• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah di SD Negeri No.060891 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah di SD Negeri No.060891 Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Anak Usia Sekolah

2.1.1. Defenisi Anak Usia Sekolah

Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu

golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya

anak yang berusia 7-12 tahun. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak

pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode

ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri

dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia

sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu.

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas

tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan

khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak

usia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada dalam rentang usia 6-12

tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain selain keluarga (Supraptini,

2004). Anak usia sekolah biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia

tengah merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia sekolah

(2)

tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun dan pra remaja 10-12 tahun (Potter & Perry,

2005).

2.1.2 Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar,jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,yang bias

diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),

umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)

(Soetjiningsih, 2002). Pertumbuhan adalah proses normal dari pembesaran ukuran

organisme yang disebabkan oleh accretion (pertumbuhan) jaringan tubuh

(Anderson, 2007).

Faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak digolongkan ke

dalam dua golongan, yaitu internal dan eksternal atau faktor lingkungan.

1. Faktor Internal

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.

Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas

terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Termasuk faktor genetic adalah faktor bawaan normal atau patologik, jenis

kelamin, suku bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi

dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal

(3)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang

termasuk status gizi ibu pada saat hamil Toksin atau obat-obatan yang bisa

menyebabkan kelainan kongenital seperti thalidomide. Paparan terhadap sinar

radiasi seperti X–ray dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti

mikrosefali, spina bifida, retardasi mentaldan deformitas anggota gerak, kelainan

congenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami infeksi pada trimester pertama

dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,Sitomegalo virus, Herpes

simpleks) dan penyakit menular seksual dapat mengakibatkan kelainan pada janin

seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung

kongenital. Jika ibu memiliki golongan darah yang berbeda antara diri dan janin

maka ada kemungkinan terjadi Eritroblastosisfetalis (Tanuwidjaya, 2003).Faktor

eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi yang diperlukan

bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika anak atau bayi

mengalami penyakit kronis atau kelainan kongenital, serta lingkungan fisik dan

kimia ,Psikologis sang anak, caranya berhubungan dan berinteraksi dengan orang

sekitarnya.

2.1.3. Perkembangan Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya. Harapan

dan tuntutan baru dengan adanya lingkungan yang baru dengan masuk sekolah

dasar saat usia 6 atau 7 tahun (Hurlock, 2015). Anak usia sekolah mengalami

beberapa perubahan sampai akhir dari periode masa kanak-kanak dimana anak

(4)

perkembangan anak di usia sekolah, anak lebih banyak mengembangkan

kemampuannya dalam interaksi soisal, belajar tentang nilai moral dan budaya dari

keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil bagian peran dalam

kelompoknya. Perkembangan yang lebih khusus juga mulai muncul dalam tahap

ini seperti perkembangan konsep diri, keterampilan serta belajar untuk

menghargai lingkungan sekitarnya (Hidayat, 2005).

Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut teori

tumbuh kembang, yaitu:

1. Perkembangan Kognitif (Piaget)

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada pada tahap

konkret dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah mulai memandang

secara realistis terhadap dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan

orang lain. Sifat ego sentrik sudah mulai hilang, sebab anak mulai memiliki

pengertian tentang keterbatasan diri sendiri. Anak usia sekolah mulai dapat

mengetahui tujuan rasional tentang kejadian dan mengelompokkan objek dalam

situasi dan tempat yang berbeda. Pada periode ini, anak mulai mampu

mengelompokkan, menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti-bukti dalam

penyelesaian masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari

apa yang dirasakan. Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap

reversibilitas, yaitu anak mulai memandang sesutau dari arah sebaliknya atau

dapat disebut anak memiliki dua pandangan terhadap sesuatu. Perkembangan

(5)

menyelesaikan masalah secara konkret. Kemampuan kognitif pada anak terus

berkembang sampai remaja (Hurlock, 2015)

2. Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Pada perkembangan ini, anak usia sekolah berada pada fase laten dimana

perkembangannya ditunjukkan melalui kepuasan anak terhadap diri sendiri

yang mulai terintegrasi dan anak sudah masuk pada masa pubertas. Anak juga

mulai berhadapan dengan tuntutan sosial seperti memulai sebuah hubungan

dalam kelompok. Pada tahap ini anak biasanya membangun kelompok dengan

teman sebaya. Anak usia sekolah mulai tertarik untuk membina hubungan

dengan jenis kelamin yang sama. Anak mulai menggunakan energi untuk

melakukan aktifitas fisik dan intelektual bersama kelompok sosial dan dengan

teman sebayanya, terutama dengan yang berjenis kelamin sama (Wong, 2009)

3. Perkembangan Psikososial

Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan akan selalu

berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan terutama apabila hal tersebut

bernilai sosial atau bermanfaat bagi kelompoknya. Pada tahap ini anak akan

sangat tertarik dalam menyelasaikan sebuah masalah atau tantangan dalam

kelompoknya. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan anak untuk mengambil

setiap peran yang ada di lingkungan sosial terutama dalam kelompok sebayanya.

Pada tahap ini, anak menginginkan adanya pencapaian yang nyata. Keberhasilan

anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan meningkatkan rasa

kemandirian dan kepercayaan diri anak. Anak- anak yang tidak dapat memenuhi

(6)

Anak yang mengalami inferiority harus diberikan dukungan dalam menjalankan

aktivitasnya(Sarafino, 2006). Pengakuan teman sebaya terhadap keterlibatan anak

di kelompoknya akan memberikan dukungan positif pada anak usia sekolah.

Perkembangan moral anak usia sekolah menurut Kohlberg berada di tahap

konvensional (Muscari, 2005). Perkembangan moral sejalan dengan cara pikir

anak usia sekolah yang lebih logis (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak pada

usia sekolah dapat lebih memahami standar perilaku yang seharusnya mereka

terapkan pada kehidupan sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai

memahami bagaimana harus memperlakukan orang lain sesuai dengan apa

yang ingin diterima oleh mereka dari orang lain (Muscari, 2005; Wong, 2009).

Anak mulai melihat berbagai cara pandang untuk menilai suatu tindakan benar

atau salah (Hockenberry & Wilson, 2007).

Secara Internasional terdapat 4 parameter menilai aspek− aspek

perkembangan anak usia sekolah yang dikemukakan oleh Frankenburg et

al.(1981).

1) Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial) Aspek yang berhubungan

dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya. 2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot

kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya, kemampuan untuk

(7)

3) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

mengikuti perintah dan bicara spontan.

4) Gross motor (perkembangan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan tubuh dan sikap tubuhyang melibatkan

otot-otot besar.

2.1.4 Ciri−ciri dan Prinsip Tumbuh−Kembang

Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip cephalo caudal dan

proximodistal. Prinsip cephalo caudal merupakan rangkaian dimana pertumbuhan

yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran

secara bertahap bekerja dari atas kebawah,perkembangan sensorik dan motorik

juga berkembang menurut prinsip ini,contohnya bayi biasanya menggunakan

tubuh bagian atas sebelum merekamenggunakan tubuh bagian bawahnya

(Santrock, 2011). Prinsip proximodistal (dari dalam ke luar) yaitu pertumbuhan

dan perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam ke luar (Papalia,2010).

Menurut Potter dan Anne (2009) ciri – ciri pertumbuhan yaitu:

1) Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalamhal bertambahnyaukuran

fisik seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkarlengan dan lingkar

dada.

2) Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat padaproporsi

fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.

3) Pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri −ciri lama yangada

selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,lepasnya gigi

(8)

4) Pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses

kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada.

Sementara itu ciri –ciri perkembangan yaitu:

1) Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti

dariperubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti

perubahan pada fungsi alat kelamin.

2) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu

perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudalatau dari

bagian proksimal ke bagian distal.

3) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan

melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang

sempurna.

4) Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan

yang berbeda.

5) Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, dimana

tahapan perkembangan harus melewati tahap demi tahap. (Potter dan Anne, 2009)

Teori dalam perkembangan anak, yaitu:

1. Teori Nativisme, teori ini pertama kali digagas oleh Schopenhauer. Menurut

teori ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus yaitu

faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu

melahirkan. Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam

perkembangan manusia adalah pembawaan sejak lahir atau boleh dibilang

(9)

menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Orang-orang yang

mengikuti teori nativisme sangat menekankan bakat yang dimilikinya sehingga

dapat mengembangkan secara maksimal.

2. Teori dalam perkembangan anak selanjutnya yaitu Teori Empirisme oleh John

Locke. Teori empirisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan

oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu

dalam kehidupannya. Faktor lingkungan, lebih khusus adalah dunia pendidikan,

sangat besarmenentukan perkembangan anak.

3. Teori Konvergensi, dikemukakan oleh William Stern. Menurut teori ini, baik

pembawaan maupun lingkungan mempunyai peranan penting dalam

perkembangan anak. Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang

dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan (Azzet, 2010)

2.2 Konsep Komunikasi Interpersonal

2.2.1 Defenisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi adalah elemen dari interaksi manusia yang memungkinkan

seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak mata

dengan orang lain. Komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, sehingga

orang sering salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.

Komunikasi adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan

serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan

lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005).

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan

(10)

pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi individu dalam menyampaikan

informasi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan

untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien (Potter &

Perry, 2005). Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang

pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara,

2009).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi pada dua orang

atau lebih yang berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media atau

pesan diterima dan disampaikan secara simultan dan spontan (Daryanto, 2011)

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi atara dua orang atau

sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik segera (Devito,

2011). Suranto (2011) mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi karena

memiliki keinginan untuk saling berbicara, tukar menukar gagasan, berbagi

pengalaman, ingin menciptakan hubungan baru, serta bekerja sama dengan orang

lain untuk memenuhi kebutuhan.

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya

dua orang atau dalam kelompok kecil, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun

nonverbal (Nurhasanah, 2006).

Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua

orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal

(11)

pesan secara timbal balik. Makna adalah sesuatu yang dipertukarkan dalam proses

tersebut. Selain itu, makna juga merupakan kesamaan pemahaman di antara

orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam

proses komunikasi ( Nasir, et al., 2011).

Devito (2011) menjelaskan definisi komunikasi antar pribadi dari tiga

perspektif :

1). Perspektif Konvensional Perspektif ini mendefinisikan komunikasi

antarpribadi berdasarkan pada unsurunsur atau komponennya, yaitu merupakan

proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang ataupun sekelompok

kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.

2). Perspektif Relasional Menurut perspektif ini, komunikasi antarpribadi

didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang

mempunyai hubungan jelas di antara mereka. Definisi relasional acapkali disebut

definisi pasangan (diadik) karena melibatkan hubungan antara dua orang yang

berinteraksi.

3). Perspektif Pengembangan Pada perspektif pengembangan, komunikasi

antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari komunikasi yang

bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau

intim. Dari ketiga perspektif tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi

antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang

atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa

(12)

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal

Secara teoritis, komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis

menurut sifatnya (Effendy, 2003) :

a. Komunikasi diadik Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi

yang berlangsung ntara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator

yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima

pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang

terjadi berlangsung secara intens.

b. Komunikasi triadik Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi

yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua

orang komunikan.

2.2.3 Ciri Komunikasi Interpersonal

Menurut Rogers (dalam Wiryanto, 2004) ciri-ciri komunikasi antar pribadi

adalah sebagai berikut :

a. Arus pesan cenderung dua arah.

b. Konteks komunikasinya dua arah.

c. ingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas

keterpaan tinggi.

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat

(13)

2.2.4 Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai denganlima kualitas umum

yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati(empathy), sikap

mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dankesetaraan

(equality). a) keterbukaan (openness), keterbukaan ialah sikap dapat menerima

masukan dari orang lain, serta berkenaanmenyampaikan informasi penting kepada

orang lain. Dalam proses komunikasiinterpersonal, keterbukaan menjadi salah

satu sikap positif. Hal ini disebabkan,dengan keterbukaan, maka komunikasi

interpersonal akan berlangsung secaraadil, transparan, dua arah, saling percaya,

dan dapat diterima oleh semua pihakyang berkomunikasi; b) Empati (empathy),

empati ialah kemampuan seseorang untuk mendengarkan sesuatu yang

sedangdialami orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan

dapatmemahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kaca

mataorang lain; c) Sikap mendukung (supportiveness) ,Hubungan interpersonal

yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung

(supportiveness). Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki

komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka.Sikap

mendukung juga merupakan sikap yang mengurangi defensif. Sikap defensif

merupakan sikap yang tidak dapat menerima, tidak jujur, cenderung melindungi

diri dari ancaman yang akan ditanggapi dalam situasi komunikasi; d) Sikap positif

(positiveness), sikap positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri

komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri

(14)

komunikan saling menunjukkan sikap positif, tidak menaruh curiga, dan saling

memberikan pujian jika memang dibutuhkan, guna menciptakan situasi

komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif; e) Kesetaraan (equality),

kesetaraan (equality) ialah perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia

tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu,

latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapanya. Dalam persamaan

tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak menggurui, tetap berbincang pada

tingkatan yang sama, dan tidak memaksakan kehendak pribadi (Devito, 2011).

