• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Komunikasi

Komunikasi mengacu kepada tindakan oleh satu orang atau lebih, mengirim

serta menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan atau noise, terjadi dalam suatu

konteks tertentu serta tedapat kesempatan umpan balik.

Menurut DeVito (1996) komunikasi memiliki tujuan-tujuan sebagai

berikut :

1. Menemukan, Salah satu tujuan komunikasi yang utama adalah penemuan

diri atau personal discover. Apabila kita berkomunikasi dengan orang lain, kita akan belajar untuk mengenali diri sendiri, persepsi atas diri kita

pada kenyataannya diperoleh dari apa yang telah kita pelajari selama

berkomunikasi dengan orang lain.

2. Berhubungan, Salah satu motivasi yang paling kuat dalam berkomunikasi

adalah berhubungan dengan orang lain dan memeliharanya, kita ingin

merasa nyaman, merasa disayangi dan dicintai serta disukai oleh orang lain.

3. Meyakinkan, dengan berkomunikasi, kita dapat merubah sikap lawan

komunikasi kita dengan bahasa-bahasa yang bersifat mengajak,

mempengaruhi dan menekan orang lain untuk berpikir maupun melakukan

suatu hal tertentu.

4. Bermain, kita menggunakan perilaku komunikasi kita juga untuk bermain,

menghibur diri maupun orang lain, membuat orang lain merasa senang dan

dekat dengan kita, mengajak orang lain untuk merasakan kesenangan adalah

salah satu tujuan utama komunikasi. (masi ada tambahan).

2.2. Komunikasi dalam komunitas

Komunikasi dalam komunitas adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan

di dalam komunitas tersebut baik formal maupun informal (De Vito,1997 : 340), apabila

komunitas semakin besar, maka demikian pula dengan pola komunikasinya juga akan

(2)

(empat) orang akan lebih sederhana komunikasinya dibandingkan dengan komunitas

yang beranggotakan seribu orang.

Dalam Komunikasi pada sebuah komunitas terdapat arah arus informasi ke atas

dan ke bawah (De Vito, 1997). Arus komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim

dari tingkat hirarki yang lebih rendah (anggota komunitas) ke tingkat atas (pemimpin

komunitas). Arus komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat

hierarki yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Selain kedua arah komunikasi tersebut, terdapat juga arah komunikasi yang

lateral, artinya arah komunikasi yang sejajar, antar teman, antar pemimpin perusahaan

dan sebagainya, komunikasi komunitas pada arah ini memperlancar pertukaran informasi

karena komunikator dan komunikan berada pada derajat tingkatan hierarki yang sama.

2.3. Pengertian Komunitas

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang

seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para

anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Proses

pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individu-individu yang

kedudukannya setara.

Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan

berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama,

adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang

biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.

Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah

geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme

yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta

mengembangkan kemampuan kelompoknya.

2.4. Pengambilan Keputusan Kelompok

Keyakinan bahwa dua kepala lebihbaik daripada satu yang diperlihatkan sistem juri

telah lama diterima sebagai komponen dasar sistem hukum amerika Utara dan banyak

(3)

banyak keputusan dalam organisasi yang dibuat oleh kelompok, tim, atau komite. Dalam

bagian ini, kita mendiskusikan pengambilan keputusan kelompok.

Pengambilan keputusan kelompok dapat secara luas digunakan dalam organisasi,

tetapi apakah hal tersebut mengimplikasikan bahwa keputusan-keputusan kelompok

lebih disukai dibandingkan yang dibuat oleh seorang individu sendirian? Jawaban untuk

pertanyaan ini bergantung pada sejumlah faktor. Marilah kita mulai dengan melihat pada

keunggulan dan kelemahan pengambilan keputusan kelompok.

Keunggulan pengambilan keputusan kelompok. Kelompok dapat menghasilkan

informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan menjumlahkan sumber-sumber daya dari beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan ke dalam

proses pengambilan keputusan. Selain masukan yang lebih banyak, kelompok dapat

membawa heterogenitas kedalam proses pengambilan keputusan. Mereka menawarkan

semakin meningkatkanya keragaman pandangan. Hal ini membuka kesempatan terhadap lebih banyak pendekatan alternatif untuk dipertimbangkan. Akhirnya, Kelompok dapat

meningkatkan penerimaan atas sebuah solusi. Banyak keputusan gagal setelah pilihan terahkir dibuat karena orang-orang tidak menerima solusi tersebut. Anggota kelompok

yang berpartisipasi dalam pengambilan sebuah keputusan kemungkinan akan mendukung

keputusan tersebut dengan antusias dan mendorong orang lain untuk menerimanya.

Kelemahan pengambilan keputusan kelompok. Selain dari kelebihan-kelebihan yang

telah diketahui, keputusan kelompok memiliki kekurangan-kekurangan. Keputusan

kelompok lebih memakan waktu karena kelompok-kelompok biasanya membutuhkan

waktu lebih banyak untuk mencapai sebuah solusi dibandingkan dengan bila seorang

individu yang mengambil keputusa tersebut. Keinginan para anggota kelompok untuk

diterima dan dianggap sebagai aset di dalam kelompok tersebut dapat berakibat

menghentikan perbedaan pendapat yang ada. Akhirnya keputusan kelompok menderita

dengan adanya tanggung jawab ambigu. Dalam keputusan individual, sudah jelas siapa yang bertanggung jawab untuk hasil akhirnya. Dalam sebuah keputusan kelompok,

tanggung jawab dari anggota tunggal tidak jelas.

2.5. Pemikiran Kelompok

Group think merupakan proses berpikir dan mengambil keputusan ketika kelompok

(4)

kesepakatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang

dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive avoidance,

yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan.

Konsep groupthink merupakan hasil kohesivitas dalam kelompok yang pertama kali

dibahas secara mendalan oleh Kurt Lewin di tahun 1930 sejak itu groupthink dilihat

sebagai variable penting untuk efektivitas kelompok.

Kemudian groupthink dirumuskan menjadi teori groupthink dari penelitian panjang oleh Irvin L Janis. Melalui karya “victims of groupthink : A Psychological Study of Foreign Decisions and Fiascoes (1972)”, Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu),

kerika usaha-usaha yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata

mufakat (kebulatan suara) telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai

alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Dari sinilah groupthink dapat didefinisikan sebagai

satu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukan tumbuhnya

kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan

oleh tekanan-tekanan kelompok (mulyana, 1999).

Sementara groupthink menurut Rakhmat (2005) adalah proses pengambilan keputusan

yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, dimana anggota-anggota berusaha

mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak

efektif lagi.

Dalam devinisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan

menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih

spesifikasi terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar

kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat

merugikan kelompok (Sarwoni, 1999). Selanjutnya diperjelas oleh Janis , bahwa

kelompok yang sangat kompak (cohesiveness) dimungkinkan terlalu banyak menyimpan

atau mengivfestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompok ini, sehingga

mengorbankan proses keputusan yang baik dari proses tersebut.

Kelompok dapat menghindari groupthink dengan dua tahap: discouranging leader

bias, dan menghindari isolasi kelompok. Kelompok jangan sampai dominan, dan

(5)

rencana kebijakan kelompok dapat dibagi kedalam sub group yang berbeda dengan

pemimpin semula.

Lahirnya groupthink didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi

kelompok yang telah dikembangkan oleh Raimond Cttel, yaitu melalui penelitian yang di

fokuskan pada kepribadia kelompok sebagai tahap awal. Teori yang dibangun

menunjukan bahwa terdapat pola-pola tetap dari perilaku keompok yang dapat

diprediksi, yaitu:

1. Sifat-sifat dari kepribadian kelompok

2. Struktur internal antara anggota

3. Sifat keanggotaan kelompok

Temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu

pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan anatara pribadi dengan kelompok.

Hal ini lah yang memunculkan satu hipotesis dari jenis untuk menguji dari beberapa

kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusan-kepotusan yang dibuat kelompok.

Hasil pengujian ilmiah yang dilakukan Janis. Menunjukan bahwa terdapat suatu

kondisi yang mengarah pada munculnya keputusan kelompok yang tinggi, tetapi tidak

dibarengi dengan hasil keputusan keompok yang baik (ineffective output.) Asumsi

penting dari groupthink. Sebagaimana dikemukakan West Turner (2007) adalah :

1. Terdapat kondisi-kondisi didalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas

tinggi.

2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.

3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat

kompleks.

Hasil akhir analisa Janis, menunjukan beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok

dalam membuat keputusan, yaitu:

(6)

2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi

dievaluasi atau dikaji ulang.

3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah

dipertimbangkan kembali.

4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.

5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias

pada pihak anggota.

6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain

akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan antissipasinya.

7. Saran kebijakn tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.

Ilustrasi analisa Janis selanjutnya mengungkapkan kondisi nyata suatu kelompok yang

dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukan delapan gejala perilaku

kelompok sebagai berikut:

1. Persepsi yang keliru (illusions),Bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak akan

terkalahkan.

2. Rasionalitas kolektif,dengan cara membenarkan hal-hal yang salah sebagai masuk

akal.

3. Percaya pada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok.

4. Stereotip terhadap kelompok lain (menganggap buruk kelompok lain).

5. Tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat

kelompok.

6. Sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari konsensus kelompok.

7. Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat.

8. Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi

yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok

(7)

Sejalan dengan itu, teori mengenai keputusan kelompok yang dikembangkan oleh

Hirokawa, memberikan beberapa kontribusi pemikiran mengenai kesalahan keputusan yang

menganggap sepele penyimpulan dari suatu proses pengambilan keputusan, yaitu:

1. Penafsiran yang tidak akurat terhadap suatu permasalahan yang dihadapi oleh

kelompok.

2. Sumber gangguan dalam proses pengambilan keputusan, terletak pada ketidak

tepatan menentukan sasaran dan objek yang dikaji.

3. Ketidak tepatan menentukan taraf kualitas penafsiran mengenai baik-buruk dan

benar-salah.

4. Kelompok sengaja dibiarkan membangun ketidakakurasian dalam mengambil

informasi dan sumbernya, kadang kala terjadi penampilan terhadap informasi yang

bernilai valid dan sebaliknya. Sedangkan banyak informasi bahkan tidak tertata

atau terseleksi dengan baik dan semakin membingungkan, namun informasi yang

kurang berarti justru dengan mudah terungkap.

5. Kelompok boleh jadi melakukan kesalahan dengan alasan keliru dalam menyerap

informasi dari sumbernya, namun hal ini dapat teratasi dengan pendekatan

komunikatif dari para anggotanya.

Berdasarkan penelitian yang berkembang pada periode selanjutnya, diperoleh

hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu

(Sarwono, 1999):

1. Faktor Anteseden

Kalau hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok,

maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau

hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka

keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.

2. Faktor Kebulatan Suara

Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam

pikiran kelompok, daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak.

(8)

Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan

pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang diikatnya lugas dan berdasarkan

tugas belaka cenderung lebih rendah ikiran kelompoknya.

4. Toleransi Terhadap Kesalahan

Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan-kesalahan dibiarkan dari pada tidak

ada toleransi atas kesalahan kesalahan yang ada.

Setelah dilakukan pengujian atas berbagai hipotesis tersebut, serta didukung oleh

data-data historis dari peristiwasukses di Amerika khususnya disebabkan oleh proses yang

baik dalam pembuatan keputusan kelompok, maka ada beberapa saran untuk pemimpin

kwlompok pwrlu melaksanakan aktifitas dengan mengkondisikan kelompok seperti berikut

ini.

1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran

kelompok dengan sengja konsekuensinya.

2. Ditekankan adanya keberpihakan atas posisi yang lain.

3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan

dan menguraikan keraguan.

4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.

5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat

kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal

dari setiap anggota.

6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain

(saingan), dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan

ataupun kemungkinan lain yang dinilai membahayakan.

7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk

mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda.

8. Menyediakana waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghindari

(9)

9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan

secara terbuka diforum lain, dengan catatan semata-mata hasilnya untuk kelompok.

10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent),

untuk bekerja secara bersama-sama dalam memecahkan suatu persoalan.

Proses pembuatan keputusan yang menggunakan kiat-kiat tersebut, dapat memakan

waktu yang panjang. Namun manfaat yang dapat diperoleh sangat luar biasa, yaitu

kepastian mengurangi kesalahan sampai tingkat terendah dari proses pengambilan

keputusan. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran lebih nyata, bahwa untuk

mencapai keputusan kelompok yang baik, maka pikiran kelompok harus diubah menjadi

pikiran tim. Sedangkan untuk memperoleh pelaksanaan prosedur yang baik dan akurat,

sedapat mungkin dikurangi desakan yang disarkan pada alasan keterbatasan waktu

(Sarwono, 1999).

