• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1. Defenisi PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan

masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatan (Depkes, 2009). Adapun sasaran PHBS

tersebut mencakup lima tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja,

sarana kesehatan dan tempat-tempat umum (Depkes RI 2009).

2.1.2. Manfaat PHBS di Tatanan Rumah Tangga

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga

dapat berproduktivitas

2. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya

(2)

pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah

tangga.

2.1.3. Kegiatan PHBS

Depkes (2006) menjelaskan Kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu :

bidang gizi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), kesehatan lingkungan, jaminan

pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat, dan bidang obat dan farmasi.

PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet

besi selama hamil, memberi ASI Eksklusif, menkonsumsi garam beryodium, member

bayi dan balita kapsul vitamin A.

PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong

tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut

keluarga berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok di dalam

rumah.

PHBS bidang lingkungan adalah cuci tangan dengan sabun dan air setelah

buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki dan menggunakan jamban yang

sehat, memberantas jentik nyamuk, membuang sampah pada tempatya.

PHBS pada bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya memiliki jaminan

pemaliharaan kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat

(UKBM)/sebagai kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehehatan.

PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya : tidak merokok dalam rumah,

melakukan aktifitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap

(3)

PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga,

tidak menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak-anak dari

bahan-bahan berbahaya/beracun, minum oralit jika diare.

2.1.4. Indikator PHBS pada Tatanan Rumah Tangga

Indikator yang dipakai dalam sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Rumah

Tangga adalah:

1. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan para medis lainnya).

2. Memberi Bayi ASI Eksklusif

Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan

atau minuman lain.

3. Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan

Penimbangan bayi dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di

sarana pelayanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita.

4. Menggunakan Air Bersih

Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah air bersih yang bersumber

dari mata air, air sumur pompa, air ledeng, air hujan dan air dalam

kemasan.Sumber air sumur pompa dan mata air harus berjarak minimal10 meter

dari tempat pembuangan kotoran atau limbah.

5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

Mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, mencuci tangan

(4)

anak, sebelum makanan menyuapi anak, sebelum memegang makanan dan

sebelum menyusui bayi.

6. Menggunakan Jamban Sehat

Jamban yang digunakan dapat berbentuk leher angsa, tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya dan Jamban harus dijaga kebersihannya.

7. Memberantas Jentik di Rumah

Rumah bebas jentik dapat dicapai dengan pemeriksaan tempat perkembang

biakan nyamuk seperti : bak mandi, vas bunga, tatakan kulkas,talang air, alas pot

kembang, lubang pohon, pagar bambu. Pemberantasan sarang nyamuk dengan

cara 3M plus (menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk).

8. Makan Sayur dan Buah Setiap Hari

Setiap anggota keluarga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

setiap hari.

9. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari

Setiap anggota keluarga melakukan aktifitas fisik 30 menit setiap hari, dapat

berupa kegiatan berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan olah raga.

10. Tidak Merokok di Dalam rumah

Setiap anggota keluarga tidak merokok didalam rumah selama bersama dengan

(5)

2.2. Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor –faktor

baik dari dalam maupun dari luar diri subjek. Faktor yang menentukan atau

membentuk perilaku ini disebut determinan.

Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan

dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat, berdasarkan pendapat

Notoatmodjo (2010) menjelaskan teori tersebut adalah teori Green, (1980); Karr

(1983); dan WHO (1984).

1. Teori Green menjelaskan ada dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor

perilaku (behavioral factor), dan faktor non-perilaku (non-behavioral factor). Selanjutnya Green menganalis, bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga

faktor utama, yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (pre disposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara

lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan , nilai-nilai, tradisi dan

sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang mempasilitasi perilaku atau tindakan. Yang

dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

(6)

meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak

melakukannya. Dalam hal ini dukungan dari tokoh masyarakat dibutuhkan

sebagai contoh dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Teori Karr, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya, apabila ada niat dari

masyarakat untuk mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan

sehat, seperti membuat jamban, maka hal itu akan terlaksana.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Didalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung

memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku

tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat,

maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk

berperilaku sehat orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya,

paling tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan di

masyarakat.

c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait tindakan yang akan diambil seseorang.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan

pribadinya masih terbatas, terutama di pedesaan. Seorang isteri, dalam

(7)

periksa hamil isteri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau

suami tidak setuju maka tidak ada pemeriksaan kehamilan.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun dibutuhkan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi

dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia

serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat

misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang

bersangkutan. Meskipun faktor yanga lain tidak ada masalah, tetapi apabila

situasi dan kondisi tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan

terjadi.

3. WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana dan ada 4 faktor

(determinan) yang memengaruhi perilaku seseorang, yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih

tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau

stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai

(personal References). Didalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku

acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat

setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh

(8)

c. Sumber daya (recourses) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sumber daya ini sama

dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas).

d. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio-budaya merupakan faktor

eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat

dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena

memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.

Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang

diterima. Kemudian timbul sikap dari individu dan memunculkan keyakinan/

kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu

perbuatan.

2.2.1. Faktor Predisposisi

Menurut teori Green dan Anderson (dalam Notoadmojo, 2010) salah satu

faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor predisposisi.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

pada diri seseorang atau masyarakat, adalah :

1. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap apa yang akan

(9)

dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan

dimana periksa hamil tersebut dilakukan.

Pengetahuan berasal dari kata dasar tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui proses panca indera manusia, berupa indera penglihatan, pendengaran,

pengecap, penciuman dan perasa, yang memberikan rangsangan kepada otak

sehingga dapat mengenali suatu objek. Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas dan persepsi terhadap objek yang diamati (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Bloom 1908 (dalam Notoatmodjo, 2010) secara garis besar pengetahuan

dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya jamban adalah tempat

membuang air besar. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu

sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

(10)

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain.Misalnya seorang ibu hamil apabila telah

memahami resiko yang dapat terjadi pada kehamilan, maka ibu tersebut akan

memeriksakan kehamilan secara rutin ke petugas kesehatan yang menangani

persalinan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi

e. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

Notoatmodjo (2003) menjelaskan Indikator-indikator yang dapat digunakan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kesehatan, dapat

dikelompokkan menjadi:

(11)

- penyebab penyakit

- bagaimana cara pencegahan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi:

a. jenis-jenis makanan yang bergizi

b. manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan

c. pentingnya olah raga bagi kesehatan

d. penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan:

- manfaat air bersih

- cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan

kotoran yang sehat dan sampah

- manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

2. Sikap

Sikap seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan.

Misalnya perilaku ibu untuk memeriksa kehamilannya akan dipermudah apabila

ibu tersebut mempunyai sikap yang positif terhadap periksa hamil.

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau

objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan). Setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap

(12)

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Dalam hal ini terdapat penilaian atau pendapat seseorang terhadap penyebab

penyakit, bagaimana cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

Penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara memelihara dan

cara-cara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian

terhadap makanan yang bergizi, manfaat makanan yang bergizi bagi

kesehatan, pentingnya olah raga bagi kesehatan, dan sebagainya.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya

dengan kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih,

pembuangan sampah, limbah, dan kotoran, dan sebagainya.

a.

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai

komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam

Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:

Komponen Kognitif : yaitu komponen yang tersusun atas dasar

pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek

sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan

(13)

b. Komponen Afektif.

c.

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya

evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem

nilai yang dimilikinya.

3. Kepercayaan, tradisi dan nilai dimasyarakat

Komponen Konatif : yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan objeknya.

Kepercayaan, tradisi, nilai dimasyarakat dapat menjadi mempermudah (positif)

atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

Kepercayaan bahwa orang hamil tidak boleh keluar rumah, dengan sendirinya

akan menghambat perilaku periksa hamil (negatif). Tetapi kepercayaan bahwa

orang hamil harus banyak jalan mungkin merupakan faktor positif bagi perilaku

ibu hamil tersebut.

4. Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur

merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru. Faktor umur

termasuk dalam aspek perkembangan kehidupan manusia, menentukan

bagaimana pola dan cara berkomunikasi seorang individu.Umur yang semakin

tua maka seseorang semakin banyak pengalamannya, sehingga pengetahuannya

makin bertambah, karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih

(14)

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan perilaku dan dengan

bertambahnya umur seseorang akan sulit menerima informasi, mereka kurang

aktif, mudah terserang penyakit dan cenderung mengabaikan perilaku hidup

sehat. Pada usia muda penerimaan informasi akan lebih mudah dan lebih dinamis

dibandingkan usia tua sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku.

Disamping itu pada umur dewasa muda apabila dilihat dari perkembangan

kognitifnya maka kebiasaan berpikir rasional mereka meningkat, juga biasanya

mereka cukup aktif dan jarang mengalami penyakit yang berat Suryanto (dalam

Wantiyah, 2004).

5. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa rohani

(cipta rasa, dan karsa) dan jasmani (panca indera dan keterampilan) (Budioro,

2002).

Pendidikan untuk mengubah pengetahuan/pengertian , pendapat,

konsep-konsep, sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang

baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengatahuan yang cukup atau

kurang (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

orang lain agar mereka dapat memahami, semakin tinggi pendidikan seseorang

(15)

Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat

untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

perilaku sehat keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan

menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan

formal, sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan

dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip

PHBS.

Menurut pendapat Mubarak (2007) bahwa pendidikan sebagai suatu

proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan

perilaku pada dirinya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseoarang semakin mudah pula mereka menerima informasi

kesehatan. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi kesehatan,

dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

6. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu

menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan

atau barang dalam kurun waktu tertentu (Mantra, 2007).

Pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam keluarga. Makin tinggi status sosial ekonomi yang

(16)

keluarga, dan sebaliknya makin rendah makin buruk perilaku hidup sehatnya

Zaahara dalam kusumawati, dkk (2008).

7. Pendapatan

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau

rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Makin tinggi tingkat pendapatan maka

tingkat konsumsi makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan

rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi makin besar.

Pendapatan mempunyai peranan penting terutama dalam memberikan efek

terhadap taraf hidup. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan

kesehatan. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas

lain (rumah yang nyaman, pendidikan, pemeliharaan kesehatan).

Menurut pendapat Faturrahman dan Mollo (1995) tingkat penghasilan berkaitan

dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat.

8. Jenis Kelamin

9. Golongan Etnik atau Suku

10.Kelas Sosial

Kelas Sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, tempat tinggal. Hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek

(17)

2.3. Dukungan Sosial

2.3.1. Defenisi Dukungan Sosial

Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh

para ahli. Sheridan dan Radmacher (1992) menekankan pengertian dukungan sosial

sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. “Social support is the resources provided to us through our interaction with other people”.

Menurut Cobb (dalam Gottlieb, 1983) dukungan sosial adalah informasi yang

mengarah ke individu untuk percaya bahwa dia diperhatikan dan dicintai, dihargai

serta ia menjadi bagian dari suatu kelompok yang saling bertanggung jawab.

Pendapat lain dikemukakan oleh siegel (dalam Taylor, 1999) menyatakan

bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan

diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan

komunikasi dan kewajiban bersama. “ Social support is information from others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligation “.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial

merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,

diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu

(18)

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial

Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan

sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu

tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini

terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf

medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.

2.3.3. Bentuk Dukungan Sosial

Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999)

membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :

1. Dukungan Instrumental (Tangible Assisstance)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta

pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat

langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan

instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih

mudah.

2. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik

tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong

(19)

3. Dukungan Emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat

menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

4. Dukungan pada Harga Diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif

dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam

membangun harga diri dan kompetensi.

5. Dukungan dari Kelompok Sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan

begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

2.3.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial

Stanley (2007) mengatakan faktor-faktor yang memengaruhi dukungan sosial

adalah :

1. Kebutuhan Sosial

Seseorang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik akan lebih dikenal di

masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak pernah bersosialisasi dengan

orang lain. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik akan cenderung

(20)

2. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik

meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi

kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.

3. Kebutuhan Psikis

Apabila seseorang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang

tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar

sehingga dirinya merasa di hargai.

2.4. Landasan Teori

Pada penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori-teori relevan,

yang disusun untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk dari perilaku setiap anggota rumah tangga

dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Menurut Green dalam Notoatmodjo

(2010) bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor

predisposisi (pengetahuan,sikap,keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dan

sebagainya), faktor pemungkin (sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat

(faktor yang mendorong agar masyarakat mau melaksanakan PHBS). Kemudian

Teori Snehandu B.Karr dalam Notoatmodjo (2010). mengidentifikasi adanya 5

determinan perilaku, yaitu: Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya, apabila ada niat dari

(21)

seperti membuat jamban, maka hal itu akan terlaksana, Adanya dukungan dari

masyarakat sekitarnya (social support), Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan serta Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana dan ada 4 faktor (determinan) yang memengaruhi perilaku seseorang, yaitu: Pemikiran dan

perasaan (thoughts and feeling), Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal References). Didalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari

perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat

setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh masyarakat sudah

terlebih dahulu mempunyai jamban keluarga sendiri. Sumber daya (recourses) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.

Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang

diterima. Kemudian timbul sikap dari individu dan memunculkan keyakinan/

kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu

(22)

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2. Orang Penting sebagai Referensi (Personal 4. Kebudayaan (Culture)

- Kebiasaan - Nilai-nilai - Tradisi-tradisi - Sumber-sumber di

dalam Masyarakat Teori Lawrence Green (1980)

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) - Pengetahuan

- Sikap - Kepercayaan

- Keyakinan Nilai-nilai

b. Faktor Pendukung (Enabling Factors), - Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Kesehatan

c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

- perilaku Petugas Kesehatan - Perilaku Masyarakat

Teori Snehandu B. Kar (1983)

1. Niat untuk Bertindak (Behaviour Intention) 2. Dukungan Sosial

(Social-Support)

3. Informasi tentang Kesehatan (Accessebility of Information) 4. Otonomi Pribadi

(Personal Autonomy) 5. Situasi yang Memungkinkan

untuk Bertindak (Action Situation)

(23)

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep menggambarkan bahwa variabel independen yaitu variabel

faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan dan dukungan sosial terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan

sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Faktor Predisposisi :

• Umur • Pendidikan • Pekerjaan • Pendapatan • Pengetahuan • Sikap

Dukungan Sosial : • Dukungan instrumental • Dukungan Informasional • Dukungan Emosional • Dukungan Harga diri • Dukungan Kelompok

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2.  Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kejadian  tidak  normal  adalah  kondisi  dimana  peralatan  proses  produksi  dan/atau  instalasi pengolahan  air  limbah  tidak  beroperasi  sebagaimana  mestinya 

Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti akan menghentikan dan membatalkan proses Review proposal usulan PP-PTS Tahun 2016 apabila dokumen yang dan informasi yang

dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Hasil Klasifikasi dan Pemeringkatan

kontemporer Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan sebagai dasar manajemen untuk

Sebelum modul fisika berbasis saintifik digunakan dalam pembelajaran, instrumen keterampilan berpikir kritis untuk pretest dan posttest diujicobakan terlebih dahulu pada

dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru

Dasar hukum yang pertama, yaitu Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, ada beberapa syarat yang terpenuhi atau telah dilanggar oleh aparat TNI dan