1
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG PERGAULAN BEBAS PADA SISWA KELAS XI DI
SMAN 1 SINDANGKASIH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014
THE INFLUENCE OF HEALTH COUNSELLING REPRODUCE TO KNOWLEDGE ABOUT FREE ASSOCIATION OR FREE SEX AT STUDENT OF
CLASS XI IN SMAN 1 SINDANGKASIH OF CIAMIS REGENCY YEARS 2014
Indria Astuti1, Syara Amalia S2
ABSTRACT
Result of antecedent study in SMAN 1 Sindangkasih that's student have watched porno video, kiss and embrace, cigarette, and drinking alcohol. Factor influencing free sex, that's environmental factor, education, lack of information and not yet comprehended the free sex impact. Research aim is to know the Influence of Health Counseling Reproduce to change of Student Knowledge in SMAN 1 Sindangkasih about Free Sex. Form the research that’s quasi experiment with the device of one group pre test post test. The intervention given by form of health counseling with the method deliver a lecture and question and answer by power point appliance and LCD. Sample in this research as much 40 responders. The technique of intake sample used by purposive sampling. Data type taken by primary data by using written cognate test. The result shows the responders knowledge before counseling is good category that’s 67.5% and after counseling is good category that’s 87.5%. The knowledge influenced by various factors. Result of statistical test use the t-Test of type of paired sample obtained by mean of equal to -2.775, value of mean knowledge before counselling 22.85 and after 25.62. Standard Deviation 3.984, value t -4.405, p=0.000 meaning this research is very having a meaning of because 0.000<0.05. The conclusion is health counseling reproduce has significant influence to change student’s knowledge about free sex. Suggestion that’s with the existence counseling of reproduction health which have been given to be expected by a health counseling reproduce this can be given routinely at education institution.
Keyword : Quasi Experiment, Health Counseling Reproduce, Free Assocciation Knowledge (Free Sex Knowledge)
A. Pendahuluan
Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
Banyak hal yang terjadi selama rentang masa remaja, misalnya perubahan tingkah
laku, sikap, serta perubahan fisik. (Al-Mighwar, 2006). Masa remaja adalah masa
yang sangat rawan. Sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal baru termasuk dalam
prilaku seksual tanpa diiringi pengetahuan dan informasi dengan kesehatan
reproduksi akan mengakibatkan terjadinya aktivitas seksual sebelum tercapainya
kematangan mental dan spiritual.(Syahredi, 2008).
Perilaku seksual pada remaja disebabkan karena tidak adanya keterbukaan
dalam keluarga tentang pentingnya pendidikan seks (sex education) sejak dini.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada
dorongan seksual (Syahredi, 2008).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Jawa Barat di enam kabupaten pada
2009, terdapat sekitar 29% remaja di Jawa Barat pernah melakukan hubungan seks
pra nikah. Suryadi, menyatakan tingginya survey tersebut disebabkan kehidupan
seks bebas di kalangan remaja di Jabar semakin meningkat. Kondisi ini diperparah
dengan beredarnya media-media pornografi yang mudah diakses oleh semua umur,
bahkan anak-anak dan remaja (BPPKB 2009). Menurut hasil survey BKKBN tahun
2013 dilakukan penelitian mengenai seks bebas dikalangan remaja di 5 kota besar
Indonesia, yaitu . penelitian di Jawa Barat diwakili kota Tasikmalaya dan Cirebon.
Hasilnya ditemukan bahwa terdapat 17% remaja Tasikmalaya mengaku sudah
melakukan seks pra nikah dan 6,7% remaja Cirebon mengaku penganut seks bebas.
Dilakukan penelitian di Bandung didapatkan sekitar 21-30% remaja melakukan
seks pra nikah dengan angka sama dengan DKI Jakarta dan Yogyakarta (BKKBN
2013).
Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesehatan reproduksi
remaja mengalami tiga kendala, diantaranya dari sisi remaja yaitu rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan remaja, dari sisi petugas belum memiliki
wawasan yang peduli remaja serta dari sisi masyarakat masih ada sebagian yang
berpegang kuat pada etika agama, moral dan tata nilai yang justru menghambat
akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi kelompok remaja sendiri
(Azwar, 2002).
Terkait dengan hal itu diperlukan suatu upaya guna mencapai perubahan
tingkah laku yakni diterapkannya suatu proses penyampaian pesan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, maka untuk mendukung hal tersebut perlu disediakan
sarana prasarana, salah satunya adalah alat bantu pendidikan (Notoatmodjo, 2003a).
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan pengetahuan dan perilaku kesehatan
masyarakat maupun individu, tampaknya pendidikan kesehatan merupakan cara
yang tepat. (Notoatmodjo, 2003b).
Hasil study pendahuluan melalui wawancara pada siswa-siswi di SMAN 1
Sindangkasih Kabupaten Ciamis mengenai pergaulan bebas, dari 10 orang
siswa-siswi yang diwawancarai semuanya pernah pacaran dan pernah menonton video
porno dari situs-situs internet tertentu dan setelah menonton video porno tersebut
10 orang siswa-siswi mengatakan bahwa ada hasrat atau keinginan untuk meniru
beberapa adegan dari video porno. Selain itu, 8 dari 10 orang siswa-siswi pernah
melakukan ciuman dan pelukan dengan pacarnya, 5 orang siswa pernah merokok
di sekolah maupun di luar sekolah, dan 1 orang siswa pernah minum minuman keras
di luar sekolah. 10 siswa belum mengetahui dan memahami mengenai dampak serta
bahaya dari pergaulan bebas, selain informasi dari bagian Bimbingan Konseling
terdapat siswa-siswi yang konsultasi mengenai masalah pacaran. Didapatkan data
terdapat siswa-siswi yang berpacaran, merokok, minum minuman keras, dan
menonton video porno dari situs-situs internet tertentu Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Tentang Pergaulan
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan bentuk quasi
eksperimen dengan rancangan one group pre test post test. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi di SMAN 1 Sindangkasih kelas XI IPA sebanyak
112 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Data yang
diambil data primer (kuesioner). Analisis data secara univariat dan bivariat.
Analisit bivariat dengan menggunakan Uji bivarit menggunakan uji T-test jenis
paired sample.
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
X0 X1
`
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan tentang Pergaulan Bebas
C. Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
1) Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan Siswa Sebelum Mengikuti Penyuluhan
Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 27 67.5
Cukup 13 32.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.1 menunjukan pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 67.5%.
Pengetahuan tentang pergaulan bebas sebelum diberikan penyuluhan kesehatan.
Pengetahuan tentang pergaulan bebas sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.
2) Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Siswa Sesudah Mengikuti Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 35 87.5
Cukup 5 12.5
Jumlah 40 100.0
Sumber : Data Primer
Tabel 4.2 menunjukkan pengetahuan siswa sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan reproduksi sebagian besar termasuk kategori baik
sebanyak 87.5%.
b. Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap pengetahuan remaja tentang pergaulan bebas.
Nilai Nilai Mean
Delta
Mean SD T hitung Df
Sig. (2-tailed)
Pre Test 22.85
-2.775 3.984 -4.405 39 0.000
Post Test 25.62
Sumber : Data Primer
Tabel 4.3 menunjukkan mean sebesar -2.775, terdapat peningkatan yang signifikan yakni sebesar 2.77% dengan standar deviasi sebesar 3.984. Nilai t hitung sebesar -4.405. Nilai rata-rata pengukuran nilai pengetahuan
siswa tentang pergaulan bebas dari pre test ke post test sangat signifikan karena
p = 0.000, berarti penelitian ini sangat bermakna karena probabilitas kurang dari 0.05 (0.000 < 0.05).
D. Pembahasan Penelitian
1) Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan sebagian
besar termasuk dalam kategori baik sebanyak 67.5%. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai
pergaulan bebas, sudah baik, meskipun belum diberikan penyuluhan tentang hal
tersebut, responden sudah pernah membaca mengenai materi kesehatan reproduksi.
Hasil belajar responden belum mencapai hingga 100% karena responden
mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Sebagian responden sudah
mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi dan memahami materi tersebut
serta ada yang mencari (mendapatkan) informasi mengenai materi kesehatan
namun tidak memahami, atau bahkan ada responden yang sama sekali belum
pernah mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai
pergaulan bebas.
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002), bahwa siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal
dalam proses pelajaran yang berbeda-beda. Dimana pengetahuan dan
kemampuan awal merupakan hasil pembelajaran terdahulu. Pengetahuan
awal dalam proses pembelajaran dibangun dalam pikiran, setiap individu
membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri
dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika, dan
pengetahuan sosial yang bisa didapatkan di luar bangku sekolah, baik formal
maupun informal.
Sebagian responden yang mempunyai pengetahuan kurang
disebabkan pula karena kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi
dari sumber yang tepat baik bersumber dari orang tua, tenaga kesehatan,
media elektronik maupun media cetak. Hal ini sejalan dengan Azwar (2002)
yang menyatakan bahwa masyarakat masih belum menyadari akan
pentingnya kesehatan yang ditimbulkan karena ketidaktahuan mereka akan
pentingnya kesehatan, kalangan remaja tidak pernah mendapatkan
informasi yang benar dan jelas serta transparan tentang kesehatan
reproduksi khususnya mengenai pergaulan bebas. Hal ini karena
penyuluhan dan promosi kesehatan belum sampai kepada mereka, petugas
kesehatan belum memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan. Selain
itu, sarana informasi (TV, radio) lebih banyak menayangkan hiburan.
Hasil pre test menunjukkan bahwa aspek konsep dasar remaja,
konsep dasar pergaulan bebas, dan dampak pergaulan bebas sudah dijawab
dengan baik, namun aspek perkembangan pada remaja dan fungsi organ
reproduksi masih kurang dikuasai.
2) Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi perolehan nilai diantaranya
responden telah diberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi khususnya
tentang pergaulan bebas, sehingga responden memahami dan mengerti mengenai
materi tersebut.
Menurut Gagne dan Berliner, teori belajar behaviorisme atau behavioristik
merupakan teori yang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata
lain, belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar
akan berubah apabila ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa perlakuan
yang diberikan kepada siswa, sedangkan respon berupa tingkah laku yang terjadi
pada siswa.
Faktor lain yang dianggap penting dari aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Jika penguatan ditambahkan (positive reinforcement),
respon akan semakin kuat. Begitupun jika respon dikurangi atau dihilangkan
(negative reinforcement), respon juga semakin kuat.
3). Perbedaan Nilai Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi
Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi tentang pergaulan
bebas kepada responden, pengetahuan responden pada kategori baik yaitu 67.5%,
kemudian setelah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi terjadi perubahan
tingkat pengetahuan responden menjadi 87.5%. Berdasarkan dari hasil penelitian
tersebut telah terjadi perubahan yakni terjadi peningkatan yang cukup signifikan
yaitu sebesar 20%.
Menurut teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2002) bahwa tujuan dari
penyuluhan kesehatan adalah memberi atau merubah pengetahuan, pengertian,
pendapat dan konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku
atau kebiasaan yang baru.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa penyuluhan kesehatan
reproduksi yang diberikan pada siswa dapat mengingatkan kembali
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya, hal ini sesuai dengan
Notoatmodjo (2003b) bahwa tingkatan pengetahuan salah satunya adalah
Yang termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan T-test jenis paired sample
diketahui adanya pengaruh yang signifikan antara penyuluhan kesehatan
reproduksi terhadap pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas. Nilai rata-rata
pengetahuan sebelum penyuluhan kesehatan reproduksi sebesar 22.85, sedangkan
sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi meningkat menjadi 25.62, hal
ini menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan yang signifikan sebesar
2.77. Meningkatnya pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan reproduksi merupakan faktor penting untuk mengubah
seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan data tersebut, penulis dapat mengemukakan bahwa
pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi sudah
baik tapi masih kurang memuaskan dan menjadi lebih baik dan memuaskan
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil uji statistik diperoleh mean sebesar -2.775 dengan standar deviasi sebesar
3.984. Nilai t hitung sebesar -4.405. Sedangkan nilai rata-rata pengukuran nilai
pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas dari pre test ke post test sangat
signifikan karena p = 0.000, Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan siswa (terdapat
peningkatan pengetahuan siswa) sesudah diberikan penyuluhan kesehatan
reproduksi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardin
(2011) di SMAN 1 Masohi (Makasar) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seksual
Pranikah Di SMAN 1 Masohi Tahun 2011”, bahwa pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi memberikan peningkatan terhadap pengetahuan dan sikap
remaja tentang seksual pranikah. Metode penelitian eksperimen dengan
menggunakan rancangan pre test dan post test terjadi peningkatan pengetahuan
siswa tentang seksual pranikah sebelum 27,60 dan sesudah 35,00 pada responden
eksperimen dan pada responden control terjadi penurunan pada tingkat
pengetahuan yakni 33,40 pada pretest menurun menjadi 26,00 pada saat posttest.
(2012) di SMP Kristen Gergaji (Semarang) Terdapat peningkatan pengetahuan
setelah dilakukan penyuluhan (p<0,01).
Penyuluhan kesehatan reproduksi yang diberikan peneliti pada siswa
secara langsung lewat ceramah dan tanya jawab dengan media power point
menggugah kembali pengetahuan yang telah didapat, juga menambah pengetahuan
baru tentang kesehatan reproduksi. Sehingga siswa mendapatkan pengetahuan
yang benar dan akurat tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai
pergaulan bebas.
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku remaja yang kondusif untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
reproduksinya. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar remaja mengetahui
dan menyadari bagaimana cara memelihara kesehatan, bagaimana menghindari
atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan, kemana seharusnya mencari
pengobatan bila sakit dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003a).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat mengemukakan bahwa
upaya penyuluhan yang telah dilakukan terbukti secara signifikan meningkatkan
(merubah) pengetahuan. Sehingga, penyuluhan merupakan salah satu upaya secara
tidak langsung yang efektif untuk mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan reproduksi pada remaja.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis menyimpulkan bahwa:
1. Nilai pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
reproduksi sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 67.5%.
2. Nilai pengetahuan siswa sesudah diberikan penyuluhan kesehatan
reproduksi terjadi perubahan pengetahuan (peningkatan pengetahuan)
dengan sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 87.5%.
3. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan
tentang pergaulan bebas pada siswa kelas XI di SMAN 1 Sindangkasih
F. Saran
Pihak sekolah, khususnya Bimbingan Penyuluhan (Guidance and
Counseling) dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) berinisiatif melalui program
ekstrakurikuler menggerakan program rutin tentang penyuluhan mengenai
kesehatan reproduksi, bekerja sama dengan petugas kesehatan, dan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, Muhammad, 2006, Psikologi Remaja, Pustaka Setia : Bandung.
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka Cipta : Jakarta.
__________, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta.
Azwar, Azrul, 2002, Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia, Kongres Nasional Epidemiologi : Jakarta.
BKKBN, (2013), Jabar (Masih) Darurat HIV/AIDS dan Seks Bebas, Edisi ke-4, PT. Yankes : Jakarta.
Budiman, 2011, Penelitian Kesehatan, PT Refika Aditama : Bandung.
Dimyati, et al, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kerjasama dengan Rineka Cipta, Jakarta.
Hidayat, AA, 2011, Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika : Jakarta.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, 2009, Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita, Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Notoatmodjo, S, (2003a), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,
Rineka Cipta : Jakarta.
______, (2003b), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta.
______, (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta.
______, (2012), Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.
Prima, Massolo Ardin. (2011). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seksual Pranikah Di SMAN 1 Masohi Tahun 2011. Jurnal Kesehatan, 5 (2), 6
Renita, Nydia Bena. (2008). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. Jurnal Kedokteran, 4(2), 5
S. Willis, Sofyan, 2012, Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk
Santrock, 2003, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli, tersedia dalam belajarpsikologi.org/pengertian-remaja/ (diakses tanggal 14 Februari 2014)
Sudarsono, 2012, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta : Jakarta.
Sugiyono, 2011, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta : Bandung.