• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku pada industri obat tradisional di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan buku daftar obat alam - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku pada industri obat tradisional di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan buku daftar obat alam - USD Repository"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI BAHAN BAKU PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI PROPINSI JAWA

TENGAH BERDASARKAN BUKU DAFTAR OBAT ALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Valentina Ermita Herdani NIM : 068114011

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

EVALUASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI BAHAN BAKU PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI PROPINSI JAWA

TENGAH BERDASARKAN BUKU DAFTAR OBAT ALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Valentina Ermita Herdani NIM : 068114011

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa USD : Nama : Valentina Ermita Herdani Nomor Mahasiswa : 068114011

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“EVALUASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI BAHAN BAKU PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI PROPINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN BUKU DAFTAR OBAT ALAM”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

(6)

vi

Dedicated to :

My everything: Jesus Christ My parents:

Helarius Bato’ and Theresia Sutarmi Sister and brothers:

Yulita Angelina, Alexander Septian Prihardjoko, dan Robertus Benny Wiranata My love:

Ecko Chandra dan keluarga Almamater:

Universitas Sanata Dharma

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang

(7)

vii PRAKATA

Puji dan syukur pada Tritunggal Maha Kudus atas cinta kasih, kekuatan, harapan, keyakinan, dan teladan yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menjalankan proses menyelesaikan skripsi. Proses ini bukan merupakan bagian yang terlalu mudah untuk dihadapi, namun juga bukan hal yang terlalu sukar untuk dijalani. Niat dan usaha pun tidak akan cukup tanpa dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang selalu sabar dan memberikan arahan, saran, kritik, serta dukungan sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 2. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang banyak

memberikan masukan demi kemajuan skripsi penulis.

3. Rita Suhadi, M. Si., Apt selaku Dosen Penguji yang banyak memberikan masukan demi kemajuan skipsi penulis.

4. Mulyono, M. Si., Apt. dan C. Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. yang telah menjadi orang tua dan selalu sabar saat mendengarkan setiap cerita kehidupan penulis serta memberikan dorongan untuk terus maju menggapai impian.

(8)
(9)
(10)

x

EVALUASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI BAHAN BAKU PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI PROPINSI JAWA

TENGAH BERDASARKAN BUKU DAFTAR OBAT ALAM (DOA)

Valentina Ermita Herdani 068114011

INTISARI

Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman obat (TO), dimana terdapat 9.600 spesies tanaman yang berkhasiat obat. Kekayaan alam berupa TO belum dikelola dengan baik pemanfaatannya. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan database jenis dan mengevaluasi TO yang telah dimanfaatkan di industri obat tradisional (OT) di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan buku Daftar Obat Alam (DOA).

Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode sensus. Populasi yang digunakan adalah seluruh industri OT yang tercantum dalam buku Daftar Obat Alam (DOA) edisi III tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Himpunan Seminat Apoteker Industri Obat Tradisional bersama PD. ISFI Jawa Tengah.

Sebesar 99,71% produk OT memanfaatkan TO sebagai bahan baku. Sembilan dari 18 industri OT memanfaatkan Curcuma xanthorrhiza dengan frekuensi kemunculan tertinggi. Foeniculum vulgare dimanfaatkan di 83,33% industri OT. Provinsi Jawa Tengah memanfaatkan 259 dari 9600 TO dalam 1033 produk OT. Curcuma xanthorrhiza dimanfaatkan dalam frekuensi kemunculan tertinggi pada 17 khasiat. Rerata jumlah jenis TO tiap OT tertinggi dimiliki PT.Tb (6,53) dan jumlah jenis TO tertinggi pada OT dimiliki oleh PT. Jg (28). Rerata jumlah jenis TO tiap OT tertinggi terdapat pada khasiat kontraseptif (7) dan jumlah jenis TO tertinggi pada produk OT terdapat pada khasiat kesehatan wanita pasca persalinan (28). Frekuensi kemunculan TO dalam bentuk simplisia (929/1033) dalam bentuk ekstrak (183/1033). Bentuk sediaan yang paling sering ditemukan adalah serbuk dengan frekuensi 423/1033.

Kata kunci : tanaman obat, pemanfaatan tanaman obat, industri obat tradisional,

(11)

xi ABSTRACT

Indonesia has diversity of medicinal plants (MP), where there are at least 9.600 species of medicinal plants. The utilization of MP has not been managed well. The study is aim to obtain database of MP that have been used in traditional medicine (TM) industries in Central Java Province.

The method used to collect the data is the census method. The population used is the TM industries listed in the Daftar Obat Alam (DOA) book, the third edition in 2008, issued by the Himpunan Seminat Apoteker Industri Obat Tradisional with PD. ISFI Central Java.

About 99.71% of MP use as a raw material in TM products. Nine from 18 TM industries are using Curcuma xanthorrhiza in the highest percentage.

Foeniculum vulgare used in 83.33% TM industries. Central Java Province use 259 in the 1033 TM. The profile is relatively low. Curcuma xanthorrhiza utilized in the highest percentage in 17 indications. The highest average number of MP species is owned by PT.Tb (6.53). The highest number of MP species is owned by PT. Jg (28). The highest average number of MP species each OT is found in contraceptive indications (7). The highest number of MP species each TM product is found in postpartum women's health indications (28). MP widely used in the form of bulbs (929/1033) and extract (183/1033). TM mostly found in powder dosage form frequenced 423/1033.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .…...……… ………. …. i

HALAMAN JUDUL ………. … ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN……….... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. . . v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. …. …… vi

PRAKATA ……….……… vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....……… …….……… ix

INTISARI……… ……… …….… x

ABSTRACT……… …….… xi

DAFTAR ISI ……… ……. xii

DAFTAR TABEL ……… xv

DAFTAR GAMBAR ……….……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I. PENDAHULUAN ……….……… 1

1. Peraturan mengenai obat tradisional di Indonesia... …… 8

2. Bahan baku obat tradisional ... ……… 9

(13)

xiii

C. Industri Obat Tradisional ……….……… ……… ……. . . . 11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………..……… ……. 12

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...……… ……… ……. 12

a. Penentuan subjek penelitian ………... 19

b. Perijinan ………... 19

3. Analisis data ………... 19

4. Evaluasi data ………... 20

F. Keterbatasan penelitian 20 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….…..……… . . . 21

A. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat sebagai Bahan Baku Berdasarkan Data Tiap Industri OT ……… 21

1. Jumlah kemunculan spesies tanaman obat pada industri OT……… 21

2. Profil jumlah industri OT yang memanfaatkan tanaman jenis tanaman obat tertentu ……… ………… … 24

3. Jumlah kemunculan tanaman obat terhadap 9600 tanaman berkhasiat obat …… 26

a. Jumlah kemunculan tanaman obat tiap industri OT……… 26

b. Jumlah kemunculan tanaman obat seluruh industri OT……… 27

B. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Bahan Baku Berdasarkan Data Tiap Khasiat OT …….…..……… … ……… …… 27

(14)

xiv

D. Profil Jumlah Jenis Tanaman Obat Sebagai Penyusun Setiap OT pada Masing-Masing

Khasiat OT ……… ……… ……… …… . . 37

E. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat dalam Bentuk Simplisia dan Ekstrak serta Bentuk Sediaan yang Digunakan Dalam OT ……… … ……… ……… … 41

1. Profil ekstrak/simplisia tanaman obat ……… … ……… ……… 42

2. Profil bentuk sediaan OT ……… … ……… … 43

3. Profil ekstrak/simplisia dan bentuk sediaan seluruh industri …… … ………… . 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…..………. … …… . . 46

A. Kesimpulan .…..………. … …… 46

B. Saran .…..……… … …… … 47

DAFTAR PUSTAKA .…..………. … …… 48

LAMPIRAN .…..……… … …… 52

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Daftar industri OT sebagai subjek penelitian ... 5 Tabel II. Kelengkapan informasi yang tercantum pada kemasan OT ... 15 Tabel III. Profil spesies tanaman obat yang memiliki frekuensi

kemunculan paling tinggi pada masing-masing industri ... 22 Tabel IV. Jumlah kemunculan industri OT yang memanfaatkan jenis

tanaman obat tertentu ... 24 Tabel V. Jumlah jenis TO tiap industri OT ... 27 Tabel VI. Jenis tanaman obat yang memiliki jumlah kemunculan

paling tinggi pada khasiat OT tertentu ... 28 Tabel VII. Klaim khasiat Curcuma xanthorrhiza jika dibandingkan

dengan hasil penelitian lain ... 33 Tabel VIII. Rerata jumlah jenis tanaman obat beserta jumlah tertinggi

dan terendah tiap OT pada masing-masing industri OT ... 35 Tabel IX. Jumlah produk tiap golongan OT pada kategori khasiat OT ... 38 Tabel X. Rerata jumlah jenis tanaman obat tiap OT pada

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Profil jumlah industri yang memanfaatkan tanaman obat

tertentu dengan jumlah kemunculan pemanfaatan tertinggi ... 23 Gambar 2. Jumlah produk masing-masing industri OT ... 26 Gambar 3. Jumlah khasiat yang memaanfaatkan jenis tanaman obat

tertentu dalam jumlah kemunculan tertinggi ... 31 Gambar 4. Jumlah industri OT yang memanfaatkan bentuk sediaan

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tanaman obat sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak ribuan tahun yang lalu. Di Indonesia, penggunaan tanaman obat alami telah ada sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Pemerintah melalui Kebijakan Obat Tradisional Nasional dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.381/Menkes/SK/III/2007 menegaskan dorongan pemerintah terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan untuk digunakan sebagai obat tradisional (OT) dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan (Anonim, 2007). Kecenderungan kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku dibanyak negara, karena diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat kimia modern (Maheshwari, 2002).

(19)

didefinisikan sebagai simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan.

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia (Sampurno, 2009). Dari sekitar 30.000 jenis tumbuhan, 9.600 diantaranya merupakan spesies tanaman berkhasiat obat (Anonim, 2007). Namun, kekayaan alam berupa tumbuhan obat belum dikelola dengan baik, termasuk budi daya, penelitian dan pemanfaatannya (Sampurno, 2009).

(20)

masing-3

masing industri maupun khasiat. Maka penelitian ini dirancang untuk meneliti profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT pada masing-masing industri maupun khasiat serta menerangkan evaluasi terhadap pemanfaatan tanaman obat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh industri OT yang tercantum dalam indeks industri buku DOA. Penelitian dilakukan dengan metode studi pustaka dengan menggunakan buku DOA sebagai acuan utama penelitian ini dan buku-buku penunjang yang relevan, yang kemudian diolah menjadi data yang sifatnya deskriptif evaluatif untuk menunjukkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini.

Dalam Development of National Policy in Traditional Medicine, WHO menerangkan bahwa pemerintah memiliki peran dalam bidang OT untuk mengembangkan database mengenai OT (Anonim, 2000b). Oleh karena itu

database dan hasil evaluasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam memberikan informasi mengenai profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT, sehingga kita dapat memprediksi dan berkesempatan untuk dapat mengembangkan OT Indonesia yang dapat berupa Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), atau Fitofarmaka dari produk yang sudah ada maupun jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya.

1. Permasalahan

a. Bagaimana profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT berdasarkan data tiap industri OT?

(21)

c. Bagaimana profil jumlah jenis tanaman obat sebagai penyusun setiap OT pada masing-masing industri OT?

d. Bagaimana profil jumlah jenis tanaman obat penyusun setiap OT pada masing-masing khasiat OT?

e. Bagaimana profil pemanfaatan tanaman obat dalam bentuk simplisia dan ekstrak serta bentuk sediaan yang digunakan dalam OT?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan tema skripsi ini adalah penelitian dari Wisely (2010) yang berjudul ”Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi pada Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada Masyarakat Desa Maguwoharjo”.

Sebagian data yang terdapat di skripsi sudah dipublikasikan pada Proseeding Seminar Nasional POKJANAS TOI XXXVI tanggal 13-14 Mei 2009.

Data yang sudah dipublikasi sebelumnya antara lain adalah database

informasi OT yang diproduksi oleh industri obat tradisional di PT. Industri Jamu Borobudur, jumlah kemunculan jenis tanaman obat sebagai bahan baku di industri OT di PT. Industri Jamu Borobudur, daftar jenis tanaman obat yang digunakan oleh industri obat tradisional PT. Industri Jamu Borobudur, serta jumlah kemunculan jumlah tanaman obat terhadap 9600 tanaman berkhasiat obat yang digunakan oleh industri obat tradisional PT. Industri Jamu Borobudur.

(22)

5

digunakan oleh industri OT, jumlah kemunculan tanaman obat yang digunakan tiap industri OT dan tiap khasiat OT, jumlah jenis tanaman obat penyusun OT berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap khasiat OT, jumlah kemunculan tanaman obat dalam bentuk ekstrak dan simplisia, serta bentuk sediaan yang digunakan dalam OT pada industri obat tradisional :

Tabel I. Daftar industri OT sebagai subjek penelitian No. Nama Industri Obat Tradisional

1. PT. Air Mancur

2. PT. Dami Sariwana

3. PT.Deltomed Laboratories

4. PT. Dragon Prima Farma

5. PT. Leo Agung Raya

6. PT. Marguna Tarulata,

7. PT. Sinde Budi Sentosa

8. Industri Jamu Dua Putri Dewi

9. PT. Nyonya Meneer

10. PT. Maryong Mondo

11. IOT Sari Sehat QQ PT. Capung Indah Abadi

12. PT. Sido Muncul

13. P.J. Tingbao (Cap Semar)

14. PT. Jago

15. PT. Jamu Ibu Tjipto

16. PT. Jamu Indonesia Simona

17. PT. Phapros TBK

18. PT. Industri Jamu Borobudur

Pada Industri Jamu Borobudur data baru yang diambil adalah database

(23)

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, terkait dengan bidang penelitian dan pengembangan OT.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pendukungpenelitian untuk pengembangan ramuan OT serta dapat dijadikan informasi pendukung dalam mengevaluasi produk OT yang ada di Provinsi Jawa Tengah, terutama bagi OT yang tercantum di dalam buku DOA.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Memberi informasi mengenai evaluasi pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku di Industri OT yang terdapat di Jawa Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT berdasarkan data tiap industri OT.

b. Mengetahui profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT berdasarkan data tiap khasiat OT.

c. Mengetahui profil jumlah jenis tanaman obat sebagai penyusun setiap OT pada masing-masing industri OT.

d. Mengetahui profil jumlah jenis tanaman obat penyusun setiap OT pada masing-masing khasiat OT.

(24)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Obat

Wilayah hutan tropika Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazilia. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia sebanyak 30.000 jenis dijumpai di Indonesia (Anonim, 1992b). Dari sekitar 30.000 jenis tumbuhan, 9.600 diantaranya merupakan spesies tanaman berkhasiat obat (Anonim, 2007).

Menurut Depkes RI, definisi tanaman obat Indonesia sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 149 /SK /Menkes/IV/1978, yaitu tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan OT atau jamu ; tanaman atau bagaian tanaman yang digunakan sebagai formula bahan baku obat; atau tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstraksi tersebut digunakan sebagai obat (Siswanto, 1997; Sutarjadi, 1992).

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Anonim, 2005a). Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan (Anonim, 2005b).

(25)

sudah cukup luas digunakan dan referensi ilmiah dan penelitian mengenai 9 tanaman obat tersebut cukup memadai (Sampurno, 2009).

Tanaman obat telah digunakan pada banyak sistem pengobatan tradisional sebagai agen terapi langsung atau sebagai “raw material” untuk produk-produk farmasetik, dan lebih jauh lagi, kandungan dengan struktur kimianya dapat diambil dari tanaman dan digunakan sebagai model komponen sintetik (Anonim, 2000b).

B. Obat Tradisional 1. Peraturan mengenai obat tradisional di Indonesia

Menurut Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional (OT) didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan-bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 2000).

Obat tradisional (OT) dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No: HK.00.05.4.2411, yaitu pada Pasal 1:

(1) Yang dimaksud dengan obat alam Indonesia adalah obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia;

(2) Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam di Indonesia dikelompokkan menjadi:

a. Jamu

(26)

9

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No: HK.00.05.41.1384 mengenai Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Jamu adalah obat tradisional Indonesia sedangkan Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi.

Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 761/MENKES/SK/IX/1992, Fitofarmaka merupakan sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Ramuan (komposisi) hendaknya terdiri dari 1 (satu) simplisia/sediaan galenik. Bila tidak mungkin, ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia/sediaan galenik dengan syarat tidak melebihi 5 (lima) simplisia/sediaan galenik. Simplisia tersebut masing-masing sekurang-kurangnya telah diketahui khasiat dan kemanannya berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992a).

2. Bahan baku obat tradisional

(27)

baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam pembuatan suatu produk obat tradisional. Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat dalam produk ruahan.

3. Obat tradisional di negara lain

Di China, terdapat sekitar 2000 jenis tanaman obat yang digunakan dalam 3300 obat China yang beredar di pasar dan 1.249 di antaranya terdaftar sebagai Obat Esensial Nasional RRC. Perkembangan Traditional Chinese Medicine (TCM) didukung dengan adanya support dari pemerintah serta adanya

Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Suplies Practice (GSP) yang menjadi standar pengembangan TCM (Anonim, 2000c).

Di India diperkirakan terdapat 6000 tanaman dan 3000 diantaranya diketahui berkhasiat obat. Terdapat 7000 industri obat tradisional di India baik yang telah memiliki standarisasi maupun yang belum (Rajshekharan, 2002).

Di Jepang, lebih dari 140 jenis obat herbal telah dimasukkan dalam daftar skema asuransi kesehatan nasional. Dan pada tahun 1967, Sistem Asuransi Kesehatan Nasional Korea telah memasukkan obat tradisional ke dalam list mereka. Pada tahun 1996 Korea bahkan membentuk Biro Obat Tradisional sebagai biro penting pada Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan (Sampurno, 2009).

(28)

11

Education Act (DSHEA). Legislasi yang dilakukan hanya memperbolehkan klaim “structure and function” dan tidak memperolehkan klaim untuk diagnosa, pencegahan, dan penyembuhan penyakit (Sampurno, 2009).

Indonesia, meskipun telah memiliki peraturan yang bersifat teknis ( di tingkat Menteri), belum memiliki Undang-Undang yang secara khusus mengatur obat tradisional (Sampurno, 2009).

C. Industri Obat Tradisional

Berdasarkan Permenkes No.246/MenKes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional berdasarkan total aset yang mereka miliki, tidak termasuk harga tanah dan bangunan (Hutapea, 2000).

Industri obat tradisional (IOT) adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset di atas Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Industri kecil obat tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan (Anonim, 1990).

(29)

12 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Bahan Baku pada Industri Obat Tradisional di Jawa Tengah Berdasarkan Buku Daftar Obat Alam (DOA)” termasuk model penelitian studi pustaka dan merupakan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena yang terjadi, tanpa mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).

B. Definisi Operasional

1. Pemanfaatan tanaman obat, yaitu penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku dalam produksi obat tradisional di industri obat tradisional.

2. Industri OT, yaitu mencakup industri obat tradisional, industri kecil obat tradisional, serta industri farmasi yang memiliki divisi obat tradisional.

3. Database tanaman obat, yaitu menerangkan kumpulan data tentang jumlah kemunculan obat berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap khasiat OT, rerata jumlah jenis tanaman obat dan jumlah jenis tanaman obat tertinggi dan terendah berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap khasiat OT, jumlah kemunculan tanaman obat sebagai simplisia/ekstrak berdasarkan data tiap industri OT, dan jumlah kemunculan bentuk sediaan OT.

(30)

13

5. Definisi lambang untuk masing-masing industri obat tradisional : i. PT. AM = PT. Air Mancur

ii. PT. DS = PT. Dami Sariwana

iii. PT. DL = PT. Deltomed Laboratories iv. PT. DPF = PT. Dragon Prima Farma

v. PT. LAR = PT. Leo Agung Raya vi. PT. MT = PT. Marguna Tarulata vii. PT. SBS = PT. Sinde Budi Sentosa

viii. PT. IJDPD = Industri Jamu Dua Putri Dewi ix. PT. NM = PT. Nyonya Meneer

x. PT. MM = PT. Maryong Mondo

xi. PT. IOTSS = PT. IOT Sari Sehat QQ. PT. Capung Indah Abadi xii. PT. SM = PT. Sido Muncul

xiii. PT. Tb = P.J. Tingbao (Cap Semar) xiv. PT. Jg = PT. Jago

xv. PT. ITj = PT. Ibu Tjipto

xvi. PT. JIS = PT. Jamu Indonesia Simona xvii. PT. Ph = PT. Phapros Tbk.

xviii. PT. SS = PT. Sekarsari Sakti

(31)

7. Definisi bentuk sediaan OT yang tercantum dalam pembahasan, yaitu :

a. Rajangan: sediaan OT berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.

b. Serbuk: sediaan OT berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya.

c. Serbuk instan: sediaan OT dalam bentuk serbuk yang terlarut di dalam air dan jika tidak dinyatakan lain mengandung pemanis.

d. Pil: sediaan padat OT berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.

e. Kapsul: sediaan OT yang terbungkus cangkang keras atau lunak; bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. f. Tablet: sediaan OT padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk pipih, kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.

g. Kaplet: sediaan OT padat kompak berbentuk, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk pipih silindris (seperti kapsul), kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.

(32)

15

i. Cairan Obat Luar (COL): sediaan OT berupa larutan suspensi atau emulsi; bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar.

j. Sediaan Paket : sediaan OT berupa gabungan dari beberapa produk, misalnya pilis, tapel, parem, minyak telon, dan lain sebagainya.

C. Subyek Penelitian dan Teknik Sensus

Subyek yang digunakan penelitian ini adalah seluruh industri OT yang tercantum di buku Daftar Obat Alam (DOA) edisi III tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Himpunan Seminat Apoteker Industri Obat Tradisional bersama PD. ISFI Jawa Tengah.

Tabel II. Kelengkapan informasi yang tercantum pada DOA No. Data Tersedia Keterangan

(33)

Dari buku DOA tersebut, terdapat 18 industri OT yang tercantum pada indeks industri OT, namun pada rincian produk tercantum produk dari PT. SS. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Sekretariat Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah, PT. SS sudah tidak lagi beroperasi dan telah dinyatakan gulung tikar. Sehingga untuk menunjukkan kekinian database tanaman obat, maka produk PT. SS tidak dimasukkan dalam database tanaman obat. Data pemanfaatan tanaman obat dari PT. IJB, telah dipublikasikan hasilnya dalam Seminar Nasional POKJANAS TOI XXXVI dan digunakan sebagai data sekunder untuk membandingkan hasil yang diperoleh.

Terdapat 4 golongan obat alam yang terdaftar dalam buku DOA, diantaranya golongan jamu, OHT, fitofarmaka, dan suplemen. Namun dengan merunut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No: HK.00.05.4.2411 pasal (2) yang menjelaskan bahwa berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam di Indonesia dikelompokkan menjadi jamu, OHT, dan fitofarmaka, maka golongan suplemen tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.

Pengambilan data menggunakan teknik sensus dengan mendata seluruh industri yang terdaftar dalam indeks industri OT buku DOA. Semua produk obat tradisional yang tercantum di dalam buku DOA sudah terdaftar di Badan POM RI dan bebas dari Bahan Kimia Obat (BKO).

D. Analisis Data

(34)

17

jumlah kemunculan tanaman obat pada individual industri maupun khasiat dalam bentuk jumlah kemunculan. Bentuk diagram batang digunakan untuk menampilkan seluruh data pada individual industri maupun khasiat serta profil keseluruhan pemanfaatan tanaman obat baik dalam bentuk jumlah kemunculan maupun dalam bentuk jumlah tanaman obat dalam produk OT. Kedua bentuk penyajian data ini akan ditampilkan secara runut sesuai dengan abjad A sampai Z.

Pemilihan bentuk tabel dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam memahami garis besar isi yang disampaikan penulis. Sedangkan bentuk diagram batang digunakan untuk mempermudah pembaca memahami sejumlah data yang disajikan bersamaan untuk mengintegrasikan data.

Data yang disajikan diperoleh dengan beberapa rumus sederhana yang bertujuan untuk mempermudah pembaca menafsirkan profil pemanfaatan tanaman obat, yaitu sebagai berikut:

a. Profil pemanfaatan tanaman obat pada industri OT.

i. Frekuensi kemunculan spesies tanaman obat pada industri OT

ii. Frekuensi kemunculan industri OT yang memanfaatkan spesies tanaman obat

(35)

iii. Jumlah tanaman obat tiap industri obat tradisional dan seluruh industri

b. Profil kemunculan tanaman obat pada khasiat produk OT

c. Profil jumlah tanaman obat dalam setiap produk OT pada industri OT

d. Profil jumlah tanaman obat dalam setiap produk OT pada khasiat produk OT

e. Profil bentuk tanaman obat serta bentuk sediaan OT pada industri OT i. Frekuensi kemunculan simplisia/ekstrak tiap industri OT

ii. Frekuensi kemunculan bentuk sediaan tiap industri OT

E. Cara Penelitian 1. Studi Pustaka

(36)

19

dilakukan untuk mendapatkan dasar-dasar yang jelas mengenai arah penelitian sehingga dapat meminimalkan atau bahkan meniadakan kesalahan.

2. Pengambilan data

a. Penentuan subjek penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian adalah buku Daftar Obar Alam (DOA) dan ditentukan dengan metode sensus, yaitu dengan mendata seluruh produk yang diproduksi oleh industri OT dan sudah terdaftar.

b. Perijinan

Buku DOA merupakan buku yang diterbitkan oleh Himpunan Seminat Apoteker Industri Obat Tradisional dan PD. ISFI Jawa Tengah. Oleh karena itu dalam proses pengambilan data, penulis perlu mendapatkan ijin dari pihak penerbit untuk dapat menggunakan data yang tertera di dalam buku DOA.

3. Analisis data

Data yang diambil seluruhnya merupakan data kemunculan tanaman obat, ekstrak/simplisia, dan bentuk sediaan terhadap sejumlah produk OT. Data kemunculan ini ditampilkan dalam bentuk frekuensi. Setelah penulis memperoleh informasi mengenai frekuensi masing-masing tanaman obat, data frekuensi yang paling sering muncul yang kemudian ditampilkan pada hasil penelitian.

(37)

Untuk memastikan kebenaran hasil dari penelitian ini, penulis secara terus menerus memeriksa ulang hasil yang diperoleh. Tujuannya adalah agar penulis yakin bahwa data yang dirangkum sudah sesuai dengan yang tercantum di dalam buku DOA.

4. Evaluasi data

Hasil dari penelitian ini kemudian akan dievaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk menguatkan data frekuensi pemanfaatan tanaman obat yang diperoleh sehingga data dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dialami penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Teknik populasi yang digunakan menyebabkan data yang digunakan sangat beragam dan kompleks, sehingga kemungkinan kesalahan memasukkan data menyebabkan waktu yang digunakan untuk mengolah data cukup lama.

(38)

21 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat sebagai Bahan Baku Berdasarkan Data Tiap Industri OT

Keanekaragaman hayati (biodiversity) berupa tanaman obat (TO) Indonesia sudah banyak dimanfaatkan oleh sejumlah industri OT di Indonesia. Sejumlah 18 industri yang telah mendaftarkan produk OT yang diproduksi yang terdokumentasi di buku DOA. Keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan dalam produk OT dapat berupa hewan, tanaman, atau mineral dalam bentuk ekstrak maupun simplisia.

Pada buku DOA tercantum sejumlah 1033 produk OT yang terdiri dari 2 produk Fitofarmaka, 2 produk obat herbal terstandar (OHT), dan 1029 produk merupakan golongan jamu. Dari sejumlah 1033 produk OT tersebut, diketahui 99,71 % produk OT menggunakan tanaman obat sebagai bahan baku produknya. Sebesar 0,29 % produk OT tidak menggunakan tanaman obat sebagai bahan baku. Jumlah kemunculan tanaman sebagai bahan baku industri OT adalah sebagai berikut:

1. Jumlah kemunculan spesies tanaman obat pada industri OT

(39)

Tabel III. Profil spesies tanaman obat yang memiliki frekuensi kemunculan paling tinggi pada masing-masing industri

No. Nama Industri

OT Nama Tanaman Obat Frekuensi

1. PT. AM Curcuma xanthorrhiza 36/55

2. PT. DM Curcuma xanthorrhiza 14/53

3. PT. DL Blumea balsamifera 6/15

4. PT. DPF Melaleuca leucadendron 3/10

5. PT. LAR Curcuma xanthorrhiza 52/88

6. PT. MT Kaempferia galanga 3/6

7. PT. SBS Phylanthus niruci dan

Serycocalyc crispus *) 1/1

8. PT. IJDPD

Languas galanga, Myristica fragrans, Piper retrofractum, Zingiber aromaticum, dan Zingiber officinale *)

2/2

9. PT. NM Curcuma xanthorrhiza 70/144

10. PT. MM Curcuma xanthorrhiza 70/113

11. PT. IOTSS Guazuma ulmifilia 2/4

12. PT. SM Curcuma xanthorrhiza 40/135

13. PT. Tb Curcuma xanthorrhiza dan

Zingiber aromaticum *) 7/17

14. PT. Jg Curcuma xanthorrhiza 49/108

15. PT. IJB Curcuma domestica 28/69

16. PT. ITj Curcuma xanthorrhiza 32/70

17. PT. JIS

Allium sativum, Apium graviolens, Cassia senna, Catharanthus roseus, Curcuma longa, Curcuma zedoaria, Cynara scolymus, Foeniculum vulgare,

Ganoderma lucidum, Orthosiphon stamineus, Piper methysticum, Rheum

officinale, Silybum marianum *)

1/8

18. PT. IJB Curcuma xanthorrhiza 67/135

Keterangan : *)

Jumlah kemunculan spesies tanaman obat dengan nilai yang sama terdapat pada PT. SBS dengan 2 tanaman obat yang sama dan PT. IJDPD dengan 5 tanaman obat yang sama. Jumlah kemunculan spesies tanaman obat dengan nilai yang sama juga terjadi pada PT. Tb yang menunjukkan jumlah kemunculan yang sama pada 2 spesies tanaman berbeda dan PT. Ph yang menunjukkan jumlah kemunculan yang sama pada 14 spesies tanaman obat berbeda. Kesamaan jumlah kemunculan pada beberapa spesies ini menyebabkan tidak diperolehnya data spesies tanaman yang benar-benar memiliki frekuensi kemunculan tertinggi.

(40)

23

Dengan demikian, keempat industri yang memiliki lebih dari satu spesies tanaman obat dengan nilai jumlah kemunculan tertinggi ini digolongkan sebagai industri OT yang tidak memiliki spesies tanaman obat dengan jumlah kemunculan tersering.

Gambar 1. Profil jumlah industri yang memanfaatkan tanaman obat tertentu dengan kemunculan tertinggi

(41)

Curcuma xanthorrhiza atau yang lazim disebut temulawak merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Tanaman ini merupakan satu dari 9 tanaman unggulan yang telah dikembangkan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2004-2005. Disebut tanaman unggulan karena

Curcuma xanthorrhiza tumbuh hampir diseluruh Indonesia dan telah digunakan secara luas oleh masyarakat. Referensi ilmiah dan penelitian terhadap Curcuma xanthorrhiza ini relatif cukup memadai (Sampurno, 2009). Hal ini yang mungkin mendorong 50% industri OT memanfaatkan Curcuma xanthorrhiza dengan jumlah kemunculan paling tinggi jika dibandingkan dengan spesies lain.

2. Profil jumlah industri OT yang memanfaatkan jenis tanaman obat tertentu

Dari sejumlah tanaman obat yang digunakan pada masing-masing industri OT, tidak setiap spesies tanaman obat dimanfaatkan oleh seluruh industri OT. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai jumlah industri OT yang memanfaatkan jenis tanaman obat tertentu. Hasil yang diperoleh dari perhitungan menunjukkan bahwa tanaman tertentu telah dimanfaatkan oleh sekian persen industri OT dari total industri OT yang tercantum di buku DOA.

Tabel IV. Jumlah kemunculan industri OT yang memanfaatkan jenis tanaman obat tertentu

No.

Nama tanaman obat Frekuensi

1. Foeniculum vulgare 15/18

2. Myristica fragrans 14/18

3. Piper retrofractum 14/18

4. Curcuma domestica 13/18

5. Curcuma

(42)

25

Tabel IV. menunjukkan bahwa Foeniculum vulgare atau yang dikenal sebagai adas digunakan di 15 industri OT dari 18 industri OT yang tercantum pada indeks buku DOA. Foeniculum vulgare sendiri dikenal sebagai bumbu masak dan juga berfungsi sebagai tanaman berkhasiat obat. Di China, Meksiko, dan India, adas dikenal sebagai tanaman obat yang mampu mengobati penyakit dada, ginjal, punggung, perut kejang, kanker usus, gangguan pencernaan, radang usus, dan gangguan pernafasan (Charles et al., 1993; Simon, 1997; Foster, 2000; Johnson, 2000). Berdasarkan penelitian Pudjiastuti et al. (1998), adas berpotensi menanggulangi masalah susah tidur. Sedangkan di dalam formulasi, adas digunakan sebagai bahan pengisi (Katno, 2009).

Myristica fragrans telah diselidiki memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka pada khasiat sebagai sedative (Katno, 2009).

Piper retrofractum atau yang dikenal sebagai cabe jawa berfungsi untuk meningkatkan vitalitas pria (Pribadi, 2009). Curcuma domestica digunakan pada bagian rimpangnya dan merupakan TO yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka dalam khasiat anti hepatitis, artitis, dan antiseptik. Sedangkan

Curcuma xanthorrhiza berpotensi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka pada khasiat anti hepatitis dan artitis (Katno, 2009). Tanaman Piper retrofractum,

Curcuma domestica, dan Curcuma xanthorrhiza merupakan 3 dari 9 TO unggulan yang dikembangkan Badan POM pada tahun 2004-2005 (Sampurno, 2009).

(43)

penggunaannya berdasarkan Lampiran 14. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka: Croton tiglium semen (biji) masih digunakan dalam 1 dari 1033 produk OT yang tercantum di dalam buku DOA. Tanaman ini digunakan oleh PT. SM pada indikasi laksansia.

3. Jumlah kemunculan tanaman obat terhadap 9600 tanaman berkhasiat obat

a. Jumlah kemunculan tanaman obat tiap industri OT

Dengan keanekaragamannya hayatinya, Indonesia memiliki 9600 spesies tanaman yang diakui memiliki khasiat obat (Anonim, 2000). Berikut adalah total produk yang diproduksi pada masing-masing industri:

Gambar 2. Jumlah produk masing-masing industri OT

(44)

27

Tabel V. Jumlah jenis TO tiap Industri OT Industri PT.

Berdasarkan tabel, dapat kita ketahui bahwa industri yang memanfaatkan tanaman obat dalam jumlah paling banyak berdasarkan buku DOA adalah PT. SM. Industri OT yang memanfaarkan tanaman obat dalam jumlah yang paling sedikit berdasarkan buku DOA adalah PT. SBS.

b. Jumlah kemunculan tanaman obat seluruh industri OT

Berdasarkan informasi yang tercantum di dalam buku DOA, terdapat 259 tanaman obat yang telah dimanfaatkan oleh sebanyak 18 industri OT. Sejumlah 259 tanaman obat telah dimanfaatkan untuk memproduksi 1033 produk OT. Jumlah tersebut masih lebih kecil bila dibandingkan dengan sejumlah 9600 tanaman berkhasiat obat yang ada di Indonesia.

Di China, terdapat sekitar 2000 jenis tanaman obat yang digunakan dalam 3300 obat China yang beredar di pasar. Sejumlah 1.249 obat di antaranya terdaftar sebagai Obat Esensial Nasional RRC.

B. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat sebagai Bahan Baku Berdasarkan Data Tiap Khasiat OT

(45)

Tabel VI. Jenis tanaman obat yang memiliki jumlah kemunculan paling tinggi pada khasiat OT tertentu

No. Khasiat Tanaman Obat No. Khasiat Tanaman Obat

1. Anti Cacing - 16. Anti Flatulen/Dispepsia/ Gastritis

Curcuma xanthorrhiza

2. Anti Ansietas Valeriana

officinale 17. Diuretik/Urolitik

Orthosiphon grandiflorus

3. Anti Asma Curcuma

xanthorrhiza 18. Kolagogum

Kaempferia galanga

4. Anti Diabetes Andrographis

paniculata 19. Kontraseptif -

5. Anti Diare domestica Curcuma 20. Anti Migrain Alstonia scolaris

6. Anti Hepatitis Curcuma

xanthorrhiza 21. Anti Haemorrhoid/Wasir

Curcuma

ulmifilia 23. Menstrual Disorder

Curcuma xanthorrhiza

9. Anti Kolesterol Curcuma

xanthorrhiza 24. Aphrodisiak -

10. Anti Hipertensi Orthosiphon

aristatus 25. Aphrodisiak khusus Pria Zingiber officinale

11. Anti Histamin Curcuma

xanthorrhiza 26.

officinale 27. Anti Anemia

Curcuma xanthorrhiza

13. Anti Malaria - 28. Anti Jerawat Curcuma

xanthorrhiza

14. Ekspetoransia Antitusive/ - 29. Anti Bau Badan Curcuma domestica

15. Disentri - 30. Appetizer-Penambah Nafsu makan

Curcuma xanthorrhiza

31. Anti Sariawan xanthorrhizaCurcuma 41. Perawatan Kesehatan Remaja Putri Alyxia reinwardtii

32. Keputihan Curcuma

domestica 42. Kesehatan Wanita Hamil Curcuma domestica

33. Laksansia Curcuma

xanthorrhiza 43.

officinale 44. Kesehatan Pria

Curcuma xanthorrhiza

35. Penyubur Kandungan Curcuma

xanthorrhiza 45. Anti Oksidan -

36. Penurun Kadar

Asam Urat

Curcuma

domestica 46. Stamina/Sehat Pria Zingiber officinale

37. Perawatan Kesehatan Curcuma

xanthorrhiza 47. Anti Kanker Curcuma zedoaria

38. Kesehatan Bayi - 48. Pegal Linu Zingiber officinale

39. Kesehatan Anak-anak Zingiber

officinale 49. Anti Virus Echinacea purpurea

40. Kesehatan Wanita Curcuma

domestica

(46)

29

paling tinggi diharapkan berpotensi menjadi bahan baku utama untuk khasiat terkait.

Dari 49 khasiat yang tersedia pada buku DOA, tersedia beberapa golongan OT dan kelompok khasiat produk OT yaitu : golongan fitofarmaka terdapat pada khasiat anti hipertensi dan anti inflamasi/analgesik, sedangkan golongan obat herbal terstandar (OHT) terdapat pada khasiat anti diabetes dan anti masuk angin/influenza.

Dari tabel terdapat 10 khasiat dari total 49 khasiat yang bertanda (-). Pada 10 khasiat yang bertanda (-), tidak terdapat tanaman obat yang paling diunggulkan dalam penanganan penyakit dengan khasiat tersebut. Berikut daftar nama spesies tanaman obat yang memiliki nilai sama tinggi pada kesepuluh khasiat, yaitu : anti cacing (Coriandrum sativum, Nigella sativa, Cinamomum verum, Smilax cina,dan Curcuma aeruginosa), anti herpes (Curcuma domestica, Curcuma xanthorrhiza, dan Orthosiphon aristatus), anti malaria (Carica papaya, Eugenia caryophylli, dan Zingiber aromatica), antitusive/ekspetoransia (Foeniculum vulgare dan Zingiber officinale), disentri (Caesalpania sappan, Carica papaya, Hemigraphidis colorata, Nigella sativa, dan Usnea misaminensis), kontraseptif (Cinamomum verum, Curcuma domestica, Curcuma xanthorrhiza, Eugenia caryphylli, Gunnera macrophylla, Piper ningrum, dan

Zingiber officinale), laktagogum (Coriandrum sativum dan Foeniculum vulgare), aphrodisiak (Curcuma aeruginosa, Curcuma domestica, Curcuma xanthorrhiza, Euricoma longifolia, Kaempferia galanga, Myristica fragrans, Nigela sativa,

(47)

(Foenculum vulgare dan Melaleuca leucadendron), dan anti oksidan (Ganoderma lucidum, Vaccinum myrtillus, Gynura procumbens, Ginkgo biloba, Curcuma

zedoaria, dan Ganoderma lucidum).

(48)

31

Berdasarkan data yang diperoleh secara keseluruhan pada tabel, tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk penanganan penyakit dengan khasiat tercantum adalah Curcuma xanthorrhiza. Berikut diagram jumlah kemunculan tanaman obat terhadap khasiat OT :

Gambar 3. Jumlah khasiat yang memaanfaatkan jenis tanaman obat tertentu dalam jumlah kemunculan tertinggi

(49)

-penambah nafsu makan, anti sariawan, laksansia, penyubur kandungan, perawatan kesehatan, kesehatan wanita pasca persalinan, dan kesehatan pria.

Curcuma xanthorrhiza menunjukkan frekuensi kemunculan paling banyak terhadap jumlah produk paling tinggi pada 17 khasiat OT. Ada 2 hal yang menyebabkan hal ini mungkin terjadi, yaitu: banyaknya penelitian pendukung

Curcuma xanthorrhiza dan keberadaan Curcuma xanthorrhiza di Indonesia.

Penelitian tentang Curcuma xanthorrhiza membuktikan bahwa tanaman ini memiliki kandungan yang sangat beragam. Beberapa di antaranya adalah kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Selain itu, terdapat juga kandungan curcumol dan senyawa tipe bisabolane seperti α -curcumen, ar-turmeron, dan xanthorrhizol. Dengan kandungan yang beraneka ragam ini, kurkumin banyak diteliti untuk membuktikan khasiat yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan review Itokawa (2008), kurkumin berpotensi digunakan sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti HIV, kemoprefentif, dan anti kanker prostat. Selain itu kurkumin juga berpotensi menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mengatasi rematik arthritis, mempercepat kesembuhan luka, melindungi hati, serta mencegah dan mengobati kanker. Berdasarkan The National Cancer Institute, kurkumin diklasifikasikan sebagai “generally recognized as safe” (GRAS).

(50)

33

meningkatkan hemoglobin dan eritrosit. Menurut Afifudin (2009), temulawak berpotensi sebagai imunostimulator.

Berikut ini merupakan khasiat dimana Curcuma xanthorrhiza memiliki frekuensi kemunculan paling banyak yang dibandingkan dengan penelitian lain:

Tabel VII. Klaim khasiatCurcuma xanthorrhiza jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain

No. Klaim Khasiat Penelitian Pendukung

1. Anti asma Potensi anti oksidan (Itokawa, 2008)

2. Anti diare -

3. Anti hepatitis Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009)

Spesifik : -

4. Anti kolesterol Potensi menurunkan kolesterol darah (Itokawa, 2008)

5. Anti histamin Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009)

Spesifik : - 6. Anti flatulen/ dispepsia/

gastritis -

7. Anti haemorrhoid/wasir -

8. Menstrual disorder Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009)

Spesifik : -

9. Anti anemia Potensi meningkatkan haemoglobin dan eritrosit

(Sugiharto, 2004)

10. Anti jerawat Potensi anti inflamasi (Itokawa, 2008)

Antiinflamasi dan antioksidan (Soni et al., 1992) 11. Appetizer-penambah nafsu

makan Potensi bersifat stomakik (Katno dan Pramono, 2009)

12. Anti sariawan Potensi anti inflamasi (Itokawa, 2008),

Potensi antimikroba (Rashid, 2004), Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009)

13. Laksansia Potensi bersifat pencahar (Katno dan Pramono, 2009)

14. Penyubur kandungan Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009)

15. Perawatan kesehatan Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009),

Potensi meningkatkan haemoglobin dan eritrosit (Sugiharto, 2004).

16. Kesehatan wanita pasca persalinan

Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009), Teratogenik : -

17. Kesehatan pria Potensi imunostimulator (Afifudin, 2009),

Potensi mencegah kanker prostat (Itokawa, 2008). Keterangan : - = belum ditemukan penelitian terkait

Sampurno (2009) menyatakan bahwa Curcuma xanthorrhiza

(51)

penelitian ilmiah yang menjelaskan mengenai tanaman ini juga cukup memadai. Hal ini yang menyebabkan Curcuma xanthorrhiza banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk OT.

C. Profil Jumlah Jenis Tanaman Obat sebagai Penyusun Setiap OT pada Masing-masing Industri OT

Setiap produk OT memiliki variasi jumlah bahan baku tanaman obat yang berbeda. Jumlah bahan baku tanaman obat dalam tiap produk OT memiliki keterkaitan yang erat dengan tingkat keamanan produk OT yang dihasilkan, terutama untuk produk OT yang ditujukan untuk penggunaan oral. Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 761/MENKES/SK/IX/1992 dijelaskan bahwa produk OT dengan golongan fitofarmaka dianjurkan hanya mengandung 1 tanaman obat atau sebanyak-banyaknya 5 tanaman obat dalam bentuk simplisia/sediaan galenik. Meskipun belum terdapat standar resmi untuk OHT dan jamu, penelitian ini bertujuan untuk melihat profil jumlah tanaman obat yang terkandung pada produk OT masing-masing industri OT.

(52)

35

Tabel VIII. Rerata jumlah jenis tanaman obat beserta jumlah tertinggi dan terendah tiap OT pada masing-masing industri OT

No. Industri OT x (a – b)

Jamu OHT Fitofarmaka

1. PT. AM 6,00 (1 – 9)

Keterangan : x = rerata jumlah jenis TO tiap produk; a = jumlah jenis TO terendah; b = jumlah jenis TO tertinggi

Pada tabel VIII terlihat bahwa setiap industri memiliki rerata jumlah kombinasi tanaman obat yang berbeda-beda, begitu pula dengan jumlah jenis TO terendah dan tertinggi. Jumlah tanaman obat yang digunakan dalam setiap produk OT bervariasi disebabkan jenis produk OT yang diproduksi berbeda. Produk OT yang diproduksi bervariasi dari mulai yang digunakan secara oral maupun topikal.

Data yang tercantum pada tabel ditampilkan dalam bentuk rata-rata jumlah tanaman obat untuk mewakili semua produk OT pada masing-masing industri. Terdapat pula informasi mengenai jumlah jenis tanaman obat pada tiap produk OT dalam jumlah tertinggi dan terendah.

(53)

PT. LAR, PT. MT, PT. SBS, PT. IJDPD, PT. IOTSS, PT. SM, PT. ITj, dan PT. Ph. Sedangkan 7 industri lain yang memproduksi produk jamu dengan rerata jumlah tanaman obat tiap produk > 5 adalah PT. AM, PT. NM, PT. MM, PT. Tb, PT. Jg, PT. JIS, dan PT. IJB. Selain itu, pada OHT terlihat jumlah jenis tanaman obat yang diproduksi oleh industri OT berada pada sejumlah 4 dan 6 tanaman obat. Fitofarmaka terlihat memiliki produk obat dengan jumlah 2 dan 5 jenis tanaman obat yang dikombinasikan.

Dari sejumlah 18 industri OT yang terdaftar pada indeks buku DOA, industri OT yang memiliki rata-rata jumlah tanaman obat produk paling tinggi adalah PT. Tb dengan rerata jumlah jenis tanaman obat sebesar 6,53 pada masing-masing produk OT. Sedangkan industri OT yang memiliki rerata jumlah tanaman obat produk paling rendah adalah PT. Ph dengan rerata jumlah tanaman obat sebesar 1,71 jenis tanaman obat pada tiap produk OT. Kedua nilai ini merupakan jumlah tanaman obat produk golongan jamu.

Berdasarkan jumlah jenis tanaman obat tertinggi dan terendah, terdapat beberapa industri yang memiliki jumlah tanaman obat dalam produk dengan nilai 0. Hal ini berarti bahwa tidak semua produk OT yang diproduksi memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan baku. Berdasarkan data yang ada, produk OT dengan nilai 0 mengandung bahan baku bersumber dari hewan.

(54)

37

sub produk. Produk sediaan paket berupa OT dengan penggunaan oral, tapel, pilis, parem, maupun minyak telon.

Dari ketiga golongan OT yang ada, hanya golongan fitofarmaka yang sudah memiliki aturan baku mengenai jumlah maksimal tanaman obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku OT tiap produk. Batasan resmi tersebut terdapat pada Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 761/MENKES/SK/IX/1992 yang menerangkan bahwa ramuan (komposisi) Fitofarmaka hendaknya terdiri dari 1 (satu) simplisia/sediaan galenik. Bila tidak mungkin, ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia/sediaan galenik dengan syarat tidak melebihi 5 (lima) simplisia/sediaan galenik. Simplisia tersebut masing-masing sekurang-kurangnya telah diketahui khasiat dan kemanannya berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992a). Jika hasil penelitian ini dicocokkan dengan peraturan tersebut, maka semua Fitofarmaka yang tercantum di dalam buku DOA memenuhi persyaratan yang berlaku. Golongan OHT dan jamu tidak memiliki syarat jumlah tanaman obat maksimal, jumlah jenis tanaman obat tiap produk OT tidak bisa dievaluasi lebih lanjut. Namun evaluasi dapat berupa penelitian mengenai produk OT yang secara langsung dapat menilai tingkat keamanannya.

D. Profil Jumlah Jenis Tanaman Obat sebagai Penyusun Setiap OT pada Masing-masing Khasiat OT

(55)

Tabel IX. Jumlah produk tiap golongan OT pada kategori khasiat OT

Hiperlipidemia/Obesitas 45 33 Laksansia 7

9 Anti Kolesterol 16 34 Anti Masuk

Angin/Influenza 1 65

10 Anti Hipertensi 1 21 35 Penyubur Kandungan 7

11 Anti Histamin 32 36 Penurun Kadar Asam Urat 20

12 Anti

Inflamasi/Analgetik 1 31 37 Perawatan Kesehatan 56

13 Anti Malaria 3 38 Kesehatan Bayi 10

14 Antitusive/

Ekspetoransia 14 39 Kesehatan Anak-anak 8

15 Disentri 1 40 Kesehatan Wanita 88

16 Anti Flatulen/Dispepsia/

Gastrisis 15 41

Perawatan Kesehatan

Remaja Putri 15

17 Diuretik/Urolitik 32 42 Kesehatan Wanita Hamil 15

18 Kolagogum 3 43 Kesehatan Wanita Pasca

25 Aphrodisiak khusus Pria 58

Keterangan : Fito = Fitofarmaka, OHT = Obat Herbal Terstandar

Berdasarkan tabel IX terlihat bahwa paling banyak produk OT diproduksi dengan khasiat kesehatan wanita pasca persalinan (108 produk). Hal ini mungkin dikarenakan tingginya tingkat kelahiran bayi di Indonesia.

Secara keseluruhan hanya terdapat 4 produk yang terdaftar dalam buku DOA dengan golongan OHT dan fitofarmaka yang masing-masing terdiri dari 2 produk. Produk OT pada golongan jamu sejumlah 1029 produk. Berdasarkan

(56)

39

sedangkan jumlah fitofarmaka yang ada saat ini hanya 5, yaitu : Stimuno® (peningkat sistem imun), Nodiar® (anti diare), Rheumaneer® (pengurang nyeri), Tensigard® Agromed (hipertensi) dan X-Gra® (gairah seksual laki-laki).

Jika dievaluasi berdasarkan jumlah fitofarmaka berdasarkan data yang tercantum di dalam buku DOA dan fitofarmaka yang ada di Indonesia, terdapat kendala yang sama yang membuat perkembangan fitofarmaka cukup terhambat. Faktor yang menghambat perkembangan golongan produk fitofarmaka adalah tingginya biaya yang diperlukan untuk melakukan uji klinik (Nurkhasanah, 2006). Sedangkan OHT saat ini sudah cukup berkembang karena cukup melewati fase uji praklinik.

Masalah yang ada di Indonesia saat ini adalah masih lemahnya koordinasi antara pemerintah, industri, pendidikan dan penelitian, petani dan provider kesehatan yang belum berjalan sinergis. Selain itu, pembiayaan yang tersedia untuk penelitian masih sangat kurang. Selain pemerintah yang belum mampu membiayai, industri OT masih belum termotivasi untuk bersama-sama mengelola penelitian mengenai OT. Industri OT juga masih kurang memperhatikan penelitian-penelitian dan lebih memfokuskan pada promosi produk OT. Maka banyak pembenahan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan produk OT yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas OT.

(57)

Tabel X. Rerata jumlah jenis tanaman obat tiap OT pada masing-masing khasiat OT

Khasiat x (a-b) Khasiat x (a-b)

Jamu OHT Fito Jamu OHT Fito

Anti Cacing 5.0

(5-5) Aphrodisiak khusus Wanita 6.2

Anti Hiperlipidemia 4.9

(2-8) Laksansia

3.6 (2-5)

Anti Kolesterol 4.3

(1-7) Anti Masuk Angin/Influenza 5.2 (0-10)

6.0 (6-6)

Anti Hipertensi 4.7

(1-8)

2.0

(2-2) Penyubur Kandungan

5.6 (4-8)

Anti Histamin 5.2

(3-9) Penurun Kadar Asam Urat 5.4 (3-9)

Anti Inflamasi 4.8

(1-9)

5.0

(5-5) Perawatan Kesehatan

4.2 (0-9)

Anti Malaria 6.0

(5-7) Kesehatan Bayi

3.8 (3-9)

Antitusive/Ekspetoransia 5.4

(3-8) Kesehatan Anak-anak

4.6 (1-7)

Disentri 5.0

(5-5) Kesehatan Wanita

5.7

(2-7) Kesehatan Wanita Hamil

5.3

(7-7) Kesehatan Pria

6.0

Anti Haemorrhoid/Wasir 4.2

(2-7) Stamina

Menstrual Disorder 5.7

(4-8) Pegal Linu

Aphrodisiak khusus Pria (1-24) 6.1

Keterangan : x = rerata jumlah jenis TO tiap produk; a = jumlah jenis TO terendah; b = jumlah jenis TO tertinggi

(58)

41

obat tiap produk. Sedangkan khasiat yang memiliki rerata jumlah jenis tanaman obat yang paling rendah adalah anti virus dengan jumlah 1 tanaman obat tiap produk OT.

Seperti profil tiap industri OT yang telah dijelaskan sebelumnya, profil khasiat juga digambarkan dengan profil jumlah tanaman obat dengan nilai tertinggi dan terendah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari gambar diperoleh data bahwa khasiat yang memiliki jumlah jenis tanaman obat produk paling tinggi adalah khasiat kesehatan wanita pasca persalinan dengan nilai 28. Hal ini dimungkinkan terjadi karena produk tersebut merupakan sediaan paket yang terdiri dari beberapa sub produk seperti tapel, pilis, param pusaka, minyak telon, dan jamu bersalin yang digunakan sebagai kombinasi sesuai khasiat.

Khasiat yang memiliki jumlah tanaman obat paling rendah tampak pada khasiat anti ansietas, anti hepatitis, anti hipertensi, laktagogum, aphrodisiak khusus pria, appetizer-penambah nafsu makan, kesehatan anak-anak, kesehatan wanita pasca persalinan, anti oksidan, anti kanker, dan anti virus dengan hanya 1 tanaman obat pada produk. Terdapat 3 khasiat memiliki produk OT yang tidak mengandung tanaman obat, yaitu anti inflamasi, anti masuk angin/influenza, dan perawatan kesehatan.

E. Profil Tanaman Obat dalam Bentuk Ekstrak/Simplisia Serta Pemilihan Bentuk Sediaan

(59)

sediaan dari produk OT bertujuan untuk melihat adanya keterkaitan antara jumlah kemunculan simplisia dan/atau ekstrak dalam pemilihan bentuk sediaan produk.

1. Profil ekstrak/simplisia tanaman obat

Pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku produk OT dapat dalam bentuk simplisia maupun ekstrak. Berikut ini merupakan data dalam bentuk jumlah kemunculan tanaman obat digunakan dalam bentuk ekstrak atau simplisia pada masing-masing industri OT :

Tabel XI. Jumlah kemunculan simplisia/ekstrak tiap industri OT No. Industri OT Simplisia

(%)

(60)

43

bahwa sebagian besar industri OT memanfaatkan tanaman obat dalam bentuk simplisia.

2. Profil bentuk sediaan OT

Terdapat beberapa bentuk sediaan yang digunakan dalam produk yang diproduksi oleh 18 industri OT. Bentuk sediaan yang digunakan industri OT pada produk OT yang diproduksi adalah rajangan, serbuk, serbuk instan, pil, kaplet, kapsul, tablet, cairan obat dalam, padat, cairan obat luar, salep/krim/balsem, dan sediaan paket. Berikut ini merupakan profil bentuk sediaan yang paling banyak digunakan di industri OT:

Gambar 4. Jumlah industri OT yang memanfaatkan bentuk sediaan tertentu dalam jumlah kemunculan tertinggi

(61)

digunakan di dalam produknya. Jumlah kemunculan bentuk sediaan serbuk pada 38,9% industri OT yaitu: PT.AM, PT.LAR, PT.NM, PT.MM, PT.SM, PT.Jg, dan PT.ITj. Selain serbuk, bentuk sediaan lain yang banyak digunakan industri untuk mengemas produk OT adalah pil (16,7%), tablet (11,1%), kapsul (5,6%), COD (5,6%), dan COL (5,6%). Terdapat 16,7% industri OT yang tidak memiliki jumlah kemunculan bentuk sediaan OT dengan nilai paling tinggi.

3. Profil ekstrak/simplisia dan bentuk sediaan seluruh industri

Dalam satu produk OT tidak hanya mengandung tanaman obat dalam bentuk simplisia saja, namun terkadang terdapat campuran simplisia dan ekstrak TO di dalamnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari poin 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa simplisia muncul dalam 929 produk dari total 1033 produk OT yang tercantum di dalam buku DOA. Bentuk ekstrak muncul dalam 183 produk dari total 1033 produk OT yang tercantum di dalam buku DOA. Dengan demikian simplisia merupakan bentuk tanaman obat yang lebih sering digunakan sebagai bahan baku produk OT.

(62)

45

ekstrak atau sediaan galenik merupakan hasil dari penyarian simplisia dan harus melalui proses yang lebih panjang daripada proses pembuatan simplisia.

Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggabungkan data jumlah kemunculan bentuk sediaan OT pada seluruh industri OT, maka diperoleh :

Tabel XII. Profil penggunaan bentuk sediaan produk OT No. Bentuk sediaan Jumlah

produk

(63)

46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari total 1033 produk OT dalam buku DOA terdapat 2 fitofarmaka, 2 OHT, dan 1029 jamu. Sebesar 99,7% produk OT menggunakan tanaman obat sebagai bahan baku. Sembilan dari 18 industri OT menggunakan Curcuma xanthorrhiza (temulawak) sebagai bahan baku dalam frekuensi kemunculan paling sering. Sebesar 83,3% industri OT memanfaatkan Foeniculum vulgare

(adas) sebagai bahan baku OT. Provinsi Jawa Tengah telah memanfaatkan 259 tanaman obat dalam 1033 produk OT.

2. Curcuma xanthorrhiza dimanfaatkan sebagai bahan baku produk OT dengan jumlah kemunculan tertinggi pada khasiat anti asma (6/10), anti diare (5/10), anti hepatitis (5/7), anti kolesterol (10/16), anti histamin (15/32), anti flatulen/dispepsia/gastritis (10/15), anti haemorrhoid/wasir (15/18), menstrual disorder (14/36), anti anemia (6/10), anti jerawat (21/29), appetizer -penambah nafsu makan (14/18), anti sariawan (10/15), laksansia (4/7), penyubur kandungan (6/7), perawatan kesehatan (20/56), kesehatan wanita pasca persalinan (42/108), dan kesehatan pria (18/23).

(64)

47

4. Rerata jumlah jenis tanaman obat tertinggi terdapat pada khasiat kontraseptif (7) dan jumlah tanaman tertinggi pada khasiat kesehatan wanita pasca persalinan (28).

5. Frekuensi kemunculan tanaman obat dalam bentuk simplisia (929/1033) dan ekstrak (183/1033). Bentuk sediaan yang paling banyak digunakan dalam produk adalah serbuk (423/1033).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian secara langsung ke industri obat tradisional untuk mendapatkan informasi secara langsung terkait perkembangan pemanfaatan tanaman obat.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai produk-produk yang diduga mengandung bahan kimia obat atau simplisia yang dilarang penggunaannya oleh Badan POM.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin, A. N., 2009, Pengaruh Penelitian Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) pada Aktivitas & Kapasitas Fagositosis Makrofag Peritoneal Ayam Petelur (Gallus sp.), Institut Pertanian Bogor, Bogor Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 246/Menkes/Per/V/1990, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1992a, Peraturan Kepala BPOM RI No:HK.00.05.4.2411 tentang

Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1992b, Sepuluh Tahun Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 1982-1991, Sumbangan Penelitian dalam Pembangunan Perkebunan Rakyat, Departemen Pertanian RI, Jakarta

Anonim, 1994, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

Anonim, 2000a, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 23-31.

Anonim, 2000b, Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 760/MENKES/PER/IX/1992 tentang Fitofarmaka, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

Anonim, 2000c, Development of National Policy on Traditional Medicine, World Health Organization, Philippines

Anonim, 2005a, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

(66)

49

Anonim, 2005c, Lampiran 2 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 381/menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2008, Daftar Obat Alam (DOA), Himpunan Seminat Apoteker Industri Obat Tradisional bersama PD. ISFI Jawa Tengah, Jawa Tengah

Anonim, 2010, Obat Herbal Kualitas Jamu Masih Jadi Tantangan, KOMPAS, 2 Juni 2010

Charles, D. J., M.R. Morales, and J.E. Simon, 1993, Essential oil content and chemical composition of finocchio fennel, In Janick and J. E. Simon

(Eds), New Crops, Wiley, New York

Foster, S., 2000, Fennel (Foeniculum vulgare Mill.) 14 Mei 2010

Herdani, V. E., 2009, Studi Tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Bahan Baku Pada Industri Obat Tradisional di Jawa Tengah, Proceeding Seminar Nasional Kelompok Kerja Nasional (POKJANAS TOI) XXXVI, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Hutapea, J.R., 2000, Obat Tradisional Menghadapi Era Globalisasi, Warta Tumbuhan Indonesia, No.1, Vol. 6, 36-38, Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta

Itokawa, H., et al., 2008, Recent advanced in the investigation of Curcuminoids,

Chinese Medicine, Vol. 13:11, North Carolina, United State of America

Johnson, T., 2000, Herbage guide to herbs, http//www.herbweb/

Katno, dan Pramono, S., 2009, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu

,diakses tanggal 16 Mei 2010

Gambar

Tabel I. Daftar industri OT sebagai subjek penelitian
Tabel II. Kelengkapan informasi yang tercantum pada DOA
Tabel III. Profil spesies tanaman obat yang memiliki frekuensi kemunculan paling tinggi pada masing-masing industri
Gambar 1. Profil jumlah industri yang memanfaatkan tanaman obat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas

Perawatan ( maintenance ) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mempertahankan suatu mesin / peralatan agar tetap dalam kondisi siap untuk beroperasi, dan jika

• Memperhatikan uraian-uraian tersebut di atas, yaitu mengenai peradaban manusia, teori gelombang, kecepatan perubahan secara eksponensial, lima perbedaan generasi

Sasaran meningkatnya jaminan kesehatan masyarakat dusun, dengan indikator kinerja jaminan kesehatan aparatur desa/dusun dengan realisasi capaian kinerja 0%, indikator ini tidak

diterapkan dan dioperasionalkan dalam produksi, sehingga pada waktu aplikasinya sangat efisien bahkan beban biaya bare pun dapat terhindarkan. Selain warna kemasan

Prof Tien prihatin melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang lebih cenderung membeli produk pangan dengan brand luar atau produk impor.. Tantangan bagi Indonesia saat

pada pasal 2 (2) bahwa kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan dilaksanakan pada wilayah hutan dalam bentuk

Nilai skor hasil evaluasi parameter fisika, kimia dan biologi untuk stasiun IV berada pada kisaran kriteria cukup sesuai (S3) untuk lokasi budidaya rumput laut E.