• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marjinalisasi Etnis Asli Studi Etnografi: Tersingkirnya Etnis Simalungun Sebagai Etnis Asli Secara Fisik dan Kebudayaan di Sei Mangkei Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Marjinalisasi Etnis Asli Studi Etnografi: Tersingkirnya Etnis Simalungun Sebagai Etnis Asli Secara Fisik dan Kebudayaan di Sei Mangkei Kabupaten Simalungun"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah otonom tingkat II

yang berada di wilayah Provonsi Sumatera Utara.Kabupaten Simalungun secara

demografi berada di tepi Danau Toba yang tidak terkenal hanya di Indonesia saja

melainkan sampai mancanegara.Kondisi tanah di Kabupaten Simalungun terkenal

sangat subur untuk pertanian, sehingga pertanian sangat baik di Simalungun dan

keadaan ini mengundang banyak pendatang sejak dulunya.Sejak awal

terbentuknya, ibukota Simalungun adalah Pematangsiantar. Tetapi sejak tahun

2008 ibukota Simalungun dipindahkan ke Pematang Raya dan Pematangsiantar

tetap menjadi daerah otonom dengan status sebagai kota, dengan nama Kota

Pematangsiantar.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk

Kabupaten Simalungun adalah sebanyak 818.104 orang.Angka tersebut terdiri

atas 407.771 laki-laki dan 410.333 perempuan1

1

Diperoleh dari: Saodoran, Tim Lima. 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan: Cv. Mitra

. Dari survei tersebut tercatat juga

bahwa yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Bandar sebanyak

63.561 jiwa atau setara dengan 7,77 persen dari total penduduk Kabupaten

Simalungun. Kabupaten Simalungun dengan luas wilayah 4.386,6 kilometer

persegi yang didiami oleh 818.104 orang, berarti rata-rata tingkat kepadatan

(2)

persegi. Penduduk Simalungun sebagian besar bekerja pada sektor pertanian dan

perkebunan.Kemudian ada yang berprofesi sebagai wiraswasta, karyawan dan

sebagian lagi adalah pegawai negeri sipil.

Dalam mendefinisikan kelompok masyarakat Simalungun, Etnis

Simalungun merupakan salah satuEtnis dengan identitas dan budayanya yang

terbentuk dalam proses sejarah perkembangannya sendiri.Secara identitas, Etnis

Simalungun dapat dibedakan dari etnis-etnis lainnya.Baik dalam hal adat, budaya,

kebiasaan, sejarah dan segala aspek kehidupannya. Demikianlah sehingga orang

dapat mengenal Etnis Simalungun dari yang lain maupun keberadaannya dari

etnis-etnis lain2

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Etnis Simalungun

pada beberapa puluh tahun lalu masih merupakan salah satu etnis yang memiliki

indentitas dan pengaruh yang besar bagi daerah sekitar batas wilayah .

Dari segi bahasa, Simalungun mempunyai bahasa asli yang merupakan

satu sub bahasa daerah yang terdapat di Sumatera Utara dan bahasa ibu yang

dituturkan oleh etnis yang mendiami daerah Kabupaten Simalungun juga sebagian

daerah Kabupaten Deli Serdang.Menurut fakta dan historis, pengaruh dan

penyebaran bahasa Simalungun pada hakekatnya hampir ke seluruh daerah di

Sumatera Utara terutama di wilayah bagian timur bahkan sampai ke Riau.

Pernyataan ini didasari oleh banyaknya bukti-bukti yang mengindikasikan hal

tersebut, antara lain banyaknya nama-nama atau tempat daerah yang berbahasakan

Simalungun, seperti Parbaungan, Pamatang Ganjang, Parhutaan Silou, dan

sebagainya.

(3)

adatnya.Namun keadaan ini tidak bertahan lama dikarenakan migrasi yang terjadi

di daerah Simalungun itu sendiri. Pembauran dengan etnis-etnis lain

menyebabkan keberadaan dan identitas Etnis Simalungun menjadi semakin

memudar, terkhusus dengan suku-suku tetangga dari pulau Samosir, Silalahi,

Karo dan Pakpak yang menyababkan timbulnya kelompok-kelompok (marga)

baru di Simalungun.

Kemudian peran penyebaran agama juga sangat mempengaruhi pergeseran

budaya dan identitas Etnis Simalungun, ditambah lagi dengan masuknya berbagai

pendatang dari luar Simalungun dengan misi Agama dan juga mencari

peruntungan kehidupan untuk bekerja di Simalungun.Hal ini tentunya

menyebabkan Etnis Simalungun menjadi sangat toleran dan bahkan nyaris

“hilang” karena terlalu terbukanya dengan para pendatang.

Belum lagi dengan beberapa Etnis Simalungun yang masuk islam sejak

abad ke XV di daerah perbatasan Asahan seperti daerah Sei Mangkei, tempat

penelitian ini dan Deli Serdang yang mengaku dirinya adalah “melayu dan

menghilangkan “Ahap” Simalungun, identitas aslinya sebagai Suku

Simalungun”3

Daerah Sei Mangkei merupakan salah satu daerah perbatasan wilayah

Simalungun. Pada zaman kerajaan dahulu hingga saat ini, Sei Mangkei termasuk

dalam daerah kekuasaan Raja Sinaga (Tuan Sinaga) yang oleh Raja pada saat itu

diberikan kepada Koloni Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Perjanjian .

3

(4)

dengan Koloni tersebut mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar Etnis

Simalungun untuk mengisi posisi pekerja di perkebunan.

Saat ini terjadi pembangunan besar-besaran di daerah Sei Mangkei, yang

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Simalungun.Daerah Sei Mangkei saat ini

dalam tahap menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang pastinya

mengundang minat migrasi dari berbagai daerah untuk bekerja di KEK tersebut.

Jadi alasan saya mengambil topik ini adalah untuk melihat bagaimana

Etnis Simalungun mengatur strategi adaptasi, komunikasi dan sosialisasi

kelompok masyarakat Etnis Simalungun dengan pendatang. Ditambah lagi dalam

proses pembauran dan persaingan di era globalisasi4 saat ini. Dalam hal ini saya

ingin melihat dan mengamati Boundeed System5

Dari kedekatan peneliti dengan lingkungan lokasi penelitian tersebut

membuat peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian.Mencari tahu

sedikit lebih dalam tentang penyebab kekalahan atau tersingkirnyaEtnis

Simalungun dari daerah tersebut sekaligus melihat eksistensi Etnis Simalugun

saat ini. Apakah hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor acuan yang

sebelumnya sudah didapatkan peneliti dari beberapa pendapat kelompok

masyarakat atau ada hal lain yang menjadi penyebabnya. Melalui penelitian ini,

peneliti berusaha mencari titik terang akan keadaan yang berlangsung sudah

cukup lama ini.

yang terjadi di Desa Sei

Mangkei serta melihat peran politik masyarakat Etnis Simalungun di salah satu

daerah perbatasan di Simalungun.

4

Globalisasi adalah Suatu proses dimana batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit karena kemudahan interaksi antara negara baik berupa pertukaran informasi, perdagangan, teknologi, gaya hidup dan berbagai bentuk interaksi yang lain.

(5)

1.2. Tinjauan Pustaka

Dalam bahasa Etnis Simalungun “budaya” dapat juga diartikan dalam

kata “Ahap” atau “Ahap” berada dalam “budaya”. Bagi masyarakat Simalungun,

“Ahap” merupakan suatu dasar penjiwaan terhadap kedirian dan kesukuan

seseorang dalam kehidupannya6

Kebudayaan oleh (Marvin Harris 1968: 16) .

Budaya bukan keadaan yang statis, budaya tidak pasif tetapi budaya itu

dinamis dan aktif.Baik karena pengaruh dari dalam masyarakatnya, maupun dari

luar masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal yang membedakan satu budaya

dengan budaya yang lainnya adalah: ada budaya yang cepat merespon

lingkungan danada budaya yang lambat dalam merespon lingkungan (Sudarma,

2014: 108). Bagi peneliti hal ini merupakan fenomena menarik dan penting

untuk dipahami dalam melihat dinamika budaya dalam suatu

masyarakat.Khususnya untuk menetapkan keputusan, pola tindakan yang perlu

dilakukan dalam berinteraksi dengan masyarakat satu budaya dan berbeda

budaya.

7

Perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan dalam

pola-pola hubungan sosial yang antara lain mencakup sistem status, ditampakan dalam berbagai

pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok tertentu seperti

adat (custom), atau cara hidup masyarakat.Kebudayaan digunakan untuk

membentuk pola hidup menyikapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi.

6

Diperoleh dari: Saodoran, Tim Lima. 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan: Cv. Mitra

(6)

hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan serta persebaran

penduduk.

Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide

yang dimiliki bersama oleh sejumlah warga masyarakat yang

bersangkutan.Kemudian, perubahan kebudayaan mencakup aturan-aturan yang

digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai,

teknologi, selera dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa8

Untuk menjelaskan proses perubahan, diskriminasi hingga pada tahap

marginalisasi yang terjadi dalam masyarakat etnis Simalungun ini, peneliti akan

menggunakan pendekatan prosesual

.

Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan ini tidak dapat dipisahkan

karena permasalahan-permasalahan mengenai perubahan sosial tidak akan dapat

mencapai pengertian yang benar tanpa mengaitkannya dengan perubahan

kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan.

9

Koentjaranigrat (2010: 34), mengaitkan berbagai aktivitas manusia yang

dilakukan dimuka bumi, atau yang berkaitan dengan kehidupan di bumi

semuanya disebut sebagai bagian dari kebudayaan.Artinya budaya merupakan

keseluruhan yang kompleks dalam kehidupan manusia.Kebudayaan didalamnya .

Dahrendolf (dalam Haryanto, 2012:49), melihat bahwa “masyarakat

terdiri dari karakteristik yang saling berdampingan, yakni unit yang statis dan

unit dinamis selain integrasi dan konflik.Elemen-eleiemen variabel dinamik

yang mempengaruhi konstruksi struktur sosial bukan berasal dari luar sistem,

melainkan berasal dari dalam sistem itu sendiri.

8 Diperoleh dari: catatan penulis semasa kuliah dalam bidang studi Teori Perubahan Sosial Budaya

9

(7)

meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan atau moral, hukum

adat istiadat, pola hidup dan interaksi hingga pada kesanggupan atau kebiasaan

lainnya yang dapat dipelajari manusia.

Kemudian Manusia adalah makhluk hidup yang tidak bisa dilepaskan

dengan alam dan lingkungannya. Kedua variabel ini saling terkait satu sama

lainnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa alam di sekelilingnya.Lingkungan alam

fisik adalah salah satu fakor utama bagi manusia untu dapat memepertahankan

hidupnya.Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, dengan akal yang

dimiliknya inilah manusia mampu mengolah alam di sekitarnya untuk

mempertahankan hidupnya.

Dalam hal ini Antropologi ekologi10digunakan untuk mengkaji

permasalahan manusia dan lingkungan dengan menggunakan konsep-konsep

antropologi, dikarenakan permasalahan lingkungan selalu saling mempengaruhi

dengan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat.Dalam Antopologi

ekologi, keadaan masa kini kemungkinan mempengaruhi kehidupan yang akan

datang, beitu pula keadaan masa kini yang dipengaruhi kehidupan masa lalu11

Jadi, hal-hal yang menjadi pokok kajiannya adalah manusia, lingkungan

dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat yang menghasilkan pola pikir dan pola

perilaku adaptasi untuk mempertahankan hidup di lingkungannya

.

12

Secara etimoloogi “marginalisasi” berasal dari kata “marginal” yang

berarti berhubungan dengan tepi, pinggir, dan batas. Menurut Fakih .

10

Antropologi ekologi adalah suatu kajian di dalam ilmu antropologi yang mengkaji khusus tentang ekologi manusia, yaitu manusia, lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat

(8)

“Marginalisasi berarti proses menjadikan kelompok tertentu berada pada posisi

tepi, terpinggirkan, atau tidak berdaya berekspresi.

Proses marginalisasi hampir sama dengan proses pemiskinan

ataupundiskriminasi. Hal ini terjadi karena pihak yang termarjinalkan tidak

diberikan kesempatan mengembangkan dirinya13

Marjinalisasi disebut dengan berbagai penamaan, dalam studi Kajian

Budaya sering disebut dengan “the other” (sang liyan atau yang lain). Ia yang

mengalami proses marjinalisasi, ia juga disebut subaltern .

Artinya, peminggiran oleh sekelompok orang dan merupakan sebuah

proses sosial yang membuat masyarakat menjadi marjinal, baik terjadi secara

alamiah maupun dikreasikan sehingga masyarakat memiliki kedudukan sosial

yang terpinggirkan atau tidak dapat berkembang.

Marginalisasi adalah suatu posisi korban dalam hubungan oposisi biner

(binary oposision) dari paham modernisme.Dalam kenyataan “ia” atau “mereka”

yang terpinggirkan atau tidak dapat mengembangkan diri adalah orang yang

dianggap kalah.Dalam dunia kehidupan masa kini yang penuh ketidakadilan

terdapat banyak korban dan posisi marjinal.Dalam paradigma keilmuan lainnya

marjinalisasi dianggap sebagai penyakit atau penyimpangan (patologi).

14

(Anthonio Gramsci

dan Gayatri Chakravotry Spivak)15

13dalam hal ini saya melihat pada lokasi yang akan dilakukan penelitian prosesnya lebih dari itu, karena orang-orang Simalungun tidak dapat berkembang di wilayah kekuasaannya sendiri.

14

Subaltern dalam kamus bahasa Indonesia artinya bawahan

15Nezar Patria dan Andi Anif, 2003.Anthonio Gramsci Negara dan Hegemoni Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. Kata sub melekat dalam keterpinggiran

karena kenyataan “ia” tersubordinasi. Marjinalisasi dalam hal ini merujuk pada

(9)

tertepikan, termarjinal, tidak berdaya, kalah, dan tidak dapat berkembang

maupun bersaing dengan kelompok-kelompok masyarakat etnis lain

(pendatang).

Dalam menganalisis penelitian ini, digunakan beberapa teori yang

relevan dengan permasalahan yang dikaji.Teori yang digunakan adalah teori

yang erat kaitannya dengan perspektif sosial budaya, seperti teori Hegemoni

Gramsci.

Teori hegemoni pertama kali diperkenalkan oleh Anthonio Gramsci

(1891-1937) seorang filsuf Marxis dari Italia. Kata hegemoni berasal dari bahasa

Yunani “hegeistai” yang berarti pemimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang

melebihi kekuasaan lain. Jadi titik awal tentang hegemonial adalah bahwa suatu

kelas dan anggotanya menjalankan keberadaannya berkuasa terhadap kelas-kelas

dibawahnya dengan berbagai cara16

Menurut Gramsci, agar pihak yang dikuasai mematuhi penguasa, maka

yang dikuasai tidak hanya harus merasa mempunyai dan menginternalisasi

nilai-nilai serta norma-norma penguasa, tetapi juga harus memberikan persetujuan

atas subordinasi mereka

.

17

16

Nezar Patria dan Andi Anif, 2003.Anthonio Gramsci Negara dan Hegemoni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

17Nezar Patria dan Andi Anif.2003.Anthonio Gramsci Negara dan Hegemoni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.(Hlm: 117)

. Terkait dengan hal ini hegemoni bukanlah hubungan

dominasi dengan menggunakan kekuasaan melainkan hubungan persetujuan

dengan menggunakan eksistensi, kepemimpinan, politik dan ideologis.Teori ini

dapat diaplikasikan untuk membedah masalah terjadinya marjinalisasi etnis asli

di Simalungun terlebih dengan adanya KEK Sei Mangkei yang sedang dalam

(10)

antar agama, etnisitas, serta konflik-konflik politik juga menjadi salah satu

perhatian penyebab utama.

Menurut teori Identitas sosial (Coser 1956: 4)18

Dengan demikian, kontestasi

, diskriminasi dan konflik

dipicu oleh persaingan antar kelompok didalam masyarakat untuk merebut

sumberdaya yang terbatas.Pada pandangan lain (Tajfel dan Turner 1986: 7) yang

mengatakan bahwa “proses psikologis antar individu maupun antarkelompok

mendorong terciptanya konflik dan permusuhan melalui prasangkadan perilaku

diskriminatif hingga memarjinalkan kelompok lain”.

19

Identitas

, kompetisi dan konflik kepentingan bukan

kondisi yang diperlukan untuk membuat seseorang atau sekelompok

bertentangan dengan kelompok atau orang lain, tetapi terutama oleh kategorisasi

sosial, yakni perpektif yang menganggap bahwa ssetiap orang adalah anggota

kelompok.

yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi20

Sementara itu,

.

Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri dan persepsi

orang lain terhadap diri kita.

identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda

dalam perilaku, keyakinan dan sikap.

Dalam topik penelitian ini, Teori Identitas Sosial dalam Ilmu Antropologi

digunakan untuk menjawab hal-hal terkait mengapa orang lebih memiliki

18

Teori Identitas Sosial, dikutip dari buku Masyarakat Indonesia, Vol 40 (I) 2014

19 Kontestasi dalam kamus besar bahasa indonesia artinya persaingan atau pertarungan atau sistem memperebutkan dukungan

(11)

preferensi21 terhadap kelompoknya sendiri, dan tidak terhadap kelompok yang

lain. Identitas sosial ditempatkan sebagai bagian dari individu (citra) yang

berasal dari proses kategorisasi dan perbandingan sosial. Kemudian individu

akan berupaya untuk memperjuangkan positive in group distinctiveness22

Dalam hal ini terdapat pula pandangan terhadap kebebasan manusia

dalam mengembangkan identitas yang juga merupakan pesoalan yang cukup

actual dalam topik ini.Dimana ketika kelompok Etnis dalam hal ini Simalungun ,

dimana konsep diri yang positif kemudian menggunakan sikap-sikap positif dari

kelompoknya dan mengemukakan sikap-sikap negative dari kelompok lain.

Dalam teori struktural-fungsional seperti (Durkheim 1933), (Parsons

1951), dan (Merton 1957) mengemukakan pandangan bahwa setiap orang adalah

bagian atau representasi dari suatu kelompok, baik disadari ataupun tidak

disadari.Menurut teori (Gijsberts dkk. 2004: 8), sikap dan perilaku bermusuhan

antar kelompok sosial berawal dari proses psikologis yang menekankan

pembentukan identitas kelompok, dan merupakan dampak dari identifikasi

terhadap perilaku kelompok.

Sementara (Tajfel dan Turner1986: 8) mengatakan bahwa keanggotaan

dalam suatu kelompok adalah syarat yang mencukupi untuk menciptakan

identifikasi dengan kelompok, dan untuk menyalurkan perilaku yang disukai

terhadap kelompoknya (In-group favotirism) dan diskriminasi terhadap

kelompok lain.

21

Preferensi dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya selera, pilihan realitas dan kepuasan

22

(12)

mulai menyadari dan merasakan perkembangan teknologi, migrasi, dan

persaingan membuat eksistensinya23

Dalam mempertahankan eksistensi identitas bangsa, suatu bangsa siap

bertempur mempertarukan nyawanya

menjadi terancam.

24

.Termasuk bagaimana Etnis Simalungun

dalam mempertahankan identitasnya.Pada topik ini teori Eksistensialisme25

1.3. Rumusan Masalah

digunakan untuk mecari pengetahuan lebih mendalam tentang pertahanan

identitas Etnis Simlaungun.

Persaingan, kontestasi, diskriminasi, hingga pada marjinalisasi

merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan sosial.Bagi Etnis

Simalungun hal ini juga lebih terasa lagi, dikarenakan adanya faktor-faktor antar

budaya yang saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam proses interaksi

sosial.

Terkhusus dalam hal mempertahankan dan mengembangkan identitas

budaya antar individu masyarakat. Kemudian kehadiran pendatang dalam sebuah

tatanan daerah kekuasaan kelompok tertentu akan lebih menampakan

peran-peran budaya pendatang dan tuan rumah dalam persaingan yang jika ada

kesalahan maintense dapat berujung pada diskriminasi, marjinalisasi dan konflik

seperti yang disebutkan diatas.

23

Eksistensi dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya adalah Keberadaan

(13)

Arah dari penelitian ini adalah bagaimana masyarakat Etnis Simalungun

yang merupakan host cultural26 di daerahnya mengalami bounded system27

26“host cultural” ialah sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat di daerahnya sendiri atau dengan kata lain adalah kebudayaan dari penduduk asli, dikutip dari buku “Urbanisasi dan Adaptasi” oleh Prof. Usman Pelly

27”Bounded System” merupakan pengaburan batas-batas wilayah. “Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan” oleh Prof. Dr. Irwan Abdulah

secara perlahan hingga saat ini. Artinya, melihat mengapa masyarakat Etnis

Simalungun yang seharusnya menjadi penguasa atas wilayah secara adat

mengalami marjinalisasi atau tidak dapat berkembang di wilayah kekuasaannya

sendiri.

Secara fisik daerah penelitian ini sebelumnya adalah areal perkebunan

kelapa sawit milik PTPN dan kini di daerah tersebut sedang dalam tahap

pembangunan menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).Pada dasarnya tujuan

pembangunan KEK bermagsud untuk meningkatkan mutu perekonomian

masyarakat yang ada di daerah Kabupaten Simalungun, akan tetapi terjadi

kesalahpahaman baik antara masyarakat dengan sesama masyarakat juga antara

masyarakat dengan pemerintah.

Secara kebudayaan (ahap), dari bahasa hingga pengetahuan adat asli

Etnis Simalungun yang juga oleh masyarakatEtnis asli Simalungun disanasudah

semakin memudar.Hal ini juga berkaitan dengan semakin banyaknya pendatang

dari luar Simalungun yang bekerja di perkebunan dan KEK Sei

Mangkei.Kemudian kemudian hal lain yang diteliti adalah mengapa masyarakat

Simalungun sebagai masyarakat penerima dapat mengalami asimilasi tarhadap

(14)

Berdasarkan pendapat dari beberapa anggota gerakan masyarakat dari

etnis lain menyatakan bahwa hal ini dikarenakan Etnis Simalungun adalah

“etnis yang memiliki sifat tertutup”. Menyikapi pernyataan tersebut dalam

penelitian ini saya ingin menjawab kebenarannya.

Permasalahan yang telah saya jabarkan pada penelitian ini saya fokuskan

dalam beberapa pertanyaan inti, yaitu:

• Bagaimana proses interaksi antara Etnis Simalungun terhadap

pendatang di Sei Mangkei?

• Bagaimana proses marjinalisasi Etnis Simalungun di Sei Mangkei?

1.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di daerah Sei Mangkei, Kecamatan Bosar

Maligas, Kabupaten Simalungun. Alasan pemilihan lokasiini adalah karena dari

sejarahnya wilayah, lokasi ini termasuk dalam kekuasaan Raja Sinaga.Itu berarti

secara adat lokasi ini berada pada kekuasaan Etnis Simalungun dengan

penguasanya Raja Sinaga.

Saat ini wilayah Sei Mangkei sedang melakukan pembangunan Kawasan

Ekonomi Khusus yang semakin mengundang pendatang dari berbagai daerah

diluar Simalungun dan lokasi inipenulis melihat maysarakat Etnis Simalungun

termarjinalkan dari jumlah dan posisi penting di daerah tersebut.

Kemudianmenurut penulis disana terjadi proses pembentukan dan perubahan

(15)

Lokasi penelitian berada berdekatan dengan daerah perdagangan, tidak

jauh dari kota Medan dan kota Pematangsiantar. Lokasi tersebut dapat dijangkau

dengan mudah baik dari Pematangsiantar maupun tempat studi penulis di

Medan.Lokasi tersebut dapat di tempuh menggunakan transportasi pribadi dan

juga transportasi umum.

1.5. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menggali

bagaimana proses peran budayaEtnis Simalungun dalam berinteraksi dan

mempertahankan identitas. Kemudian keadaan dan suasana yang baru dirasakan

oleh masyarakat, terutama masyarakat lokal yaitu Etnis Simalungun.Baik dari

visualisasi keadaan daerah, kualitas interaksi sosial, kualitas lingkungan, hingga

pada taraf kehidupan masyarakat semuanya mengalami perubahan.

Penelitian ini nantinya melihat bagaimana proses marjinalisasi

dankebudayaan Etnis Simalungun dalam mempengaruhi pola hidup, tingkah

laku dan kebiasaan dalam kehidupannya sehari-hari.

Kemudian, manfaat dari penelitian ini tidak lain adalah sebagai tambahan

bahan referensi bagi masyarakat dikalangan akademis, mahasiswa, aktivis, LSM,

instansi pengembangan masyarakat, bahkan setiap kecil lembaga-lembaga

kekeluargaan dan lain sebagainya. Terkhusus pula pada ilmu yang menjadi latar

belakang dari penelitian ini, yaitu ilmu Antropologi.

Dan bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

(16)

terkait objek penelitian dan ilmu yang berkaitan.Juga diharapkan dapat menjadi

bekal keprofesionalan sewaktu mengabdikan diri pada masyarakat secara luas

dan profesionalitas dalam bidang pekerjaan yang sesuai.

Selain itu juga diharapkan dapat menjadi sebuah sarana diri untuk lebih

paham akan ruang lingkup Ilmu Antropologi dan tentunya dapat menjadi acuan

dalam penelitian Ujian Skripsi Sarjana Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam (koentjananingrat, 1981: 30)merupakan

cara-cara dan prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data secara-cara

bertanggungjawab sesuai dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu

pengetahuan yang bersangkutan. Sehingga dalam melihat bagaimana proses

marjinalisasi yang terjadi terhadap Etnis Simalungun di Sei Mangkei ini

diarahkan menjadi penelitian kualitatif bersifat deskriptif.Yaitu data akan

menjelaskan dan menggambarkan makna serta proses-proses suatu fenomena

atau gejala sosial masyarakat yang diteliti dengan tujuan akhir dari pada

(17)

Metode penelitian ini akan mengaambarkan:

• Tipe penelitian yang akan dilakukan • Dimana penelitian tersebut dilakukan

• Populasi dan sampel dari penelitian yang akan dilakukan

• Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian

• Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan • Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian lebih bersifat interpretifis28

Untuk mengumpulkan data akurat dan rinci yang mendeskripsikan fokus

topik penelitian maka dilakukan penelitian lapangan (field research) dalam

waktu beberapa bulan.Melalui penelitian lapangan tersebut, peneliti

mengharapkan dapat melakukan observasi

agar

informasi yang diperoleh dapat bercerita banyak tentang topik masalah ini dan

memberikan hasil yang lebih baik. Dengan pendekatan Kualitatif (Bungin

2007:5), peneliti yang memiliki tingkat kritisme yang lebih dalam semua proses

penelitian. Kekuatan kritisme peneliti adalah senjata utama menjalankan semua

proses penelitian.

29

28

Interpretifis adalah paradigma penelitian yang mencari tahu sampai ke akar suatu topik permasalahan, secara langsung, tidak hanya melihat tetapi mendalami

29 Observasi (pengamatan) adalah suatu tindakan untuk melihat gejolak (tindakan atau peristiwa atau peninjauan langsung dilapangan atau lokasi penelitian dengan cara mengamati.

secara langsung sehingga dapat

mempelajari fokus penelitian.Dalam hal ini, peneliti mencoba bukan hanya

sekedar mengamati saja tetapi juga ikut terlibat langsung dengan objek yang

(18)

mencatat kejadian serta aktivitas di lokasi penelitian.Seperti melihat bagaimana

interaksi soaial dalam kelompok masyarakat yang dilakukan secara seksama.

Selain dengan observasi, peneliti juga melakukan wawancara30

Metode wawancara memberikan keleluasaan kepada penulis untuk

bertanya tentang apa yang belum dipahami terkait penelitian yang dilakukan.

Adapun jenis-jenis wawancara sebagai berikut

terhadap

beberapa informan di lokasi penelitian.Wawancara dilakukan untuk mendapatkan

informasi dari para informan, dalam hal ini pewawancara dengan informan

diharapkan dapat terlibat dalam kehidupan sosial dalam beberapa waktu yang

relative sehingga dapat menjadi wawancara mendalam (indepth interview).

Wawancara dianggap lebih efisien untuk memperoleh informasi yang lebih

akurat mengenai apa yang terjadi dilapangan terkait dengan bagaimana interaksi

sosial menggunakan identitas lokal (Simalungun) dan juga tentang peran budaya

Etnis Simalungun dalam kehidupan dilokasi penelitian.

31

•Wawancara berstruktur: hal-hal yang ditanyakan telah terstruktur, telah

ditetapkan sebelumnya secara terinci. :

•Wawancara tidak berstruktur: hal-hal yang ditanyakan belum

diretapkan secara rinci, rincian topik pertanyaan pada wawancara ini

disesuaikan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan. Didalam

wawancara tidak berstruktur terdapat wawancara mendalam (indepth

interview), wawancara mendalam adalah wawancara yang berusaha

30

Wawancara adalah suatu proses penelitian melalui Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.

(19)

menggali sedalam-dalamnya dan mendapat pengertian seluas-luasnya

dari jawaban yang diberikan informan

•Wawancara bebas/informal: wawancara yang dilakukan dengan topik

bebas dan bisa diakukan dimana saja dan kapan saja, serta dapat pula

secara sambil lalu.

Dalam menggali informasi yang akurat demi keperluan pengumpulan

data dalam penelitian, penulis melakukan penelitian mendalam.Peneliti berusaha

menjalin rapport32

Kemudian dalam memeperoleh informasi yang akurat peneliti mencari

informan yang tepat. Dalam pemilihan informan ini, banyak cara atau teknik

yang dapat ditawarkan. Seperti teknik sampling sistematis, sampling kuota,

sampling incidental, sampling purposive, sampling jenuh (sensus), sampling

snowball (bola salju)

dengan informan agar informasi yang diperlukan peneliti

dapat menjadi maksimal. Pengembangan rapport ini dilakukan peneliti dengan

cara hidup beradaptasi sehingga ketika melakukan wawancara, data yang

diperoleh benar-benar atau setidaknya mendekati fakta sesungguhnya.

33

Kemudianpeneliti menggunakan data sekunder yang dipakai sebagai

bahan perbandingan dalam memahami sudut pandang masyarakat sekitar yang

mengalami perubahan budaya.Data sekunder merupakan bahan referensi yang

sangat berguna bagi peneliti.Oleh sebab itu peneliti mengunjungi kedinasan

Kota atau pemerintahan Kabupaten Simalungun guna memperoleh data sekunder .Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling

jenuh (sensus) atau sampling bola salju.

32

Rapport adalah hubungan antara peneliti dengan pihak subjek yang sudah melebur sehingga seolaholah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya.

(20)

terkait dengan fokus penelitian. Dengan menggunakan data sekunder yang telah

diperoleh, peneliti akan menguji banding data tersebut dengan keadaan di

lapangan secara etnosentris34

1.7. Analis Data

.

Data-data yang diperoleh dari lapangan ditranskripkan atau dipindahkan

dalam bentuk field note (catatan lapangan). Data-data lapangan berupa observasi,

rekaman wawancara secara mendalam. Catatan lapangan yang ditulis merupakan

catatan yang lebih rinci, luas, cermat dan pasti. Setelah itu data-data tersebut

diklasifikasikan berdasarkan tema.

Penulis juga menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi

yang berkaitan dengan penelitian. Data-data kepustakaan berupa sumber-sumber

tertulis seperti buku-buku, koran, majalah dan sumber-sumber elektronik seperti

televisi dan internet.

1.8. Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

Kabupaten Simalungun. Sebelum judul penelitian peneliti disetujui untuk diteliti

dan tulis menjadi skripsi, penulis sudah melihat lokasi penelitian dan pernah

melakukan research tentang hal yang berbeda.Namun bukan berarti hal itu

mempermudah penelitian skripsi ini.Peneliti berulang kali mencoba mencari

tempat-tempat ramai yang sering dikunjungi oleh masyarakat Sei

34

(21)

Mangkei.Setelah itu peneliti berusaha membangun hubungan dan komunikasi

yang baik kepada beberapa masyarakat yang menurut peneliti cocok untuk

dijadikan sebagai informan.

Awalnya peneliti merasa sedikit kesulitan dalam mencari informan, karena

tidak banyak masyarakat asli Etnis Simalungun dan yang mengetahui tentang

hasimalungunon35

Pertama-tama peneliti fokus dengan informan yang beretnis asli

Simalungun. Informan kunciyang merupakaninforman tetap peneliti berjumlah

enam orang. Informan kunci peneliti terdiri dari beberapa profesi seperti karyawan

PTPN III, guru SD, ibu rumah tangga, penatua adat Simalungun, dan pengamat

budaya Simalungun.

, tetapi peneliti berusaha menjelaskan maksud dari penelitan ini

kepada setiap sasaran informan secara mendalam. Dalam hal ini peneliti tidak

memaksakan seorang masyarakat yang ditemui tersebut untuk menjadi informan

karena peneliti menginginkan ada seseorang yang tertarik dan bersedia menjadi

informan peneliti dengan senang hati dan tidak merasa adanya keterpaksaan

dalam memberikan informasi.

Setelah peneliti berusaha beberapa waktu menjelaskan dan mencari

informan yang tepat, akhirnya ada beberapa orang yang bersedia menjadi

informan peneliti. Informan peneliti terbagi menjadi dua yaitui informan kunci

yaitu masyarakat yang beretnis Simalungun asli dan mengerti tentang Simalungun

dan informan biasa peneliti yaitu masyarakat yang bukan rtnis Simalungun tetapi

sudah tinggal selama tiga (3) generasi di sekitaran lokasi penelitian.

35

(22)

Menyenangkan ketika informan tersebut bersedia menjadi informan kunci

atau informan tetap peneliti. Informan kunci yang sebagian adalah orang yang

peneliti kenal kini menjadi semakin dekat karena adanya hubungan komunikasi

yang timbul dikarenakan penelitian ini. Selama melakukan proses penelitian di

lapanganpeneliti tidak menemukan kesulitan hanya saja butuh kesabaran untuk

menunggu waktu yang tepat dari setiap informan didalam penyampaian informasi

karena sebagian informan adalah seorang pekerja.

Wawancara yang peneliti hadapi kali ini berbeda sekali dibandingkan

penelitian-penelitian yang pernah dihadapi sebelumnya. Berbeda dikarenakan

pada penelitian yang dilakukan peneliti beberapa waktu lalu di berbagai tepat

bersama tim survey dilakukan secara terstruktur dan formal. Untuk penelitian kali

ini lebih kepada berbincang, diskusi, bercerita dan tertawa apa adanya sambil juga

melakukan pengamatan. Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat

interview guide atau pedoman wawancara. Namun ketika berada dilapangan

interview guide itu hanya sebagian ditanyakan karena kebanyakan pertanyaan

yangakandiajukan muncul dengan sendirinya dari jawaban-jawaban informan.

Dalam membangun hubungan atau komunikasi yang baik peneliti meminta

nomor hp dari informan. Di zaman yang maju seperti saat ini sudah banyak

aplikasi sosial yang ditawarkan agar kita tetap terhubung dengan orang

lain.Namun dikarenakan informan peneliti semuanya adalah orang tua sehingga

tidak semua yang memiliki akun media sosial selain nomor hp saja.

Ketika melakukan wawancara peneliti juga pernah diajak untuk ikut dalam

(23)

kandang lembu, ke sekolah, bersantai di tanah lapang desa dan lain-lain. Sungguh

pengalaman yang luar biasa bagi peneliti yang dimana sebelumnya tidak pernah

kenal tetapi informan mau membawa dalam aktivitasnya sehari-hari. Kemudian

tidak jarang peneliti diajak untuk makan bersama, sambil makan peneliti dan

informan membahas tentang topik penelitian dan tidak jarang juga membahas soal

pembangunan, pemerintahan, kritik-kritik terhadap perkembangan zaman dan

bahkan sampai kepada hal yang lebih privasi.

Wawancara yang pertama sekali dilakukan adalah kepada ibu Sariah

Damanik yang juga adalah istri dari kepala desa Sei Mangkei. Ibu Sariah berusia

50 Tahun dan bekerja sebagai guru. Wawancara dilakukan dirumah ibu Sariah.

Sebelum memulai wawancara satu hari sebelumnya peneliti dan ibu Sariah

Damanik membuat janji jam berapa dan dimana dilakukan wawancara dan

hasilnya wawancara dilakukann di rumahnya pada jam 15.00 WIB setelah selesai

bekerja. Wawancara ini dilakukan ketika ibu Sariah atau yang saat penelitian

peneliti panggil nanturang36sedang melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga.

Saya menanyakan beberapa hal kepadananturang Sariah terkait sepengetahuan

beliau terhadap hasimalungunan37

Selama saya menanyakan hal yang berkaitan tentang pengetahuan Etnis

Simalungun terhadap nanturang Sariah,beliau sama sekali tidak merasa keberatan

dalam hal memberikan jawaban berdasarkan pengetahuan dan kepribadiannya

sebagai Etnis Simalungun di Sei Mangkei. Wawancara yang kami lakukan tidak dan hal-hal yang berkaitan dengan Etnis

Simalungun.

36 “Nanturang” adalah panggilan kepada seseorang yang bermarga sama dengan orang tua perempuan dari bapak.

(24)

selalu dalam kondisi yang serius kita juga mau sambil tertawa karena nanturang

Sariah yang adalah guru lebih sering melakukan canda gurau saat berkomunikasi

baik di sekolah, kepada tetangga dan kepada saya sebagai peneliti.

Wawancara yang kedua adalah kepada Bapak Tuan Saragih seorang

pensiunan dari PTPN III yang berusia 56 Tahun. Bapak Tuan Saragih yang dalam

partuturan Etnis Simalungun peneliti panggil dengan sebutan “pak tua” adalah

salah satu informan peneliti yang sangat tertarik dengan topic penelitian ini. Dari

hasil wawancara dengan pak tua38

Wawancara berikutnya peneliti mewawancarai sepasang keluarga yang

berasal dari Etnsi Simalungun.Yaitu bapak Candra marga Damanik dan ibu Anita

boru Girsang.Bapak Candra dan ibu Anita ini adalah pasangan suami-istri yang ini peneliti juga banyak mendapatkan bantuan

dan tambahan data. Pak tua Saragih juga tidak merasa keberatan dalam hal

memberikan data atau jawaban kepada peneliti tentang hal yang ditanyakan

kepadanya.

Wawancara ini dilakukan di warung tempat berkumpulnya masyarkat Sei

Mangkei dan pada jam 14.00 WIB kemudian dilanjutkan dirumah Pak Tua

Saragih pada jam 16.20 WIB.

Peneliti dan pak tua Saragih sudah kenal sebelum penelitian ini

ada.Sewaktu peneliti melakukan research sebelumnya di Sei Mangkei kemudian

bertemu dan saling mengenal sehingga kita tidak ada pengenalan kembali pada

saat melakukan wawancara untuk penelitian skripsi.

38

“Pak tua” adalah panggilan dalam Etnis Simalungun kepada seseorang yang bermarga sama

(25)

baru pindah ke Sei Mangkei dari Kerasaan karena Bapak Candra bekerja sebagai

karyawan PTPN III.

Peneliti mewawancarai mereka diwaktu yang sama kerena menurut Bapak

Candra pengetahuan mereka sama.Peneliti menanyakan tentang pendapat mereka

terhadap eksistensi Etnis Simalungun di Sei Mangkei dan mereka menyambut

baik dengan menjawab berdasarkan pengetahuan dan pendapat mereka. Saya

mewawancarai mereka dirumahnya pada jam 17.00WIB setelah pulang bekerja.

Dari hasil wawancara ini peneliti mendapatkan informasi yaitu adanya

pendapat positif dan pendapat negatif tentang kebudayaan Simalungun. Selama

peneliti melakukan wawancara,informan tidak merasa keberatan dalam hal

memberikan jawaban dan lebih terbuka memberikan jawaban kepada peneliti.

Dalam skripsi saya ini peneliti juga mempunyai beberapa informan

lainnya yaitu masyarakat Desa Sei Mangkei dan dari luar Desa Sei Mangkei yang

mengeluarkan pendapat dan jawaban terkait topik penelitian ini. Informan peneliti

tersebut antara lain:

1. Bapak Drs. Djoman Purba (ketua yayasan museum Simalungun

sekaligus penatua adat Simalungun)

2. Bapak Drs. Sony Purba (antropolog UI angkatan 81 yang juga

mengamati Kebudayaan Simalungun)

3. Bapak Drs. Mardan Saragih (antropolog USU angkatan 82 yang

juga orang tua peneliti dan banyak membantu peneliti dalam

(26)

4. Ibu Sofia Saragih (yang tinggal di huta III daerah perumahan

PTPN III)

5. Ibu Imawati Damanik (yang tinggal di huta I daerah perumahan

PTPN III)

6. Bapak Sardi Siregar (yang tinggal di huta V daerah perumahan

PTPN III)

7. Bapak Romel Sihombing (yang tinggal di huta II daerah

perumahan PTPN III)

8. Bapak Oni Suriono (yang tinggal di huta I daerah perumahan

PTPN III)

9. Bapak Hairul Sani Damanik (yang tinggal di huta IV daerah

pemukiman sipil)

10.Jon Purba (penjaga sekaligus guide di museum istana Raja

Pematang Purba)

11.Endi Ginting (anggota LPM SULUH Pematangsiantar dan

Simalungun)

12.Bapak Bonar Simanjuntak (Dewan Daerah WALHI Sumatera

Utara yang berasal dari Tapanuli Utara)

Selama melakukan proses penelitian, peneliti mendapatkan pengalaman

yang baik dan buruk. Mulai dari tempat penelitian yang tergolong sepi

masyarakat, karena daerah yang aktif dengan pekerja.Kemudian adanya beberapa

masyarakat yang kurang respect terhadap penelitian ini, ditambah peneliti sempat

(27)

Mangkei.tetapi pada akhirnya peneliti berusaha melakukan pendekatan dan

kembali setelah menyempatkan mengurus surat penelitian resmi dari kampus.

Dalam melakukan wawancara begitu banyak pandangan atau pendapat

yang peneliti dengar. Baik dari Etnis Simalungun maupun yang bukan Etnis

Simalungun. Dari proses wawancara dan diskusi-diskusi dengan informan ada

beberapa pendapat atau pandangan yang positif terhadap kebudayaan Simalungun,

sifat-sifat orang Simalungun, keberadaan, serta eksistensinya.

Tetapi ada juga beberapa informan yang memberi pendapat negatif

terhadap beberapa hal yang dipertanyakan, dikarenakanmenurut mereka beberapa

sifat Etnis Simalungun adalah penyebab keadaan seperti topik penelitian ini dan

Referensi

Dokumen terkait

Only indent the first line of the quotation by an additional quarter inch if you are citing multiple

Produk yoghurt susu jagung manis kacang hijau yang apabila dipromosikan dengan baik dan tepat, dikemas dengan label yang dapat menonjolkan sisi manfaatnya bagi

Mikroorganisme Hari ke-1. Hari ke 2 Hari

Perhitungan yang dimaksud disini adalah perhitungan cadangan terukur dimana data-data seperti data singkapan, data topografi dan data pemboran digunakan sebagai

5 Hasil Rata-Rata dan Standard Deviasi Nilai Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Penyikatan Pada Kelompok Kontrol, di Coating dengan Surface Coat dan

Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Siswa yang Belajar dengan Metode Pembelajaran Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan Tipe Numbered Head Together (NHT) pada

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui volume Overburden, volume batubara dan Striping ratio (SR) dari cadangan batubara terukur serta memahami perbedaan dalam cara

Penelitian ini menggunakan resin komposit nanofiller yang dibuat berbentuk tablet dengan diameter 10 mm dan ketebalan 2 mm sebanyak 30 buah yang dibagi menjadi 3 kelompok