• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Perbuatan Pialang Saham Yang Tidak Beritikad Baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Perbuatan Pialang Saham Yang Tidak Beritikad Baik"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, memerlukan

pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Banyak negara yang

sudah menyadari bahwa pasar modal merupakan suatu sarana yang bernilai positif

dan produktif guna mendorong perekonomian negaranya masing-masing. Di samping

itu, pasar modal merupakan alternatif baru bagi para pemodal untuk melakukan

investasi. Berbagai alternatif investasi yang telah ada seperti perbankan, properti, dan

komoditi para pemodal dapat melakukan pilihan-pilihan investasi secara tepat serta

memberikan manfaat terbaik.1

Kegiatan pasar modal hampir di seluruh belahan dunia sudah tidak mengenal

lagi batas waktu dan negara. Perkembangannya saat ini dapat dipantau secara

nasional dan global dari waktu ke waktu, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi

pasar modal suatu negara dapat menjadi tujuan investasi bagi investor negara lain,

dan biasanya melibatkan dana yang tidak sedikit. Situasi dan kondisi yang demikian

tentu saja memiliki konsekuensi bagi para pelaku pasar modal yang ingin tetap eksis

dan ingin meraih kesempatan untuk diakui sebagai pemain kelas dunia dengan

(2)

menunjukkan komitmen untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan atau aturan main

yang lazim berlaku secara global.2

Meskipun kegiatan pasar modal bertujuan untuk mendapatkan keuntungan,

namun semua kegiatan tersebut tidak terlepas dari kemungkinan ada resiko, berarti

kegiatan di pasar modal merupakan mata uang atau koin yang bermuka dua. Satu sisi

akan memberikan keuntungan, sisi lain kegiatan dihadapkan pada resiko. Oleh karena

itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup, serta naluri bisnis untuk

menganalisa efek mana yang akan dibeli dan efek mana yang akan dijual, di samping

mempunyai dana atau modal.

3

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

panjang yang bisa diperjualbelikan baik berupa obligasi, saham, reksa dana, dan

sebagainya. Pasar modal pada dasarnya mirip dengan pasar pada umumnya, yaitu

tempat bertemunya penjual dan pembeli, perbedaannya adalah pada komoditas yang

diperdagangkan. Semua yang diperjualbelikan di pasar modal diharapkan akan

mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang.4

Proses jual beli di pasar modal seperti yang telah disebutkan di atas mengenai

surat-surat berharga dapat dikatakan sebagai bentuk jual beli yang tidak berdiri

sendiri, hal ini dikarenakan dalam prosesnya dibantu oleh pihak-pihak lain. Sebut saja

penjamin emisi efek yang merupakan pihak paling banyak terlibat membantu emiten

2 Tim Studi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan “ Kajian Perilaku Perusahaan Efek Dalam Menjalankan Kegiatan Sebagai

Perantara Pedagang Efek” tahun 2010, hal: 1

3Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal: 15

(3)

dalam rangka penerbitan saham.5 Perusahaan yang telah siap untuk melakukan

penawaran umum akan menawarkan saham kepada masyarakat dan masyarakat dapat

membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk.6

Setelah tahapan penawaran umum dilaksanakan atau sering juga disebut dalam

pasar perdana, kemudian perusahaan akan melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu

memasuki pasar sekunder. Disinilah proses jual beli saham yang dilakukan oleh para

investor ataupun emiten lainnya yang ada di bursa efek dan disini pula peran dari

pialang saham sangat menentukan dalam bertransaksi di pasar modal.7

Melakukan transaksi perdagangan saham di bursa efek pada prinsipnya dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu; dengan bantuan pialang saham dan tanpa bantuan

pialang saham. Dengan bantuan pialang saham dapat dilakukan oleh pialang dengan

cara pialang saham melakukan proses jual beli saham di lantai bursa (trading floor)8

ataupun dengan cara remote trading dimana sistem perdagangan jarak jauh yang

memungkinkan order transaksi di kantor perusahaan efek dimana saja langsung

dikirim ke sistem perdagangan bursa efek tanpa harus melalui terminal milik

perusahaan efek yang ada di lantai bursa.9

5Iswi Hariyani, R, Serfianto, dkk, Merger, Konsolidasi, Akuisisi & Pemisahan Perusahaan:

