• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of THE INFLUENCE OF HEALTH COUNSELLING REPRODUCE TO KNOWLEDGE ABOUT FREE ASSOCIATION OR FREE SEX AT STUDENT OF CLASS XI IN SMAN 1 SINDANGKASIH OF CIAMIS REGENCY YEARS 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of THE INFLUENCE OF HEALTH COUNSELLING REPRODUCE TO KNOWLEDGE ABOUT FREE ASSOCIATION OR FREE SEX AT STUDENT OF CLASS XI IN SMAN 1 SINDANGKASIH OF CIAMIS REGENCY YEARS 2014"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG PERGAULAN BEBAS PADA SISWA KELAS XI DI

SMAN 1 SINDANGKASIH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014

THE INFLUENCE OF HEALTH COUNSELLING REPRODUCE TO KNOWLEDGE ABOUT FREE ASSOCIATION OR FREE SEX AT STUDENT OF

CLASS XI IN SMAN 1 SINDANGKASIH OF CIAMIS REGENCY YEARS 2014

Indria Astuti1, Syara Amalia S2

ABSTRACT

Result of antecedent study in SMAN 1 Sindangkasih that's student have watched porno video, kiss and embrace, cigarette, and drinking alcohol. Factor influencing free sex, that's environmental factor, education, lack of information and not yet comprehended the free sex impact. Research aim is to know the Influence of Health Counseling Reproduce to change of Student Knowledge in SMAN 1 Sindangkasih about Free Sex. Form the research that’s quasi experiment with the device of one group pre test post test. The intervention given by form of health counseling with the method deliver a lecture and question and answer by power point appliance and LCD. Sample in this research as much 40 responders. The technique of intake sample used by purposive sampling. Data type taken by primary data by using written cognate test. The result shows the responders knowledge before counseling is good category that’s 67.5% and after counseling is good category that’s 87.5%. The knowledge influenced by various factors. Result of statistical test use the t-Test of type of paired sample obtained by mean of equal to -2.775, value of mean knowledge before counselling 22.85 and after 25.62. Standard Deviation 3.984, value t -4.405, p=0.000 meaning this research is very having a meaning of because 0.000<0.05. The conclusion is health counseling reproduce has significant influence to change student’s knowledge about free sex. Suggestion that’s with the existence counseling of reproduction health which have been given to be expected by a health counseling reproduce this can be given routinely at education institution.

Keyword : Quasi Experiment, Health Counseling Reproduce, Free Assocciation Knowledge (Free Sex Knowledge)

(2)

A. Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan

masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

Banyak hal yang terjadi selama rentang masa remaja, misalnya perubahan tingkah

laku, sikap, serta perubahan fisik. (Al-Mighwar, 2006). Masa remaja adalah masa

yang sangat rawan. Sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal baru termasuk dalam

prilaku seksual tanpa diiringi pengetahuan dan informasi dengan kesehatan

reproduksi akan mengakibatkan terjadinya aktivitas seksual sebelum tercapainya

kematangan mental dan spiritual.(Syahredi, 2008).

Perilaku seksual pada remaja disebabkan karena tidak adanya keterbukaan

dalam keluarga tentang pentingnya pendidikan seks (sex education) sejak dini.

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat

menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada

dorongan seksual (Syahredi, 2008).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Jawa Barat di enam kabupaten pada

2009, terdapat sekitar 29% remaja di Jawa Barat pernah melakukan hubungan seks

pra nikah. Suryadi, menyatakan tingginya survey tersebut disebabkan kehidupan

seks bebas di kalangan remaja di Jabar semakin meningkat. Kondisi ini diperparah

dengan beredarnya media-media pornografi yang mudah diakses oleh semua umur,

bahkan anak-anak dan remaja (BPPKB 2009). Menurut hasil survey BKKBN tahun

2013 dilakukan penelitian mengenai seks bebas dikalangan remaja di 5 kota besar

Indonesia, yaitu . penelitian di Jawa Barat diwakili kota Tasikmalaya dan Cirebon.

Hasilnya ditemukan bahwa terdapat 17% remaja Tasikmalaya mengaku sudah

melakukan seks pra nikah dan 6,7% remaja Cirebon mengaku penganut seks bebas.

Dilakukan penelitian di Bandung didapatkan sekitar 21-30% remaja melakukan

seks pra nikah dengan angka sama dengan DKI Jakarta dan Yogyakarta (BKKBN

2013).

(3)

Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesehatan reproduksi

remaja mengalami tiga kendala, diantaranya dari sisi remaja yaitu rendahnya

tingkat pendidikan dan pengetahuan remaja, dari sisi petugas belum memiliki

wawasan yang peduli remaja serta dari sisi masyarakat masih ada sebagian yang

berpegang kuat pada etika agama, moral dan tata nilai yang justru menghambat

akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi kelompok remaja sendiri

(Azwar, 2002).

Terkait dengan hal itu diperlukan suatu upaya guna mencapai perubahan

tingkah laku yakni diterapkannya suatu proses penyampaian pesan untuk mencapai

tujuan yang diharapkan, maka untuk mendukung hal tersebut perlu disediakan

sarana prasarana, salah satunya adalah alat bantu pendidikan (Notoatmodjo, 2003a).

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan pengetahuan dan perilaku kesehatan

masyarakat maupun individu, tampaknya pendidikan kesehatan merupakan cara

yang tepat. (Notoatmodjo, 2003b).

Hasil study pendahuluan melalui wawancara pada siswa-siswi di SMAN 1

Sindangkasih Kabupaten Ciamis mengenai pergaulan bebas, dari 10 orang

siswa-siswi yang diwawancarai semuanya pernah pacaran dan pernah menonton video

porno dari situs-situs internet tertentu dan setelah menonton video porno tersebut

10 orang siswa-siswi mengatakan bahwa ada hasrat atau keinginan untuk meniru

beberapa adegan dari video porno. Selain itu, 8 dari 10 orang siswa-siswi pernah

melakukan ciuman dan pelukan dengan pacarnya, 5 orang siswa pernah merokok

di sekolah maupun di luar sekolah, dan 1 orang siswa pernah minum minuman keras

di luar sekolah. 10 siswa belum mengetahui dan memahami mengenai dampak serta

bahaya dari pergaulan bebas, selain informasi dari bagian Bimbingan Konseling

terdapat siswa-siswi yang konsultasi mengenai masalah pacaran. Didapatkan data

terdapat siswa-siswi yang berpacaran, merokok, minum minuman keras, dan

menonton video porno dari situs-situs internet tertentu Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Tentang Pergaulan

(4)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan bentuk quasi

eksperimen dengan rancangan one group pre test post test. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi di SMAN 1 Sindangkasih kelas XI IPA sebanyak

112 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Data yang

diambil data primer (kuesioner). Analisis data secara univariat dan bivariat.

Analisit bivariat dengan menggunakan Uji bivarit menggunakan uji T-test jenis

paired sample.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

X0 X1

`

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan tentang Pergaulan Bebas

C. Hasil Penelitian

a. Analisis Univariat

1) Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan Siswa Sebelum Mengikuti Penyuluhan

Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 27 67.5

Cukup 13 32.5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.1 menunjukan pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 67.5%.

Pengetahuan tentang pergaulan bebas sebelum diberikan penyuluhan kesehatan.

Pengetahuan tentang pergaulan bebas sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.

(5)

2) Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Siswa Sesudah Mengikuti Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 35 87.5

Cukup 5 12.5

Jumlah 40 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel 4.2 menunjukkan pengetahuan siswa sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi sebagian besar termasuk kategori baik

sebanyak 87.5%.

b. Analisis Bivariat

Tabel 4.3 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap pengetahuan remaja tentang pergaulan bebas.

Nilai Nilai Mean

Delta

Mean SD T hitung Df

Sig. (2-tailed)

Pre Test 22.85

-2.775 3.984 -4.405 39 0.000

Post Test 25.62

Sumber : Data Primer

Tabel 4.3 menunjukkan mean sebesar -2.775, terdapat peningkatan yang signifikan yakni sebesar 2.77% dengan standar deviasi sebesar 3.984. Nilai t hitung sebesar -4.405. Nilai rata-rata pengukuran nilai pengetahuan

siswa tentang pergaulan bebas dari pre test ke post test sangat signifikan karena

p = 0.000, berarti penelitian ini sangat bermakna karena probabilitas kurang dari 0.05 (0.000 < 0.05).

D. Pembahasan Penelitian

1) Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan sebagian

besar termasuk dalam kategori baik sebanyak 67.5%. Hal ini mengindikasikan

bahwa pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai

pergaulan bebas, sudah baik, meskipun belum diberikan penyuluhan tentang hal

tersebut, responden sudah pernah membaca mengenai materi kesehatan reproduksi.

Hasil belajar responden belum mencapai hingga 100% karena responden

mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Sebagian responden sudah

mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi dan memahami materi tersebut

serta ada yang mencari (mendapatkan) informasi mengenai materi kesehatan

(6)

namun tidak memahami, atau bahkan ada responden yang sama sekali belum

pernah mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai

pergaulan bebas.

Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Dimyati dan Mudjiono

(2002), bahwa siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal

dalam proses pelajaran yang berbeda-beda. Dimana pengetahuan dan

kemampuan awal merupakan hasil pembelajaran terdahulu. Pengetahuan

awal dalam proses pembelajaran dibangun dalam pikiran, setiap individu

membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri

dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika, dan

pengetahuan sosial yang bisa didapatkan di luar bangku sekolah, baik formal

maupun informal.

Sebagian responden yang mempunyai pengetahuan kurang

disebabkan pula karena kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi

dari sumber yang tepat baik bersumber dari orang tua, tenaga kesehatan,

media elektronik maupun media cetak. Hal ini sejalan dengan Azwar (2002)

yang menyatakan bahwa masyarakat masih belum menyadari akan

pentingnya kesehatan yang ditimbulkan karena ketidaktahuan mereka akan

pentingnya kesehatan, kalangan remaja tidak pernah mendapatkan

informasi yang benar dan jelas serta transparan tentang kesehatan

reproduksi khususnya mengenai pergaulan bebas. Hal ini karena

penyuluhan dan promosi kesehatan belum sampai kepada mereka, petugas

kesehatan belum memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan. Selain

itu, sarana informasi (TV, radio) lebih banyak menayangkan hiburan.

Hasil pre test menunjukkan bahwa aspek konsep dasar remaja,

konsep dasar pergaulan bebas, dan dampak pergaulan bebas sudah dijawab

dengan baik, namun aspek perkembangan pada remaja dan fungsi organ

reproduksi masih kurang dikuasai.

2) Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

(7)

Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi perolehan nilai diantaranya

responden telah diberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi khususnya

tentang pergaulan bebas, sehingga responden memahami dan mengerti mengenai

materi tersebut.

Menurut Gagne dan Berliner, teori belajar behaviorisme atau behavioristik

merupakan teori yang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam

tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata

lain, belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam

hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respon.Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar

akan berubah apabila ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa perlakuan

yang diberikan kepada siswa, sedangkan respon berupa tingkah laku yang terjadi

pada siswa.

Faktor lain yang dianggap penting dari aliran behavioristik adalah faktor

penguatan (reinforcement). Jika penguatan ditambahkan (positive reinforcement),

respon akan semakin kuat. Begitupun jika respon dikurangi atau dihilangkan

(negative reinforcement), respon juga semakin kuat.

3). Perbedaan Nilai Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan

Kesehatan Reproduksi

Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi tentang pergaulan

bebas kepada responden, pengetahuan responden pada kategori baik yaitu 67.5%,

kemudian setelah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi terjadi perubahan

tingkat pengetahuan responden menjadi 87.5%. Berdasarkan dari hasil penelitian

tersebut telah terjadi perubahan yakni terjadi peningkatan yang cukup signifikan

yaitu sebesar 20%.

Menurut teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2002) bahwa tujuan dari

penyuluhan kesehatan adalah memberi atau merubah pengetahuan, pengertian,

pendapat dan konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku

atau kebiasaan yang baru.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa penyuluhan kesehatan

reproduksi yang diberikan pada siswa dapat mengingatkan kembali

pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya, hal ini sesuai dengan

Notoatmodjo (2003b) bahwa tingkatan pengetahuan salah satunya adalah

(8)

Yang termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan T-test jenis paired sample

diketahui adanya pengaruh yang signifikan antara penyuluhan kesehatan

reproduksi terhadap pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas. Nilai rata-rata

pengetahuan sebelum penyuluhan kesehatan reproduksi sebesar 22.85, sedangkan

sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi meningkat menjadi 25.62, hal

ini menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan yang signifikan sebesar

2.77. Meningkatnya pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi merupakan faktor penting untuk mengubah

seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.

Berdasarkan data tersebut, penulis dapat mengemukakan bahwa

pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi sudah

baik tapi masih kurang memuaskan dan menjadi lebih baik dan memuaskan

sesudah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan

hasil uji statistik diperoleh mean sebesar -2.775 dengan standar deviasi sebesar

3.984. Nilai t hitung sebesar -4.405. Sedangkan nilai rata-rata pengukuran nilai

pengetahuan siswa tentang pergaulan bebas dari pre test ke post test sangat

signifikan karena p = 0.000, Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan siswa (terdapat

peningkatan pengetahuan siswa) sesudah diberikan penyuluhan kesehatan

reproduksi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardin

(2011) di SMAN 1 Masohi (Makasar) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan

Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seksual

Pranikah Di SMAN 1 Masohi Tahun 2011”, bahwa pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi memberikan peningkatan terhadap pengetahuan dan sikap

remaja tentang seksual pranikah. Metode penelitian eksperimen dengan

menggunakan rancangan pre test dan post test terjadi peningkatan pengetahuan

siswa tentang seksual pranikah sebelum 27,60 dan sesudah 35,00 pada responden

eksperimen dan pada responden control terjadi penurunan pada tingkat

pengetahuan yakni 33,40 pada pretest menurun menjadi 26,00 pada saat posttest.

(9)

(2012) di SMP Kristen Gergaji (Semarang) Terdapat peningkatan pengetahuan

setelah dilakukan penyuluhan (p<0,01).

Penyuluhan kesehatan reproduksi yang diberikan peneliti pada siswa

secara langsung lewat ceramah dan tanya jawab dengan media power point

menggugah kembali pengetahuan yang telah didapat, juga menambah pengetahuan

baru tentang kesehatan reproduksi. Sehingga siswa mendapatkan pengetahuan

yang benar dan akurat tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai

pergaulan bebas.

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan

perilaku remaja yang kondusif untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan

reproduksinya. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar remaja mengetahui

dan menyadari bagaimana cara memelihara kesehatan, bagaimana menghindari

atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan, kemana seharusnya mencari

pengobatan bila sakit dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003a).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat mengemukakan bahwa

upaya penyuluhan yang telah dilakukan terbukti secara signifikan meningkatkan

(merubah) pengetahuan. Sehingga, penyuluhan merupakan salah satu upaya secara

tidak langsung yang efektif untuk mencegah dan menanggulangi masalah

kesehatan reproduksi pada remaja.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis menyimpulkan bahwa:

1. Nilai pengetahuan siswa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan

reproduksi sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 67.5%.

2. Nilai pengetahuan siswa sesudah diberikan penyuluhan kesehatan

reproduksi terjadi perubahan pengetahuan (peningkatan pengetahuan)

dengan sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 87.5%.

3. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan

tentang pergaulan bebas pada siswa kelas XI di SMAN 1 Sindangkasih

(10)

F. Saran

Pihak sekolah, khususnya Bimbingan Penyuluhan (Guidance and

Counseling) dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) berinisiatif melalui program

ekstrakurikuler menggerakan program rutin tentang penyuluhan mengenai

kesehatan reproduksi, bekerja sama dengan petugas kesehatan, dan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, Muhammad, 2006, Psikologi Remaja, Pustaka Setia : Bandung.

Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka Cipta : Jakarta.

__________, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta.

Azwar, Azrul, 2002, Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia, Kongres Nasional Epidemiologi : Jakarta.

BKKBN, (2013), Jabar (Masih) Darurat HIV/AIDS dan Seks Bebas, Edisi ke-4, PT. Yankes : Jakarta.

Budiman, 2011, Penelitian Kesehatan, PT Refika Aditama : Bandung.

Dimyati, et al, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kerjasama dengan Rineka Cipta, Jakarta.

Hidayat, AA, 2011, Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika : Jakarta.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, 2009, Memahami Kesehatan Reproduksi

Wanita, Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Notoatmodjo, S, (2003a), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,

Rineka Cipta : Jakarta.

______, (2003b), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta.

______, (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta.

______, (2012), Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.

Prima, Massolo Ardin. (2011). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seksual Pranikah Di SMAN 1 Masohi Tahun 2011. Jurnal Kesehatan, 5 (2), 6

Renita, Nydia Bena. (2008). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. Jurnal Kedokteran, 4(2), 5

S. Willis, Sofyan, 2012, Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk

(12)

Santrock, 2003, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli, tersedia dalam belajarpsikologi.org/pengertian-remaja/ (diakses tanggal 14 Februari 2014)

Sudarsono, 2012, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta : Jakarta.

Sugiyono, 2011, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta : Bandung.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Sceletonema costatum merupakan pakan alami jenis fitoplankton dengan bentuk kotak berwarna coklat keemasan dengan ukuran relatif kecil yaitu 4-15 mikron, serta

Penerapan Pendekatan Komunikatif (Al Madkhal Al Ittishal) Pada Keterampilan Berbicara (Al Maharah Al Kalam). Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

dan persandian bagi Kabupaten/Kota yang belum membentuk OPD (Organisasi Perangkat Daerah) sendiri (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan

Keuntungan menggunakan aplikasi ini antara lain adalah dapat melayani ribuan lalu lintas data dalam satu waktu, keamanan yang komprehensif karena terbatasnya dan terpisahnya

Untuk mengetahui efektivitas remediasi melalui strategi Student Team Heroic Leadership dalam menurunkan kesulitan belajar siswa tiap-tiap siswa dihitung

Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai Pada

Saat waktu yang bersamaan, Relay B mengirim sinyal blocking ( blocking signal ) kepada Relay A sebagai tanda agar Relay A mengerti bahwa gangguan berada pada zona

(3) Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang telah melakukan penataan sistem informasi hukum website JDIH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)