• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Transparansi dalam Kegiatan Bancassurance Terkait Adanya Perjanjian Tertutup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Transparansi dalam Kegiatan Bancassurance Terkait Adanya Perjanjian Tertutup"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEGIATAN USAHA BANCASSURANCE DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

A. Perkembangan Bancassurance

1. Latar belakang timbulnya bancasssurance

Kehidupan masyarakat pada saat ini dengan berbagai pekerjaan juga

kesibukan yang semakin mengimpit dan mendesak sehingga memakan begitu

banyak waktu, pada akhirnya membuat masyarakat tidak mempunyai waktu untuk

berlama-lama dan membutuhkan suatu yang sederhana dan kompleks dalam

memenuhi kebutuhan termasuk dalam urusan keuangan dan perlindungan diri

ataupun keluarga. Jika memang bisa melakukan berbagai kegiatan dan urusan

dalam bidang keuangan dan perlindungan sekaligus, maka tidak perlu harus

bersusah-susah melakukan urusan tersebut secara terpisah.

Bank sebagai lembaga keuangan dan perusahaan asuransi sebagai lembaga

keuangan non-bank yang menjamin perlindungan. Pada dasarnya perusahaan

asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka mengadakan penawaran/ menawarkan

suatu perlindungan/proteksi serta harapan pada masa yang akan datang kepada

individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain,

atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu

peristiwa yang tidak tertentu atau belum pasti.

Bentuk kerja sama antara bank dan perusahaan asuransi dimana terjadi

(2)

bancassurance. Pada prinsipnya, bancassurance merupakan sistem penjualan produk asuransi melalui saluran distribusi bank. Istilah “bancassurance“ berasal dari bahasa Perancis, tempat lahirnya produk dan sistem bancassurance.30

Produk bancassurance yang lahir di Perancis kemudian berkembang dan khususnya di seluruh negara-negara Eropa maju pesat. Produk ini pertama kali

diperkenalkan tahun 1970-an, namun baru dipasarkan secara efektif di negara

tersebut pada tahun 1980.31 Istilah yang dipergunakan untuk menyatakan

bancassurance di negara asalnya adalah “Bank Insurance Model (BIM)” yang menggambarkan kemitraan/kerjasama yang saling menguntungkan antara bank

dan perusahaan asuransi dalam memasarkan produk asuransi.32

2. Pengertian bancassurance

Istilah bancassurance sesungguhnya telah disebutkan di dalam Peraturan Bank Indonesia, yaitu bahwa laporan terkait aktivitas tertentu meliputi antara lain

laporan pelaksanaan keagenan dan/atau laporan pelaksanaan kegiatan

bancassurance.33

Menurut Lafferty Business Research, bancassurance adalah distribusi produk asuransi jiwa melalui kantor-kantor cabang bank. Istilah lainnya yang

sering dipakai untuk menjelaskan bancassurance adalah bank-insunrance atau Meskipun demikian, pengertian bancassurance tidak dimuat sama sekali.

30

Ketut Sendra, Bancassurance = Bank + Asuransi ( Jakarta: Penerbit PPM, 2007), hlm.1.

31

Ketut Sendra, Loc Cit. 32

Yenny Sigalingging, Sejarah Bancassurance, http://www.sejarah-bancassurance.html (diakses tanggal 12 Januari 2016)

33 Penjelasan Pasal 11 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 Tentang

(3)

allfinanz. Asia Insurance Review menyebutkan bancassurance sebagai “ The provision of a complete range of banking, investment and insurance products and services, to meet the individual needs of the customers of the bank and it’s associates. (Ketentuan yang lengkap dan jelas mengenai produk dan jasa perbankan, asuransi maupun investasi untuk memenuhi kebutuhan individu

nasabah).34 Sedangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP

Tahun 2010, yang dimaksud dengan aktivitas kerjasama pemasaran antara bank

dengan perusahaan asuransi yang selanjutnya disebut bancassurance ini adalah aktivitas kerjasama antara bank dengan perusahaan asuransi dalam rangka

memasarkan produk asuransi melalui bank.35

Bancasurrance menurut G.M. Verrijn Stuart, adalah layanan bank dalam menyediakan produk asuransi yang memberi perlindungan dan produk investasi

untuk memenuhi kebutuhan finansial jangka panjang. Bank merupakan salah satu

badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan

alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan

jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.36

Sisi hukum dari bancassurance yakni merupakan aktivitas hukum yang timbul dari perjanjian antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana

bank sepakat untuk bertindak sebagai agen penjualan produk-produk asuransi di

dalam wilayah jangkauan pasar yang dimiliki oleh bank tersebut. Dari hasil

penjualan produk asuransi tersebut, bank akan mendapatkan pembayaran dalam

34

Manoj Kumar, “Marketing and Distribution Channel in Bancassurance”. Harian Singapore Asian Insurance Review, 1998.

35

Surat Edaran BI No.12/35/DPNP butir I. 1

36

(4)

bentuk fee ataupun komisi dalam jumlah yang telah disepakati. Dari pengertian di atas, terlihat bahwa hubungan hukum yang terbangun antara pihak perusahaan

asuransi dengan pihak bank lebih pada hubungan keagenan dimana pihak bank

bertindak sebagai agen (sales representative) yang menjual produk-produk asuransi mitra berkontraknya, di wilayah aktivitasnya sebagai bank.37

Bancassurance dibentuk untuk melayani kebutuhan nasabah dan memberikan solusi yang menyeluruh kepada nasabah bank, serta melakukan

proteksi terhadap risiko bank. Dan tujuan bancassurance bagi bank itu sendiri ialah untuk meningkatkan fee based income, loyalitas nasabah dan efektifitas penjualan dalam bank serta melakukan proteksi terhadap risiko bank.38

3. Bancassurance di Indonesia

Bancassurance di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an. Saat itu yang dikembangkan hanyalah asuransi kredit yang merupakan bagian kecil

dari bancassurance. Selanjutnya mulai tumbuh pola yang mengikuti bentuk

bancassurance, seperti Lippo Bank dan Lippo Life (sekarang AIG Life) dengan produk Warisan-nya, BCA dan Indolife dengan produk Study Save-nya, Bank Niaga dan Niaga Cignalife, BRI dan BRIngin Life, Danamon dan Zurich Life

dengan produk Primajaga-nya. Baru pada tahun 2000-an bisnis bancassurance di Indonesia mulai semarak dan dijadikan alternatif distribusi yang menguntungkan

bank, perusahaan asuransi maupun nasabah. Bank yang mengembangkan bisnis

bancassurance sebagai unit bisnis antara lain BNI dengan BNI Life, Bank NISP

37

Ricardo Simanjuntak, “Tinjauan Hukum Bancassurance di Indonesia,”

(diakses 20 November 2015)

38

(5)

dengan Alliance Life dan Great Eatren Life Indonesia, Standard Chartered Bank

dengan Alliance Life, Bank Mandiri dengan Axa Mandiri Life, Bank Mega

dengan Mega Life, Takaful dengan Bank Muamalat.39

Terdapat berbagai produk bancassurance seperti produk kredit pemilikan rumah yang disertai dengan asuransi kebakaran bagi rumah dan asuransi jiwa bagi

nasabah peminjam/debitur, atau kendaraan bermotor yang disertai dengan

asuransi kerugian, kredit kepada pegawai/pensiunan yang disertai dengan asuransi

jiwa terhadap nasabah peminjam/debitur, bundled product dan lain sebagainya. Namun produk-produk asuransi yang digunakan pada aktivitas bancassurance

pada umumnya merupakan asuransi jiwa. Bahkan di Asia, 72 % produk

bancassurance adalah asuransi jiwa.40

Beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan bancassurance begitu pesat, antara lain:41

a. turunnya suku bunga dan depresi global, diyakini sebagai faktor utama

yang menyebabkan perbankan gencar mencari alternatif pendapatan di luar

bunga (fee based income);

b. bahwa upaya kerjasama dengan lembaga asuransi yang memiliki reputasi

internasional, akan meningkatkan brand image bank (lokal) yang terlibat dan dengan adanya diversifikasi produk akan membuat bank tersebut

menjadi lebih bonafit di mata nasabahnya;

39

Hendry Risjawan, “Bancassurance, Layanan Satu Atap yang Menggiurkan,” http://www. wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1624 ( diakses tanggal 7 Januari 2016).

40

(6)

c. bagi perusahaan asuransi sendiri, bancassurance menjadi suatu cara untuk meningkatkan kemampuan penetrasi pasar dengan memanfaatkan

database nasabah dan jaringan kantor bank. Hal ini menjadi penyebab mengapa umumnya lembaga asuransi yang gencar melakukan kerjasama

ini adalah asuransi asing yang belum memiliki jaringan pada pasar lokal

dengan memilih bank lokal yang mempunyai jaringan kantor yang luas;

d. bagi nasabah, bancassurance memiliki nilai tambah tersendiri. Kemudahan dalam pelayanan sebagai suatu one stop finance service dan tawaran premi yang umumnya lebih ringan menjadi nilai tambah tersendiri

bagi nasabah;

Demikian pula di Indonesia, praktik bancassurance timbul dan berkembang dengan baik. Terdapat dua alasan utama yang mendorong bisnis bancassurance

dapat berkembang, antara lain:42

a. Tuntutan kebutuhan nasabah yang semakin berkembang saat ini

Tuntutan kebutuhan nasabah sekarang ini semakin tinggi. Orang-orang

kaya sangat demanding, hampir setiap bank memiliki layanan khusus bagi para nasabah ’berduit’ yang disebut dengan layanan priority banking dimana mereka akan mendapatkan prioritas layanan dibandingkan nasabah umum lainnya.

Kebanyakan nasabah sekarang sudah semakin pintar, dan mereka menginginkan

agar bank menyediakan produk yang dapat memberikan return yang tinggi atas investasi dana yang mereka tempatkan. Melalui produk bancassurance, nasabah

42

(7)

akan mendapatkan manfaat antara lain adanya rekomendasi atau advise yang diberikan oleh financial adviser di cabang-cabang bank.

b. Posisi bank sebagai lembaga keuangan yang strategis

Bank memiliki distribution channel yang luas melalui cabang bank biasa atau priority banking, maupun electronic channel yang sudah semakin canggih. Sehingga bank dianggap sangat strategis untuk memasarkan produk asuransi.

Demikan juga dengan adanya financial adviser atau financial planner akan membantu nasabah dalam mengelola keuangan mereka secara lebih bijaksana dan

menguntungkan.

Bank akan mencari mitra perusahaan asuransi yang bisa memberi value. Begitu juga dengan perusahaan asuransi, mereka akan mencari bank mana yang

punya database yang banyak dan cabang yang luas. Karena, kekuatan

bancassurance adalah channel distribution. Makin banyak jumlah cabang akan makin banyak kesempatan untuk mendapatkan bisnis atau revenue.

4. Manfaat bagi para pihak dalam kegiatan bancassurance

Bancassurance dalam kegiatannya dapat memberikan manfaat ataupun keuntungan bagi para pihak baik pada bank, perusahaan asuransi maupun

nasabah. Berikut adalah manfaat yang dapat diperoleh masing-masing pihak.

a. Bagi pihak bank 43

1) Memperkuat produk dan meningkatkan pangsa pasar.

2) Produk bancassurance sebagai salah satu strategi mengurangi ketidakpastian sumber pendanaan.

(8)

3) Meningkatkan efisiensi.

4) Meningkatkan loyalitas nasabah.

5) Memaksimalkan potensi penjualan dan costumer data based yang ada di bank.

6) Meningkatkan brand image bank (lokal).

7) Staf bank yang memasarkan produk bancassurance mendapatkan pengetahuan baru tentang perasuransian yang memungkinkan mereka

menjadi perencana keuangan (financial planner atau financial consultant ).

8) Bancassurance dapat dijadikan diversifikassi produk bank, di luar produk-produk perbankan pada umumnya. Keuntungan ini dapat

dirasakan secara signifikan apabila nama produk bancassurance

tersebut mendekati nama dan istilah perbankan.

9) Merupakan sumber pendapatan (fee based income) dan sumber penggalian dana baru di luar jasa perbankan lainnya.

10) Menciptakan kesetiaan nasabah (customer retention) , karena kebutuhan jasa keuangan yang lengkap dapat dilayani oleh bank itu

sendiri.

11) Memberikan peluang penghimpunan dan pengelolaan dana masyarakat

melalui setoran pembayaran premi asuransi, karena dana yang

terakumulasi di bank dapat dimanfaatkan oleh pihak banksesuai

kesepakatan dan perjanjian dengan pihak perusahaan asuransi.

(9)

13) Produk dapat dibuat secara khusus untuk melengkapi produk perbankan

bank dan nasabah bank.

b. Bagi pihak perusahaan asuransi

1) Bagi perusahaan asuransi bertambahnya saluran distribusi, akan

memperluas pasar dan secara otomatis akan menambah pendapatan dari

premi asuransi baru (new business) maupun premi lanjutannya (renewal).

2) Perusahaan asuransi dapat memposisikan diri sebagai lembaga jasa

keuangan yang tidak hanya menjual jasa asuransi melalui keagenan

ataupun broker.

3) Proses underwriting-nya lebih sederhana karena persyaratannya yang cukup sederhana dan keputusannyapun hanya memilih diterima atau

ditolak. Umumnya proses underwriting pada produk bancassurance

sederhana dan singkat serta diberlakukan sebagai asuransi kumpulan

atau kolektif.

