• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Anggaran Kas Pada PT. Indosat Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Anggaran Kas Pada PT. Indosat Medan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS ANGGARAN KAS PADA

PT. INDOSAT

MEDAN

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh :

HERMANTO PURBA

052101114

D-III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MEDAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI MINOR

NAMA : HERMANTO PURBA

NIM : 052101114

PROGRAM STUDI : KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS ANGGARAN KAS PADA PT.INDOSAT MEDAN

Tanggal : ………….. 2009 Dosen Pembimbing

( Dra. Yulinda, MSi ) NIP 131 573 239

Tanggal : ………….. 2009 Ketua Program Studi

( Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) NIP 131 417 461

Tanggal : ………….. 2009 DEKAN

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……… ii

BAB – I : PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ……… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 3

D. Metode Penelitian ……… 4

BAB – II : PT. INDOSAT MEDAN ……… 6

A. Profil Perusahaan ……… 6

A.1. Sejarah Perusahaan ……….. 6

A. 2. Struktur Organisasi ……… 9

B. Anggaran Kas ……….. 16

C. Prosedur Penyusunan Anggaran Kas ……….. 20

D. Penyusunan Anggaran Kas PT. Indosat Medan ………. 24

BAB - III : ANALISIS DAN EVALUASI ……… 32

A. Analisis dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2006 ……… 32

B. Analisis dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2007 ……… 44

(4)

Hal

BAB - IV : KESIMPULAN DAN SARAN ……… 58

A. Kesimpulan ……… 58

B. Saran ……….. 59

DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB - I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya tujuan suatu perusahaan adalah memperoleh laba yang

semaksimal mungkin, karena adanya laba yang tinggi maka perusahaan dapat

dipertahankan dan ditingkatkan pertumbuhannya. Dengan demikian merupakan

suatu hal yang tidak mungkin diterima bila suatu perusahaan dapat tumbuh dan

berkembang tanpa disertai pengaturan dan pengukuran atas sumber-sumber

penerimaan dan pengeluaran kas.

Agar perusahaan bekerja secara efisien dibutuhkan suatu perencanaan

yang baik termasuk dalam bidang keuangan yang dapat berupa anggaran kas.

Anggaran kas dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa

yang akan datang. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan suatu perencanaan yang

berupa anggaran kas.

Menurut Purba (2002) Anggaran kas adalah suatu daftar baru bagian

penerimaan, pengeluaran dari suatu kesatuan usaha yang disusun dengan tujuan

meramalkan kebutuhan keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.

Anggaran kas merupakan suatu cara yang efektif dalam merencanakan dan

mengendalikan arus kas, menilai kas yang dibutuhkan dan menggunakan

kelebihan kas yang ada secara efektif pula. Anggaran kas merupakan alat utama

untuk membuat estimasi keuangan jangka pendek. Tujuan utama di dalam

(6)

operasional perusahaan sebagai dasar untuk menentukan optimalisasi kas dimasa

yang akan datang.

Dengan adanya anggaran maka pimpinan perusahaan akan lebih mudah

dalam mengarahkan jalannya kegiatan usaha. Membandingkan dengan apa yang

dianggarkan dengan apa yang terealisasi merupakan suatu hal yang baik untuk

mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Anggaran banyak

manfaatnya sebagai alat pelaksanaan pekerjaan, tetapi anggaran juga mempunyai

kelemahan, sebab anggaran dibuat berdasarkan asumsi, bila asumsinya berubah

maka anggaran kurang bermanfaat, kecuali direvisi sesuai dengan perubahan

asumsi.

Menurut Welsch (2000;15) batasan - batasan yang harus diperhatikan dalam

menyusun anggaran adalah:

1. Angka-angka yang dipergunakan dalam anggaran hanya bersifat taksiran

dan tidak mutlak. Semua yang tercantum dalam anggaran itu belum tentu

terjadi.

2. Anggaran harus terus disesuaikan dengan keadaan, sesuai dengan

perubahan lingkungan.

3. Penyusunan anggaran harus melibatkan seluruh jenjang manajemen.

4. Anggaran hanya sebagai alat bantu manajemen, jadi tidak boleh

menghilangkan kebutuhan akan manajer yang cakap.

Dari uraian diatas nyatalah bahwa anggaran kas harus dilakukan dengan

baik, sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai. Mengingat begitu

(7)

tertarik untuk membahas masalah tersebut sebagai pokok bahasan skripsi minor

yang disusun dengan judul : “ANALISIS ANGGARAN KAS PADA

PT.INDOSAT MEDAN”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa anggaran kas suatu perusahaan

perlu dikelola dengan baik. Anggaran kas yang disusun dan direncanakan secara

cermat akan membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan

efisien. Oleh karena itu penulis mencoba membuat perumusan masalah mengenai

“Apakah penyusunan anggaran kas pada PT. Indosat Medan dilakukan secara

efektif dan efisien ? ”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a) Untuk mengetahui apakah anggaran kas yang disusun oleh

PT.Indosat Medan sesuai dengan dengan realisasi anggaran.

b) Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada

realisasi anggaran.

2. Manfaat penelitian

a) Bagi perusahaan

Bagi perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dapat

terciptanya kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang

sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan yang

diharapkan.

(8)

Untuk menambah wawasan tentang anggaran kas bagi penulis.

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data dalam pembuatan skripsi minor ini dipergunakan

metode sebagai berikut :

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu pada PT. INDOSAT

Medan, yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

jasa telekomunikasi yang beralamatkan di Jl. Perintis Kemerdekaan

No.39 Medan, Sumatera Utara.

2. Sumber data

Jenis data ini dapat dibagi atas dua macam yaitu :

1) Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian

langsung di lapangan.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, literatur

serta sumber-sumber yang mendukung data primer.

3. Adapun teknik yang digunakan penulis ada dua cara :

1) Observasi; yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek

yang sedang diteliti.

2) Interview; yaitu kegiatan dengan cara melakukan wawancara

kepada pihak-pihak yang bersangkutan mengenai objek yang

(9)

4. Metode Analisis

a) Metode Deskriptif

Merupakan serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan dengan

jalan mengumpulkan, merangkumkan serta menginterpretasikan.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah kembali sehingga dapat

gambaran yang jelas, terarah dan menyuluruh dari masalah yang

dibahas, kemudian dianalisis dan dibahas secara umum.

b) Metode Deduktif

Yaitu dengan cara membandingkan dengan hasil yang diperoleh

dengan teori secara umum dan menunjukkan hubungan antara

variable yang diteliti. Dari analisa tersebut ditarik kesimpulan dan

(10)

BAB – II

PROFIL PERUSAHAAN

A.1 Sejarah PT. Indosat, Tbk

PT Indosat Satellite Corporation (PT. Indosat, Tbk) adalah sebuah

perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional terkemuka di

Indonesia. Kegiatan utama perusahaan adalah menyediakan jasa Telekomunikasi

Internasional melalui switching, termasuk telepon, teleks, telegram, komunikasi

data paket, faksimili dengan fasilitas store and foward, serta jasa Inmarsat untuk

sistem komunikasi bergerak global. Perusahaan juga menyediakan jasa

Telekomunikasi Internasional non switching seperti sirquit sewa berkecepatan

rendah maupun tinggi, konferensi video, jasa transmisi siaran televisi serta jasa

yang lainnya pada umumnya tidak berupa transmisi suara. Untuk jasa-jasa

switching memerlukan penyaluran melalui jaringan telepon domistik, sedangkan

jasa untuk non switching terhubung langsung ke fasilitas Indosat.

PT Indosat Satelite Corporation (PT Indosat, Tbk) didirikan pada tanggal 20

November 1967 merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Republik

Indonesia dengan ITT (International Telephone and Telegraph) untuk

membangun stasiun Bumi yang dioperasikan pada tahun 1969, dalam

perkembangannya dalam posisi telekomunikasi Internasional yang strategis dalam

menerima dan menyalurkan informasi dari dalam dan luar negeri, maka pada

tahun 1980 pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengambil alih seluruh

(11)

Mulai tahun 1980 PT Indosat berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang juga dapat menangkis keraguan kalangan Internasional akan

kemampuan mengoperasikan jasa Telekomunikasi Internasional tanpa ITT, pada

tahun 1992 Indosat kembali menjawab keraguan kemampuan Indosat dalam

bersaing dengan pihak swasta yang Satelindo, dimana Indosat mempertahankan

pangsa pasar sekitar 90%.

Pada 18 Oktober 1994 Indosat menjadi perusahaan Indonesia pertama yang

mencatat sahamnya di New York Exchange dengan “The best IPO deal of the

year”, sedangkan di dalam negeri saham Indosat tercatat BEJ dan BES, dengan

kata lain Indosat menjadi perusahaan terbuka yang dituntut untuk selalu

menciptakan nilai tambah untuk pemegang saham secara berkesinambungan.

Komposisi saham Indosat saat itu, 57% pemerintah RI (diwakili Meneg BUMN)

dan 47% diperdagangkan dipasar modal BEJ, BES, dan NYSE. Kantor Pusat

Indosat berada di Jalan Medan merdeka Barat Nomor 21 Jakarta. Kantor ini

mempunyai pusat pendidikan dan latihan yaitu Indosat Trambing & Conference

Centre (ITCC) di Jatiluhur, Jakarta Barat, sebagai pusat pembentukan insan-insan

Indosat yang propesional.

Untuk mengoperasikan layanan PT Indosat menggunakan perangkat

telekomunikasi internasional antara lain Sentral Gerbang Internasional (SGI) 1

sampai dengan 4, transmisi stasiun yang terbesar di berbagai lokasi di Indonesia

(Jakarta, Jatiluhur, Medan, Pantai Cermin, Batam, Surabaya dan Urip). Perangkat

jaringan Telekomunikasi Internasional tersebut memungkinkan pelanggan PT

Indosat untuk menghubungi relasinya di 240 negara tujuan. Sampai saat ini PT

(12)

Internasional dan domestik. SGI Indonesia saat ini juga berfungsi sebagai sentral

lokal, dimana Indosat telah menyelenggarakan layanan telekomunikasi lokal dan

sedang mempersiapkan jasa Internasional

PT Indosat telah memperoleh sertifikat ISO 9002; 1994 sejak 17 Januari

1997, dan pada 21 September 2001 berhasil mengkonverensikan seluruh sistem

menajemen mutunya sesuai dengan standart ISO yang baru yaitu versi ISO 9001;

2000. Mulai tahun 2001, kepemilikan silang antara Indosat dan Telkom

dihapuskan. Secara bertahap hak Ekskluisivitas kedua menyelenggarakan

telekomunikasi tersebut dihilangkan. Indosat menindak lanjuti upaya untuk

memasuki bisnis seluler melalui pendirian PT Indosat Multi Mulia Mobile (IM3)

ditahun 2001 dan akuisisi penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) di tahun

2002.

Pada akhir tahun 2002, Pemerintah Indonesia melakukan divestasi saham

Indosat yang dimilikinya sebesar 41,49% kepada Singapore Technologis

Telemedia Pte, Ltd. Melalui Indonesia Comunications Limited (ICL). Dengan

demikian satus Indosat kembali menjadi Perusahaan Penanam Modal Asing

(PMA) sebagai penyelenggara jaringan dan jasa terpadu, penyedia solusi

informasi dan telekomunikasi.

Pada tanggal 20 November 2003, penandatanganan penggabungan usaha

antara Satelindo, IM3 dan Bimagraha kedalam Indosat, menjadikan Indosat

sebagai Full Network Service Provide (FNSP) yang fokus pada seluler terbesar

kedua di Indonesia. Melalui layanan jasa seluler, telekomunikasi tetap dan MIDI

yang menyatu dalam organisasi Indosat menyatakan diri sebagai penyelenggara

(13)

PT Indosat mempunyai dua anak perusahaan konsolidasi yaitu Indosat

Mega Media dan Lintasarta. Kedua anak perusahaan itu beroperasi bersama

Indosat membentuk inti kelompok usaha Indost sebagai implementasi strategi

bisnis Indosat.

Kepemilikan saham PT Indosat, Tbk saat ini terdiri dari :

1. Publik memiliki 43,10%

2. STT memiliki 41,96%

3. Pemerintah memiliki 14,96%

A.2 Struktur Organisasi PT.INDOSAT North Sumatera Regional

I. JOB DESK UNIT KERJA MASING – MASING DIVISI

1. Unit Kerja Technical Operation.

a) Provisioning & Quality Improvement

Provisioning & Quality Improvement memiliki tugas yang berhubungan

dengan kualitas jaringan, improvement jaringan dan planning :

1) Memonitor performansi dari jaringan, dengan mengambil data dari

metrika dan juga melakukan drivetest

2) Traffic Management, dengan mengukur utilisasi dari BTS

3) Menjaga KPI, biasanya ditargetkan mencapai 99 %

4) Pengawasan dan perbaikan site yang telah ada

5) Planning pembangunan site baru, termasuk disini perencanaan

repeater baru.

PQI juga melakukan koordinasi dengan divisi lainnya, salah satunya adalah

dengan Fault Management (FM) untuk mengetahui keluhan – keluhan

(14)

BSS, jika diperlukan penambahan CU atau pengoptimalan arah dan

pengoptimalan kemiringan antenna.

b) NSS Switching O&M

Tugas dan kewajiban Tim NSS Switching O&M adalah:

1) Maintenance perangkat core cellular seperti MSC, HLR, GPRS,

i-Ring, SMS, switching local, SGI, CDMA.

2) Menanggapi keluhan pelanggan yang berhubungan dengan

nomornya.

3) Mengeksekusi penambahan link

4) Troubleshouting hardware dan software

NSS Switching O&M melakukan koordinasi dengan Fault Management dan

Call Center untuk keluhan pelanggan serta dengan bagian Provisioning

untuk penambahan link.

c) BSS O&M

Tugas dan kewajiban Tim BSS O&M adalah:

1) Bertanggung jawab terhadap pengoperasian seluruh BSC dan BTS

yang tersebar di wilayah Sumatera Bagian Utara

2) KPI, dimana BTS faulty tidak lebih dari 3 jam.

BSS O&M melakukan kerjasama dengan dengan divisi Network

Management Center (NMC) dimana NMC akan mengirimkan sms

broadcast ke tim technical BSS jika ada BTS yang faulty, serta dengan

fungsi PQI untuk pengoptimalan arah dan kemiringan antenna.

d) Local Network O&M

(15)

1) Penomoran antar PLMN

2) Kegiatan interkoneksi

3) Disaster Recovery Plan

4) Operation dan maintenance SKKL

Local Network yang melakukan hubungan dengan operator lain untuk

hubungan interkoneksi antar sentral, sementara eksekusinya dilakukan oleh

tim NSS O&M. Saat ini tim Local Network sedang melakukan project

upgrading SKKL SEAMEWE – 3 di pantai Cermin yang merupakan

pengembangan dari generasi sebelumnya yaitu sistem komunikasi kabel laut

SEAMEWE – 1 dan 2.

2. Unit Kerja Marketing dan Sales Support

a) Marketing Program & Market Analysis

Tugas dan tanggung jawab Marketing Program & Market Analysis adalah:

1) Mengusulkan target revenue & subscribers per Cabang/ Reps.

2) Mengusulkan parameter kinerja Cabang/ Reps.

3) Monitoring & evaluasi kinerja.

4) Analisa dan Pemetaan Pasar & Kompetisi dalam lingkup Regional.

5) Support database market untuk Cabang/ Reps.

6) Menyusun dan mengkoordinasikan program marketing untuk

lingkup Regional.

7) Melakukan evaluasi pasca program di lingkup Regional.

8) Manajemen Budget MSS.

Fungsi ini biasanya melakukan koordinasi dengan channel management

(16)

b) Product Solution Support

Tugas dan tanggung jawab Product Solution Support adalah:

1) Melakukan analisa competitiveness produk indosat.

2) Memformulasikan dan mengusulkan product solution & bundling.

3) Memformulasikan dan mengusulkan pemberlakuan tarif khusus

untuk semua produk maupun specific zone.

4) Mengkoordinasikan aktivitas akuisisi/kerjasama Corporate &

Community di lingkup Regional.

5) Melakukan audit dan monitoring kualitas network dan pelayanan.

Fungsi ini biasanya berkoordinasi dengan Retention Management untuk

program pelayanan serta unit kerja Technical Operation untuk kualitas

network.

c) Channel management

Tugas dan tanggung jawab Channel management adalah:

ii. Mengusulkan target distribusi SP dan Voucher per Cabang/ Reps.

iii. Monitoring & evaluasi distribusi.

iv. Support database distribusi untuk Cabang.

v. Memformulasikan dan mengkoordinasikan evaluasi Dealership

lingkup Regional.

vi. Menyusun dan mengkoordinasikan program distribusi dan

Dealership untuk lingkup Regional.

Fungsi ini melakukan koordinasi dengan retention management dan juga

dengan marketing program dan market analysis untuk peningkatan

(17)

d) Retention Management

Tugas dan tanggung jawab Retention Management adalah:

1) Memformulasikan dan mengkoordinasikan program peningkatan

revenue dan loyalty di lingkup Regional.

2) Memformulasikan dan mengevaluasi kinerja pelayanan.

3) Support database pelanggan untuk Cabang.

Fungsi ini melakukan koordinasi dengan channel management dan

marketing program & market analysis dimana penekanannya lebih kepada

tujuan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

e) Contact Center

Tugas dan tanggung jawab Contact center adalah:

1) Menyelenggarakan kegiatan Contact Center Regional (Sumatera).

2) Mengkoordinasikan kegiatan registrasi kartu prabayar di lingkup

Regional.

Fungsi ini biasanya melakukan koordinasi dengan marketing program &

market analysis untuk sosialisasi program.

3. Unit Kerja Business Operation Support

a) Human Resource

Tugas dan tanggung jawab Human Resource adalah:

c) Melakukan pembayaran gaji karyawan / remunisasi

d) Mengatur pendidikan dan pelatihan bagi karyawan

e) Support data base karyawan

(18)

Human Resource melakukan koordinasi dengan cabang untuk pembayaran

gaji & penambahan karyawan serta diklat bagi karyawan, disamping itu

HR juga melakukan koordinasi dengan divisi Learning & Capabilities di

HQ.

b) Procurement

Tugas dan tanggung jawab Procurement adalah:

Pengadaan barang untuk kebutuhan seluruh divisi dan cabang dari

regional Sumbagut.

Dalam menjalankan fungsinya, procurement melakukan koordinasi

dengan divisi atau cabang yang membutuhkan pengadaan barang dan

vendor yang akan menyediakan barang serta HQ terutama barang yang

termasuk dalam kategory Capital Expenditure atau Capex.

c) IT Support

Tugas dan tanggung jawab IT Support adalah:

2. Network

Merawat, mengatur dan mengawasi network NSR dan

menginventaris server dan perangkat last mile network untuk

memperluas jaringan dan menjaga performansi jaringan last-mile

3. Front End Application

Maintenance server, menjaga konektivitas jaringan sampai di

end-user, mengatur serta membuat aplikasi-aplikasi yang mendukung

(19)

4. Hardware & Software Maintenance

IT Support dalam menjalankan fungsinya melakukan koordinasi ke banyak

divisi terutama yang membutuhkan aplikasi dan perangkat komputer serta

email bagi seluruh karyawan, untuk ke HQ biasanya IT support

berhubungan dengan IT Helpdesk.

d) Property dan Site Acquisition

Tugas dan tanggung jawab Property dan Site Acquisition adalah:

1) Mengakuisisi lahan kosong untuk pembangunan tower

2) Perpanjangan sewa site

3) Pembangunan Galeri atau Reps dan kontraknya

4) Bertanggung jawab terhadap anggaran sewa gedung atau mobil.

Dalam melaksanakan fungsinya SITAC berkoordinasi dengan divisi RNP

dan vendor yang akan menangani pembangunan tower serta dengan tim

technical yang ada di cabang atau reps untuk melakukan survey area untuk

mengetahui kondisi area yang akan dibangun BTS.

4. Medan Branch

a) Direct sales

Direct sales fokus penjualannya adalah yang terkait dengan corporate

seperti midi dan juga matrix termasuk untuk personal user. Dalam

menjalankan fungsinya fungsi ini banyak melakukan koordinasi dengan

(20)

b) Indirect sales

Indirect sales fokus penjualannya adalah produk prepaid seluler. Dalam

menjalankan fungsinya, indirect sales berkoordinasi dengan channel

management regional untuk distribusi SP dan voucher untuk cabang dan

reps di sumatera utara dan NAD serta dengan dealer dalam hal penjualan.

Indirect sales juga melakukan koordinasi dengan marketing commnication

untuk mendukung program mereka.

c) Sales administration

Sales administration memiliki tanggung jawab terhadap aktivasi kartu

matrix termasuk melakukan survey data customer. Fungsi ini selalu

berkoordinasi dengan direct sales dan galeri untuk pelanggan postpaid dan

juga dengan revenue assurance untuk tagihan pelanggan.

d) Customer service dan retensi

Customer service dan retensi membawahi CS galeri dan reps. Bagian ini

juga memiliki fungsi retensi yang bertujuan menjaga pelanggan agar tetap

loyal. Dalam menjalankan programnya, fungsi ini banyak melakukan

koordinasi dengan marketing commmunication dan juga dengan indirect

sales untuk program retensi.

e) Marketing communication

Marketing communication memiliki tanggung jawab untuk melakukan

promosi produk ke pelanggan di area medan dan NAD baik berupa

penyelenggaraan event besar maupun melalui sms broadcast. Marketing

communication banyak berkoordinasi dengan indirect sales dan customer

(21)

B. ANGGARAN KAS

Dalam menjalankan operasi perusahaan diperlukan adanya pengelolaan kas

atau manajemen kas yang baik, pelaksanaan operasi perusahaan harus

direncanakan sesuai daa yang tersedia. Oleh sebab itu perlu dibuat anggaran kas

yang merupakan proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas serta saldonya dalam

periode tertentu. Penyusunan anggaran kas perusahaan harus melibatkan semua

tingkatan manajemen yang ada dalam perusahaan.

Menurut M. Munandar (2001 ; 113), Anggaran kas adalah:

“Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terinci tentang semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode tertentu dimasa yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas”.

Menurut Nafarin ( 2004 ; 12)

“Anggaran kas adalah suatu rencana keuangan periodic yang disusun berdasarkan program yang telah disusun secara tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umum dalam jangka waktu tertentu”.

Menurut Halim (2001 ; 141)

“Anggaran kas adalah suatu jadwal aliran kas masuk dan aliran kas keluar pada suatu periode tertentu, dimana periode tersebut bias harian, bulanan, triwulanan atau tahunan”.

Dari beberapa penjelasan tersebut diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa

anggaran kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran

uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi

lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau

(22)

Dan dari pengertian-pengertian diatas dapat pula kita ketahui bahwa

anggaran kas mempunyai tiga sektor, yaitu:

1. Sektor penerimaan kas, yang ada pada umumnya berasal dari

a. Penjualan tunai barang jadi yang diproduksi

b. Penagihan piutang

c. Penjualan aktiva tetap

d. Penerimaan lain-lain (non operating) seperti penghasilan bunga,

penghasilan sewa, penghasilan deviden dan lain sebagainya

2. Sektor pengeluaran kas, yang pada umumnya berupa pengeluaran untuk

biaya-biaya baik berupa biaya utama (operating) maupun biaya-biaya

bukan utama (non operating), seperti contoh:

a. Pembelian tunai

b. Pembayaran hutang

c. Pembayaran upah tenaga kerja langsung

d.Pembayaran biaya pabrik tidak langsung

e. Pembayaran biaya administrasi

f. Pembayaran biaya penjualan

3. Sektor keuangan, yang disusun apabila perusahaan mengalami defisit

yang memerlukan pinjaman dan sebagaimana pelunasannya dilakukan

Penyusunan anggaran kas bertujuan untuk mengetahui adanya kelebihan dan

kekurangan kas dalam suatu periode tertentu, dengan diketahui adanya

kekurangan kas jauh sebelumnya maka dapat direncanakan penentuan sumber

(23)

Anggaran kas meliputi tiga dimensi waktu, yaitu anggaran kas jangka

panjang, anggaran kas jangka pendek, anggaran kas untuk operasional

1. Anggaran kas jangka panjang

Anggaran kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran

modal dan rencana laba strategi jangka panjang. Estimasi penerimaan kas

dan estimasi pengeluaran kas merupkan dasar yang sehat untuk

keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, untuk penggunaan kas, dan untuk

kredit jangka panjang.

2. Anggaran kas untuk operasional

Anggaran yang digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan dan

pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari

(day-to-day). Tujuan utama anggaran ini adalah untuk pengendalian kas

yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan

oppurtinity cost karena kas yang menganggur.

Manfaat anggaran kas dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Dengan adanya anggaran kas maka sasaran usaha yang akan dicapai

perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu yang akan menjadi jelas,

baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Masing-masing tingkat

manajemen akan mengetahui dengan jelas target usahanya yang harus

(24)

b) Secara tidak langsung dengan disusunnya anggaran kas akan

mengakibatkan perbaikan dari organisasi perusahaan yang bersangkutan.

Sebab dengan adanya anggaran kas tersebut akan memaksa unit-unit kerja

yang ada dalam masing-masing bagian untuk menegaskan dan menata

kembali deskripsi kerjanya maupun wewenang dan tanggung jawabnya,

bahkan bilamana perlu dapat pula dilakukan perhitungan lebih lanjut

tentang standart cost untuk tiap jenis biaya.

c) Dengan adanya anggaran kas akan mendorong terjadinya profesionalisme

dan perbaikan “manajerial skill” dari setiap personil anggota organisasi

karena masing-masing sudah ditata dengan jelas tugas dan tanggung

jawabnya, dan disamping itu prestasinya juga akan diukur. Oleh karena

itu, ia harus meningkatkan prestasinya melalui penguasaan dan

peningkatan ketrampilan kerja yang lebih baik.

d) Dengan adanya anggaran kas tersebut, akan tersedia bagi manajemen

perusahaan yang bersangkutan. Suatu alat koordinasi dana pengawasan

yang sangat berguna untuk mengendalikan kegiatan usahanya didalam

mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.

e) Dengan adanya anggaran kas tersebut, akan tersedia bagi manajemen

perusahaan yang bersangkutan. Suatu alat koordinasi dana pengawasan

yang sangat berguna untuk mengendalikan kegiatan usahanya didalam

mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.

f) Dengan adanya sasaran jelas, penataan kembali organisasi yang lebih baik,

perbaikan kualitas personalia, tersedianya alat pengendalian usaha yang

(25)

tentu akan memberikan kesempatan bagi perusahaan dalam meningkatkan

profitability dari perusahaan bersangkutan.

g) Dengan adanya anggaran kas perusahaan juga mempunyai kemampuan

untuk mengadakan reaksi yang lebih baik dalam menghadapi berbagai

perkembangan usaha diluar dugaan.

B. PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS

Penyusunan anggaran kas adalah cara yang efektif untuk merencanakan dan

mengendalikan cash flows (aliran kas masuk & keluar), taksiran kebutuhan kas,

dan penggunaan kelebihan kas secara efektif.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di dalam

menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup defisit tersebut

diperlukan suatu transaksi keuangan.

Berdasarkan pernyataan M. Nafarin (2000:9) dalam penyusunan anggaran

perlu diperhatikan perilaku para pelaksanaan anggaran dengan cara

mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

5. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga

tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu

rendah tidak menggambarkan kedinamisan, sedangkan anggaran yang

dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.

6. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi diireksi.

7. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga

pelaksanaan tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.

8. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat

dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan

(26)

Menurut M.Nafarin (2000:9) dalam penyusunan anggaran perlu

dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

a) Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan

b) Data-data waktu yang lalu

c) Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi

d) Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing

e) Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah

f) Penelitian untuk pengembangan perusahaan

Tiga tahap penyusunan anggaran kas (Penyusunan Anggaran Perusahaan;2008)

adalah :

a) Tahap pertama, menyusun taksiran penerimaan kas dan pengeluaran menurut rencana operasi perusahaan

b) Tahap kedua, menyusun taksiran kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutup defisit dan menyusun taksiran pembayaran bunga utang beserta waktu pelunasan kembali utang tersebut

c) Tahap ketiga, menyusun kembali taksiran seluruh penerimaan dan pengeluaran kas, yang merupakan anggaran kas final.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Kas

1. Faktor – faktor Penerimaan Kas meliputi :

a) Anggaran Penjualan

Penerimaan kas perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan.

Baik itu merupakan penjualan kredit ataupun penjualan tunai. Berapapun

perbandingan yang ada antara penjualan kredit dengan penjualan tunai di

dalam perusahaan tersebut namun semakin besar penjualan produk

perusahaan berarti semakin besar pula penerimaan kas perusahaan

tersebut.

(27)

Dari sejumlah penjualan kredit yang di;lakukan perusahaan, syarat

pembayaran akan mempengaruhi jangka waktu antara transaksi penjualan

dengan penerimaan kas perusahaan, sehingga akan mempengaruhi

besarnya penerimaan kas perusahaan pada suatu periode. Semakin cepat

jangka waktu ini akan semakin baik bagi perusahaan yang bersangkutan.

c) Kebijakan penagihan piutang

Kebijakan perusahaan tentang penagihan piutang akan berpengaruh

terhadap besar dan kecilnya penerimaan kas dalam suatu periode.

Perusahaan yang menerapkan kebijakan penagihan piutang yang ketat

akan dapat memperoleh penerimaan kas yang lebih cepat dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak mempunyai kebijakan tertentu di dalam

penagihan piutang ini.

d) Kebijakan Perubahan Aktiva Tetap

Kebijakan perubahan aktiva tetap akan mempengaruhi besarnya

penerimaan kas dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena setiap

penjualan aktiva tetap merupakan kas masuk bagi perusahaan namun di

satu sisi, perusahaan harus mencari pengganti aktiva tersebut dengan jalan

pembelian aktiva baru yang hal ini merupakan pos pengeluaran kas

perusahaan.

e) Rencana Penerimaan Lain-Lain

Di samping pendapatan operasional, perusahaan akan memperoleh

penerimaan kas dari penerimaan lain-lain yang berasal dari penerimaan

(28)

2. Faktor-faktor pengeluaran kas meliputi :

a) Anggaran pembelian bahan baku

Khususnya rencana tentang jenis dan jumlah bahan mentah yang akan

dibeli dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin

besar jumlah pembelian bahan baku maka semakin besar pula transaksi

pembelian secara tunai yang dilakukan sehingga akan memperbesar

pengeluaran kas dan sebaliknya.

b) Potongan harga untuk pembelian tunai

Potongan harga yang diberikan oleh para pemasok bahan baku untuk

setiap pembelian tunai akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi

perusahaan untuk mengadakan pembelian tunai atau kredit.

c) Anggaran biaya tenaga kerja langsung

Semakin besar upah tenaga kerja langsung yang akan dibayar, maka

semakin besar pula pengeluaran kas perusahaan.

d) Anggaran biaya overhead

Biaya overhead pabrik bukan tunai ini tidak akan mempengaruhi besar dan

kecilnya pengeluaran kas perusahaan, karena berapapun besarnya biaya

overhead pabrik bukan tunai ini tidak diperlukan uang kas untuk

membayarnya.

e) Anggaran biaya administrasi dan umum

Anggaran ini mempengaruhi besarnya pengeluaran kas pada suatu periode.

Dalam biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum terdiri dari

biaya tunai dan biaya bukan tunai. Biaya tunai akan mempengaruhi besar

(29)

f) Anggaran biaya penjualan

Sama halnya dengan anggaran biaya administrasi dan umum bahwa

anggaran ini terbagi dari biaya tunai dan bukan tunai. Yang tergolong

biaya bukan tunai dalah penyusutan gedung sedangkan contoh biaya

bukan tunai seperti gaji pegawai dan biaya promosi. Dalam hal ini

kebijakn promosi yang dilakukan perusahaan akan berpengaruh terhadap

besar dan kecilnya pengeluaran kas perusahaan untuk mendukung kegiatan

promosi yang dilakukan.

g) Anggaran pembelian aktiva tetap

Bilaman selama periode yang akan datang perusahaan merencanakan akan

melakukan penambahan aktiva tetap, maka akan memperbesar

pengeluaran kas dan sebaliknya.

h) Besarnya jumlah hutang jatuh tempo

Baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang, apabila sudah jatuh

tempo akan merupakan beban yang harus dibayar oleh perusahaan

sehingga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran kas dari perusahaan

yang bersangkutan.

i) Anggaran Pengeluaran Lain-Lain

Misalnya untuk biaya bunga dan biaya sewa. Meskipun kegiatan ini

merupakan kegiatan non operasional namun tetap saja memerlukan

pengeluaran kas, sehingga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran kas

(30)

D. PENYUSUNAN ANGGARAN KAS PT. INDOSAT. Medan

Penyusunan usulan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Tahunan pada PT.

INDOSAT adalah proses penyusunan usulan kebutuhan anggaran operasional dan

anggaran investasi masing-masing Divisi dan Cabang yang ada di North

Sumateran Regional untuk periode satu tahun. Proses RKA untuk periode satu

tahun kedepan dimulai setiap bulan Agustus pada periode tahun sebelumnya dan

final pada bulan Desember pada periode satu tahun sebelumnya. Hasil persetujuan

usulan RKA oleh Direksi akan didistribusikan ke Regional setiap awal tahun

anggaran.

Penyusunan RKA dimulai dengan adanya Nota Dinas RKA tahunan dari

Head Quarter Controlling. Fungsi Controlling Regional melakukan konfirmasi

dan koordinasi terkait dengan Nota Dinas tersebut. Hal-hal yang dikoordinasikan

antara lain :

a) Time Schedule proses RKA Corporate

b) Syarat dan ketentuan yang berlaku dalam penyusunan RKA

Divisi finance NSR menerbitkan Nota Dinas tentang persiapan RKA

tahunan Regional NSR. Untuk hal tersebut fungsi controlling regional

mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

a) Membuat draft usulan RKA dalam format Microsoft Excel. Usulan

anggaran harus dibuat berdasarkan program kerja.

b) Membuat guidance Mata Anggaran dan Guidance pengisian usulan RKA

dalam format Microsoft Excel

c) Membuat estimasi penyerapan anggaran setahun untuk masing-masing

(31)

d) Membuat time schedule proses RKA regional

e) Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan RKA Regional dengan HQ

Contorolling

f) Mengkompilasi dan menginformasikan issue-issue yang terkait dengan

RKA

g) Membentuk Tim Penyusunan RKA regional

h) Mengadakan rapat-rapat koordinasi dengan semua fungsi yang ada di

Regional

Selanjutnya semua fungsi harus membuat usulan RKA dalam format excel

sesuai guidance yang telah diberikan. Data yang sudah dibuat harus mendapat

persetujuan dari fungsi manajemen di masing-masing fungsi. Apabila telah

disetujui, usulan tersebut disampaikan ke fungsi controlling regional untuk

dilakukan rekap dan evaluasi.

Hasil rekap dan evaluasi usulan dibahas dalam rapat koordinasi dengan

semua fungsi terkait di NSR. Revisi dilakukan oleh tim RKA di masing-masing

fungsi dan hasilnya dikirimkan kembali ke fungsi controlling regional untuk

direkap dan dievaluasi kembali dan selanjutnya akan dilakukan rapat pembahasan

kembali

Final usulan RKA dalam format Microsoft Excel dimintakan persetujuan

ke Group Head Regional NSR. Apabila setuju maka draft usulan tersebut

dijadikan acuan dalam pengisian usulan RKA di aplikasi Comshare. Fungsi

controlling melakukan persiapan proses entry data di aplikasi Comshare. Proses

entry data dilakukan oleh tim RKA di masing-masing Divisi dan Cabang.

(32)

5. Sosialisasi penggunaan aplikasi Comshare dan ketentuan yang berlaku

6. Pelatihan proses entry data usulan anggaran di aplikasi comshare

7. Cek instalasi dan user ID aplikasi comshare di masing-masing Tim RKA

Regional

8. Proses uji coba penggunaan aplikasi. Dalam proses ini fungsi controlling

akan melakukan roadshow ke tiap-tiap divisi dan cabang untuk melakukan

pengecekan kesiapan aplikasi dan SDM yang akan melakukan proses entry

data

9. Melakukan rapat koordinasi dengan semua fungsi terkait dan HQ

Controlling

Selanjutnya proses entry data usulan RKA ke aplikasi Comshare. Fungsi

controlling regional akan melakukan monitoring terhadap hasil entry data untuk

mengidentifikasi adanya kesalahan. Dalam penggunaan aplikasi comshare, fungsi

controlling regional mempunyai kewenangan untuk mengakses semua data usulan

RKA di Regional NSR. Setiap kesalahan diinformasikan ke fungsi terkait untuk

dilakukan revisi.

Semua data yang sudah dimasukkan dengan benar akan dikonsolidasikan

oleh fungsi controlling regional. Proses konsolidasi data adalah proses

rekapitulasi semua data yang sudah dimasukkan per masing-masing divisi, cabang

dan total regional. Setiap terjadi revisi data harus dilakukan konsolidasi ulang

untuk diupdating rekap data.

Hasil konsolidasi dibahas dalam rapat koordinasi dengan semua fungsi di

NSR. Apakah ada revisi ? Jika “ya” revisi dilakukan oleh masing-masing fungsi

(33)

persetujuan ke Group Head Regional NSR. Apabila ada revisi? Jika “ya” maka

revisi dilakukan oleh masing-masing fungsi terkait dan apabila “tidak” ada revisi

atau jika Group Head sudah setuju maka fungsi controlling regional akan

melakukan proses submits data. Sebelum proses submit dilakukan fungsi

controlling regional melakukan konsultasi dan kordinasi dengan HQ Controlling

dan Konsultan untuk memastikan kebenaran data yang sudah dimasukkan. Jika

data usulan sudah disetujui berarti data tersebut sudah final dan tidak dapat

dirubah lagi kecuali oleh HQ Controlling dan konsultan.

Data yang sudah disetujui lalu direkap dan dijadikan lampiran Nota Dinas

Usulan RKA Regional NSR yang dikirimkan ke HQ Controlling. Dengan

demikian proses dianggap selesai, data tersimpan di aplikasi comshare dan hard

(34)

TABEL 2.1

ANGGARAN KAS TAHUN 2006

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM

(35)

TABEL 2.2

ANGGARAN KAS TAHUN 2007 (dalam rupiah)

PENERIMAAN ANGGARAN REALISASI DEVIASI %

MENTARI 136,496,566,064 110,345,063,418 -26,151,502,646 -19%

IM3 80,971,041,798 60,917,536,273 -20,053,505,525 -24.7%

MATRIX 60,632,769,237 32,131,572,779 -28,501,196,458 -12.2%

STAR ONE 40,050,054,676 23,765,767,700 -16,284,286,976 -40,6%

FIXED & MIDI 70,753,172,077 55,904,869,282 -14,848,302,795 -21%

TOTAL PENERIMAAN 388,903,603,852 283,064,809,452 -105,838,794,400 -27.2%

PENGELUARAN

BIAYA OPERASI TELEKOMUNIKASI ANGGARAN REALISASI DEVIASI %

BIAYA TEKNIS 3,344,000,000 5,787,403,466 -2,443,403,466 -73%

BIAYA TELEKOMUNIKASI 19,896,000,000 23,533,891,332 -3,637,891,332 -18%

BBM GENSET 10,210,000,004 10,559,789,016 -349,789,012 -3%

INSPEKSI LAPANGAN 3,800,000,004 4,039,584,757 -239,584,753 -6%

TRANSPORTASI 270,000,000 447,979,258 -177,979,258 -66%

BIAYA JARINGAN 350,000,000 668,604,168 -318,604,168 -91%

INSTALASI 1,830,000,000 1,997,882,089 -167,882,089 -9%

TOTAL 39,700,000,008 47,035,134,086 -7,335,134,078 -18%

BIAYA ADMINISTRASI & UMUM

SEWA GEDUNG 650,473,910 553,262,245 97,211,665 15%

SEWA KENDARAAN 6,213,594,278 6,599,594,278 -386,000,000 -6%

SEWA MESIN FOTOCOPY 599,500,006 567,788,386 31,711,620 5%

PERALATAN 1,423,980,000 2,570,450,600 -1,146,470,600 -81%

PUBLIKASI 125,000,003 131,515,711 -6,515,708 -5%

ASURANSI KENDARAAN 4,554,660 4,798,660 -244,000 -5%

PAJAK KENDARAAN 5,050,000 5,500,000 -450,000 -9%

ADMINISTRASI 15,939,800,900 16,656,705,000 -716,904,100 -4%

TOTAL 25,069,953,757 27,205,665,250 -2,135,711,493 -9%

BIAYA PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN GEDUNG 2,566,590,000 2,861,694,771 -295,104,771 -11%

PEMELIHARAAN PERALATAN IT 1,747,990,009 1,708,072,422 39,917,587 2%

PEMELIHARAAN PERALATAN KANTOR 64,510,000 40,877,850 23,632,150 37%

PEMELIHARAAN KENDARAAN 47,550,001 47,334,450 215,551 0%

SPAREPARTS 1,036,640,002 1,206,625,716 -169,985,714 -16%

TOTAL 5,463,280,012 5,864,605,209 -401,325,197 -7%

BIAYA PEMASARAN

EXHIBITION 3,563,650,007 3,673,841,703 -110,191,696 -3%

SPONSORSHIP 256,300,007 236,762,076 19,537,931 8%

UNDIAN 509,100,001 617,005,195 -107,905,194 -21%

POS SUPPORT 1,439,665,002 1,470,986,050 -31,321,048 -2%

MARKETING AGENCY 3,419,498,703 3,345,879,877 73,618,826 2%

PENELITIAN & PENGEMBANGAN 57,878,000 57,788,784 89,216 0%

IKLAN 8,137,061,321 8,155,254,868 -18,193,547 0%

TOTAL 17,383,153,041 17,557,518,553 -174,365,512 -1%

SEWA JARINGAN

LEASED LINES 898,000,000 1,962,407,798 -1,064,407,798 -18%

INTERNET CIRCUIT 200,225,650 425,109,550 -224,883,900 -11%

TOTAL 1,098,225,650 2,387,517,348 -1,289,291,698 -117%

BIAYA LAIN-LAIN 319,681,891- 275,000,000 44,681,891 14%

(36)

BAB – III

ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisa dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2006

Penerimaan

Anggaran penerimaan yang ditetapkan perusahaan pada tahun 2006 melalui lima

produknya adalah sebesar Rp.308.305.063.009. Realisasi penerimaan yang terjadi

adalah sebesar Rp.252.038.202.001. Pencapaian anggaran penerimaan mencapai

82%. Pencapaian yang terjadi lebih besar dari target perusahaan yaitu 80%. Secara

umum penerimaan pada tahun 2006 menunjukkan hasil yang efektif. Adapun

rincian realisasi penerimaan dari kelima produk itu adalah sebagai berikut :

1. Mentari

Anggaran penerimaan untuk produk Mentari pada tahun 2006 sebesar

Rp.82.956.000.500. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar

Rp.90.200.450.045. Pencapaian anggaran lebih besar dari yang ditetapkan

yaitu mencapai 109%. Selisih sebesar Rp.7.244.449.545. Hasil pencapaian

pada produk ini menunjukkan hasil yang sangat efektif dibandingkan

penerimaan produk lain pada tahun 2006. Pencapaian target penerimaan dari

produk Mentari tidak lepas dari promosi yang gencar dilakukan perusahaan

melalui fasilitas dan harga yang ditawarkan. Produk Mentari merupakan

produk yang menghasilkan penerimaan terbesar. Anggaran yang ditetapkan

juga dengan jumlah yang lebih besar dari anggaran penerimaan dari produk

(37)

2. IM3

Target penerimaan untuk produk ini pada tahun 2006 sebesar

Rp.67.987.540.800. Realisasi yang terjadi lebih besar dari anggaran yang

ditetapkan, yaitu sebesar Rp.70.854.380.000. Sehingga terjadi selisih yang

tidak mencapai target sebesar Rp.2.866.839.200 atau sebesar 4%. Pencapaian

hasil yang terjadi pada penerimaan produk ini cukup efektif. Anggaran yang

ditetapkan pada produk ini cukup besar dan realisasi yang terjadi juga lebih

besar dari anggaran. Hal ini disebabkan produk ini sangat digemari konsumen

yang pada umumnya tergolong pelajar dan mahasiswa. Dengan tarif Rp.0,1

per sms dan telepon Rp.0,1 ke sesama produk Indosat, produk IM3 semakin

banyak digunakan masyarakat.

3. Matrix

Penerimaan dari produk ini hanya sebesar Rp.20.998.004.300 dibandingkan

dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp.40.667.453.809. Selisih yang

tidak mencapai target sebesar Rp.19.669.449.509 atau sebesar 48%.

Pencapaian hasil yang terjadi pada penerimaan produk ini sangat kurang

efektif. Rendahnya penerimaan dari produk ini disebabkan rendahnya

konsumen yang menggunakan produk ini. Produk ini memang ditujukan pada

kalangan eksekutif. Konsumen lebih banyak menggunakan produk sejenis dari

perusahaan jasa telekomunikasi lainnya.

4. StarOne

Anggaran penerimaan untuk produk CDMA ini pada tahun 2006 ditetapkan

sebesar Rp.45.909.067.000, sedangkan realisasi yang terjadi

(38)

atau sebesar 36%. Pencapaian hasil penerimaan yang terjadi pada produk ini

juga tidak efektif. Hasil ini dinilai wajar mengingat produk ini baru

dikeluarkan perusahaan untuk persaingan produk CDMA. Promosi yang

gencar perlu dilakukan untuk peningkatan penerimaan produk ini.

5. FIXED & MIDI

Target penerimaan untuk produk gabungan ini pada tahun 2006 adalah sebesar

Rp.70.785.000.900. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar

Rp.45.004.587.056. Selisih yang tidak mencapai target sebesar

Rp.25.780.413.844 atau sebesar 36%. Pencapaian hasil ini masih lebih rendah

dari target perusahaan yaitu 50% sehingga hasil ini tidak efektif. Hasil pada

penerimaan pada jasa penyediaan jaringan internet dan komunikasi data ini

disebabkan masih sedikit variasi produk jasa yang ditawarkan sehingga

konsumen menggunakan produk lain.

Pengeluaran

Anggaran pengeluaran kas pada tahun 2006 sebesar Rp.77,288,271,463. Realisasi

yang terjadi sebesar Rp. 91,530,005,988. Selisih yang merugikan perusahaan

terjadi sebesar Rp.14,241,734,525 atau 15,5%. Jumlah pengeluaran yang terjadi

pada tahun 2006 dinilai kurang efesien mengingat selisih yang terjadi cukup besar

yaitu 14,2 Milliar. Adapun rincian dari pengeluaran adalah sebagai berikut :

1. Biaya Operasi Telekomunikasi (Cost of Service)

Jumlah total anggaran untuk biaya operasi telekomunikasi adalah sebesar

Rp.25.634.369.620, sedangkan realisasi menjadi sangat besar yaitu sebesar

(39)

sebesar 57%. Jumlah selisih pengeluaran ini menunjukkan hal yang sangat

kurang efektif. Biaya ini seharusnya bisa ditekan jumlahnya. Adapun rincian

dari Biaya Operasi telekomunikasi adalah sebagai berikut:

a) Biaya Teknis

Anggaran untuk biaya teknis sebesar Rp.5.460.741.000, realisasinya sebesar

Rp.7.225.048.487. Selisih yang tidak mencapai target sebesar sebesar

Rp.1.764.307.487 atau 32 %. Hal ini menunjukkan kurang efisen dari biaya

ini karena selisih yang terjadi pada biaya ini sebesar Rp.1,7 Milliar. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan pelayanan konsumen agar sinyal kuat maka

harus dilakukan perluasan jaringan dengan memperbanyak menara BTS,

membuat biaya teknis semakin banyak dan melebihi dari anggaran yang

ditetapkan. Anggaran untuk biaya ini perlu ditingkatkan untuk memperluas

jangkauan sinyal.

b) Biaya Telekomunikasi

Untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2006 dianggarkan sebesar

Rp.12.278.118.450, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu

Rp.20.736.028.892. Selisih yang terjadi sebesar Rp.8.457.910.442 atau

sebesar 69%. Selisih pada biaya ini cukup besar yaitu mencapai Rp. 8,4

Milliar. Jumlah selisih yang terjadi menunjukkan pengeluaran biaya yang

tidak efisien. Hal ini disebabkan kegiatan perusahaan yang semakin

kompleks dalam meningkatkan kinerja pelayanan terhadap konsumen.

Anggaran yang telah ditetapkan tidak bisa memenuhi kebutuhan biaya

(40)

sangat ketat antara perusahaan telekomunikasi dalam menawarkan

produknya.

c) BBM Genset

Anggaran untuk BBM Genset sebesar Rp.1.608.977.000, realisasinya

sebesar Rp.6.585.474.715. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.

4.976.497.715 atau 309 %. Jumlah selisih yang sangat besar ini menunjukkan

pengeluaran yang sangat kurang efisien. Selisih yang terjadi pada biaya ini

disebabkan oleh aliran listrik PLN yang sering mati dan kenaikan harga

bahan bakar minyak untuk genset sehingga anggaran yang telah ditetapkan

sangat kurang untuk memenuhi pengeluaran untuk operasional yang tinggi.

d) Inspeksi Lapangan

Untuk biaya Inspeksi lapangan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar

Rp.4.344.543.234, sedangkan realisasi yang terjadi lebih rendah yaitu

Rp.3.227.707.258. Selisih terjadi sebesar Rp.1.116.835.976 atau sebesar 26

%. Hal ini disebabkan aktivitas rutin di lapangan hanya dilakukan untuk

pengawasan menara BTS. Anggaran yang ada sudah cukup dalam

memenuhi kebutuhan.

e) Biaya Transportasi

Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya ini sebesar Rp.106.514.000,

namun realisasi yang terjadi sebesar Rp.173.052.900. Terjadi selisih yang

tidak mencapai target sebesar Rp.66.538.900 atau 62 %. Hal ini

disebabkan kenaikan harga BBM pada saat itu. Anggaran yang ditetapkan

(41)

f) Biaya Jaringan

Untuk Biaya Jaringan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar

Rp.411.104.270, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu

Rp.616.636.093. Selisih yang terjadi sebesar Rp.205.531.823 atau sebesar

50 %. Hal ini disebabkan peningkatan kegiatan operasional perusahaan

dalam penyediaan jaringan yang selalu optimal. Biaya ini harus ada agar

operasional tetap berjalan dengan lancer.

g) Biaya Instalasi

Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.1.424.371.666,

namun realisasi yang terjadi tidak jauh berbeda yaitu sebesar

Rp.1.635.850.801. Selisih Rp.211.479.135 atau sebesar 15 %. Selisih biaya

ini disebabkan semua peralatan IT membutuhkan pembaharuan sistemnya.

Biaya ini diperlukan untuk instalasi hardware dan software dalam

mendukung kegiatan operasional. Selisih yang terjadi dianggap wajar

karena ini sangat penting dalam telekomunikasi.

2. Biaya Administrasi dan Umum

Untuk anggaran pengeluaran pada Biaya Administrasi dan Umum adalah

sebesar Rp.25.240.217.311. Realisasi yang terjadi Rp.29.802.303.867. Terjadi

selisih sebesar Rp.4.562.086.556 atau sebesar 18 %. Jumlah dana yang

dikeluarkan pada biaya ini dinilai kurang efisien. Adapun rincian biaya

Administrasi dan Umum adalah sebagai berikut :

1. Sewa Gedung

Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.1.286.074.145. Jumlah yang terealisasi

(42)

Rp147.915.853 atau sebesar 12 %. Hal ini disebabkan kontrak beberapa

gedung tidak diperpanjang.

2. Sewa Kendaraan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.3.815.579.067, sedangkan realisasi

yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.293.019.954. Selisih terjadi sebesar

Rp.477.440.887 atau sebesar 13 %. Hal ini disebabkan kebutuhan

operasional yang semakin meningkat sehingga memerlukan kendaraan

dalam menunjang aktivitas perusahaan

3. Peralatan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.1.593.900.000, sedangkan realisasi

yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.875.947.151. Selisih terjadi sebesar

Rp.282.047.151 atau sebesar 18 %. Hal ini disebabkan pembelian peralatan

yang baru untuk kebutuhan administrasi.

4. Publikasi

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.104.495.665,

sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.145.805.763. Selisih

yang tidak mencapai target sebesar Rp.41.310.098 atau 40%. Hal ini

disebabkan semakin kompleks kegiatan administrasi perusahaan.

5. Asuransi Kendaraan

Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.9.306.000, namun

realisasi yang terjadi yaitu sebesar Rp.3.935.000. Selisih yang terjadi

sebesar Rp 5.371.000 atau sebesar 58 %. Hal ini disebabkan beberapa

(43)

6. Pajak Kendaraan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.5.219.000, sedangkan realisasi

yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.447.000. Selisih yang terjadi sebesar

Rp.228.000 atau sebesar 4%. Hal ini disebabkan adanya kenaikan pajak

yang dikenakan pada kendaraan.

7. Administrasi

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.18.350.500.000, sedangkan

realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.21.870.500.606. Selisih terjadi

sebesar Rp.282.047.151 atau sebesar 18 %. Pengeluaran untuk biaya ini

mungkin tidak mudah untuk dikendalikan karena dalam meningkatkan

kinerja perusahaan agar bisa tetap bersaing ketat, sangat diperlukan dana

yang harus selalu ada sehingga anggaran yang ditetapkan tetap tidak cukup

dalam memenuhi kebutuhan perusahaan.

3. Biaya Pemeliharaan

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.5.131.175.369.

realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.905.631.933. Terjadi selisih

sebesar Rp.774.456.564 atau sebesar 15%. Pengeluaran ini dianggap tidak

efisien karena selisih yang terjadi cukup besar. Adapun rincian dari biaya

pemeliharaan ini adalah sebagai berikut :

a) Pemeliharaan Gedung

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.3.867.466.768, sedangkan realisasi

yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.469.241.302. Selisih terjadi sebesar

(44)

banyaknya bagian-bagian gedung yang harus diperbaiki sehingga anggaran

tidak cukup untuk memenuhi biaya tersebut.

b) Pemeliharaan Peralatan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.142.889.000, sedangkan realisasi

yang terjadi lebih kecil yaitu Rp.133.671.234. Selisih terjadi sebesar

Rp.9.271.766 atau sebesar 6 %. Hal ini disebabkan anggaran yang ada telah

cukup memenuhi kebutuhan. Pemeliharaan yang dilakukan hanya sebatas

pemeliharaan rutin.

c) Pemeliharaan Kendaraan

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.110.275.900,

sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.100.107.898. Selisih

merugikan terjadi sebesar Rp.10.168.002 atau sebesar 9%. Hal ini

disebabkan kendaraan yang diperlukan bertambah jumlahnya sehingga

harus memerlukan perawatan agar kondisi prima dalam menunjang kegiatan

operasional.

d) Spareparts

Anggaran biaya pada bagian ini sebesar Rp.911.534.811, realisasi yang

terjadi lebih besar yaitu Rp.1.112.136.478. Selisih yang tidak mencapai

target sebesar Rp.200.601.667 atau 22%. Hal ini disebabkan adanya

peralatan yang membutuhkan penggantian komponen agar dapat

dipergunakan secara optimal.

4. Biaya Pemasaran

Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp. 19,883,074,617. Realisasi

(45)

tidak mencapai target sebesar Rp.5.444.681.938 atau sebesar 26%. Adapun

rincian biaya pemasaran adalah sebagai berikut :

a) Exhibition

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.1.696.155.636,

sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.979.738.367. Selisih

yang terjadi sebesar Rp.283.582.731 atau sebesar 17%. Hal ini disebabkan

meningkatnya kegiatan untuk mengenalkan produk terbaru dari perusahaan.

Hal ini dilakukan untuk pendekatan awal terhadap masyarakat.

b) Sponsorship

Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya sponsor adalah sebesar

Rp.359.905.082 sedangkan yang realisasi yang terjadi lebih besar yaitu

sebesar Rp.402.514.450. Hal ini menunjukkan selisih sebesar Rp.42.609.368

atau sebesar 12%. Peningkatan biaya ini ditujukan dalam usaha promosi

yang gencar dari perusahaan agar produk dan jasa dapat semakin dikenal

masyarakat luas. Biaya ini dianggap wajar karena penting untuk pemasaran

produk.

c) Undian

Untuk anggaran dana melakukan kegiatan undian berhadiah pada tahun

2006 ditetapkan sebesar Rp.561.213.991, sedangkan realisasi yang terjadi

hampir sama dengan program kerja adalah Rp.521.601.105. Ini

menunjukkan selisih yang terjadi sebesar Rp.39.612.886 atau 7 %. Hal ini

disebabkan perusahaan ingin mempertahankan loyalitas pelanggan dalam

(46)

d) Pos Support

Pada bagian ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.897.416.877, sedangkan

realisasi yang terjadi sedikit lebih besar yaitu Rp.923.791.011. Selisih

merugikan yan terjadi sebesar Rp.26.374.134 atau sebesar 3%. Hal ini

disebabkan tingginya kegiatan administrasi sehingga biaya pengiriman surat

lebih besar dari yang ditetapkan. Biaya ini dinilai cukup efisien karena

selisih yang jumlahnya relatif rendah.

e) Marketing Agency

Anggaran biaya yang dikeluarkan untuk bagian ini sebesar

Rp.4.771.146.338, jumlah yang terealisasi jauh lebih besar yaitu

Rp.7.590.042.300. Selisih merugikan yang terjadi sebesar Rp.2.818.895.962

atau sebesar 59%. Selisih pada biaya ini sebesar Rp.2,8 Milliar. Ini

merupakan selisih yang cukup besar. Hal ini disebabkan banyaknya

dibutuhkan agen marketing dalam usaha pemasaran produk-produk

perusahaan agar semakin luas diketahui masyarakat. Ini harus dilakukan

karena tingkat persaingan pasar jasa telekomunikasi yang sangat ketat.

Biaya ini dinilai kurang efisien dan seharusnya bisa dikurangi jumlahnya

sehingga tidak membuat pengeluaran yang besar.

f) Penelitian dan Pengembangan

Dalam usaha mengetahui selera pasar konsumen jasa telekomunikasi,

anggaran untuk biaya ini ditetapkan sebesar Rp.57.878.000. Realisasi yang

(47)

yang terjadi sebesar Rp.89.216. Biaya ini cukup efisien karena jumlahnya

belum melebihi target.

g) Iklan

Anggaran yang ditetapkan untuk biaya ini tergolong cukup besar yaitu

sebesar Rp.7.927.661.561 dengan realisasi yang terjadi sebesar

Rp.8.002.720.215. Jumlah realisasi dengan anggaran tidak jauh berbeda

sehingga selisih yang menguntungkan terjadi sebesar Rp.75.058.654 atau

sebesar 1%. Penyerapan anggaran dana pada biaya ini hampir 100%.

Anggaran dana pada biaya ini cukup tinggi mengingat biaya untuk iklan

sangat dibutuhkan dalam pemasaran produk dan jasa telekomunikasi

perusahaan. Ini dilakukan agar masyarakat tertarik menggunakan produk

dan jasa perusahaan. Biaya ini dinilai efisien karena selisih yang terjadi

hanya sedikit.

5. Biaya Sewa Jaringan

Dana yang dianggarkan untuk biaya sewa jaringan pada tahun 2006 sebesar

Rp.161.653.112, sedangkan realisasinya adalah Rp.180.351.647. Ini

menimbulkan selisih yang merugikan sebesar Rp.18.698.535 atau sebesar

12%. Biaya ini disebabkan kebutuhan pelanggan atas jasa internet dan

telekomunikasi semakin meningkat. Biaya ini dinilai cukup efisien. Adapun

rincian dari biaya ini adalah :

a) Leased Lines

Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.41.538.000, sedangkan realisasi yang

(48)

Rp3.698.300 atau sebesar 9 %. Biaya ini sangat diperlukan dalam

membayar jaringan yang disewa dari perusahaan lain. Biaya ini cukup

efisien karena jumlah selisih yang relatif rendah..

b) Internet Circuit

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.120.115.112. Realisasi yang terjadi

sebesar Rp135.115.347. Selisih yang terjadi sebesar Rp.15.000.235 atau

sebesar 12%. Hal ini disebabkan bertambahnya permintaan pelanggan atas

kebutuhan informasi melalui internet. Biaya ini cukup efisien karena

diperlukan dalam penyediaan jaringan internet bagi pelanggan.

6. Biaya lain-lain

Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.249.000.000, realisasinya

sebesar Rp.211.406.355 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.37.593.645 atau

sebesar 15%. Biaya ini terjadi untuk mendukung kegiatan perusahaan. Selisih

(49)

B. Analisa dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2007

Penerimaan

Anggaran penerimaan yang ditetapkan perusahaan pada tahun 2007 melalui lima

produknya adalah sebesar Rp.388.903.603.852. Realisasi penerimaan yang terjadi

adalah sebesar Rp.283.064.809.452. Pencapaian hasil sebesar 72,8% masih

dibawah target yaitu 80%. Meskipun demikian, hal ini merupakan jumlah yang

cukup efektif terhadap penerimaan perusahaan. Adapun rincian realisasi

penerimaan dari kelima produk itu adalah sebagai berikut :

6. Mentari

Anggaran penerimaan untuk produk Mentari pada tahun 2007 sebesar

Rp.136.496.566.064. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar

Rp.110.345.063.418. Pencapaian anggaran sebesar 81%. Selisih yang terjadi

sebesar Rp.26.151.502.646 atau sebesar 19%. Penerimaan pada tahun 2007

mencapai Rp.110,3 Milliar. Hasil penerimaan pada produk ini dinilai cukup

efektif. Hal ini menunjukkan konsumen semakin banyak menggunakan

produk ini.

7. IM3

Target penerimaan untuk produk ini pada tahun 2007 sebesar

Rp.80.971.041.798. Realisasi yang terjadi lebih rendah dari anggaran yang

ditetapkan, yaitu sebesar Rp.60.917.536.273. Pencapaian target sebesar

75,24%. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.20.053.505.525 atau sebesar

24,76%. Hasil penerimaan ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan

(50)

kenaikan pada tahun 2007, namun realisasi yang terjadi lebih rendah dari

tahun 2006.

8. Matrix

Penerimaan dari produk ini hanya sebesar Rp.32.131.572.779 dibandingkan

dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp.60.632.769.237. Selisih yang

terjadi sebesar Rp.28.501.196.458 atau sebesar 47%. Realisasi penerimaan

dari produk ini mengalami kenaikan pada tahun 2007. Hasil pencapaian ini

sangat tidak efektif. Promosi yang dilakukan untuk produk ini belum juga

dapat meningkatkan realisasi penerimaan secara signifikan.

9. Star One

Anggaran penerimaan untuk produk ini pada tahun 2007 ditetapkan sebesar

Rp.40.050.054.676, sedangkan realisasi yang terjadi Rp.23.765.767.700.

Selisih yang terjadi sebesar Rp.16.284.286.976 atau sebesar 40,65%. Hasil

penerimaan ini dinilai tidak efektif. Perusahaan mengharapkan pencapaian

setidaknya mencapai 60%. Untuk meningkatkan penerimaan pada produk ini

perlu dilakukan strategi pasar yang tepat agar dapat bersaing dengan produk

perusahaan lainnya.

10.FIXED dan MIDI

Target penerimaan untuk produk gabungan ini pada tahun 2007 adalah sebesar

Rp.70.753.172.077. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar

(51)

sebesar 21%. Penerimaan sebesar Rp.55,9 Milliar menunjukkan penerimaan

pada jasa ini semakin meningkat dibandingkan tahun 2006. Ini adalah

pertumbuhan positif terhadap sumber penerimaan FIXED dan MIDI

Pengeluaran

Jumlah dana yang ditetapkan untuk anggaran pengeluaran kas pada tahun 2007

sebesar Rp.88.349.930.577. Realisasi yang terjadi pada pengeluaran adalah

sebesar Rp.100.325.440.446. Selisih yang terjadi sebesar Rp.11.930.509.869 atau

sebesar 13%. Adapun rincian dari pengeluaran pada tahun 2007 adalah sebagai

berikut :

1. Biaya Operasi Telekomunikasi ( Cost of Service)

Jumlah total anggaran untuk biaya operasi telekomunikasi adalah sebesar

Rp.39.700.000.008, sedangkan realisasi menjadi sangat besar yaitu sebesar

Rp.47.035.134.086. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.7.335.134.078 atau

sebesar 18%. Selisih ini disebabkan peningkatan biaya yang diperlukan dalam

operasi telekomunikasi dalam bersaing ketat dengan perusahaan lain. Adapun

rincian dari Biaya Operasi telekomunikasi adalah sebagai berikut:

h) Biaya Teknis

Anggaran untuk biaya teknis sebesar Rp.3.344.000.000, realisasinya sebesar

Rp.5.787.403.466. Selisih yang terjadi sebesar Rp. 2.443.403.466. Selisih

yang terjadi pada biaya ini sebesar 73 %. Dalam persaingan yang ketat

(52)

membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya teknis yang tinggi untuk

memperluas pencapaian sinyal.

i) Biaya Telekomunikasi

Untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2006 dianggarkan sebesar

Rp.19.896.000.000, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu

Rp.23.533.891.332. Selisih yang terjadi sebesar Rp.3.637.891.332 atau

sebesar 18%. Selisih biaya telekomunikasi yang mencapai Rp.3,6 Milliar

disebabkan oleh tuntutan kebutuhan dana operasional dalam menyediakan

pelayanan yang maksimal pada konsumen.

j) BBM Genset

Anggaran untuk BBM Genset sebesar Rp.10.210.000.004, realisasinya

sebesar Rp.10.559.789.016. Selisih yang terjadi sebesar Rp.349.789.012.

Selisih yang terjadi pada biaya ini sebesar 3 %. Pengeluaran yang cukup

besar pada biaya ini sejalan dengan tingginya biaya operasional yang

dibutuhkan.

k) Inspeksi Lapangan

Untuk biaya Inspeksi lapangan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar

Rp.3.800.000.004, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu

Rp.4.039.584.757. Selisih yang terjadi sebesar Rp.239.584.753 atau sebesar

6%. Selisih ini disebabkan perusahaan harus meninjau lokasi-lokasi yang

akan dibangun menara BTS. Pembangunan menara BTS yang terus

diperbanyak membuat biaya inspeksi lapangan semakin meningkat sehingga

jumlahnya lebih besar dari anggaran.

Gambar

TABEL 2.2                  ANGGARAN KAS TAHUN 2007 (dalam rupiah)
Tabel 3.1 Anggaran Kas Tahun 2006 dan 2007 (dalam rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa baik return on asset dan tobin’s ratio tidak berpengaruh terhadap trading volume activity.. Hal ini dapat dilihat dari

[r]

Lilis Suheni: Analisis anggaran kas pada PT.. Kereta Api Indonesia (Persero)

Dalam menjalankan aktivitas perusahaan PT. Bank Niaga Medan membuat tata hubungan wewenang dan tugas masing-masing bagian pada perusahaan. Hal ini sangatllah berguna agar

Keadaan politik dalam negeri yang masih belum stabil pada saat ini, sedikit- banyak cukup mempengaruhi kegiatan ekonomi nasional. Disusunnya beberapa Undang-Undang,

Sedangkan hasil analisis varians biaya produksi untuk anggaran biaya bahan baku langsung terjadi selisih yang favorabel (menguntungkan) sebesar Rp.9.948.963.807,42,

Bagian yang memiliki varians yang tidak efisien adalah Packer, dimana dalam bagian tersebut biaya kantong semen mencapai Rp.249.729.277 disebabkan karena adanya kantong

Kwitansi yang diberikan ke bagian penjualan tadi dapat membantu menghilangkan adanya selisih pencatatan karena bagian penjualan dapat melihat harga yang baru dari