2.6. Penelitian sebelumnya

NO PENELITIAN HASIL PENELITIAN

1 Indah Ratnasari, 2014,

Dengan menggunakan metode studi kasus pada

Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK),penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika

komunikasi kelompok dalam prosespengambilan

keputusan pada kasus Himpunan Pedagang Pasar

Klewer Surakarta pascakebakaran 27 Desember 2014

berdasarkan groupthink theory. Selain itu, penelitian

inibertujuan untuk mengidentifikasi aspek dinamika

komunikasi kelompok Himpunan Pedagang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya

keterlibatan suatu tim kerjauntuk membantu public

relations dalam membuat suatu event atau acara. Tim

kerja merupakan kelompok pekerja yang berasal dari

berbagai divisi yang berbeda yang berkumpul lalu

(10)

perencanaan event malam

pergantian tahun baru 2013 di

Hotel Jayakarta Lombok)

bersama-sama dalam menangani suatu proses dalam

organisasi. Salah satu faktor penting yang dapat

menjadi penentu kualitas dari sebuah tim adalah

dinamika komunikasi yang terjadi di dalamnya.

Dinamika komunikasi pada sebuah tim atau kelompok

kecil merujuk pada interaksi tatap muka dan

pertukaran informasi yang terjadi antar anggota,

dalam melakukan tugas pribadi, melengkapi

kebutuhan personal dan mencapai tujuan bersama.

Groupthink merupakan teori yang dipakai sebagai

acuan dasar untuk meneliti dinamika komunikasi tim

kerja public relations Hotel Jayakarta Lombok dalam

rangka perencanaan event malam pergantian tahun

baru 2013. Peneliti menggunakan teknik wawancara

mendalam agar peneliti dapat menemukan fakta-fakta

yang tidak terlihat, namun dirasakan oleh anggota tim,

seperti groupthink theory yang memang berfokus

pada hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan oleh

anggota tim pada saat bekerja dan berdiskusi dengan

timnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dinamika komunikasi tim kerja public relations Hotel

Jayakarta Lombok dalam rangka perencanaan event

malam pergantian tahun baru 2013 mengalami adanya

beberapa kondisi groupthink yang menyebabkan

beberapa anggota tim lebih memilih untuk diam

dibandingkan mengemukakan pendapatnya saat rapat

berlangsung. Meskipun begitu, tidak semua kondisi

dan gejala yang dipaparkan dalam teori terjadi saat

rapat. Pada dasarnya, semua anggota tim tetap saling

menjaga keutuhan tim dengan saling mengisi dan

tidak ada yang mendominasi. Segala tugas yang

diberikan oleh ketua tim, didiskusikan bersama, dicari

(11)

dengan tugas departemen masing-masing.

3 Widyanti Nur Shabrina

Kusmaryo, 2014, Groupthink

dan Komunikasi Kelompok

Out-Group (Studi Kasus

Fenomena Groupthink dalam

Berkomunikasi dengan

Kelompok Out-Group di

Kalangan Komunitas Jali-Jali

Universitas Sebelas Maret

Surakarta).

Dari hasil analisis yang dilakukan, ternyata

kohesivitasdalamkomunitasJali-Jaliyang

menyebabkanterbentuknya groupthink di

dalamKomunitasJali-Jali. Kemudian groupthink

tersebutterbentuksikapstereotypekomunitasJali-Jaliterhadapmahasiswalokal (out-group) yang

rata-rata beretnisJawa

2.7. Kerangka Berpikir

Komunitas RAC Salatiga

Permasalahan Komunitas

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jumat, tanggal Dua Puluh Lima bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pembelajaran metode praktikum berbasis keterampilan proses lebih baik dibandingkan dengan metode praktikum biasa terhadap

Pada hari ini Jumat, tanggal Dua Puluh Lima bulan Agustus tahun Dua Ribu Tujuh Belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum

− Haruskah siswa dilarang akses Internet atau bahkan sekolah tidak boleh memiliki akses Internet sehingga terhindar dari kerusakan mental dan moral. − Haruskan sekolah memiliki

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Menurut Eko Supriadi faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana penggunaan alat penangkapan ikan jaring garuk kerang yang dilarang

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) .... Kajian Penelitian

Jika sudah begitu, sebaiknya Anda tidak memaksakan diri untuk menulis, selain tidak baik bagi kesehatan juga akan berdampak dengan tulisan yang akan Anda buat.. Cobalah