4) Biaya distribusi dan administrasi yang rendah karena penjualannya

dilakukan oleh staf bank dan telah terintegrasi dengan teknologi dan

sistem perbankan yang ada. Perusahaan asuransi tidak harus

mengeluarkan biaya promosi yang besar untuk mempromosikan

perusahaannya, cukup membantu biaya promosi produk bancassurance

(10)

5) Perusahaan asuransi tidak dalam kendali pihak bank, karena

kesemuanya bekerja sesuai dengan kontrak kerja sama bancassurance

yang sangat berbeda dengan perjanjian keagenan.

6) Mendapatkan kemudahan dalam transaksi dan transfer dana, karena

kesemuanya dapat dilakukan secara otomatis menggunakan teknologi

perbankan. Dana premi dapat ditempatkan dalam bentuk deposito di

bank untuk mendapatkan bunga dan demikian juga dapat segera ditarik

atau dialihkan tanpa mengalami kesulitan. Transaksi dapat dilakukan

secara cepat, seperti dialihkan untuk membayar kewajiban klaim

asuransi kepada tertanggung yang sekaligus sebagai nasabah bank.

c. Bagi nasabah44

1) Kemudahan dalam bertransaksi.

2) Mendapatkan pelayanan perbankan yang lebih luas, membeli asuransi

lebih mudah, sehingga nasabah lebih menghemat waktu dan biaya.

3) Istilah asuransi yang banyak sulit untuk dimengerti dapat dijembatani

dengan istilah perbankanyang sederhana dan mudah dimengerti

(consumer friendly).

4) Desain produknya sederhana dan dirancang mendekati produk

perbankan yang sangat memenuhi kebutuhan nasabah dan nasabah

tidak merasa bingung, namun nasabah akan merasa membeli produk

atau jasa perbankan dengan fitur yang lengkap.

44

(11)

5) Produk dan jasa perbankan yang dibeli dapat memberi perlindungan

atas jiwa dan benda yang diasuransikannya.

6) Nasabah merasakan adanya kepastian atas produk yang dibelinya,

karena tempat membelinya jelas dan setiap permasalahan yang

dirasakan memiliki tempat pengaduan yang jelas pula.

7) Nasabah akan mendapatkan produk asuransi yang dipercaya dengan

tingkat premi asuransi yang lebih rendah.

Di samping itu, terdapat keuntungan lain yang dapat diperoleh nasabah dari

produk bancassurance antara lain:45

1) Dapat digunakan untuk berbagai tujuan investasi.

2) Pilihan dana investasi yang beragam, sesuai dengan besarnya toleransi

terhadap risiko dan potensi keuntungan yang sesuai dengan keinginan

nasabah.

3) Jumlah perlindungan jiwa dapat dipilih dan dapat ditambahkan sesuai

kebutuhan.

4) Kebebasan untuk melakukan penambahan maupun penarikan dana

sewaktu-waktu dan perlindungan asuransi nasabah tetap berjalan.

5) Pertumbuhan dana investasi dapat dipantau setiap hari.

B. Bentuk- Bentuk Kegiatan Bancassurance

Sampai saat ini di Indonesia keberadaan bancassurance masih belum diatur secara hukum dengan tegas, hanya melalui Surat Edaran BI, yang mana

45

(12)

sebuah surat edaran hanya lah memiliki kekuatan untuk mengatur dan hanya

sebagai panutan dan rujukan dalam pelaksanaan suatu prinsip atau menjalankan

suatu program kegiatan dalam dunia lembaga keuangan. Berbeda apabila diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang

mana sebuah peraturan memiliki ketentuan hukum yang jelas dan harus diikuti

dan dilaksanakan secara menyeluruh oleh lembaga ataupun perusahaan yang

ditunjuk dan diberi perintah dalam peraturan tersebut. Surat Edaran sebagaimana

diketahui hanya seperti surat pemberitahuan saja dan surat pemberitahuan

bukanlah sesuatu yang wajib diikuti namun dapat dijadikan sebagai suatu

pedoman dan rujukan untuk dilaksanakan. Sedangkan sebuah peraturan yang

dikeluarkan oleh suatu lembaga yang memiliki kewenangan haruslah dituruti oleh

lembaga-lembaga ataupun perusahaan yang ditunjuk oleh peraturan tersebut dan

wajib dikenakan sanksi apabila ketentuan dalam peraturan tersebut tidak

dilaksanakan.

Produk hukum yang dikeluarkan Bank Indonesia yang dimaksud untuk

memberikan aturan terhadap dunia perbankan menggunakan istilah surat edaran

yang tidak dikenal dalam sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa kementerian mengeluarkan peraturan di bidangnya dengan

menggunakan sebutan keputusan menteri, dan beberapa lainnya menggunakan

istilah peraturan menteri dan surat edaran menteri. Keputusan presiden yang

bersifat mengatur dengan keputusan presiden yang bersifat penetapan

(13)

tidak jelas kedudukan masing-masing sebagai salah satu bentuk peraturan

perundang-undangan yang bersifat mengatur.46

Perlu dibedakan dengan tegas antara putusan-putusan yang bersifat

mengatur (regeling) dari putusan-putusan yang bersifat penetapan administratif (beschikking) dalam rangka mewujudkan penyusunan tertib peraturan perundang-undangan.47 Semua pejabat tinggi pemerintahan yang memegang kedudukan

politis berwenang mengeluarkan keputusan-keputusan yang bersifat administratif,

misalnya untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat, membentuk dan

membubarkan kepanitiaan, dan sebagainya. Secara hukum, semua jenis putusan

tersebut dianggap penting dalam perkembangan hukum nasional. Akan tetapi,

pengertian peraturan perundang-undangan dalam arti sempit perlu dibatasi

ataupun sekurang-kurangnya dibedakan secara tegas karena elemen pengaturan

(regeling) kepentingan publik dan menyangkut hubungan-hubungan hukum atau hubungan hak dan kewajiban di antara sesama warganegara dan antara

warganegara dengan negara dan pemerintah.48

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan) mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan yaitu: 49

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

46

NPD Sinaga, “Probmatika SEMA,” Artikel dalam FORUM PENGADILAN, tanggal 3 Mei 2011, hlm. 37.

47

Bagir Manan, Kecendrungan Histories Pasal 18 UUD 1945 (Jakarta : UNISCA, 1993), hlm. 3.

48

Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang (Jakarta : Konstitusi Press, 2006), hlm. 37.

49

(14)

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

d. Peraturan Pemerintah.

e. Peraturan Presiden.

f. Peraturan Daerah Provinsi.

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Undang-undang menyebutkan jenis peraturan perundang-undangan selain

dimaksud di atas dalam undang-undang yaitu peraturan yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,

Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang

setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah

Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau

yang setingkat. 50 Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diuraikan

beberapa kedudukan surat edaran adalah sebagai berikut:51

1. Surat edaran adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, penjelasan

dan/atau petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan

mendesak.

50

UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, (Pasal 8 ayat (1) )

51

(15)

2. Surat edaran tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk menganulir peraturan

menteri, apalagi Perpres atau PP tetapi semata-mata hanya untuk memperjelas

makna dari peraturan yang ingin diberitahukan.

3. Surat edaran mempunyai derajat lebih tinggi dari surat biasa, karena surat

edaran memuat petunjuk atau penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan

berdasarkan peraturan yang ada. Surat edaran bersifat pemberitahuan, tidak

ada sanksi karena bukan norma.

4. Surat edaran merupakan suatu perintah pejabat tertentu kapada

bawahannya/orang di bawah binaannya.

5. Surat edaran sering dibuat dalam bentuk surat edaran menteri, surat edaran

tidak mempunyai kekuatan mengikat keluar karena pejabat yang

menerbitkannya tidak memiliki dasar hukum menerbitkan surat edaran.

6. Pejabat penerbit surat edaran tidak memerlulan dasar hukum karena surat

edaran merupakan suata peraturan kebijakan yang diterbitkan semata-mata

berdasarkan kewenangan bebas namun perlu perhatikan beberapa faktor

sebagai dasar pertimbangan penerbitannya:

a. Hanya diterbitkan karena keadaan mendesak.

b. Terdapat peraturan terkait yang tidak jelas yang butuh ditafsirkan.

c. Substansi tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

d. Dapat dipertanggungjawabkan secara moril dengan prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik.

7. Surat edaran adalah suatu perintah atau penjelasan yang tidak berkekuatan

(16)

Kerjasama kegiatan bancassurance berdasarkan Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP Tahun 2010, diklasifikasikan dalam 3 bentuk/model bisnis dari

bancassurance tersebut, yaitu: 1. Kegiatan referensi52

Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk

asuransi, dengan bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan

suatu produk asuransi kepada nasabah. Peran bank dalam melakukan pemasaran

terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari

perusahaan asuransi mitra bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada

perusahaan asuransi untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah.

Aktivitas ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Referensi dalam rangka produk bank

Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang

menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah.

Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan

dan perlindungan kepada bank atas risiko terkait dengan produk yang diterbitkan

atau jasa yang dilaksanakan oleh bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada

hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai pihak

tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena bank sebagai penerima manfaat. Contoh produk bank yang mempersyaratkan

keberadaan asuransi adalah:

52

(17)

1) Kredit pemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran

terhadap rumah atau bangunan yang dibiayai oleh bank serta asuransi

jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

2) Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajiban asuransi kerugian

terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh bank.

3) Kredit kepada pegawai/pensiunan yang disertai kewajiban asuransi

jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

b. Referensi tidak dalam rangka produk bank

Bank mereferensikan produk asuransi yang tidak menjadi persyaratan

untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Aktivitas kerjasama

pemasaran ini dapat dilakukan melalui:

1) Bank meneruskan brosur, leaflet, dan/atau hal-hal sejenis yang memuat penawaran, informasi, dan/atau penjelasan dari perusahaan

asuransi mitra bank atas suatu produk asuransi kepada nasabah bank,

baik secara tatap muka maupun melalui surat dan media elektronik,

termasuk menggunakan website bank. Dalam hal nasabah memerlukan informasi lebih lanjut atau bermaksud membeli produk asuransi yang

direferensikan melalui pemasaran tersebut, maka bank harus

mengarahkan nasabah ke perusahaan asuransi mitra bank yang

bersangkutan.

2) Bank menyediakan ruangan di dalam lingkungan kantor bank yang

dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra bank dalam rangka

(18)

3) Bank menyediakan data nasabah yang dapat digunakan oleh

perusahaan asuransi mitra bank dalam rangka pemasaran produk

asuransi dengan mematuhi prinsi-prinsip sebagaimana dimaksud

dalam butir II.B.3 yaitu mengenai penggunaan data nasabah.

2. Kegiatan distribusi53

Kerjasama distribusi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran

produk asuransi, dengan bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara

memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung

kepada nasabah. Penjelasan dari bank dapat dilakukan melalui tatap muka dengan

nasabah dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website bank.

Peran bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi

produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra bank kepada nasabah, tetapi bank

juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi

seperti karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk yang dipasarkan dan

meneruskan minat atau permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah

kepada perusahaan asuransi mitra bank.

3. Kegiatan integrasi produk54

Integrasi produk merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk

asuransi, dengan bank berperan memasarkan produk asuransi kepada nasabah

dengan cara melakukan modifikasi dan/atau menggabungkan produk asuransi

dengan produk bank. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dilakukan oleh bank

53

Surat Edaran BI No.12/35/DPNP butir I. 1. b.

54

(19)

dengan cara menawarkan atau menjual bundled product kepada nasabah melalui tatap muka dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website bank.

Sebelum melakukan kegiatan kerjasama bancassurance yang telah dijelaskan sebelumnya, bank dan perusahaan asuransi terlebih dahulu melakukan

kerjasama kemitraan yang dalam praktik ada beberapa bentuk yaitu:55

1. Penggabungan pemasaran

Penggabungan pemasaran ini dapat berbentuk exclusive atau non exclusive. Exclusive berarti kedua belah pihak tidak dapat memasuki penggabungan pemasaran yang serupa dengan pihak lain. Sedangkan non exclusive berarti sebaliknya. Kelebihan dari bentuk kemitraan ini adalah tidak memerlukan modal yang besar, karena merupakan penggabungan dari produk dan

layanan dari bank dan perusahaan asuransi dengan dukungan jaringan distribusi

yang luas dan lebih dekat dengan konsumen.

Sistem bancassurance seperti ini harus diperkuat dengan suatu sistem perjanjian keagenan antara bank dan asuransi yang disebut dengan kontrak agensi.

Kontrak agensi ini berbeda halnya dengan kontrak asuransi atau yang biasa

disebut dengan polis. Karena polis adalah perjanjian atau kontrak antara

penanggung dan tertanggung mengenai segala macam yang diperjanjikan dalam

pertanggungan. Polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa

telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.56

55

Trisnawati Taswin, “Bancassurance Menjadi Mitra atau Pemasok” Harian Infobank

No. 285. Februari, 2003. 56

Abdulkadir Muhammad, HukumAsuransi Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

(20)

kontrak agensi ini adalah perjanjian antara bank dan perusahaan asuransi yang

isinya merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai saluran

distribusi produk asuransi melalui bank yang di dalamnya tercantum mengenai

hak dan kewajiban bank maupun pihak perusahaan asuransi.

2. Membentuk perusahaan distribusi joint venture

Perusahaan asuransi dan bank dalam bentuk ini sepakat untuk

membentuk suatu perusahaan baru. Karyawan perusahaan ini merupakan

gabungan antara karyawan dari bank dan asuransi serta mempunyai direksi

yang terpisah dari direksi bank atau direksi perusahaan asuransi. Produk dan

layanan dapat diciptakan bersama oleh bank dan asuransi di luar manajemen

perusahaan ini. Pada perusahaan distribusi joint venture ini ada kewajiban dari masing-masing pihak untuk menyetor sejumlah modal tertentu. Hal ini akan

menimbulkan komitmen jangka panjang dari masing-masing pihak. Selain itu,

dapat menciptakan center of excellent, karena masing-masing pihak akan menyumbangkan keahlian dan kemampuan inti mereka pada perusahaan ini.

3. Akuisisi57

Pada bentuk ini satu pihak mengakuisisi seratus persen saham pihak lain

yaitu bank atau perusahaan asuransi. Keuntungan dari akuisisi adalah pengaturan

dari satu pihak saja yang paling berkepentingan atas perusahaan ini, sehingga

adanya komitmen atas suksesnya perusahaan ini secara jangka panjang.

Kelemahannya adalah membutuhkan modal yang cukup besar, selain itu adanya

57

(21)

potensi terjadi ketidaksesuaian persepsi, visi dan misi pada tingkatan pelaksanaan

atau operasional.

Peran bank disini dapat dinyatakan yaitu meneruskan dan memberikan

penjelasan yang terkait dengan produk asuransi kepada nasabah. Kemudian juga

menindaklanjuti aplikasi nasabah atas bundled product, termasuk yang terkait dengan produk asuransi kepada perusahaan asuransi mitra bank.

C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Kerjasama Usaha Bancassurance

Awal dari adanya kegiatan bancassurance timbul dari perjanjian antara pihak bank dengan perusahaan asuransi. Sebuah perjanjian berisikan kesepakatan

antar para pihak akan hak dan kewajiban (prestasi) masing-masing, sehingga

berakibat hukum yakni pengenaan sanksi bagi pihak yang tidak menjalankan

kewajibannnya.

Pihak bank dalam perjanjian kerjasama kegiatan bancassurance ini bertindak sebagai agen dari produk asuransi tersebut. Agen perusahaan adalah

orang per seorangan atau badan usaha yang melayani beberapa pengusaha sebagai

perantara dengan pihak ketiga. Agen berfungsi memberikan jasa perantara dari

prinsipal atau penunjuk kepada konsumen di wilayah pemasaran tertentu. 58 Ciri

spesifik dari agen adalah sebagai berikut:59

1. Pihak yang menjual barang atau jasa untuk dan atas nama prinsipal.

58

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang I (Jakarta: Djambatan, 1995), hlm. 43.

59

(22)

2. Pendapatan yang diterimanya berupa komisi berdasarkan jumlah barang atau

jasa yang dijualnya kepada konsumen.

3. Barang dikirimkan langsung dari prinsipal ke konsumen jika antara agen

dengan konsumen mencapai suatu persetujuan.

4. Pembayaran atas barang yang telah diterima konsumen langsung kepada

prinsipal bukan melalui agen.

Karakteristik dari kontrak agensi adalah sebagai berikut :60

1. Agen dalam hal ini pihak bank tidak bertanggung jawab secara hukum

langsung kepada pembeli, tetapi yang bertanggung jawab adalah perusahaan

asuransi.

2. Agen dibatasi untuk satu territori tertentu.

3. Jangka waktu keagenan relatif singkat.

4. Titel kepemilikan terhadap prduk berpindah langsung dari pihak perusahaan

asuransi kepada pihak pembeli.

5. Merek dan logo tidak disediakan oleh agen.

Jenis perjanjian pada kerjasama kegiatan bancassurance ini dapat digolongkan kepada perjanjian tidak bernama (Ombenoemde Overeenkomst). Dikatakan perjanjian ini tidak bernama, karena perjanjian tersebut di dalam

praktik kehidupan sehari-hari mempunyai sebutan nama tertentu, tetapi tidak

diatur di dalam undang-undang, setidaknya di Indonesia belum diberikan

pengaturannya secara khusus.61

60Ibid.

61

(23)

Dasar hukum perjanjian tidak bernama tersebut berdasarkan kebebasan

berkontrak, yakni pada Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(selanjutnya disebut KUHPerdata) yang menyatakan bahwa semua perjanjian

yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata

yang menyatakan bahwa semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama

khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada

peraturan-peraturan umum. Sepanjang memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata

mengenai syarat sahnya kontrak,62

Sesuai dengan prinsip dalam kegiatan bancassurance, pihak bank-lah sebagai salah satu saluran dalam memberikan layanan produk asuransi dari

perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan pihak bank tersebut. Dalam

perjanjian kerjasama ini, bank memperoleh komisi (fee based income) dari premi yang diperoleh, selain itu kerjasama ini merupakan sarana efektif karena dana

maka perjanjian ini berlaku dan memiliki nilai

hukum.

Posisi bank sebagai agen akan lebih berhubungan dengan kepentingan

pihak perusahaan asuransi yang ‘mempekerjakannya’ untuk menjual produk

asuransi daripada kepentingan nasabah bank yang menjadi potensial produk

bancassurance yang dijual. Sebagai agen, secara hukum bank tidak menggantikan posisi perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung dalam

perusahaan asuransi.

62

(24)

premi dapat langsung disimpan di bank yang bersangkutan. Juga, perusahaan

asuransi nantinya juga memperoleh keuntungan dalam memperbesar preminya

melalui saluran distribusi bank untuk menjangkau nasabah atau tertanggungnya.

Perjanjian kerjasama ini ditetapkan juga bahwa jika perjanjian kerjasama antara

pihak bank dengan perusahaan asuransi berakhir, maka kedua belah pihak tetap

berkewajiban untuk melaksanakan segala kewajiban masing-masing yang masih

harus dilakukan berdasarkan perjanjian itu.

Praktik bancassurance ini, terdapat beberapa pihak yang terkait dalam perjanjian kerjasama tersebut. Yang kedudukan serta hak dan kewajiban

masing-masing para pihak akan diuraikan sebagai berikut :

1. Hak dan kewajiban para pihak63

a. Pihak bank

Pihak bank pada dasarnya dalam perjanjian kerjasama bancassurance

memiliki 2 kedudukan. Hal ini disebabkan karena di satu sisi pihak perbankan

adalah sebagai salah satu pihak dalam perjanjian kerjasama bancassurance

dengan perusahaan asuransi tersebut dan kemudian kedudukan pihak perbankan

sebagai tertanggung sebagai satu kesatuan dengan pihak nasabah yang akan

meneruskan dalam pembayaran premi kepada pihak perusahaan asuransi. Dalam

hal ini maka kewajiban dari pihak perbankan untuk mematuhi setiap isi perjanjian

kerjasama bancassurance yang telah disepakati tersebut di antara kedua belah pihak.

63

(25)

Maka dalam perjanjian kerjasama bancassurance tersebut yang menjadi kewajiban pihak bank adalah :

1) Memberikan premi yang telah dibayarkan oleh pihak nasabah, kepada

pihak perusahaan asuransi dimana tata cara pembayaran, perhitungan

maupun besarnya premi untuk masing-masing pemegang dan jenis

rekening ditutup asuransi didasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

2) Menyampaikan data peserta kepada pihak perusahaan asuransi baik

produk bancassurance dalam kegiatan referensi, distribusi maupun integrasi produk, serta melakukan pengurusan jika terjadi klaim dari

nasabah peserta asuransi terkhusus dalam produk bancassurance

dalam kegiatan referensi dengan jenis referensi dalam rangka produk

bank dan juga kegiatan integrasi produk.

Kemudian yang menjadi hak dari pihak perbankan adalah sebagai berikut :

1) Menentukan peserta atau nasabah konsumen produk bancassurance

yang akan dilakukan secara bertahap untuk masing-masing jenis-jenis

rekening dengan memperhatikan kondisi, peraturan yang berlaku dan

sumber daya yang tersedia pada pihak perbankan.

2) Memegang polis induk yang diterbitkan pihak perusahaan asuransi.

3) Mendapatkan komisi (fee based income) dari premi yang dibyarkan nasabah untuk disetor kepada pihak perusahaan asuransi

b. Pihak perusahaan asuransi

Pihak perusahaan asuransi juga memiliki dua kedudukan dalam

(26)

perjanjian kerjasama bancassurance tersebut dan sebagai pihak penanggung dalam praktik bancassurance ini. Maka kewajiban dari pihak asuransi adalah :

1) Menerbitkan polis induk untuk disampaikan kepada pihak perbankan

yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari

perjanjian.

2) Menanggung resiko atas kematian (asuransi jiwa); atas kecelakaan

(asuransi kecelakaan) atau atas kebakaran rumah (asuransi kebakaran

rumah).

Apabila terjadi resiko yang ditetapkan dalam suatu pertanggungan

asuransi maka sudah selayaknyalah perusahaan asuransi mebayarkan

uang pertanggungan. Demikian halnya dengan praktik kerjasama

bancassurance ini, perusahaan asuransi wajib membayar uang pertanggungan yang diperjanjikan dalam perjanjian asuransi kepada

nasabah. Namun prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah atau ahli

warisnya yang ingin mengajukan klaim tetap harus melalui pihak

perbankan. Maka untuk mengajukan klaim asuransi, maka nasabah

atau ahli waris harus melaporkan diri kepada pihak perbankan dengan

mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditentukan sebelumnya dalam

perjanjian asuransi yang digunakan oleh nasabah.

Kemudian yang menjadi hak dari perusahaan asuransi adalah :

1) Menerima premi yaitu sejumlah uang yang dibayarkan oleh pihak

(27)

2) Memeperoleh data nasabah pihak perbankan tersebut yang berhak

menerima pertanggungan.

2. Tanggung jawab para pihak terhadap produk asuransi

Bank dan perusahaan asuransi selaku pelaku usaha jika dikaitkan dengan

prinsip tanggung jawab maka harus ikut bertanggung jawab terhadap produk yang

dipasarkannya, diproduksinya, dan diperdagangkannya (product liability). Artinya pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas

penggunaan produk atau jasa yang dipasarkannya.64

Tanggung jawab pihak bank pada produk asuransi dapat dijabarkan

sebagai berikut yaitu:

Bank yang bertindak sebagai agen pada dasarnya harus memiliki

sifat-sifat yang diharapkan dari seorang agen yakni cermat sebagai konsultan asurani

kepada nasabah, jujur karena menawarkan produk jangka panjang bahkan seumur

hidup, berani karena premi asuransi yang ditawarkannya tidak dapat dinikmati

dalam waktu dini dan bersih karena mempertaruhkan kepercayaan.

65

a. Memahami dan menguasai produk yang ditawarkan kepadan calon

tertanggung atau pemilik polis, dengan segala instrumen-instrumen investasi

yang ada di dalamnya sesuai dengan karekteristik dan fitur-fitur produk

tersebut.

b. Penyampaian informasi produk asuransi yang harus transparan kepada

nasabah baik mengenai rentang waktu, ilutrasi dan kinerja produk asuransi

64

(28)

tersebut, risiko, pilihan variasi uang pertanggungan, pengambilan dana

sebagian dan cara pengajuan klaim.

c. Tidak melaukan propaganda melalui produk yang dapat mendiskreditkan

dan merusak nama baik perusahaan.

d. Selalu profesional dalam menjalankan tugasnya tanpa mencari keuntungan

untuk pribadi.

e. Tidak menyalahgunakan premi asuransi, santunan asuransi pemilik polis

atau tertanggung yang dapat merugikan pihak penanggung

f. Memberikan informasi yang jelas mengenai identitas dan data-data

mengenai calon pemilik polis atau tertanggung dan penerima manfaat.

Perusahaan asuransi sebagai pihak yang mengeluarkan produk asuransi

tersebut juga memiliki tanggung jawab terhadap produk asuransi yang

dikeluarkannya, yang tertuang dalam yakni sebagai berikut:

a. Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib menyampaikan

informasi yang akurat, jelas, jujur, dan tidak menyesatkan mengenai roduk

asuransi kepada pihak bank yang akan diteruskan kepada calon pemegang

polis, tertanggung, atau peserta sebelum calon pemegang polis, tertanggung,

atau peserta memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi dengan

perusahaan asuransi.

b. Perusahaan asuransi yang memasarkan PAYDI (Produk Asuransi Yang

Dikaitkan Dengan Investasi) wajib memiliki, menerapkan, dan

mengembangkan kebijakan dan prosedur penilaian kesesuaian produk

(29)

atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer risk profile assessment).

c. Perusahaan wajib menyelesaikan setiap keluhan terkait produk asuransi

yang diajukan oleh pihak pemegang polis, tertanggung, atau peserta.

d. Perusahaan wajib menyampaikan polis asuransi kepada pemegang polis,

tertanggung, atau peserta dalam bentuk hardcopy atau digital/elektronik. e. Dalam hal polis Asuransi disampaikan dalam bentuk digital/elektronik

sebagaimana dimaksud pada huruf f, bagian polis asuransi yang berupa

ikhtisar polis tetap wajib disampaikan dalam bentuk hardcopy.

3. Perlindungan terhadap nasabah asuransi selaku konsumen bancassurance

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang sangat merugikan

konsumen itu sendiri. Dalam bidang hukum, istilah ini masih relatif baru

khususnya di Indonesia, sedangkan di negara maju, hal ini mulai dibicarakan

bersamaan dengan berkembangnya industri dan teknologi.66

Pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen disebabkan posisi tawar

konsumen yang lemah. Perlindungan hukum terhadap konsumen mensyaratkan

adanya pemihakan kepada posisi tawar yang lemah yakni pada konsumen

tersebut. Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar,

dengan persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat Dalam hal kegiatan

kerjasama bancassurance, konsumen disini adalah nasabah.

66

(30)

dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk serta layanan yang

menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah. Perlindungan hukum

bagi konsumen dalam bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara.67

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya disebut UUPK), pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari

hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab di kemudian hari

masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang-undang baru yang pada

dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan

demikian, UUPK ini merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat

penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen.68

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

Tujuan diberikannya perlindungan terhadap nasabah selaku konsumen

adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 3 UUPK yakni:

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi;

67 Abdul Hakim Barkatullah, Hak-hak Konsumen (Bandung : Nusa Media, 2010), hlm.

23.

68

(31)

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan konsumen;

Nasabah asuransi selaku konsumen bancassurance harus dilindungi hak dan menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Hak dari konsumen tertuang

dalam Pasal 4 UUPK yaitu :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

(32)

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya;

Nasabah juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakannya seperti

yang tertulis dalam Pasal 5 UUPK, yakni:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut;

Pelaku usaha demi mewujudkan perlindungan konsumen, mempunyai

hak (Pasal 6 UUPK) yaitu sebagai berikut:

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

b. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatunya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

c. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

(33)

d. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

e. kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Kewajiban pelaku usaha (Pasal 7 UUPK) yaitu sebagai berikut:

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

(34)

D. Peran OJK dalam Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Bancassurance

Secara sederhana,

penentuan standar yang akan dicapai, menilai pelaksanaan, dan jika perlu

mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan utama dari kegiatan

pengawasan adalah membuat kegiatan-kegiatan manajemen dinamis dan berhasil

secara efektif dan efisien. Sesuai dengan perannya dalam sebuah organisasi,

pengawasan memiliki beberapa fungsi.69

Menurut Prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan

pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan

apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.

70

Menurut Saiful Anwar,

pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar

pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari

penyimpangan-penyimpangan.71 Sedangkan menurut Djamaluddin Tanjung dan

Supardan ,pengertian pengawasan yaitu salah satu fungsi manajemen untuk

menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan dalam perencanaan.72

Tujuan utama dari pengawasan tidak hanya untuk menghindari

penyelewengan semata, akan tetapi tidak lain adalah agar pencapaian target yang

69

(diakses pada 9 Deseber 2015)

70

Prayudi, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 80.

71

Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara (Depok: Glora Madani Press, 2004), hlm.127.

72

(35)

telah ditetapkan perusahaan akan mudah tercapai.73 Secara umum dikatakan

bahwa tujuan dilakukannya pengawasan adalah :74

1. Agar aktivitas perusahaan berjalan sesuai rencana yang telah dibuat, baik

proses, sistem dan hasil yang ingin dicapai.

2. Agar jangan sampai terjadi penyimpangan, artinya keluar dari yang telah

direncanakan.

3. Meminimalkan tindakan karyawan untuk melakukan penyimpangan, dengan

cara membuat sesorang menjadi bekerja secara baik, karena merasa ada

pengawasan terhadap aktivitasnya.

4. Memudahkan pencegahan, artinya jika ada indikasi atau gelagat ataupun

gejala akan adanya penyimpangan, maka mudah untuk ambil tindakan

pencegahan, tidak terjadi penyimpangan.

5. Pengendalian biaya, artinya dengan adanya pengelolaan dan pengawasan

maka biaya yang tidak perlu keluar dapat diminimalkan segala bentuk

kebocoran sehingga terjadi efisiensi.

6. Agar tujuan perusahaan tercapai, artinya jika semua aktivitas perusahaan

berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Tujuan utama yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pengawasan

tersebut. maka diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan

dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut :

73

(36)

1. Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat objektif

dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan

berbagai faktor yang mempengaruhinya.

2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui

dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan,

pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin

dalam:

a. Tujuan yang ditetapkan.

b. Rencana kerja yang telah ditentukan.

c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan.

d. Perintah yang telah diberikan.

e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3. Preventif. Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka

pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi

kesalahan-kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan.

4. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak

dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi

dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

5. Efisiensi. Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru

(37)

6. Apa yang salah. Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah

semata-mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya

dan sifat kesalahan itu.

7. Membimbing dan mendidik. Artinya pengawasan harus bersifat membimbing

dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk

melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.

Pengawasan terhadap bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yakni

yang pertama yaitu pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut

menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter ( macro-economic supervision) dan pengawasan yang mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan

baik ( prudential supervision). 75

Sasaran yang ingin dicapai oleh macro-economics supervision adalah bagaimana mengarahkan dan mendorong bank serta sekaligus mengawasinya,

agar dapat ikut berperan dalam berabagai program pencapaian sasaran ekonomi

makro, baik yang terkait dengan kebijaksanaan umum untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi, kemantapan neraca pembayaran, perluasan lapangan kerja,

kestabilan moneter maupun upaya pemerataan pendapatan dan kesempatan

berusaha. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan seperangkat kebijaksanaan

untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi bank guna melaksanakan pencapaian

sasaran ekonomi makro yang dimaksud. Dalam kaitan dengan pengawasannya,

walaupun dalam beberapa hal pelaksaan bahkan kadangkala merupakan suatu

75

(38)

beban, kepada bank biasanya ditetapkan suatu reward atau penalty, yaitu bagi bank yang tidak dapat memenuhi pelaksanaan program tersebut atau yang tidak

dapat memenuhinya.76

Fungsi pengawasan dan pembinaan oleh Pemerintah tidak akan lebih

baik dari kekuatan landasan hukum yang hukum yang dimilikinya. Untuk

menjamin kesiapan materi hukum, Bagir Manan mengatakan bahwa selain

pembaruan terhadap hukum nasional yang ada, masih diperlukan berbagai aturan

hukum baru, baik dalam kerangka memperbarui hukum kolonial maupun sebagai

suatubentukan baru. Hukum mengenai menjalankan asuransi, termasuk juga

Hukum Perjanjian. Usaha-usaha pemerintah dengan berbagai PP, Kepmen,

Permen, Peraturan Bank Indonesia kemudian Peraturan OJK dalam menunjukkan

upaya pembaruan tersebut walaupun belum berarti telah tuntas.

Sedangkan tujuan dari prudential supervision adalah mengupayakan agar setiap bank secara individual sehat dan aman, serta

keseluruhan industri perbankan menjadi sehat dan dapat memelihara kepercayaan

masyarakat.

77

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan

kegiatan jasa keuangan terlaksana secara teratur, adil, transparan dan akuntabel,

serta mampu mewujudkan ssistem keuangan yang tumbuh secara terus-menerus

dan berkelanjutan, stabil serta mampu melindungi kepentingan nasabah selaku

konsumen dan masyarakat. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan

nasional, antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian

dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek

76 Ibid. 77

(39)

positif globalisasi. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola

yang baik, yang meliputi independensi (indenpendency), akuntabilitas (acountability), pertanggungjawaban (responsibility), transparansi (transparancy) dan kewajaran (fairness).78

Bancassurance secara sederhana dapat diartikan sebagai asuransi yang dikembangkan dan dipertanggungjawabkan oleh perusahaan asuransi dan

didistribusikan melalui jaringan bank.

Yang kemudian pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK),

menyebutkan tugas pengaturan dan pengawasan OJK salah satunya adalah dalam

kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

79

78 Adrian Sutedy (Buku I), Op Cit., hlm. 199.

79GembongPrakoso,http://bancassuranceindonesia.com/bas/phocadownload/userupload/p

ustaka/Kajian/290 2010/Bancassurance%20-\Konsep%20Implementasi.pdf (diakses tanggal 17 Desember 2015). Bandingkan dengan http://masalahpajak.blogspot.com/2007/06/

Perusahaan asuransi dan bank

bekerjasama dalam mendistribusikan produk-produk perusahaan asuransi. Dengan

adanya bancassurance ini, perusahaan asuransi dapat memanfaatkan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh bank, misalnya besarnya jumlah nasabah (customer based) yang berpotensi sebagai pengguna jasa asuransi, sistem pemasaran yang kuat dan luas sehingga perusahaan asuransi dapat memperkecil biaya distribusi

karena proses penjualannya dibantu oleh pihak bank. Sedangkan di sisi lain pihak

(40)

produk asuransi maupun bank. Selain itu, nasabah memperoleh kenyamanan dan

kemudahan dalam memilih asuransi karena umumnya bank bekerjasama dengan

perusahaan asuransi terpilih dibandingkan dengan jika nasabah harus memilih

sendiri asuransinya. Nasabah juga mendapatkan standar layanan yang sama dari

bank.80

Peranan OJK dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan dalam

bancassurance adalah hubungannya dengan ketentuan dalam UUPK karena muara dari seluruh pengawasan semata-mata demi kepentingan konsumen selaku

nasabah bancassurance tersebut. Dimana pada perjanjijan asuransi terdapat sejumlah permasalahan yang dapat merugikan konsumen, yaitu sebagai berikut :81

1. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai produk dan layanan

purna jual, diminta atau tidak; hak didengar atas pendapat dan keluhan; hak

untuk mendapat advokasi, perlindungan dan penyelesaian sengketa secara

patut; hak atas pembinaan dan pendidikan konsumen; hak atas pelayanan

yang benar, jujur dan tidak diskriminatif dan kebebasan memilih penanggung

( Pasal 4b-h)

2. Konsumen berhak memperoleh kompensasi atau ganti rugi apabila jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya. Dalam

kenyataannya, sebagai akibat dari pelanggaran atas hak konsumen terhadap

informasi yang benar, konsumen dirugikan dikemudian hari terutama apabila

80

Hendry Risjawan, tanggal 17 Desember 2015).

81

(41)

timbul klaim atau pembatalan polis, konsumen lebih sering dirugikan dan

tidak diberikan haknya (Pasal 4c).

3. Hak konsumen berhak atas harga yang wajar acapkali dilanggar terutama atas

pembelian asuransi melalui agen yang tidak sah yang mengambil alih hak

potongan harga untuk konsumen (Pasal 9a).

4. Pencatuman klausul baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau sulit

dimengerti (Pasal 18 ayat (2)). Kalusul baku seringkali dibuat dalam bahasa

yang tidak dimengerti oleh konsumen (Bahasa Inggris) atau ditulis dengan

gaya bahasa yang tidak mudah dimengerti masyarakat awam.

Peran OJK dalam melindungi konsumen secara khusus tertuang dalam

Pasal 28 UU OJK dimana OJK melakukan tindakan pencegahan kerugian

konsumen dan masyarakat, yang meliputi:

1. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik

sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

2. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

3. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

4. menampung pengaduan dari pihak konsumen yang dirugikan oleh pihak

lembaga jasa keuangan beserta memberikan bantuan pembelaan hukum

terhadap konsumen yang dirugikan tersebut;82

(42)

Hal tersebut sebagai perwujudan dari wewenang OJK itu sendiri dalam

hal tugas pengawasan yaitu OJK menetapkan kebijakan operasional, melakukan

pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan tindakan lain

terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa

keuangan, penunjukan dan pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah

tertulis kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi

administratif kepada pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di sektor

jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada lembaga jasa keuangan.83

Pengawasan terhadap bank dan perusahaan asuransi yang juga sebagai

wujud dalam melindungi konsumen yang dilakukan oleh OJK dimana OJK

meminta data dan informasi berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan

perlindungan konsumen dari pelaku usaha jasa keuangan dimana dalam kegiatan

bancassurance pelaku usaha yakni bank dan perusahaan asuransi.84Dimana data dan informasi tersebut dibuat dalam suatu kebijakan dan prosedur tertulis yang

wajib dituangkan dalam standar prosedur operasional yang kemudian dijadikan

panduan dalam seluruh kegiatan operasional.85 Dalam hal kewenangan OJK

dalam melakukan pemeriksaan tulis terhadap perjanjian kerjasama bancassurance

yang harus sesuai dengan Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP Tahun 2010 butir II.

C.1, 2 dan 3 mengenai penerapan manejemen risiko dalam rangka bancasurance.

83

Kasmir, Op Cit., hlm. 267.

84

Pasal 52 POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

85

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun Putra, Kevin dan Marlina berbeda sekolah dengan Steven, Kaleb, Mika, Olivia dan Zulfa, namun mereka tetap berhubungan baik dan semakin erat

SERVER1 dalam kondisi hidup dan kondisi link (kabel) terhubung dengan jaringan, sementara SERVER2 dalam kondisi mati atau kondisi link (kabel) tidak terhubung dengan

Misalnya, jika makna sakral-spiritual upacara cabut gigi di Bali telah hilang dalam ingatan manusia Bali Modern dan yang tinggal dipahami hanyalah upacara glamor

In the first one, opponents are ideological enemies such as, first , the crypto-communistic party, a PRD (People Democratic Party) which is derived from the spirit of

dengan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Bagaimana peraturan perjanjian kerja sama antara pasien rawat inap BPJS. kesehatan di RS Panti Wilasa

Kompensasi, kedisiplinan, dan komunikasi karyawan honor secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai honor Kantor Dinas

1) Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui yang terjadi diluar dirinya,

Berdasarkan masalah pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa