• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Perizinan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Perizinan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dapat mendekatkan dan

memberikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan itu

dapat terus membaik apabila pemerintahan dijalankan secara terbuka, akuntabel,

dan memberi ruang partisipasi bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanat

yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik yang menyebutkan bahwa “Negara berkewajiban

melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan

dasarnya dalam kerangka pelayanan publik”. Pernyataan tersebut dapat diartikan

bahwa negara mempunyai kewajiban dalam memenuhi hak dan pelayanan

kebutuhan dasar masyarakatnya misalnya dalam hal kesehatan, pendidikan dasar

dan bahan kebutuhan pokok (Hardiyansyah, 2011:20).

Selain masalah infrastruktur, masalah perizinan usaha juga merupakan

aspek yang menentukan bagi kondusifitas iklim usaha di daerah. Dalam aspek

perizinan usaha, ternyata otonomi daerah belum secara signifikan memperbaiki

kualitas pelayanan dalam bidang perizinan usaha. Bahkan ada kecenderungan

pasca penerapan otonomi daerah jumlah biayanya meningkat. Tingginya biaya

perizinan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Banyak pelaku

usaha yang mengeluh karena kecewa terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

(2)

yang berbelit, tingginya biaya yang harus dikeluarkan, sampai diskriminasi

terhadap golongan tertentu (Adrian Sutedi, 2011:49).

Berdasarkan hasil penelitian dari Dewi Puspita Sari Darman (2015) yang

berjudul “Inovasi Pelayanan Perizinan Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kota Makassar” mengatakan bahwa pelayanan perizinan masih banyak mengalami hambatan-hambatan karena masih belum dapat memuaskan pelanggan, hal ini

disebabkan karena kualitas kinerja aparat pelayanan perizinan belum optimal,

kurang sederhananya prosedur pelayanan, lamanya proses pengurusan izin, dan

biaya yang dianggap masyarakat masih mahal serta ditambah lagi pejabat yang

berwenang menandatangani berkas kadang-kadang tidak berada ditempat ketika

mengurus perizinan, sikap yang dimiliki oleh aparat yang mementingkan prosedur

(aturan) daripada substansi pelayanan, sehingga aparat birokrasi garis depan

belum nampak ke arah profesionalisme.

Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak

pernah berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kulitas

dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.

Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik,

pertama kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam

pemberian pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan

masyarakat; kedua, kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang dibentuk

pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar pada

kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasi

(3)

terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber

daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga

memerlukan kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai

perubahan dimana masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan

yang lebih baik, maka administrasi negara tidak bisa bertindak hanya berdasar

pada perintah atasan, namun tuntutan masyarakat juga menjadi bagian penting.

Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya bidang perizinan bisa

berjalan sesuai Undang-Undang yang berlaku maka dapat menunjang

perekonomian di Negara Indonesia sendiri.

Salah satu tujuan dari pemberian perizinan adalah sebagai sumber

pendapatan daerah. Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara

langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang

dikelurkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak

pula pendapatan dibidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai

pembangunan (Adrian Sutedi, 2011:200). Pendapatan Asli Daerah (PAD)

merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan

kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah

sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan asli daerah (PAD) digunakan

untuk membiayai segala kegiatan dan program yang telah dibuat oleh pemerintah

daerah tersebut. PAD juga digunakan untuk membangun sarana dan prasarana

diberbagai sektor, dan sebesar-besarnya digunakan untuk menciptakan

(4)

Yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut strategi birokrasi dalam

Pelayanan Perizinan Terpadu di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pelayanan ini

merupakan salah satu penopang dan pendukung dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah, dalam hal ini ada pemasukan keuangan daerah dalam hal

ini adalah pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor perizinan. Oleh karena itu

diperlukan upaya untuk mengefektifkan sumber-sumber pendapatan asli daerah

untuk meningkatkan penerimaan daerah. Dengan berasumsi bahwa strategi

peningkatan kualitas pelayanan dalam pelayanan perizinan yang baik dan

memuaskan masyarakat akan berdampak terhadap peningkatan penerimaan

Pendapatan Asli Daerah. Asumsi tersebut senada dengan yang diungkapkan

Nawawi, (2003) bahwa pelayanan yang berkualitas akan menjadi nilai tambah,

seperti rasa puas dan kesediaan masyarakat yang dilayani untuk mengikuti

ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan

memiliki visi “terwujudnya pelayanan perizinan dan non perizinan yang proaktif

terhadap kepentingan masyarakat menuju daerah yang mandiri dan sejahtera”,

yang selanjutnya dijabarkan melalui misi sebagai berikut:

1. Mendekatkan kepada pelayanan prima dengan penyederhanaan

pelayanan perizinan

2. Meningkatkan ketersediaan data informasi di bidang perizinan dan non

perizinan.

3. Meningkatkan pelayanan perizinan dan non perizinan dalam rangka

peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

(5)

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan

memproses sebanyak 33 jenis perizinan. Hal ini merupakan sumber pendapatan

yang sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

Kabupaten Humbang Hasundutan. Retribusi perizinan merupakan potensi yang

cukup besar dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi suatu

kabupaten/kota apabila retribusi tersebut dimaksimalkan dalam pengelolaannya.

Disini dibutuhkan strategi pemerintah daerah dalam hal ini Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan untuk menggali dan

mengakselarasi potensi tersebut. Pada tahun 2013 pendapatan asli daerah (PAD)

Kabupaten Humbang Hasundutan dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu hanya

terealisasi sebesar Rp38.138.360 dari target PAD sebesar Rp164 juta. Pada tahun

2015 PAD Kabupaten Humbang Hasundutan tidak mencapai target, hanya 24,12

miliar yang terealisasi dari Rp 27,75 miliar target. Sejumlah SKPD gagal

mencapai target yang telah ditentukan, seperti dinas peternakan, dinas

perhubungan, termasuk di dalamnya Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten

Humbang Hasundutan. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten

Humbang Hasundutan hanya memperoleh penerimaan dari retribusi izin penjualan

minuman keras (minuman beralkohol) dengan target yang diminta Rp3 juta,

terealisasi Rp500 ribu dan, retribusi izin gangguan dari target ditentukan Rp100

juta terealisasi sebesar Rp253,86 juta. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan kurang

(6)

menunjukkan bahwa dari 33 jenis perizinan yang menjadi wewenang Kantor

Pelayanan Terpadu Kabupaten Humbang Hasundutan, KPPT hanya menerima

retribusi dari 2 jenis perizinan saja.

19:05).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi peningkatan kualitas pelayanan di

(7)

1.2. Rumusan Masalah

Arikunto (1993) menguraikan agar suatu penelitian dapat dilaksanaka

dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan maslahnya sehinggga

jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa is melakukan

penelitian. Kemena ia harus pergi dan dengan apa ia melakukan penelitian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah agar

diketahui tukuan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan

sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana

strategi peningkatan kualitas pelayanan perizinan dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan”.

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi

peningkatan kualitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Humbang

Hasundutan.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, bermanfaat dalam menambah, meningkatkan, dan

(8)

Negara. Dan juga menambah pengetahuankhususnya mengenai strategi

peningkatan pelayanan perizinan di Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Bagi instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam menerapkan strategi

peningkatan pelayanan perizinan dalam meningkatkan pendapatan asli

daerah Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam ilmu kebijakan publik,

khususnya yang berkaitan dengan strategi peningkatan pelayanan publik

dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

1.5.Kerangka Teori 1.5.1. Strategi

1.5.1.1. Pengertian Strategi dan Manajemen Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti "seni

berperang" atau kepemimpinan dalam ketentaraan. Suatu strategi mempunyai

dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Pada dasarnya

strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berarti. Strategi didefinisikan

sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus

pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi merupakan tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan

(9)

masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat

terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.

Dengan kata lain, defenisi strategi mengandung dua komponen yaitu

tujuan jangka panjang (future intentions) dan keunggulan bersaing (competitive

advantage). Tujuan jangka panjang diartikan sebagai pengembangan wawasan

jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya. Sedangkan

keunggulan bersaing adalah pengembangan pemahaman bagaimana cara terbaik

berkompetisi terhadap pesaing dengan menampilkan produk unggulan.

Pearce dan Robinson (dalam Hessel Nogi 2003:8) mendefinisikan

manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang

menghasilkan perumusan dan pelaksanaan rencana-rencana yang dirancang untuk

mencapai sasaran-sasaran organisasi. Ini terdiri atas 9 tugas penting yaitu:

1. Merumuskan misi organisasi, meliputi rumusan umum tentang maksud

keberadaan filosofi, dan tujuan.

2. Pengembangan profil organisasi yang menerangkan kondisi internal dan

kapabilitasnya.

3. Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi kontekstual umum.

4. Menganilisi lingkungan eksternala organisasi dan mencocokkannya

dengan sumber daya dengan lingkungan ekternal.

5. Mengidentifikasi opsi yang dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi

yang ada berdasarkan misi organisasi.

6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum yang akan

(10)

7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai

dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.

8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan mengalokasikan sumber

daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian tugas, sumber daya

manusia, teknologi, dan sistem imbalan.

9. Mengevaluasi proses strategi sebagai masukan pengambilan keputusan

yang akan datang.

Elemen-elemen manajemen strategi (Hessel Nogi 2003:13):

1. Misi dan harapan organisasi, keduanya merupakan pengertian yang

terdapat dalam organisasi. Misi menjelaskan mengapa suatu organisasi

didirikan sejak awal, sedangkan harapan mengandung makna hasil yang

ingin dicapai organisasi.

2. Tujuan dan sasaran. Tujuan harus dibangun dengan memperhatikan misi,

sedangkan sasaran dibuat untuk mendukung tujuan tersebut. Tujuan dan

sasaran membuat target strategi-strategi mana yang harus dibangun.

3. Memperhatikan situasi strategik, dimana lingkungan eksternal terdiri atas

beberapa faktor yang secara langsung memberikan sedikit kontrol, yang

terdiri dari ekonomi, sosial, hukum, politik dan teknologi. Sebuah

organisasi harus memperhatikan peluang dan ancaman dari lingkungan

luar tersebut. Sementara lingkungan internal menyangkutsumbe daya,

sehingga yang perlu diprhatikan adalah bagaimana menoptimalkan

(11)

4. Strategi formulasi sebagai proses pengambilan keputusan berdasarkan

analasis situasi strategik yang ditentukan oleh lingkungan eksternal dan

internal.

5. Strategi evaluasi dari pilihan-pilihan yang akan mengembangkan

alternatif-alternatif strategi. Alternatif-alternatif tersebut akan

disistematiskan kedalampembatasandan daftar alternatif terbaik yang

didasarkan faktor kritis untuk mencapai kesuksesan organisasi.

6. Strategi implementasi dan perencanaan sebagai fase yang sangat penting

karena sebaik apapun sebuah strategi, belum dikatakan efektif sebelum

diimplementasikan.

7. Pengendalian strategi, meliputi evaluasi dan strategi implementasi.

Menurut Fred R. David (2009:7) proses manajemen strategi ada 3 tahap

dimana setiap tahapan-tahapannya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing

ketiga tahapan tersebut saling terhubung satu sama lain karena sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan dari manajemen strategis tersebut. Ketiga tahapan

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Formulasi Strategi

Formulasi strategi mencakup hal-hal mengenai pengembangan visi-misi,

identifikasi, peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan

kekuatan dan kelemahan internal organisasi, penetapan tujuan jangka panjang,

pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk

(12)

Formulasi strategi adalah proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran,

target (outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Formulasi strategi

merupakan tugas dan tanggung jawab manajemen puncak (top management).

Perumusan strategi dapat bersifat tidak sistematis dan tidak harus kaku.

2. Implementasi Strategi

Tahapan implementasi strategi meliputi tentang pengembangan budaya

yang suportif pada starategi. Penciptaan struktur organisasi yang efektif,

pengetahuan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan

serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan

kerja organisasi. Implementasi strategi juga harus mengharuskan perusahaan

untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan,

dan mengalokasi sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan

dapat dijalankan.

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahapan yang paling akhir dalam proses

manajemen strategi. Evaluasi dilakukan untuk melihat atau mengetahui sejauh

mana efektivitas dari implementasi strategi.

1.5.1.2. Peranan Strategi

Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki peranan

yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah

(13)

diinginkan tercapai. Menurut Grant (1999:21) strategi memiliki tiga peranan

penting dalam mengisi tujuan manajemen, yaitu :

a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan. Dalam hal ini

strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan

suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara

keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi.

b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi untuk memberikan

kesamaan arah bagi perusahaan.

c. Strategi sebagai target. Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan

visi untuk menentukan di mana organisasi berada dalam masa yang akan

datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah

bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi

perusahaan.

1.5.2. Pelayanan Publik dan Kualitas Pelayanan

1.5.2.1. Pengertian Pelayanan Publik

Berdasarkan KeputusanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63 Tahun 2003, definisi dari pelayanan umum (publik) adalah segala bentuk

pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah di pusat, didaerah, dan di

lingkungan BadanUsaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam

bentuk barang dan atau jasa, baik dalamrangka upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

(14)

1.5.2.2. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Setiap kegiatan pelayanan publik bertujuan memberikan kepuasan kepada

konsumen/pelanggan, hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip

pelayanan publik. Menurut pendapat Rahmayanti (2010:88), ada beberapa prinsip

pelayanan publik, antara lain: kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi

produk pelayanan publik, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan

prasarana, kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta

kenyamanan lingkungan.

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan

2. Kejelasan:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa dalam

pelaksanaan pelayanan publik;

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

4. Akurasi

(15)

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan

informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi

dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan

(16)

1.5.2.3. Pengertian Kualitas Pelayanan Publik

Sebagai salah satu fungsi utama pemerintah maka pelayanan tersebut

sudah seharusnya dapat diselenggarakan secara berkualitas oleh pemerintah.

