i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH RETURN ON ASSET DAN TOBIN’S Q RATIO TERHADAP
TRADING VOLUME ACTIVITY PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE
DAN PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011
Oleh:
NAMA : CRONIKA LUMBANTORUAN
NIM : 090503068
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :”Pengaruh Return on
Asset dan Tobin’s Q Ratio Terhadap Trading Volume Activity Pada Perusahaan
Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”, adalah benar
hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan,
atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler
S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang telah diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 18 Agustus 2013
Yang Membuat Pernyataan
Cronika Lumbantoruan
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus, yang karena hikmat dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ”Pengaruh Return on Asset dan Tobin’s Q Ratio Terhadap
Trading Volume Activity Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”.
Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Fc., Ac., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak. selaku Sekretaris Program
iii
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar M.Si., Ak. selaku dosen pembaca yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. Orang tua penulis, Bapak L. Lumbantoruan dan Ibu T. Nababan serta
kakak dan adik penulis Martha, Yohana, Lidya, Josua, dan Mayolika yang
telah memberi motivasi kepada penulis.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah ke depannya.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 18 Agustus 2013
Penulis,
Cronika Lumbantoruan
iv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara return on asset
dan tobin’s Q ratio terhadap trading volume activity baik secara simultan maupun secara parsial. Sampel penelitian adalah perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data yang digunakan berasal dari laporan keungan perusahaan sampel.
Data yang digunakan telah diaudit dan dipublikasikan melalui website
purposive sampling
dengan kriteria : (1) perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011, (2) perusahaan-perusahaan real estate dan properti tersebut tidak delisting pada periode tersebut, (3) perusahaan-perusahaan real estate dan properti tersebut telah mempublikasikan laporan keuangannya secara rutin dari tahun 2009-2011 dan diaudit serta memiliki data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Analisis data dilengkapi dengan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, baik return onasset maupun tobin’s q ratio tidak berpengaruh terhadap trading volume activity. Hal ini tampak dari nilai F hitung 0,341 < nilai F tabel 3,15 serta nilai signifikansi sebesar 0,712 > daripada 0,05. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa baik return on asset dan tobin’s ratio tidak berpengaruh terhadap trading volume activity. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian return on asset terhadap trading volume activity secara parsial diperoleh nilai t hitung -0,100 < nilai t tabel 2,002 serta nilai signifikansi 0,920 > 0,05. Hasil pengujian tobin’s q ratio terhadap
trading volume activity secara parsial menunjukkan nilai t hitung -0,0,782 < t tabel 2,002 serta nilai signifikansi 0,437 > 0,05.
v
ABSTRACT
The goal of this research is to show the correlation between return on asset and tobin’s q ratio with trading volume activity either simultaneously or partially. The samples of this research are real estate and property companies listed on Indonesia Stock Exchange between 2009 to 2011. The data used are the financial statement of the compnies sampled.
The data used have been audited and published on the website www.idx.co.id. The sampling method was purposive sampling method with the following criteria: (1) real estate and property companies listed on the Stock Exchange in the year 2009 to 2011, (2) real estate companies and property are not delisted in the period, (3) the company-corporate real estate and the property has published their financial statements on a regular basis from the year 2009-2011 and audited and have the necessary data in this study. Analysis of the data used the classical assumption (normality test, autocorrelation, multicollinearity test and heteroscedasticity test).
The results of this research indicate that simultaneously, both return on assets and tobin's q ratio has no effect on trading volume activity. It is showed from the calculated F value of 0.341 < F table 3,15 with a significance level of 0.712 > 0.05. The partial results of the study showed that both return on assets and tobin's q ratio has no effect on trading volume activity. It can be seen from the test results return on assets of the trading volume activity partially obtained t value -0.100 < t table 2.002 and significance value 0.920 > 0.05. The test results of tobin's q ratio of the trading volume activity partially shows t value -0,782 < t table 2.002 and significance value 0.437 > 0.05.
vi DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ...ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal ... 6
1. Gambaran Umum Pasar Modal ... 6
2. Karakteristik, Fungsi, dan Manfaat Pasar Modal ... 9
vii
b. Fungsi Pasar Modal... 10
c. Manfaat Pasar Modal... 12
3. Instrumen Pasar Modal ... 12
B. Analisis Rasio Keuangan ... 17
1. Pengertian dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan ... 17
2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 18
3. Return on Asset ... 24
4. Tobin’s Q Ratio ... 25
a. Pengertian Tobin’s Q Ratio... 25
b. Keunggulan Tobin’s Q Ratio... 26
c. Pengukuran Tobin’s Q Ratio... 27
C. Trading Volume Activity ... 29
D. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 31
E. Kerangka Konseptual ... 33
F. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 36
B. Populasi dan Sampel ... 36
C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 38
D. Definisi Operasional dan Pengukuran ... 39
E. Metode Analisis Data ... 39
1. Statistik Deskriptif ... 39
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 40
viii
b. Uji Autokorelasi... 40
c. Uji Multikolinieritas... 41
d. Uji Heterokedastisitas... 41
3. Pengujian Hipotesis ... 42
a. Model Regresi Linier Berganda... 42
b. Uji Signifikansi Parameter simultan (uji statistik F)... 43
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (uji statistik T)... 44
d. Koefisien Determinasi... 45
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
1. Statistik Deskriptif ... 46
2. Uji Asumsi Klasik ... 47
a. Uji Normalitas Data... 47
b. Uji Multikoliniearitas... 51
c. Uji Autokorelasi... 52
d. Uji Heterokedastisitas... 53
3. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis ... 55
a. Persamaan Regresi... 55
b. Pengujian Hipotesis... 57
c. Koefisien Determinasi... 60
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
ix
B. Ketebatasan Hasil Penelitian ... 67
C. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
x DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 31
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 37
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 46
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas I...48
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas II... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi... 53
Tabel 4.6 Variable Entered/Removed... 55
Tabel 4.7 Hasil Analisis Linier Berganda... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji F... 58
xi DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 34
Gambar 4.1 Histogram... 50
Gambar 4.2 Normal P-Plot... 51
xii DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan...72
Lampiran 2 Daftar Return on Asset Perusahaan...73
Lampiran 3 Daftar Tobin’s Q Perusahaan Tahun 2009...74
Lampiran 4 Daftar Tobin’s Q Perusahaan Tahun 2010...74
Lampiran 5 Daftar Tobin’s Q Perusahaan Tahun 2011...75
Lampiran 6 Daftar Trading Volume Activity Tahun 2009...75
Lampiran 7 Daftar Trading Volume Activity Tahun 2010...76
Lampiran 8 Daftar Trading Volume Activity Tahun 2011...77
Lampiran 9 Descriptive Statistic...77
Lampiran 10 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 78
Lampiran 11 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 78
Lampiran 12 Histrogram ... 79
Lampiran 13 Normal P-Plot ... 80
Lampiran 14 Uji Multikoliniearitas ...80
xiii
Lampiran 16 Scatterplot ... 81
Lampiran 17 Variables Entered/Removed ... 82
Lampiran 18 Hasil Analisis Linier Berganda ... 82
Lampiran 19 Hasil Uji F ...82
Lampiran 20 Koefisien Determinasi ... 83
Lampiran 21 Tabel T... 83
Lampiran 22 Tabel Durbin-Watson... 87
iv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara return on asset
dan tobin’s Q ratio terhadap trading volume activity baik secara simultan maupun secara parsial. Sampel penelitian adalah perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data yang digunakan berasal dari laporan keungan perusahaan sampel.
Data yang digunakan telah diaudit dan dipublikasikan melalui website
purposive sampling
dengan kriteria : (1) perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011, (2) perusahaan-perusahaan real estate dan properti tersebut tidak delisting pada periode tersebut, (3) perusahaan-perusahaan real estate dan properti tersebut telah mempublikasikan laporan keuangannya secara rutin dari tahun 2009-2011 dan diaudit serta memiliki data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Analisis data dilengkapi dengan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, baik return onasset maupun tobin’s q ratio tidak berpengaruh terhadap trading volume activity. Hal ini tampak dari nilai F hitung 0,341 < nilai F tabel 3,15 serta nilai signifikansi sebesar 0,712 > daripada 0,05. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa baik return on asset dan tobin’s ratio tidak berpengaruh terhadap trading volume activity. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian return on asset terhadap trading volume activity secara parsial diperoleh nilai t hitung -0,100 < nilai t tabel 2,002 serta nilai signifikansi 0,920 > 0,05. Hasil pengujian tobin’s q ratio terhadap
trading volume activity secara parsial menunjukkan nilai t hitung -0,0,782 < t tabel 2,002 serta nilai signifikansi 0,437 > 0,05.
v
ABSTRACT
The goal of this research is to show the correlation between return on asset and tobin’s q ratio with trading volume activity either simultaneously or partially. The samples of this research are real estate and property companies listed on Indonesia Stock Exchange between 2009 to 2011. The data used are the financial statement of the compnies sampled.
The data used have been audited and published on the website www.idx.co.id. The sampling method was purposive sampling method with the following criteria: (1) real estate and property companies listed on the Stock Exchange in the year 2009 to 2011, (2) real estate companies and property are not delisted in the period, (3) the company-corporate real estate and the property has published their financial statements on a regular basis from the year 2009-2011 and audited and have the necessary data in this study. Analysis of the data used the classical assumption (normality test, autocorrelation, multicollinearity test and heteroscedasticity test).
The results of this research indicate that simultaneously, both return on assets and tobin's q ratio has no effect on trading volume activity. It is showed from the calculated F value of 0.341 < F table 3,15 with a significance level of 0.712 > 0.05. The partial results of the study showed that both return on assets and tobin's q ratio has no effect on trading volume activity. It can be seen from the test results return on assets of the trading volume activity partially obtained t value -0.100 < t table 2.002 and significance value 0.920 > 0.05. The test results of tobin's q ratio of the trading volume activity partially shows t value -0,782 < t table 2.002 and significance value 0.437 > 0.05.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia usaha mengakibatkan banyaknya perusahaan yang
muncul sehingga menimbulkan persaingan yang ketat. Perusahaan real estate dan
properti merupakan bidang usaha yang turut mengalami perkembangan pesat.
Persaingan yang pesat di industri real estate dan properti disebabkan oleh
semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap.
Mengingat perusahaan yang bergerak pada sektor real estate dan properti tersebut
adalah perusahaan yang sangat peka terhadap pasang surut perekonomian, maka
seiring perkembangannya, sektor real estate dan properti dianggap menjadi sektor
yang mampu bertahan dari kondisi ekonomi secara makro di Indonesia.
Memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan perusahaan agar tetap
dapat bersaing dapat dilakukan perusahaan dengan menjual saham kepada
masyarakat melalui pasar modal. Penjualan saham ataupun obligasi mampu
membantu perusahaan menghimpun dana karena fungsi pasar modal sendiri
diantaranya menurut Hartono (2003:12) dan Suad (1998:4) adalah menyediakan
kebutuhan dana. Di dalam pasar modal, transaksi perdagangan saham untuk
perusahaan pada suatu sesi akan tampak pada volume perdagangannya karena
volume perdagangan menggambarkan pertempuran antara permintaan dan
2
menjadi parameter penting untuk menunjukkan transaksi yang terjadi dalam
aktivitas perdagangan saham di pasar modal.
Tinggi rendahnya volume perdagangan saham dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor secara makro dalam artian pengaruh internal perusahaan
seperti penggantian direktur, perubahan kebijakan manajemen dan pengaruh
eksternal seperti fluktuasi, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi
negara dapat mempengaruhi tinggi rendahnya volume perdagangan saham. Utomo
(2013) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh antara informasi arus kas
terhadap volume perdagangan saham. Hasil penelitian Utomo menunjukkan arus
kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan secara
simultan terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap volume perdagangan
saham. Hal ini mengindikasikan bahwa investor melihat variabel aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan sebagai pertimbangan dalam
melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Secara parsial, hanya arus kas dari
aktivitas operasi dan arus kas dari aktivitas investasi yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap volume perdaganngan saham.
Otok et al (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi volume perdagangan saham menggunakan Multivariate Adaptive
Regression Splines (MARS). Faktor-faktor tersebut antara lain Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), right issue, kurs dollar, dan Singapore International
Bank Offered Rate (SIBOR). Hasil analisis data dan pembahasan dengan
menggunakan pendekatan MARS menunjukkan bahwa IHSG, kurs dollar, right
issue, dan SIBOR secara bersama-sama mempengaruhi volume perdagangan
3
Perusahaan-perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di pasar modal ini
kemudian harus mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun yang memuat
informasi kekayaan perusahaan, termasuk laporan keuntungan dan pembayaran
dividen perusahaan. Mempublikasikan laporan keuangan dilakukan selain karena
ketentuan yang ditetapkan dalam pasar modal, juga dilakukan karena laporan
keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada
pihak-pihak di luar perusahaan yang merangkum aktivitas-aktivitas perusahaan
pada periode tertentu (Kieso : 2002). Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui
laporan keuangan yang disajikan secara teratur setiap periode (Juliana dan
Sulardi: 2003). Oleh sebab itu, laporan keuangan harus disajikan dengan benar,
sehingga para pelaku bisnis dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan.
Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam memahami informasi
keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk menganalisis laporan
keuangan, dapat digunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan menjelaskan
dan memberikan gambaran kepada para pemakai laporan keuangan tentang baik
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke
periode lainnya.
Analisis rasio keuangan memudahkan penggunanya mengetahui hal-hal apa
saja dalam perusahaan yang mengalami masalah, dan juga membantu mengetahui
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Secara umum, rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas (Bambang: 1995). Akan tetapi untuk melihat kinerja perusahaan
4
karena bagi investor, perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal harus
memiliki kemampuan menghasilkan laba sehingga dapat membagikan dividen dan
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Hal ini sejalan dengan tujuan
perusahaan yang dikemukakan oleh Keown et al (2004 : 3), yaitu perusahaan
haruslah bertujuan memaksimalkan kekayaan perusahaan.
Menurut Kieso et al (2002 :223) terdapat beberapa rasio untuk mengukur
profitabilitas, salah satunya adalah return on asset (ROA). ROA menurut Kieso et
al (2002 : 223) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
aktiva secara keseluruhan”. Semakin positif nilai ROA (semakin besar), maka
semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktiva yang
dimilikinya untuk menghasilkan laba. Sebaliknya, ROA yang negatif (semakin
kecil) menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan, perusahaan tidak
mampu menghasilkan laba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haosana (2012), ROA memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap trading volume activity. Hasil yang
berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Holidiyah (2009) dan
Kusumahadi (2008). Penelitian yang dilakukan oleh Holidiyah dan Kusumahadi
menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan
saham.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan diantaranya yang dilakukan oleh Ulupui (2007), Carlson dan Bathala
(1997) dalam Suranta dan Merdistusi (2004). Teori yang mendasari
penelitian-penelitian tersebut adalah semakin tinggi kinerja keuangan, maka semakin tinggi
5
terhadap saham perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat
seberapa berhasilnya manajemen perusahaaan mengelola asset dan modal yang
dimilikinya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Apabila ROA sebagai pengukur kinerja operasional perusahaan, maka untuk
menilai kinerja eksternal perusahaan digunakan tobin’s q ratio. Tobin’s q ratio
merupakan suatu rasio yang menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan di
pasar di mana nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya ganti
aktivanya. Jika nilai tobin’s q perusahaan lebih dari satu, berarti nilai pasar
perusahaan tersebut lebih besar daripada aktiva perusahaan yang tercatat. Oleh
karena itu, pasar akan menilai baik perusahaan yang memiliki nilai tobin’s q yang
tinggi. Sebaliknya, jika nilai tobin’s q kurang dari satu, mengindikasikan bahwa
biaya ganti aktiva lebih besar daripada nilai pasar perusahaan sehingga pasar akan
menilai kurang terhadap perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Haosana (2012) menunjukkan bahwa secra parsial, tobin’s q ratio tidak
berpengaruh terhadap volume perdagangan saham.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya dan adanya
perbedaan pendapat mengenai pengaruh ROA dan tobin’s q ratio terhadap trading
volume activity menyebabkan penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh
Return on Asset dan Tobin’s Q Ratio Terhadap Trading Volume Activity
Perusahaan Real Estate dan Properti Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia
6 B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah : apakah return on asset dan tobin’s q ratio
berpengaruh terhadap trading volume activity baik secara simultan maupun secara
parsial?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah return on asset
dan tobin’s q ratio berpengaruh terhadap trading volume activity baik secara
simultan maupun secara parsial.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai
pengaruh return on asset dan tobin’s q ratio terhadap trading volume activity,
2. bagi calon investor, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan,
3. bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PASAR MODAL
1. Gambaran Umum Pasar Modal
Menurut Fabozzi (1999 : 7), ada banyak cara menggolongkan jenis – jenis
pasar keuangan, misalnya berdasarkan waktu jatuh temponya. Berdasarkan waktu
jatuh temponya, pasar keuangan terdiri atas pasar modal dan pasar uang. Pasar
modal (capital market) merupakan pasar untuk instrumen berharga jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, sedangkan pasar uang (money market)
merupakan pasar untuk instrumen berharga jangka pendek. Pengertian jangka
pendek ini ditafsirkan berada dalam kurun waktu satu tahun atau kurang dari satu
tahun. Pasar uang lebih banyak dimanfaatkan oleh perbankan dan sebagian kecil
perusahaan – perusahaan besar.
Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar
(Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/90, tentang peraturan pasar
modal). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian
Pasar Modal yang lebih spesifik, yaitu “Kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
8
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Di pasar modal, perusahaan akan melakukan beberapa kegiatan untuk
mendapatkan dana, misalnya dengan melakukan penawaran umum baik saham
maupun obligasi di pasar perdana. Pasar perdana (primary market) adalah pasar
untuk surat – surat berharga yang baru diterbitkan. Selanjutnya, kegiatan akan
berlanjut dengan hiruk pikuk perdagangan saham atau obligasi di pasar sekunder
atau di kenal dengan nama Bursa Efek. Pasar sekunder (secondary market) adalah
pasar untuk sekuritas yang telah dimiliki oleh pemegang sekuritas. Di pasar
sekunder ini, uang tidak lagi mengalir ke perusahaan penerbit efek tetapi antara
pemegang sekuritas yang satu dengan yang lain.
Pasar modal di Indonesia yang kita kenal sekarang ini, sebenarnya sudah ada
sejak jaman pemerintahan kolonia Belanda. Tujuan pemerintah kolonial Belanda
mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk menghimpun dana guna
menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang belanda di Indonesia.
Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya
Vereniging voor de Effectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912.
Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan,
sehingga pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di
kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada
tanggal 1 Agustus 1925.
Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi
9
pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di
Semarang dan kemudian memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Kemudian,
pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek di Jakarta juga ditutup, yang disebabkan
oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka
kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti.
Tanggal 1 september 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari
pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Darurat
N0.13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia.
Undang-undang tersebut kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang no.15 tahun 1952.
Sejak itu bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang
dikeluarkan sebelum PD II. Namun keadaan ini haya berlangsung sampai dengan
tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden RI secara resmi membuka
kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public PT. Semen
Cibinong. Penutupan bursa efek saat itu berlatar belakang politis, terutama dengan
tujun agar sistem perekonomian nasional lebih mengarah ke sistem sosial.
Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10
Agustus 1977, bursa efek terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa
kemudahan tentang pelaksanaan bursa efek. Terakhir, pemerintah bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyusun Undang-Undang N0. 8 tahun
1995 tentang pasar modal. Dengan lahirnya undang-undang ini, mekanisme
transaksi bursa efek di Indonesia beserta lembaga-lembaga penunjangnya
10
Perkembangan pasar modal di Indonesia setelah tahun 1988 menunjukkan
jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa
pasar modal Indonesia merupakan bursa berkembang tercepat di dunia, meskipun
hal tersebut belum pernah dibuktikan secara empiris. Akibat perkembangan
tersebut, perdagangan dengan cara manual sudah tidak efisien lagi. Sehingga
mengharuskan Bursa Efek Jakarta untuk mengotomatisasi operasi perdagangan
efek terpadu, yaitu sistem perdagangan efek berbasis komputer yang disebut
dengan Jakarta Automated Trading System (JATS). Implementasi JATS
dilaksanakan mulai tanggal 22 Mei 1995.
2. Karakteristik, Fungsi, dan Manfaat Pasar Modal a. Karakteristik Pasar Modal
Setelah mengetahui pengertian pasar modal secara definitif, kiranya perlu
dikemukakan beberapa klasifikasi daripada karakteristik pasar modal (Basjiruddin
A. Sarida, 1981).
1. Dari sudut pandangan para pemakain dana, maka terdapat berbagai macam pihak terlibat di dalam kegiatan pasar modal. Dengan adanya dana yang tersedia bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka berbagai instrumen menjembatani antara mereka yang membutuhkan dana dengan para penanam modal (investor).
2. Dari sudut pandang jenis instrumen yang ditawarkan melalui pasar modal, yakni apakah instrumen utang jangka panjang/menengah atau instrumen modal perusahaan (equity).
3. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di pasar modal. Sebagaimana diketahui, transaksi surat-surat berharga yang jatuh temponya dalam waktu kurang dari satu tahun dilakukan dalam pasar uang (money market) atau pasar dana-dana jangka pendek (short term market).Sehingga bagi dana-dana menengah (intermediate term funds)
11
4. Dari sudut pandangan tingkat sentralisasi. Sebagaimana telah diketahui, bahwa ruang lingkup suatu pasar modal ternyata mencakup permasalahan yang cukup luas dan tersebar. Suatu pasar modal adalah sarana bagi dunia perbankan dan asuransi guna meminjamkan dana-dananya yang menganggur
(idle), sarana untuk memperjualbelikan saham ataupun obligasi suatu perusahaan, sarana bagi pemodal kecil seperti perorangan, rumah tangga, dan sebagainya.
5. Dari sudut pandang transaksinya, maka dalam suatu pasar modal transaksi yang dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung. Hal tersebut merupakan suatu karakteristik dari pasar modal di mana para pembeli maupun penjual dana diwajibkan menggunakan jasa para perantara perdagangan efek (brokers) ataupun agen-agen penjual (dealers) yang berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat berharga (marketing intermediaries) yang diperjualbelikan di pasar modal. Jadi berbeda dengan transaksi-transaksi yang dijalankan oleh lembaga keuangan perbankan ataupun nonbank, dimana transaksi berlangsung secara langsung dan pribadi
(direct and personal).
6. Di dalam mekanisme pasar modal dikenal adanya penawaran pada pasar perdana dan pasar sekunder/bursa. Hal tersebut menimbulkan perbedaan antara transaksi pada pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder atau bursa. Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang menerbitkannya dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa penawaran umum atau harga perdana. Sedangkan transaksi pada pasar sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu jenis efek.
b. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada
dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara
yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas
dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara
dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu
12
Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari 5
(lima) aspek berikut ini (Sunariyah, 1997: 5).
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Jadi, pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memuaskan keinginan para investor melalui kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal, pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas.
3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yang dimilikinya sampai dengan saat perusahaan dilikuidasi.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat umum memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan terpercaya.
Kelima aspek di atas memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi
kepentingan para pelaku pasar modal. Namun demikian, peranan pasar modal
dalam perekonomian nasional (tinjauan secara ekonomi makro) lebih luas
jangkauannya. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah
sebagai berikut, Sunariyah (1997: 5) :
1. fungsi tabungan (savings function),
2. fungsi kekayaan (wealth function),
13 c. Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal (Darmadji & Fakhruddin, 2001: 2) adalah:
1. menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal,
2. memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi,
3. menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara,
4. penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah,
5. penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat,
6. menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik,
7. memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek,
8. alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi,
9. membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial,
10. pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional,
11. sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.
Manfaat pasar modal bagi investor juga diungkapkan oleh Martono dan
Harjito (2005 : 361) sebagai berikut:
a. memperoleh dividen bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga bagi yang memiliki obligasi,
b. mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) bagi pemegang saham dan mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang obligasi (RUPO) bagi pemegang obligasi,
c. dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi,
d. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk mengurangi risiko.
3. Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat – surat berharga
14
modal. Pengertian efek menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “Efek adalah setiap surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang,
setiap rights, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen
yang ditetapkan sebagai efek.” Untuk memudahkan dalam membahas instrumen
pasar modal, pengertian surat berharga pasar modal dirinci sebagai berikut:
1. Saham
Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT)
atau yang biasa disebut emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari
perusahaan tersebut. Ada dua macam jenis pemilikan saham yaitu saham atas
nama dan saham atas unjuk. Sekarang ini, saham yang diperdagangkan di
Indonesia adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik tertera di atas
saham tersebut.
2. Obligasi
Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang
diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi
telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan
saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini dapat
diterbitkan baik oleh badan usaha milik negara (BUMN), swasta, pemerintah
pusat atau daerah (BUMD).
3. Derivatif dari Efek
a. Right/Klaim.
Right menunjukkan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang melekat
15
saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan, sebelum saham-saham
tersebut ditawarkan keepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak
bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka bukti right
yang dimiliki dapat diperjualbelikan di bursa.
b. Waran.
Menurut peraturan Bapepam, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan, yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan
saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau
lebih. Waran memiliki karakteristik opsi yang hampir sama dengan
Sertifikat Bukti Right (SBR), dengan perbedaan utama pada jangka waktu.
SBR merupakan instrumen jangka pendek yaitu kurang dari enam bulan,
sedangkan waran adalah jangka panjang yang umumnya antara enam bulan
hingga lima tahun.
c. Obligasi Konvertibel.
Obligasi konvertibel adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu dan
selama masa tertentu, dengan perbandingan dan/atau harga tertentu, dapat
ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.
d. Saham dividen.
Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun dalam
bentuk saham dividen. Jika perusahaan tidak membagi dividen tunai,
perusahaan dapat memberikan saham baru bagi pemegang saham. Dalam
kasus ini, bila perusahaan tidak membagi dividen tunai dan dividen tidak
realisir oleh pemegang saham berarti kerugian riil bagi pemegang saham
16
perusahaan ingin menambah laba yang bersangkutan di dalam perusahaan
untuk digunakan sebagai modal kerja.
e. Saham Bonus.
Perusahaan menerbitkan saham bonus yang dibagikan kepada pemegang
saham lama. Pembagian saham bonus untuk memperkecil harga saham yang
bersangkutan, yang akan menyebabkan dilusi (penurunan harga) karena
pertambahan saham baru tanpa memasukkan uang baru dalam perusahaan.
Dengan harga saham diperkecil, maka pasar lebih luas. Karena lebih banyak
investor mampu menjangkau harga yang relatif murah.
f. Sertifikasi ADR/CDR.
American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository Receipts
(CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan bukti bahwa
saham perusahaan asing, disimpan sebagai titipan atau berada di bawah
penguasaan suatu bank Amerika. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
transaksi dan mempercepat pengalihan penerimaan manfaat dari suatu efek
asing di Amerika.
g. Sertifikat Reksa Dana.
Menurut UU No.8/1995 Tentang Pasar Modal, “Reksa Dana adalah wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal.”
Selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio oleh manajer investasi. Jadi,
sertifikat reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemodal
menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola dana untuk
diinvestasikan baik di pasar modal atau pasar uang. Ada dua jenis reksa
17
kepada manajer investasi, dan reksa dana close end (tertutup). Sertifikat ini
tidak bisa dijual kembali kepada manajer investasi tetapi dijual di pasar
sekunder.
B. ANALISIS RASIO KEUANGAN
1. Pengertian dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2004: 37), “Analisis rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” Gibson (1992 : 766)
memberikan pengertian analisis rasio sebagai “Suatu analisis yang
menghubungkan komponen data keuangan yang satu dengan yang lainnya dari
laporan keuangan yang berguna sebagai tolak ukur untuk menilai kondisi
keuangan dan prestasi suatu perusahaan.”
Manfaat analisis rasio keuangan sangat penting. Rasio keuangan dapat
digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya.
Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat
dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan
atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut.
Membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan terhadap perusahaan
lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu
mengidentifikasi adanya penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya
digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer
18
kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006) adalah sebagai
berikut:
a. manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,
b. analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya,
c. analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Analisis rasio keuangan menurut Martono dan Harjito (2005: 52) antara lain
berguna dalam:
a. pengambilan keputusan investasi, b. keputusan pemberian kredit, c. penilaian arus kas,
d. penilaian sumber – sumber ekonomi,
e. menganalisis perubahan – perubahan yang terjadi terhadap sumber – sumber dana,
f. menganalisis penggunaan dana.
2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Ada beberapa jenis rasio keuangan yang sering dipakai, menurut Bambang
(2001: 330) apabila dilihat dari sumber dari mana rasio itu dibuat, maka rasio
dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu:
a. rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid-test ratio, dan lain sebagainya,
b. rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, dan lain sebagainya,
19
Bambang (2001 : 331) juga mengelompokan rasio kedalam rasio-rasio
likuiditas, rasio-rasio leverage, rasio-rasio aktivitas, dan rasio-rasio profitabilitas
sebagai berikut:
a. rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio),
b. rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. (debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebagainya),
c. rasio-rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumbersumber dayanya (inventory turnover, average collection period, dan lain sebagainya),
d. rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya.
Rasio keuangan yang utama menurut Kieso et al (2002: 222) diklasifikasikan
dalam 4 rasio.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan yang jatuh
tempo, misalnya membayar gaji, membayar biaya operasional, membayar utang
jangka pendek dan pembayaran lain yang perlu segera dilakukan. Rasio likuiditas
antara lain terdiri atas rasio cakupan utang tunai lancar, rasio cepat (quick ratio),
dan rasio lancar (current ratio).
a. Rasio cakupan utang tunai lancar
Rasio cakupan utang tunai lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban lancarnya dalam suatu tahun dari operasinya. Untuk
20 b. Rasio cepat (acid – test ratio)
Rasio cepat merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan
dengan hutang lancar. Rasio cepat mengukur likuiditas jangka sangat pendek.
Untuk menghitung rasio cepat digunakan rumus berikut.
c. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan utang jangka pendek. Rasio lancar digunakan untuk
mengukur kemampuan membayar utang jangka pendek. Untuk menghitung rasio
lancar digunakan rumus berikut.
2. Rasio Solvabilitas (leverage ratio)
Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan didanai oleh utang.
Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas rendah mempunyai risiko kerugian
yang lebih kecil pada saat perekonomian sedang turun, tetapi memiliki tingkat
Rasio Cakupan Utang Tunai Lancar =
Kas Bersih yang Disediakan oleh Aktivitas Operasi Kewajiban Lancar Rata−rata
Rasio Cepat = Kas, Sekuritas, dan Piutang (bersih) Kewajiban lancar
21 return yang rendah saat perekonomian tinggi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio utang antara lain.
a. Total utang terhadap total aset
Rasio total utang terhadap total aset digunakan untuk mengukur persentase
total aktiva yang diberikan oleh kreditor. Rumus menghitung rasio utang terhadap
total aset adalah.
b. TIE (Time Interest Earned)
Rasio TIE digunakan untuk mengukur kemampuan memenuhi pembayaran
bunga pada saat jatuh tempo. Rumus untuk menghitung TIE adalah.
3. Rasio Aktivitas/Perputaran
Rasio aktivitas/perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola aset – asetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi
perusahaan. Secara ringkas, rasio aktivitas mengukur tingkat efektifitas
pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Rumus yang digunakan
antara lain.
Total Utang terhadap Total Aset = Total Utang Total Aset
22 a. Perputaran persediaan (inventory turn over)
b. Periode pengumpulan piutang (receivable collection period)
c. Perputaran total aset (Total assets turn over)
d. Perputaran aset tetap (Fixed assets turn over)
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan atau tingkat efektivitas pengelolaan manajemen dalam menghasilkan
keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Menurut Kieso et al
(2002 : 223) terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas.
Perputaran Persediaan = Penjualan Persediaan
��������������������������= Piutang Penjualan per hari
������������������= Penjualan Total Aktiva
23 a. Marjin laba terhadap penjualan
Rasio marjin laba terhadap penjualan digunakan untuk mengukur laba bersih
yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumus untuk menghitung rasio
marjin laba terhadap penjualan adalah.
b. Tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Asset)
Rasio tingkat pengembalian atas aktiva digunakan untuk mengukur
profitabilitas aktiva secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah.
c. Tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return on Equity)
Rasio tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk
mengukur profitabilitas dari investasi pemilik. Rumus yang digunakan untuk
menghitung ROE adalah.
Margin Laba Terhadap Penjualan = Laba bersih Penjualan Bersih
������������� = Laba bersih Total aktiva rata−rata
��������������= Laba bersih
24 d. Laba per saham
Rasio laba per saham digunakan untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan
oleh setiap lembar saham biasa. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio
laba per saham adalah.
3. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,
2003). Gibson (1992 : 329), menyatakan bahwa: “Return on Assets measures the
firm’s ability to utilize its assets to create profits. This ratio compares profits with
the assets that generate the profits.” Semakin tinggi ROA berarti perusahaan
semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA
berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan
semakin besar (Brigham, 2006: 90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya
tarik investor kepada perusahaan.
Rumus yang umum digunakan untuk menghitung ROA adalah dengan
membagi laba tahunan perusahaan (laba sebelum bunga) dengan total aset, yang
akan ditampilkan dalam bentuk persentase. Rumus untuk menghitung ROA pada
umumnya adalah.
Preferen laba per saham =
Laba bersih dikurangi dividen saham
25
ROA menggambarkan kemampuan aset – aset yang dimiliki perusahaan
dalam menghasilkan laba, setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk
mendanai aset tersebut. ROA yang positif (semakin besar) menunjukkan bahwa
dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, ROA yang negatif (semakin kecil)
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan tidak
mampu memberikan laba sehingga mendapatkan kerugian.