Cara Cerdas Mengembangkan & Memajukan Perusahaan, (Jakarta: Visimedia, 2011) , hal. 295

6Ibid, hal. 296

7Widhoatmodjo Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, (Jakarta: PT Jumalindo Aksara Grafika, 1996), hal: 28

Untuk tanpa bantuan pialang saham,

investor dapat melakukan transaksi secara langsung ke bursa dengan kata lain

investor dapat melakukan jual-beli saham secara langsung dengan menggunakan

8

Bursa Efek Indonesia, “Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa”, dalam tanggal 19 Agustus 2014

9Jaka E. Cahyono, Investing in JSZ Now? No, I’m Not That Fool: Another 22 Strategi dan

(4)

perangkat keras seperti gadget yang dapat dijadikan media bertransaksi. Investor

dapat memilih kedua cara di atas namun keduanya memiliki sisi kelemahan

masing-masing. Akan tetapi di Indonesia, online trading menjadi permasalahan karena

kecepatan eksekusinya tidak terlalu bagus. Akses onlie trading mengalami lambat

dalam proses transaksi apalagi lokasi nasabah dengan sever JATS jauh .10

Alasan jaringan akses di atas senada dengan apa yang dinyatakan oleh M.

Pintor Nasution sebagai Head of Capital Market Information Center – Medan

Marketing Division dari Bursa Efek Indonesia, bahwa online trading terkadang

menjadi masalah ketika akses internet sedang lambat oleh karena itu untuk

menghindari kendala ini M. Pintor Nasution menyarankan agar transaksi jual beli

saham sebaiknya dilakukan dengan bantuan pialang saham.11

Pada pokoknya pialang saham bukan merupakan profesi sembarangan, untuk

dapat melakukan perdagangan pada suat

terdaftar sebagai anggota pada bursa efek yang bersangkutan. Ketentuan keanggotaan

suatu bursa efek biasanya ditetapkan oleh Otoritas bersama

(OJK) merupakan lembaga pengawas pasar modal (otoritas) dan Bursa Efek

Indonesia (BEI) merupakan lembaga

oleh Kliring dan Penjamin Efek Indonesi

Indonesia

10Gregorius Sihombing, Kaya dan Pinter Jadi Trader & Investor Saham, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2008), hal. 152

11Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –

(5)

Peran pialang saham kepada investor adalah membantu investor dalam

menilai saham mana yang cocok dengan keadaan keuangan si investor dan pilihan

keuntungan serta tingkat keberanian investor untuk mengambil resiko. Para pialang

saham akan memberikan nasehat dan saran-saran mereka, serta biasanya juga akan

melaksanakan keinginan investor untuk membeli atau menjual sekuritas tertentu.

Peran pialang saham tersebut dilakukan ketika investor memang hanya menggunakan

jasa perantara, maka apa yang dilakukan pialang saham terhadap investor dapat

digolongkan sebagai bisnis kepercayaan. Dengan demikian adanya persyaratan

kejujuran dan integritas moral yang tinggi sangat diperlukan dalam melaksanakan

amanat dari investor. Hilangnya kepercayaan nasabah berarti hilangnya peluang

bisnis perusahaan efek bahkan lebih dari itu dapat merusak tujuan dan sistem pasar

modal itu sendiri. Disinilah dituntut profesionalisme para pialang saham yang harus

dapat menimbulkan kepercayaan investor. Perlindungan dan kepastian hukum bagi

setiap pelaku pasar modal sangat mutlak dibutuhkan.12

Hubungan antara investor dengan pialang saham merupakan hubungan yang

saling menguntungkan, ketika investor mendapatkan jasa dari seorang pialang saham

maka pialang saham tersebut akan mendapatkan komisi tertentu atas transaksi

tersebut. Besarnya komisi yang diterima oleh pialang saham adalah sebesar 0,3% atau

paling besar 1%.13

12Jusuf Anwar, Op. Cit, hal: 20

13Johar Arifin dan A. Fauzi, Cara Cerdas Merancang dan Menghitung Pensiun dengan Excel, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal. 177

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjalin

(6)

Bentuk kepercayaan yang diberikan oleh seorang investor kepada pialang

saham selain untuk melakukan jual-beli saham, terdapat kepercayaan lainnya yaitu

seorang pialang saham dapat keluar masuk ke dalam rekening investor, karena tanpa

ini pialang saham tidak dapat melakukan proses jual beli saham. Walaupun

penggunaan dana yang ada di dalam rekening saham milik investor membutuhkan

persetujuan dari investor terlebih dahulu, akan tetapi keleluasaan ini adalah suatu

bentuk kepercayaan yang diberikan oleh investor kepada pialang saham yang

terkadang disalahgunakan.

Keleluasaan yang dimiliki oleh pialang saham untuk memasuki rekening

saham milik seorang investor ini menjadi bomerang tersendiri bagi investor karena

terdapat pialang-pialang saham nakal yang dengan sengaja menggunakan dana

nasabah untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan dari perusahaan yang

diwakilinya. Tanpa ada persetujuan dari investor, pialang saham menggunakan

sejumlah dana nasabah tersebut untuk membeli saham.14 Berdasarkan informasi dari

M. Pintor Nasution terdapat kasus dimana pialang saham menggunakan dana investor

tanpa sepengetahuan investor tersebut. Investor mengetahui dananya diambil ketika

investor melihat dananya telah terjadi pengurangan.15

Selain itu, pialang saham juga berperilaku tidak jujur dengan mendahulukan

kepentingan pribadinya dari pada mendahulukan kepentingan investor. Sebagai

contoh, ketika ada saham yang dinilai memberi keuntungan besar apabila saham

14Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –

Medan Marketing Division, Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Juni 2014

15Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –

(7)

tersebut dibeli. Di saat yang bersamaan, investor berkeinginan membeli saham

tersebut, namun karena ketidakjujuran dari pialang saham maka pada akhirnya apa

yang diperintahkan oleh investor tersebut tidak menjadi prioritas dari pialang saham.

Pada dasarnya terdapat beberapa peraturan yang telah dikeluarkan Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, atau biasa disebut Bapepam-LK,

diantaranya peraturan Nomor V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang

melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek (PPE), Peraturan Nomor V.D.1

Tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan Efek dan Peraturan

OJK Nomor 1/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Aturan-aturan ini mengatur mengenai bagaimana dan apa-apa saja yang seharusnya

dilakukan oleh pialang saham terhadap investor. Akan tetapi bagaimana pun, tetap

saja ada perilaku dari pialang saham yang tidak dapat dikendalikan yang mana

pengawasan tidak selalu dapat menyentuk seluruh pialang saham di Indonesia.

Tindakan pialang saham yang tidak beritikad baik seperti; membocorkan

kerahasiaan investor yang meminta jasa Pialang Saham untuk menjual sahamnya,

membocorkan rahasia investor kepada investor lainnya, sehingga menyebabkan

investor dirugikan, atau pialang saham yang juga memiliki saham dalam perusahaan

efek tersebut rentan lebih mendahulukan kepentingan diri pialang saham dari pada

investor yang telah memberi kuasa kepada pialang saham untuk melakukan

pembelian saham atau penjualan saham milik investor tersebut pada dasarnya telah

melanggar kode etik yang dibuat oleh Bapepam-LK yang diantaranya Peraturan

(8)

Perantara Pedagang Efek (PPE) dan Peraturan Nomor V.D.1 tentang Pengawasan

Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan Efek

Terdapatnya tindakan pialang saham yang telah melanggar aturan-aturan yang

telah dibuat oleh Bapepam-LK tersebut serta kode etik yang ada, menjadi ulasan yang

sangat penting dan sangat menarik untuk dianalisis atas jenis-jenis tindakan pialang

saham yang tidak beritikad baik sehingga merugikan investor dan bagaimana

perlindungan hukum yang diberikan oleh peraturan-peraturan pasar modal di

Indonesia atas tindakan tidak beritikad baik tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penulisan ini

merumuskan tiga permasalahan yang diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggungjawab hukum pialang saham kepada investor pada

kegiatan di Pasar Modal?

2. Bagaimana bentuk – bentuk perbuatan pialang saham yang tidak beritikad

baik?

3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan

pialang saham yang tidak beritikad baik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari rumusan permalahan di atas, maka yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tanggungjawab hukum pialang dalam memperantarai

(9)

2. Untuk mengetahui bentuk - bentuk perbuatan pialang saham yang tidak

beritikad baik

3. Untuk mengetahui ketentuan perundang-undangan terkait dengan bentuk -

bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham

yang tidak beritikad baik

D. Manfaat Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini memberikan sejumah manfaat bagi semua

Pihak, yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yakni:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat yakni bahan kajian penelitian lebih

lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta dapat memberikan

manfaat menambah khasanah ilmu hukum dalam Pasar Modal berkenaan dengan

perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham yang tidak

beritikad baik

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan

sekuritas, investor, emiten, Otoritas Jasa Keuangna, Bursa Efek Indonesia serta

pelaku pasar modal secara keseluruhan berkenaan dengan perlindungan hukum

terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham yang tidak beritikad baik.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dari penelusuran yang telah dilakukan di

(10)

Universitas Sumatera Utara oleh peneliti, maka penelitian ini dengan judul “Analisis

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Perbuatan Pialang Saham Yang Tidak

Beritikad Baik” belum pernah ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya namun

ada beberapa tesis terdahulu yang menyangkut dengan masalah pialang yaitu:

1. Purnama Sari Putri (037005066) dengan judul “Tanggung Jawab Pialang Dalam

Perdagangan Saham di Dalam Pasar Modal”

2. Megarita (057005013) “Perlindungan hukum terhadap pembeli saham yang

digadaikan dalam kaitannya dengan perjanjian kredit”

3. Parlin Dony Sipayung (077005088) “Perlindungan Hukum Bagi Investor terhadap

penghentian perdagangan saham emiten di Pasar Modal Indonesia”

4. Syarief Oesman Ahimsa (037005050) “Perlindungan Hukum Bagiinvestor

Terhadap Praktek Insider Trading Dalam Perdagangan Saham Di Bursa Efek”

Meskipun demikian permasalahan dan penyajian dari penelitian ini tidaklah

sama dengan penelitian tersebut khususnya penelitian yang dilakukan oleh Purnama

Sari Putri. Dalam penelitian terdahulu membahas tanggung jawab pialang saham atas

prinsip keterbukaan kepada investor serta tanggung jawab hukum dan perlindungan

yang diberikan kepada investor sebagai akibat adanya fakta material yang

menyesatkan dari pialang saham, sedangkan dalam penelitian ini membahas

mengenai perbuatan dari pialang saham yang tidak beritikad baik dimana bentuk

tidak itikad baik ini bukan tidak hanya mengenai memberikan informasi jelas (prinsip

keterbukaan) tetapi terdapat beberapa jenis dari bentuk tidak itikad baik. Dalam

(11)

tidak baik serta mengklasifikasikan jenis-jenis dari tindakan tidak beritikad baik

tersebut.

Penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur,

rasional, objektif, dan terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

kebenaranya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang

membangun, dan apabila dikemudian hari ternyata telah melanggar asas-asas

keilmuan, maka peneliti bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori

perlindungan hukum, Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum yang

tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi:

Indonesia adalah negara hukum, Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas

hukum, dengan sendirinya perlindungan hukum menjadi unsur esensial serta menjadi

konsekuensi dalam negara hukum. Negara wajib menjamin hak-hak hukum warga

negaranya. Perlindungan hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat

warga negaranya sebagai manusia. Karena itu Teori Perlindungan Hukum ini menjadi

sangat penting.

Teori Perlindungan Hukum yang berkembang atau yang sering dipakai adalah

teori perlindungan hukum dari

(12)

Prinsip-prinsipnya, Penanganannya dan Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum

dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara.

Menurut peneliti belum ada Teori Perlindungan Hukum lain yang lebih

general atau berlaku umum. Maksudnya belum ada yang mengemukakan pendapat

tentang perlindungan hukum yang tidak menitikberatakan pada hukum tertentu.

Karena banyak yang mengemukakan tentang teori perlindungan hukum tetapi

menitikberatkan pada hukum tertentu, seperti Hukum Perlindungan Konsumen,

Perlindungan hukum terhadap saksi, Perlindungan Anak, Perlindungan terhadap Hak

atas Kekayaan Intelektual, dan lain-lain. Semua teori tersebut selalu merujuk pada

Teori Perlindungan Hukum milik Philipus M Hadjon. Oleh karena teori-teori

Perlindungan Hukum yang ada menitikberatkan atau lebih mengkhususkan pada

hukum tertentu, maka belum ada juga pengertian tentang perlindungan hukum yang

general atau berlaku umum.

Menurut Philipus M Hadjon, yang mengemukakan prinsip negara hukum

Pancasila:

a) Adanya hubungan hukum antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas

kerukunan;

b) Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan-kekuasaan Negara;

c) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan

sarana terakhir;

d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.16

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan

bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang

(13)

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Aspek dominan dalam konsep barat tertang hak asasi manusia menekankan

eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya

sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan di atas semua organisasi

politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini,

maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi

manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak-hak

sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai

melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat.

Perumusan prinsi-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya

adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum

bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep rechtstaat dan ”Rule of The

Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka berfikir dengan

landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip

pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber

pada Pancasila.

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan

bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia karena menurut sejarahnya di barat, lahirnya konsep-konsep tentang

(14)

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.17

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan, investor dalam hal ini disebut sebagai konsumen, Atas

dasar ini, perlindungan hukum terhadap tindakan pialang saham yang tidak beritikad

baik sebagai dasar dari hak-hak asasi manusia dapat merujuk kepada Peraturan OJK

Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Perlindungan konsumen yang dimaksud adalah perlindungan terhadap Konsumen

dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan.

18

sedangkan pialang efek yang merupakan perwakilan dari perusahaan sekuritas adalah

sebagai pelaku usaha dalam sektor jasa keuangan.19

Jika dilihat dari sarananya perlindungan hukum dibagi menjadi dua, yaitu

sarana perlindungan hukum preventif dan sarana perlindungan hukum represif.

Menurut Philipus M Hadjon, di Indonesia belum ada pengaturan secara khusus

mengenai sarana perlindungan hukum preventif. Hukum preventif merupakan

serangkaian upaya tindakan yang dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi

pelanggaran atau penyimpangan ketentuan yang ada.

20

Penegakaan hukum preventif ini dapat dilakukan dengan memberikan bekal

pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan

dengan masalah perlindungan hukum atas investor terhadap perbuatan pialang saham

17Ibid, hal. 38

18Pasal 1 angka 2 Peraturan OJK Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

19Pasal 1 angka 1 Peraturan OJK Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

(15)

yang tidak beritikad baik agar memahami apa yang diinginkan oleh pembuat

perundang-undangan.

Philipus M Hadjon lebih menitikberatkan kepada sarana perlindungan hukum

yang represif, seperti penanganan perlindungan hukum di lingkungan Peradilan

Umum. Ini berarti bahwa perlindungan hukum baru diberikan ketika masalah atau

sengketa sudah terjadi, sehingga perlindungan hukum yang diberikan oleh Peradilan

Umum bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Begitu juga dengan teori-teori lain

yang menyinggung tentang perlindungan hukum juga membahas sarana perlindungan

hukum yang bersifat represif.21

Perwujudan lain mengenai sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif

dalam pelaksasaanya yaitu dalam pembuatan perjanjian atau kontrak, antara investor

Perwujudan sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif dapat dilihat

dalam peraturan mengenai, perlindungan hukum terhadap investor dalam Pasar

Modal, contohnya Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal. Perlindungan hukum yang diberikan berkaitan dengan investor dalam pasar

modal, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No: 1/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan

apabila pialang saham melakukan tindakan yang merugikan investor. Dengan adanya

perlindungan hukum, Investor dapat melaksanakan aktifitas pasar modalnya dengan

perasaan aman dan nyaman. Tetapi di lain pihak, investor harus melaksanakan

kewajiban-kewajiban sebagai investor terhadap peratuaran perundang-undangan yang

berlaku.

(16)

dengan Pialang Saham atau PPE. Dalam hukum perdata Indonesia mengenal apa

yang dinamakan asas kebebasan berkontrak, yang tercantum dalam Pasal 1338 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Disana dikatakan bahwa kedua belah

Pihak yang mengadakan perjanjian, dapat menetukan sendiri apa isi dari perjanjian

tersebut, dan apa yang tertuang dalam perjanjian tersebut akan menjadi

undang-undang bagi Pihak yang bersangkutan dengan perjanjian tersebut.

Oleh karena itu perjanjian atau kontrak harus dibuat dengan kesepakatan

bersama kedua belah Pihak dan harus mewakili kepentingan kedua belah Pihak, tidak

boleh berat sebelah. Ketika membuat perjanjian juga harus di cantumkan klausula

mengenai kejadian-kejadian yang tidak diduga di masa akan datang yang mungkin

terjadi, termasuk juga mengenai penyelesaian sengketa jika terjadi sengketa di

kemudian hari, serta mengenai pilihan hukum yang dihendaki bersama kedua belah

Pihak. Ini menunjukkan bahwa ada perwujudan perlindungan hukum yang preventif.

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyebutkan “Suatu perjanjian harus

dilakukan dengan itikad baik”. Pasal ini bermakna perjanjian yang telah disepakatai

oleh para Pihak harus dilaksanakan sesuai dengan kepatutan dan keadilan. Secara

teoritis itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:22

a. Itikad baik subjektif, yaitu sebelum perjanjian dilaksanakan para Pihak harus

menunjukkan kejujuran. Biasanya itikad baik subjektif ada pada tahap negosiasi, dimana para Pihak secara terbuka memberikan informasi yang sesungguhnya tentang siapa dirinya dengan memberikan bukti berupa dokumen tentang dirinya (misalnya dokumen anggaran dasar jika Pihak dalam perjanjian adalah badan hukum PT) dan Pihak lain wajib memeriksa dengan teliti)

b. Itikad baik objektif, yaitu pada saat pelaksanaan perjanjian harus sesuai dengan

kepatutan atau keadilan

22Antari Innaka, Sa’ida Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual

(17)

Apabila memahami pengertian asas itikad baik diatas, maka akan dapat

disimpulkan bahwa tidak itikad baik adalah sebelum perjanjian dilaksanakan para

Pihak tidak menunjukkan kejujuran. Tidak itikad baik secara subjektif akan

bermakna, para Pihak tidak akan secara terbuka memberikan informasi yang

sesungguhnya tentang siapa dirinya dengan tidak memberikan informasi apapun

seperti berupa bukti dokumen. Tidak itikad baik secara objektif akan bermakna pada

saat pelaksanaan perjanjian tidak sesuai dengan kepatutan atau keadilan. 23

23

Ibid

Pengertian yang diberikan terkait tidak itikad baik yang merupakan lawan frase

dari itikad baik adalah asas yang seharusnya tidak dapat diterapkan di dalam kegiatan

bisnis di Indonesia. Perjanjian seharusnya memiliki itikad baik dari kedua belah

Pihak yang melakukan perjanjian tersebut, hal ini bertujuan untuk kesuksesan dari

tujuan perjanjian tersebut dibuat.

Antara nasabah dengan pialang saham pada prinispnya telah terjalin hubungan

perjanjian dimana pialang saham merupakan Pihak yang dapat melakukan eksekusi

jual beli saham (berdasarkan perintah nasabah) apabila nasabah tidak dapat

melakukan ekseksui jual beli saham), namun apabila pialan saham sudah tidak

beritikad baik dalam hal ini tidak itikad baik secara objektif maka pelakasanaan untuk

eksekusi jua beli saham tidak akan berjalan dengan kepatutan atau keadilan. Dengan

memahami teori asas tidak itikad baik maka akan mengetahui berupa tindakan dari

pialanh saham khususnya tidak itikad baik secara objektif yaitu disaat pelaksanaan

(18)

2. Konsepsional

Bagian kerangka konsepsional ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan konsep yang digunakan dalam penelitian ini, agar secara operasional

diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan sesuai dengan

judul penelitian ini, adapun penjelasan konsepsional sebagai berikut:

a. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia

yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat

agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.24

b. Investor adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di

perusahaan yang melakukan emisi,

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang

saham yang tidak beritikad baik, sebagaimana yang diatur di dalam

Undang-undang Pasar Modal, para pialang saham diberi batasan dalam melakukan

penjualan saham milik investor, dan ketentuan tersebut merupakan bentuk

perlindungan hukum terhadap investor. Dengan merujuk kepada Pasal 1 angka 3

Pasal 1 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No: 1/POJK.07/2013, maka

perlindungan hukum terhadap nasabah adalah perlindungan terhadap konsumen

dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan.

25

24 Satjipto Raharjo. Penyelenggaraan Keadilan dalam Masyarakat yang Sedang Berubah. (Jakarta: Jurnal Masalah Hukum, Vol.III/No-01/April/1993), hal: 39

25 Eduardus Tandelilin, “Portopolio dan Investasi Teori dan Aplikasi” (Yogyakarta: Kanisius 2010), hal: 2-3

pada umumnya investor dibagi menjadi dua,

yaitu investor individual (individual / retail investors), dan investor intitusional

(19)

melakukan aktifitas investasi, sedangkan investor intitusional biasanya terdiri dari

perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana, lembaga dana pensun

mau pun perusahaan investasi.26

c. Pialang saham biasa disebut dengan Perantara Pedagang Efek (PPE), atau juga

disebut, Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), seringkali disebut juga broker

dealer. PPE adalah Pihak yang mewakili jual beli efek untuk kepentingan sendiri

ataupun Pihak lain,27

d. Perbuatan tidak beritikad baik adalah suatu ketidak jujuran, bermaksud untuk

menggelapkan, dengan curang dalam melakukan perjanjian dengan seseorang.28

26Ibid

27Mohammad Samsul, “Pasar Modal dan Managamen Portopolio” (Bandung: Erlangga 2006), hal: 98

28Saduran dari bahasa asli bad faith: deceit, intent to defraud, dishonesty in dealingwith

someone Kamus oxford advanced learner’s dictionary

Dalam proses penjualan saham oleh pialang saham, Pasal 38 Undang-undang

Psar Modal menjelaskan bahwa PE yang bertindak sebagai PPE dilarang

melakukan transaksi atas Efek yang tercatat pada Bursa Efek untuk Pihak

terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari PE

tersebut telah memberikan instruksi untuk membeli dan atau menjual Efek yang

bersangkutan dan PE tersebut belum melaksanakan instruksi tersebut. Larangan

tersebut berlaku bagi PE yang bertindak selaku PPE dalam hal yang bersangkutan

akan membeli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak terafiliasinya di mana

pada saat yang bersamaan terdapat pesanan beli dari Pihak yang tidak terafiliasi

dengan persyaratan transaksi Efek yang sama atau lebih tinggi dari persyaratan

(20)

Akan tetapi, dalam hal PPE dimaksud membeli Efek dengan persyaratan transaksi

Efek yang lebih tinggi dibandingkan dengan persyaratan yang diajukan oleh Pihak

yang tidak terafiliasi, PPE dimaksud dapat membeli Efek tersebut, baik untuk

kepentingan dirinya sendiri maupun Pihak terafiliasinya.

e. Nasabah menurut Peraturan Bank Indonesia No.7/7/PBI/2005 jo No.

10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah Pasal 1 angka 2 yang

adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki

rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan

(walk-in customer). Nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening

simpanan atau pinjaman pada bank˝29

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan

maupun teknologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk

mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologi dan konsisten, melalui

proses penelitian tersebut diadakan analisa dan kontruksi data yang telah

dikumpulkan.30

Oleh karena penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metodolgi penelitian yang ditetapkan harus

senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.

31

29 Saladin Djaslim, Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Bank, (Jakarta : CV Rajawali, 1994), hal: 32

30 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pres, 2005) hal: 5-6

31 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal: 64

(21)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah penelitian

yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan

kaedah-kaedah hukum atau norma-norma.32 dalam hal ini tentu yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham yang tidak

beritikad baik, dengan melakukan riset di Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek

Indonesia sebagai sumber data primer. Penelitian normatif dapat dikatakan juga

dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi

terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum,

subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek

hukum.33

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis

adalah penelitian dengan penelusuran dokumen atau lebih banyak dilakukan terhadap

data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Penelitian ini menggunakan

pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah suatu pendekatan yang

dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang berkaitan dengan perlindungan

hukum terhadap investor atas pialang saham yang tidak beritikad baik, dan

Pendekatan analitis (analytical approach) memiliki arti bahwa suatu pendekatan yang

dilakukan demi mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat di dalam

peraturan perundang-undangan, dengan demikian peneliti akan memperoleh

32 Jhony Ibrahim, Teori dan metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia, 2008) hal: 282

(22)

pengertian atau makna baru dari istilah-istilah hukum dan menguji penerapannya

secara praktis dengan menganalisis putusan-putusan hakim.34

a. Bahan hukum primer

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang didukung

oleh data primer. Data skunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

skunder, bahan hukum tertier yaitu :

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan-aturan

hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan

perundang-undangan, seperti KUH Perdata, KUH Dagang, Undang-undang Pasar Modal No. 8

Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Peraturan Pemerintah dan Peraturan yang telah

dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, atau biasa

disebut Bapepam-LK, diantaranya peraturan Nomor V.E.1 Tentang Perilaku

Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek (PPE)

dan Peraturan Nomor V.D.1 Tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai

Perusahaan Efek, yang dianggap perlu ditinjau kembali mengingat

peraturan-peraturan tersebut dikeluarkan tahun 1996.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku,

jurnal-jurnal, pendapat-pendapat sarjana yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai

bahan hukum primer tersebut.

(23)

c. Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum,

ensiklopedia dan sebagainya.

Data sekunder tersebut didukung oleh data primer yang diperoleh melalui

wawancara terhadap Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia dan BNI

sekuritas yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah atas

perbuatan pialang saham yang tidak beritikad baik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencakup analisis data maka data sekunder dikumpulkan dari studi

pustaka dengan mengumpulkan alat pengumpulan data berupa studi pustaka dan,

studi dokumen, yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan

indentifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut

selanjutnya akan dipilih guna memperoleh peraturan-peraturan di dalam

undang-undang terkait, yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan

dengan permasalahan yang dihadapi dan disistematikakan sehingga menghasilkan

klasifikasi yang selaras dengan penelitian ini.

Penelitian ini juga mengumpulkan data, dokumen-dokumen yang relevan

dimana yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia yang

berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang

(24)

Data skunder tersebut didukung oleh data primer yang diperoleh dari

wawancara, dengan bentuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan seputar tindakan

pialang saham yang tidak beritikad baik terhadap nasabah, oleh nara sumber

yaitu Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan sekuritas.

4. Analisis Data

Data sekunder baik berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

yang diperoleh dan dianalisi secara normatif, analisis tersebut dilakukan dengan

mengkaji Peraturan-peraturan dan undang-undang yang ada dengan permasalahan

yang ada dan selanjutnya membuat sistematika dalam bentuk kaidah hukum

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga menghasilkan

klasifikasi yang relevan.

Data yang dipersoleh dari hasil penelitian dikelompokkan menurut

permasalahan yang selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif. Analisa secara

kualitatif dimaksudkan untuk menganalisa dengan penjelasan dalam bentuk kalimat

bukan dengan angka-angka. Berdasarkan analisa terhadap substansi pembahasan

dalam penulisan ini, maka dapat dilakukan penfasiran dengan metode interpretasi

yang dikenal dalam ilmu hukum. Hasil dari interpretasi yuridis ini diharapkan dapat

menjawab segala permasalahan hukum yang diajukan dalam penulisan ini secara

Referensi

Dokumen terkait

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dimu- lai dari perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan, pengendalian, penga- wasan, pengakuan hak dan pember- dayaan masyarakat, kewenangan,

segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul “ PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

Dalam rentang sejarah sastra Indonesia selama ini tercatat sejumlah teks sastra yang boleh dikatakan “menembus zaman” dengan pengertian tidak hanya dibaca oleh

Suatu organisasi dalam memberikan kompensasi kepada para pekerja terlebih dahulu melakukan perhitungan kinerja yang adil .Bagi organisasi atau perusahaan,kompensasi

Aplikasi ini merupakan alternatif metode belajar yang baru karena pada aplikasi ini dipenuhi dengan animasi yang menarik, gambar dan suara sehingga anak anak tidak bosan dan

Teori sosiologi yang menganggap bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur sistem dan setiap unsure system memberikan sumbangan bagi terjadinya

bersedia mengajar 5 orang muridnya tanpa dibayar selama 2 x 4 jam (bisa lebih tergantung 5.

Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah analisis kualitas air, identifikasi sumber pencemar air dan daya tampung beban pencemaran