• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesehatan Ibu dan Anak. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesehatan Ibu dan Anak. pdf"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kesehatan Ibu dan Anak I. Pendahuluan

Millennium Development Goal (MDGs) yang kelima adalah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu. Terdapat dua target yang berhubungan dengan MDGs butir kelima yaitu:

1. Menurunkan sampai 3/4 Angka Kematian Ibu (AKI) antara tahun 1990 – 2015. 2. Akses yang universal terhadap kesehatan reproduksi pada tahun 2015 (UN, 2011). Angka kematian dan angka kesakitan pada ibu adalah inti utama ketidaksetaraan (inequity) pelayanan kesehatan baik antara yang kaya dengan yang miskin, yang punya kuasa dan yang tidak, serta yang paling penting adalah ketidaksetaraan gender, dimana perempuan tidak punya hak yang sama dalam akses terhadap pelayanan kesehatan serta hak untuk mengontrol pilihannya dalam kesehatan reproduksi (kespro).

Kesehatan ibu sering didiskusikan bersamaan dengan kesehatan anak, karena dua hal ini tidak dapat dipisahkan. Bila kita melihat MDGs butir keempat yaitu bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Target utama yang ingin dicapai adalah menurunkan AKB 2/3 pada tahun 2015 (UN, 2011).

Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator kuat untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan, karena itu menjadi acuan dalam pencapaian MDGs. Keberhasilan sistem kesehatan terletak pada ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas baik sarana dan prasarana yang mudah diakses, terjangkau, dapat diterima, mempunyai kualitas yang bagus serta tidak ada diskriminasi dalam memberi layanan.

Progres yang lambat dalam menurunkan AKI dan AKB juga merupakan indikator bahwa kurangnya perhatian pemerintah terhadap hak perempuan dan kesetaraan gender. Kurangnya pengetahuan wanita terhadap kesehatan reproduksi, pernikahan usia dini, kejahatan seksual, aborsi yang tidak aman, kurangnya pendidikan formal perempuan, perceraian, Kejahatan Dalam Rumah Tangga (KDRT), semuanya ini berhubungan dengan berbagai cara dengan tingginya AKI. Sebagai contoh anemia pada ibu hamil, pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dalam makanan sehingga tubuh tidak mampu memproduksi zat besi. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat ekonomi, kurangnya pengetahuan, rendahnya pendidikan, ketidakmampuan mengurus dirinya sendiri karena kehamilan yang rapat.

Untuk itu akselerasi dan sustainabiliti penurunan AKI, AKB dan peningkatan kesehatan ibu dan anak diperlukan suatu program yang terintegrasi, terkoordinir serta dalam waktu yang lama. Lemahnya sistem kesehatan, ketidaksetaraan gender dan kemiskinan merupakan hambatan utama dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

II. Kondisi Umum dan Konteks Terkini 1. Angka Kematian Ibu

AKI adalah jumlah ibu yang meninggal pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Angka ini sangat sulit diukur/dihitung secara akurat karena sistem pencatatan/pelaporan selain dari data Puskesmas belum baku serta masih banyak kasus kematian yang tidak dilaporkan.

(2)

angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia (31/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 kelahiran hidup), Vietnam (56/100.000 kelahiran hidup) serta Singapura (9/100.000 kelahiran hidup). Belum lagi bila dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia (8/100.000 kelahiran hidup), Inggris (12/100.000 kelahiran hidup) dan Jerman (7/100.000 kelahiran hidup) (WHO, 2008).

AKI secara nasional tampak berbeda dari satu propinsi ke propinsi lain. Hal ini menunjukkan adanya disparitas dari satu tempat ke tempat lain karena adanya perbedaan seperti tingkat ekonomi, etnis, budaya dan wilayah geografis. Sebagai contoh AKI di propinsi DKI Jakarta (24/1000 kelahiran hidup) lebih rendah dibandingkan di Papua (730/100.000 kelahiran hidup) (Profil Ksehatan DKI Jakarta dan Papua, 2007). Sama halnya juga di negara lain seperti Peru, AKI pada orang miskin 7 kali lebih tinggi dibandingkan orang kaya. Di AS, AKI pada wanita etnis Afrika Amerika tiga kali lebih tinggi dibandingkan wanita etnis kaukasia (UNICEF, UNFPA, WHO, The World Bank, 2010). Hal yang sama juga dapat terjadi di Aceh, bahwa AKI dari satu kabupaten dapat berbeda dari kabupaten lain. Diharapkan pada tahun 2014 Aceh sudah dapat mencapai target nasional untuk menurunkan AKI menjadi 118 kematian/100.000 kelahiran hidup (RPJMN 2010-2014).

Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%) (Profil Kesehatan Aceh, 2008 & 2009). Anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan yang merupakan faktor kematian ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir 60 %. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO, 2008).

(3)

Grafik 2.1 Cakupan K1 dan K4 Provinsi Aceh tahun 2009 (Profil Kesehatan Aceh 2009)

Grafik 2.2 Cakupan K4 Provinsi Aceh tahun 2009 (Profil Kesehatan Aceh 2009)

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besar ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.

Provinsi Aceh masih belum mencapai indikator standar pelayanan minimal kesehatan (SPM) Kesehatan. Cakupan K4 Aceh tahun 2009 masih tetap 78%. Menurut Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, cakupan ibu hamil K4 95% pada tahun 2015.

Program Keluarga Berencana (KB) juga memegang peranan penting. Menurut data UNFPA (2010), 1 dari 3 kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan dapat dihindari, apabila perempuan memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi secara efektif. Ditambah lagi bahwa, hal ini juga berhubungan dengan kematian ibu yang diakibatkan oleh aborsi yang tidak aman. Karena aborsi masih illegal di Indonesia, maka data tentang kematian ibu akibat aborsi yang tidak aman juga tidak ada. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang terintegrasi antara KB dan KIA.

Mengukur progress MDGs poin kelima adalah dengan melihat AKI, akan tetapi AKI sulit untuk dihitung secara akurat dan kadang kala kurang reliabel. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sistem registrasi yang merupakan tantangan tersendiri bagi dinas kesehatan dalam mengumpulkan data, misalnya kematian ibu yang terjadi saat persalinan dengan dukun kampung sering tidak dilaporkan, wanita yang pulang ke rumah setelah perawatan di Rumah Sakit atau layanan kesehatan lain lalu meninggal atau mengalami komplikasi sering juga tidak dilaporkan. AKI juga berhubungan erat dengan peningkatan kasus HIV/AIDS dan TBC yang terjadi pada wanita hamil.

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 % persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 % dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 % dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila angka pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan tercapai, maka konsekuensi lebih lanjut bisa berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain.

(4)

tinggi dibandingkan dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih secara Nasional yaitu 82,2% pada tahun 2010, walaupun secara Nasional terjadi peningkatan dari 66,7% pada tahun 2002 dan 77,34 % pada tahun 2009, namun belum mencapai target.

Tabel 2.1 Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih.(Riskesdas 2010, Profil Kesehatan Aceh 2009)

2007 2009 2010

Indonesia 75,4 % 77,34% 82,2%

Aceh - 83,72 92%

Tabel di bawah ini menunjukkan proporsi persalinan yang ditolong tenaga kesehatan secara Nasional. Terlihat bahwa penduduk di daerah desa yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan masih lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk di perkotaan.

Tabel 2.2 Proporsi Pertolongan Kelahiran oleh Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Tinggal Penduduk di Indonesia (Riskesdas 2010)

Tempat Tinggal Tenaga Kesehatan Tenaga Non Kesehatan

Perkotaan 91.3 9.7

Pedesaan 72.9 28.0

Sedangkan dari tabel 2.3 kita dapat melihat bahwa secara umum di Aceh, jumlah bidan di desa masih lebih sedikit.

Tabel 2.3 Jumlah Bidan menurut Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2010 (Bankdata Puskesmas).

No. Kabupaten/Kota Jumlah Bidan (tidak termasuk Bidan Desa)

Jumlah Bidan di Desa/di Poskesdes

1 Simeulue - -

2 Aceh Singkil - -

3 Aceh Selatan 166 46

4 Aceh Tenggara 152 69

5 Aceh Timur 664 194

6 Aceh Tengah 128 242

7 Aceh Barat 204 -

8 Aceh Besar 444 42

9 Pidie 107 519

10 Bireuen 216 207

11 Aceh Utara 621 -

12 Aceh Barat Daya 132 -

13 Gayo Lues 70 48

14 Aceh Tamiang 247 232

15 Nagan Raya 50 95

16 Aceh Jaya 89 -

17 Kota Banda Aceh 97 81

18 Kota Sabang 38 15

(5)

20 Kota Lhokseumawe 133 73

21 Pidie Jaya 111 77

22 Bener Meriah 77 116

23 Kota Subulussalam 54 12

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa secara umum jumlah bidan di desa lebih sedikit. Untuk melihat pencapaian MDGS 5 di Aceh untuk capaian dan target dapat tergambar pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Pencapaian MDGs 5 di Aceh (Bappeda, 2009)

Indikator MDGs Indonesia (2008) Aceh (2007) Target (2015) Tujuan 4. Meningkatkan

Kesehatan Ibu

1. AKI 307 224 110

2. Proporsi persalinan yang dibantu tenaga terlatih

72,40 % 80,40 %

3. Penggunaan

kontrasepsi pada perempuan menikah berumur 15-49 tahun

57,90 % 42,80 %

2. Angka Kematian Bayi dan Balita

AKBA (Angka Kematian Balita) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKBA kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Mengingat kegiatan registrasi penduduk di Indonesia belum sempurna sumber data ini belum dapat dipakai untuk menghitung AKBA. Sebagai gantinya AKBA dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai survei. AKBA di Aceh tahun 2009 masih tinggi yaitu sebesar 88 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Aceh, 2009). Angka ini jauh lebih tinggi dari AKBA nasional yaitu 44 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2007 (SDKI 2007).

Tabel 2.5 Perbandingan AKBA Aceh dan Nasional

2002 2007 2009

Indonesia 46 44 -

Aceh - - 88

(6)

AKB di Aceh menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 25 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007, Profil Kesehatan Aceh 2009). Angka ini lebih rendah dari AKB Nasional tahun 2007 yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007).

Tabel 2.6 Perbandingan AKB Aceh dan Nasional

2001 2004 2007

Indonesia 39 34 34

Aceh - 35 25

Selain masalah gizi, kesehatan anak Indonesia juga terus membaik. Angka kematian Balita, bayi, maupun neonatal terus menurun. Angka kematian Balita menurun dari 97 pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2007 (SDKI). Angka kematian bayi, menurun dari 68 menjadi 34 per 1.000 KH pada periode yang sama. Angka kematian neonatal menurun dari 32 menjadi 19 kematian per 1.000 KH. Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32/1.000 KH untuk Angka Kematian Balita dan 23 per 1.000 KH untuk angka kematian bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2010)

Tabel 2.2 Pencapaian MDGs 4 di Aceh (Bappeda, 2009)

Indikator MDGs Indonesia (2008) Aceh (2007) Target (2015) Tujuan 4. Mengurangi Tingkat

kematian Anak

4. Tingkat kematian balita (per 1000 kelahiran hidup)

40 46 32

5. Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup)

32 26 19

6. Proporsi anak berumur 12-23 bulan yang mendapat imunisasi

82 % 70,60 % ?

Program imunisasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis imunisasi yaitu BCG, HB0, DPT+HB1, DPT3+HB3, Polio4 dan Campak. Dari hasil data Dinkes Aceh hampir seluruh Kabupaten/kota belum dapat mencapai target yaitu 90%. Tingkat Provinsi adalah capaian BCG mencapai 72,72%, DPT+HB1 mencapai 75,57%, DPT3+HB3 mencapai 66,86%, Polio4 mencapai 42,92% dan Campak mencapai 63,59% sedangkan DO mencapai 15,85% dengan rincian per kabupaten/kota sebagai berikut:

Grafik 2.3 Jumlah Imunisasi Dasar Pada Bayi Provinsi Aceh tahun 2009 (Profil Kesehatan Aceh 2009)

(7)

III. Isu Isu Strategis dalam pengertian gap antara kondisi terakhir dan pencapaian yang 'ideal'

Masalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak yang sangat penting adalah masih tingginya AKI dan AKB saat ini. Dan dalam rangka mencapai penurunan AKI dan AKB sesuai dengan target dari MDGs ke 4 dan 5, dan dengan melihat data-data yang ada bahwa walaupun terjadi penurunan baik AKI maupun AKB dari tahun ke tahun namun masih perlu dilakukan strategi-strategi tertentu untuk mencapai target yang sudah ditentukan.

Adapun strategi yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih untuk menolong proses persalinan.

Dari data yang ada bahwa proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih adalah 92 %, ini menunjukkan bahwa masih ada 8 % lagi persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan. Selain karena faktor pendidikan dan pengetahuan, hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan terlatih yang tersedia.

2. Meningkatkan pemerataan tenaga kesehatan terlatih sesuai kebutuhan daerah. Dari data distribusi bidan dan Bides di Provinsi Aceh dan data perbandingan proporsi persalinan yang ditolong tenaga kesehatan antara di kota dan di desa, dapat kita lihat bahwa umumnya tenaga kesehatan berada di daerah perkotaan sedangkan di daerah-daerah yang terpencil dan sangat terpencil tenaga kesehatannya masih sangat kurang, sehingga masih ada persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, hal ini juga menjadi kendala untuk mencapai proporsi persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih seperti target yang ditentukan. 3. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan.

Selain meningkatkan jumlah dan pemeratan tenaga kesehatan, kualitasnya juga harus ditingkatkan. Selama ini yang sudah ada adalah Ujian kompetensi Dokter Indonesia sedangkan untuk tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan masih dalam tahap wacana. Sedangkan untuk mencapai pelayanan yang profesional dan memenuhi standar, selain dokter tenaga kesehatan lain juga harus mempunyai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu perlu kerjasama dengan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), dan kerjasama lintas sektoral dengan Kemendiknas terutama Pendidikan Tinggi (DIKTI).

4. Meningkatkan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang mudah diakses, terjangkau, kualitas yang bagus, dan tidak ada diskriminasi dalam memberi pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan jumlah anak yang mendapatkan imunisasi.

Dari data terlihat bahwa target cakupan imunisasi belum tercapai, masih berada di bawah angka nasional. Dengan tidak adanya terpenuhinya imunisasi maka kecendrungan anak tersebut untuk menderita penyakit lebih tinggi dan akan mengakibatkan meningkatnya resiko kematian, karena banyak penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.

6. Meningkatkan pendidikan wanita tentang kesehatan reproduksi, pernikahan usia dini, kejahatan seksual, dan aborsi yang tidak aman.

(8)

lain. Masih banyak juga wanita yang menikah di usia dini dan tidak mengetahui resiko yang akan dialaminya saat hamil dan persalinan nanti. Kebanyakan wanita juga memilih aborsi yang tidak aman baik karena kurangnya biaya ataupun karena kurangnya pemahaman serta legalitas tindakan aborsi itu sendiri. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya AKI.

7. Meningkatkan akses untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi secara efektif. Dari data yang ada menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi pada perempuan menikah berumur 15-49 tahun di Aceh adalah 42,80 %, dibandingkan dengan persentase secara nasional angka ini lebih rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan akses untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi untuk segala lapisan masyarakat.

8. Meningkatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) di setiap pusat pelayanan kesehatan.

Tiga faktor utama penyebab kematian ibu saat melahirkan perdarahan, pre eklamsia dan infeksi. Umumnya kematian ini dapat dicegah dengan adanya ANC yang baik saat kehamilan. Dengan kunjungan yang teratur ke pusat-pusat pemberi layanan ANC, akan dapat memonitor masalah yang sedang dan akan dihadapi oleh ibu hamil, sehingga dapat dilakukan pencegahan untuk mengurangi resiko terjadinya kematian ibu. Meningkatkan kinerja Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Nenonatal Esensial Dasar).

9. Meningkatkan kesetaraan pelayanan kesehatan bagi setiap wanita.

Saat ini sudah banyak jaminan-jaminan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah untuk masyarakat seperti :Jamkesmas, JKA, maupun Jampersal. Namun dalam proses pelaksanaannya masih ada masyarakat yang merasa dibeda-bedakan dalam proses pelayanan. Dan juga masalah administrasi yang dianggap sulit dan berbelit-belit.

10. Membentuk sistem pencatatan/pelaporan yang baku.

Banyak data-data penting yang tidak tercatat dikarenakan proses registrasi yang belum baik saat ini. Hal ini penting karena untuk menilai suatu keberhasilan atau pencapaian target yang diinginkan, sangat diperlukan data-data untuk melihat perkembangan dari tahun ke tahun. Sistem/unit surveillance belum berjalan dengan baik. Sudah pernah ada program tapi belum ada kelanjutan.

IV. Strategi dan Arah Kebijakan semacam solusi atau rekomendasi sepatutnya Arah kebijakan umum kesehatan ibu dan anak adalah dalam rangka menurunkan AKI dan AKB untuk mencapai target dari MDGs, karena dengan tercapainya target tersebut tentu tingkat kesejahteran ibu dan anak akan meningkat. Adapun untuk mencapai hal sebagaimana tersebut diatas maka perlu ditempuh beberapa kebijakan sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

Diharapkan pemerintah hanya menerima Pegawai Negeri Sipil (PNS) ataupun Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter, bidan maupun perawat yang sudah mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dari masing-masing ikatan profesi. Membuat kebijakan tentang kompetensi tenaga kesehatan pemerintah yang belum memiliki STR sesuai dengan profesi masing-masing.

(9)

3. Peningkatan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang mudah diakses, terjangkau, kualitas yang bagus, dan tidak ada diskriminasi dalam member pelayanan kesehatan.

4. Melaksanakan Posyandu secara baik termasuk pemberian imunisasi.

5. Untuk meningkatkan pengetahuan (health literacy) wanita terhadap masalah kesehatan reproduksi, diharapkan pemerintah dapat mengajukan usulan untuk memasukkan masalah kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang sedang dijalani.

6. Peningkatan akses untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi secara efektif. 7. Menyediakan ANC di setiap Puskesmas dan meningkatkan kinerja puskesmas

PONED dan memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya ANC atau bila memungkinkan diterapkan metode “menjemput bola” yaitu tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil tersebut.

8. Meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan gratis seperti Jamkesmas, JKA, dan Jampersal untuk masyarakat, membenahi kembali system administrasi untuk mempermudah masyarakat memperoleh jaminan tersebut. Namun, walaupun sudah ada pengobatan gratis tersebut, tetap harus lebih mengutamakan pencegahan dari pada pengobatan.

9. Membentuk sistem registrasi yang baik dan teratur mulai dari tingkat yang paling bawah seperti pencatatan oleh Bidan Desa atau Puskesmas untuk setiap kelahiran baik hidup atau mati sampai ke pencatatan di rumah sakit daerah (sistem surveilans)

REFERENSI

Anonymous. 2011. Angka kematian Ibu Melahirkan. Diakses dari: http://www.sumbarprov.go.id/images/media/Angka%20Kematian%20Ibu%20Melahirkan.pdf

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2010. Laporan Nasional Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Diakses dari:

http://www.scribd.com/doc/52186303/RISKESDAS-2010

Bank Data Pusdatin-Depkes RI. 2009. Bank Data Puskesmas. Diakses dari: http://bankdata.depkes.go.id/propinsi/public/report/

Bappeda Aceh. 2009. Human Development Approach to Strategic Planning in Aceh. Diakses dari:

http://www.google.co.id/#hl=en&cp=56&gs_id=6&xhr=t&q=Human+Development+Approa

ch+to+Strategic+Planning+in+Aceh&pf=p&sclient=psy-ab&site=&source=hp&pbx=1&oq=Human+Development+Approach+to+Strategic+Planning +in+Aceh&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=&gs_upl=&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=6b547 8ec4af8c885&biw=1280&bih=615

BPPSDMK Kementrian Kesehatan. 2011. Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011.

(10)

http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=157:ca paian-pembangunan-kesehatan-tahun-2011&catid=38:berita&Itemid=82

Dinkes Aceh. 2009. Profil Kesehatan Aceh 2009. Diakses dari: http://dinkes.acehprov.go.id/index.php/profil-dinkes

Kementerian Kesehatan (2011), Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011, Available online at

http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=157:ca paian-pembangunan-kesehatan-tahun-2011&catid=38:berita&Itemid=82

UNICEF, UNFPA, WHO, World Bank, Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2008. Available online at http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241500265_eng.pdf.

WHO (2008), Global Health Observatory Data Repository, Available from

Gambar

Tabel 2.3 Jumlah Bidan menurut Kabupaten/Kota di Aceh tahun 2010 (Bankdata Puskesmas)
Tabel 2.4 Pencapaian MDGs 5 di Aceh (Bappeda, 2009) Aceh (2007)
Tabel 2.2 Pencapaian MDGs 4 di Aceh (Bappeda, 2009) Indonesia (2008)

Referensi

Dokumen terkait

• Menulis kembali (dalam buku catatan anda) poin – poin pertanyaan peserta dan rencana komentar anda atau menjawab dengan satu atau dua kata pokok. Jika anda tidak dapat

Pada tahun 2013 angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Pekalongan berdasarkan laporan dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan

Kadar TSS dalam air limbah bekas pencucian jeans tergolong sangat tinggi, dengan menggunakan unit koagulasi flokulasi dibantu variasi koagulan, yakni tawas 50

5. Faktor atau keadaan pencetus.. Penyebab ke lima adalah ACS yang merupakan akibat sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada penyebab dapat

Ia yang merupakan salah satu bentuk kejahatan di dunia maya yang dilakukan dengan cara mengubah tampilan suatu website, baik halaman utama atau index file ataupun halaman

senada sebagai berikut, pertama pendapat dari Hamka didalam tafsir al- Azhar menjelaskan bahwa konsep pendidikan Islam yang terdapat didalam surah Lukman lebih mengarah

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, konsumsi protein, dan kecernaan protein pada ayam broiler yang diberi perlakuan ransum dengan penggunaan

Alhamdulillahirrabbil'alamin, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang