• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Perokok dan Tidak Perokok"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau yang bersalut daun nipah, kertas dan

sebagainya. Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau

aktivitas mengisap rokok, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2009).

2.1.1. Defenisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan

rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan

spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa

bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2.1.2. Kandungan Rokok

Semua bahan yang terkandung dalam rokok akan ikut terbakar saat rokok dibakar,

dan akan membentuk bahan kimia hasil pembakaran. Terkandung sekitar 4000 bahan

kimia di dalam asap rokok. Terdapat dua fase proses pembakaran rokok yaitu fase

partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamin dan

N-nitrosonornikotin, logam berat, polisiklik hidrokarbon dan karsinogenik amin. Sedangkan

fase gas terdiri dari karbon monoksida (CO), karbon dioksida, benzena,

amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain (Sitepoe, 2000).

Semua bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok membawa pengaruh

tersendiri terhadap tubuh yang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Bahan kimia

utama yang merupakan racun pada rokok adalah nikotin, CO, dan tar.

a. Nikotin

Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar.

Dampak toksis dari nikotin terhadap tubuh dapat meliputi berbagai sistem, diantaranya

(2)

Dampak rokok terhadap sistem metabolik antara lain dengan meningkatkan kadar

gula darah, kadar asam lemak bebas dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL).

Sedangkan terhadap sistem kardiovaskular antara lain dengan meningkatkan tekanan

darah, denyut jantung dan agregasi sel trombosit. Selain itu, kontraksi otot jantung seperti

dipaksa, pemakaian oksigen bertambah dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer

(Sitepoe, 2000).

b.Gas Karbon Monoksida ( CO )

Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh

pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Bersifat toksis yang

bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang

dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh

perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) yang dapat meningkatkan

kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Bila terus menerus

berlangsung akan mempengaruhi sistem saraf pusat (Sitepoe, 2000).

c. Tar

Tar berasal dari tembakau, cengkeh, bahan organik lain yang dibakar dan

pembalut rokokn yang dibakar. Terdapat zat karsinogenik di dalam tar yaitu polisiklik

hidrokarbon aromatis yang akan memicu timbulnya kanker paru (Sitepoe, 2000).

2.1.3. Efek rokok terhadap kesehatan

Menurut Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco Control

Monograph No.7, terdapat beberapa efek yang dapat ditimbulkan rokok terhadap

kesehatan, antara lain:

a. Penyakit kardiovaskular

Merokok merupakan salah satu kontribusi utama terjadinya penyakit jantung

koroner, stroke dan penyakit aterosklerosis lain dari sistem sirkulasi. Ateroslerosis adalah

sebuah penyakit kronis yang dapat mempengaruhi pembuluh darah arteri pada setiap

bagian tubuh. Bentuk aterosklerosis yang paling penting di Amerika adalah aterosklerosis

koroner. Manifestasinya meliputi angina, serangan jantung, gagal jantung, dan sudden

death. Dideskripsikan dalam istilah penyakit jantung koroner. Aterosklerosis yang

(3)

serebrovaskular. Aterosklerosis yang melibatkan arteri-arteri pada anggota gerak disebut

penyakit vaskular perifer. Dalam banyak studi epidemiologi terhadap jutaan orang,

merokok selain menimbulkan hal tersebut di atas, juga dapat meningkatkan risiko

terjadinya stroke, penyakit vaskular perifer, dan lesi aterosklerotik lain.

Merokok sering disebut sebagai faktor risiko independen untuk penyakit jantung

koroner karena angka kejadian penyakit jantung koroner pada perokok lebih tinggi

walaupun ketika faktor risiko lain seperti jenis kelamin, tekanan darah dan kadar

kolesterol diperhitungkan. Kadang-kadang, merokok disebut sebagai faktor risiko yang

dapat dimodifikasi karena seseorang dapat mengurangi atau berhenti merokok. Walaupun

merokok tentunya tidak dapat menjadi penyebab dari penyakit jantung koroner untuk

orang yang tidak pernah merokok, Namun merokok dapat menjadi kontributor utama

terjadinya penyakit jantung koroner pada perokok.

Asap rokok tampaknya meningkatkan proses aterosklerosis melalui beberapa

mekanisme, antara lain:

1. Merokok mempengaruhi metabolisme dari kolesterol. Pada pengamatan berulang

terhadap perokok menunjukkan bahwa perokok mempunyai kadar kolesterol HDL

(high-density lipoprotein) yang lebih rendah, Dan berhenti merokok meningkatkan kadar

kolesterol HDL. Pada percobaan terhadap hewan, asap rokok dapat merusak lapisan

dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan transpor dari partikel kolesterol LDL

(low-density lipoprotein) menyeberangi dinding arteri dan penumpukan plak kolesterol.

2. Merokok juga dapat mempengaruhi sistem pembekuan darah, termasuk agregrasi

trombosit pada lapisan dinding pembuluh darah arteri dan pembentukan dari bekuan

darah yang memblok arteri yang mengalami penyempitan. Acrolein pada asap rokok

mungkin berperan pada efek agregrasi trombosit.

3. Asap rokok juga dapat menyebabkan spasme dari pembuluh darah arteri koroner.

Sudah banyak komponen dari asap rokok yang ditemukan terlibat dalam berkembangnya

penyakit aterosklerosis. Nikotin, komponen psikoaktif utama dalam asap rokok,

menyebabkan perubahan kuat pada denyut jantung dan sirkulasi darah. Nikotin juga

mengakibatkan kerusakan pada lapisan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok

berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga mengurangi kapasitas

(4)

7,12-dimethylbenz (a,h) anthracene dan benzo(a)pyrene (BaP), telah dibuktikan dapat

mempercepat berkembangnya aterosklerosis pada percobaan terhadap hewan. Hal ini

menghasilkan pemikiran bahwa kerusakan sel dan proliferasi sel (hiperplasia) dapat

berperan dalam berkembangnya plak. hydrogen cyanide, nitrogen oxides dan

komponen-komponen kimia dalam asap rokok, yang merupakan produk oksigen yang sangat reaktif,

mempunyai efek merusak terhadap sel otot jantung.

b.Penyakit paru

Merokok merupakan penyebab utama dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Merokok menyebabkan 84% kematian pada pria yang disebabkan PPOK dan 79% pada

wanita. Penyakit paru tersebut merupakan sebuah penyakit yang berkembang secara

lambat yang disebabkan trauma berulang terhadap paru selama bertahun- tahun. Pada

tahun-tahun awal setelah mulai merokok, orang mungkin melaporkan tidak ada

timbulnya gejala. Akan tetapi, walaupun pada stadium yang awal, uji pernapasan

seringkali dapat mendeteksi kelainan pada jalur pernapasan terminal dari paru dan

kelainan ini sudah diamati pada studi otopsi dari perokok muda yang meninggal secara

tiba-tiba.

Untuk perokok yang berusia 20-an, sudah ditemukan hubungan antara sejauh mana

uji paru abnormal dengan jumlah rokok yang dihisap per hari. Dalam suatu survei secara

random, dari 17-60% perokok dewasa yang berusia dibawah 55 tahun mempunyai

disfungsi ringan jalur pernapasan yang dapat terdeteksi. Selama dua dekade atau lebih

lamanya merokok, konstelasi dari perubahan kronis fungsi pernapasan berkembang.

Kerusakan kronis dari paru ini, antara lain: hipersekresi mukus dengan batuk kronis dan

berdahak, penebalan dan penyempitan jalur pernapasan, emfisema, yaitu, dilatasi

abnormal dari ruang udara pada akhir pohon bronkus, dengan destruksi pada dinding

alveoli, yang menyebabkan bertambahnya obstruksi aliran udara. Perubahan-perubahan

ini menyebabkan kerusakan bermakna pada sistem pernapasan, kecacatan dan kematian.

Secara umum, fungsi pernapasan menurun dengan bertambahnya paparan asap rokok.

Asap rokok menghasilkan perubahan patologis dari paru dengan beberapa

mekanisme yang berbeda, antara lain :

1. Asap rokok bersifat toksik terhadap silia yang melapisi jalur pernapasan sentral.

(5)

terhirupnya bahan-bahan asing.

2. Merokok juga menginduksi kelainan pada sitem inflamasi dan sistem imun dalam

paru. Asap rokok menyebakan sel-sel inflamasi untuk menghasilkan enzim

bernama elastase, yang menghancurkan elastin, sebuah protein yang penting

dalam melapisi dinding elastik alveoli. Selain itu, oksidan-oksidan yang berada

dalam asap rokok juga dapat menginaktivasi enzim protektif seperti

alpha,-antitrypsin, yang menghambat kerja destruktif dari elastase.

Banyak kandungan kimia organik maupun inorganik pada asap rokok yang

membantu dalam proses toksisitas terhadap sistem respirasi, termasuk hydrocarbons,

aldehydes, ketones, organic acids, phenols, cyanides, acrolein dan nitrogen oxides.

Beberapa komponen berperan dalam terbentuknya hipersekresi mukus kronis pada jalur

pernapasan sentral, sedangkan lainnya lebih berperan dalam menimbulkan kelainan pada

jalur pernapasan dan emfisema pada kantung udara perifer. Oksidator pada asap rokok

menginhibisi enzim yang melindungi dari destruksi elastin paru.

c. Kanker

Merokok dapat menyebabkan kanker paru, esofagus, laring, rongga mulut, kandung

kemih dan pankreas pada perokok pria dan wanita. Banyak studi epidemiologi selama

bertahun-tahun menemukan bahwa risiko dari pria dan wanita perokok menderita kanker

meningkat bersamaan dengan jumlah rokok per hari, Lamanya merokok dan onset

merokok yang awal. Berhenti merokok menurunkan risiko terkena kanker secara

perlahan, Walaupun risiko yang tinggi tetap persisten selama pengamatan dari dua puluh

tahun lamanya berhenti merokok.

2.1.4. Klasifikasi Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap

Menurut Bustan (2007), Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang,

Bungkus, Pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:

a. Perokok Ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

b. Perokok Sedang : apabila menghisap 10-20 batang per hari.

(6)

2.2. Kebugaran Jasmani

2.2.1. Pengertian

Kebugaran jasmani menurut Sadoso (1992) dalam Sinaga (2004) adalah

kemampuan fungsional seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang relatif

cukup berat untuk jangka waktu yang cukup lama tanpa menimbulkan kelelahan yang

berlebihan serta masih mempunyai tenaga cadangan untuk melakukan hal-hal yang

mendadak, Setelah selesai bekerja dapat pulih keadaan semula dalam waktu yang relatif

singkat pada saat istirahat. Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk

performa yang lebih baik tetapi juga untuk nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan

rohani (Prajapati et al., 2008).

Kebugaran jasmani terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran jasmani

terkait kesehatan (health related component) dan kebugaran jasmani terkait kemampuan

atletis (performance or skill related component). Kebugaran jasmani terkait kesehatan

mencakup daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot dan

ketahanan otot. Kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis mencakup keseimbangan,

Waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan dan kekuatan (ACSM, 2009).

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani

Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:

a. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan

sirkulasi untuk menyuplai oksigen selama aktivitas yang ritmik dan kontiniu (Nieman,

2011). Dengan kata lain, daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh kemampuan

fungsional dari jantung, pembuluh darah dan paru-paru yang terkait selama berbagai jenis

tuntutan latihan.

b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif lemak dalam tubuh dan jaringan tubuh

yang tanpa lemak, seperti otot, tulang dan air. Berat badan dapat dibagi menjadi dua

komponen: Berat dari jaringan lemak dan berat dari jaringan bebas lemak. Persen lemak

tubuh (persentase dari berat total diwakili oleh berat lemak), Merupakan indeks yang

(7)

sebagai suatu kelebihan akumulasi dari lemak tubuh. Pria mempunyai tingkat lemak

tubuh yang optimal bila persentase dari lemak tubuhnya adalah 15% atau kurang, dan

dipertimbangkan obesitas apabila persentase lemak tubuhnya 25% atau lebih. Untuk

wanita, persentase lemak tubuh yang optimal adalah 23% atau dibawahnya, Dan disebut

obesitas apabila mencapai 33% atau di atas 33% (Nieman, 2011).

c. Kekuatan Otot

Kekuatan otot berhubungan dengan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan.

Dengan kata lain, kekuatan otot merupakan kekuatan maksimal yang dapat diberikan

terhadap suatu tahanan, atau jumlah kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan dalam

suatu gerakan terisolasi oleh sekelompok otot tunggal (Nieman, 2011).

d. Kelenturan

Adalah kapasitas fungsional dari persendian untuk bergerak melalui seluruh luas bidang

geraknya, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh

jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon dan ligament. Kelenturan

tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga. (Nieman, 2011).

e. Daya Tahan Otot

Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus

menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai

daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan

latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan

latihan. Dengan kata lain, daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk terus melakukan

suatu aktivitas tanpa merasa lelah, atau kemampuan otot untuk menyokong kontraksi otot

secara submaksimal dalam suatu jangka waktu tertentu (Nieman, 2011).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran jasmani (Cahyati, 2004):

a. Kesehatan badan, misalnya penyakit menular dan penyakit kronis.

b. Keadaan gizi, misalnya kekurangan salah satu atau berbagai jenis zat gizi (khususnya

protein), serta zat gizi yang tidak adekuat.

c. Latihan fisik, misalnya usia seseorang mulai latihan dan frekuensi latihan.

(8)

Faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain:

1. Keturunan (genetik)

Kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max), 93,4% ditentukan oleh faktor

genetik yang berperan antara lain pada kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan

hemoglobin (Hb). Kemampuan yang dimiliki oleh keturunan tertentu diduga terkait

dengan jumlah mitokondria yang dimilikinya. Orang kulit berwarna dari suku Afrika

memiliki jumlah mitokondria yang lebih banyak, sehingga meningkatkan kemampuan sel

menyediakan energi, sehingga orang tersebut tidak mudah merasa lelah (Budiasih,2002).

2. Usia

Mulai anak-anak sampai usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskular meningkat,

mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan setelah itu berbanding terbalik dengan

usia. Hal ini disebabkan karena menurunnya faal organ trasnport dan utilisasi oksigen

yang terjadi akibat bertambahnya usia (Cahyati, 2004).

3. Jenis Kelamin

Sampai usia pubertas tidak ada perbedaan daya tahan kardiovaskular antara pria

dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan kardiovaskular pada wanita lebih

rendah 15-25% dari pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan

maksimal kekuatan otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, jumlah

hemoglobin, kapasitas paru dan sebagainya (Cahyati, 2004).

4. Aktivitas Fisik

Istirahat di tempat tidur selama tiga minggu akan menurunkan daya tahan

kardiovaskular sebanyak 17-27%. Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat

tersebut memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskular 62% dari nilai akibat

istirahat. Apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur, Maka

nilai peningkatan adalah 18%. Macam aktivitas seseorang akan mempengaruhi baik

buruknya nilai daya tahan kardiovaskular yang dimiliki (Cahyati, 2004).

5. Status Gizi

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke

dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi

tersebut. Sedangkan zat gizi sendiri diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu

(9)

proses-proses kehidupan. Daya tahan tubuh akan berada dalam keadaan optimal bila

mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk

memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar

(Budiasih, 2002).

6. Merokok

Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kebugaran jasmani, karena di dalam

rokok terdapat bermacam-macam zat yang merugikan tubuh, yaitu karbon monoksida,

nikotin, tar dan beberapa zat lainnya. Sitepoe (2000) berpendapat bahwa rokok bukanlah

sebagai penyebab suatu penyakit, namun dapat memicu suatu jenis penyakit yang dapat

mengakibatkan kematian. Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok antara lain

adalah sebagai berikut :

a. Merokok dan saluran pernapasan. Merokok merupakan penyebab utama penyakit

paru-paru, baik bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan emfisema. Sekitar 85%

dari penderita ini disebabkan oleh rokok.

b. Merokok dan darah. Karbon monoksida akan menyingkirkan hemoglobin yang akan

digunakan untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pengikatan O2 oleh karbon

monoksida lebih kuat 200-300 kali mengikat hemoglobin. Dengan demikian,

kemampuan hemoglobin akan merosot.

c. Merokok dan sistem kardiovaskular. Nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut

jantung tidak teratur. Karbon monoksida di dalam darah mengubah pembuluh darah itu

agar lebih gampang dimasuki oleh kolesterol dan lemak, sehingga pembuluh darah

mengalami penyempitan.

Derajat berat merokok dapat dinilai dengan menggunakan indeks Brinkman (IB),

yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama

merokok dalam tahun:

a. Ringan : 0-200

b. Sedang : 201-600

c. Berat : >600

Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat

kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan

(10)

2.2.5. Pengukuran Kebugaran Jasmani

Pengukuran daya tahan kardiorespirasi dapat dilakukan di laboratorium dan di

lapangan. Untuk tes lapangan biasanya berupa uji tampilan (performance test), sedangkan

untuk tes laboratorium berupa uji latih (exercise test). Tiga macam bentuk uji latih untuk

mengukur dan menilai kebugaran jasmani dari segi kemampuan fungsi jantung dan

pernafasan yaitu: Uji naik turun bangku (Steps Test), Uji dengan ergometer sepeda

(Ergocycle Test) dan uji dengan jentera (Treadmill Test) [Rusip, 2006; Cahyati, 2004] .

A. Uji naik turun bangku (Step Test)

Step test yang digunakan oleh penulis berupa Mc Ardle Step Test ataupun yang

dikenal dengan Queen’s College Step Test yang prosedurnya berupa:

Alat yang digunakan

a. Stopwatch dan formulir tes

b. Metronome, untuk mengatur irama langkah

c. Bangku tes yang tingginya adalah 41,3 cm

Pelaksanaan

a. Partsipan melakukan latihan irama langkah naik turun bangku terlebih

dahulu sebelum tes.

b. Suhu kamar 23 ̊- 25 ̊C.

c. Pada saat tanda “mulai” diberikan, Partisipan menempatkan salah satu

kakinya di atas bangku tepat pada suatu detikan metronom yang sekaligus

merupakan tanda permulaan test. Pada detikan metronome kedua,

partisipan menempatkan kedua kakinya penuh di atas bangku sehingga

partisipan berdiri tegak di atas bangku. Pada detikan ketiga, partisipan

turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada

detikan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga partisipan

sekarang berdiri lagi tegak di atas lantai. Demikian seterusnya sambil

mengikuti irama metronome yang telah terpasang pada frekuensi 96 x per

menit untuk pria dan frekuensi 88 x per menit untuk wanita atau kecepatan

naik turun 24 x per menit untuk pria dan 22 x per menit untuk wanita.

d. Lamanya naik turun bangku 3 menit

(11)

kembali mengikuti irama metronome Setelah tes selesai, subjek diminta

untuk berhenti, kemudian denyut nadi arteri radialis dihitung selama 15

detik g. Jumlah nadi selama 15 detik tersebut kemudian dikalikan 4 untuk

mendapat jumlah nadi per menit.

Perhitungan Besar VO2 max diketahui dengan rumus (Ashok, 2008):

1. Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)

2. Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR)

3. HR = Heart rate

4. Interpretasi

Indikasi Penghentian Mc Ardle Step Test, antara lain: a) Permintaan dari subjek untuk berhenti.

b) Kegagalan sistem monitor.

c) Terdapat tanda-tanda gangguan kardiovaskular, seperti: nyeri dada (angina) yang

progresif, takikardia ventrikel, aritmia jantung ataupun bradikardia yang tidak

sesuai dan tidak dapat dijelaskan.

d) Kepala terasa ringan, bingung, ataksia, pucat, sianosis, mual atau adanya

tanda-tanda dari insufisiensi sirkulasi perifer yang serius.

2.3. Hubungan merokok dengan kebugaran jasmani

Menurut data dari Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco

Control Monograph No.2, Salah satu kandungan dalam rokok, nikotin, mempunyai

berbagai kerja dalam tubuh. Secara umum, nikotin mengakibatkan aktivasi dari sistem

saraf simpatis dengan efek terhadap kardiovaskular seperti peningkatan frekuensi denyut

jantung (10-20 kali per menit) dan peningkatan tekanan darah (5-10 mmHg),

meningkatkan kadar katekolamin dan asam lemak bebas dalam sirkulasi, yang dapat

berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol total dan penurunan kadar kolesterol

High Density Lipoprotein (HDL) yang ditemukan pada orang yang mempunyai kebiasaan

merokok. Penghambatan dari sintesis prostasiklin dan efek lain pada trombosit juga dapat

mempercepat terjadinya koagulasi.

Selain hal di atas, merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya akan

menghisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Gas CO mempunyai

(12)

200-300 kali lebih kuat dibanding oksigen Akibatnya, Sel darah merah akan kekurangan

oksigen, Oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen) yang sangat

penting untuk pernapasan sel-sel tubuh. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen

akan berusaha meningkatkannya yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan

menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses

spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak

dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).

Selain efek merugikan terhadap sistem kardiovaskular, Kandungan dalam rokok

juga dapat menurunkan kinerja dari paru-paru maupun organ lain yang dirusaknya secara

perlahan-lahan. Padahal untuk mempertahankan kebugaran jasmani diperlukan daya

tahan dan kebugaran kardiopulmonal yang baik ataupun komponen-komponen lainnya.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok akan berpengaruh terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Biro-Biro dan Pusat-Pusat di Sekretariat Jenderal Kecuali Pusat K3,

Program kuis ini menggunakan Microsoft Visual C++ 6.0 yang merupakan suatu bahasa pemrograman yang berorientasi objek yang menjadikan program lebih terstruktur dengan adanya

Universitas Negeri

DInas Pendidikan dan Kebudayaan Jetis Kabupaten Sleman 2007 7 Pelatihan Model Pembelajaran Tematik Untuk Siswa SD Kelas Awal Bagi Guru Sekolah Dasar se-Kecamatan Depok Kabupaten

KESATU : Menunjuk Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja (Satker) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Program Pengembangan Sistem

argue the societal cultures influence leadership both in theorization and practice, this project aims to provide cultural analyses of school leadership practices within

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Penyusun Laporan Akuntabilitas

Universitas Negeri