• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Dosis Kompos Ternak Babi dan Interval Pemotongan Terhadap Kualitas Hijauan Ruzi (Brachiaria Ruziziensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Dosis Kompos Ternak Babi dan Interval Pemotongan Terhadap Kualitas Hijauan Ruzi (Brachiaria Ruziziensis)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kotoran Babi

Menurut Lazcano et al., (2008) dikatakan bahwa kotoran ternak merupakan sumberdaya alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

Kotoran babi memiliki kandungan P yang cukup tinggi dikarenakan pakan hewan ternak tersebut sangat kompleks dan bervariasi yang terdiri dari sayur-sayuran, dedak, ampas tahu, limbah rumah tangga dan konsentrat sehingga kotoran yang dihasilkan juga banyak mengandung unsur hara. Di samping itu kotoran babi yang dipakai sebagai bahan pembuatan bokashi berasal dari ternak babi yang sudah tua sehingga kotorannya banyak mengandung unsur hara (Hartatik, 2010).

Ternak babi biasanya diberi pakan yang mengandung bahan yang mudah dicerna. Pupuk dari kotoran babi lebih banyak mengandung asam fosfor dan asam belerang dibandingkan dengan pupuk kotoran hewan ternak lainnya. Kandungan K dan Ca dari kotoran babi rendah. Pupuk kompos babi termasuk pupuk dingin, jadi perubahannya berlangsung perlahan-lahan dan sesuai dipakai pada tanah yang berstektur ringan. Karena didalam tanah tersebut perubahan bahan organik oleh bakteri atau jasad-jasad renik lainnya terjadi secara intensif

(Damanik et al., 2010).

(2)

panas. Sedangkan pupuk dingin merupakan pupuk yang penguraiannya berjalan sangat lambat sehingga tidak terbentuk panas. Jenis dan kandungan hara yang terdapat pada beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kandungan unsur hara kotoran dari beberapa jenis ternak Nama

Pupuk adalah hara tanaman yang umumnya secara alami ada dalam tanah, atmosfer dan dalam kotoran hewan. Pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil tanaman, terutama pada tanah yang kandungan unsur haranya rendah. Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat

(3)

Kualitas pupuk organik harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal pupuk organik. Persyaratan teknis minimal pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Persyaratan teknis minimal pupuk organik

No. Parameter Satuan Kandungan

Padat Cair

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair dari hewan ternak yang dikandangkan yang dapat bercampur dengan alas kandang dan sisa makanan. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak dan cara penampungan pupuk kandang. Pupuk yang berasal dari kotoran ternak babi banyak mengandung mikroorganisme pengurai yang bermanfaat untuk meningkatkan jenis dan populasi mikroorganisme tanah. Ciri - ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yakni berwarna cokelat kehitaman, cukup kering dan tidak menggumpal dan tidak berbau menyengat. Ciri kimianya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil. C/N ratio yang tinggi terjadi pada pupuk kandang yang bersifat pupuk dingin dan menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas, misalnya kotoran babi

(4)

Pupuk Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003).

Kandungan zat hara dalam kompos sangat bervariasi tergantung dari bahan yang dikomposkan, cara pengomposan dan cara penyimpanannya. Kandungan zat hara dalam kompos dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan zat hara pada zat hara dalam kompos

Komponen Kadar (%)

Cairan 41

Bahan kering 59

Karbon (C) 8,2

Nitrogen (N) 0,09

Fosfor (P2O5) 0,36

Kalium (K2O) 0,81

C/N 23

Sumber : Lingga (1991)

Keterangan : C/N merupakan perbandingan karbon dengan nitrogen

Pembuatan Kompos

(5)

penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30–40% dari volume/bobot awal bahan.

Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan organik menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman (Djuarnani et al., 2005).

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang tinggi. Adapun pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 hingga 7,5 dan pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses pengomposan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan organik dan pH. Kompos yang sudah matang biasanya mendekati pH netral (Isroi, 2009).

Yusnaini et al., (1996) menyatakan bahwa selain sebagai sumber untuk memperoleh rasio C/N yang optimal untuk pengomposan, kotoran ternak dapat digunakan sebagai sumber mikroorganisme dekomposer dan penambah kandungan unsur hara.

EM4 (Effective Microorganism 4)

(6)

EM4 (Effective Microorganism 4) merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM4 (Effective Microorganism 4) mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus Sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas Sp), Actinomycetes Sp, Streptomycetes Sp, R.bassillus/azotobachter dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembutan tempe (Utomo, 2007).

C/N (carbon per nitrogen)

C/N (carbon per nitrogen) berfungsi untuk meningkatkan kesuburan pada tanah. Penambahan bahan organik dengan nisbah C/N (carbon per nitrogen) tinggi mengakibatkan tanah mengalami perubahan imbangan C/N (carbon per nitrogen) dengan cepat, karena mikroorganisme tanah menyerang sisa pertanaman. C/N (carbon per nitrogen) juga berfungsi untuk menyeimbangkan ketersediaan nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Apabila bahan organik yang diberikan ke tanah mempunyai nisbah C/N (carbon per nitrogen) tinggi, maka mikroorganisme tanah dan tanaman akan berkompetisi memanfaatkan nitrogen dan tanaman selalu kalah (Sutanto, 2002).

(7)

bahan maka proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman (Indriani, 2006).

Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N). Rasio C/N beberapa bahan yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4.Rasio carbon dan nitrogen (C/N) dari beberapa bahan.

No. Bahan Ratio C/N

1 Kotoran babi 18

2 Kotoran ayam 8

3 Kotoran kambing 12

4 Kotoran bebek 8

5 Kotoran domba 19

6 Kotoran sapi/kerbau 24

7 Kotoran gajah 43

8 Jerami padi 70

9 Jerami gandum 90

Sumber: Karki dan Dixit (1984)

Suhu

Menjaga kestabilan suhu (mempertahankan panas) pada suhu ideal (40-500C) amat penting dalam pembuatan kompos. Hal ini disebabkan tidak

(8)

berlangsung lama. Sebaliknya, suhu yang terlalu tinggi bisa membunuh bakteri pengurai (Murbandono, 2000).

Kadar air, kecepatan aerasi, ukuran dan bentuk tumpukan, kondisi lingkungan sekitar dan kandungan nutrisi sangat mempengaruhi distribusi temperatur dalam tumpukan kompos. Kecenderungan temperatur akan lebih rendah jika kondisi kadar air berlebih karena panas yang dihasilkan akan digunakan untuk proses penguapan (Arifianto dan Kuswadi, 2008).

Keasaman (pH)

Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik sekitar 6,5-7,5 (netral). Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikkan pH (Indriani, 2000).

Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan yang mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati normal (Djuarnani et al,. 2005).

Kelembapan

(9)

menurun. Kelebihan air akan mengakibatkan volume udara jadi berkurang, sebaliknya bila terlalu kering proses dekomposisi akan berhenti. Semakin basah timbunan tersebut, harus makin sering diaduk atau dibalik untuk menjaga dan mencegah pembiakan bakteri anaerobik. Pada kondisi anaerob, penguraian bahan akan menimbulkan bau busuk (Setyorini et al,. 1991).

Hijauan Ruzi (Brachiaria ruziziensis)

Hijauan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang dijadikan sebagai sumber gizi berupa protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang dapat berupa rumput-rumputan, leguminosa, dan daun-daunan. Hijauan sangat diperlukan oleh ternak ruminansia, karena 74-90% makanan yang dikonsumsi berasal dari hijauan baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).

Rumput Brachiaria sering disebut rumput bede atau untuk kultivar ruziziensis disebut rumput ruzi Brachiaria ruziziensis. Hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) berasal dari Afrika Tropik.

Klasifikasi Hijauan Ruzi (Brachiaria ruziziensis)

Sistematika hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) adalah Kingdom: Plantae, Phyllum: Angiospermae, Classis: Monocotyledonae, Ordo: Glumiflora, Familia: Gramineae, Sub-familia: Panicoideae, Genus: Brachiaria dan Spesies: Brachiaria ruziziensis (Reksohadiprodjo, 1994).

Deskripsi Hijauan Ruzi (Brachiaria ruziziensis)

(10)

yang lebat dan rumput ini merupakan rumput yang baik untuk pertanaman padangan tunggal atau dicampur dengan legume (Reksohadiprodjo, 1994).

Hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) merupakan rumput berdaun lebat dengan tinggi yang sedang, berstolon, daunnya berbulu pendek, produksi bijinya tinggi, kualitas biji dan daya tumbuhnya biasanya tinggi (Horne et al., 1999). Hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) cocok untuk tanah yang subur dan berdrainase baik, pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi. Pada kondisi demikian hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) menghasilkan pakan dengan kualitas lebih baik daripada Brachiaria lainnya.

Hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) dikenal dengan sebutan rumput kongo atau rumput ruzi, dapat ditanam dengan biji, pols maupun stek. Rumput ruzi paling cocok untuk daerah dengan iklim basah (1000 mm/t) tanpa musim kemarau atau dengan musim kemarau yang pendek yaitu 3-4 bulan. Rumput ini juga dapat direkomendasikan untuk dataran tinggi (2000m dpl) dengan iklim yang sejuk. Ruzi tumbuh dengan baik pada tanah subur dengan pH netral sampai keasaman sedang, namun rumput ini masih mampu tumbuh dengan baik pada tanah dengan kesuburan yang sedang. Pada tanah yang tidak subur, berdrainase buruk dengan musim kemarau yang panjang rumput ruzi kurang sesuai. Namun, rumput ruzi dapat beradaptasi pada lingkungan dengan tingkat naungan yang sedang (Hutasoit et al., 2009).

Peranan Iklim Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Nutrisi Tanaman

(11)

di Asia Tenggara tetapi kurang beradaptasi pada musim kemarau panjang dan segera mati di daerah-daerah tersebut (Hare dan Horne, 2004).

Pengaruh Defoliasi Terhadap Produksi dan Kualitas

Defoliasi merupakan pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia atau renggutan hewan itu sendiri di waktu ternak digembalakan (Susetyo et al., 1969). Pengertian interval defoliasi adalah

selang waktu antara suatu saat defoliasi sampai saat defoliasi berikutnya (Kristyowantari, 1992). Defoliasi sangat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya,

semakin sering dilakukan pemotongan dalam interval yang pendek atau dekat maka pertumbuhan kembali akan semakin lambat, ini disebabkan karena tanaman tidak ada kesempatan yang cukup untuk berasimilasi (Agus, 1983).

Volesky dan Anderson (2007) menyatakan bahwa intensitas pemotongan akan mempengaruhi produksi dari tanaman. Namun terhadap kualitas nutrisi tidak berpengaruh nyata walaupun terlihat adanya perbedaan pada setiap pemotongan dengan ketinggian yang berbeda. Norris dan Ayres (1991) menyatakan strategi pemotongan yang tepat dalam menentukan banyaknya tanaman yang tersisa setelah pemotongan akan mengoptimalkan produksi nutrisi dan kepadatan jumlah anakan. Oleh Setyati (1984), bahwa umur defoliasi menentukan hasil yang optimal serta berkualitas.

(12)

persaingan untuk mendapatkan unsur hara, air dan sinar matahari dapat ditekan dengan baik (Wolfe dan Kipps, 1959).

Interval pemotongan berpengaruh tehadap produksi hasil panen beberapa jenis hijauan. Begitu juga dengan produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval pemotongan (Puger, 2002). Adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever et al., 2000).

Adaptasi tanaman setelah pemotongan sangat bergantung terhadap respon morfologi dan fisiologi tanaman. Kemampuan tanaman menggunakan ketersediaan karbon dan nitrogen akan mengembalikan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis dan memenuhi kebutuhan organ tanaman untuk bertahan hidup setelah pemotongan (Kavanova dan Gloser, 2004).

Kebutuhan Unsur Hara Bagi Tanaman

(13)

Pemotongan atau Defoliasi Tanaman

Pemotongan didefenisikan sebagai pemotongan bagian atas tanaman baik oleh pemanenan dengan peralatan maupun renggutan ternak (Humphrey, 1978). Interval adalah jarak waktu yang diperlukan pemotongan selama jangka waktu tertentu. Secara umum pemotongan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, bahan kering dapat dicerna dan komposisi kimia (Horne et al., 1999).

Pemupukan

Dalam pemeliharaan hijauan perlu dilakukan pemupukan dengan tujuan mendapatkan kualitas dan kuantitas hijauan yang tinggi, karena pupuk diperlukan untuk menggantikan zat-zat hara yang telah terserap dan tidak dikembalikan lagi oleh tanaman ke dalam tanah. Kebutuhan pupuk sangat bervariasi tergantung dari keadaaan tanah, jenis pupuk, jenis tanaman dan faktor lain yang berpengaruh misalnya curah hujan dan dan pH tanah (Mcllroy, 1997).

Ardianto (1983) mengemukakan bahwa banyaknya bahan organik yang dimasukkan ke dalam tanah mempengaruhi populasi mikroorganisme makin tinggi. Dengan kehadiran mikroorganisme yang menguntungkan didalam tanah maka ekosistem didalam tanah akan lebih hidup yang berarti akan memberikan medium yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Kualitas Nutrisi Hijauan Pakan

(14)

dilakukannya analisis proksimat. Metode analisis proksimat merupakan metode yang menggambarkan komposisi zat makanan pada suatu bahan makanan.

Kadar Air

Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰ C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 2005).

Kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah dan air terikat kuat. Besar kadar air ini bisa bisa dipengaruhi oleh proses pengeringaan dalam oven atau saat dikering udarakan (Tillman et al., 1998).

Bahan Kering

(15)

Protein Kasar

Unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan

adalah nitrogen (Susetyo et al., 1969). Tanaman memerlukan nitrogen untuk

pembentukan vegetatif seperti batang, daun dan akar. Bagian vegetatif tanaman

ini berfungsi dalam proses fotosintesis (Mcllroy, 1976). Nitrogen dalam tanaman

merupakan unsur penting dalam pembentukan protein, daun dan berbagai

persenyawaan organik. Nitrogen mempunyai pengaruh positif dalam menaikkan

potensi pembentukan daun, kadar protein pada hijauan pakan (Rinsema, 1986).

Menurut Siregar (1994) menyatakan bahwa senyawa-senyawa non protein

nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein

pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen

tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N

makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai

hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut

didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.

Nitrogen adalah unsur hara utama dalam pembentukan protein makanan, oleh sebab itu dibutuhkan unsur hara N yang lebih banyak untuk meningkatkan kandungan protein kasar. Rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel sehingga daun menjadi keras. Semakin tinggi produksi hijauan yang dihasilkan maka semakin tinggi produksi protein kasarnya (Sarief, 1986).

Serat Kasar

Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa

(16)

(Anggorodi, 1994). Selulosa adalah zat penyusun tanaman yang jumlahnya

banyak, sebagai material struktur dinding sel semua tanaman (Tilman et al.,1996).

Peran pupuk kandang dalam menekan kandungan serat kasar sangat nyata. Dimana pupuk kandang mengandung N, P, dan K yang mempengaruhi serat kasar hijauan. Pengaruh N dalam meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan dinding sel yang tipis. Keadaan ini menyebabkan daun lebih banyak mengandung air dan kurang keras, sebaliknya kandungan nitrogen yang rendah dapat mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras dan penuh dengan serat-serat (Setyamidjaya, 1986).

Semakin rendah kandungan serat kasar maka tanaman tersebut semakin berkualitas. Hijauan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, daya cernanya relatif rendah, yang berarti nilai nutrien bahan makanan tersebut juga rendah karena zat-zat makanan yang diselaputi oleh lignin tidak dapat dicerna oleh bakteri rumen maupun enzim-enzim (Bamualim, 1992).

Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar

(Soelistyono, 1976).

Lemak Kasar

(17)

lemak ini bukan lemak murni.Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak

eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh

karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar

(Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan

sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau

untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih

(Mahmudi, 1997).

Tabel 5. Kandungan zat nutrisi penting pada rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis)

Zat nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 18-20

Air 80-82

Bahan organik 89-90

Abu/mineral 9-10

Protein kasar 8-14

Serat deterjen (NDF) 50-61

Serat deterjen (ADF) 35-40

Energi 4064 kkal/kg BK

Sumber: Hutasoit et al (2009)

(18)

tersebutlah yang akan dapat digunakan oleh ternak sebagai sumber nutrisi. Kandungan protein hijauan ruzi (Brachiaria ruziziensis) tergolong sedang, namun kandungan ini akan menurun bila dipotong pada umur tua (Hutasoit et al., 2009).

Gambar

Tabel 1. Kandungan unsur hara kotoran dari beberapa jenis ternak
Tabel 2. Persyaratan teknis minimal pupuk organik
Tabel 3. Kandungan zat hara pada zat hara dalam kompos
Tabel 4.Rasio carbon dan nitrogen (C/N) dari beberapa bahan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan yang akan dicapai adalah : Mengetahui arsitektur dan konfigurasi dari sistem jaringan GPRS, mengetahui klasifikasi dari kelas GPRS, mengetahui kelebihan dan kebaikan

(2) Rencana struktur ruang kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2010-2030 dengan skala peta 1 : 25.000

[r]

Dimana sistem pakar bila dikaitkan dengan kemampuan seorang ahli/pakar mendiagnosa secara dini kondisi kesehatan pasien, dapat diciptakan suatu sistem komputer yang bertugas

[r]

Dalam melakukan uji coba penulis mengkonfigurasikan Samba dengan menggunakan tampilan text (konsole) untuk memudahkan pembaca dalam mengkonfigurasikan Samba sehingga Samba

[r]

Dari serangkai analisis yang telah dilakukan secara bertahap, maka penulis menarik kesimpulan bahwa bingkai media koran Republika terhadap berita larangan ISIS di