BlONOMl KUMBANG AMBROSIA
PIatypus trepmstus (
Chapman
) (Coleoptera
:
Platypodidae
)PADA DOLOK RAMIN
( Gonystylus bancanusKurz
)Oleh
DODl NANDIKA
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DODI -I-. Bionani Kumbang CLnbrosia Platypus tmpenatus (Chap- man) (Coleoptet-a : Platypodidae) pada Dolok Ramin (Gknystylus e m u s Kurz. (Di bawah bimbingan SOSROrYYFaUD
sebagai Ketua, R U l Y C. TWLNING1(ENG,
F.
GlNVWN SLFWTMD, SLRVOMSURWWaffLMO, dan ERWV sebagai anggota).
KLvnbang ambrosia Platypcs trepanatus (Chapman (Coleoptwa: Platypodidae) merupakan hama yang sangat penting karena sepanjang t a m mampu mwusak sejenis kayu yang tinggi nilai ekananinya yaituramin (E4mystylw bancaws Kurz). Dalan waktu singkat, bebwapa jam atau beberapa hari setelah pohm ramin ditebanq, dolok r a i n telah mngmdmg puluhan bahkan ratusan liang g e r e k
akibat swagm serangga twsebut. Suatu penelitian telah dilaku- kan di h u t m rawa di Kalimantan Tengah untuk mengetahui beberapa aspek ~~~i
P.
t-tus terutama siklus hidup, morfologi, dan perilaku penyerangamya terhadap dolok ramin. Penelitian terse-but terdiri dari delapan kelompdc kegiatm yaitu : (1) Identi-
f ikasi keraqaman kunrbarrq ardrasia dan i m y a , (2) Penelaahan siklus hidup dan cnwfologi, (3) Penelaahan waktu terbang dan ketinqgian terbang
,
(4) m i a n preferensi terhadap warna, ( 5 )Hasil penelitian menunjukkan bahwa dismpinq Platyprs trepanatus (Chapman), di lokasi penelitian juga terdapat d w spesies kumbang ambrosia penyerang dolok segar tebang lainnya yaitu Platypls spretus Schedl dan Crossotarsus inpar Schedl
.
Narmn demikian terbukti bahwa P. trepanatus merupakan spesies yang paling tinggi intensitas serangannya.
Di habitatnya yaitu hutan rawa gambut, kolmi P. t r e p a a t u s
biasanya dapat ditemukan pada pohm y a y merana, mati atau telah ditebang tetapi masih tinggi kadar airnya ( 1 40%). Serangga tersebut bersifat polifag dan biasanya terdiri dari beberapa k e t u ~ a n dan generasi dalam satu tahun ( mrl tivul t i n e )
.
Seperti anqgota Coleoptera lainnya, serangga tersebut bermetamorfosis lengkap d m g a n siklus hidup 58-
78 hari. Telurnya bulat lonjong, berwarna putih tembus pandang dengan panjang 0.80+
0.21 mn dan lebar 0.51+
0.23 m. Kulit telur sangat tipis tetapi liat. Telur tersebut diletakkan berkelompok ( 5-
20 butir per kelmpok) yanq tersebar di sepanjang lianq gerek. Lana stadia telur adalah24
-
35 hari. Larva berbentuk silindris, kulit berlipat-lipat, tanpa tmgkai, dengan jumlah r w s tiga pada toraks dan 1 0 pada abdomen. Warnanya putih kekuninqan dengan panjang tubuh 1.60-
11.20 mn. Lama stadium larva adalah 16-
19 hari, terdiri darienam instar. Pupa berwarna putih kotor dengan panjanq 3.41 f 0.60 m, dan termasuk tipe exarate. Lama stadium pupa berkisar antara 6
-
15 hari. Imago silindris, berwarna coklat sampai hitam. Panjangiii
diameter 1.80 2 0.21 mm. Imago menunjukkan dimorfisme kelamin, a k t i f terbang pada pagi dan senja h a r i terutama pada keting- gian 0
-
2 meter d a r i permukaan tanah dengan t i n g g i terbang maksimum 5 meter. Pemencaran tersebut cenderung meninqkat pada kelembaban udara yang t i n g g i misalnya setelah turun hujan. Mereka juga mernperlihatkan preferensi yang t i n g g i terha- dap warna putih, coklat dan kuninq.Serangan terhadap dolok ramin yang seqar tebang diawali oleh hinggapnya satu atau l e b i h kumbang jantan p e r i n t i s ( p i a n i r ) pada permrkaan dolok, kermdian melakukan penggerekan awal ke arah radial sampai kedalaman 1.4
-
2.0 cm. Posisi tubuh sewaktu menggerek adalah v e r t i k a l sambil berputar dengan bagian f r o n t yang menempel pada substrat (permkaan dolok) sebaqai porosnya. &ah perputaran tubuh berganti-ganti, sesuai dengan perputaran j a m j a m dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kwnbang jantan p i m i r dan/atau kotorannya mengeluarkan feroman agregasi sehingga kumbang lainnya datang kepada dolok yang telah terserang. Kumbang betina yang menyusul hinggap pada pemkaan ddlok segera menghampiri l i a n g gerek dan kermdian berkopllasi dengan kumbanq jantan d i p i n t u l i m q gerek tersehut. Penggerekan selanjutnya dilakukan oleh kumbang betina, sedanqkan kwnbang jantan berada d i belakangnya sambil bertuqas mbuang serbuk gerek ke luar liang.Kenyataan menunjukkan bahwa dolok yang berasal d a r i setiap bagian batang pohon ramin dapat mengalami seranqan P. trepanatus,
batanq. %an t e t a p i j i k a dolok tersebt belum d i k u l i t i maka i n t e n s i t a s swangan pada dolok yang berasal d a r i bagian pangkal dan tengah batang lebih t i n g g i dibandingkan dengan dolok yang
berasal dari bagian ujung batang. Hal i n i khusurjnya berlaku pada mrsim kmarau, sedangkan pada m u s i m hujan i n t e n s i t a s serangan baik pada dolok yang berasal d a r i bagian pangkal, tengah,
maupr, u j m g ba- tidak berbeda nyata ( p
&
0.01). Sejalandengm i t u tervrgkap juqa bahwa -litan &la& pada m ~ i m
k e m a r a ~ &pat mengurangi serangan P. trepnatus, akan t e t a p i ha1 i t u tidak berlaku pada m u s i m hujan. Denga perkatam l a i n pada
m x i m kmarau i n t e n s i t a s serangan P. t r e p v ~ t u s twhadap &lok
yanq b l a h d i k u l i t i atau dibuanq kayu gubalnya l e b i h d h dibandingkan dolok yanq belun d i k u l i t i . Sebaliknya pada mrsim W a n i n t e n s i t a s swanqan twhadap ketiga k a d i s i dolok t e r s e b u t tidak b#beda nyata ( p 1 0.01 1. Hal i n i tampaknya berkaitan
dangan kenyataan bahwa i n t e n s i t a s swangan pada waktu mush l u j a n
memmg l e b i h tinggi dibandingkan dengan mrsh kemara. Bahkan kelimpahm popllasi kwnbanq
tersetut
pada m s i m M a n cand#urglebih. tinqpi dari pada Nsim kemarw
.
D i pihak l a i n P. trepnatusjuqa lebih mequkai dolok
ranin
yang t#geletak d i a t a s pwmrkaan
tanah
daripada &lok ymg t e r l e t a k d i suahr tempat (keting- gian) yanq mempmyai j a r a k dengan p#mrkaantanah.
Hal i n iter-
c#min dwi tingginya i n t e n s i t a s ser- P. t-tus twhadap dolok yang ditmpatkan 0 m e t e r d i atas p#nukaan tanah (161
limg/m?) dibadingkan denpan dolok y a q ditempltkan pada k e t i n g -
gian 1
mter
(16 lianq/a?), 2 m e t e r (10 lizng/m?), 3 meter (6Disampinq karakteristik lainnya, liang g w e k P. trepanatus
pada dolok ramin memplnyai lima karakteristik utama yaitu : (1) dibuat pada bidang horizontal melintang batang, ( 2 ) mempunyai percabangan dikotm, ( 3 ) cenderung "melingkari" empulur, (4) tidak
add persilangan antara dua atau lebih sistem liang, dan ( 5 ) tidak mengandung relmq-relmg telur.
E?erdasarkan xrdut pmdang entomologi, kehadiran P. trepma- tus di kormnitas ramin sangat menarik perhatian karena serangga
Platypus trepanatus (Chapman) (Coleoptera r Platypodidre) PADA DM-OK RAHIN (Donystylus bancanus Kurz.)
Oleh WDI NCINDIKA
ENT 83532
D i s e r t a s i Sebagai Salah Satu Syarat untuk
k m ~ ~ r o l m h (klir Doktor d i l i m
Ilmu-Ilmu P e r t r n i r n
pada
INSTITUT PERTCINIAN BMjOR
J u d u 1 : B i a r a n i Kwnbang h b r o s i a Platypus tnrpanatus (Chapman) (Coleoptera : Platypodidae) pada Dolok Ramin (Litnystylus bm:aus Kurt.
;
h i s i P e t n b i M -Prof Soemartono romarsono, SP,Ph.D Prof
Dr
F. Gunarwan Suratmo, SK.K e t w Chggota
Prof F U y C. Tarwningkeng, SK,Ph.D Prof Ir Surjono Surjokusumo, Ph.D
Prof Soemartom Sosramarxxw,
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 D#emb# 1951 d i Rangkas- bitunq, Banten, sebagai anak k e # n p a t d a r i ibu Chasanah da ayah M s o e k a r d i (almarhum).
Pada
tahn
1964 i a l u l u s dari Sekolah Dasar d i Rangkasbi- tmg, dan s e t e l a h i t u mlanjutkan ke Sekolah MRlengah Perta- ma d m W o l a h Mmengah CItar d i k o t a yanq sama sampai t a h m 1970. Sejak tahn 1971 sampai dengan t a h m 1976 penulis b e l a j a r d i Fakultas Kahutanar, I n s t i t u t P e r t m i a n Bbgor, dua t a b diantaranya mendapat beasiswa &ri Yayasan Sprsemr. Dengm beasiswa dariDepwctemeo
P d i d i k a n dan Kebudayaan, i a kemdian mengikuti pro-gram Magistet- Sain pada Fakultas Pasca Sarjana I m t i t u t P e r t m i e n b g o r J- Entomologi dan Fitopatoloqi sampai tahm I-.
Sejak t a b 1981 penulis bekerja sebagai s t a f penqajar pada
Fakultas Kehtanen I n s t i t u t P k t m i a n hgor, Di-ing m#nb#ikan
kuliah &lam m a t a ajaran PBrrgawetan Kayu dan Rrlindunqan kbtan, ia juga aktif cnenelaah mrsalah p # l h c h g m banguwr gedmg dari sernqan hama, khmusnya ray*. Sejak -1 tahm 1990 ia mendapt tugas sebagai
Asisten
D i d c t u r Mmhistrasi Firsat h t a r Lhiversi-tas I lm Hayat, Irrstitut m i a n hgor.
Ia menikah derrgin
Mimin
W y a n i pada t a b 1978 d m sampaiDengan tetap m e m u j i syukur ke hadirat Allah Yang Maha Penqasih d m Maha Penyayang, penulis menyadari bahwa penyu-
t e s i s i n i dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukmgan yang tak . t e r n i l a i d a r i berbagai pihak. Oleh karena i t u , deqan h a t i yang tulus penulis merrqucapkan terima kasih yang tidak terhingga
.
kepada para pembimbingnya, Prof. Soemartom Sosmmarsono, SP.Ph.D; Prof. Dr. F. m a r w a n Suratmo, SK; Prof. M y C. T a m i n g - keng, SK, Ph.D; Prof. Surjano Surjokusumo, Ph.D dan Prof. Herman Haeruman, SK, Ph.D atas petmjuk dan bimbingan mereka sehingga penelitian serta p a l i s a n d i s e r t a s i i n i dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih dan penqhargaan juqa disampaikan kepada Direksi P.T. I M f Y V I I11 yang dengan b i j a k telah membwi- kan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian d i areal Hak Pmgusahaan Wtan (HSI) yang dikelolanya. -hatian dan bantuan yang dibwikan, khususnya oleh bapak Subiano, bapak Soedrajat Sowadji, SK, Ph.D, dm bapak Hennan, SK masing-masinq sebagai mantan Direktur Utama, D i r d t t u r Utama d m mantan Manager
lhm, P.T. I F H U T M I 111, sangat besar a r t i n y a baqi kelancaran penqumpllan data d i lapangan. Kerjasarna yanq baik dengan para rimbawan, Hendi Suhendi, SuMrdi, Heru, Syupii, dan Wakimun d i
Camp m l i a n , Sampit, Kalimantan Tengah i k u t memperlancar pelaksanaan penelitian i n i .
F h u l i s juga menyampaikan rasa twima kasih kepada KaMo Martosentono MSc, seorang sejawat y m g dmgan tekm dan ikhlas telah i k u t membantu persiapan pengwnpllan data lapangan d i tengah hutan rawa, Kalimantan Tengah. Kepada Koko Iskandar secara khusus disampaikan penghargaan atas bantuannya yaw mat bwni-
...
mbY3 IS1
m N ? TABEL
...
m b Y 3 G w B w...
...
m N ? L C Y V P I ~
...
...
Latar Belakang
...
Tujwn...
TIFUALW PUSTAKA
...
Penamaan clan penyebaran...
Kebiasaan Makan
Fbnencaran
...
...
Pmilihan Inang...
Sistem Berbiak...
Wkngan dengan Jamur CLnbrosia...
Beotuk Kemsakan dan m p a k Ekmomis...
PEM-ITIWIdentifikasi Kwaqaman Kwnbang h b r o 5 i a dan
...
I n m y a...
Peneladha Siklus Hidup dan Mwfologi
...
Penelaahan Waktu &bang dan Ketinggian Terbang
...
Penqujian Prefwensi terhadap Warnax i
x i i i
xii
Penelaahan Pwanan Feroron Aqregasi
...
Uji Preferensi Twhadap Bagian Dolok...
Pengujian Penqaruh Ketinqgian Dolok terhadap
...
.
Intensitas Swangan...
Pengamatan %la Liang Gerekm I C
w
-
o......
Keraqaman Spesies Kumbanq -ia
...
Mwfologi d m Siklus Hidup
...
Habitat dan Inang
Pemencaran
...
...
Perilaku Fenyet-m&n InanqFola Liang Gerek
...
KESIrPUAN
...
m P R R6Tw
...
...
x i i i
No.
J u d u l Halwran1. Lebar Kapsul Kepala Larva sebagai K r i t e r i a Penentuan
Jumalah I n s t a r
...
43 2. Perbandingan Jumlah Liang Gerek Tiga Spesies KumbangWbrosia Pada Enam Jenis Dolok
...
54 3. Jumlah Imago P. trepanatus yang Tertangkap KetikaTwbang Menurut Waktu dan Ketinggian hangkapan
...
57 4. Perbandingan Tingkat Pemencaran P. trepanatus pada...
P b s i m Kemarau dan Wsim W j a n 59
5. Rata-rata Jumlah Imago P. trepanatus yang tertanqkap
pada Bidak Berwarna
...
60 6. Rata-rata Jumlah Imago P. trepanatus yang tertanqkap...
pada Penqujian Peranan Fwomon Elgregasi 66 7. Perkembagan Kedalaman Liang Gerek P. trepanatus pada
m l o k Ramin selama 45 H a r i Pengumpanan (selang 3 h a r i ) 68 8. Jumlah Liang Gerek P. tmpmatus pada Dolok Ramin
yang Ditempatkan pada berbaqai Ketinggian d a r i per-
...
mukaan tatah selama 14 h a r i 69
9. I n t e n s i tas Serangan P. trepanatus Pada Dolok Ramin Me-
x i v
No.
J u d u l Halaman1 . Kurungan Kasa untuk Penqamatan Siklus Hidup dan
MOrfologi
...
272 . Jaring Penangkap Kumbanq yang dipasanq pada Sebuah
L o r i
...
293. Pwangkap untuk Pengujian Preferensi Kumbang
Twhadap Warna
...
31 4. Kurunqan Kasa Sebagai Pelindung Dolok Contoh...
335. Menara Pengujian Pengaruh Ketinggian Dolok Terhadap
I n t e n s i t a s Serrngan Kwnbang
...
37 6. Telur, Larva, Fbpa, dan Imago P. trepanatus...
40 7 . Imago P. trepanatus Jantan dan Betina. . .
. .
.
. .
,. .
.
44 8. Kepala Imago P. tre-tus (perbesaran 17.5kali)....
469 . h t e n a P. trepans tus ( perbesaran 50 ka 1 i )
. . .
.
.
. . .
.
.
.
47 10. Sayap &pan ( A ) dan Sayap Belakang(B)
ImagoPI trepanatus
...
49 11. S i k l u s Hidup P. trepanatus pada Dolok Ramin. .
. . .
. .
. .
51 12. Perkembangan Jumlah Liang Gerek P. trepnatus PadaEnam Jenis Dolok yanq masih B w k u l i t
...
55 13. Perk#nbanqan Jumlah L i m g Gerek P. trepanatus PadaEnam Jenis Dolok yanq b l a h dikupas (Tanpa Kulit).... 56 14. Perkembanqan Jumlah L i m g Gerek P. trepnatLls pada
Dolok Ramin Waktu W i m W j a n dan Flusirn K#Mrau
....
61 15. Grafik Rata-rata Jumlah Kumrlatif Imago P. trepans-tus Yang Tertangkap Pada F'engujian Peranan Ferunon
Agregasi
...
67 16. Beberapa Ragam Liang Gerek P. trzpmatus yang Re-l a t i f Berkembang Sannpurna
...
7417. Bebwapa Ragam Lianq Gemk P. trepnatus yang Kurang
No. J u d u l
1. Surat Dari British rYLlseum (Natural History) Tentang Hasil Identifikasi Spesimen Kumbang Anbraia
...
2. Frekuensi Lebar Kapsul Kepala LarvaP.
trepanatus(210 spesimen)
...
3. Perkembangan Junlah Liang Gerek Pada Dolok Umpan
yang berasal dari
Enam
Pohon Dominan...
4. balisis Keraganm (-1 dim Uji Beda NyataTerkecil
(LSD)
Prefwensi Kumbang Ambrosia pada...
Enam Jenis Balak
5. Chalisis Regresi R-eferensi I<umbanq Elmbrosia pada Enam Jenis PMwx, Tanpa
Kulit...
6. k b k n g m Fhtara
Lama
P m q m p m m ( X d e n g a J m l a h Lianq GerekP.
tmpamtus ( Y 1 pada Dolok UTlpan yang...
Bwasal dari Enam Jenis Pohn
7. Fhalisis Keraqaman (-1 d m Uji Beda Nyata Terkecil (LSD) Waktu dan Ketinqgian Terbang
Imago
P.
trepanatus pada W s i m k j a n...
8. Chalisis Keragaman (CVUCFJCS) dan Uji Beda NyataTerkecil (LSD) Waktu dan Ketinggian Terbang
...
Imago P. trepanatus pada Flusim Kemarw
9. Jumlah Imqo
P,
trepnatus yang Twtanqkap Menu-rut Waktu dan Ketinggim fmmgkapan Pada M K i m HLLjan
...
10. Jumlah Imago P. trapnatus yang Tertangkap Menu-rut
Waktu dan Ketinggim F m a q k a p a n Pada Mtsim Kemarau...
11. Fhalisis Keragaman (WWA) clan Uji Beda NyataTerkecil (LSD) Preferensi
P.
tnqmnatus Twhadapm a
...
12. fhalisis K w a q a ~ n (AMWI\) clan Uji Beda Nyata Terkeci 1
(LSD)
Preferensi P, tnqmnatus Pada ber-xvi
No.
J u d u lHa
1 aman13. Analisis Regresi Balak Ramin yang Ditempatkan pada
...
berbagai ketinggian 100
14. kbbmgan Antara Lama k q u m p m a ( X 1 dengan Jumlah Liang Gerek P. trepanatus ( Y 1 pada Dolok Ramin Yang
Ditempatkan Pada BerhaQai Ketinqgian
...
102 15. halisis Regresi Balak Ramin pada berbagai LokasiBatang clan Kmdisi Kulit... 103 16. &bungan h t a r a Lama RRlqmpanan (X 1 dengan Jumlah
Liang Gwek P. trepdnatus ( Y 1 pada Dolok Ramin Yang
...
Nasih Berkulit 106
17. W b m g a n Chtara Lama Pengumpanan ( X I dengan Jumlah Liang Gerek P. trepanatus ( Y 1 pa& Dolok Ramin Tanpa
Kulit
...
107 18. W b m q a n h t a r a Lama Fengumpanan ( X I dengan JumlahLiang Gerek P. t r e p ~ ~ t u s ( Y ) pada Dolok Ramin Tanpa
Gubal
...
Ice
19. Perkembangan Jumlah Liang G e m k Pada Balak Ramin
Menurut Lokasi Pada Pohon dan Kondisi Permukaan... 109 20. halisis Keragaman ( N U T M I dan Uji Beda Myata
Terkec i 1 (LSD) Preferensi P. t r e p n a t u s Terhadap
Latar
BelakangD i -ah m i k a seperti Indanesia, disampinq rayap, kwn-
bmg m#upakan sermgga yang paling a k t i f menyerag d m mmghan-
&an berbagai j e n i s kayu. Kandisi kayu yang d i s e r a g n y a p r ,
beraeka ragam, mulai d a r i batang pohm yang masih hidup, batang pohcn yang merana a t a m a t i , dolok segar tebanq, kayu -ian
sampai kayu kerinq yang t e l a h rnenjadi b a n g jadi
-ti
mebel.
Sebagian dari kmbmg-kumbanq perurrak kayu t#sebut dikenal dengan nama kunbanq ambmsia ( m i d L#etles) yang pada -ya
m Y # a n q d o l d seqar tebanq d m pohm-pohon Yanq --• Kayu yang terser- tampak bwlubang-lubang denqa,
-
hitam d i&e-
lilingnya. ' N a b tersehut timkrl akibat penyebran h i f a jamrr yanq
hidup bersam kunbmg, Oleh karena i t u kayu yang terserang akan
tuvr
kua1it;rsnya dan dengm - k i n harga jualnyapn menjadisangat rendah,
D i Indonesia, masalah ktmbmg ambrosia t#utana dihadapi o l e h
perneganq Hak h q u s a h m Mtan (WH) d i luar
J a w
karmaser-
tersebut
terus
m m e n ~ ~ merrgncam k u a l i t a s kayu yang dipmduksinya, klwsusnya kayu ramin (6cnystylus baxmus W z ) , Walaupm j e n i s kayu t#sebut mmpmyai n i l a i e k d s tinggi (Rp 500.000-
Rpdi dalam negeri mwpun di luar negeri, akan tetapi sangat rentan terhadap serangm klvnbanq ambrosia ketika barn d i m . Oleh karena itu pada eksploitasi hutan ramin selalu terjadi serangan
hama kayu tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa swangan kumbmg ambrosia pada kayu ramin yang barn ditebarig berlangsung sangat cepat. Dalam waktu beberapa jam saja penqgerekan kayu &ah terjadi, padahal penanqanan kayu sampai ke tempat pengolahan memerlukan waktu beberapa hari bahkan beberapa minqgu. Penggerekan
oleh serangga tersebut disampinq menimbulkan liang-liang gerek pada kayu, juga mnqakibatkan cacat w a m a akibat penqaruh jarmr yanq menjadi makanan kumbang. Cacat tersebut secara langsclnq morrunnkan kualitas kayu, sehinqqa andaikan dopat dijual maka
-
harqanya akan t u secara drastis. m a n demikian ~ dapatdimenq~tcti betapa besarnya danpak ekcnamis kmbang ambrosia bagi pmgusaha hutan dan industri perkayuan.
Bebwapa peneliti telah mencoba mengungkapkan bio-ekoloqi spesies-spesies kumbang ambrosia yang hidup di Indmesia. Sebagai
h a m s diakui bahwa sebaqian besar bio-ekologi kmbang ambrosia tersebut b e l m diketahui secara mendalam. Padahal keberhasilm pengendal ian biasanya sangat tergantung kepada pengwsaan pengeta-
huan twsebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dirasa perlu rnelakukan penelitian untuk mengetahui kehidupan kumbang ambrosia
Platyprs trepmatus (Chapman 1 termasuk siklus hidup dan perilaku penyermgmnya pada dolok ranin.
T u j u a n
Penelitian bertujuan untuk mengetatui bionuni -k ambro-
sia P. trepnatus terutama yang menyangkut (1 1 siklus hidup dan mwfologi, (2) inang, ( 3 ) pemencaran ( d i s p w s a l ) , (4) perilaku penyerangan inang, dan ( 5 ) pola liang gereknya pada dolok ramin.
T I N J W A N PUSTAKA
Penamaan dan Penyebaran
Spesies kumbang ambrosia twgo1a-g dalam famili Scolytidae dan Platypodidae (Coleqkera) yang tersebar lws di daerah tropi- ka, m l a i dari dataran rendah sampai tempat-tempat yang tingqinya 2000 meter di atas pwmukaan laut. Nama ambrosia pertma kali dibwikan oleh Schnidtbwqw (1836) ketika dia menemukan larva
Xylebwus dispar (Coleoptera : Scolytidae) di dalan kayu tetapi temyata tidak memakan kayu melainkan memakan s w t u bahan yang melekat di dalam lianq qerek yanq dikratnya. k h a n twsebut d i m i naina ah-wsia (bahasa latin) yanq k a r t i ndciu~m para
dewa. Ram pada tab 1844, Hartig mengetahui bahwa bahan yang melekat tersebut adalah jarmr. Gola-tgan kumbang ini serinq juga
bekas tuwrkan jarwn (Hickin, 1963).
Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 1000 v i e s kum- bang m k w i a , mulei dari yang panjang tubutnya 1 mn sampai yang
pan jang tubuhnya 10 mn dengan diemeter satpi 2.5 mm (Jones,
1959). Sebagian jumlah twsekrt hidup di daerah tropika dan mwupakan hama utma yanq m#ygikan. K#usakan terjadi terutama pada kayu yang bam ditebang sebelm diangkut dari hutan
(Beaver,1976).
wilayah di dmia, bahkan daratm Malaysia dan Indonesia (sub- cmtinent of Sndalcnd) yang kaya akan hutan tropika basah meru-
pakan p ~ a t penyebaran Scolytidae dan Platypodidae, terutama
s#nenanjwq Malaya, Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Di daratan
Malaysia saja telah dikenal 435 spesies dari kedua famili terse-
h t , bahkan jlvnlah sesurqguhnya diperkirakan mencapai 433 sampai
500 spesies. Di satping itu di India dan Jepang terdapat sekitar 200 spesies, sedanq di seluruh daratan k s i a hanya terdapat 300
spesies atau lebih. Kenyataan menun jukkan bahwa anggota-
angqota Scolytidae dan Platypjidae di Malaysia sangat daninan sebaqai penggerek kayu di bandingkan m a n kel mpok bioloqis laimya. Bahkan kalaupn anggota-anggota Platypodidae (seluruk nya pengqerek kayu) diperhituqkan, temyata 63 % dari j m l a h spesies tergolong ke dalam kwnbanq ambrosia. Sismya merupakan penggwek kulit ( b a r k - k t l e s )
,
bi ji (!=Ed-& r r s ) , clan pmggemk prcuk ( twig bwerr). Di pihak lain hanya 10 % dari selwvh anggota Scolytidae di Asia bagian utara, Eropa dan Kanada yang berperm sebagai pmggemk kayu. Di tiqa wilayah tersebut Platypodidae sangat langka
~~,
1961).Kebiasaan makan yang twdapat pada klvnbanq Platypodidae clan Scolytydae dapat digolmgkan ke &lam lima golongan (Beaver,
(1) Floefag, kumbanq yang menyerang kulit kayu dan mengutamakan makanan dari jaringan pembuluh ayak (phla#n) atau lapisan
kambiwn.
( 2 ) Hwbifag, yaitu spesies-spesies yang m k a n jaringan herba yang l w a k termasuk spesies yang hidup dan makan empulur lunak
c a m atwr anakan.
( 3 ) Silofag, spesies-spesies yang hidup di dalam dan makan kayu ; jar- ditemukan dan di fkia Tenggara hanya terdapat beberapa
spesies dari genus D i m s .
( 4 ) Spermatofag, spesies-spesies yang hidup dan makan biji atau
buah, misalnya biji atau b w h Dipterocarpaceae dan Palmae.
Beberapa spesies menyerang biji kopi, coklat dan sebagainya.
-
( 5 ) Silomisetofag, kumbang ambrosia yang membuat sistem lianqg e r e k di d a l a m k a y u a t w r a n t i n q d a n makan jamur (jamur ambrosia) yang tumbuh pada dinding liang gereknya. Hampir se4nua Platypadidae dan kebanyakan Scolytidae yang hidup di
daerah tropika twmasuk ke dalam golongan silanisetofag.
Penggolangan di atas tidak selalu nyata. Beberapa spesies dapat digolmgkan ke dalam lebih dari satu kelas, misalnya bebwapa spesies Cacotrym (-ilips) dapat digolcngkan ke dalam golongan floefag atau spermtofag. Jumlah spesies dari setiap
golongan herbeda di d a w a h beriklim sedang dan tropika. Pada silomisetofag ha1 itu -kin terjadi sebagai akibat pertumbuhan
jarmr amkosia y m g twbatas atau lambat di daerah-daerah yang
Kehidupan spesies k- ambrosia selalu dihukrngkan dengan adanya j m r sebagai m a k a m . Schedl (1958) mengkatagorikan jenis-jenis k w b a q amkosia ke &lam kele-kelcwnpok silmise- tofaq sehubmgan d e w kebiasaan hidupnya di &lam kayu tetapi
smbm nutrisinya dipemleh dari j m r yanq twnbuh pada dinding liang gereknya. Pada famili Scolytidae kebi- makan j a m r ambosia blah bweYolusi beberapa kali. Evolusi i t u ditunjukkan oleh ti* faktor di bawah ini (Bmwre, 1952) :
(1) Evolusi di dalam satu genus pada tribe yang berlainan, misalnya Gnpta#us pada Scofytini, Ebthr~s-s pada
fktmstemini ;
( 2 ) Fwbedam card larva menqqunakan jaw sebapai makimm, yaitu larva Scol ytopl a typini
,
Grthyl ini, Trypadendrini,dan C ; P r p t a e r u s yanq hidup dm makan di dalam sarmcytya sendiri berdampinqan dengm lianq induk, sementara Xylerbwini dan Platypodidae hidup bebas di dalam liang induk ;
(3) Tipe-tipe myrngia yarrg berbeda-becJa yang digunakam mtuk cnelinckngi, menyiinpm d m mentramfer jamur oleh kwnbanq
cbwasa ice tempat-tempat pembiaka, yaitu kmtang-kntang di beldtnq mandibel (Xyleb#us), lubang-lubong pada pmtoraks
P#nencwan awal kumbang amkosia d i dalam hutan tergankrng
pada suhu yanq sesuai ymg e r a t kaitanoya denqan i n t e n s i t a s cahaya, arah angin dan kecepatan g i n . Shu d i &lam hutan tropika pada mumya sesuai bagi kmmtmq mtuk keluar clan
term
sepanjang hari&lam
setahm. &an t e t a p i kumbmg ambrosia b i w a - nya a k t i f pada siang hari(Beaver,
1976). Kebmyakan spesies menmjukkan prrcak a k t i v i t a s pada wakb senja at- menjelanq sen ja (Webb dan Jones, 1957 dalm Beww,
1976),
t e t a p i beberapaspsies lebih a k t i f pada t m g a h h a r i (JonesdanRob#ts, 1939
&lam
Beaver,
1976). Kumbanq ambcosia b e r s i f a t fotopositif padawaktu am1 pen#bangan, t e t a p i menjadi fotanegatif s e t e l a h melewati jmgka waktu penerbangan tertentu.
IQmbaq dapat
term
melawan arah angin yanq bwkecepatanrendah (kurmg dari 1.5
-
8.0 k i l w t w per j a m tergmkrng pada ukuran k w h a q ) , t e t a p i pada kecepatm yang lebih tinggi kmbmg d a p t t#-bawa angin (Mev# d m Nowis, 1973 dalan Beaver 1976). D i dalan, hutan tropika basah, kecepatn angin biasanya rendah(Richard, 1952). terutanra d i dekat pemukban
tanah
yang -yarnerupakan clawah pen#bangan kwnbanq (Brame, 196l). Denqan diemi- kian pen#bangan langeurg dapat t e r j a d i s e t i a p saat. Walauprr demikiian k#namprar, terbang s e t i a p j e n i s kumbang ambrosia
berbedsb#)a. S e b a p i cantoh, lkndratmus pseud~tsrrgae -ins
Pemi 1 ihan Inang
Pada wnvrnya spesies-spesies k w h n q ambrosia bersifat poli- fag, bahkan hanya beberapa spesies kayu saja yang tahan terhadap seranqannya. Dalam kaitan ini baru diketahui satu spesies kumbang ambrosia yaitu Platypus spretus Schedl yang tampaknya mmgkhusus- kan serangannya pada satu spesies kayu. Beberapa spesies diketa- h i menyerang satu famili, satu genus atau satu sub genus pohon saja. Misalnya Xylekxus f o w s t w i Hagen dapat menyermg setiap spesies kayu dari famili Burswaceae; PsRwlbxyletwvs asperrus (Samps. ) khuxrs menyerang kayu dari genus E w i a (Myrtaceae 1 ; Ovssotarsus i m r Schedl khuxrs menywanq pohcn-pohon S b r e a spp.
( Diptwocarpaceae ; dan Platypls sprcetus hanya menyerang kayu
Dywa cos tula ta ( Ekcnme, 1941 )
.
Jenis kumbang ambrosia Xylekrms saxesmi Ratzeburg menyerang berbagai jenis kayu dari golangan d m lebar (hd koad)
dan konifw ( soft head) misalnya Eucalyptus spp., Pinus radiata, douglas fir d m lain-lain (Hosking, 1968). Di Indonesia, Kalshoven
(1959) menyebutkan bahwa kumbanp ambosia Xyletrxus destrums Blandford yamg m u l a m l a hanya merupakzn hama s e k h pada
tanaman
coklat ( T mcacao) ternyata rnerupakan hama primerpada
tanaman
jati ( T ~ t c r w grdis). Selain i t u jenis-jenis kumbanq ambrosia menyerang juga Albizzia, Cassia, L ~ l c a e n a gl#rca, Skietenia, EusidkPxylm yang mrda dan Gbl m i d lati folia.h e x p s i s sp. dan lain-lain di Afrika Barat, h r i k a Swikat, Trinidad dan Hawaii (Fisher et dl., 1953
Di pihak lain s w t u -poha, di dalam hutan dapat diserang o l d bertmgai spesies kwnbang amkosia. Di Malaysia, d a l a satu tahv, blah ditemkan lebih dari 120 spesies Scolytidae dan Platypodidae pada dolok Snme leproa~la
(Beaver,
1976). DiKalimantan, Gohda et dl. (1972) blah menemukan 15 spesies k d x n g Scolytidae dan Platypodidae pada kayu meranti (Skuma
W -
).
Sejalan d e w itu Thomas (1949a) mengemukakan bahwa padakayu meranti merah smgat wnvn ditemukan liang g e r e k dari berbagai jenis kwnbmg ambrosia. Namrr dmikian pada umnnya jenis-jenis
"dark r#l meranti" tidak disermg begitu b a t dibandinq dengan
"fight d mrdn
ti
".
Terdapat berbagai teori t e n t a g sebab brjadinya swangan
-1 pada inang. Hasil penelitian di daerah beriklim sedancj
cnenurjukka adanya pemikatm awal (prinrary attractim)
,
walrrpnranqJanpan visual juga berperanan pen-.
acaWne
(1961 ) b e r m - pat-
di daerah tmpika pemikatm pertama ini juqa terjadi.tadipura (1978) di Kalimantan Barat menwjukkan bahwa pengulitan kayu bwpenqaruh rjangat nyata terhadap intensitas serangan dan 'laju penggerekan bwbagai spesies kwnbang ambrosia. Selama tujuh
hari penyimpanan di h t a n ternyata dolok ramin yang masih berku- lit belum diserang, sedang dolok yang dikuliti langxng diserang pada hari kedua sejak ditebang. Disamping itu dolok ramin yang berukuran besar mmdapat serangan lebih berat dibandingkan dolok yang berukuran keci 1.
Wood (1970) menyatakan bahwa serangan biasanya dimulai oleh bebwapa kwnbang perintis yang mampu menermkan tanaman inang dan mmbuat liang gerek sampai ke bagian dalam kulit pohm. Kumbanq-kumbang yang merintis s w a g a n tersehut umvnnya hanya
- terdiri dari satu jenis kelamin, yaitu serangga jantan pada jenis-jenis yang poligami a t w seranqqa betina pada jenis-jenis yang ronoqami. Bebwapa saat setelah serangan awal tersebut, kumbanq-kumbang lain yang bwlainan jenis kelamin segera bergabmq ke dalam liang g w e k untuk melanjutkan penggerekan dan berkopllasi di &lam liang ger@k. Diduga bahwa serangan awal terjadi karma adanya pemiketan olgh stmyawa-senywa aldehida atau ester yang bemifat mdah rnenquap yang dihasilkan oleh proses e n z i ~ t i k di dalam pohrxl yang baru ditebang, yang sakit atau yang merana. Kumbanq-kwnbang perintis tersebut k m d i a n mengeluarkan fwamon yanq berfvrqsi ganda yaitu : (1) menarik individu lain untuk &tang, dan (2) nrenarik kumbang y m g melawan jenis kelamin m # ~ -
-kin juqa suatu feranm anti-agregasi dihasilkan oleh klrmbang jantan m t u k merrceqah berkelanpoknya seragga pada satu lianq gerek. Secara kimia fwomar twsebut tidak perlu berbeda dengan fwomon aqregasi. Telah dibuktikan bahw feramon Mra-
t a &pat ~ ~b w f m g s i sebagai zat pnikat pada kmsentrasi r d h dan sebagai zat penolak (repellent) pada kmsentrasi tinggi (Ikrden et d l . , 1968).
Sedikit sekali spesies k m b n g yanq memilih pohan hidup yanq sehat, baik yanq terdapat di dalam h u h
tanaman
maupm hutan alam. Di huh-hutan alam tropika baru diketahui tiga spesies Platypodidae y m g m i f a t demikian, yaitu l k v d m t c m ~ inpar(Schedl yang menyerang Shrm di Malaysia, Trdcbstus ghmamsis
-
=hedl yang menyerang T r i p l a h i t m di Afrika Barat, dan Lbliqpyus &ius (Sampson) yang menyerang T-mlia di Afrika Barat. Serangan y m g bwhasil biasanya terjadi pada bagian batanq yanq kerapatan kaynya rendah, dan biasanya sermgm tersebut ti&k menyebabkan kematian pohon. &an tetapi k- serangan ber-
langsung selama hidup pohon maka kerusakar yang bwarti akan
sehat di hutan
tanaman.
Spesies-spesies t#rehrt antara lainC m s o t a r s w extemeckntatus (Fairmaire dan Platypls get-s tserkeri
Chapis yanq menyerag pohon mahoni (Skitenid sp.) di Fiji, dan
y a m p#nah m m y e r n q E i r a l y p t w spp. di
Samoa,
serta XyleLxvus destruem B l a n d f d y m g menyerang jati (Tstona grandis) diD i daerah tropika bahaya serangan tetap ada sepanjang t a b , t e t a p i tinqkat popllasi kumbanq dapat berubah-ubah -i dengan pergantian mrsim (Jones, 1960). Dalam ha1 i n i jenis-jenis pohon eksotik yang tidak dapat menyesuaikan d i r i dengan k m d i s i setempat akan &ah diserang oleh kumbang ambrosia. Serangan yang t e r j a d i mungkin ada hubunqannya dengan kandcngan a i r d i dalam pohon. Baik kelebihan maupun kekurangan a i r m#npulyai pengaruh yang buruk terhadap pohon, dan serangan kumbang mungkin akan l e b i h banyak (Jmes, 1959). Cbliw)gus ccndradti (Stroheyer) menyerang pohon yang hidup selama msim k w i n g d i Ghana (Webb d m Janes, 19!56), sementara X. destruens menyerang p o h m j a t i ketika msim hujan (Kalshoven, 1959). Beaver (1976) berpendapat
-
bahwa rnakin besar tekanan faktor f i s i k lingkungan twhadappohan, biasanya makin besar kemngkinan terjadinya serangan, walaupun faktor-faktor l a i n juga berpengaruh.
Sistem Berbiak
Sebagim besw kumbang Platypodidae d m Scolytidae b e r s i f a t managami d m mempnyai perbandingan j e n i s kelamin 1 : 1. Seekw
betina mungkin bwkoprlasi l e b i h d a r i satu k a l i , tetapi hanya satu ekw jantan saja yang hidup berrama d i d a l m satu sistem 1 iang
.
Se juml ah spesies kwnbanq f loef aq d a r i genus Ipini dan Pityophtwini b e r s i f a t poligami, y a i t u seekw jantan hidup bersarna d e w 2-
6 ekw betina d i dalam satu sistem liangSerangga jmtm t e r j a d i l e b i h dahulu dm kopulasi dengan betina s a x h r a n y a d i &lam s i s h l i q . Pembiakan d i lw sistem i t u h a y a &pat ber1angr;lmq bilamana dud sistem l i a n q s a l i n g berh- d i dalam pohar, dan ha1 i n i jar- t e r j a d i . Sistem l i m g hanya t e r j a d i &lam a r a h memanjanq, sehingga huburqan a n t a r sarmg langka t e r j a d i . Pada j m i s - j e n i s y a q m e m i l i k i
sistem l i m g dengan a r a h t i g a dimemipun, h u m a n a n t a r saranq i n i rupanya dihindarkm. Hanya s a t u ekw betina yang t e r l i b a t
&lam perkembangan dan perlindvlgan keturunan
(
M
I
d i &lamsatu l i a n g g e r e k (&aver, 197h).
Apabila hanya twdapat satu ekor jmtm d i dalam ket-
dm k # n d i a n jmtm i n i t e r k n u h , maka seluruh ketu- a k m pmah, k e c w l i kalau induknya &pat bertaha hi&p lama d m b e r k o p l l a s i dengan anaknya s e r t a menghasilkm ketunman l a i n yanq berkelanin jantan. Hal i n i -kin s a j a t e r j a d i d i laborato-
rim, t e t a p i jaranq t e r j a d i d i alam. Dilaporkan p l l a bahwa
kwnbanq betina yanq tidak s#npat kawin ( v i r g i n ) m n j a d i sebab
utama kd.rancwan kolani Xyl- sdx-i (Ra tzehurg )
,
k w e n a kumbanq betina tidak mnghasf lkan t e l u r . Dmgm decnikian sistetn spanandri i n i hanya mengurtmgkn bil- kematim imago mda smgat rendah. Kematian imago nrda t e m y a t a l e b i h rendah pada spesies-spesies s i l d s e t o f a g dibanding jenis-jenis f l o e f a gHubungan dengan Jarnur h b r o s i a '
Wbmgan simbiosis antara kumbang ambrosia dan jmr ambro- s i a telah diketahui secara luas oleh para mtanologiwan, khusus- nya entmologiwan kehutanan. Bahkan nama ambrosia sendiri berasal d a r i nama jmr yang hidup dalam liang qerek kumbanq tersebut.
Jamur tersebut tumbuh dalam sistem liang yang terbentuk akibat gerekan kumbang ambrosia pada dolok at& pohon. Mereka memben tuk 1 apisan t i p i s yang brkesinamkmgan dan berwarna kehitamam-hitaman (Batra, 1966). Sebagaimana diketahui, kumbang ambrosia memplnyai wqan-wgan repository khusus yang dapat m#nbawa spwa j a m r ambrosia (Batra dan Francke-Grornam, 1961). Orqan-organ tersebut oleh Batra (1963) dinamai m y c a n g i a ,
t e t a p i Francle-Gro5mann (1967) kffnudian mequsulkan i s t i l a h tersebut diganti menjadi m y c e t a n g i a selaras dengan i s t i l a h l a i n yang telah lama dipakai seperti m y c e t a y t e dan m y c e t a n e .
hbungan antara jamur terseht dengan kumbang ambrosia telah sejak lama dibatds oleh para ahli, antara l a i n Ratsburq (18391, Batra dm Francke
-
G m m m n (1961), Batra (1963, 1966, 19671, Norris dan Baker (1968), serta N w r i s (1972, 1975). Hasil peneli- t i a n -a menunjukkan bahwa simbiosis antara jarnur ambrosia dan kumbanq ambro5ia m p a k a n suatu simbiosis rmtualistik. Dalam ha1i n i jarmr m l e h keuntungan karena : (1) disebarlwskan ke dalam kayu yang megadmg unsur-unsur hard serta a i r yang diperlukan, (2) pelukaan kayu oleh kumbang m#runqkinkan"pen#rr
klnrbang merupakan #mbw nitrogen bagi jarmr, (4) t w l i n d m g
n a s i kumbanq, dan ( 5 ) i n d t u l m jarmr b l i p a t ganda ( m u l t i p l i e s ) d i & l a m mycagia dan menghasilkan sejumlah besar amkosia (Batra, 1963b). D i pihak l a i n , klvnbangpln -pat kecntungan
&ri simbiosis terrebut. Dilamrkan bahwa jamv ambrosia &pat bertindak sebagai p e q e k s t r a k makanan d i
&lam
kayu d i s e k el i l i n g lianq gerek kwrbarrq.
Kiswan pohcn inang bagi bebwapa spesies
jamv
didugadengm klunb;nq t e r t e n t u d i &lam bwbagai pohcn inmg. &an t e t a p i janur i t u s e n d i r i h a m i k u t berperan &lam mnentukan kekhasan inang. Denqan ckmikian kisaran j e n i s pohm yanq sangat terbatas
bagi Platypodidae yang biasmya meny#anq pohan-pohon hidup mnqkin s e k a l i ditentukan o l e h k#namplan spesies-spesies janur
k l u s u s yanq tersimbiosis dan hanya &pat b m h h d i dalam pohan- pohon t e r s e b u t dan ti&k pada pohm hidup l a i n (Wood, 1970)
.
Pada awal s ~ n g v n y a kwnbng b e t i n a yang saluran mak-ya
masih korrzq hanya mendapatkan s e d i k i t makanan dui kayu yang di-a. Pada tahap selanjutnya janur ambmsia d i dalm lianq
i n d u k bwperan pgntinq sebagai runrb# n u t r i s i , tm-masuk m t u k pematmgm warium krvnbanq betina d m p#kmbmga larva. D i
sampinq i t u jarmr amkosia juga berperan &lam s i n t e s i s sterol
d a r i kayu d i
mitar
liang q#ek kwnbang. Senyawa twsebutnitrogen itu sendiri berasal dari kayu, tetapi proses ekstrak- sinya oleh jarmr masih belum jelas (Bmwr, 1952).
Francke
-
Grornann (1967) telah membahas secara medalamhubungan simbiosis antar j a r ambmsia dmgan kumbmg Xylebcnus. Dia menarik kesimpulan bahwa jarmr ambrosia sagat penting baqi kehidupan Xylekmfs. Koch (1962) v k a p k a n bahwa j a r Eh&- m y r v - s menyediakan berbagai vitamin yang penting bagi X. gms-
m i , namrn ticbk membuktikamya secara eksperim. Bukti t e r d u t akhirnya mncul ketika Kok et dl. (1970) serta KO& dan
Nwris (1973) bwhasil medemnstrasikan bahwa
/\
7-
sterolyang diperlukan oleh XylebcKus m m m g disediakan oleh jarmr. Dalam k a i t a n ini telah dibuktikan pula b a h fertilitas kwnbmg ambrosia X. fwrugimus sangat teqantmg pada perkembmgan j a m v simbiannya yaitu Fusarium sulani (Nwris dan Baker, 1967), sedanqkan fertilitas Xyle$cwus di-r (Fabricius) sangat
t#pantulq pada perkembangan hkrosiella bartigii (French clan Roeper, 1975). Bahkan kebwhasilan perbiakan X. ferrugine~~ &lam
media
buatan di laborabriwn sanqat teqmturq pada perkembmgm j m r simbiamya yaitu F. solmi (Naris dan Baker, 1968;-is, 1979).
P w k a & q m jamv
t#utama
dipmgamhi oleh kelembaban dan suhu. Pada kadar air kayu d i bawah 40-
45 % perk-jam# ambrosia akan terhenti, sehingga kunbanq tidak dapat
m e l a a h a n terhadap morfologi umm jamur ambrosia dan usaha determinasinya telah banyak dilakukan oleh para peneliti sepwti Francke
-
Gr-n (19671, Baker dan N w r i s (19-1 dan Batra (1963, 1966).Narmn
karena begitu banyaknya spesies- spesies jamrr tersebut maka m s i h banyak yanq belum dikenal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar jarmr ambcosia bersifat dimwfik, terdiri dari fase ambrosial dan fase miselial. Fase ambrosial a t w fase sel tunas ( s p r a r t - c e l l phase)
sangat duninan selama kumbang hidup aktif di dalam s i s t m liang. Fase ini juga dapat dikembanqkan di laboratwium dengan pmberian nutrisi tertentu. Tanpa adanya kumbanq di dalam sistem liang at= jika disimpan terlalu lama, kcnidia dan sel-sel tunas biasanya akan berkecambah dan mernbmtuk fase miselial (Batra, 1967).
Pada setiap spesies jarmr ambrosia terdapat tiga macam struktur repmduktif yaitu (Batra, 1966) :
(1) Kanidiofora mcnilioid, a t w hifa vegetatif yang serupa (simi- lar), keduanya berasal dari hifa n c n - t w u l u s e y a n g biasa, dari sel-sel tmas, at= dari tranfwmasi t a m kecambah. Sel-sel individtal dari rantai yang ckmikian itu patk banyak spesies lepas-lepas dan tidak berkecambah.
(3) Sel tmas, biasanya bwasal dari konidia yang berkecambah. Sel-sel twsebut berdindinq tipis, menqandung banyak vakuola, bulat dan trerwrur pendek. Sel tunas merupakan salah satu bentuk dari fase ambrosial di dalam myrangid dan lianq.
Oleh karena kanidiofora dari kebanyakan j a m r ambmsia bersifat nunolioid, maka pada masa lalu bberapa peneliti selalu menggolongkan spesies jarnur ambrosia sebagai anggota genus m i l i a
Persoon ex Pries (Mathiesen
-
Kaarik, 1953 ; Verrall, 1943). Sifat m i l i o i d seperti itu diduga akibat adanya seranqqa (Batra, 19-1. Disampinq itu perkembangan konidia j a m r ambrosia sebenar- nya berbeda dengan spesis-spesies Mxlilia yamj sekarang dikenal(Batra, 1967).
Bwbagai spesies jamur ambrosia yanq dikenal saat ini twqolong ke dalam genus Ckcoidea Bref & Lidau ( 1841 1
,
( k t r a dan Francke-
~~OMWKI, 1961, 19641, Eh&qcqpsis Dekker (1931)(Baker dan Krieger van Rij, 1964; Batra, 19&3a), ~ i ~ e s
Tmtter ( 1933), Cephalospwim Verral 1 ( 1943), lybc-iwn Gadd & RDSS (19471, d m Tubwculariella Von Home1 (Funk, 1965).
Batra (1967) telah a#nperkenalkan suatu metode p e w h a t a n
kultur jams arakosia pada media budtan di laboratwium.
I
amengakaq 1 iang gwek kumbang amkosia secara steril ke dalam
cawan petri yang berisi medium agar. Lhtuk mencegah kantaminasi oleh baktwi, ditambahkan streptomysin sulfat dan pmisilin masinpmasing d e w kmsentrasi 30 ppm dan 10 IU per ml. Khususj
1- t r i t i r d c h i u n pekerjaan dapat d i m r l a i denqan myimpan potangan-potongan kayu yang menganckmg 1 iang gerek ak t i f dalam ruangan lembab selama 2-3 h a r i guna mermngkinkan pertumbuhan jarmr tersebut. Setelah itu, sporodokhia langwng dipindahkan ke dalam medium budtan. Dalam ha1 i n i , liang hams ditutup denqan parafin mtuk menceqah kantaminasi. Biakan ditumbuhkan pada medium agar dekstr~sa kentanq (-1, agar teplnq jagung
( m ) ,
agar Sakruraud ( S A B ) , agar ekstrak malt yang dipwkaya dengan 1 % ekstrak r a g i Difco (YEP€) dan kaldu dekstrosa kentanq(PDB).
Biakm i t u dit-tkan pada inkubatw d i dalam ruangan qelappada sutu 2s0 C.
Bmtuk Kerusakan dan Dampak Ekonomis
.
Pada spesies-spesies yang menyerang b i j i , kwnbang Platypo- . didae dan Scolytidae dapat menghamrurkan S e l u ~ h perrmdaan tanaman d i pememaian. Wa p r l a kumbanq y q menywang b i j i pada waktu b i j i tersebut masih ada d i pohonnya. Di FLnerika Serikat,
C h c p t h w u s lvnbertianae Hopkins dapat menimbul kan kerusakan b i ~ i .
s q a r pine sampai 90 persen (Struble, 1947 dalam Brame, 1961). Penqgerek b i j i kopi
,
h)qwthEtae#nus hwpz?i (Ferrari ),
terqolanq kwnbanq yanq sangat bwbahaya. Serangqa tersekrt dilaporkan dapat m#usak h a s i l kopi d i Jawa wnpai k i r s k i r a 20 Y. (Brame, 1961). s e d i k i t sekali golongan Scolytidae yanq berbahaya bagi b i j i -.
b i j i dalam penyimpanan.Di
beberapa daerah d i Chrwika S w i k a tsuatu spesies kumbang ambrosia d a r i genus P a g i x w u s dipandang sebaqai hama yang paling berbahaya bagi jagung dalam pmyimpanan.
Golongan yam menqgerek cabang atau ranting merupakan hama p o t m s i a l yanq d i t a k u t i baik bagi tanaman pertanian maupu, tanaman kehutanan, terutama pada tanaman d i persemian dan tanaman mda. K e r u s a k m t e r j a d i pada pJcuk akibat pertumkrhan yanq terganggu dan defoliasi. ICerwaka, i n i a w i n g rnenqakibatkan inang mati, teruta- ma b i b i t yang masih mda. Ganqquan yang t e r j a d i pada
tanaman
mudakarena mindahan atau karena perubahan lingkutgm secara mendadak d i tempat twbuka dapat m#nperlancar terjadinya serangan kumbanq amkosia. Hal i n i t e r j a d i munqkin karena k m d i s i tanaman ydng
Kerusakan akibat serangan kwnbang ambrosia adalah adanya liang gerek yang menembus kayu dan adanya noda yang terdapat di sekeliling lianq g w e k tersebut. Nclda-noda tersebut timbul akibat penetrasi hifa j a m r yang bwsimbiosis -an klvnbrrng ke dalam kayu
.
Kayu yang diserang kumbang ambrosia tidak disenangi karena adanya liang gerek pada seluruh pwrmkaan kayu. Bila kayu terse-
hut digunakan untuk keperl