• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Pasar Rakyat Tradisional Be

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Revitalisasi Pasar Rakyat Tradisional Be"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Revitalisasi Pengelolaan Pasar Rakyat Berbasis Ekonomi Kerakyatan

1

Oleh: Puthut Indroyono

2

Revitalisasi pasar rakyat bukan sebatas merehab gedung, tapi harus menyentuh hal-hal mendasar. Upaya ini harus mampu memperbaharui semangat/etos kerja pedagang pasar, agar dapat memperbaiki kinerja dalam berjualan, mampu mengelola manajemen keuangan agar tidak dinakali rentenir, mampu bersatu mengembangkan budaya kekeluargaan di lingkungan pasar, dan lain-lain. Selain itu, revitalisasi juga harus mampu merombak manajemen kelembagaan pengelola pasar, menjadi lebih berkinerja meningkatkan pangsa pasar (market-share) pasar yang dikelolanya.

Bahkan kalau pemerintah atau pemerintah daerah serius dalam mendorong revitalisasi pasar rakyat, mereka juga harus mampu mendorong kinerja pasar dari aspek-aspek yang lain. Pemerintah harus merevitalisasi cara pandang mereka dalam pengelolaan pasar, mulai dari aspek produk, layanan, kelembagaan, sehingga pasar rakyat menjadi makin mandiri, menjadi outlet hasil produksi rakyat sekitar, baik hasil bumi, hasil kerajinan, maupun hasil industri rakyat.

Pasar rakyat harus dikembalikan kepada jatidirinya, menjadi ruang bagi memupuk semangat produktifitas masyarakat, yang makin tergusur oleh arus globalisasi.

Kritik terhadap kebijakan dan program revitalisasi pasar rakyat (pasar tradisional) telah disampaikan. Salah satu yang terpenting, revitalisasi pasar hanya menyentuh urusan fisik atau merenovasi gedung. Dana ratusan milyaran rupiah yang digelontorkan beberapa tahun terakhir seolah hanya untuk mengganti bangunan rusak, menambah lapak dan kantor pengelola, mempercantik tampilan fisik. Program itu tidak diarahkan untuk mereorientasi visi/misi, meneguhkan kembali etos kerja pelaku/pedagang, memperbaiki/mengubah cara pandang dalam pengelolaan pasar rakyat, memampukan paguyuban pedagang agar makin mandiri dalam berpikir dan berkreasi, mendorong semangat berkooperasi, menyusun strategi bisnis bersama, dan lain-lain. Bahkan kritik yang lebih tajam mengatakan bahwa revitalisasi hanya dibuat untuk e utup-nutupi keadaan senyatanya bahwa pasar rakyat makin terpinggirkan. Tidak hanya pada level daerah, kebijakan ekonomi nasional yang menyangkut pasar rakyat cenderung makin tidak berpihak dan lebih liberal sepanjang lebih dari satu dasawarsa. Amanah konstitusi yang menginginkan perekonomian nasional makin mandiri dan berdaulat pun, justru semakin diabaikan.

Sementara struktur sosial ekonomi perdagangan tetap saja tidak mengalami perbaikan, pangsa pasar berangsur tanpa disadari makin tergerogoti. Keberadaan dan perkembangan pasar rakyat (tradisional) semula berperan penting bagi perekonomian tersebut makin terdesak oleh kuat dan masifnya penetrasi dan ekspansi pasar modern/swasta (dalam dan luar negeri). Jika survey AC Nielsen mengatakan pertumbuhan pasar modern (termasuk Hypermarket) sebesar 31,4%, maka pasar rakyat harus tabah menerima pertumbuhan negative (-

1

Makalah disampaikan dalam Seminar Bulanan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, 26/9/2013 2

Ketua Program Sekolah Pasar dan peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM

HS : ….. dalam rangka menghadapi AC-FTA perlu didesain suatu national industrial policy and strategy. MEP : …memang ada yang berpandangan bahwa itu perlu, tetapi yang berkembang di dunia sekarang, tidak diperlukan… saya berpandangan bahwa para pengusaha jauh lebih tahu…".

(2)

2 8,1 %). Kelangsungan kehidupan 12,6 juta pedagang pasar beserta keluarga, pegawai dan pemasok komoditasnya akan terancam kelangsungan kehidupannya.

Alih-alih revitalisasi pasar rakyat ditujukan untuk memperkuat kemandirian perekonomian bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, kebijakan revitalisasi juga tetap tidak mampu memberi jawaban atas anjlog-nya pangsa pasar rakyat selama lebih dari satu dasawarsa terakhir. Sebagai gambaran rujukan data yang sering dipakai adalah survei AC Nielsen, yang menyatakan pangsa pasar rakyat menurun dari 65% pada tahun 2000, menjadi hanya sebesar 47% pada tahun 2008. Artinya telah terjadi penurunan omset pasar rakyat sebesar 18% selama 8 tahun, atau rata-rata penurunan sebesar 2.25% per tahun.

Paradigma Revitalisasi

Mengapa bisa terjadi? Kutipan pernyataan dua pakar ekonomi di awal makalah ini menggambarkan perdebatan pada tataran konsep dan kebijakan pada dua ekstrim yang berbeda. Di satu pihak mekanisme pasar sesungguhnya bisa diatur melalui serangkaian perencanaan kebijakan nasional dan aturan main, di mana pemerintah mengambil peran dalam mendorong perbaikan struktur dan sistem ekonomi. Di lain pihak, adalah kubu pemikiran yang menganggap peran pemerintah perlu direduksi agar mekanisme pasar dapat berjalan tanpa perlu diatur-atur. Pendapat terakhir ini yang berjalan dominan mengiringi berbagai kebijakan liberalisasi perdagangan, termasuk yang berdampak pada pasar tradisional.

Dengan cara pandang kedua ya g do i a terse ut, aka re italisasi pasar tradisio al sesu gguh ya tidak ada dalam kamus pendukung liberalisasi atau tidak pernah dimungkinkan mewujud. Karena dalam upaya menghidupkan kembali (revitalisasi) pelaku dan kelembagaan pasar rakyat dibutuhkan pemihakan dan kebijakan serta strategi menyangkut berbagai aspek ekonomi dan sosial dari para pelaku ekonomi lokal khususnya pelaku di pasar tradisional. Dalam pemihakan ini upaya pengaturan oleh negara atau pemerintah sangat penting, dan bukan diserahkan kepada mekanisme pasar sebagaimana yang telah berjalan bertahun-tahun.

Oleh karenanya, bisa dipahami jika revitalisasi memang cenderung diartikan secara fisik sebagai upaya untuk memperbaiki bangunan fisik yang rusak, supaya tidak kotor, penataan agar tertib dan tidak semrawut, lebih nyaman, lebih teratur, dan lain-lain. Cara pandang ini juga lebih menitikberatkan kepada upaya untuk memenuhi selera konsumen yang konon menurut mereka telah mengala i pergesera gaya hidup karena globalisasi yang tak terelakkan.

De ga ara erpikir seperti itu aka apa da siapa ya g ada di dala pasar tidak terlalu dipe ti gka . Apakah produk kebutuhan rumah tangga rakyat yang dijual berasal dari petani di Cina, Vietnam, atau Thailand, tidak terlalu menjadi perhatian. Demikian pula, apakah bawang, kedelai, buah-buahan, bahkan garam dapur, sa a sekali tidak e erluka strategi da ke ijaka i dustri , iarlah eka is e pasar yang bekerja.

Dalam kondisi itu, maka infrastruktur hasil revitalisasi justru lebih bermanfaat untuk menfasilitasi kepentingan-kepe ti ga luar pelaku pasar rakyat atau pelaku tradisional. Program revitalisasi yang dibiayai oleh uang rakyat I do esia, justru di a faatka oleh pihak luar. Jika demikian maka dapat dikatakan bahwa revitalisasi justru e i ulka fe o e a e a jir ya ara g i por , RPH u tuk e oto g he a i por , fe o e a fluktuasi harga ya g tak terke dali . Revitalisasi pasar rakyat seharusnya juga membantu memperbaharui mata-rantai pemasaran (marketing chain) pelaku pasar rakyat.

(3)

3 Pengelola pasar perlu mengubah cara pandang yang lebih visioner, kreatif, partisipatif, termasuk telaten dalam membina dan bekerjasama dengan pedagang dan paguyuban pedagang. Dengan demikian, revitalisasi bukan berarti upaya untuk memfasilitasi penetrasi dan ekspansi produk-produk dari luar, tetapi sebaliknya makin menjembatani akses produk lokal kepada masyarakatnya.

Apa Yang Direvitalisasi ?

Menggunakan cara pandang konstitusi sebenarnya gambaran tentang apa yang harus direvitalisasi dalam konteks pasar rakyat sangatlah jelas. UUD 1945 menegaskan bahwa bangunan perekonomian harus didasarkan pada prinsip ekonomi kekeluargaan (brotherhood), bukan seperti bangunan perekonomian seperti ciri-ciri yang sekarang berkembang. Pendek kata, persaingan tidak boleh saling mematikan, kesejahteraan masyarakatlah yang diutamakan bukan orang-seorang. Partisipasi masyarakat menjadi prasyarat utama, baik dalam proses produksi, distribusi, konsumsi, dan penguasaan factor-faktor produksi.

Melakukan revitalisasi seharusnya juga memperbaharui cara pandang. Memang hal ini sangat berat ditengah dominasi paradigma yang mengunggulkan bekerjanya mekanisme pasar bebas. Diakui, bahwa upaya yang dilakukan oleh Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dalam mempopulerkan penerapan paradigma ekonomi kerakyatan di berbagai bidang termasuk dalam sektor perdagangan, tidak selamanya membuahkan hasil. Aspek peranan kapital atau modal finansial dalam membangun perekonomian memang sangat penting. Namun dalam pandangan ekonomi kerakyatan, peranan aspek modal intelektual dan modal sosial/institusional jauh lebih penting. Yang jauh lebih penting lagi dan lebih mendasar sifatnya adalah sistem atau aturan main yang berlaku di lingkungan tertentu, termasuk di pasar rakyat misalnya. Apakah peraturan-peraturan yang menyangkut pasar telah dapat mendorong visi/misi dalam revitalisasi, ataukah peraturan itu sendiri yang juga harus direvitalisasi.

“e agai a a dikataka oleh Mu yarto 5 : Reformasi ekonomi yang diperlukan Indonesia adalah reformasi dalam sistem ekonomi, yaitu pembaruan aturan main berekonomi menjadi aturan main yang lebih menjamin keadilan ekonomi melalui peningkatan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Jika kini orang menyebutnya sebagai perekonomian yang bersifat kerakyatan, maka artinya sistem atau aturan main berekonomi harus lebih demokratis dengan partisipasi penuh dari ekonomi rakyat. Inilah demokrasi ekonomi yang diamanatkan pasal 33 UUD 1945 dan penjelasannya .

Dalam upaya untuk tetap konsisten, setiap penelitian di Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM (dulu bernama Pusat Studi Ekonomi Pancasila) selalu menggunakan paradigma kerakyatan, termasuk ketika melakukan studi-studi tentang pasar rakyat. Pada tahun 2011, studi-studi di 15 pasar rakyat di DIY telah mampu menangkap berbagai permasalahan, sebagai hal yang seharusnya direvitalisasi. Berbagai permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Aspek, Permasalahan, dan Alternatif Solusi

NO ASPEK PERMASALAHAN ALTERNATIF SOLUSI

1. SDM Pelaku ratusan ribu orang, mindset pasrah, dominasi usia lanjut, pendidikan terbatas,

2. Produk Buatan pabrik, low quality, inovasi lokal terbatas

Kemitraan produsen lokal (koperasi) dan koperasi pasar tradisional

(4)

4

NO ASPEK PERMASALAHAN ALTERNATIF SOLUSI

fluktuatif kerjasama dengan pemasok lokal

4. Tempat Lokasi baru sepi, lay-out pasar tidak tepat, berhadapan dengan minimarket

Revitalisasi kios zona depan, kerjasama dengan bisnis kuliner (waralaba)

5. Promosi Even terbatas, promosi minim, edukasi konsumen kurang, jejaring lemah, kunjungan sekolah kurang

Menggencarkan promosi cinta pasar tradisional melalui berbagai media publik

6. Pelayanan Ala kadarnya, tidak terlalu dipentingkan karena dasarnya interaksi sosial (kekeluargaan dan kepercayaan)

Inovasi layanan sehingga kian menarik banyak pelanggan

Sumber: Menahan Serbuan Pasar Modern, 2012

Penutup

De ga se oya a al ah a “ejarah seri gkali e osa ka , ke uali agi ya g e uliska ter asuk elakuka , aka sekelo pok pe eliti, dose , ahasis a, da pegiat pasar rakyat, pada tahu eri tis gerakan mengajar di pasar rakyat, yang dinamai Sekolah Pasar (Rakyat). Tahun ini menginjak tahun ketiga, berbagai kalangan telah banyak menyatakan dukungannya, baik secara moril maupun materiil.

Gagasan awalnya sebenarnya cukup sederhana, bahwa anjuran agama mengamanatkan setiap umatnya tanpa kecuali untuk menuntut ilmu sejak lahir hingga ke liang lahat. Demikian pula anjuran untuk berbuat baik, berbagi ilmu, menolong yang kecil, untuk kebaikan bersama, hampir sering dikumandangkan. Konstitusi (ps 31) juga mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak atas pengajaran tanpa kecuali, tua, muda, lemah, bahkan yang buta aksara. Selain itu, pasal 33 juga mengamanatkan sistem ekonomi kekeluargaan dengan koperasi sebagai wadah perubahan nasib rakyat kebanyakan, yang pangsa pasarnya kian dikuasai oleh para pemodal besar.

Tempat kelahirannya pun, Yogyakarta, adalah kota yang dikenal sebagai kota pendidikan dan perdagangan. Sebagai kota pendidikan, tentu tidak masuk akal jika aliran ilmu tidak ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat sekitar, sebagai kota perdagangan tidak masuk akal jika masyarakatnya menjadi target/sasaran penetrasi pasar dan menjadi masyarakat konsumen. Ilmu pengetahuan yang diproduksi di kota ini mestinya mampu mendorong semangat produktif masyarakat, bukan sebaliknya.

(5)

Gambar

Tabel 1. Aspek, Permasalahan, dan Alternatif Solusi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran fiqh di MAN Karanggede yang dalam proses pembelajarannya

Masyarakat Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang mengangkat anak disebabkan dalam pernikahannya tidak dikaruniai anak. Kondisi tersebut

Penurunan pendengaran secara permanen dapat juga disebabkan karena pekerja terlalu sering terpajan (intensitas) dan berada dalam periode waktu yang lama berada

Demikian permohonan ini saya buat, atas perhatian dan terkabulnya kami ucapkan terima kasih. Yogyakarta,

Di dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penggunaan hybrid (content based dan collaborative filtering) pada sistem rekomendasi software antivirus

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rendemen ekstrak daun tua Sonneratia alba yang diambil dari Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi

Sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling, dengan populasi 14 saham LQ-45 Periode Pebruari 2012-Januari 2015 dengan teknik analisis yang digunakan yaitu

Versi premium dari kartu ini beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi (pabrik overclocked), dan sedikit lebih cepat dari Radeon 6870, mendekati kinerja versi dasar dari Radeon