• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Produk, Lokasi dan Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Nelayan Shanghai Kitchen Sun Plaza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Produk, Lokasi dan Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Nelayan Shanghai Kitchen Sun Plaza"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pemasaran dan Pemasaran Jasa

Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan sukses. Oleh

karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu upaya dan pemasaran

merupakan salah satu solusi untuk mencapai tujuan tersebut. Karena pemasaran

adalah strategi yang berupaya untuk mendapatkan keuntungan dan mencapai

tujuan perusahaan melalui penyediaan kebutuhan konsumen.

Pemasaran adalah salah satu strategi yang menghubungkan produsen

dengan konsumen sehingga memudahkan produsen untuk mencapai tujuannya.

Tujuan setiap perusahaan yang menyediakan barang dan jasa adalah

menyampaikan hasil produksinya pada waktu yang tepat. Semakin banyaknya

persaingan yang memproduksi barang dan jasa dengan segala keberagamannya,

hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Pemasaran adalah strategi yang dapat

membantu perusahaan dalam memenangkan persaingan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:8), pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan

yang lain. Menurut Lovelock (2010:16), jasa adalah suatu aktivitas ekonomi yang

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan proses atau aktivitas yang

(2)

untuk mendapatkan kepuasan. Contohnya, jasa pengobatan, jasa telekomunikasi,

jasa pengangkutan, dan berbagai jenis jasa lainnya. Hubungan antara jasa dengan

marketing adalah sangat erat seperti halnya terhadap produk barang. Secara garis besar Tjiptono (2014:28) menjelaskan karakteristik pemasaran jasa terdiri atas:

1. Intangibility (tidak berwujud)

Jasa berbeda dengan barang, karena barang merupakan suatu objek, alat

atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman,

proses, kinerja (performance) atau usaha. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi, karena terbatasnya

search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan.

2. Inseparability (tidak terpisahkan)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi, sedangkan

jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan

dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3. Variability/Heterogenety (keanekaragaman)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung kepada siapa,

kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Jasa melibatkan unsur manusia

(3)

4. Perishability (tidak tahan lama)

Perishability berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat di simpan dan dimasukkan ke dalam gudang atau dijadikan sebagai persediaan.

Contohnya: makanan yang telah dimasak pada restoran.

5. Lack Of Ownership

Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan

dan manfaat produk yang dibelinya. Di lain pihak pada pembelian jasa,

pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk

jangka waktu yang terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa

penerbangan, dan restoran).

2.1.1.1Konsep Pemasaran

Pada umumnya perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi

pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar

dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Konsep-konsep tersebut bersifat dinamis, berkembang atau berevolusi seiring

dengan perjalanan waktu. Pemilihan dan penerapan konsep pemasaran tertentu

dipengaruhi beberapa faktor yaitu, nilai dan visi manajemen, lingkungan internal,

dan lingkungan internal perusahaan. Tjiptono (2014:4) menyatakan

perkembangan konsep pemasaran meliputi:

1. Konsep Produksi, pemasar yang berpegang pada konsep ini berorientasi

pada proses produksi/operasi. Asumsi yang diyakini adalah bahwa

(4)

diperoleh. Dengan demikian, kegiatan organisasi harus difokuskan pada

efisiensi biaya (produksi) dan ketersediaan produk (distribusi), agar

perusahaan dapat meraih keuntungan.

2. Konsep Produk, pemasar yang berpegang pada konsep ini menghendaki

produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur (features), atau penampilan superior. Konsekuensinya, pencapaian tujuan bisnis

perusahaan dilakukan melalui inovasi produk, riset dan pengembangan,

pengendalian kualitas secara kesinambungan.

3. Konsep Penjualan, konsep ini berorientasi pada tingkat penjualan

(internal), di mana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus

dipengaruhi (bilamana perlu dibujuk) agar penjualan dapat meningkat,

sehingga tercapai laba maksimum sebagaimana tujuan perusahaan. Fokus

konsep penjualan adalah usaha-usaha perbaikan teknik-teknik penjualan

dan kegiatan promosi secara intensif dan agrsif agar mampu

mempengaruhi dan membujuk konsumen untuk membeli, sehingga pada

gilirannya penjualan akan meningkat.

4. Konsep Pemasaran, konsep ini berorientasi pada lingkungan eksternal

yaitu berorientasi pada pelanggan, dengan anggapan bahwa konsumen

hanya akan bersedia memmbeli produk-produk yang mampu memenuhi

kebutuhan dan keinginanya serta memberikan kepuasan. Fokus aktivitas

adalah memuaskan pelanggan memalui pemahaman prilaku konsumen

(5)

5. Konsep Pemasaran Sosial, pemasar yang menganut konsep ini

beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk

yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi

pada kesejahteraan masyarakat, sekaligus memperbaiki hubungan antara

produsen dan msyarakat demi peningkatan kesejahteraan pihak-pihak

terkait.

2.1.1.2Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang

berkaitan dengan penenetuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran

produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Menurut

Kotler dan Amstong (2008:62) bauran pemasaran(marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktisterkendali yang dipadukan perusahaan untuk

menghasilkan respon yang diinginkan pada pasar sasaran. Bauran pemasaran

terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi

permintaan produknya. Bertujuan untuk menciptakan kesuksesan secara

beturut-turut dan kegiatan yang berkesinambungan untuk mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen.

Bagi pemasaran produk, manajemen pemasaran akan dipecah atas

kebijakan pemasaran yang lazim disebut bauran pemasaran (marketing mix).Menurut Kotler dan Keller (2008:63) yaitu:

1. Produk (product), mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan

(6)

tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk atau

jasa. Mutu produk menunjukkan sebuah produk untuk menjalankan

fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan

produk perusahaan dengan produk pesaing sedangkan desain dapat

menyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta coraknya. Jadi

produk barang tidak hanya memperhatikan penampilan, tetapi juga

hendaknya berupa produk yang simpel, aman, tidak mahal, sederhana, dan

ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya.

2. Harga (price), adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus

menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran

ongkos angkut dan berbagai variabel bersangkutan. Harga adalah sejumlah

nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau

menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual

melalui tawar menawar atau ditetapkan penjual untuk satu harga yang

sama terhadap semua pembeli. Penetapan harga dan persaingan harga telah

dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi oleh perusahaan.

3. Distribusi (place). Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk, khususnya barang dengan

membangun suatu saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang

saling tergantung dalam keterlibatan mereka dalam proses yang

memungkinkan suatu produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh

(7)

4. Promosi (promotion). Produk perlu dipromosikan kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk

perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran

promosi (promotion mix) yang terdiri dari empat komponen utama yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan penjualan perseorangan (personal selling).

Dalam pemasaran jasa terdapat tiga tambahan untuk bauran pemasaran,

karena 4p saja terlampau terbatas untuk bisnis jasa. Menurut Tjiptono (2014 : 48)

yaitu:

1. People. Bagi sebagian besar jasa, maka orang adalah unsur vital dalam bauran pemasaran. Dalam industri jasa, setiap orang merupakan ‘part time

marketer’ yang tindakan dan prilakunya memilki dampak langsung pada

output yang diterima pelanggan. Oleh sebab itu, semua organisasi jasa

harus secara jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan

dalam interaksinya dengan pelanggan.

2. Physical Evidance. Karakterisitik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak dapat menilai sutau jasa sebelum

mengkonsumsinya. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam dalam

bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan

jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. Bukti fisik dapat

dalam berbagai bentuk seperti brosur, foto-foto tujuan liburan, maupun

(8)

3. Process. Proses produksi atau operasi adalah faktor yang penting bagi konsumen high-contact services, yang kerapkali juga berperan sebagai co-producer jasa bersangkutan. Misalnya pelanggan restoran terpengaruh cara staf melayani mereka dan lamanya menunggu selama proses produksi.

Komponen marketing mix tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga semuanya penting sebagai satu kesatuan yang dikombinasikan

perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2 Produk

Suksesnya suatu perusahaan bergantung pada penilaian konsumen

terhadap produk yang ditawarkan. Jika konsumen memberikan penilaian positif

terhadap produk tersebut, maka secara otomatis produk yang ditawarkan akan

sukses di pasar, begitupun sebaliknya. Produsen harus memahami apa yang

diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Konsumen kerapkali lebih menyukai

produk yang berkualitas dan prestasi paling baik. Oleh karena itu, konsep produk

memusatkan perhatian pada usaha untuk menghasilkan produk yang unggul dan

senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

Tjiptono (2009:84) mengungkapkan bahwa produk merupakan segala

sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli,

digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan

pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang fisik

(seperti sepeda motor, televisi, komputer, baju, buku teks), maupun jasa (restoran,

penginapan, transportasi). Jadi, produk bisa berupa manfaat tangiblemaupun

(9)

Kegiatan pemasaran mempunyai hubungan yang erat dengan produk dan

kesediaannya menerima produk tersebut untuk konsumen. Menurut Kotler dan

Armstrong (2008 : 248), produk adalah “hal apapun yang dapat ditawarkan ke

pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan dan kebutuhan.”

Seseorang membeli produk bukan hanya sekedar ingin membeli produk

tersebut, melainkan karena manfaat yang diberikan oleh barang dan jasa tersebut

sehingga dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan selera konsumen. Konsep

produk tidak hanya terbatas pada benda fisik. Segala sesuatu yang memberi jasa,

yakni memenuhi kebutuhan bisa disebut sebuah produk. Produk mencakup pula

orang, tempat, organisasi, kegiatan, gagasan, disamping barang dan jasa.

Kotler (2008:94) menyebutkan bahwa produk adalah segala sesuatu yang

dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk

dapat berupa suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat

diraba.Kotler (Tjiptono, 2014 : 105) mengidentifikasikan adanya keragaman

dalam penawaran produk. Menurutnya ada lima macam kategori penawaran

produk:

1. Produk fisik murni, penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk

fisik, misalnya pasta gigi, sabun mandi, bumbu masak, dan sabun cuci,

tanpa ada jasa dan pelayanan yang melengkapinya.

2. Produk fisik dengan jasa pendukung, ketegori ini merupakan produk fisik

(10)

meningkatkan daya tarik produk bagi konsumen. Contohnya, produsen

mobil melengkapi produknya dengan berbagai jasa pendukung, seperti

jasa pemeliharaan dan reparasi, penggantian dan pemasangan suku cadang,

dan lain-lain.

3. Hybrid, dalam kategori ini komponen jasa dan barang sama besar porsinya.

4. Jasa utama, dilengkapi dengan barang dan jasa minor. Penawaran terdiri

dari suatu pokok bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap) dan

atau barang-barang pendukung. Sebagai contoh, walaupun penawaran

utama perusahaan penerbangan adalah jasa transportasi, produk fisik tetap

dibutuhkan (misalnya pesawat, makanan dan minuman, serta bahan bacaan

selama penerbangan.)

5. Jasa murni, penawaran hampir seluruhnya berupa jasa. Misalnya:

fisioterapi, konsultasi psikologis, jasa tukang pijat dan lain-lain.

2.1.3 Klasifikasi Produk

Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam

dua kelompok utama (Tjiptono: 2009:86), yaitu:

1. Barang

Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,

diraba, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan perlakuan fisik

lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang,

(11)

a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Good)

Barang yang berwujud, biasanya habis dikonsumsi dalam satu kali

pakai atau atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, unsur

ekonomisnya dalam kondisi pemakaian yang normal kurang dari satu

tahun.

b. Barang Tahan Lama (Durable Good)

Barang berwujud biasanya bisa bertahan lama dengan banyak

pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu

tahun lebih)

2. Jasa (Service)

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk

dijual. Produk dapat diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya

untuk apa produk tersebut dikonsumsi.

Produk dan jasa dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe

konsumen yang menggunakannya, yaitu produk konsumen dan produk industri.

Produk dapat digolongkan ke dalam dua golongan (Tjiptono, 2009:88), yaitu:

1. Barang Konsumsi

Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsi oleh

konsumen akhir sendiri. Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli

dari konsumen. Barang konsumsi dapat dikelompokkan menjadi empat

(12)

a. Barang Kebutuhan Sehari-hari(Convenience Goods)

Barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi

(sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya

memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan

dan pembeliannya. Barang konvenience dapat digolongkan dalam tiga

golongan:

a) Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara reguler atau

rutin. Misalnya: sabun dan pasta gigi.

b) Impulse good merupakan barang yang dibeli tanpa perencanaan

terlebih dahulu ataupun usaha-usaha mencarinya. Biasanya impulse

good tersedia dan dipajang dibanyak tempat yang tersebar, sehingga

konsumen tidak perlu repot-repot untuk mencarinya.

c) Emergency good adalah barang yang dibeli apabila suatu

kebutuhan dirasa konsumen sangat mendesak.

b. Barang Belanjaan (Shopping Goods)

Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya

dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang

tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi mutu, harga, model,

warna. Barang shopping dapat terdiri atas dua jenis yaitu:

1) Homogeneous shopping goods merupakan barang-barang yang

(13)

berbeda dalam harga. Dengan demikian berarti konsumen

membandingkan harga dari toko satu ke toko lainnya.

2) Heterogeneus shopping goods adalah barang-barang yang aspek karakteristiknya atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh konsumen daripada aspek harganya.

c. Barang Khusus (Speciality Goods)

Barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi merek

yang unik dimana sekelompok konsumen berseedia melakukan usaha

khusus untuk membelinya.

d. Barang yang Tidak Dicari (Unsought Goods)

Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen ataupun

kalau sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk

membelinya. Ada dua jenis Unsought Goods, yaitu:

1) Regularly unsought product adalah barang-barang yang sebetulnya sudah ada dan diketahui oleh konsumen, tetapi tidak terpikirkan

untuk membeli.

2) New unsought product adalah barang yang benar-benar baru dan sama sekali belum diketahui konsumen. Jenis barang ini

merupakan hasilinovasi dan pengembangan produk baru, sehingga

belum banyak konsumen yang mengetahuinya.

2. Barang Industri

Barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau

(14)

a) Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual

kembali (oleh produsen).

b) Untuk dijual kembali (oleh pedagang)tanpa dilakukan transformasi

dabik fisik (proses produknya).

2.1.4 Bauran Produk

Suatu produk merupakan hal paling penting dari perusahaan, produk dapat

berupa barang atau jasa. Pemasar atau produsen harus lebih mengerti akan

keinginan dan kebutuhan konsumen. Produsen harus menyesuaikan keinginan dan

kebutuhan konsumen dengan upaya tertentu dan salah satunya adalah dengan

upaya bauran produk sebagai tindakannya.

Menurut Kotler dan Keller (2008:15), bauran produk (product mixatau

product assortment) adalah “kumpulan seluruh produk dan barang yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli, dimana bauran produk terdiri dari

berbagai lini produk”.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:234) bauran produk terdiri atas

keanekaragaman produk (product variety), kualitas produk (quality), rancangan produk (design), ciri-ciri produk (features), merek produk (brand name), kemasan produk (packaging), tingkat pelayanan (service), garansi (warranties), ukuran produk (size), dan pengembalian (return).

Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu dimensi dari bauran produk

(15)

mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh karena itu,

kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan.

The American Society for Qualitydalam Kotler dan Amstrong(2008:273) mendefinisikan kualitas sebagai karakteristik produk atau jasa yang bergantung

pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan

atau tersirat.

2.2 Kualitas Produk

Salah satu keunggulan dalam persaingan salah satunya adalah kualitas

produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Bila tidak sesuai dengan

spesifikasi maka produk tersebut akan ditolak. Sekalipun produk tersebut masih

dalam batas toleransi yang telah ditentukan. Kualitas produk merupakan hal

penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan apabila menginginkan

produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Kualitas produk yang baik

merupakan harapan konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena

kualitas produk yang baik adalah kunci kunci perkembangan produktivitas

perusahaan.Menurut Kotler & Keller (2009 : 143), kualitas adalah totalitas fitur

dan karakterisitk produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

Kotler dan Amstrong (2008 : 347) menyatakan bahwa “kualitas produk

adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya yang

meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan, operasi dan perbaikan

serta atribut lainnya”. Bila suatu produk telah dapat menjalankan

(16)

2.2.1 Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2009 : 104)

mengemukakan,bahwa kualitas memiliki beberapa dimensi antara lain:

1. Kinerja (Performance) merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk yang kita beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita

dalam membeli produk. Misalnya kecepatan, kemudahan dan kenyamanan

dalam penggunaan.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features) yaitu karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi produk. Fitur tersebut bersifat pilihan

atau option bagi konsumen.

3. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Spesification) yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar ysng telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan kualitas dan desain, standar

karakteristik operasional.

4. Keandalan (Reability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.

5. Daya tahan (Durability)berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Estetika (Esthetics) yaitu daya tarik produk terhadap panca indra. Misalnya keindahan desain produk, keunikan model produk, dan kombinasi.

7. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality) merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk.

(17)

ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya

dari aspek harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara

pembuatnya.

8. Kemudahan perbaikan (Serviceability) meliputi kecepatan, kemudahan, penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak

terbatas hanya sebelim penjualan, tetapi juga selama proses penjualan

hingga purna jual uang mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan

komponen yang dibutuhkan.

2.2.2 Dimensi Kualitas Jasa

Dimensi kualitas jasa menurut Tjiptono (2014 : 282) mengemukakan,

bahwa kualitas memiliki beberapa dimensi antara lain:

1. Reliabilitas (reliability), yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap.

3. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifar dapat dipercaya yang dimilki para staf: bebas dari bahaya, risiko, atau

keragu-raguan.

4. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik. Perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual

para pelanggan.

(18)

2.2.3 Tujuan Kualitas Produk

Adapun tujuan kualitas produk menurut Kotler (2008 : 95) adalah sebagai

berikut:

1. Mengusahakan agar hasil barang produksi dapat mencapai standar yang

telah ditetapkan.

2. Mengusahkan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk tertentu menjadi sekecil

mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

2.3 Lokasi

Menurut Utami (2012 : 89), lokasi merupakan struktur fisik sebuah usaha

yang merupakan komponen utama yang terlibat dalam membentuk kesan sebuah

usaha yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penempatan usahanya dan

kegiatan dalam menyediakan saluran pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen.

Menurut Kotler & Amstrong (2012 : 63), lokasi adalah kegiatan

perusahaan yang membuat produk tersedia bagi sasaran. Lokasi merupakan

saluran distribusi yaitu serangkaian organisasi yang saling bergantung dan terlihat

dalam proses untuk menjadijan produk atau jasa sian untuk digunakan atau

dikonsumsi. Pemilihan loksi yang baik adalah keputusan yang sangat penting.

Pertama, karena keputusan lokasi mempunyai dampak yang permanen dan jangka

panjang, apakah lokasi itu dibeli atau hanya disewa. Kedua, lokasi akan

(19)

Menurut Yunarto (2006 : 39), lokasi adalah salah satu kegiatan awal yang

harus dilakukan sebelum perusahaan mulai beroperasi, penentuan lokasi yang

tepat akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melayani konsumen.

Keputuan lokasi menyangkut kemudahan akses yang cepat dan dapat menarik

sejumlah besar konsumen. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik

(misalnya, keputusan mengenai lokasi dimana sebuah hotel atau resotran

didirikan).Menurut Fitzsimmons (Tjiptono, 2014 : 159), “Lokasi berpengaruh

terhadap dimensi-dimensi pemasaran strategik, seperti fleksibilitas, competitive positioning, manajemen permintaan, dan fokus strategis.”

Bagi perusahaan jasa, lokasi yang spesifik kerap lebih mempengaruhi

pendapatan daripada mempengaruhi biaya. Hal ini berati bahwa fokus lokasi bagi

perusahaan jasa seharusnya adalah pada penetapan volume bisnis dan

pendapatannya. Pemilihan lokasi bagi industri jasa memerlukan pertimbangan

terhadap beberapa faktor berikut. (Heizer & Render, 2009:502)

1. Daya beli di wilayah yang dapat menarik pelanggan.

2. Kesesuaian antara jasa dan citra perusahaan dengan demografi wilayah

yang dapat menarik pelanggan.

3. Persaingan di wilayah tersebut.

4. Kualitas persaingan.

5. Keunikan lokasi perusahaan dan pesaing.

6. Kualitas fisik fasilitas dan bisnis restoran di sekitarnya

7. Kebijakan operasional perusahaan.

(20)

Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan cermat terhadap

beberapa faktor berikut. (Tjiptono, 2014 : 159)

1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui mudah dijangkau sarana transportasi

umum.

2. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari

jarak pandang normal.

3. Lalu lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama:

a. Banyaknya orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar

terjadinya impulse buying, yaitu keputusan pembelian yang sering kali terjadi secara spontan, tanpa perencanaan, dan tanpa melalui

usaha-usaha khusus.

b. Kepadatan dan kemacetan lalu-lintas bisa pula menjadi hambatan,

misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran dan

ambulans.

4. Tempat pakir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda

dua maupun roda empat.

5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di

kemudian hari.

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.

Contohnya rumah makan berdekatasn dengan daerah kos, asrama

mahasiswa, dan perkantoran.Kompetisi, yaitu lokasi pesaing.

Contohnyadalam menentukan lokasi wartel (warung telefon), perlu

(21)

wartel lainnya. Uniknya, dalam beberapa industri, justru ada

kecenderungan perusahaan sejenis menempati lokasi berdekatan,

contohnya bengkel, showroom mobil, pengecer sepatu dan pakaian, toko mebel dan lai-lain.

7. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang bengkel

kendaraan bermotor terlalu dekat berdekatan dengan pemukiman

penduduk.

2.4 Store Atmosphere (Suasana Toko)

Suasana Toko (store atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna,

temperatur, musik, aroma secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak

konsumen (Utami, 2010 : 225).Menurut Berman dan Evans (2007 : 454) adalah

Atmosphere refers to the store’s physical characteristics that project an image and draw costumer.” (Suasana mengacu karakteristik fisik toko yang memproyeksikan gambar dan menarik pelanggan).

Menurut Mowen dan Minor (dalam Putri dkk, 2014 : 2), Store Atmosphere

mempengaruhi keadaan emosional pembelanja, yang kemudian mendorong untuk

meningkatkan atau mengurangi belanja. Menurut Kotler (dalam Puspita, 2012:

28), atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang sesuai dengan sasarannya dan yang dapat menarik konsumen dalam melakukan pembelian.

Menurut Utami (dalam Puspita, 2012 : 25) ada empat tujuan yang perlu

diperhatikan dalam merancang desain toko yaitu:

(22)

b. Desain harus mempengaruhi prilaku konsumen secara positif.

c. Desain harus mempertimbangkan biaya dan nilai.

d. Desain harus fleksibel.

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Store Atmosphere

Menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (dalam Puspita, 2012 : 33) faktor

yang paling berpengaruh dalam menciptakan sausana toko adalah:

1. Jenis karyawan dan kepandaian.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan.

3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan. 4. Bunyi suara.

5. Aroma.

6. Faktor Visual.

2.4.2 Elemen Store Atmosphere

Menurut Berman dan Evans (2010 : 509), store atmosphere terdiri dari

empat elemen sebagai berikut:

Sumber: Berman and Evans “Retail Management” (2010 : 509) Exterior

Store Atmosphere

Created by The Retailer

Store Layout

General Interior

(23)

Gambar 2.1

The Elements of Store Atmosphere

1. Eksterior

Eksterior toko mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut,

sehingga harus direncanakan sebaik mungkin. Kombinasi dari eksterior ini

dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol

dan mengundang orang untuk masuk ke dalamtoko. Elemen-elemen

eksterior toko ini terdiri dari sub elemen sebagai berikut:

a. Storefrontadalah bagian depan dari sebuah toko. Bagian depan dari sebuah toko didesain sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat

bagi konsumenuntuk masuk ke dalam toko dan kemudian melakukan

pembelian.

b. Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan diwarnai atau menggunakan lampu neon, dicetak, dan diatur sendiri atau

digabungkan dengan slogan atau informasi lainnya. Supaya efektif,

marquee harus diletakkan di luar, sehingga terlihat berbeda dan lebih menarik atau mencolok dibandingkan dengan toko lainnya.

c. Store Entrances, Pintu masuk toko harus direncanakan sebaik mungkin sehinggadapat mengundang konsumen untuk masuk ke dalam toko dan

dapat juga mengurangi lalu lintas ketika konsumen masuk dan keluar

toko. Dalam perencanaannya, pintu masuk toko membutuhkan tiga

(24)

1) Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan.

Salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah

untuk menghindari terjadinya pencurian.

2) Jenis pintu masuk yang dipilih, apakah pintu masuknya berupa

pintu otomatis, pintu tarik-dorong, pintu biasa, pintu yang harus dibuka sendiri, atau pintu dikontrol sesuai dengankeadaan cuaca.

3) Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan

menciptakansuasana dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan

pintu masuk yang sempit, kecil, dan berdesak-desakan.Selain

itu,dapat juga berfungsi untuk menghindari kemacetan arus lalu

lintas orang yang masuk dan keluar toko.

d. Displays Windows (pengaturan jendela).

Tujuan dari displays windows adalah untuk mengidentifikasi suatu toko dan memajang barang yang ditawarkan serta menarik konsumen.

e. Height and size buliding (tinggi dan luas bangunan).

Eksterior yang berupa ketinggian gedung dapat dibedakan menjadi

tersembunyi dan tidak tersembunyi. Hal ini dapat mempengaruhi kesan

tertentu terhadap toko tersebut,

f. Visibility (jarak pengelihatan)

Jarak pengelihatan yang kurang dari sudut pandang konsumen akan

mempegaruhi dari kunjungan para konsumen. Usahakan jarak pandang

(25)

g. Unique (keunikan)

Tujuan utama dari toko dalam mendesain tokonya adalah agartokonya

dapat terlihat unik dan dapat menarik perhatian para konsumennya.

Hal ini dapat diwujudkan dengan cara memilih marquee yang mencolok, jendela dan etalase yang dekoratif, tinggi dan ukuran

gedung yang berbeda dari sekitarnya sehingga dapat menarik perhatian

konsumen dengan keunikan tokonya.

h. Sorrounding Area (lingkungan sekitar)

Lingkungan dapat mempengaruhi citra toko. Atmosphere toko dapat

bernilai negatif jika lingkungan di sekitar toko memiliki tingkat

kejahatan yang tinggi. Akibatnya konsumen akan enggan untuk datang

ke toko tersebut karena konsumen merasa tidak nyaman untuk

berbelanja di toko tersebut.

i. Sorrounding Store (toko sekitar)

Lingkungan sekitar toko menunjukkan citra toko tersebut, dilihatdari

range harga, tingkat servisnya, dan lain-lain. Lingkungan sekitar toko merefleksikan demografis dan gaya hidup dari mereka yang tinggal di

sekitar toko.

j. Parking facilities (fasilitas parkir)

Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi

konsumendalam mengunjungi suatu toko atau pusat perbelanjaan.

Tempat parkir yang luas, aman, gratis dan mempunyai jarak yang

(26)

2. General Interior

Saat konsumen berada di dalam toko, maka terdapat banyak

elemen-elemen yang mempengaruhi persepsi mereka. Lampu yang terang dengan vibrand colour tentunya memberikan atmosfer yang berbeda dengan penerangan lampu yang temaram. Suara dan aroma dapat mempengaruhi perasaan konsumen. Musik

dengan tempo yang lambat dapat membuat seseorang yang berada dalam sebuah

toko bergerak lebih lambat.

Elemen-elemen General interior toko terdiri dari: a) Flooring (Lantai)

b) Colors and Lighting(warna dan pencahayaan) c) Scents and sounds(aroma dan suara)

d) Store fixtures(toko perlengkapan) e) Wall textures(tekstur dinding) f) Temperature(suhu)

g) Width of aisles(lebar lorong) h) Dressing facilities(fasilitas ganti) i) Multilevel stores (toko bertingkat) j) Dead areas(daerah mati)

k) Personnel(personil)

l) Merchandise(barang dagangan)

m) Prices (levels and displays)harga (tingkat dan menampilkan)) n) State-of-the-art technology(keadaan teknologi seni)

(27)

3. Store Layout

Perencanaan store layout meliputi penataan penempatan ruang untuk mengisi luas lantai yang tersedia, mengklasifikasikan produk yang akan

ditawarkan, pengaturan lalu lintas di dalam toko, dan menyusun produk yang

yang dipajang secara individu. Layout toko adalah tata letak produk kasir dan arus lalu-lalang konsumen di dalam toko. Tata letak produk harus memudahkan

konsumen berlalu-lalang dan berjalan sehingga ia mencari dan memperoleh

barang yang dibutuhkannya denganmudah dan cepat. Prinsipnya tata letak semua

elemen yang berada di dalam toko harus menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi semua pihak yaitu konsumen, petugas dan produsen. Hal

spesifik dari layout toko yang harus direncanakan secara berurutan adalah: a) Allocation of Floor Space(alokasi dari lantai ruang)

b) Classification of store offerings(klasifikasi dari toko persembahan) •Functional product groupings(pengelompokan produk fungsional)

Purchase motivation product groupings(pengelompokan produk motivasi membeli)

Market segment product groupings(pengelompokkan produk segmen pasar)

Storability product groupings(pengelompokan produk daya simpan) c) Traffic-flow pattern (arus lalu lintas)

Straight (gridiron) traffic flow (arus lalu lintas yang luas),

(28)

d) Space needs(kebutuhan ruang)

Model stock approach (model pendekatan saham) • Sales-productivity ratio(rasio produktivitas penjualan) e) Mapping out in-store locations(memetakan di lokasi toko) f) Arrangement of individual products (penataan produk individu) 4. Interior (Point-of-Purchased) Display

Point of purchase menyediakan kepada para konsumen mengenai informasi yang dapat memberikan nilai tambah bagi store atmospheredan menyediakan peran promosi yang sangat penting di dalam toko. Poster, papan

petunjuk, dan ragam interior displayed lainnya dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Interior display terdiri dari:

a. Assortment display(tampilan berbagai macam) b. Theme-setting display(tampilan pengaturan tema) c. Ensemble display(tampilan ensembel)

d. Racks and cases display(tampilan rak dan kasus)

e. Cut cases and dump bins display(tampilan pemotongan kasus dan membuang sampah)

f. Posters, signs, and cards (poster, tanda-tanda, dan kartu)

2.5 Keputusan Pembelian

Suatu produk dapat dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila

produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk membeli

dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih

(29)

membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan

pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada

umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. Pada kebanyakan orang,

perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya

rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun

rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam

diri sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses

rangsangan tersebut sangat kompleks dan salah satunya adalah motivasi untuk

membeli.

Keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang

terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian

informasi, penilaian sumber-sumber seleksi alternatif pembelian, keputusan

pembelian dan perilaku setelah pembelian. (Kotler,2009:251).

Setiadi (2010:331) mendefinisikan suatu keputusan yaitu melibatkan

pilihan antara dua atau lebih alternatif tindakan atau prilaku. Keputusan selalu

mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Seorang

konsumen yang hendak melakukan pilihan, maka ia harus memilih pilihan

alternatif. Jika konsumen tidak memilih pilihan alternatif, maka hal tersebut bukan

merupakan situasi konsumen melakukan keputusan.

Keputusan pembelian menurut Kotler (2008:109) menyebutnya keputusan

konsumen adalah sebuah proses yang dilakukan konsumen dalam melakukan

(30)

adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen benar-benar

membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan.

2.5.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses keputusan pembelian merupakan suatu perilaku konsumen untuk

menentukan suatu proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu

produk.Proses tersebut merupakan sebuah penyelesaian masalah harga yang

terdiri dari lima tahap (Kotler, 2008:101). Lima tahap proses keputusan pembelian

dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber : Kotler (2008 : 101)

Gambar 2.2

Proses Keputusan Pembelian

Keterangan:

1. Pengenalan masalah, merupakan tahap pertama di proses keputusan

pembelian dimana konsumen mengenali masalah atau kebutuhan.

2. Pencarian informasi. Pada tahap ini konsumen digerakkan untuk mencari

lebih banyak informasi, konsumen bisa lebih mudah melakukan pencarian

informasi aktif, ketika lebih banyak informasi diperoleh maka kesadaran

dan pengetahuan konsumen tentang barang atau jasa akan semakin Pengenalan

Masalah

Pencarian Informasi

Penilaian Alternatif

Keputusan Pembelian

(31)

3. Penilaian alternatif. Konsumen menggunakan informasi untuk

mengevaluasi merek-merek alternatif dalam himpunan pikiran.

4. Keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen secara aktual membeli

suatu produk.

5. Perilaku setelah pembelian. Setelah pembelian produk, konsumen akan

mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Jika

produk sesuai harapan maka konsumen puas. Jika melebihi harapan maka

konsumen sangat puas. Jika kurang memenuhi harapan maka konsumen

tidak puas.

Menurut Kotler (2008:112), dalam keputusan pembelian, umumnya ada

lima peranan yang dilakukan seseorang. Kelima peran tersebut meliputi:

1. Pemrakarsa (Initiator). Initiator adalah orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan

ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh (Influencer). Influencer adalah orang yang memberi pandangan, nasihat, atau pendapat sehingga membantu keputusan

pembelian.

3. Pengambil keputusan (Decider). Decider adalah orang yang menentukan keputusan pembelian, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana

cara membeli, atau dimana membelinya.

(32)

5. Pemakai (User). User adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang telah dibeli.

Proses pengambilan keputusan pembelian sangat bervariatif. Ada yang

sederhana dan ada pula yang kompleks. Mangkunegara (2009:103) membagi

proses pengambilan keputusan ke dalam tiga jenis:

1. Proses pengambilan keputusan yang luas. Jenis pengambilan keputusan

yang paling lengkap, bermula dari pengenalan masalah konsumen yang

dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk.

2. Proses pengambilan keputusan terbatas. Apabila konsumen mengenal

masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternatif produk atau

merek berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha (atau hanya

melakukan sedikit usaha) mencari informasi baru tentang produk tersebut.

3. Proses pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan. Proses ini sangat

sederhana, yaitu konsumen mengenal masalahnya kemudian langsung

mengambil keputusan untuk membeli merek favorit/kegemarannya (tanpa

mengevaluasi alternatif.

2.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2010:10), keputusan pembelian dari pembeli sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Faktor-faktor Kebudayaan

(33)

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar darikeinginan

dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak

berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.

b. Sub-budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para

anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok

nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan area geografis.

c. Kelas Sosial

Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relative homogeny

dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki

dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

2. Faktor-faktor Sosial

a. Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap

atau perilaku seseorang.

b. Keluarga

Keluarga dapat dibedakan menjadi dua dalam kehidupan pembeli,

yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi

merupakan orang tua seseorang. Sedangkan keluarga prokreasi yaitu

(34)

pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat

dan telah diteliti secara intensif.

c. Peran dan Status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya,

keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok

dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.

3. Faktor Pribadi

a. Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup

keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi

tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya

mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka

menjalani hidupnya.

b. Pekerjaan

Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang

memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

c. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat

dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam

dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.

d. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh

(35)

“seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan.

Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

e. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap

orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif

konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat

berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.

4. Faktor-faktor Psikologis

a. Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu

keadaan psikologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak

nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik

yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti

kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan

diterima.

b. Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

c. Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang

(36)

d. Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

Analisis Hasil

1. Sitanggang, Laura

Sartika M(2015)

3. Mardhikasari,

Theresia Esti(2014)

(37)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Metode

(38)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

2.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan Tinjauan Pustaka dan Peneltian Terdahulu, maka dapat disusun

suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini dengan penjelasan dan gambaran

sebagai berikut:

Menurut Kotler dan Keller (2008 : 184), keputusan pembelian adalah

sebuah pendekatan penyelesaian masalah untuk membeli suatu barang atau jasa

dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari

pengenalanmasalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Menurut Kotler dan Keller (2009 :

(39)

bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan

maupun tersirat.

Makanan adalah produk hybrid dimana porsi produk dan jasa sama besarnya. Menurut Kotler & Keller (2009 : 143), kualitas adalah totalitas fitur

dan karakteristik produk dan jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun tersirat. Kualitas merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, untuk mencapai kualitas

yang diinginkan maka diperlukan standarisasi produk. Hal tersebut dimaksudkan

agar produk yang dihasilkan memenuhi standar dan sesuai dengan keinginan

konsumen.

Kualitas produk memiliki arti penting dalam keputusan pembelian. Sebuah

perusahaan yang mampu menciptakan kualitas yang baik pada produk-produknya

dapat menimbulkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian.

Pengalaman atas kualitas produk mengacu pada hasil evaluasi ketika mengalami,

memanfaatkan, atau mengkonsumsi suatu produk.

Menurut Yunarto (2006 : 39), lokasi adalah salah satu kegiatan awal yang

harus dilakukan sebelum perusahaan beroperasi, penentuan lokasi yang tepat akan

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melayani konsumen. Keputusan

lokasi menyangkut kemudahan akses yang cepat dan dapat menarik sejumlah

besar konsumen untuk melakukan pembelian. Konsumen cenderung memilih

lokasi yang berada di pusat keramaian serta dekat dengan pusat kegiatan mereka

(40)

pemilihan lokasi oleh pihak manajemen, maka semakin tinggi pengaruhnya dalam

menarik konsumen untuk melakukan pembelian.

Selain kualitas produk dan lokasi, faktor yang diduga berpengaruh

terhadap keputusan pembelian adalah suasana toko (store atmosphere). Suasana toko (store atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musi, aroma

secara menyeluruh akan menciptkan citra dalam benak konsumen (Utami,

2010:225). Menampilkan store atmosphere yang kuat dan kreatif pada unsur-unsur di dalam maupun di luar toko, diharapkan konsumen akan datang dan tidak

beralih pada pesaing. Store atmosphere selain dapat mempengaruhi perilaku konsumen juga dapat mempengaruhi perilaku dan psikologis pekerja toko itu

sendiri.Menurut Utami (dalam Puspita, 2012:25) store atmosphere adalah suasana terencana yang sesuai dengan sasarannya dan dapat menarik konsumen dalam

melakukan pembelian.Suasana lingkungan yang tercipta dari penerapan

storeatmosphere dapat digunakan sebagai ciri khas dan pembeda denganyang lain. Selain itu, suasana toko juga bisa dijadikan alat untukmenarik kelompok yang

spesifik dari konsumen yang menjadikan makan dan minum tidak hanya sebagai

pemenuhan kebutuhan akan tetapi juga lifestyle dantuntutan gaya hidup.

Oleh sebab itu, dapat dikatakan semakin baik pengelolaan suasana toko

(store atmosphere) maka dapat mempengaruhi keinginan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk pada toko tersebut.Berdasarkan uraian

yang telah dijelaskan, maka Peneliti menggambarkan Kerangka Konseptual yang

(41)

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014:134), “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

1. Kualitas Produk, Lokasi, dan Suasana Toko (Store Atmosphere) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan

Pembelian.

2. Kualitas Produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Keputusan Pembelian.

3. Lokasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan

Pembelian.

4. Suasana Toko (Store Atmosphere) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian.

Kualitas Produk (X1)

Lokasi (X2)

Suasana Toko (Store Atmosphere)

(X3)

Gambar

Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
6.  Tabel 2.1 Nofiawaty, Beli Pengaruh General
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data kualitatif bertujuan menjawab rumusan masalah yaitu, pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai dengan perencanaan jika pelaksanaan tindakan pada saat proses

Masyarakat sudah beralih ke televisi dalam mencari hiburan dan informasi. Keunggulan televisi adalah sangat efektif dalam menyebarkan informasi kepada khalayak atau

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor teman sebaya, media sosial, dan lingkungan sosial, berpengaruh signifikan terhadap perilaku bullying pada remaja awal di SMP Kristen Setia

Dalam penelitian ini variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh yang besar atau utama terhadap intensitas pembelian konsumen, dibandingkan dengan variabel asosiasi

Tujuan dari pembuatan aplikasi Visual Basic dalam penyajian Profil Manchester United FC karena sebagian besar pengguna aplikasi ini banyak mendapatkan informasi yang beragam dari

[r]

[r]

Dengan adanya situs ini, diharapkan dapat menyampaikan informasi mengenai berita yang terjadi di club AC Milan, profil pemain yang masih ada sekarang maupun yang tidak ada dan