UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS ANGGARAN KAS PADA
PT. INDOSAT
MEDAN
SKRIPSI MINOR
Diajukan Oleh :
HERMANTO PURBA
052101114
D-III KEUANGAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI MINOR
NAMA : HERMANTO PURBA
NIM : 052101114
PROGRAM STUDI : KEUANGAN
JUDUL : ANALISIS ANGGARAN KAS PADA PT.INDOSAT MEDAN
Tanggal : ………….. 2009 Dosen Pembimbing
( Dra. Yulinda, MSi ) NIP 131 573 239
Tanggal : ………….. 2009 Ketua Program Studi
( Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) NIP 131 417 461
Tanggal : ………….. 2009 DEKAN
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ……… ii
BAB – I : PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Perumusan Masalah ……… 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 3
D. Metode Penelitian ……… 4
BAB – II : PT. INDOSAT MEDAN ……… 6
A. Profil Perusahaan ……… 6
A.1. Sejarah Perusahaan ……….. 6
A. 2. Struktur Organisasi ……… 9
B. Anggaran Kas ……….. 16
C. Prosedur Penyusunan Anggaran Kas ……….. 20
D. Penyusunan Anggaran Kas PT. Indosat Medan ………. 24
BAB - III : ANALISIS DAN EVALUASI ……… 32
A. Analisis dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2006 ……… 32
B. Analisis dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2007 ……… 44
Hal
BAB - IV : KESIMPULAN DAN SARAN ……… 58
A. Kesimpulan ……… 58
B. Saran ……….. 59
DAFTAR PUSTAKA
BAB - I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya tujuan suatu perusahaan adalah memperoleh laba yang
semaksimal mungkin, karena adanya laba yang tinggi maka perusahaan dapat
dipertahankan dan ditingkatkan pertumbuhannya. Dengan demikian merupakan
suatu hal yang tidak mungkin diterima bila suatu perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang tanpa disertai pengaturan dan pengukuran atas sumber-sumber
penerimaan dan pengeluaran kas.
Agar perusahaan bekerja secara efisien dibutuhkan suatu perencanaan
yang baik termasuk dalam bidang keuangan yang dapat berupa anggaran kas.
Anggaran kas dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan suatu perencanaan yang
berupa anggaran kas.
Menurut Purba (2002) Anggaran kas adalah suatu daftar baru bagian
penerimaan, pengeluaran dari suatu kesatuan usaha yang disusun dengan tujuan
meramalkan kebutuhan keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.
Anggaran kas merupakan suatu cara yang efektif dalam merencanakan dan
mengendalikan arus kas, menilai kas yang dibutuhkan dan menggunakan
kelebihan kas yang ada secara efektif pula. Anggaran kas merupakan alat utama
untuk membuat estimasi keuangan jangka pendek. Tujuan utama di dalam
operasional perusahaan sebagai dasar untuk menentukan optimalisasi kas dimasa
yang akan datang.
Dengan adanya anggaran maka pimpinan perusahaan akan lebih mudah
dalam mengarahkan jalannya kegiatan usaha. Membandingkan dengan apa yang
dianggarkan dengan apa yang terealisasi merupakan suatu hal yang baik untuk
mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Anggaran banyak
manfaatnya sebagai alat pelaksanaan pekerjaan, tetapi anggaran juga mempunyai
kelemahan, sebab anggaran dibuat berdasarkan asumsi, bila asumsinya berubah
maka anggaran kurang bermanfaat, kecuali direvisi sesuai dengan perubahan
asumsi.
Menurut Welsch (2000;15) batasan - batasan yang harus diperhatikan dalam
menyusun anggaran adalah:
1. Angka-angka yang dipergunakan dalam anggaran hanya bersifat taksiran
dan tidak mutlak. Semua yang tercantum dalam anggaran itu belum tentu
terjadi.
2. Anggaran harus terus disesuaikan dengan keadaan, sesuai dengan
perubahan lingkungan.
3. Penyusunan anggaran harus melibatkan seluruh jenjang manajemen.
4. Anggaran hanya sebagai alat bantu manajemen, jadi tidak boleh
menghilangkan kebutuhan akan manajer yang cakap.
Dari uraian diatas nyatalah bahwa anggaran kas harus dilakukan dengan
baik, sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai. Mengingat begitu
tertarik untuk membahas masalah tersebut sebagai pokok bahasan skripsi minor
yang disusun dengan judul : “ANALISIS ANGGARAN KAS PADA
PT.INDOSAT MEDAN”.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa anggaran kas suatu perusahaan
perlu dikelola dengan baik. Anggaran kas yang disusun dan direncanakan secara
cermat akan membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu penulis mencoba membuat perumusan masalah mengenai
“Apakah penyusunan anggaran kas pada PT. Indosat Medan dilakukan secara
efektif dan efisien ? ”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a) Untuk mengetahui apakah anggaran kas yang disusun oleh
PT.Indosat Medan sesuai dengan dengan realisasi anggaran.
b) Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
realisasi anggaran.
2. Manfaat penelitian
a) Bagi perusahaan
Bagi perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dapat
terciptanya kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang
sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan yang
diharapkan.
Untuk menambah wawasan tentang anggaran kas bagi penulis.
D. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dalam pembuatan skripsi minor ini dipergunakan
metode sebagai berikut :
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu pada PT. INDOSAT
Medan, yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
jasa telekomunikasi yang beralamatkan di Jl. Perintis Kemerdekaan
No.39 Medan, Sumatera Utara.
2. Sumber data
Jenis data ini dapat dibagi atas dua macam yaitu :
1) Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian
langsung di lapangan.
2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, literatur
serta sumber-sumber yang mendukung data primer.
3. Adapun teknik yang digunakan penulis ada dua cara :
1) Observasi; yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang sedang diteliti.
2) Interview; yaitu kegiatan dengan cara melakukan wawancara
kepada pihak-pihak yang bersangkutan mengenai objek yang
4. Metode Analisis
a) Metode Deskriptif
Merupakan serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
jalan mengumpulkan, merangkumkan serta menginterpretasikan.
Data yang diperoleh selanjutnya diolah kembali sehingga dapat
gambaran yang jelas, terarah dan menyuluruh dari masalah yang
dibahas, kemudian dianalisis dan dibahas secara umum.
b) Metode Deduktif
Yaitu dengan cara membandingkan dengan hasil yang diperoleh
dengan teori secara umum dan menunjukkan hubungan antara
variable yang diteliti. Dari analisa tersebut ditarik kesimpulan dan
BAB – II
PROFIL PERUSAHAAN
A.1 Sejarah PT. Indosat, Tbk
PT Indosat Satellite Corporation (PT. Indosat, Tbk) adalah sebuah
perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional terkemuka di
Indonesia. Kegiatan utama perusahaan adalah menyediakan jasa Telekomunikasi
Internasional melalui switching, termasuk telepon, teleks, telegram, komunikasi
data paket, faksimili dengan fasilitas store and foward, serta jasa Inmarsat untuk
sistem komunikasi bergerak global. Perusahaan juga menyediakan jasa
Telekomunikasi Internasional non switching seperti sirquit sewa berkecepatan
rendah maupun tinggi, konferensi video, jasa transmisi siaran televisi serta jasa
yang lainnya pada umumnya tidak berupa transmisi suara. Untuk jasa-jasa
switching memerlukan penyaluran melalui jaringan telepon domistik, sedangkan
jasa untuk non switching terhubung langsung ke fasilitas Indosat.
PT Indosat Satelite Corporation (PT Indosat, Tbk) didirikan pada tanggal 20
November 1967 merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Republik
Indonesia dengan ITT (International Telephone and Telegraph) untuk
membangun stasiun Bumi yang dioperasikan pada tahun 1969, dalam
perkembangannya dalam posisi telekomunikasi Internasional yang strategis dalam
menerima dan menyalurkan informasi dari dalam dan luar negeri, maka pada
tahun 1980 pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengambil alih seluruh
Mulai tahun 1980 PT Indosat berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang juga dapat menangkis keraguan kalangan Internasional akan
kemampuan mengoperasikan jasa Telekomunikasi Internasional tanpa ITT, pada
tahun 1992 Indosat kembali menjawab keraguan kemampuan Indosat dalam
bersaing dengan pihak swasta yang Satelindo, dimana Indosat mempertahankan
pangsa pasar sekitar 90%.
Pada 18 Oktober 1994 Indosat menjadi perusahaan Indonesia pertama yang
mencatat sahamnya di New York Exchange dengan “The best IPO deal of the
year”, sedangkan di dalam negeri saham Indosat tercatat BEJ dan BES, dengan
kata lain Indosat menjadi perusahaan terbuka yang dituntut untuk selalu
menciptakan nilai tambah untuk pemegang saham secara berkesinambungan.
Komposisi saham Indosat saat itu, 57% pemerintah RI (diwakili Meneg BUMN)
dan 47% diperdagangkan dipasar modal BEJ, BES, dan NYSE. Kantor Pusat
Indosat berada di Jalan Medan merdeka Barat Nomor 21 Jakarta. Kantor ini
mempunyai pusat pendidikan dan latihan yaitu Indosat Trambing & Conference
Centre (ITCC) di Jatiluhur, Jakarta Barat, sebagai pusat pembentukan insan-insan
Indosat yang propesional.
Untuk mengoperasikan layanan PT Indosat menggunakan perangkat
telekomunikasi internasional antara lain Sentral Gerbang Internasional (SGI) 1
sampai dengan 4, transmisi stasiun yang terbesar di berbagai lokasi di Indonesia
(Jakarta, Jatiluhur, Medan, Pantai Cermin, Batam, Surabaya dan Urip). Perangkat
jaringan Telekomunikasi Internasional tersebut memungkinkan pelanggan PT
Indosat untuk menghubungi relasinya di 240 negara tujuan. Sampai saat ini PT
Internasional dan domestik. SGI Indonesia saat ini juga berfungsi sebagai sentral
lokal, dimana Indosat telah menyelenggarakan layanan telekomunikasi lokal dan
sedang mempersiapkan jasa Internasional
PT Indosat telah memperoleh sertifikat ISO 9002; 1994 sejak 17 Januari
1997, dan pada 21 September 2001 berhasil mengkonverensikan seluruh sistem
menajemen mutunya sesuai dengan standart ISO yang baru yaitu versi ISO 9001;
2000. Mulai tahun 2001, kepemilikan silang antara Indosat dan Telkom
dihapuskan. Secara bertahap hak Ekskluisivitas kedua menyelenggarakan
telekomunikasi tersebut dihilangkan. Indosat menindak lanjuti upaya untuk
memasuki bisnis seluler melalui pendirian PT Indosat Multi Mulia Mobile (IM3)
ditahun 2001 dan akuisisi penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) di tahun
2002.
Pada akhir tahun 2002, Pemerintah Indonesia melakukan divestasi saham
Indosat yang dimilikinya sebesar 41,49% kepada Singapore Technologis
Telemedia Pte, Ltd. Melalui Indonesia Comunications Limited (ICL). Dengan
demikian satus Indosat kembali menjadi Perusahaan Penanam Modal Asing
(PMA) sebagai penyelenggara jaringan dan jasa terpadu, penyedia solusi
informasi dan telekomunikasi.
Pada tanggal 20 November 2003, penandatanganan penggabungan usaha
antara Satelindo, IM3 dan Bimagraha kedalam Indosat, menjadikan Indosat
sebagai Full Network Service Provide (FNSP) yang fokus pada seluler terbesar
kedua di Indonesia. Melalui layanan jasa seluler, telekomunikasi tetap dan MIDI
yang menyatu dalam organisasi Indosat menyatakan diri sebagai penyelenggara
PT Indosat mempunyai dua anak perusahaan konsolidasi yaitu Indosat
Mega Media dan Lintasarta. Kedua anak perusahaan itu beroperasi bersama
Indosat membentuk inti kelompok usaha Indost sebagai implementasi strategi
bisnis Indosat.
Kepemilikan saham PT Indosat, Tbk saat ini terdiri dari :
1. Publik memiliki 43,10%
2. STT memiliki 41,96%
3. Pemerintah memiliki 14,96%
A.2 Struktur Organisasi PT.INDOSAT North Sumatera Regional
I. JOB DESK UNIT KERJA MASING – MASING DIVISI
1. Unit Kerja Technical Operation.
a) Provisioning & Quality Improvement
Provisioning & Quality Improvement memiliki tugas yang berhubungan
dengan kualitas jaringan, improvement jaringan dan planning :
1) Memonitor performansi dari jaringan, dengan mengambil data dari
metrika dan juga melakukan drivetest
2) Traffic Management, dengan mengukur utilisasi dari BTS
3) Menjaga KPI, biasanya ditargetkan mencapai 99 %
4) Pengawasan dan perbaikan site yang telah ada
5) Planning pembangunan site baru, termasuk disini perencanaan
repeater baru.
PQI juga melakukan koordinasi dengan divisi lainnya, salah satunya adalah
dengan Fault Management (FM) untuk mengetahui keluhan – keluhan
BSS, jika diperlukan penambahan CU atau pengoptimalan arah dan
pengoptimalan kemiringan antenna.
b) NSS Switching O&M
Tugas dan kewajiban Tim NSS Switching O&M adalah:
1) Maintenance perangkat core cellular seperti MSC, HLR, GPRS,
i-Ring, SMS, switching local, SGI, CDMA.
2) Menanggapi keluhan pelanggan yang berhubungan dengan
nomornya.
3) Mengeksekusi penambahan link
4) Troubleshouting hardware dan software
NSS Switching O&M melakukan koordinasi dengan Fault Management dan
Call Center untuk keluhan pelanggan serta dengan bagian Provisioning
untuk penambahan link.
c) BSS O&M
Tugas dan kewajiban Tim BSS O&M adalah:
1) Bertanggung jawab terhadap pengoperasian seluruh BSC dan BTS
yang tersebar di wilayah Sumatera Bagian Utara
2) KPI, dimana BTS faulty tidak lebih dari 3 jam.
BSS O&M melakukan kerjasama dengan dengan divisi Network
Management Center (NMC) dimana NMC akan mengirimkan sms
broadcast ke tim technical BSS jika ada BTS yang faulty, serta dengan
fungsi PQI untuk pengoptimalan arah dan kemiringan antenna.
d) Local Network O&M
1) Penomoran antar PLMN
2) Kegiatan interkoneksi
3) Disaster Recovery Plan
4) Operation dan maintenance SKKL
Local Network yang melakukan hubungan dengan operator lain untuk
hubungan interkoneksi antar sentral, sementara eksekusinya dilakukan oleh
tim NSS O&M. Saat ini tim Local Network sedang melakukan project
upgrading SKKL SEAMEWE – 3 di pantai Cermin yang merupakan
pengembangan dari generasi sebelumnya yaitu sistem komunikasi kabel laut
SEAMEWE – 1 dan 2.
2. Unit Kerja Marketing dan Sales Support
a) Marketing Program & Market Analysis
Tugas dan tanggung jawab Marketing Program & Market Analysis adalah:
1) Mengusulkan target revenue & subscribers per Cabang/ Reps.
2) Mengusulkan parameter kinerja Cabang/ Reps.
3) Monitoring & evaluasi kinerja.
4) Analisa dan Pemetaan Pasar & Kompetisi dalam lingkup Regional.
5) Support database market untuk Cabang/ Reps.
6) Menyusun dan mengkoordinasikan program marketing untuk
lingkup Regional.
7) Melakukan evaluasi pasca program di lingkup Regional.
8) Manajemen Budget MSS.
Fungsi ini biasanya melakukan koordinasi dengan channel management
b) Product Solution Support
Tugas dan tanggung jawab Product Solution Support adalah:
1) Melakukan analisa competitiveness produk indosat.
2) Memformulasikan dan mengusulkan product solution & bundling.
3) Memformulasikan dan mengusulkan pemberlakuan tarif khusus
untuk semua produk maupun specific zone.
4) Mengkoordinasikan aktivitas akuisisi/kerjasama Corporate &
Community di lingkup Regional.
5) Melakukan audit dan monitoring kualitas network dan pelayanan.
Fungsi ini biasanya berkoordinasi dengan Retention Management untuk
program pelayanan serta unit kerja Technical Operation untuk kualitas
network.
c) Channel management
Tugas dan tanggung jawab Channel management adalah:
ii. Mengusulkan target distribusi SP dan Voucher per Cabang/ Reps.
iii. Monitoring & evaluasi distribusi.
iv. Support database distribusi untuk Cabang.
v. Memformulasikan dan mengkoordinasikan evaluasi Dealership
lingkup Regional.
vi. Menyusun dan mengkoordinasikan program distribusi dan
Dealership untuk lingkup Regional.