Menurut Ibrahim (2008:22), kualitas pelayanan publik adalah suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian

pelayanan publik tersebut. Pelayanan umum baru dapat dikatakan berkualitas jika

sesuai dengan harapan/keinginan atau kebutuhan penerima layanan, untuk dapat

mengetahui apakah pelayanan umum yang diberikan pemerintah sesuai dengan

keinginan atau kebutuhan masyarakat sebagai pengguna layanan, maka kualitas

pelayanan umum harus diukur dan dinilai oleh masyarakat pengguna layanan.

1.5.2.4. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik

Dimensi atau ukuran kualitas pelayanan dikemukakan oleh Tjiptono

(1997:14) yaitu :

1. Reliability (handal), kemampuan untuk memberikan secara tepat

dan benar, jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada konsumen

/ pelanggan.

2. Responsiveness (pertanggungjawaban), kesadaran atau keinginan

untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang

cepat.

3. Assurance (jaminan), pengetahuan atau wawasan, kesopan

santunan, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respon

(17)

4. Empathy (empati), kemauan pemberi layanan untuk melakukan

pendekatan, memberi perlindungan, serta berusaha untuk

mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.

5. Tangibles (terjamah), penampilan para pegawai dan fasilitas fisik

lainnya, seperti peralatan atau perlengkapan yang menunjang

pelayanan.

1.5.2.5. Strategi Pelayanan Publik

David Osborne dalam Sedarmayanti (2009) merumuskan lima strategi

dalam meningkatkan kinerja pelayanan publik yaitu:

1. Core Strategy (strategi inti)

Strategi ini bertujuan memperjelas misi dan visi organisasi. Strategi ini

dapat dioperasionalkan melalui pendekatan-pendekatan dalam bentuk

memperjelas tujuan perusahaan dengan membuat persiapan sebelum

mengoperasionalkan perusahaan, memperjelas peran pimpinan perusahaan dan

pegawai, dan memperjelas arah perusahaan dengan memperbaiki tujuan

perusahaan.

2. Consequences Strategy (strategi konsekuensi)

Strategi konsekuensi ini mendorong “persaingan sehat”guna meningkatkan

motivasi dan kinerja pegawai melalui penerapan reward dan punishment .

3. Customer Strategy (strategi pelanggan)

(18)

pelayanan yang optimal bagi masyarakat. Cara-cara yang dapat dilaksanakan

adalah dengan menciptakan prosedur yang sederhana, menciptakan lingkungan

kantor yang menyenangkan dan menyejukkan, menyediakan tempat pengaduan

dan tempat informasi, menciptakan system pelayanan yang berbasis teknologi

informasi, media, dan telekomunikasi.

4. Control Strategy (strategi pengawasan)

Strategi pengawasan diharapkan dapat menciptakan kemampuan dan

kemandirian serta kepercayaan masyarakat terhadap kantor pemerintahan sebagai

institusi pelayanan publik dan pegawai sebagai pelayan masyarakat. Strategi

pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk organisasional, memberdayakan

pegawai, dan memberdayakan komunitas.

5. Culture Strategy (strategi budaya)

Strategi budaya bertujuan untuk mengubah budaya yang dapat

menghalangi ke arah suatu perubahan. Untuk melakukan perubahan budaya

seseorang atau lembaga organisasi memang bukan pekerjaan yang mudah. Karena

budaya merupakan hasil interaksi dari suatu pengalaman dengan emosi dan akal

sehat yang sudah tertanam sejak orang itu lahir kedunia. Tetapi sudah merupakan

keharusan untuk melakukan perubahan. Caranya bisa bermacam-macam

misalnya: pengawasan langsung oleh pimpinan unit atau kelompok kerja

(19)

1.5.2.6. Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

Meningkatkan kualitas pelayanan publik terdapat banyak faktor yang perlu

dipertimbangkan. Upaya tersebut akan memiliki pengaruh yang cukup luas

terutama pada budaya organisasi secara keseluruhan. Berikut merupakan strategi

untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik menurut Tjiptono (1996:88-96),

yaitu :

1. Mengidentifikasi determinan utama kualitas pelayanan/jasa.

Setiap instansi berupaya memberikan kualitas pelayanan yang terbaik

kepada pelangganya.Oleh karena itu, langkah pertama yang perlu dilakukan

instansi adalah melakukan riset untuk mengidentifikasi determinan pelayanan/jasa

bagi pasar sasaran.

2. Mengelola harapan pelanggan

Setiap instansi hendaknya tidak berusaha-lebihkan pesan komunikasinya

kepada pelanggan agar janji yang ditawarkan pada pelanggan tidak menjadi

harapan kosong bagi para pelanggan. Janji yang ditawarkan menjadi peluang

untuk memenuhi harapan pelanggan.

3. Mengelola bukti (evidence) kualitas pelayananentang anan/jasa

Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi

pelanggan lama dan sesudah pelayanan atau jasa diberikan oleh intans, karena

pelayanan/jasa merupakan kinerja instansi dan tidak dapat dirasakan sebagaimana

(20)

4. Mendidik pelanggan/konsumen tentang pelayanan/jasa

Membantu pelanggan dalam memahami suatu pelayanan/jasa merupakan

salah satu upaya menyampaikan kualitas pelayanan atau jasa.Pelanggan yang

telah terdidik nantinya akan mampu mengambil keputusan cara lebih baik.

5. Mengembangkan budaya kualitas

Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisai yang menghasilkan

lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyemprnaan kualitas secara

terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari: Filosofi;Keyakinan, sikap, norma,

nilai, tradisi, prosedur, dan harapan. Agar dapat tercipta budaya kualitas yang

baik, dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi. Selain

itu ada pula delapan program pokok yang saling terkait untuk membentuk budaya

kualitas, yaitu; pengembangan individual, pelatihan manajemen, perencanaan

sumber daya manusia, standar kerja,pengembangan karir,survai opini, perlakuan

yang adil, dan profit sharing atau pembagian laba.

6. Menciptakan Automating Quality

Adanya otomatisasi dapat manusia yang variabilitas kualitas

pelayanan/jasa yang disebabkan kurangnya sumber daya yang dimilki. Meskipun

demikian, sebelum memutuskan akan melakukan otomatisasi, instansi perlu

mellakukan penelitian untuk menentukan bagian yang membutuhkan sentuhan

manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi. Perlu dihindari adanya

(21)

7. Menindaklanjuti Pelayanan/jasa

Menindakalnjuti pelayanan/jasa dapat membantu memisahkan

aspek-aspek pelayanan/jasa yang perlu ditingkatkan. Instansi perlu mengambil inisiatif

untuk menghubungi sebagian atau semua pelanggan untuk mngetahui tingkat

kepuasan dan persepsi pelanggan terhadap pelayanan/jasa yang diberikan.

8. Mengembangkan sistem informasi kualitas pelayanan/jasa

Suatu sistem yang secara sistematis mengumpulkan dan menyebarluaskan

informasi kualitas pelayanan/jasa dalam pengambilan keputusan. Informasi yang

dibutuhkan mencakup segala aspek, meliputi data saat ini dan masa lalu,

kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi mengenai instansi

dan pelanggan.

Strategi meningkatkan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu

agenda reformasi birokrasi, yantg bertitik tolak dari kenyataan buruk kondisi

faktual kualitas pelayanan sebagian besar ditentukan oleh kualitas sikap dan

aparatur pemerintah yang tidak terpuji,korup, dan tidak bertanggung jawab.

Konsep yang ditawarkan para ahli untuk meningkatkan kualitas pelayanan public

cukup banyak. Salah satu diantara strategi tersebut yang cukup dominan, yaitu

strategi Osborne dan Plastrik (2001). Menurut Osborne dan plastrik, peningkatan

pelayanan publik di lingkungan birokrasi dapat dilakukan dengan menggunakan

lima strategi, yaitu :

1. Strategi pengembangan struktur

Struktur yang dimaksud bukan hanya merujuk pada pengertian organisasi

(22)

kelembagaan berhubungan dengan nilai,norma,aturan hukum, kode etik, dan

budaya. Sedangkan organisasi merupakan tempat orang berkumpul untuk

mengorganisir dirinya.

2. Strategi pengembangan atau penyederhanaan sistem prosedur

Sistem prosedur mengatur secara detail tahapan pelayanan, maka sistem

prosedur ini yang sering menjadi sumber penyebab sistem pelayanan menjadi

berbelit-belit, kaku, tidak efisien, dan tidak efektif.

3. Strategi pengembangan infrastruktur

Menyangkut penyediaan pelayanan agar lebih aman, nyaman, cepat,

akurat, mudah dan terpercaya yang meliputi penyediaan fasilitas fisik,

pengembangan model pelayanan baru, pemanfaatan teknologi informasi

(telematika).

4. Strategi pengembangan budaya atau kultur

Berkaitan dengan proses perubahan karakter dan pola pikir seorang

pegawai yang didasari oleh pandangan hidup, nilai, norma, sifat, kebiasaan yang

tercermin melalui perilaku dalam melayani masyarakat.

5. Strategi pengembangan kewirausahaan

Meliputi menumbuhkembangkan jiwa kewirausahan, serta membuka

ruang dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk menggali sumber

(23)

Berdasarkan dua strategi yang telah dijelaskan diatas, hanya satu strategi yang

dipilih oleh peneliti, yaitu strategi yang digunakan oleh Osborne dan Plastrik

(2001). Hal ini dikarenakan strategi tersebut lebih baku, operasional, bersifat

umum, mudah dipahami, serta lebih utama mampu diterapkan pada Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipl yang diteliti oleh peneliti. Pemilihan salah

satu strategi tersebut juga dilatarbelakangi dari segi permasalahan yang ada dan

sebagai cara untuk menanggulanginya.

1.5.2.7. Pelayanan Perizinan

Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perizinan dapat

didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi

tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,

dan lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan pelayanannya adalah

izin atau warkat.

1.5.2.8. Birokrasi dan Pelayanan Perizinan

Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik adalah merupakan

salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di

samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi

publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu

negara kesejahteraan (welfare state).

Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu

(24)

baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini

berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya

sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan

aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani

untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya.

Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, Birokrasi publik harus

dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,

transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat

membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan

masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri.

Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan

kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya untuk

mengatur dan menentukan masa depannya sendiri. Pelayanan publik yang

profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan

responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai

berikut :

1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan

dan sasaran;

2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan

secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

(25)

3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya

kejelasan dan kepastian mengenai :

a) Prosedur/tata cara pelayanan;

b) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun

persyaratan administratif;

c) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan;

d) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;

e) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan

kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian,

rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses

pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan

dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;

5. Efisiensi, mengandung arti :

a) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan

langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap

memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk

pelayanan yang berkaitan;

b) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal

proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan

adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi

(26)

6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan

masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;

7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa

yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani;

8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,

keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa\

mengalami tumbuh kembang.

Senin, 17 April 2016 pada pukul 10:45 )

Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas, Birokrasi

publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam

memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah

menjadi suka melayanai, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,

berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan

dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik

pragmatis.

Dengan revitalitas birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah)

ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan apa

yang menjadi tugas dan kewenagan yang diberikan kepadanya dapat terwujud.

Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh

pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat

(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi

perlindungan (protection function). Pemerintah terus mendukung revitalisasi

(27)

kebijakan yaitu Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA). Kebijakan ini bertujuan

untuk memperpendek proses birokrasi yang berbelit-belit, yang nantinya akan

berimbas pada penghematan biaya dan waktu pengurusan perizinan.

Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA) adalah salah satu jenis pelayanan

yang dirancang dalam satu tempat atau satu ruangan dan menyediakan berbagai

jenis pelayanan yang terkadang jenis pelayanan tersebut tidak saling behubungan

atau berkaitan. Sistem pelayanan satu atap tersebut ada dalam satu ruangan yang

di tata dalam bentuk loket. Dalam pemerintahan daerah, hal ini sudah mulai

berlaku di kantor-kantor pemerintahan daerah. Hal tersebut membantu para warga

untuk mendapatkan pelayanan sebaik mungkin terutama dalam mencari dokumen

atau berkas-berkas yang kita butuhkan. Selain menghemat tempat, sistem

pelayanan satu atap juga memudahkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan

lebih dari satu pelayanan.

1.5.3. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai perundang-undangan. Sampai

saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal

dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi daerah, BUMD,

dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan

(28)

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terdiri dari :

1.5.3.1. Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan daerah yang

dipergunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah sebagai badan hukum

publik.Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.Pajak

secara umum adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara pemerintah

berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh

yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra

prestasi/balas jasa) secara langsung.Pajak Daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepala daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dari defenisi diatas jelas bahwa pajak merupakan iuran wajib yang dapat

dipaksakan kepada setiap orang (wajib pajak) tanpa terkecuali. Ditegaskan pula

bahwa hasil pajak daerah ini diperuntukkan bagi penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan daerah.

Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah adalah :

a. Pajak daerah berasal dari Pajak Negara yang dipisahkan oleh daerah

(29)

b. Penyerahan pajak daerah dilakukan berdasarkan peraturan daerah.

c. Pajak daerahdipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang

dan peraturan hukum yang berlaku lainnya.

Pajak daerah yang diataur dalam Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 adalah

sebagai mana dibawa ini:

a. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas :

1) Pajak Kendaraan Bermotor;

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

4) Pajak Air Permukaan; dan

5) Pajak Rokok.

b. Jenis Pajak Kabupaten dan Kota terdiri atas:

1) Pajak Hotel;

2) Pajak Restoran;

3) Pajak Hiburan;

4) Pajak Reklame;

5) Pajak Penerangan Jalan;

6) Pajak Mineral Bukan logam dan Bebatuan;

7) Pajak Parkir;

8) Pajak Air Tanah;

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

(30)

Ada empat jenis pajak baru bagi daerah, yaitu :

a) Pajak Rokok

Pajak rokok dikenakan atas cukai yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil

penerimaan pajak Rokok tersebut sebesar 70% dibagihasilkan kepada kabupaten

dan kota di provinsi yang bersangkutan. Selain itu, penerimaan Pajak Rokok

dialokasikan minimal 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan

(pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan

kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area),

kegiatan memasyrakatkan mengenai bahaya merokok, dan iklan layanan,

masyarakat mengenai bahaya rokok.

b) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkantoran

Selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir seluruh

penerimaannya diserahkan kepada daerah.Untuk meningkatkan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah, khusus PBB sektor pedesaan dan perkotaan

diahlikan menjadi pajak daerah.Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan,

dan pertambagan masih merupakan pajak pusat. Dengan menjadikan PBB

Pedesaan dan perkotaan manjadi pajak daerah, maka penerimaan jenis pajak ini

akan diperhitungkan sebagai Pendapatan Asli Daearah (PAD)

c) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)

Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, namun seluruh hasilnya di

serahkan kepada daerah.Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan daerah

BPHTB diahlikan menjadi pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah

(31)

d) Pajak Sarang Burung Walet

Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak daerah baru, yang dapat

dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan

perkembangan sarang burung walet di wilayahnya. Bagi daerah yang memiliki

potensi sarang burung walet yang besar akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli

Daerahnya (PAD).

1.5.3.2. Hasil Retribusi Daerah

Disamping pajak daerah sebagai mana disebutkan sebelumnya, sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga meliputi rertibusi atau perizinan yang

diperoleh dalam Undang-Undang. Retribusi daerah merupakan salah satu jenis

penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas

pelayanan yang di berikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Yang

dimaksud rertibusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah (Pemda) untuk kepentingan orang atau badan.

Retribusi daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 adalah sebagai berikut :

a. Retribusi Jasa Umum, yang meliputi:

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;

(32)

3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil;

4) Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

6) Retribusi Pelayanan Pasar;

7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

9) Retribusi Penggantian biaya Cetak Peta;

10) Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus;

11) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair;

12) Retribusi Tera/Tera ulang;

13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

14) Retribusi Pengendalian Menara telekomunikasi

b. Retribusi Jasa Khusus, yang meliputi:

1) Retribusi Pemakaiaan Kekayaan daerah;

2) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan;

3) Retribusi Tempat Pelelangan;

(33)

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesangrahan/villa;

7) Retriubusi Rumah Potong Hewan;

8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan

11) Retribusi Penjulan Produksi Usaha Daerah;

c. Retribusi Perizinan Tertentu

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

3) Retribusi Izin Gangguan;

4) Retribusi Izin Trayek; dan

5) Retribusi Izin Usaha Perikanan;

Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera

Ulang, Retribusi Menara Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan

Retribusi Izin Usaha Perikanan. Dengan penambahan ini , secara keseluruhan

terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang di kelompokkan

kedalam 3 gologan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, rertibusi jasa usaha, dan

(34)

a. Retribusi Tera/Tera Ulang

Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai

fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan

perlengkapannya oleh masyarakat. Dengan pengandalian tersebut , alat ukur,

takaran, dan timbangan akan berfungsi dengan baik, sehingga pengunaannya tidak

merugikan masyarakat.

b. Retribusi Pengendalian Menara telekomunikasi

Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditujukan

untuk meningkatkan pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembagunan

dan pemeliharaan menara telekomunikasi. Dengan pengendalian ini, keberadaan

menara telekomunikasi akan memenuhi aspek tata ruang, keamanan, dan

keselamatan, keindahan sekaligus memberikan kepastian bagi pengusaha.

c. Retribusi Pelayanan Pendidikan

Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan dimaksudkan agar pelayanan

pendidikan, di luar pendidikan dasar dan menegah, separti pendidikan dan

pelatihan untuk keahlian khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah

dapat dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan untuk membiayai

kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatian dimaksud.

d. Retribusi Izin Usaha Perikanan

Pengenaan Retribusi Izin Usaha Perikanan tidak akan memberikan beban

tambahan bagi masyarakat, karena selama ini jenis retribusi tersebut telah

(35)

Sebagaimana halnya dengan jenis retribusi lainya, pemungutan Retribusi Izin

Usaha Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengandalian kegiatan di

bidang perikanan dapat terlaksanan secara terus menerus dengan kualitas yang

lebih baik.

Menurut UU No.34 Tahun 2000, retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagaipembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan. Retribusi daerah dibagi tiga golongan yaitu ;

a. Retribusi Jasa Umum, yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh

daerah kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan.

b. Retribusi Jasa Usaha, yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh

daerah berkaitan dengan penyediaan layanan yang belum memadai

disediakan oleh swasta dan atau penyewaan aset/kekayaan daerah yang

belum dimanfaatkan misalnya: retribusi pasar grosir, terminal, rumah

potong hewan dan lain-lain.

c. Retribusi Perijinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan,pengaturan, pengendalian dan pengawasan

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

sarana, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi umum dan

menjaga kelestarian lingkungan. Perijinan tersebut termasuk kewenangan

pemerintah yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas

(36)

d. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah bagian

keuntungan atau laba bersih dari perusahaan daerah atau badan lain yang

merupakan BUMD sedang perusahaaan daerah ialah perusahaan yang

modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

1.5.3.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan

daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis

pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Daerah/BUMD

2. Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan Milik Negara/BUMN

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan Milik Swasta atau

kelompok masyarakat.

1.5.3.4. Lain-lain Usaha Daerah yang Sah

Sumber pendapatan daerah lainnya adalah Dinas-Dinas Daerah serat

pendapatan-pendapatan lainnya yang diperoleh secara sah oleh pemerintah daerah.

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah selain pajak, retribusi dan perusahaan

daerah maka daerah berhak mendapatkan sumber daerah itu sendiri.

Lain-lain usaha daerah yang sah merupakan usaha daerah (bukan usaha perusahaan

(37)

kegiatannya menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat dipergunakan oleh

masyarakat dengan ganti rugi.

1.6. Definisi Konsep

Strategi diartikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai

tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman

lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal

organisasi.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai perundang-undangan.Sampai

saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal

dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi daerah, BUMD,

dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perizinan dapat

didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi

tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,

dan lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan pelayanannya adalah

(38)

Dalam menganilisis bagaimana strategi peningkatan kualitas pelayanan

perizinan dalam meningkatkan PAD di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Humbang Hasundutan penulis menggunakan strategi peningkatan

pelayanan publik di lingkungan birokrasi dapat dilakukan dengan menggunakan

lima strategi menurut Osborne dan Plastrik,, yaitu :

1. Strategi pengembangan struktur

Struktur yang dimaksud bukan hanya merujuk pada pengertian organisasi

publik itu sendiri, tetapi menyangkut pengertian kelembagaan yang luas. Konsep

kelembagaan berhubungan dengan nilai,norma,aturan hukum, kode etik, dan

budaya. Sedangkan organisasi merupakan tempat orang berkumpul untuk

mengorganisir dirinya.

2. Strategi pengembangan atau penyederhanaan sistem prosedur

Sistem prosedur mengatur secara detail tahapan pelayanan, maka sistem

prosedur ini yang sering menjadi sumber penyebab sistem pelayanan menjadi

berbelit-belit, kaku, tidak efisien, dan tidak efektif.

3. Strategi pengembangan infrastruktur

Menyangkut penyediaan pelayanan agar lebih aman, nyaman, cepat,

akurat, mudah dan terpercaya yang meliputi penyediaan fasilitas fisik,

pengembangan model pelayanan baru, pemanfaatan teknologi informasi

(39)

4. Strategi pengembangan budaya atau kultur

Berkaitan dengan proses perubahan karakter dan pola pikir seorang

pegawai yang didasari oleh pandangan hidup, nilai, norma, sifat, kebiasaan yang

tercermin melalui perilaku dalam melayani masyarakat.

5. Strategi pengembangan kewirausahaan

Meliputi menumbuhkembangkan jiwa kewirausahan, serta membuka

ruang dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk menggali sumber

pendapatan.

Gambar 1.1 Konsep penelitian strategi peningkatan kualitas pelayanan perizinan

dalam meningkatkan pendapatn asli daerah Kabupaten Humbang Hasundutan

STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN

Strategi

STRATEGI MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN

Meningkatkan Pendapatan Asli

Gambar

Gambar 1.1 Konsep penelitian strategi peningkatan kualitas pelayanan perizinan

Referensi

Dokumen terkait

Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.Misi

Hal tersebut dikarenakan peraturan Bank Indonesia yang mengharuskan setiap suatu bank untuk menjaga kecukupan modal yang dimiliki dengan ketentuan minimal 8%,

Pendaftaran tanah secara sistematik, tugas dan wewenangnya di berikan kepada tim ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri dalam pelaksanaannya karena objek yang

1) Guru membuka kesempatan secara luas dan bervariasi kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan membaca dan melihat tentang hubungan akulturasi

[r]

Namun tentu saja, prestasi tersebut juga tak lepas dari komitmen kita semua dalam memegang amanah, baik amanah yang datang dari luar (pihak eksternal) maupun amanah kita

tersebut akan diambil siswa yang terindikasi memiliki disiplin belajar rendah. Penelitian dirancang dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tahap