Devito (2011) menjelaskan karakteristik komunikasi antar pribadi yang

efektif dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu:

1). Perspektif Humanistik, meliputi sifat-sifat:

a. Keterbukaan (Openness) Proses komunikasi antar pribadi dapat

berlangsung efektif bila pribadipribadi yang terlibat dalam proses komunikasi

antar pribadi harus saling memiliki keterbukaan, dengan demikian lebih mudah

mencapai komunikasi efektif. Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua

aspek dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain

yang berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk

membuka diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu

mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan

mudah dilakukan. Dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk

memberikan tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap

segala sesuatu yang dikatakannya. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat

(15)

Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi

yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan

untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. Sears (2009) menjelaskan

bahwa perilaku keterbukaan memiliki beberapa manfaat seperti menambah

informasi mengenai diri sendiri, kemampuan mengatasi masalah, komunikasi

yang efektif, hubungan penuh makna, dan terwujudnya kesehatan mental. Secara

psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang

lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi

antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri. Brooks

dan Emmert (dalam Rahmat, 2005) mengemukakan bahwa karakteristik orang

yang terbuka adalah sebagai berikut:

a.Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.

b.Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan sebagainya.

c.Mencari informasi dari berbagai sumber

d.Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

b. Empati (emphaty) Empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Adanya empati komunikator dapat merasakan perasaan komunikan sehingga

setiap pesan yang disampaikan sesuai dengan keinginan komunikator dan

komunikan.

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator

(pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima pesan).

Menurut Sugiyo (2005), empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan

(16)

Surya (2005), menjelaskan empati sebagai suatu kesediaan untuk memahami

orang lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung,

khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu dapat

menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan keinginan orang lain

sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat berempati. Apabila empati

tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi, maka suasana hubungan

komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan

penerimaan.

c. Perilaku suportif (Supportivness) Dukungan tercapai bila ada saling

pengertian dari mereka yang mempunyai kesamaan melalui komunikasi yang

efektif, dukungan dapat diberikan. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan

sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau

berpartisipasi dalam komunikasi. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005)

dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau

memotivasi, lebihlebih dari komunikator. Rahmat (2007 ) mengemukakan bahwa

“sikap supportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif”. Orang yang

defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang

ditanggapinya dalam situasi komunikan dari pada memahami pesan orang lain.

d. Rasa positif (Positivness) Setiap pembicaraan yang disampaikan

mendapat tanggapan pertama yang positif, maka rasa positif menghindarkan

pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka. Rasa

positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan

(17)

orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas

kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain,

pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian

tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

Sugiyo (2005) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan

bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada

diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hedaknya antara komunikator

dengan komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan

komunikasi tersebut akan muncul suasanamenyenangkan, sehingga pemutusan

hubungan komunikasi tidak dapat terjadi. Rahmat (2007) menyatakan bahwa

sukses komunikasi antarpribadi banyak tergantung pada kualitas pandangan dan

perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang

positif, akan lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang positif pula e.

Kesamaan (Equality) Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadi lebih

kuat apabila memiliki kesamaan pandangan, sikap, ideology dan sebagainya.

Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak

tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar

belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Rahmat (2007)

mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan

orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih

tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan

intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas

(18)

yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat

merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan

lancar.

2. Perspektif Pragmatis, meliputi sifat-sifat seperti:

a. Bersikap yakin Komunikasi antar pribadi lebih efektif apabila sesorang tidak

merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain.

b. Kebersamaan Sikap kebersamaan ini dikomunikasikan secara verbal maupun

nonverbal. Secara verbal orang yang memiliki sifat ini dalam berkomunikasi

selalu mengikutsertakan dirinya dengan orang lain. Secara non verbal, orang yang

memiliki sifat ini akan berkomunikasi dengan mempertahankan kontak mata

ataupun gerakan-gerakan.

c. Manajemen Informasi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif

akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak

sehingga tidak seorang pun yang merasa diabaikan.

d. Perilaku Ekspresif Memperlihatkan keterlibatan seseorang secara

sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain lebih membuat komunikasi antar

pribadi lebih efektif.

e. Orientasi pada orang lain Seseorang harus memiliki sifat yang berorentasi pada

orang lain untuk mencapai efektifitas komunikasi antar pribadi. Artinya seseorang

mampu untuk beradaptasi dengan orang lain selama berlangsungnya komunikasi

(19)

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Definisi Keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu

rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena

perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya (Soerjono,2004).

Tipe / bentuk keluarga menurut Murwani (2007) adalah :

a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,ibu, dan

anak-anak.

b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambahdengan satu

saudara. Misalnya nenek, kakek, keponakan, saudarasepupu, parnan, bibi, dan

sebagainya.

c. Keluarga bcrantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dariwanita dan

pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satukeluarga inti.

d. Keluarga duda /janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadikerena

perceraian atau kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluargaperkawinannya

berpoligami dan hidup. secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadisatu tanpa

pernikahan tetapi membentuk satu keluarga .

2.3.2 Tugas Keluarga

Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan

(20)

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

2.3.3 Peran keluarga

Peran formal Keluarga (Murwani, 2007)

a). Peran parental dan perkawinanDelapan peran dasar yang membentuk posisi

sosial sebagaisuami-ayah dan istri-ibu:

1) Peran sebagai provider (penyedia).

2) Peran sebagai pengatur rumah tangga.

3) Peran perawatan anak.

4) Peran sosialisasi anak.

5) Peran rekreasi.

6) Peran persaudaraan (memelihara hubungan keluarga paternal danmaternal).

7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan)

8) Peran seksualb. Peran perkawinanKebutuhan bagi pasangan memelihara suatu

hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat

mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimanasuami dan istri

membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan

yang memuaskan rnerupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari

(21)

b). Peran informal

1) Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara paraanggota,

menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

2) Inisiator-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau

cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

3) Pendamai (compromiser): merupakan salah satu bagian dari konflik dan

ketidak sepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan posisi dan mengakui

kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian.

4) Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota

keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan

keluarga, berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban

2.3.4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Murwani (2007) adalah :

a. Fungsi biologis

1) Untuk meneruskan keturunan.

2) Memelihara dan membesarkan anak.

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

b. Fungsi Psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

(22)

4) Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

1) Membina sosialisasi pada anak.

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatperkembangan

anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhankeluarga.

2)Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhikebutuhan

keluarga.

3)Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datangmisalnya

pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi pendidikan

1)Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakatdan minat yang dimilikinya

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datangdalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.

f. Fungsi perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari

tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi

dan merasa aman.g. Fungsi perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah

menjaga secara instuitif, merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga

(23)

keluarga. h. Fungsi religious. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah

memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam

kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan

bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain

setelah di dunia ini. i. Fungsi rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini

tidak selalu harus pergi ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat

mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya.

2.4 Komunikasi Keluarga

2.4.1 Definisi Komunikasi Keluarga

Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang

harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling

membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam

masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan

ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan

anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang

terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak (Ahmadi, 2007) Hubungan yang baik dapat

dicapai dengan membina dan memelihara komunikasi yang baik di dalam

keluarga dan dengan masyarakat di luar keluarga. Hubungan antara anggota

keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Hubungan yang baik,

kesatuan sikap ayah dan ibu merupakan jalinan yang memberi rasa aman bagi

anak-anak. Hubungan serasi ayah-ibu memberi rasa tenang dan keteladanan bagi

(24)

hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan anak (Gunarsa, 2000).

Kegiatan keluarga sehari-hari selalu berkaitan erat dengan pola komunikasi

keluarga. Komunikasi keluarga merupakan proses mengembangkan

intersubjektivitas (intersubjectivity) dan pengaruh melalui penggunaan kode

antara kelompok akrab yang memunculkan perasaan rumah (sense of home) dan

identitas kelompok, lengkap dengan ikatan kuat kesetiaan dan emosi (Hidayat,

2012). Komunikasi keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh

berbedamdengan fungsi komunikasi pada umumnya. Ada dua fungsi komunikasi

dalam keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan fungsi komunikasi kultural.

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi

itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan

hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, dan untuk menghindarkan diri dari

ketegangan dan tekanan. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi kultural

diasumsikan dari pendapat para sosiolog yaitu komunikasi dan budaya

mempunyai hubungan timbal balik. Peranan komunikasi dalam fungsi ini adalah

turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran diperoleh nilai true density untuk serbuk awal BaFe 12 O 19 , serbuk FeMn, dan serbuk BaFe 12 O 19 yang ditambahkan dengan FeMn disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2007, Masalah Hipertensi di Indonesia, Dirjen Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2010.. Gauthier B, Edelmann CMJr,

Pengaruh Temperatur Sinter Terhadap Sifat Fisis Dan Sifat Magnet Pada magnet Permanen Stronsium Heksaferit.. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

matematika realistik merupakan pembelajaran yang menghubungkan konsep dunia nyata dengan konsep pembelajaran matematika, sehingga dalam pelaksanaannya guru mampu

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri, dan Jasa Produktif.. Nilai Devisa Pariwisata: Rp. Laju Pertumbuhan PDB per Tenaga Kerja: 4,0

[r]

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI TEKNIK MENCETAK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sesuai dengan tugas dan fungsinya melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan, Sekretariat Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2016 melaksanakan kegiatan pokok