ROA menyampaikan apa yang dihasilkan laba dari modal yang ditanamkan
dalam aset. ROA untuk perusahaan publik dapat berbeda secara substansial dan
akan sangat bergantung pada industri tersebut. Itulah sebabnya ketika
menggunakan ROA sebagai ukuran perbandingan, yang terbaik adalah
membandingkannya dengan ROA pada perusahaan yang sama selama beberapa
kurun waktu atau dengan ROA perusahaan lain dalam industri yang sejenis.
4. Tobin’s Q Ratio
a. Pengertian Tobin’s Q Ratio
Pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan nilai
pasar, yaitu metode pengukuran yang digunakan dalam mengukur nilai pasar
biasanya menggunakan metode tobin’s q ratio. Tobin’s q ratio adalah alat
pengukuran kinerja perusahaan yang ditemukan oleh James Tobin dari
Universitas Yale, penerima Nobel di bidang ekonomi. ������������� = Laba bersih
26
Tobin’s q ratio atau yang dikenal juga sebagai q ratio mengukur kesempatan
berkembang suatu perusahaan dengan membandingkan market value dari aset
perusahaan dengan replacement value dari aset perusahaan. Tobin’s qmerupakan
rasio market value aset perusahaan (diukur dengan market value dari saham yang
beredar dan hutangperusahaan) terhadap replacement cost asset perusahaan
(Tobin, 1967).
Tobin’s q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin’s q
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud
dan aktiva tak berwujud. Nilai tobin’s q perusahaan yang rendah (antara 0 dan 1)
mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai
pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang
perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai tobin’s q suatu perusahaan tinggi (lebih
dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang
tercatat.
b. Keunggulan Tobin’s Q
Menurut Wright (2007: 40) keunggulan tobin’s q adalah:
1. tobin’s q mencerminkan aset perusahaan secara keseluruhan,
2. tobin’s q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi,
3. tobin’s q mencerminkan modal intelektual perusahaan,
4. tobin’s q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat keuntungan atau biaya marginal.
Secara khusus, tobin’s atau q ratio sering digunakan sebagai alat pengukur
nilai intangible asset atau modal intelektual suatu perusahaan seperti kekuatan
27
intelektual inilah suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. Rupert dalam
Juniarti (2009: 23) mengungkapkan bahwa hal tersebut tercermin dari banyaknya
perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan
keuangan namun penghargaan pasar terhadap perusahaan – perusahaan tersebut
sangat tinggi. Atas dasar itulah sehingga tobin’s q menjadi alat pengukuran
kinerja yang populer.
c. Pengukuran Tobin’s Q Ratio
Nilai tobin’s q atau q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan membagi
nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang
beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. Rumus dasar ini kemudian
banyak dikembangkan lagi, diantaranya oleh Wright (2007: 37). Menurut dan
Wright, Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
�=(���+�) (���+�)
Dimana:
q = Nilai perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price X jumlah saham beredar)
D = Nilai buku dari total hutang
28
Untuk perhitungan yang lebih akurat, Yan Liu dalam Juniarti (2009 : 27)
menambahkan biaya iklan serta R & D sebagai proxy intangible asset, dengan
rumus sebagai berikut:
Tobin’s Q = (ME + PS + DEBT) / (TA + Advertising + R & D)
Dimana:
ME = Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga
penutupan saham
PS = Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar
DEBT = (Total Utang + Persediaan – Aktiva Lancar)
TA = Nilai buku total aktiva perusahaan
Analis keuangan lain yang mengembangkan rumus Tobin’s Q adalah Chung
dan Pruitt dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003). Mereka mengembangkan
rumus tobin’s q karena pada kenyataannya biaya penggantian aktiva seringkali
tidak tersedia dan sulit diperhitungkan. Oleh karena itu mereka menyamakan
biaya penggantian aktiva dengan nilai buku aktiva sehingga rumus tobin’s q
menjadi:
Tobin’s Q = ME + PS + DEBT / TA
Dimana:
ME = Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga
penutupan saham
29
DEBT = (Total Utang + Persediaan – Aktiva Lancar)
TA = Nilai buku total aktiva perusahaan
Klapper dan Lovelock dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003) telah
menyesuaikan rumus Tobin’s Q dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan –
perusahaan di Indonesia. Rumus tersebut sebagai berikut:
Tobin’s Q = ME + DEBT / TA
C. TRADING VOLUME ACTIVITY
Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang
diper-dagangkan pada hari tertentu (Abdul dan Nasuhi, 2000). Perdagangan suatu
saham yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan
bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut
cepat diperdagangkan. Trading volume activity atau volume perdagangan saham
merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu
tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu.
Pengaruh terhadap tinggi rendahnya volume saham dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti pergantian direksi, kondisi internal perusahaan, laju inflasi,
dan lainnya. Dalam penelitian ini, akan dilihat pengaruhnya secara mikro, yaitu
dari laporan keuangan sebagai informasi akuntansi yang mendasari penilaian.
Informasi dari laporan keuangan inilah yang digunakan oleh investor untuk
melakukan penilaian dan mengambil keputusan apakah akan membeli atau
menjual. Besar kecilnya transaksi permintaan saham inilah yang kemudian akan
30
Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu
yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan
saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan
mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator
aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity / TVA). Trading volume
activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat
reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas
volume perdagangan saham di pasar modal. Perubahan volume perdagangan
saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan
mencerminkan keputusan investasi investor.
Perhitungan volume perdagangan saham (trading volume activity) dilakukan
dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam
suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada
kurun waktu yang sama. Rumus perhitungan TVA ini dapat dituliskan sebagai
berikut:
Dimana:
TVAi,t = Trading Volume Activity i pada waktu t
i = Nama perusahaan
t = Periode waktu tertentu
TVAi, t =
∑yang diperdagangkan pada waktu tVolume saham perusahaan i
31 D. TINJAUAN PENELITI TERDAHULU
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu N
o Peneliti Variabel Independen Variabel Dependen Hasil Penelitian 1. Haosana terhadap TVA, Tobin’s Q Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap TVA
Secara parsial, hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap TVA dan harga saham. Sedangkan EPS dan PER berpengaruh signifikan terhadap TVA dan harga saham
3. Kusuma
TVA Secara parsial, hanya ROE yang berpengaruh signifikan terhadap TVA. Namun secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan yang diteliti terhadap TVA
4. Juniarti (2009)
EVA Tobin’s Q Ratio
TVA Niai dari Tobin’s Q berbanding lurus dengan penilaian pasar terhadap perusahaan. Semakin tinggi nilai Tobin’s Q maka penilaian pasar terhadap perusahaan tersebut akan semakin tinggi, TVA meningkat
Haosana (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh return on asset dan
tobin’s q ratio terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan retail yang
terdaftar di BEI. Haosana melakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui
hubungan antara ROA dan tobin’s q sebagai variabel independen terhadap volume
perdagangan saham sebagai variabel dependennya. Hosana juga melakukan uji
regresi parsial (uji t) dan uji regresi simultan (uji F) dalam penelitiannya. Dari
32
hubungan ROA terhadap TVA memiliki arah signifikan, yang dapat dilihat dari
perbandingan pada koefisien konstanta, nilai t hitung lebih besar daripada t tabel
(12,136 > 2,13). Sedangkan koefisien slope nilai t hitung lebih besar daripada t
tabel (4,611 > 2,13) dan nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 (0,019 < 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh terhadap TVA. Hasil uji t
tobin’s q terhadap TVA menunjukkan perbandingan pada koefisien konstanta
ternyata nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel (1,612 < 2,13) dan signifikansi
lebih besar dari 0,05, yang berarti hubungan tobin’s q terhadap TVA tidak
memiliki arah signifikan. Sedangkan koefisien slope nilai t hitung juga lebih kecil
daripada nilai t tabel (-1,096 < 2,13) dan nilai signifikansi lebih besar daripada
0,05, maka disimpulkan tobin’s q tidak berpengaruh terhadap TVA.
Holidiyah (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh ROA, EPS, dan
PER terhadap harga saham dan TVA. Holidiyah melakukan penelitian dengan
analisis regresi berganda terhadap 151 perusahaan manufaktur selama tahun
2005-2007. Hasil penelitian Holidiyah menunjukkan secara parsial, hanya ROA yang
tidak berpengaruh terhadap TVA dan harga saham. Sedangkan EPS dan PER
berpengaruh signifikan terhadap TVA dan harga saham.
Hasil penelitian Kusumahadi (2008) memberikan hasil yang serupa dengan
hasil penelitian Holidiyah (2009). Kusumahadi melakukan penelitian terhadap 20
perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI dengan analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan penelitian Kusumahadi, dari hipotesis yang diajukan, secara parsial
hanya variabel ROE yang dapat diterima sementara variabel lainnya tidak dapat
diterima. Dengan kata lain hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dari
33
Namun secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan
yang diteliti terhadap TVA.
Apabila ROA merupakan pengukuran kinerja keuangan perusahaan, maka
tobin’s q adalah pengukuran kinerja untuk mengetahui nilai perusahaan di pasar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Juniarti (2009) terhadap 17 perusahaan
food and beverage dengan analisis regresi berganda, diperoleh hasil nilai dari
tobin’s q berbanding lurus dengan penilaian pasar terhadap perusahaan. Semakin
tinggi nilai tobin’s q maka penilaian pasar terhadap perusahaan tersebut akan
semakin tinggi. Tingginya penilaian pasar ini akan meningkatkan minat terhadap
permintaan saham perusahaan yang akan berdampak pada meningkatnya volume
saham yang diperdagangkan.
E. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Beberapa faktor fundamental yang mempengaruhi trading volume
activity diantaranya adalah earning per share, return on asset, dividend payout
ratio, debt to equity ratio,return on equity, dan tobin’s q ratio. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset dan
34 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Return on asset didefinisikan sebagai kemampuan aset – aset yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan laba, setelah disesuaikan dengan biaya – biaya
untuk mendanai aset tersebut. ROA diperoleh dengan membagikan laba terhadap
total aset. Semakin tinggi ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja
perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar
(Brigham, 2001: 90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor
kepada perusahaan. Daya tarik investor yang tinggi terhadap kinerja perusahaan
mengakibatkan perdagangan saham yang meningkat. Dengan demikian ROA
berpengaruh positif terhadap trading volume activity.
Sedangkan tobin’s q ratio mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai
kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. tobin’s q ratio dapat
dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai
pasar dari saham yang beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. ������������� (ROA)
Tobin′s Q �����
�������������
35
Tobin’s q ratio yang tinggi menunjukkan nilai perusahaan lebih besar daripada
nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Nilai tobin’s q ratio yang tinggi
mengakibatkan naiknya minat investor pada perusahaan sehingga menaikkan
permintaan saham perusahan tersebut, dengan demikian tobin’s q ratio
berpengaruh positif terhadap Trading Volume Activity.
G. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: return on asset dan tobin’s q
ratio berpengaruh terhadap trading volume activity baik secara simultan maupun
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Peneliti menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis
hubungan antara variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lainnya (Husein, 2003:30). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah return on asset (ROA), tobin’s q ratio sebagai variabel independennya,
dan trading volume activity sebagai variabel dependennya.
B. POPULASI DAN SAMPEL
Menurut Sugiyono (2006: 72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real
estate dan properti yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2006: 55). Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu
mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan
tujuan penelitian. Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek