• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Keberfungsian Keluarga Dari Remaja Nakal Di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kondisi Keberfungsian Keluarga Dari Remaja Nakal Di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Keberfungsian Keluarga 2.1.1 Pengetian Keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakattotal yang lahir dan berada di dalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan cirri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka ke arah pendewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi– organisasi lainnya, dan mempunyai arti yang lebih mendalam daripada organisasi-organisasi lainnya, yang hanya sebagai suatu proses (Khairuddin, 1997: 4).

(2)

2.1.2 Ciri-ciri Keluarga a. Ciri-ciri Umum

Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page (dalam Khairuddin, 1997: 6).

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu system tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah tau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga. Burgess and Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari kelompok-kelompok sosial lainnya.

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang distukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Petalian antara suami dan istri adalah perkawinan; dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah, dan kadangkala adopsi.

(3)

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan

berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan isteri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut di batasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentiment-sentimen, yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional, yang menghasilkan pengalaman. 4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada

hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai cirri-ciri ysng berlainan dengan keluarga lainnya.

b. Ciri-ciri Khusus

Disamping memiliki ciri-ciri umum sebagain suatu organisasi lazimnya, keluarga juga memiliki cirri-ciri khusus sebagai berikut :

1. Kebersamaan : keluarga merupakan bentuk yang hampir universal diantara bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya. Dia dapat ditemui dalam semua masyarakat, pada semua tingkat perkembangan sosial dan terdapat pada tingkatan manusia yang paling rendah sekalipun di antara beribu-ribu species makhluk manusia.

2. Dasar-dasar emosional : hal ini di dasarkan pada suatu kompleks dorongan-dorongan yang sangat mendalam dari sifat organis kita, seperti pekawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan maternal dan perhatian orang tua.

(4)

dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kesadran hidup yang mana merupakan sumbernya.

4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya, yang di batasi oleh kondisi-konsisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan identitasnya .

5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan keluarga inti dari

organisasi sosial lainnya. Kerap didalam masyarakat yang masih sederhana, maupun dalam masyarakat yang lebih maju, yang mempunyai tipe masyarakat patrikial.

6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan-tuntutan yang lebih besar dan kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya. Kehidupan keluarga juga mengakar secara mendalam pada dorongan-dorongan pokok seperti yang diartikan dalam hal ini. Dorongan-dorongan ini mengarahkan laki-laki kedalam tanggung jawab yang semakin besar terhadap keluarga dan emnopang mereka dalam memenuhi tugas-tugas yang tidak dapat mereka perhitungkan.

7. Aturan kemasyarakatan : hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu didalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang kaku yang menentukan kondisi-kondisinya. Pada masyarakat modern keluarga merupakan salah satu asosiasi yang dengan persetujuan kelompok dapat dengan bebas masuk tetapi tidak bebas untuk meninggalkan ataupun membubarkannya, walaupun denga persetujuan bersama

(5)

merupakan organisasi yang paling bersifat sementara dan yang paling mudah berubah dari seluruh organisasi-organisasi penting lainnya dalam masyarakat (Khairuddin, 1997: 6-10).

2.1.3 Fungsi Keluarga

1. Fungsi-fungsi Pokok Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit diubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial relative lebih mudah berubah dan mengalami perubahan. Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain :

a. Fungsi Biologik

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua adalah melahirkan anak.Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, Karen akeluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan kepada jumlah anak yang sedikit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a) Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota. b) Makin sulitnya fasilitas perumahan.

c) Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga.

d) Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan keluarga.

(6)

h) Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

b. Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan.Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.Dasar cinta kasih dalam hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler, dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubunganafeksi seprti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjukkan peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak.Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiaannya.Sedangkan Mac Iver and Page mengatakan ‘the primary fuctions’ dari keluarga modern ad lah sebagai berikut :

1. Prokreasi dan perhatian serta membesarkan anak.

2. Kepuasan yang lebih stabil dan kebutuhan seks masing-masing pasangan.

3. Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan materialnya, kebudayaan dan kasih saying (Khairuddin, 1997: 48-49).

(7)

Menurut BKKBN bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi delapan. Fungsi keluarga yangdikemukakan oleh BKKBN ini senada dengan fungsi keluarga menurut PeraturanPemerintah Nomor 21 Tahun 1994, yaitu:

a. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

b. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

c. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

d. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

e. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

(8)

lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

g. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masingmasing, dsb.

h. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskanketurunan sebagai generasi penerus. (bkkbn.go.id).

2.2Keberfungsian Sosial

(9)

mengalami disfungsi social 23 Desember 2016 pukul 22.00 WIB).

2.3Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidakberfungsian Keluarga a. Komunikasi yang Tidak Efektif

Komunikasi di sini tidak semata-mata percakapan dengan bahasa biasa antara anggota keluarga. Apabila kedua orang tua di dalam rumah terlalu sering bertengkar di hadapan anak secara langsung, anak akan menumpuk rasa marah karena merasa tidak nyaman dengan suara-suara yang keras itu. Anak akan beranggapan bahwa dalam kehidupan sehari-hari berbicara dengan suara keras adalah hal biasa. Bahkan mungkin termasuk kata-kata yang sering digunakan merupakan kata-kata yang kasar dan terkesan tidak sopan bagi masyarakat pada umumnya. Nantinya ketika rasa marah ini memuncak, anak akan berusaha mencari berbagai cara yang dianggapnya dapat melampiaskan amarahnya. Anak akan berada pada posisi tidak mampu lagi membedakan mana yang baik dan buruk serta mana yang benar dan salah.Nilai-nilai hidup bermasyarakat yang seharusnya dimiliki pun perlahan luntur karena tuntutan ego nya untuk melampiaskan amarah WIB).

b. Perselingkuhan

(10)

kemungkinan besar untuk melakukan perselingkuhan di tempat kerja, hal ini disebabkan banyaknya waktu yang lebih banyak digunakan di tempat kerja, sedangkan rumah hanya dianggap sebagai tempat singgah atau istirahat saja.Hal ini menyebabkan makin menurunnya komunikasi antar anggota keluarga.Menurunnya komunikasi antar anggotakeluarga inilah yang dinilai sebagai salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan atau pergeseran peran keluarga yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga inti (nuclear family), yakni suamiistri beserta anak-anaknya.

c. Perceraian

Perceraian merupakan kecemasan yang paling menyakitkan bagi setiap anggota keluarga yang mengalaminya. Perceraian berkembang dengan sangat pesat, semakin umum orang menerimanya dan tidak lagi dianggap sebagai tabuh atau aib, karena semakin banyak orang tua, saudara atau kerabat, sahabat dan orang lain yang bercerai. Perceraian sulit untuk diatasi karena berhubungan dengan kesadaran moral orang mengenai kesesuaian masing-masing pasangan, kebebasan untuk menentukan sikap, dan mengambil keputusan, walaupun secara keagamaan dianggap tidak mungkin, namun manusia punya kehendak bebas untuk merealisasikan keputusannya untuk bercerai.

d. Anak tidak diberikan pendidikan agama

(11)

mengikuti.Bagi anak yang tidak dapat/mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja dan jenis kenakalan lainnya

diakses tanggal 20 Desember pukul 17.00 WIB).

2.4Kenakalan Remaja 2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13 - 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identity) (Dariyo, 2004: 13-14 ).

2.4.2 Ciri-ciri Remaja

Dari sudut kepribadiannya maka para remaja mempunyai cirri-ciri tertentu, baik bersifat spiritual maupun badaniah. Contoh cirri-ciri itu adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan fisik yang pesat, sehingga cirri-ciri fisik sebagai laki-laki atau

(12)

Oleh remaja perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggaan.

b. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.

c. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang. d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara sosial, ekonomis

maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.

e. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan identitas diri.

f. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa (Soekanto, 2004: 51-52).

2.4.3 Pengertian Kenakalan Remaja

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja ialah perilaku jahat, atau kejahatan

(13)

Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 22 tahun (Kartono, 2008: 6 ).

Untuk menyalurkan energi psikologisnya guna memperoleh pengakuan, penerima dan perhatian dari orang lain, maka seringkali remaja salah dalam menentukan jalan hidupnya. Akibatnya mereka melakukan tindakan-tindakan yang salah, seperti melakukan tindak kejahatan kekerasan, pembunuhan, penganiayaan, pencurian, penipuan, pemerasan (pemalakan), penyalahgunaan obat (drug/alcohol abuse), kriminalitas, penodongan / perampokan, perusak bis kota dengan melempari kaca-kacanya. Mereka inilah tergolong kenakalan remaja (juvenile delinquency) (Dariyo, 2004: 109 ).

2.4.4 Wujud Kenakalan Remaja

1. Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu-lintas, dan membahayakan jiwa sendiri dan orang lain.

2. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan serta mengacaukan ketentraman lingkungan sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan dorongan primitive yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.

3. Pekelahian antar gang, antarkelompok, antarsekolah, antarsuku (tawuran), sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.

4. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi,

(14)

5. Kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan

mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong; melakukan pembunuhan dengan cara menyembelih korbannya; mencekik, meracun, tindakan kekerasan, dan pelanggaran lainnya.

6. Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks bebas,

atau orgi (mabuk-mabukan hemat dan menimbulkankeadaan yang kacau-kacau) yang mengganggu lingkungan.

7. Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual, atau didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menuntut pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita dan lain-lain.

8. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.

9. Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tending aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas dalan kendali yang didorong oleh hiperseksualitas, dorongan menuntut hak dan usaha-usaha kompensasi lainnya yang kriminal sifatnya.

10. Homoseksual, erotisme anal dan oral dan gangguan seksual lain pada anak remaja disertai tindak sadistis.

11. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga

mengakibatkan ekses kriminalitas.

(15)

13. Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan

pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

14. Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak dan remajapsikopatik, psikotik, neurotic, dan menderita gangguan-gangguan jiwa lainnya.

15. Tindak kejahatan disebabkan disebabkan oleh penyakit tidur, dan ledakan

meningitis, juga luka di kepala dengan keerusakan pada otak ada kalany a membuahkan kerusakan mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol-diri.

16. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-organ inferior (Kartono, 2008: 21-23).

2.4.5 Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Mungkin timbulnya, kenakalan remaja, bukan karena murni dari dalam diri remaja itu sendiri, tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat ditanguulangi oleh remaja dalam keluarganya.Bahkan orang tua sendiri pun tidak mampu mengatasinya, akibatnya remaja menjadi korban dari keadaan keluarga. Faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja, menurut Turner and Helms (1995), antara lain berikut ini :

1. Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home)

(16)

pertengkaran, percekcokan maupun konfliks terus-menerus, sehingga menyebabkan ketidakbahagiaan perkawinan. Tidak terselesaikan masalah ini, akan berdampak buruk, seperti perceraian suami istri.

Selama terjadi pertengkaran, anak-anak akan melihat, mengamati, dan memahami tidak adanya kedamaian, ketentraman, kerukunan hubungan antara kedua orang tua mereka. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan perhatian, kehangatan kasih saying, ketentraman, maupun kenyamanan dalam lingkungan keluarganya. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih-sayang dan perhatian dari pihak lain, dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan diluar rumah.

2. Kurangnya Perhatian dan Kasih-Sayang dari Orang Tua

Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu.Ia juga memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Dalam memasuki zaman industrialisasi ini, ditandai dengan banyaknya keluarga modern yang suami-istri bekerja diluar rumah.Mereka bekerja tanpa mengenal lelah demi untuk mengejar kehidupan materi yang berkecukupan agar ekonomi keluarga tidak kekurangan.

Makin lama ada kecenderungan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam memelihara, mendidik, dan membimbing anak diserahkan kepada pembantu atau baby sister.Padahal belum tentu mereka mampu mendidik dengan baik kepada

(17)

3. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Rendah

Kehidupan sosial-ekonomi yang mapan merupakan salah satu penunjang yang membentuk kebahagiaan hidup keluarga.Dengan ekonomi yang mapan, berarti semua kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dengan baik, termasuk keperluan pendidikan, kesehatan, rekreasi anak-anak.

Namun, kehidupan ekonomi yang terbatas atau kurang, menyebabkan orang tua tidak mmapu memberikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan makanan yang bergizi, kesehatan, pendidikan, dan sarana penunjangnya, dan bahkan orang tua pun kurang optimal dalam memberikan perhatian kasih-sayang pada anak.Hal ini dapat terjadi karena seluruh waktu dan perhatiaannya, cenderung tercurah untuk bekerja agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Dengan tidak tersedianya kebutuhan ekonomi yang cukup, anak-anak tidak mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mungkin ia hanya puas dengan pendidikan yang rendah. Ini berarti taraf keterampilannya juga rendah.Rendahnya pendidikan ini, menyebabkan ia harus menerima nasib dengan bekerja ala kadarnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sebagian dari mereka ada yang tidak mampu menyelesaikan sekolahnya atau drop-out.Dengan demikian, mereka menjadi pengangguran.Tiadanya pekerjaan yang baik, akan menyebabkan mereka dapat membentuk kelompok pengangguran dan mungkin mereka menyalurkan energinya untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat.

(18)

Mungkin sebagian dari orang tua beranggapan bahwa penerapan disiplin terhadap anak-anak berarti harus dilakukan secara tegas, keras, tidak kenal kompromi serta tidak mengenal belas kasihan kepada naka.Di sini, orang tua berperan secara sentral dalam menentukan kriteria kedisiplinan.

Ketika anak sering memperoleh perlakuan kasar dan keras dari orang tua, mungkin anak akan taat dan patuh dihadapan orang tua. Akan tetapi, sifat kepatuhan itu semu dan sementara. Mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang negatif, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang tuanya. Misalnya dengan melakukan tindakan anarkhis, melawan hukum, terlibat kenakalan, anti sosial, dan lain sebagainya (Dariyo, 2004: 109-112).

2.4.6 Penanggulangan Kenakalan Remaja

Oleh karena tindak delinkuen anak remaja itu banyak menimbulkan kerugiann meteril dan kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun para korbannya, maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-tindak preventif dan penanggulangannya secara kuratif.

Tindakan preventif yang dilakukan antara lain berupa : 1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga

2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampong-kampung miskin.

3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah-laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.

4. Menyediakan tempat rekrasi yang sehat bagi remaja. 5. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak.

(19)

7. Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif,

pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susilan kepada anak-anak dan para remaja yang membutuhkan.

8. Membuat badan supervise dan pengontrol terhadap kegiatan anak delinkuen, disertai program yang korektif.

9. Mengadakan pengadilan anak.

10. Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja.

11. Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin).

12. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.

13. Menyelenggarakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk

membangun kontak manusiawi di antara para remaja delinkuen dengan masyrakat luar. Diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja.

14. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinkuen dan yang nondelinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi, dan lain-lain.

Tindakan hukuman bagi anak remaja deklinkuen antara lain berupa: menghukum

mereka sesuai perbuatannya, sehingga dianggap adil, dan bisa menggugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan mandiri.

(20)

1. Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik

yang berupa pribadi f milial, sosial ekonomis, dan kultural.

2. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlakukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.

3. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah

lingkungan sosial yang baik.

4. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan berdisplin.

5. Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.

6. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat.

7. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan.

(21)

2.5 Kerangka Pemikiran

Keluarga merupakan pranata sosial yang sangat penting artinya bagi kehidupan sosial.Seseorang menghabiskan paling banyak waktunya dalam keluarga dibandingkan dengan di tempat bekerja misalnya, dan keluarga adalah wadah di mana sejak dini seseorang dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan peranan-peranannya dalam dunia orang dewasa. Melalui pelaksanaan peranan-peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai-nilai budayapun akan dapat tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Keluarga yang mampu mengembangkan kehidupannya dengan selalu memegang prinsip-prinsip nilai yang kuat, dan senantiasa menjaga komunikasi antar anggota keluarga dan sabar dalam menghadapi setiap masalah serta mampu meminimalisisr pengaruh negatif yang dapat menyebabkan kekacauan dalam keluarga maka keluarga tersebut mempunyai ketahanan keluarga yang kuat.

(22)
(23)

BAGAN I

Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Remaja Nakal

a. Kebut-kebutan b. Prilaku ugal-ugalan c. Perkelahian antar geng d. Membolos sekolah e. Kriminalitas anak f. Mabuk-mabukan g. Perkosaan

h. Kecanduan narkoba i. Perjuadian

j. Komersial seks k. Tindakan radikal dan

ekstrim

l. Terlibat kasus kepolisian

Keberfungsian Keluarga

(24)

2.6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan penegasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan di teliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011 : 138 ).

Adapun batasan konsep yang dibuat peneliti :

1. Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.

2. Keberfungsian sosial adalah kemampuan untuk melaksanakan

peran masyarakat. Peranan merupakan seperangkat harapan tentang tindakan yang seharusnya dilakukan seseorang,

3. Remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13 - 21 tahun.

(25)

4. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja ialah perilaku jahat, atau kejahatan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan Pembangunan Nasionar, dan daram rangka

 pada tahapan auction yang sudah aktif, maka dapat diproses dengan klik pada akan muncul seperti pada gambar dibawah ini.

Dengan adanya Media Pembelajaran Multimedia Interaktif ini yang telah di uji coba sebagai media pembelajaran di Madrasah Aliyah SYAROFUL MILLAH sehingga

Mengambil langkah - - langkah untuk langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut. menindak lanjuti

Bentuk Roman merupakan perkembangan dari huruf teks, tetapi dengan diilhami oleh naskah Italia yang bercirikan sapuan lebih ringan dan anggun.. Pada tahun 1524, Claude Garamond,

(6) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat efektivitas individu dalam organisasi dengan tingkat efektivitas manajemen komunikasi pemasaran pada Usaha Kecil

Selanjutnya, permen merupakan salah satu makanan yang disukai oleh semua orang dari berbagai tingkatan usia, maupun tingkat ekonomi sehingga akan meningkatkan peluang usaha

Ramulyo, Idris, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), Cet.. Syarifudin,