• Tidak ada hasil yang ditemukan

E SOSIOMETRI PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "E SOSIOMETRI PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

E-SOSIOMETRI : PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI UNTUK BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Eko Susanto, M.Pd., Kons. Email : ekobkunila@gmail.com

HP : +6281369149853

Abstrak: Sosiometri merupakan salah satu prosedur non tes yang dapat digunakan oleh konselor/guru BK untuk mengetahui dinamika hubungan sosial siswa di kelas. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui suasana kelas yang dapat mendukung dalam pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES) siswa. Data hasil analisis sosiometri dapat digunakan oleh konselor/guru BK dalam merencakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang tepat sasaran.

Fenomena di lapangan ditemukan kesulitan dalam pengolahan data sosiometri bila dilakukan secara manual. Makalah ini menyajikan : (1) instrumen sosiometri dengan 12 kriteria pilihan (pertanyaan/pernyataan) untuk tingkat perkembangan siswa SLTP dan SLTA dan (2) program analisis untuk pengolahan data sosiometri dengan memanfaatkan fasilitas microsoft excel.

E-Sosiometri telah teruji efektif dan mudah diaplikasikan oleh konselor/guru BK di sekolah dalam mengolah data sosiometri dan membuat laporan analisis hasil sosiometri. E-Sosiometri sangat direkomendasikan bagi konselor/guru BK di sekolah.

(2)

A. Latar Belakang

Tren penggunaan ICT pun pada gilirannya merambah pada pelayanan bimbingan dan konseling, hal ini dapat diketahui dengan munculnya banyak istilah-istilah terkait dengan penggunaan ICT dalam dunia bimbingan dan konseling seperti; cybercounseling, e-counseling, telecounseling, distance counseling, e-therapy, counseling based computer dan masih banyak istilah lain yang digunakan terkait dengan pelayanan konseling (Edil Torres-Rivera et. all; 1999, Katherine Cabaniss; 1999). Segala upaya yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dalam pelayanan konseling diharapkan dapat meningkatkan keterandalan konselor dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dipandang penting karena secara langsung terkait dengan kepercayaan masyarakat (public trust) dan akuntabilitas profesi.

Berbekal keterampilan di bidang ICT diharapkan dapat meringankan tugas konselor/guru BK khususnya dalam kegiatan need assessment yang menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pelayanan konseling. Need assessment merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh konselor/guru BK, yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dari sasaran layanan. Rumusan pada Permendiknas No. 27/2008 (SKAKK), menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor terkait dengan assessment, dijabarkan bahwa seorang konselor diharapkan mampu menyusun dan mengembangkan instrumen assessment untuk keperluan bimbingan dan konseling. Kata assessment sendiri dapat diartikan sebagai suatu prosedur pengumpulan informasi tentang orang, program, suatu objek atau attribut (A.Muri Yusuf, 2005). Dengan demikian konselor dituntut untuk memiliki keterampilan dan pemahaman yang mantap berkenaan dengan assessment dan memanfaatkan ICT untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerjanya.

Dengan menggunakan perangkat ICT, kegiatan pengolahan data, pengarsipan, analisis dan interpretasi hasil assessment dapat dilakukan dengan sistem komputerisasi. Perangkat lunak (software) semacam microsoft office dapat membantu konselor/guru BK dalam pengolahan data, pengarsipan, analisis dan interpretasi data hasil need assessment. Walaupun demikian software semacam microsoft office masih memiliki keterbatasan fungsi. Oleh sebab itu yang diharapkan saat ini adalah hadirnya software atau program aplikasi yang dikembangkan secara khusus untuk membantu konselor/guru BK terkait dengan penyelenggaraan assessment.

(3)

pengembangan program aplikasi dapat dikatakan berorientasi pengguna (user oriented).

Salah satu software yang diperlukan oleh konselor/guru BK adalah software untuk mengolah data sosiometri. Saat ini sudah banyak software yang dapat digunakan untuk mengolah data sosiometri yang dibuat oleh orang Barat dan berbahasa asing yang sulit dipahami oleh pengguna pemula. Program ini dijual via situs-situs di internet dengan harga jika dirupiahkan berkisar antara Rp. 250.000,- sampai Rp 500.000,-. Transaksi untuk membeli software ini pun relatif sulit dilakukan bagi orang awam. Peneliti telah mengunduh (download) dan mempelajari beberapa software sosiometri versi percobaan (trial) yang digratiskan oleh pengembang program, setelah masa trial habis maka program tidak dapat digunakan lagi dan harus segera membeli software aslinya.

Perkembangan saat ini sudah banyak ditemui software komputer yang dapat digunakan untuk mengolah data sosiometri. Pada umumnya konselor/guru BK cenderung tertarik pada analisis sosiogram yakni visualisasi hubungan antar individu berupa icon dan tanda panah yang menunjukkan arah pilihan individu. Padahal di dalam sosiometri dikenal beberapa jenis analisis, peneliti mengklasifikasikan bentuk analisis sosiometri menjadi tiga, yaitu (1) analisis gram (sosiogram); analisis ini yang sangat dikenal oleh konselor/guru BK karena bentuknya yang menarik, (2) analisis matrik (sosiometrik); juga dikenal dengan tabulasi bentuknya berupa tabel yang mengidentifikasi banyaknya jumlah pilihan dengan tampilan yang demikian mempermudah untuk mengetahui jumlah pilihan setiap siswa dan (3) analisis indeks (sosioindeks); perhitungan indeks pilihan dengan menggunakan formula tertentu.

Dalam analisis sosiogram peneliti merekomendasikan hanya untuk jumlah kelompok yang terbatas, yakni kurang dari 50 orang, semakin besar jumlah anggota kelompok maka akan semakin sulit membaca sosiogramnya. Untuk jumlah kelompok yang lebih besar analisis yang direkomedasikan adalah analisis matrik dan analisis indeks yang cenderung bersifat kualitatif dan terstruktur. Selain memahami jenis analisisnya konselor/guru BK juga harus memahami model-model sosiometri. Ada beberapa model yang dapat digunakan dalam sosiometri yakni; (1) model nominasi (nomination model), (2) model skala bertingkat (rating scale model) dan model paragraf (who’s who model) (A. Muri Yusuf, 2005a).

(4)

diharapkan. Intervensi dapat dilakukan dalam format kelompok atau format individu, dan dilakukan dengan memperhatikan etika dasar konseling, yaitu (1) kerahasiaan, (2) kesukarelaan, (3) keputusan oleh klien sendiri, (4) nilai dan norma (Manrihu, 1994). Semua penjelasan di atas merupakan tinjauan empiris dari metode sosiometri, yang hendaknya konselor/guru BK memahami hal tersebut sebagai tanggung jawab profesional dari setiap tindakan yang dilakukan.

Software sosiometri yang ditemukan di lapangan pada umumnya dibuat oleh para ahli dibidang sosiologi dengan tujuan untuk mengukur tingkat hubungan antar individu, tidak hanya itu software sejenis ini pun digunakan oleh para ahli pemerhati hewan pada lembaga konservasi hewan untuk mengukur tingkat hubungan diantara sekelompok hewan. Bentuk analisis yang sering digunakan pada software jenis ini cenderung bersifat kuantitatif. Dari berbagai jenis software sosiometri yang pernah peneliti temui di lapangan, setelah ditelusuri, banyak berasal dari luar negeri yang banyak dikembangkan oleh pakar sosiologi. Perkembangan sosiometri di Indonesia sampai dengan September 2010, baru dua orang praktisi BK yang memperkenalkan software sosiometri dengan report sosiogram. Sekarang (September, 2010) sudah ada software sosiometri dengan report sosiogram yang berlisensi freeware dan dilengkapi dengan buku tutorial cara menggunakannya. Software ini diperkenalkan oleh Konseling Center

Indonesia pada blognya dengan alamat

http://eko13.wordpress.com/2010/10/02/software-sosiometri-2010-fullversion.

(5)

instrumen sosiometri dan program analisisnya. Dalam proses pengembangan instrumen sosiometri dan program analisisnya akan dilakukan dengan berorientasi pada pengguna tingkat pemula, sehingga lebih mudah dipahami dan diaplikasikan. Diharapkan upaya pengembangan instrumen sosiometri dan program analisisnya pada penelitian ini dapat menjawab permasalahan di lapangan berkenaan dengan aplikasi instrumen sosiometri.

B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan sebagai bahan informasi dan pengenalan program E-Sosiometri sebagai program pengolah data sosiometri yang dikembangkan menggunakan microsoft excel.

C. Metodologi

Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini menggunakan pendekatan Research and Development. Sugiyono (2008 : 407) mengatakan Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah menguji performance program E-Sosiometri, kemudian membuatkan video tutorial serta manual guide dari program yang dikembangkan sebagai panduan penggunaan program.

D. Landasan Teori

Begitu pentingnya peranan asesmen dalam pelayanan konseling menuntut konselor/guru BK tidak hanya mengenal instrumen pengumpul data, lebih jauh lagi konselor/guru BK mampu mengembangkan instrumen khususnya non tes dan sepenuhnya menggunakan data hasil asesmen untuk membantu klien mengenal diri dan lingkungannya serta membantu klien membuat rencana masa depannya. Dengan adanya keterbatasan kewenangan berkenaan dengan tes, maka konselor/guru BK dapat berkolaborasi dengan profesi lain berkenaan dengan instrumentasi tes.

Keterbatasan informasi dari hasil tes dapat dilengkapi dengan berbagai macam prosedur non tes untuk melengkapi kekurangan tersebut. Sosiometri merupakan prosedur non tes yang dapat digunakan oleh konselor/guru BK untuk mengetahui hubungan sosial siswa di dalam kelas. Untuk memahami pentingnya sosiometri dalam pelayanan konseling berikut ini dijelaskan berbagai kajian kepustakaan tentang sosiometri.

1. Sejarah Sosiometri

(6)

metode ini untuk menganalisa hubungan antar emosi dalam suatu kelompok. Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi pemimpin informal, peringkat sosial dan individu yang terisolir. Moreno juga dikenal sebagai penemu dari metode terapi bermain peran yang disebut psychodrama, selain itu Moreno merupakan inovator cerdas sebagai pioneer group psychotherapy, teori peran sosial, improvisationaltheater, dan aplikasi dari bermain peran dalam bisnis, pendidikan dan lain sebagainya (Hoffman, 2001).

2. Definisi Sosiometri

Dari berbagai literatur berkaitan dengan sosiometri telah banyak dirumuskan mengenai definisi sosiometri agar dapat dipahami dan lebih berguna. Kata sosiometri berasal dari bahasa Latin "socius", yang berarti sosial dan "metrum", yang berarti mengukur. Dengan mengartikan kedua kata tersebut tersirat bahwa, sosiometri adalah salah satu cara untuk mengukur tingkat hubungan sosial antar individu. Sosiometri mengukur pemilihan antar personal di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada kriteria tertentu. Namun dalam pengertian yang luas, sosiometri merupakan bentuk pendekatan multidimensi dimana tidak hanya meliputi teknik pengukuran, namun juga metode-metode dan prinsip-prinsip yang dapat diikuti untuk membuat kelompok yang lebih efektif dalam mencapai tujuan mereka dan lebih bersifat pribadi yang memuaskan anggotanya (Hoffman, 2001).

Sosiometri dapat pula diartikan sebagai suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antar-individu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dapat dinyatakan dalam bentuk kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota kelompok untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering terjadi bahwa dalam kegiatan yang berbeda individu memilih teman yang berbeda pula (Susilo Raharjo, 2005). Moreno sendiri mendefinisikan sosiometri sebagai “the mathematical study of psychological properties of populations, the experimental technique of and the results obtained by application of quantitative methods” (Hoffman, 2001). Berikut ini beberapa definisi sosiometri;

(7)

kelas, pemilihan bintang kelas, teman belajar kelompok dan sebagainya (A. Muri Yusuf, 2005a)

Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (WS. Winkel, 1997 )

Dari beberapa definisi sosiometri di atas dapat disimpulkan bahwa sosiometri merupakan salah satu metode psikologi sosial untuk mengetahui tingkat hubungan sosial antar individu di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada kriteria tertentu, kriteria ini terkait dengan pengalaman individu di dalam berinteraksi dengan individu lain di dalam sebuah kelompok, yang hasilnya dapat dijelaskan secara kuantitatif. Ukuran hubungan antar individu dapat bermanfaat tidak hanya penilaian perilaku di dalam kelompok, tetapi juga menjadi salah satu pertimbangan melakukan bentuk intervensi yang dapat membawa perubahan ke arah positif sesuai dengan yang diharapkan. Untuk membangun suasana sebuah kelompok dalam bekerja, sosiometri dapat menjadi perangkat canggih untuk mengurangi konflik dan meningkatkan komunikasi, karena memungkinkan anggota kelompok untuk melihat diri secara obyektif dan menganalisis dinamika sendiri.

3. Tujuan Sosiometri

(8)

Sosiometri didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang membuat pilihan dalam hubungan antar pribadi. Kapanpun orang berkumpul, hampir dapat dipastikan individu membuat pilihan --- tempat duduk atau berdiri; pilihan tentang siapa yang dianggap ramah, siapa yang menjadi idola dalam kelompok, siapa yang dipercaya untuk menjaga rahasia, siapa yang dapat membantu mengatasi kesulitan dan lain sebagainya. Pilihan adalah fakta mendasar yang sedang berlangsung dalam setiap hubungan manusia, baik pilihan terhadap orang atau pilihan terhadap sesuatu. Terlepas dari motivasi itu diketahui atau tidak oleh pemilih, apakah pilihannya rasional atau tidak rasional. Pemilih tidak memerlukan dasar kebenaran khusus selama mereka spontan dan benar menurut pemilih (Hoffman, 2001).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan digunakannya teknik sosiometri adalah sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasi pola hubungan antar individu pada suatu kelompok, terkait dengan penyesuaian diri, ketertarikan, penolakan, popularitas, konflik dan potensi kelompok yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menciptakan iklim kelompok yang positif dan mendukung pengembangan diri individu.

4. Sosiometri dalam Perspektif Psikologi Sosial

Berbicara tentang objek psikologi sosial tidak lepas dari objek psikologi pada umumnya, sebagaimana diketahui psikologi sosial merupakan salah satu cabang ilmu dari psikologi pada umumnya. Diketahui bawa objek psikologi pada umumnya adalah manusia dan kegiatanya, sedangkan objek psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial atau gejala-gejala sosial (Abu Ahmadi, 2007). Lebih rinci lagi dijelaskan bahwa psikologi sosial adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki pengalaman dan tingkah laku manusia yang dipengaruhi atau ditimbulkan oleh situasi-situasi sosial (W. A. Gerungan, 1991).

(9)

mengadakan hubungan dengan manusia lain, baik hubungan dalam keluarga, teman sebaya, atau kelompok sosial lainnya.

Dengan demikian interaksi sosial dapat dipahami sebagai bentuk antarhubungan dari individu dengan individu lain atau individu dengan kelompok masyarakat yang bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak lepas dari hubungan dengan individu lain. Mereka selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan selalu memilih dengan siapa mereka akan berhubungan. Misalnya seorang siswa yang baru masuk sekolah dan bertemu dengan teman baru, secara tidak langsung dia akan memilih dengan siapa dia akan berteman, dengan siapa dia akan duduk di dalam kelas dan dengan siapa dia merasa nyaman untuk bergaul atau bekerjasama.

Pilihan-pilihan yang demikian selalu muncul dalam diri individu di dalam interaksi sosialnya. Interaksi sosial yang terjadi meliputi pengertian (1) individu dapat bertentangan dengan lingkungan, (2) individu dapat menggunakan lingkungan , (3) individu dapat berpartisipasi --- ikut serta dengan lingkungan, (4) individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (Abu Ahmadi, 2007). Begitu pentingnya makna setiap pilihan yang dibuat oleh individu dalam kehidupannya yang dipercaya ikut menjalankan fungsi kepribadian seseorang. Dimana kepribadian merupakan organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik dalam diri individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (W.A. Gerungan, 1991).

Dinamika antarhubungan individu di dalam kelompok yang didasarkan pada pilihan-pilihan semacam ini dapat dianalisis menggunakan sosiometri. Pada dasarnya secara sederhana metode sosiometri menggunakan prinsip nominasi yakni memilah, menunjuk, mencalonkan individu di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada kriteria tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tingkat hubungan individu di dalam kelompok. Hasil yang didapat kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi terhadap kelompok. Intervensi dilakukan untuk meningkatkan partisipasi individu di dalam kelompok dan mengurangi terjadinya konflik di dalam kelompok tersebut.

5. Sosiometri dalam Perspektif Konseling

(10)

yang menjadi informasi penting sebagai dasar dalam memberikan bantuan. Seorang dokter bekerja tidak hanya mengandalkan keilmuannya sebagai seorang dokter, tetap memerlukan alat bantu diagnosis yang umumnya berteknologi canggih yang ikut menentukan keberhasilan seorang dokter dalam mengobati pasiennya. Begitu pula dengan konselor apabila ingin memiliki kesetaraan profesi dengan dokter atau profesi lain, maka dalam praktiknya sangat dianjurkan menggunakan alat bantu diagnosis berteknologi canggih dalam membantu kliennya.

Raharjo (2005) menjelaskan bahwa sosiometri dapat diartikan sebagai suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antarindividu (antarpribadi) dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota kelompok untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering terjadi bahwa dalam kegiatan yang berbeda, individu memilih teman yang berbeda pula. Sedangkan Warters (1960:93) menyatakan sosiometri merupakan sebuah prosedur pemberian bantuan untuk memberikan pemahaman dan memperkuat proses kelompok, membimbing individu dalam setting kelompok, dan sebagai pendidikan untuk memperbaiki hubungan antar individu. Dengan demikian kegiatan sosiometri akan sangat membantu konselor/guru BK untuk memperoleh data berkenaan dengan hubungan sosial seorang individu dengan anggota kelompoknya. Pada kondisi tertentu data-data lain mungkin tidak diperoleh dari individu yang bersangkutan tetapi dapat diperoleh dari teman akrabnya. Berdasarkan hasil analisis data sosiometri konselor/guru BK juga dapat memberikan layanan konseling perorangan segera setelah kegiatan sosiometri dilakukan.

(11)

Banyak individu yang menunjukkan fisik yang sempurna namun ternyata memiliki sikap, mental dan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa individu bukan merupakan suatu obyek tunggal yang dapat dipahami dari satu sudut pandang sebab seorang manusia menjalankan fungsinya sebagai makhluk individual, sosial dan berke-Tuhan-an. Analisis individual selalu menjadi faktor terpenting dalam program pelayanan konseling. Faktor ini akan terus mendapat penekanan, karena (1) analisis membantu siswa untuk lebih bisa memahami dirinya sendiri, yang mana ini merupakan tujuan dasar dalam konseling; (2) analisis sistematis tentang sifat-sifat siswa memungkinkan siswa, guru, konselor, dan orang tua untuk membantu siswa tersebut. Kedua tujuan itu hanya dapat diwujudkan melalui teknik-teknik pengumpulan, pengorganisasian, penilaian, penafsiran, dan penggunaan informasi yang relevan. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa instrumen tes telah memberikan sumbangan penting terhadap penilaian dengan menekankan pada dimensi penilaian kuantitatif tentang perilaku siswa. Namun, kekurangan dan keterbatasan tes membuka kemungkinan digunakannya teknik-teknik non-tes.

6. Terminologi dalam Sosiometri

Pada kajian terminologi ini menjelaskan beberapa istilah yang sering digunakan dalam sosiometri, dengan mengetahui berbagai istilah yang digunakan maka akan mempermudah dalam membuat sebuah penafsiran dari sebuah sosiogram. Secara garis besar istilah dalam sosiometri dibagi dalam dua kategori yakni fenomena individual dan fenomena kelompok. Sosiogram yang menampilkan individu sebagai bintang, terisolasi (isolate), dan misterius (ghost) merupakan istilah-istilah yang menggambarkan fenomena individual. Sosiogram yang menampilkan bentuk-bentuk seperti rantai (chains) dan gaps/kelompok kecil (islands, chain, triangles, circles) merupakan atribut interaksi sosial dalam suatu kelompok yang disebut fenomena kelompok. Berikut dirangkum beberapa istilah yang umum digunakan dalam sosiometri menurut Sherman (2001) dan Shertzer and Stone (1981:289), sebagai berikut:

a. Istilah umum

1)Sosiometri ; metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi struktur kelompok.

2)Kriteria ; pernyataan/pertanyaan sosiometri.

(12)

4)Sosiomatriks ; visualisasi deretan kode yang menunjukkan arah pilihan yang dihubungan secara vertikal dan horizontal, biasanya dibuat dalam bentuk tabel, tampilan ini juga disebut tabulasi.

b. Istilah yang digunakan untuk menunjukkan fenomena individual 5)Bintang (Star); disebut juga individu populer yang menerima jumlah pilihan yang besar pada sosiometri. Ketika sosiogram menunjukkan banyak individu yang secara positif memilih orang yang sama, sehingga banyak panah yang semuanya mengarah kepada individu tertentu, induvidu yang demikian disebut bintang (stars). Mereka menjadi pusat atau pusat tarik-menarik (hub of attraction ). Dalam beberapa kasus dengan kriteria negatif mungkin kita akan menemukan individu yang terpilih sebagai bintang negatif (negative star).

6)Isolate; jumlah individu yang tersisihkan/terisolasi dari anggota kelompok yang lain, mereka adalah individu yang belum pernah mendapatkan pilihan positif dari siapapun di dalam sebuah kelompok yang demikian biasanya didefinisikan sebagai isolate. Dalam visualisasi sosiogram biasanya diletakkan diluar pinggiran atau tepi untuk menandai isolate dalam sebuah kelompok. Istilah terisolasi (isolate), biasanya tidak digunakan untuk menggambarkan individu yang tidak menerima nominsasi negatif. Individu yang tidak menerima nominasi positif atau negatif disebut misterius (ghost). Tentu saja, jika tidak mencari informasi dengan menggunakan nominasi negatif, maka tidak akan ada perbedaan antara misterius (ghost) dan terisolasi (isolate).

7)Misterius (ghost); seperti dijelaskan di atas bahwa individu yang misterius (ghost) adalah seseorang yang bahkan tidak diakui sama sekali di dalam sebuah kelompok. Tak seorang pun yang memilih mereka pada nominasi positif dan mereka tidak pula menerima pilihan pada nominasi negatif. Bagaimanapun, mereka telah membuat nominasi. Akibatnya, mereka mungkin juga tidak dikenal atau tidak diakui keberadaannya di dalam kelompok. 8)Neglectee ; individu yang menerima pilihan relatif kecil pada

sosiometri.

9)Rejectee ; individu yang menerima pilihan negatif/penolakan. 10) Mutual ; pilihan bolak-balik, atau pasangan; dua individu yang

(13)

memungkinkan akan tercipta iklim sosial positif yang lebih besar ke dalam kelompok. Dengan demikian jelas bahwa, fenomena pilihan negatif akan membawa situasi berbahaya di dalam kelompok dan harus dihindari, dalam kondisi tersebut memungkinkan untuk dievaluasi dengan intervensi sosial yang dilakukan oleh konselor, atau setidaknya digunakan sebagai pengetahuan yang bermanfaat ketika mereka berada pada satu kelompok dengan kelompok yang lain.

c. Istilah yang digunakan untuk menunjukkan fenomena kelompok 11) Rantai (Chain); pilihan berurutan seperti A-B-C-D, ketika satu

individu menominasikan individu lain dan pada gilirannya ia menominasikan individu yang lain begitu seterusnya. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan pilihan pertama dari nominasi yang diajukan.

12) Gaps ; kelompok kecil --- kesenjangan dalam kelompok yakni situasi dimana sejumlah individu saling memilih pada kriteria sosiometri yang sama, namun memberikan pilihan yang relatif kecil pada individu diluar kelompok, seperti pulau (island), segitiga (triangels) dan lingkaran (circle).

a.Kepulauan (Islands); ketika pasangan saling memilih (mutual choice) sehingga membentuk kelompok-kelompok kecil yang terpisah dari pola-pola yang lebih besar, dan anggota dari kelompok ini tidak dinominasikan oleh siapa pun dalam pola-pola lain, kondisi ini menggambarkan kelompok tersebut sebagai kepulauan (islands). Perlu dipahami bahwa istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan pilihan pertama dari nominasi yang diajukan.

b.Segitiga dan Lingkaran (Triangles and Circles); ketika sebuah rantai datang kembali pada dirinya sendiri oleh karena orang terakhir yang mencalonkan orang pertama, kondisi ini disebut sebagai SEGITIGA jika hanya melibatkan tiga orang. Jika terdapat lebih dari tiga orang dengan pola demikian disebut sebagai LINGKARAN.

(14)

negatif. Pada penelitian ini dikembangkan instrumen sosiometri yang hanya menggunakan kriteria positif.

Sosiometri dalam pelayanan konseling akan sangat bermakna dan berguna jika dilakukan dengan prosedur yang sesuai. Dengan menggunakan metode sosiometri, hasil analisisnya akan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan kelompok maupun individual. Sebagai contoh misalnya sosiometri dengan kriteria “Saya mengenal dia sebagai siswa yang pintar, saya senang belajar dengan dia, saya pernah berkunjung kerumahnya, saya percaya kalau dia tidak suka mencontek”. Dari kriteria di atas hasilnya dapat digunakan untuk; (1) mengidentifikasi tempat tinggal individu yang dapat digunakan untuk keperluan kunjungan rumah, (2) membentuk kelompok kerja atau kelompok belajar, dan masih banyak lagi identifikasi lain yang dapat diungkap dengan melakukan pengembangan kriteria.

Fenomena kelompok dan fenomena individual yang terjadi secara sederhana digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian intervensi atau perlakuan. Misalnya fenomena individual ; terisolasi (isolate), konselor/guru BK dapat menelusuri apa yang menjadi penyebabnya, ini dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan layanan konseling individual atau konseling kelompok. Untuk fenomena kelompok; kesenjangan (gaps), konselor/guru BK dapat menyelenggarakan layanan informasi atau layanan bimbingan kelompok dengan tema misalnya “persahabatan”. Dari semua bentuk intervensi yang dilakukan oleh konselor/guru BK bertujuan untuk mengurangi konflik dan menciptakan iklim kelompok yang kondusif. Kondisi kelompok yang kompak dan memiliki nilai kebersamaan yang kuat juga berkontribusi positif untuk mendukung perkembangan kepribadian anggota kelompok.

E. Hasil dan Pembahasan

1. Karakteristik Produk Penelitian

Need assessment merupakan prosedur yang penting dilakukan oleh konselor/guru BK sebagai upaya untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan diri, lingkungan dan kebutuhan siswa di sekolah. Semakin banyak melakukan asesmen, maka semakin banyak informasi diperoleh yang dapat digunakan untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal. Sosiometri sebagai salah satu instrumen non-tes yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat hubungan sosial antar individu di dalam sebuah kelompok, merupakan instrumen yang sering digunakan dan sangat dikenal oleh konselor/guru BK di sekolah.

(15)

produk berupa tools dalam bentuk instrumen sosiometri dan program analisisnya. Berikut dijelaskan karakteristik dari produk penelitian:

a. Instrumen sosiometri pada penelitian ini akan disusun dengan jumlah sebanyak 12 pertanyaan/pernyataan pilihan. Setiap pertanyaan/pernyataan pilihan disusun dengan mengacu pada tujuan bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir yang di ambil dari buku seri pemandu pelaksanaan BK di SMP dan SMA. Untuk setiap bidang pengembangan dibuat 3 pertanyaan/pernyataan pilihan, dengan demikian jumlah keseluruhan pertanyaan/pernyataan pilihan sebanyak 12 butir pertanyaan/pernyataan pilihan. Instrumen sosiometri dibuat untuk tingkat perkembangan siswa SMP dan SMA. Untuk validitas isi dan kesesuaian instrumen akan divalidasi oleh lima orang ahli isi dalam bidang bimbingan dan konseling.

b. Program analisis sosiometri dibuat menggunakan paket software microsoft office dengan memanfaatkan fasilitas microsoft excel. Tampilan program didesain sesuai dengan kemampuan microsoft excel. Cara menjalankannya dibuat dengan navigasi sederhana sesuai dengan kemampuan microsoft excel. Keterbatasan program yang dikembangkan adalah hanya dapat menampilkan sosiogram dalam bentuk yang sederhana. Kelebihan program yang dikembangkan adalah; (1) memiliki tampilan laporan dalam bentuk profil individual dan profil kelompok yang pada umumnya tidak dimiliki oleh program analisis sosiometri yang peneliti temukan, (2) program analisis yang dikembangkan memungkinkan untuk dipadukan dengan scanner dan lembar jawaban komputer.

Dengan karakteristik sebagaimana disebut di atas untuk mempermudah penggunaannya peneliti juga melengkapi dengan manual guide dan video tutorial sebagai panduan dalam mengadministrasikan instrumen sosiometri dan mengoperasikan program analisisnya. Hal ini mengingat ada sebagian kecil konselor/guru BK yang belum mahir mengoperasikan komputer. Kondisi di lapangan yang peneliti temukan sebagian besar konselor/guru BK pada umumnya sudah dapat mengoperasikan komputer termasuk konselor/guru BK didaerah terpencil. Untuk daerah terpencil kendala yang ditemui adalah terbatasnya perangkat komputer dan aliran listrik di daerah tersebut.

(16)

cukup mudah, tidak jauh beda dengan pengelolaan file ms. Excel pada umumnya.

Program analisis yang dikembangkan berorientasi user sehingga identitas user pada program analisis tidak dapat dirubah hanya dapat digunakan oleh user yang namanya telah direkomendasikan oleh pengembangan program. Program analisis sosiometri juga dapat digunakan pada beberapa komputer (lebih dari satu) secara bersamaan. Dengan demikian dapat pengolahan data dilakukan disemua perangkat komputer dengan spesifikasi yang disesuaikan.

F. Simpulan, Implikasi, dan Saran 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan pada Bab. IV, dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa produk penelitian yang dihasilkan dinyatakan layak digunakan oleh konselor/guru BK di SMP dan SMA. Beberapa kesimpulan yang lebih khusus diuraikan sebagai berikut:

a. Instrumen Sosiometri yang disusun dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sosial siswa pada empat bidang pengembangan bimbigan dan konseling.

b. Program E-Sosiometri yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengolah data sosiometri dari instrumen sosiometri yang telah disusun. Hasil analisisnya dapat dicetak dan dijadikan himpunan data berkenaan dengan hubungan sosial siswa. Data hasil analisis yang diformulasikan dapat digunakan oleh konselor/guru BK dalam membuat perencanaan layanan bantuan kepada siswa.

Untuk mempermudah penggunaan produk penelitian yang dihasilkan peneliti juga melengkapi produk penelitian dengan Manual Guide. Manual Guide merupakan buku panduan yang memberikan penjelasan tentang cara membaca hasil analisis, cara menggunakan program dan gambaran perencanaan layanan bantuan bagi konselor/guru BK.

Berdasarkan ketiga rumusan simpulan penelitian ini dinyatakan bahwa produk penelitian yang dihasilkan sangat bermanfaat dan berguna dalam membantu kerja konselor/guru BK di sekolah. Dengan ketersediaan alat bantu ini konselor/guru BK dapat diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan eksistensinya dalam menjalankan tugas sebagai konselor/guru BK yang profesional.

2. Implikasi

(17)

siswa. Hadirnya program e-sosiometri ikut memperkaya perangkat instrumentasi bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor/guru BK semakin dipermudah dalam mengolah data sosiometri dan membuat laporan hasil analisis sosiometri dalam waktu yang relatif singkat. Program e-sosiometri cukup ringan dan mudah untuk diaplikasikan serta menggunakan petunjuk dalam bahasa Indonesia.

Program e-sosiometri merupakan produk lokal yang dikembangkan untuk kebutuhan konselor/guru BK di Indonesia. Program e-sosiometri diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja konselor/guru BK di sekolah dalam menjalankan tugasnya. Program e-sosiometri dapat pula digunakan dalam penelitian yang berkenaan dengan hubungan sosial siswa di kelas. Program e-sosiometri dapat pula digunakan dalam perkuliahan instrumentasi non tes pada jurusan/program studi bimbingan dan konseling di perguruan tinggi.

G. Saran

Berdasarkan pada proses pengembangan yang dilakukan, serangkaian uji coba, dan revisi produk penelitian serta kesimpulan yang dikemukakan di atas, dipandang perlu untuk memberikan saran berkenaan dengan produk hasil penelitian. Adapun saran-saran berkenaan dengan produk penelitian yaitu: saran untuk keperluan pemanfaatan produk, saran untuk diseminasi produk untuk digunakan secara luas, dan saran untuk keperluan pengembangan lebih lanjut.

1.Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Produk

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk pemanfaatan produk penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk memudahkan kerja guru BK/konselor dalam mengaplikasikan program analisis sosiometri, maka perlu memahami buku manual guide yang disertakan pada paket produk penelitian.

b. Demi kelancaran proses pengolahan data sosiometri, maka perlu memperhatikan spesifikasi perangkat komputer yang digunakan, yakni harus sesuai dengan anjuran yang direkomendasikan pada manual guide.

2.Saran untuk Diseminasi Produk pada Penggunaan Produk Secara Luas

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk diseminasi produk penelitian untuk penggunaan secara luas adalah sebagai berikut:

a. Untuk kebaikan bersama dalam penggunaan produk penelitian secara luas, sebaiknya melakukan izin kepada pengembang produk.

(18)

c. Karena produk penelitian telah melalui proses kajian, penilaian, dan uji coba, semoga produk penelitian ini dapat dijadikan sebagai bagian dari modul perkuliahan di perguruan tinggi.

3.Saran untuk Keperluan Pengembangan Lebih Lanjut

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk keperluan pengembangan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

a. Perlu dilakukan pengembangan produk sejenis dengan dasar bahasa pemrograman yang lebih canggih seperti program Flash, VB, Java, C++ atau yang lainnya sehingga tampilan program dan tampilan cetak laporan lebih menarik.

(19)

Referensi & sumber untuk informasi lebih lanjut:

A. Muri Yusuf. 2005a. Dasar-dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang. UNP Press.

___________ . 2005b. “Riset, Evaluasi dan Akuntabilitas dalam Bimbingan dan Konseling”. Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

___________ . 2007. Metodologi Penelitian. Padang. UNP Press.

Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Association of Counselor Educators and Supervisors, Technology Interest Network (1999). Technical competencies for counselor education students: recommended guidelines for program development (Online), (http://www.acesonline.net/, diakses 13 Juli 2009).

Blatner, Adam, MD. 2006. Sociometry : Dynamic Network (Online), (http://www.blatner.com/adam/pdntbk/sociomnotes.htm, diakses 20 Juli 2009).

Edil Torres-Rivera, Cleborne D. Maddux, Loan Phan. 1999. An Evaluation of Style and Design Elements of Counseling World Wide Web Sites,(Online), Vol. 1.1,( http://jtc.colstate.edu/vol1_1/multicultural.htm, diakses 24 April 2009).

Eko Susanto. 2009. “Pengolahan Sosiometri dengan Aplikasi Komputer”. Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XVI dan Kongres Nasional XI Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Surabaya, 14 s.d. 17 November.

Enros, Philip C. 2010. The Canadian Encyclopedia : Scientific Research and Development,(Online), (http://www.thecanadianencyclopedia.com/

index.cfm?PgNm=TCE&Params=A1ARTA0007217, diakses 30 Desember 2010).

(20)

Fransisca Mudjijanti. 2006. Modul Mata Kuliah Pemahaman Individu I. Prodi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Unika Widya Mandala Madiun.

Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children : Strengthening the Human Spirit.The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. Number 8. The Hague : Bernard van Leer Foundation.

Hale, Ann E. 1985. Conducting Clinical Sociometric Explorations: A Manual . Roanoke, Virginia: Royal Publishing Company.

Hoffman, Chris. 2001. Introduction to Sociometry. (Online),

(http://www.hoopandtree.org/sociometry.htm, diakses 2 Agustus 2009)

Hoffman, Chris, Wilcox, L., Gomez, E. & Hollander, C. 1992. Sociometric Applications in a Corporate Environment, Journal of Group Psychotherapy, Psychodrama & Sociometry, 45, 3-16.

Hollander, Carl E. 1978. An Introduction to Sociogram Construction. Denver, Colorado: Snow Lion Press, Inc. Available at the Colorado Psychodrama Center, 350 South Garfield, Denver CO, 303-322.

Katherine Cabaniss. 1999. Computer-Related Technology Use By Counselor in the New Millennium, (Online), Vol. 2.2, (http://jtc.colstate.edu/vol2_2 /cabaniss/cabaniss.htm, diakses 24 April 2009).

Moreno, Jacob Levy. 1934, Revised edition 1953. Who Shall Survive? Beacon, NY: Beacon House.

_______. 1960. The Sociometry Reader . Glencoe, Illinois: The Free Press.

Shapiro, S. Edward. 1996. Academic Skill Problems. Direct Assessment and Intervention. Second Edition. New York: The Guilford Press.

Shertzer, Bruce and Stone, Shelley C. 1981. Fundamentalisme Of Guidance (Forth Edition). United States: Publisher: Houghton Mifflin Harcourt (HMH).

Sherman, Lawrence W. 2001. Sociometry in The Classroom : How to do it, (Online), (http://www.users.muohio.edu/shermalw/sociometryfiles/socio_ introduction.html, diakses 29 April 2010).

(21)

Kongres Nasional X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

Soli Abimanyu dan Thayeb Manrihu. 1991. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Susilo Raharjo. 2005. “Analisis Sosiometri (Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling)”. Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

Suwarjo. 2005. “Konseling Sebaya dan Pengembangan Daya Lentur (Resilience) Anak-anak Jalanan”. Makalah disajikan dalam Konvensi Nasional XIV Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

W.A. Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco.

W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Lembar tugas yang diselesaikan siswa secara individu, dimaksudkan untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam pemahaman matematis sebelum mendapatkan bantuan dari

Dengan perhitungan berikut pada metode freight dimana pertamina membayar ongkos muatan per jarak yang ditempuh oleh kapal tanker yaitu berdasarkan kluster yang dimiliki oleh

Hasil penelitian yang dilakukan penulis juga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling pada Dinas Kabupaten/ Kota

Kandungan Senyawa Fenolik dan Beta-Karoten Serta Aktivitas Enzim Kasar Carotenoid Cleavage Dioxygenases dari Pomace dan Jus Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour

Kenaikan yang berasal dari revaluasi aset tetap diakui pada penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi aset tetap, kecuali

PT Moda Global Maritim memiliki karyawan yang terdiri dari berbagai macam latar belakang budaya yang berbeda-beda di masing-masing individu, yang menjadi nilai dan harus

Eysenck (dalam Hall dkk,.. 1985) mengemukakan ciri utama kepribadian ekstrovert adalah sebagai berikut: sifat yang keras hati, menuruti dorongan hati ketika

Oleh karena keberadaan penelitian mengenai suporter sepakbola yang masih terhitung minim, juga karena ketertarikan saya mengenai dunia suporter sepakbola dan keinginan