Fungsi ini melakukan koordinasi dengan retention management dan juga
dengan marketing program dan market analysis untuk peningkatan
d) Retention Management
Tugas dan tanggung jawab Retention Management adalah:
1) Memformulasikan dan mengkoordinasikan program peningkatan
revenue dan loyalty di lingkup Regional.
2) Memformulasikan dan mengevaluasi kinerja pelayanan.
3) Support database pelanggan untuk Cabang.
Fungsi ini melakukan koordinasi dengan channel management dan
marketing program & market analysis dimana penekanannya lebih kepada
tujuan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
e) Contact Center
Tugas dan tanggung jawab Contact center adalah:
1) Menyelenggarakan kegiatan Contact Center Regional (Sumatera).
2) Mengkoordinasikan kegiatan registrasi kartu prabayar di lingkup
Regional.
Fungsi ini biasanya melakukan koordinasi dengan marketing program &
market analysis untuk sosialisasi program.
3. Unit Kerja Business Operation Support
a) Human Resource
Tugas dan tanggung jawab Human Resource adalah:
c) Melakukan pembayaran gaji karyawan / remunisasi
d) Mengatur pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
e) Support data base karyawan
Human Resource melakukan koordinasi dengan cabang untuk pembayaran
gaji & penambahan karyawan serta diklat bagi karyawan, disamping itu
HR juga melakukan koordinasi dengan divisi Learning & Capabilities di
HQ.
b) Procurement
Tugas dan tanggung jawab Procurement adalah:
Pengadaan barang untuk kebutuhan seluruh divisi dan cabang dari
regional Sumbagut.
Dalam menjalankan fungsinya, procurement melakukan koordinasi
dengan divisi atau cabang yang membutuhkan pengadaan barang dan
vendor yang akan menyediakan barang serta HQ terutama barang yang
termasuk dalam kategory Capital Expenditure atau Capex.
c) IT Support
Tugas dan tanggung jawab IT Support adalah:
2. Network
Merawat, mengatur dan mengawasi network NSR dan
menginventaris server dan perangkat last mile network untuk
memperluas jaringan dan menjaga performansi jaringan last-mile
3. Front End Application
Maintenance server, menjaga konektivitas jaringan sampai di
end-user, mengatur serta membuat aplikasi-aplikasi yang mendukung
4. Hardware & Software Maintenance
IT Support dalam menjalankan fungsinya melakukan koordinasi ke banyak
divisi terutama yang membutuhkan aplikasi dan perangkat komputer serta
email bagi seluruh karyawan, untuk ke HQ biasanya IT support
berhubungan dengan IT Helpdesk.
d) Property dan Site Acquisition
Tugas dan tanggung jawab Property dan Site Acquisition adalah:
1) Mengakuisisi lahan kosong untuk pembangunan tower
2) Perpanjangan sewa site
3) Pembangunan Galeri atau Reps dan kontraknya
4) Bertanggung jawab terhadap anggaran sewa gedung atau mobil.
Dalam melaksanakan fungsinya SITAC berkoordinasi dengan divisi RNP
dan vendor yang akan menangani pembangunan tower serta dengan tim
technical yang ada di cabang atau reps untuk melakukan survey area untuk
mengetahui kondisi area yang akan dibangun BTS.
4. Medan Branch
a) Direct sales
Direct sales fokus penjualannya adalah yang terkait dengan corporate
seperti midi dan juga matrix termasuk untuk personal user. Dalam
menjalankan fungsinya fungsi ini banyak melakukan koordinasi dengan
b) Indirect sales
Indirect sales fokus penjualannya adalah produk prepaid seluler. Dalam
menjalankan fungsinya, indirect sales berkoordinasi dengan channel
management regional untuk distribusi SP dan voucher untuk cabang dan
reps di sumatera utara dan NAD serta dengan dealer dalam hal penjualan.
Indirect sales juga melakukan koordinasi dengan marketing commnication
untuk mendukung program mereka.
c) Sales administration
Sales administration memiliki tanggung jawab terhadap aktivasi kartu
matrix termasuk melakukan survey data customer. Fungsi ini selalu
berkoordinasi dengan direct sales dan galeri untuk pelanggan postpaid dan
juga dengan revenue assurance untuk tagihan pelanggan.
d) Customer service dan retensi
Customer service dan retensi membawahi CS galeri dan reps. Bagian ini
juga memiliki fungsi retensi yang bertujuan menjaga pelanggan agar tetap
loyal. Dalam menjalankan programnya, fungsi ini banyak melakukan
koordinasi dengan marketing commmunication dan juga dengan indirect
sales untuk program retensi.
e) Marketing communication
Marketing communication memiliki tanggung jawab untuk melakukan
promosi produk ke pelanggan di area medan dan NAD baik berupa
penyelenggaraan event besar maupun melalui sms broadcast. Marketing
communication banyak berkoordinasi dengan indirect sales dan customer
B. ANGGARAN KAS
Dalam menjalankan operasi perusahaan diperlukan adanya pengelolaan kas
atau manajemen kas yang baik, pelaksanaan operasi perusahaan harus
direncanakan sesuai daa yang tersedia. Oleh sebab itu perlu dibuat anggaran kas
yang merupakan proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas serta saldonya dalam
periode tertentu. Penyusunan anggaran kas perusahaan harus melibatkan semua
tingkatan manajemen yang ada dalam perusahaan.
Menurut M. Munandar (2001 ; 113), Anggaran kas adalah:
“Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terinci tentang semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode tertentu dimasa yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas”.
Menurut Nafarin ( 2004 ; 12)
“Anggaran kas adalah suatu rencana keuangan periodic yang disusun berdasarkan program yang telah disusun secara tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umum dalam jangka waktu tertentu”.
Menurut Halim (2001 ; 141)
“Anggaran kas adalah suatu jadwal aliran kas masuk dan aliran kas keluar pada suatu periode tertentu, dimana periode tersebut bias harian, bulanan, triwulanan atau tahunan”.
Dari beberapa penjelasan tersebut diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa
anggaran kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran
uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi
lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau
Dan dari pengertian-pengertian diatas dapat pula kita ketahui bahwa
anggaran kas mempunyai tiga sektor, yaitu:
1. Sektor penerimaan kas, yang ada pada umumnya berasal dari
a. Penjualan tunai barang jadi yang diproduksi
b. Penagihan piutang
c. Penjualan aktiva tetap
d. Penerimaan lain-lain (non operating) seperti penghasilan bunga,
penghasilan sewa, penghasilan deviden dan lain sebagainya
2. Sektor pengeluaran kas, yang pada umumnya berupa pengeluaran untuk
biaya-biaya baik berupa biaya utama (operating) maupun biaya-biaya
bukan utama (non operating), seperti contoh:
a. Pembelian tunai
b. Pembayaran hutang
c. Pembayaran upah tenaga kerja langsung
d.Pembayaran biaya pabrik tidak langsung
e. Pembayaran biaya administrasi
f. Pembayaran biaya penjualan
3. Sektor keuangan, yang disusun apabila perusahaan mengalami defisit
yang memerlukan pinjaman dan sebagaimana pelunasannya dilakukan
Penyusunan anggaran kas bertujuan untuk mengetahui adanya kelebihan dan
kekurangan kas dalam suatu periode tertentu, dengan diketahui adanya
kekurangan kas jauh sebelumnya maka dapat direncanakan penentuan sumber
Anggaran kas meliputi tiga dimensi waktu, yaitu anggaran kas jangka
panjang, anggaran kas jangka pendek, anggaran kas untuk operasional
1. Anggaran kas jangka panjang
Anggaran kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran
modal dan rencana laba strategi jangka panjang. Estimasi penerimaan kas
dan estimasi pengeluaran kas merupkan dasar yang sehat untuk
keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, untuk penggunaan kas, dan untuk
kredit jangka panjang.
2. Anggaran kas untuk operasional
Anggaran yang digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan dan
pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari
(day-to-day). Tujuan utama anggaran ini adalah untuk pengendalian kas
yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan
oppurtinity cost karena kas yang menganggur.
Manfaat anggaran kas dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Dengan adanya anggaran kas maka sasaran usaha yang akan dicapai
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu yang akan menjadi jelas,
baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Masing-masing tingkat
manajemen akan mengetahui dengan jelas target usahanya yang harus
b) Secara tidak langsung dengan disusunnya anggaran kas akan
mengakibatkan perbaikan dari organisasi perusahaan yang bersangkutan.
Sebab dengan adanya anggaran kas tersebut akan memaksa unit-unit kerja
yang ada dalam masing-masing bagian untuk menegaskan dan menata
kembali deskripsi kerjanya maupun wewenang dan tanggung jawabnya,
bahkan bilamana perlu dapat pula dilakukan perhitungan lebih lanjut
tentang standart cost untuk tiap jenis biaya.
c) Dengan adanya anggaran kas akan mendorong terjadinya profesionalisme
dan perbaikan “manajerial skill” dari setiap personil anggota organisasi
karena masing-masing sudah ditata dengan jelas tugas dan tanggung
jawabnya, dan disamping itu prestasinya juga akan diukur. Oleh karena
itu, ia harus meningkatkan prestasinya melalui penguasaan dan
peningkatan ketrampilan kerja yang lebih baik.
d) Dengan adanya anggaran kas tersebut, akan tersedia bagi manajemen
perusahaan yang bersangkutan. Suatu alat koordinasi dana pengawasan
yang sangat berguna untuk mengendalikan kegiatan usahanya didalam
mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.
e) Dengan adanya anggaran kas tersebut, akan tersedia bagi manajemen
perusahaan yang bersangkutan. Suatu alat koordinasi dana pengawasan
yang sangat berguna untuk mengendalikan kegiatan usahanya didalam
mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.
f) Dengan adanya sasaran jelas, penataan kembali organisasi yang lebih baik,
perbaikan kualitas personalia, tersedianya alat pengendalian usaha yang
tentu akan memberikan kesempatan bagi perusahaan dalam meningkatkan
profitability dari perusahaan bersangkutan.
g) Dengan adanya anggaran kas perusahaan juga mempunyai kemampuan
untuk mengadakan reaksi yang lebih baik dalam menghadapi berbagai
perkembangan usaha diluar dugaan.
B. PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS
Penyusunan anggaran kas adalah cara yang efektif untuk merencanakan dan
mengendalikan cash flows (aliran kas masuk & keluar), taksiran kebutuhan kas,
dan penggunaan kelebihan kas secara efektif.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di dalam
menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup defisit tersebut
diperlukan suatu transaksi keuangan.
Berdasarkan pernyataan M. Nafarin (2000:9) dalam penyusunan anggaran
perlu diperhatikan perilaku para pelaksanaan anggaran dengan cara
mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
5. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga
tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu
rendah tidak menggambarkan kedinamisan, sedangkan anggaran yang
dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
6. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi diireksi.
7. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga
pelaksanaan tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.
8. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat
dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan
Menurut M.Nafarin (2000:9) dalam penyusunan anggaran perlu
dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
a) Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan
b) Data-data waktu yang lalu
c) Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi
d) Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing
e) Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah
f) Penelitian untuk pengembangan perusahaan
Tiga tahap penyusunan anggaran kas (Penyusunan Anggaran Perusahaan;2008)
adalah :
a) Tahap pertama, menyusun taksiran penerimaan kas dan pengeluaran menurut rencana operasi perusahaan
b) Tahap kedua, menyusun taksiran kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutup defisit dan menyusun taksiran pembayaran bunga utang beserta waktu pelunasan kembali utang tersebut
c) Tahap ketiga, menyusun kembali taksiran seluruh penerimaan dan pengeluaran kas, yang merupakan anggaran kas final.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Kas
1. Faktor – faktor Penerimaan Kas meliputi :
a) Anggaran Penjualan
Penerimaan kas perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan.
Baik itu merupakan penjualan kredit ataupun penjualan tunai. Berapapun
perbandingan yang ada antara penjualan kredit dengan penjualan tunai di
dalam perusahaan tersebut namun semakin besar penjualan produk
perusahaan berarti semakin besar pula penerimaan kas perusahaan
tersebut.
Dari sejumlah penjualan kredit yang di;lakukan perusahaan, syarat
pembayaran akan mempengaruhi jangka waktu antara transaksi penjualan
dengan penerimaan kas perusahaan, sehingga akan mempengaruhi
besarnya penerimaan kas perusahaan pada suatu periode. Semakin cepat
jangka waktu ini akan semakin baik bagi perusahaan yang bersangkutan.
c) Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan perusahaan tentang penagihan piutang akan berpengaruh
terhadap besar dan kecilnya penerimaan kas dalam suatu periode.
Perusahaan yang menerapkan kebijakan penagihan piutang yang ketat
akan dapat memperoleh penerimaan kas yang lebih cepat dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak mempunyai kebijakan tertentu di dalam
penagihan piutang ini.
d) Kebijakan Perubahan Aktiva Tetap
Kebijakan perubahan aktiva tetap akan mempengaruhi besarnya
penerimaan kas dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena setiap
penjualan aktiva tetap merupakan kas masuk bagi perusahaan namun di
satu sisi, perusahaan harus mencari pengganti aktiva tersebut dengan jalan
pembelian aktiva baru yang hal ini merupakan pos pengeluaran kas
perusahaan.
e) Rencana Penerimaan Lain-Lain
Di samping pendapatan operasional, perusahaan akan memperoleh
penerimaan kas dari penerimaan lain-lain yang berasal dari penerimaan
2. Faktor-faktor pengeluaran kas meliputi :
a) Anggaran pembelian bahan baku
Khususnya rencana tentang jenis dan jumlah bahan mentah yang akan
dibeli dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin
besar jumlah pembelian bahan baku maka semakin besar pula transaksi
pembelian secara tunai yang dilakukan sehingga akan memperbesar
pengeluaran kas dan sebaliknya.
b) Potongan harga untuk pembelian tunai
Potongan harga yang diberikan oleh para pemasok bahan baku untuk
setiap pembelian tunai akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi
perusahaan untuk mengadakan pembelian tunai atau kredit.
c) Anggaran biaya tenaga kerja langsung
Semakin besar upah tenaga kerja langsung yang akan dibayar, maka
semakin besar pula pengeluaran kas perusahaan.
d) Anggaran biaya overhead
Biaya overhead pabrik bukan tunai ini tidak akan mempengaruhi besar dan
kecilnya pengeluaran kas perusahaan, karena berapapun besarnya biaya
overhead pabrik bukan tunai ini tidak diperlukan uang kas untuk
membayarnya.
e) Anggaran biaya administrasi dan umum
Anggaran ini mempengaruhi besarnya pengeluaran kas pada suatu periode.
Dalam biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum terdiri dari
biaya tunai dan biaya bukan tunai. Biaya tunai akan mempengaruhi besar
f) Anggaran biaya penjualan
Sama halnya dengan anggaran biaya administrasi dan umum bahwa
anggaran ini terbagi dari biaya tunai dan bukan tunai. Yang tergolong
biaya bukan tunai dalah penyusutan gedung sedangkan contoh biaya
bukan tunai seperti gaji pegawai dan biaya promosi. Dalam hal ini
kebijakn promosi yang dilakukan perusahaan akan berpengaruh terhadap
besar dan kecilnya pengeluaran kas perusahaan untuk mendukung kegiatan
promosi yang dilakukan.
g) Anggaran pembelian aktiva tetap
Bilaman selama periode yang akan datang perusahaan merencanakan akan
melakukan penambahan aktiva tetap, maka akan memperbesar
pengeluaran kas dan sebaliknya.
h) Besarnya jumlah hutang jatuh tempo
Baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang, apabila sudah jatuh
tempo akan merupakan beban yang harus dibayar oleh perusahaan
sehingga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran kas dari perusahaan
yang bersangkutan.
i) Anggaran Pengeluaran Lain-Lain
Misalnya untuk biaya bunga dan biaya sewa. Meskipun kegiatan ini
merupakan kegiatan non operasional namun tetap saja memerlukan
pengeluaran kas, sehingga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran kas
D. PENYUSUNAN ANGGARAN KAS PT. INDOSAT. Medan
Penyusunan usulan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Tahunan pada PT.
INDOSAT adalah proses penyusunan usulan kebutuhan anggaran operasional dan
anggaran investasi masing-masing Divisi dan Cabang yang ada di North
Sumateran Regional untuk periode satu tahun. Proses RKA untuk periode satu
tahun kedepan dimulai setiap bulan Agustus pada periode tahun sebelumnya dan
final pada bulan Desember pada periode satu tahun sebelumnya. Hasil persetujuan
usulan RKA oleh Direksi akan didistribusikan ke Regional setiap awal tahun
anggaran.
Penyusunan RKA dimulai dengan adanya Nota Dinas RKA tahunan dari
Head Quarter Controlling. Fungsi Controlling Regional melakukan konfirmasi
dan koordinasi terkait dengan Nota Dinas tersebut. Hal-hal yang dikoordinasikan
antara lain :
a) Time Schedule proses RKA Corporate
b) Syarat dan ketentuan yang berlaku dalam penyusunan RKA
Divisi finance NSR menerbitkan Nota Dinas tentang persiapan RKA
tahunan Regional NSR. Untuk hal tersebut fungsi controlling regional
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
a) Membuat draft usulan RKA dalam format Microsoft Excel. Usulan
anggaran harus dibuat berdasarkan program kerja.
b) Membuat guidance Mata Anggaran dan Guidance pengisian usulan RKA
dalam format Microsoft Excel
c) Membuat estimasi penyerapan anggaran setahun untuk masing-masing
d) Membuat time schedule proses RKA regional
e) Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan RKA Regional dengan HQ
Contorolling
f) Mengkompilasi dan menginformasikan issue-issue yang terkait dengan
RKA
g) Membentuk Tim Penyusunan RKA regional
h) Mengadakan rapat-rapat koordinasi dengan semua fungsi yang ada di
Regional
Selanjutnya semua fungsi harus membuat usulan RKA dalam format excel
sesuai guidance yang telah diberikan. Data yang sudah dibuat harus mendapat
persetujuan dari fungsi manajemen di masing-masing fungsi. Apabila telah
disetujui, usulan tersebut disampaikan ke fungsi controlling regional untuk
dilakukan rekap dan evaluasi.
Hasil rekap dan evaluasi usulan dibahas dalam rapat koordinasi dengan
semua fungsi terkait di NSR. Revisi dilakukan oleh tim RKA di masing-masing
fungsi dan hasilnya dikirimkan kembali ke fungsi controlling regional untuk
direkap dan dievaluasi kembali dan selanjutnya akan dilakukan rapat pembahasan
kembali
Final usulan RKA dalam format Microsoft Excel dimintakan persetujuan
ke Group Head Regional NSR. Apabila setuju maka draft usulan tersebut
dijadikan acuan dalam pengisian usulan RKA di aplikasi Comshare. Fungsi
controlling melakukan persiapan proses entry data di aplikasi Comshare. Proses
entry data dilakukan oleh tim RKA di masing-masing Divisi dan Cabang.
5. Sosialisasi penggunaan aplikasi Comshare dan ketentuan yang berlaku
6. Pelatihan proses entry data usulan anggaran di aplikasi comshare
7. Cek instalasi dan user ID aplikasi comshare di masing-masing Tim RKA
Regional
8. Proses uji coba penggunaan aplikasi. Dalam proses ini fungsi controlling
akan melakukan roadshow ke tiap-tiap divisi dan cabang untuk melakukan
pengecekan kesiapan aplikasi dan SDM yang akan melakukan proses entry
data
9. Melakukan rapat koordinasi dengan semua fungsi terkait dan HQ
Controlling
Selanjutnya proses entry data usulan RKA ke aplikasi Comshare. Fungsi
controlling regional akan melakukan monitoring terhadap hasil entry data untuk
mengidentifikasi adanya kesalahan. Dalam penggunaan aplikasi comshare, fungsi
controlling regional mempunyai kewenangan untuk mengakses semua data usulan
RKA di Regional NSR. Setiap kesalahan diinformasikan ke fungsi terkait untuk
dilakukan revisi.
Semua data yang sudah dimasukkan dengan benar akan dikonsolidasikan
oleh fungsi controlling regional. Proses konsolidasi data adalah proses
rekapitulasi semua data yang sudah dimasukkan per masing-masing divisi, cabang
dan total regional. Setiap terjadi revisi data harus dilakukan konsolidasi ulang
untuk diupdating rekap data.
Hasil konsolidasi dibahas dalam rapat koordinasi dengan semua fungsi di
NSR. Apakah ada revisi ? Jika “ya” revisi dilakukan oleh masing-masing fungsi
persetujuan ke Group Head Regional NSR. Apabila ada revisi? Jika “ya” maka
revisi dilakukan oleh masing-masing fungsi terkait dan apabila “tidak” ada revisi
atau jika Group Head sudah setuju maka fungsi controlling regional akan
melakukan proses submits data. Sebelum proses submit dilakukan fungsi
controlling regional melakukan konsultasi dan kordinasi dengan HQ Controlling
dan Konsultan untuk memastikan kebenaran data yang sudah dimasukkan. Jika
data usulan sudah disetujui berarti data tersebut sudah final dan tidak dapat
dirubah lagi kecuali oleh HQ Controlling dan konsultan.
Data yang sudah disetujui lalu direkap dan dijadikan lampiran Nota Dinas
Usulan RKA Regional NSR yang dikirimkan ke HQ Controlling. Dengan
demikian proses dianggap selesai, data tersimpan di aplikasi comshare dan hard
TABEL 2.1
ANGGARAN KAS TAHUN 2006
BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM
TABEL 2.2
ANGGARAN KAS TAHUN 2007 (dalam rupiah)
PENERIMAAN ANGGARAN REALISASI DEVIASI %
MENTARI 136,496,566,064 110,345,063,418 -26,151,502,646 -19%
IM3 80,971,041,798 60,917,536,273 -20,053,505,525 -24.7%
MATRIX 60,632,769,237 32,131,572,779 -28,501,196,458 -12.2%
STAR ONE 40,050,054,676 23,765,767,700 -16,284,286,976 -40,6%
FIXED & MIDI 70,753,172,077 55,904,869,282 -14,848,302,795 -21%
TOTAL PENERIMAAN 388,903,603,852 283,064,809,452 -105,838,794,400 -27.2%
PENGELUARAN
BIAYA OPERASI TELEKOMUNIKASI ANGGARAN REALISASI DEVIASI %
BIAYA TEKNIS 3,344,000,000 5,787,403,466 -2,443,403,466 -73%
BIAYA TELEKOMUNIKASI 19,896,000,000 23,533,891,332 -3,637,891,332 -18%
BBM GENSET 10,210,000,004 10,559,789,016 -349,789,012 -3%
INSPEKSI LAPANGAN 3,800,000,004 4,039,584,757 -239,584,753 -6%
TRANSPORTASI 270,000,000 447,979,258 -177,979,258 -66%
BIAYA JARINGAN 350,000,000 668,604,168 -318,604,168 -91%
INSTALASI 1,830,000,000 1,997,882,089 -167,882,089 -9%
TOTAL 39,700,000,008 47,035,134,086 -7,335,134,078 -18%
BIAYA ADMINISTRASI & UMUM
SEWA GEDUNG 650,473,910 553,262,245 97,211,665 15%
SEWA KENDARAAN 6,213,594,278 6,599,594,278 -386,000,000 -6%
SEWA MESIN FOTOCOPY 599,500,006 567,788,386 31,711,620 5%
PERALATAN 1,423,980,000 2,570,450,600 -1,146,470,600 -81%
PUBLIKASI 125,000,003 131,515,711 -6,515,708 -5%
ASURANSI KENDARAAN 4,554,660 4,798,660 -244,000 -5%
PAJAK KENDARAAN 5,050,000 5,500,000 -450,000 -9%
ADMINISTRASI 15,939,800,900 16,656,705,000 -716,904,100 -4%
TOTAL 25,069,953,757 27,205,665,250 -2,135,711,493 -9%
BIAYA PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN GEDUNG 2,566,590,000 2,861,694,771 -295,104,771 -11%
PEMELIHARAAN PERALATAN IT 1,747,990,009 1,708,072,422 39,917,587 2%
PEMELIHARAAN PERALATAN KANTOR 64,510,000 40,877,850 23,632,150 37%
PEMELIHARAAN KENDARAAN 47,550,001 47,334,450 215,551 0%
SPAREPARTS 1,036,640,002 1,206,625,716 -169,985,714 -16%
TOTAL 5,463,280,012 5,864,605,209 -401,325,197 -7%
BIAYA PEMASARAN
EXHIBITION 3,563,650,007 3,673,841,703 -110,191,696 -3%
SPONSORSHIP 256,300,007 236,762,076 19,537,931 8%
UNDIAN 509,100,001 617,005,195 -107,905,194 -21%
POS SUPPORT 1,439,665,002 1,470,986,050 -31,321,048 -2%
MARKETING AGENCY 3,419,498,703 3,345,879,877 73,618,826 2%
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 57,878,000 57,788,784 89,216 0%
IKLAN 8,137,061,321 8,155,254,868 -18,193,547 0%
TOTAL 17,383,153,041 17,557,518,553 -174,365,512 -1%
SEWA JARINGAN
LEASED LINES 898,000,000 1,962,407,798 -1,064,407,798 -18%
INTERNET CIRCUIT 200,225,650 425,109,550 -224,883,900 -11%
TOTAL 1,098,225,650 2,387,517,348 -1,289,291,698 -117%
BIAYA LAIN-LAIN 319,681,891- 275,000,000 44,681,891 14%
BAB – III
ANALISA DAN EVALUASI
A. Analisa dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2006
Penerimaan
Anggaran penerimaan yang ditetapkan perusahaan pada tahun 2006 melalui lima
produknya adalah sebesar Rp.308.305.063.009. Realisasi penerimaan yang terjadi
adalah sebesar Rp.252.038.202.001. Pencapaian anggaran penerimaan mencapai
82%. Pencapaian yang terjadi lebih besar dari target perusahaan yaitu 80%. Secara
umum penerimaan pada tahun 2006 menunjukkan hasil yang efektif. Adapun
rincian realisasi penerimaan dari kelima produk itu adalah sebagai berikut :
1. Mentari
Anggaran penerimaan untuk produk Mentari pada tahun 2006 sebesar
Rp.82.956.000.500. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar
Rp.90.200.450.045. Pencapaian anggaran lebih besar dari yang ditetapkan
yaitu mencapai 109%. Selisih sebesar Rp.7.244.449.545. Hasil pencapaian
pada produk ini menunjukkan hasil yang sangat efektif dibandingkan
penerimaan produk lain pada tahun 2006. Pencapaian target penerimaan dari
produk Mentari tidak lepas dari promosi yang gencar dilakukan perusahaan
melalui fasilitas dan harga yang ditawarkan. Produk Mentari merupakan
produk yang menghasilkan penerimaan terbesar. Anggaran yang ditetapkan
juga dengan jumlah yang lebih besar dari anggaran penerimaan dari produk
2. IM3
Target penerimaan untuk produk ini pada tahun 2006 sebesar
Rp.67.987.540.800. Realisasi yang terjadi lebih besar dari anggaran yang
ditetapkan, yaitu sebesar Rp.70.854.380.000. Sehingga terjadi selisih yang
tidak mencapai target sebesar Rp.2.866.839.200 atau sebesar 4%. Pencapaian
hasil yang terjadi pada penerimaan produk ini cukup efektif. Anggaran yang
ditetapkan pada produk ini cukup besar dan realisasi yang terjadi juga lebih
besar dari anggaran. Hal ini disebabkan produk ini sangat digemari konsumen
yang pada umumnya tergolong pelajar dan mahasiswa. Dengan tarif Rp.0,1
per sms dan telepon Rp.0,1 ke sesama produk Indosat, produk IM3 semakin
banyak digunakan masyarakat.
3. Matrix
Penerimaan dari produk ini hanya sebesar Rp.20.998.004.300 dibandingkan
dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp.40.667.453.809. Selisih yang
tidak mencapai target sebesar Rp.19.669.449.509 atau sebesar 48%.
Pencapaian hasil yang terjadi pada penerimaan produk ini sangat kurang
efektif. Rendahnya penerimaan dari produk ini disebabkan rendahnya
konsumen yang menggunakan produk ini. Produk ini memang ditujukan pada
kalangan eksekutif. Konsumen lebih banyak menggunakan produk sejenis dari
perusahaan jasa telekomunikasi lainnya.
4. StarOne
Anggaran penerimaan untuk produk CDMA ini pada tahun 2006 ditetapkan
sebesar Rp.45.909.067.000, sedangkan realisasi yang terjadi
atau sebesar 36%. Pencapaian hasil penerimaan yang terjadi pada produk ini
juga tidak efektif. Hasil ini dinilai wajar mengingat produk ini baru
dikeluarkan perusahaan untuk persaingan produk CDMA. Promosi yang
gencar perlu dilakukan untuk peningkatan penerimaan produk ini.
5. FIXED & MIDI
Target penerimaan untuk produk gabungan ini pada tahun 2006 adalah sebesar
Rp.70.785.000.900. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar
Rp.45.004.587.056. Selisih yang tidak mencapai target sebesar
Rp.25.780.413.844 atau sebesar 36%. Pencapaian hasil ini masih lebih rendah
dari target perusahaan yaitu 50% sehingga hasil ini tidak efektif. Hasil pada
penerimaan pada jasa penyediaan jaringan internet dan komunikasi data ini
disebabkan masih sedikit variasi produk jasa yang ditawarkan sehingga
konsumen menggunakan produk lain.
Pengeluaran
Anggaran pengeluaran kas pada tahun 2006 sebesar Rp.77,288,271,463. Realisasi
yang terjadi sebesar Rp. 91,530,005,988. Selisih yang merugikan perusahaan
terjadi sebesar Rp.14,241,734,525 atau 15,5%. Jumlah pengeluaran yang terjadi
pada tahun 2006 dinilai kurang efesien mengingat selisih yang terjadi cukup besar
yaitu 14,2 Milliar. Adapun rincian dari pengeluaran adalah sebagai berikut :
1. Biaya Operasi Telekomunikasi (Cost of Service)
Jumlah total anggaran untuk biaya operasi telekomunikasi adalah sebesar
Rp.25.634.369.620, sedangkan realisasi menjadi sangat besar yaitu sebesar
sebesar 57%. Jumlah selisih pengeluaran ini menunjukkan hal yang sangat
kurang efektif. Biaya ini seharusnya bisa ditekan jumlahnya. Adapun rincian
dari Biaya Operasi telekomunikasi adalah sebagai berikut:
a) Biaya Teknis
Anggaran untuk biaya teknis sebesar Rp.5.460.741.000, realisasinya sebesar
Rp.7.225.048.487. Selisih yang tidak mencapai target sebesar sebesar
Rp.1.764.307.487 atau 32 %. Hal ini menunjukkan kurang efisen dari biaya
ini karena selisih yang terjadi pada biaya ini sebesar Rp.1,7 Milliar. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan pelayanan konsumen agar sinyal kuat maka
harus dilakukan perluasan jaringan dengan memperbanyak menara BTS,
membuat biaya teknis semakin banyak dan melebihi dari anggaran yang
ditetapkan. Anggaran untuk biaya ini perlu ditingkatkan untuk memperluas
jangkauan sinyal.
b) Biaya Telekomunikasi
Untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2006 dianggarkan sebesar
Rp.12.278.118.450, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu
Rp.20.736.028.892. Selisih yang terjadi sebesar Rp.8.457.910.442 atau
sebesar 69%. Selisih pada biaya ini cukup besar yaitu mencapai Rp. 8,4
Milliar. Jumlah selisih yang terjadi menunjukkan pengeluaran biaya yang
tidak efisien. Hal ini disebabkan kegiatan perusahaan yang semakin
kompleks dalam meningkatkan kinerja pelayanan terhadap konsumen.
Anggaran yang telah ditetapkan tidak bisa memenuhi kebutuhan biaya
sangat ketat antara perusahaan telekomunikasi dalam menawarkan
produknya.
c) BBM Genset
Anggaran untuk BBM Genset sebesar Rp.1.608.977.000, realisasinya
sebesar Rp.6.585.474.715. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.
4.976.497.715 atau 309 %. Jumlah selisih yang sangat besar ini menunjukkan
pengeluaran yang sangat kurang efisien. Selisih yang terjadi pada biaya ini
disebabkan oleh aliran listrik PLN yang sering mati dan kenaikan harga
bahan bakar minyak untuk genset sehingga anggaran yang telah ditetapkan
sangat kurang untuk memenuhi pengeluaran untuk operasional yang tinggi.
d) Inspeksi Lapangan
Untuk biaya Inspeksi lapangan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar
Rp.4.344.543.234, sedangkan realisasi yang terjadi lebih rendah yaitu
Rp.3.227.707.258. Selisih terjadi sebesar Rp.1.116.835.976 atau sebesar 26
%. Hal ini disebabkan aktivitas rutin di lapangan hanya dilakukan untuk
pengawasan menara BTS. Anggaran yang ada sudah cukup dalam
memenuhi kebutuhan.
e) Biaya Transportasi
Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya ini sebesar Rp.106.514.000,
namun realisasi yang terjadi sebesar Rp.173.052.900. Terjadi selisih yang
tidak mencapai target sebesar Rp.66.538.900 atau 62 %. Hal ini
disebabkan kenaikan harga BBM pada saat itu. Anggaran yang ditetapkan
f) Biaya Jaringan
Untuk Biaya Jaringan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar
Rp.411.104.270, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu
Rp.616.636.093. Selisih yang terjadi sebesar Rp.205.531.823 atau sebesar
50 %. Hal ini disebabkan peningkatan kegiatan operasional perusahaan
dalam penyediaan jaringan yang selalu optimal. Biaya ini harus ada agar
operasional tetap berjalan dengan lancer.
g) Biaya Instalasi
Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.1.424.371.666,
namun realisasi yang terjadi tidak jauh berbeda yaitu sebesar
Rp.1.635.850.801. Selisih Rp.211.479.135 atau sebesar 15 %. Selisih biaya
ini disebabkan semua peralatan IT membutuhkan pembaharuan sistemnya.
Biaya ini diperlukan untuk instalasi hardware dan software dalam
mendukung kegiatan operasional. Selisih yang terjadi dianggap wajar
karena ini sangat penting dalam telekomunikasi.
2. Biaya Administrasi dan Umum
Untuk anggaran pengeluaran pada Biaya Administrasi dan Umum adalah
sebesar Rp.25.240.217.311. Realisasi yang terjadi Rp.29.802.303.867. Terjadi
selisih sebesar Rp.4.562.086.556 atau sebesar 18 %. Jumlah dana yang
dikeluarkan pada biaya ini dinilai kurang efisien. Adapun rincian biaya
Administrasi dan Umum adalah sebagai berikut :
1. Sewa Gedung
Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.1.286.074.145. Jumlah yang terealisasi
Rp147.915.853 atau sebesar 12 %. Hal ini disebabkan kontrak beberapa
gedung tidak diperpanjang.
2. Sewa Kendaraan
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.3.815.579.067, sedangkan realisasi
yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.293.019.954. Selisih terjadi sebesar
Rp.477.440.887 atau sebesar 13 %. Hal ini disebabkan kebutuhan
operasional yang semakin meningkat sehingga memerlukan kendaraan
dalam menunjang aktivitas perusahaan
3. Peralatan
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.1.593.900.000, sedangkan realisasi
yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.875.947.151. Selisih terjadi sebesar
Rp.282.047.151 atau sebesar 18 %. Hal ini disebabkan pembelian peralatan
yang baru untuk kebutuhan administrasi.
4. Publikasi
Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.104.495.665,
sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.145.805.763. Selisih
yang tidak mencapai target sebesar Rp.41.310.098 atau 40%. Hal ini
disebabkan semakin kompleks kegiatan administrasi perusahaan.
5. Asuransi Kendaraan
Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.9.306.000, namun
realisasi yang terjadi yaitu sebesar Rp.3.935.000. Selisih yang terjadi
sebesar Rp 5.371.000 atau sebesar 58 %. Hal ini disebabkan beberapa
6. Pajak Kendaraan
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.5.219.000, sedangkan realisasi
yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.447.000. Selisih yang terjadi sebesar
Rp.228.000 atau sebesar 4%. Hal ini disebabkan adanya kenaikan pajak
yang dikenakan pada kendaraan.
7. Administrasi
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.18.350.500.000, sedangkan
realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.21.870.500.606. Selisih terjadi
sebesar Rp.282.047.151 atau sebesar 18 %. Pengeluaran untuk biaya ini
mungkin tidak mudah untuk dikendalikan karena dalam meningkatkan
kinerja perusahaan agar bisa tetap bersaing ketat, sangat diperlukan dana
yang harus selalu ada sehingga anggaran yang ditetapkan tetap tidak cukup
dalam memenuhi kebutuhan perusahaan.
3. Biaya Pemeliharaan
Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.5.131.175.369.
realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.905.631.933. Terjadi selisih
sebesar Rp.774.456.564 atau sebesar 15%. Pengeluaran ini dianggap tidak
efisien karena selisih yang terjadi cukup besar. Adapun rincian dari biaya
pemeliharaan ini adalah sebagai berikut :
a) Pemeliharaan Gedung
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.3.867.466.768, sedangkan realisasi
yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.469.241.302. Selisih terjadi sebesar
banyaknya bagian-bagian gedung yang harus diperbaiki sehingga anggaran
tidak cukup untuk memenuhi biaya tersebut.
b) Pemeliharaan Peralatan
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.142.889.000, sedangkan realisasi
yang terjadi lebih kecil yaitu Rp.133.671.234. Selisih terjadi sebesar
Rp.9.271.766 atau sebesar 6 %. Hal ini disebabkan anggaran yang ada telah
cukup memenuhi kebutuhan. Pemeliharaan yang dilakukan hanya sebatas
pemeliharaan rutin.
c) Pemeliharaan Kendaraan
Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.110.275.900,
sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.100.107.898. Selisih
merugikan terjadi sebesar Rp.10.168.002 atau sebesar 9%. Hal ini
disebabkan kendaraan yang diperlukan bertambah jumlahnya sehingga
harus memerlukan perawatan agar kondisi prima dalam menunjang kegiatan
operasional.
d) Spareparts
Anggaran biaya pada bagian ini sebesar Rp.911.534.811, realisasi yang
terjadi lebih besar yaitu Rp.1.112.136.478. Selisih yang tidak mencapai
target sebesar Rp.200.601.667 atau 22%. Hal ini disebabkan adanya
peralatan yang membutuhkan penggantian komponen agar dapat
dipergunakan secara optimal.
4. Biaya Pemasaran
Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp. 19,883,074,617. Realisasi
tidak mencapai target sebesar Rp.5.444.681.938 atau sebesar 26%. Adapun
rincian biaya pemasaran adalah sebagai berikut :
a) Exhibition
Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.1.696.155.636,
sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.979.738.367. Selisih
yang terjadi sebesar Rp.283.582.731 atau sebesar 17%. Hal ini disebabkan
meningkatnya kegiatan untuk mengenalkan produk terbaru dari perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk pendekatan awal terhadap masyarakat.
b) Sponsorship
Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya sponsor adalah sebesar
Rp.359.905.082 sedangkan yang realisasi yang terjadi lebih besar yaitu
sebesar Rp.402.514.450. Hal ini menunjukkan selisih sebesar Rp.42.609.368
atau sebesar 12%. Peningkatan biaya ini ditujukan dalam usaha promosi
yang gencar dari perusahaan agar produk dan jasa dapat semakin dikenal
masyarakat luas. Biaya ini dianggap wajar karena penting untuk pemasaran
produk.
c) Undian
Untuk anggaran dana melakukan kegiatan undian berhadiah pada tahun
2006 ditetapkan sebesar Rp.561.213.991, sedangkan realisasi yang terjadi
hampir sama dengan program kerja adalah Rp.521.601.105. Ini
menunjukkan selisih yang terjadi sebesar Rp.39.612.886 atau 7 %. Hal ini
disebabkan perusahaan ingin mempertahankan loyalitas pelanggan dalam
d) Pos Support
Pada bagian ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.897.416.877, sedangkan
realisasi yang terjadi sedikit lebih besar yaitu Rp.923.791.011. Selisih
merugikan yan terjadi sebesar Rp.26.374.134 atau sebesar 3%. Hal ini
disebabkan tingginya kegiatan administrasi sehingga biaya pengiriman surat
lebih besar dari yang ditetapkan. Biaya ini dinilai cukup efisien karena
selisih yang jumlahnya relatif rendah.
e) Marketing Agency
Anggaran biaya yang dikeluarkan untuk bagian ini sebesar
Rp.4.771.146.338, jumlah yang terealisasi jauh lebih besar yaitu
Rp.7.590.042.300. Selisih merugikan yang terjadi sebesar Rp.2.818.895.962
atau sebesar 59%. Selisih pada biaya ini sebesar Rp.2,8 Milliar. Ini
merupakan selisih yang cukup besar. Hal ini disebabkan banyaknya
dibutuhkan agen marketing dalam usaha pemasaran produk-produk
perusahaan agar semakin luas diketahui masyarakat. Ini harus dilakukan
karena tingkat persaingan pasar jasa telekomunikasi yang sangat ketat.
Biaya ini dinilai kurang efisien dan seharusnya bisa dikurangi jumlahnya
sehingga tidak membuat pengeluaran yang besar.
f) Penelitian dan Pengembangan
Dalam usaha mengetahui selera pasar konsumen jasa telekomunikasi,
anggaran untuk biaya ini ditetapkan sebesar Rp.57.878.000. Realisasi yang
yang terjadi sebesar Rp.89.216. Biaya ini cukup efisien karena jumlahnya
belum melebihi target.
g) Iklan
Anggaran yang ditetapkan untuk biaya ini tergolong cukup besar yaitu
sebesar Rp.7.927.661.561 dengan realisasi yang terjadi sebesar
Rp.8.002.720.215. Jumlah realisasi dengan anggaran tidak jauh berbeda
sehingga selisih yang menguntungkan terjadi sebesar Rp.75.058.654 atau
sebesar 1%. Penyerapan anggaran dana pada biaya ini hampir 100%.
Anggaran dana pada biaya ini cukup tinggi mengingat biaya untuk iklan
sangat dibutuhkan dalam pemasaran produk dan jasa telekomunikasi
perusahaan. Ini dilakukan agar masyarakat tertarik menggunakan produk
dan jasa perusahaan. Biaya ini dinilai efisien karena selisih yang terjadi
hanya sedikit.
5. Biaya Sewa Jaringan
Dana yang dianggarkan untuk biaya sewa jaringan pada tahun 2006 sebesar
Rp.161.653.112, sedangkan realisasinya adalah Rp.180.351.647. Ini
menimbulkan selisih yang merugikan sebesar Rp.18.698.535 atau sebesar
12%. Biaya ini disebabkan kebutuhan pelanggan atas jasa internet dan
telekomunikasi semakin meningkat. Biaya ini dinilai cukup efisien. Adapun
rincian dari biaya ini adalah :
a) Leased Lines
Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.41.538.000, sedangkan realisasi yang
Rp3.698.300 atau sebesar 9 %. Biaya ini sangat diperlukan dalam
membayar jaringan yang disewa dari perusahaan lain. Biaya ini cukup
efisien karena jumlah selisih yang relatif rendah..
b) Internet Circuit
Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.120.115.112. Realisasi yang terjadi
sebesar Rp135.115.347. Selisih yang terjadi sebesar Rp.15.000.235 atau
sebesar 12%. Hal ini disebabkan bertambahnya permintaan pelanggan atas
kebutuhan informasi melalui internet. Biaya ini cukup efisien karena
diperlukan dalam penyediaan jaringan internet bagi pelanggan.
6. Biaya lain-lain
Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.249.000.000, realisasinya
sebesar Rp.211.406.355 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.37.593.645 atau
sebesar 15%. Biaya ini terjadi untuk mendukung kegiatan perusahaan. Selisih
B. Analisa dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2007
Penerimaan
Anggaran penerimaan yang ditetapkan perusahaan pada tahun 2007 melalui lima
produknya adalah sebesar Rp.388.903.603.852. Realisasi penerimaan yang terjadi
adalah sebesar Rp.283.064.809.452. Pencapaian hasil sebesar 72,8% masih
dibawah target yaitu 80%. Meskipun demikian, hal ini merupakan jumlah yang
cukup efektif terhadap penerimaan perusahaan. Adapun rincian realisasi
penerimaan dari kelima produk itu adalah sebagai berikut :
6. Mentari
Anggaran penerimaan untuk produk Mentari pada tahun 2007 sebesar
Rp.136.496.566.064. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar
Rp.110.345.063.418. Pencapaian anggaran sebesar 81%. Selisih yang terjadi
sebesar Rp.26.151.502.646 atau sebesar 19%. Penerimaan pada tahun 2007
mencapai Rp.110,3 Milliar. Hasil penerimaan pada produk ini dinilai cukup
efektif. Hal ini menunjukkan konsumen semakin banyak menggunakan
produk ini.
7. IM3
Target penerimaan untuk produk ini pada tahun 2007 sebesar
Rp.80.971.041.798. Realisasi yang terjadi lebih rendah dari anggaran yang
ditetapkan, yaitu sebesar Rp.60.917.536.273. Pencapaian target sebesar
75,24%. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.20.053.505.525 atau sebesar
24,76%. Hasil penerimaan ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan
kenaikan pada tahun 2007, namun realisasi yang terjadi lebih rendah dari
tahun 2006.
8. Matrix
Penerimaan dari produk ini hanya sebesar Rp.32.131.572.779 dibandingkan
dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp.60.632.769.237. Selisih yang
terjadi sebesar Rp.28.501.196.458 atau sebesar 47%. Realisasi penerimaan
dari produk ini mengalami kenaikan pada tahun 2007. Hasil pencapaian ini
sangat tidak efektif. Promosi yang dilakukan untuk produk ini belum juga
dapat meningkatkan realisasi penerimaan secara signifikan.
9. Star One
Anggaran penerimaan untuk produk ini pada tahun 2007 ditetapkan sebesar
Rp.40.050.054.676, sedangkan realisasi yang terjadi Rp.23.765.767.700.
Selisih yang terjadi sebesar Rp.16.284.286.976 atau sebesar 40,65%. Hasil
penerimaan ini dinilai tidak efektif. Perusahaan mengharapkan pencapaian
setidaknya mencapai 60%. Untuk meningkatkan penerimaan pada produk ini
perlu dilakukan strategi pasar yang tepat agar dapat bersaing dengan produk
perusahaan lainnya.
10.FIXED dan MIDI
Target penerimaan untuk produk gabungan ini pada tahun 2007 adalah sebesar
Rp.70.753.172.077. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar
sebesar 21%. Penerimaan sebesar Rp.55,9 Milliar menunjukkan penerimaan
pada jasa ini semakin meningkat dibandingkan tahun 2006. Ini adalah
pertumbuhan positif terhadap sumber penerimaan FIXED dan MIDI
Pengeluaran
Jumlah dana yang ditetapkan untuk anggaran pengeluaran kas pada tahun 2007
sebesar Rp.88.349.930.577. Realisasi yang terjadi pada pengeluaran adalah
sebesar Rp.100.325.440.446. Selisih yang terjadi sebesar Rp.11.930.509.869 atau
sebesar 13%. Adapun rincian dari pengeluaran pada tahun 2007 adalah sebagai
berikut :
1. Biaya Operasi Telekomunikasi ( Cost of Service)
Jumlah total anggaran untuk biaya operasi telekomunikasi adalah sebesar
Rp.39.700.000.008, sedangkan realisasi menjadi sangat besar yaitu sebesar
Rp.47.035.134.086. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.7.335.134.078 atau
sebesar 18%. Selisih ini disebabkan peningkatan biaya yang diperlukan dalam
operasi telekomunikasi dalam bersaing ketat dengan perusahaan lain. Adapun
rincian dari Biaya Operasi telekomunikasi adalah sebagai berikut:
h) Biaya Teknis
Anggaran untuk biaya teknis sebesar Rp.3.344.000.000, realisasinya sebesar
Rp.5.787.403.466. Selisih yang terjadi sebesar Rp. 2.443.403.466. Selisih
yang terjadi pada biaya ini sebesar 73 %. Dalam persaingan yang ketat
membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya teknis yang tinggi untuk
memperluas pencapaian sinyal.
i) Biaya Telekomunikasi
Untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2006 dianggarkan sebesar
Rp.19.896.000.000, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu
Rp.23.533.891.332. Selisih yang terjadi sebesar Rp.3.637.891.332 atau
sebesar 18%. Selisih biaya telekomunikasi yang mencapai Rp.3,6 Milliar
disebabkan oleh tuntutan kebutuhan dana operasional dalam menyediakan
pelayanan yang maksimal pada konsumen.
j) BBM Genset
Anggaran untuk BBM Genset sebesar Rp.10.210.000.004, realisasinya
sebesar Rp.10.559.789.016. Selisih yang terjadi sebesar Rp.349.789.012.
Selisih yang terjadi pada biaya ini sebesar 3 %. Pengeluaran yang cukup
besar pada biaya ini sejalan dengan tingginya biaya operasional yang
dibutuhkan.
k) Inspeksi Lapangan
Untuk biaya Inspeksi lapangan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar
Rp.3.800.000.004, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu
Rp.4.039.584.757. Selisih yang terjadi sebesar Rp.239.584.753 atau sebesar
6%. Selisih ini disebabkan perusahaan harus meninjau lokasi-lokasi yang
akan dibangun menara BTS. Pembangunan menara BTS yang terus
diperbanyak membuat biaya inspeksi lapangan semakin meningkat sehingga
jumlahnya lebih besar dari anggaran.