
Pertama, penggambaran suasana ketegangan dikarenakan gejolak
hati menentukan pilihan, melodi-melodi yang membangun suasana
tegang dengan penggunaan instrumen berkarakter suara keras seperti
bonang barung, kempul, kendhang jaipong dan saron. Bagian kedua
2. Observasi
Orientasi, berdasarkan ide ciptaan, karya komposisi musik baru ini
berawal dari adegan perang kera dalam pertunjukan reog campur baur
sebagai pijakan utama. Pengamatan langsung pertunjukan reog campur
baur, terfokus terhadap adegan perang antara kera dan kera sehingga
dapat ditafsirkan muncul suasana tegang, gaduh, kecemasan dan
bingung. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengiringi adegan
perang antara kera dan kera seperti saron, bonang barung, kendhang
jaipong, slenthem, kempul, kecapi, flute, biola, cak, cuk, dan kecapi. Hasil
dari pengamatan tersebut kemudian ditafsikan untuk dijadikan dalam
karya komposisi musik “Hitam Putih”.
3. Eksplorasi
Eksplorasi ini diawali dengan mencari efek bunyi yang terjadi pada
instrumen saron, bonang barung, kendhang jaipong, slenthem, kempul,
kecapi, flute, biola dan kecapi, kemudian penyusun mencoba untuk
menjadikan instrumen saron diatonos sebagai alat musik ritmis, yang
dapat memainkan melodi dan ritme.
Karakter bunyi berpengaruh tahap alat pukul. Alat pukul saron
biasanya terbuat dari kayu. Untuk bisa menghasilkan suara yang keras
dan lembut, eksplorasi mencoba membuat alat pemukul saron dengan
digabungkan dengan instrumen lain yang memiliki karakter berbeda
seperti : biola, flute, dan kecapi, dapat menghasilkan berbagai ragam
karakter bunyi yang berbeda sesuai dengan suasana diinginkan.
Menentukan garap untuk menghasilkan keseimbangan antara saron dan
instrumen lain. Alur melodi yang diawali dari nada rendah sampai nada
tinggi, kemudian melodi tersebut dimainkan dengan teknik kinthilan.
B. Tahap Penggarapan
Ciptaan, merealisasikan dan menyajikan suatu karya komposisi
musik baru pada dasarnya melibatkan unsur-unsur musikalitas serta
garap. Garap memberi warna, kualitas, suasana, dan karakter musik. Karya
musik tidak akan terbentuk tanpa adanya gagasan dan ide yang akan
disampaikan.
1. Bagian awal
Bagian ini menyampaikan tentang suasana ketegangan gejolak hati
dalam memilih bebar atau salah, baik dan buruk. Suasana ini dilahirkan
melalui :
Bonang ...1 j235j321 j235j321 j235j352
j356j532 j356j532 j356j532 j356j353
j567j653 567j653 567j653 j567j321
6564 5342 6564 5321
Kendhang .... .... .... ...B
j.B.BI j.I.IB .B.BI j.I.IB
Kempul 5.51 5.51
Penggunaan instrumen memakaikan unsur musik terhadap pola
ritme yang keras.
2. Bagian kedua
Vokal seperti macapat. Menyertai pathetan dengan flute dan biola,
kemudian permainan kecapi dengan pola ritme dan diisi dengan suara
flute dan biola. Pola permainan ritme ini membentuk suasana
kebingungan.
Syair Vokal
Tak pernah tau apa yang terjadi
Tak tau apa yang kuungkapkan
Semua merasuk dalam pikiran
Sesak dengan serdadu
Bagai medan tanpa perang
Vokal tunggal dan bersama digarap dengan suara 1 dan 2 agar
terbentuk suasana bingung.
_.j1j j 1 j1j j 1 1_
Penambahkan alat musik agar lebih memperkuat suasana, vokal selesai
membuat pola bonang, kempul, dan kendhang.
Bonang barung _trtw trtq_
Kendhang jaipong _PIjIPjDB BPIjIPjDB BPIjIPjDB BPIjIPjDB_
Kempul _67.j673 j67.j673_
3. Bagian ketiga
a. Keroncong yang diawalI vokal, alat dan nada membebaskan dalam
pemakaian pola cak dan cuk namun disesuaikan dengan pola ritme
yang sudah ada.
b. pola jdj d . jdj d . d j.j d j.j d d dengan setiap satu gatra
dalam notasi gamelan Jawa.
..IjBB jBBjBBjBB. Kemudian penyusun membuat ater
kendhangan untuk masuk pada bagian ¾.
4. Bagian keempat
Bagian terakhir penggambaran suasana ketenangan seseorang yang
telah menentukan pilihan hatinya, diawali instrumen saron dengan teknik
_1122 3355 5566 5533
1122 3355 5566 5533
3333 3355 5566 5533
1122 3322 5533 2211
1111 1yy2 2222 2553
3112 2332 2553 3221_
Setelah satu rambahan mulai masuk flute dan biola melodi yang sama
BAB III
DESKRIPSI SAJIAN
Bagian pertama
No. Instrumen Notasi Keterangan
1. Bonang
...1 j235j321 j235j321 j235j352
j356j532 j356j532 j356j532 j356j353
j567j653 567j653 567j653 j567j321
6453 4231 6453 4212
6564 5342 6564 5321
Kendhang jaipong
Saron 1
Saron 2
Ij.Ij.IjIB Ij.Ij.IB Bj.BII Bj.BII
Bj.BIjIB BBIjBB IBBI j.DjDDjIBI
...y 2u31 4253 6475
7!6! 5746 3524 13u2
...u 3242 5364 756!
!646 4635 241y 12&6
yang
.5j561 .2j321 .5j561 .2j321
2 2 3 1 u z1c2 1
Barung ...1 j235j321 j235j321 j123j234 .j345j456
Kempul
jDBIjDBD jDBIjDBD jDBIjDBD jDBIjDBD
...3 j57j.6j.54 j56j.5j673 ....
...6 j56j.5j.63 5 6 7 6 5323
...3 j57j.6j.54 j56j.5j673 ....
Biola
Biola+flute
...6 j56j.5j.63 5 6 7 6 5323
.j.7j.5 7 @j7@j.7 @ j&@ & 5 3
...j3k53 j53j53j53j57 j57j65 3
masuk
IjPPjIPP IjBBjIBD IjPPjIPP IjBBjIBD
IjPPjIK. j.BD.. IjPPjIP. jBBj.Bj.BB
IjPPjIP. jBBj.Bj.BB IjPPjIP.
jBBj.Bj.BB
IjPPjIP. jBBj.Bj.BB IjPPjIP. D.I.
7. Gong
jBBBjBBjBBB jIk.Ij.IjBIB
Ik.Ij.IjBIB Ik.Ij.IjBIB
.xKxjxIxHxPxjxIxPx.xDxPxD x.xKxjxIxHxPxxjIxPx.xDxPxD
x.xKxjxIxHxPxjxIxPx.xDxPxD
Ik.Ij.IjBIB Ik.Ij.IjBIB
Ik.Ij.IjBIB Ik.Ij.IjBIB
Diawali oleh
13j.13j13 j.7j777 13j.13j13 j.6j666
Setelah
Biola j1t jt1jttj111
Bagian Ketiga
jdddj.dd jdd.jdd. dj.dj.dd
Kendhang ...I jBDDD.
345676 345675 123453 123476
Flute
Kendhang
Kempul
..! .7! .7! #@!
.j765 .45 .45 67!
.75 .45 .43 456
KjIPD IjPID KjIPD IjPID KjIPD
IjPID KjIPD IjPID KjIPD IjPID
KjIPD ID.
_357 753_
Saron 1
Saron 2
3 5 6 7 5 6 5 6 3 5 6 7
6 5 7 6 5 3 1 2 3 5 7 6
6 3 . 2 . 1 2 3 . 2 u y
. 1 3 4 . 2 .j43 . j34 .j56
. 3 . 2 1 3 . 1 2 3 . 2
4.
.j.6j53j53j56! y12 123 235 567!
Setelah biola dan flute masuk pada bagian
Kendhang DjIPDjIPD jIPjDBjDPD Bj.IjPDB Pj.BjBBP BjIPjIPjDDjDDI ...D
PjIPjPIjPID IPD IPD IPD BBDI
Bagian Keempat suasana tenang
BAB IV
PENUTUP
Penciptaan karya Komposisi musik dengan judul „‟Hitam Putih‟‟,
sebuah karya terinspirasi pada kesenian tradisi Reog Campur Baur,
perang antara kera dan kera dimana perang ini menggambarkan perang
batin diri sendiri ada dua kera yang satu baik dan satu buruk dalam arti
sifatnya. Adegan perang kera tersebut menggambarkan tentang
kehidupan manusia terhadap gejolak hati dari perasaan seseorang.
Perang kera dalam pertunjukan Reog Campur Baur banyak
memberi inspirasi dalam pembuatan karya ini. Gerak tari dan musikalitas
dalam perang kera menjadi pijakan utama penyusun menuangkan ide-ide
garap. Suasana perang yang tidak menentu penyusun gambarkan dalam
ketegangan dengan penggarapan vokal diiringi permainan instrumen
kecapi, biola, dan flute. Kesan tegas, keras, dan berani suasana ini
dituangkan melalui instrumen-instrumen berkarakter bunyi keras seperti
bonang barung, saron, dan kempul dengan penggarapan ritme dan
tempo. Penuangan ide-ide garap tersebut dilakukan melalui beberapa
tahap penggarapan dengan observasi dan eksplorasi. Hasil observasi dan
eksplorasi tersebut yang kemudian diolah sehingga terbentuklah karya
DAFTAR PUSTAKA
Alya, Qonita. 2009.“Kamus Bahasa Indonesia “, PT Indahjaya Adipratama, IKAPI.
Andria, David Nova. 2015. “Diam Bergejolak”, Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Surakarta.
Nugroho, Ari. 2016. “Poleng”, Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni, Fakultas
NARASUMBER
WEBTOGRAFI
GLOSARIUM
Gatra :Jumlah baris dalam setiap bait tembang, jumlah sabetan
balungan
Gecul :Istilah lain dari lucu
Imbal :Memainkan melodi atau ritme secara bergantian
Kempyung :Permainan dua nada yang mempunyai selisih nada dua
jangkah
Lirih :Suara yang pelan atau lembut
Rambahan :Putaran permainan dalam melodi
Seleh :Nada akhir dari gending yang memberikan kesan selesai
Tabuhan :Permainan instrumen
Tempo :Waktu, kecepatan, dalam ukuran langkah tertentu
Unisono :Pola tabuhan yang serentak atau dengan ketukan yang
sama antara instrumen satu dengan yang lainnya
Kinthilan :Pola tabuhan yang dilakukan secara begantian dengan
LAMPIRAN
SETING PANGGUNG
4 3
10
6
11
8
13
5 2
1. Biola
2. Cak
3. Saron
4. Saron
5. Cuk
6. Kempul
7. Slenthem
8. Bonang
9. Kendhang Jaipong
10.Flute
11.Vocal
12.Kecapi
DAFTAR PENDUKUNG
No. NAMA SEMESTER INSTRUMEN YANG
DIMAINKAN
1. Nyenyep Sukandar II Saron + Cak
2. Wijang Pramudhito II Saron
3. Bagas Surya muhamad II Bonang
4. Firdaus Adhi Widagdo II Kempul + Cuk
5. Diana Restu Nugroho II Kendhang Jaipong
6. Eka Prihatiningsih II Vokal + Slenthem
7. Wibi Endah Pambudhi IV Flute
BIODATA
Nama : Tri Wahyudi
TTL : Boyolali, 25 April 1995
Alamat : Kawengen RT 007/002, Mriyan, Musuk, Boyolali.
Riwayat pendidikan :
1. Lulus TK Mriyan tahun 2001
2. Lulus Sekolah Dasar Negeri 1 Mriyan tahun 2007
3. Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Musuk tahun 2010