• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Prestasi Akademik pada Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Prestasi Akademik pada Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa

negara karena pendidikan menentukan kemajuan proses pembangunan bangsa

dalam berbagai bidang (Hanifah & Syukriy, 2001). Pendidikan juga suatu

kebutuhan seumur hidup bagi manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan

sampai kapan dan dimana pun ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan

sulit berkembang dan bahkan terbelakang.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk

mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

meningkatkan dan mendukung kegiatan belajar mereka. Maka, belajar adalah

kunci yang paling penting dalam setiap proses berpendidikan, sehingga tanpa

belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Dalam prosesnya, belajar

hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang

berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memiliki peran penting dalam

mempertahankan kehidupan bangsa ditengah-tengah persaingan yang ketat di

antara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah,

2006).

Mahasiswa dalam konteksnya adalah kelompok dari generasi muda yang

(2)

atau program tertentu. Belajar adalah aktivitas mereka. Belajar ilmu pengetahuan,

belajar berorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar menjadi pemimpin.

Kelompok ini juga merepresentasikan sejumlah atribut diantaranya sebagai

kelompok inti pemuda, kelompok cendekia atau golongan intelekual, calon

pemimpin masa depan, manusia idealis dan kritis karena di pundak mahasiswa

sebagian besar nasib masa depan suatu bangsa dipertaruhkan (As’ari, 2007).

Aktivitas berorganisasi adalah hal yang wajar dilakukan oleh mahasiswa.

Maslow (2009) menyebutkan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan

manusia yang berada pada level tertinggi. Aktualisasi diri adalah keadaan dimana

individu puas dan mencapai kebahagiaan dari apa yang ia lakukan. Di dalam

organisasi, mahasiswa dapat beraktualisasi dalam rangka mengembangkan diri

secara non akademik, dimana hal ini memberikan kesempatan untuk mahasiswa

demi memenuhi kebutuhannya untuk bersosial. Bersatunya peran sebagai seorang

pelajar dan organisator dalam diri mahasiswa tentu menjadi sebuah tanggung

jawab yang besar agar kedua peran tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal ini

menjadi sangat berbeda dibandingkan mahasiswa pada umumnya yang hanya aktif

secara akademik. Mahasiswa aktivis harus melibatkan pikiran, tenaga, materi, dan

waktu untuk kegiatan organisasi yang diikutinya. Oleh karena itu, ini akan

berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa aktivis.

Salah satu wadah untuk meningkatkan potensi mahasiswa di Perti adalah

dengan ketersediaannya Organisasi Intra. Hal ini didasarkan oleh keputusan

(3)

tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, pada

Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi

kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas

kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan intra ini dibentuk pada tingkat

perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan. Selanjutnya, pada pasal 5 dijelaskan

bahwa fungsi organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi sebagai sarana dan

wadah adalah untuk pengembangan potensi mahasiswa.

Program yang dicanangkan Dirjen Dikti Depdiknas (Direktorat

Kelembagaan, 2006) sesuai dengan tujuan bahwa setiap perguruan tinggi adalah

untuk mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Universitas Sumatera Utara

melakukan program yang merupakan sarana untuk mendukung peningkatan

kualitas dan kreatifitas mahasiswa di bidang penalaran dan keilmuan, bakat, minat

dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang.

Melalui wadah-wadah yang dibentuk yang dikenal dengan Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM), Kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara

mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan

kemahasiswaan baik dalam bentuk pembinaan, pengembangan kegiatan

kemahasiswaan maupun pelayanan kepada mahasiswa yang dapat diberikan

secara langsung seperti beasiswa, bantuan dana kegiatan, keperluan administrasi,

dan lainnya.

UKM mencakup bidang olahraga, keagamaan, keorganisasian dan seni,.

(4)

Mahasiswa), Kompas (Korp Pecinta Alam), Pramuka, Menwa (Resimen

Mahasiswa), PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), yang mana termasuk dalam

UKM bidang keorganisasian; Fotografi, Teater "O", Paduan Suara, yang termasuk

dalam UKM bidang seni; Kendo, Tenis Lapangan, Futsal, Bulutangkis, Sepak

Bola, Bola Volly, Bola Basket, yang termasuk dalam UKM bidang olahraga; dan

KMK, UKMI Ad Dakwah yang termasuk dalam UKM bidang keagamaan (Biro

Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).

USU Society For Debating atau yang disingkat dengan USD adalah salah

satu unit kegiatan mahasiswa yang aktif di Universitas Sumatera Utara. Orientasi

utama dari kegiatan mahasiswa ini adalah debat bahasa Inggris. USD resmi

terbentuk pada tahun 2010, namun dalam perkembangannya baru saja memiliki

sekretariat dan kepengurusan organisasi dan program latihan. Tujuan utama dari

Unit Kegiatan Mahasiswa ini adalah sebagai bentuk organisasi yang dapat

mewadahi mahasiswa yang memiliki kemampuan dan minat dalam berdebat, serta

meraih prestasi di kancah lokal, regional, nasional, maupun internasional (Biro

Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).

Berdebat menjadi salah satu fokus utama dari USD, seperti yang disadur

dari DIKTI mengenai kegiatan debat bahasa Inggris, Lomba debat menggunakan

bahasa pengantar bahasa Inggris antarperguruan tinggi telah menjadi bagian

penting dalam kompetisi perguruan tinggi di dunia. Lomba debat ini menuntut

keterampilan berbahasa Inggris dan berargumentasi. Keterampilan berbahasa

(5)

dengan masyarakat internasional. Sedangkan keterampilan atau kemahiran dalam

berargumentasi akan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk membuat

keputusan berdasarkan analisis yang logis dan faktual. Menyadari pentingnya

lomba debat bagi peningkatan kompetensi mahasiswa dan kualitas pendidikan

tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan kegiatan ini

melalui kegiatan National University Debating Championship (DIKTI, 2014)

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa secara internal organisasi, USD

mendapat tanggung jawab lebih. Tidak hanya lomba debat, namun berbagai

macam kepanitiaan juga ditempuh oleh beberapa anggota USD yang masih aktif.

Secara internal, USD harus selalu memenuhi tuntutan dari pihak Universitas

Sumatera Utara. Hal ini dikonfirmasi oleh ketua USD 2014

“Saya juga memang terkadang merasa kewalahan, seperti

anggota yang lainnya. Kami selalu mengurus beberapa acara dari biro rektor, misalnya acara forum rektor Indonesia. Sebenarnya bagus sih dipercaya, tapi kami juga harus mempersiapkan diri untuk seleksi, belum lagi untuk pengurusan proposal lomba dan

mengadakan acara” (komunikasi personal)

Dengan informasi tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa bukan

hanya tuntutan dari internal saja yang menjadi tantangan bagi USD, namun juga

eksternal. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada wakil rektor 3 Universitas

Sumatera Utara, unit kegiatan mahasiswa USD adalah salah satu UKM dengan

tanggung jawab besar dan dipercaya oleh pihak rektorat. Dibandingkan dengan

(6)

mewakili pihak Universitas Sumatera Utara, sehingga selama beberapa tahun,

USDmemiliki beban moral yang lebih.

Tanggung jawab UKM USD ini.. besar. Tapi mereka bisa

menyelesaikan tugasnya. Anak-anak USD ini mampu, dan mereka sudah sampai tingkat nasional. Lihatlah bahasa Inggris mereka, banyak mereka tahu. makanya mereka harus tularkan ke

mahasiswa lain.” (komunikasi personal)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud telah melaksanakan

lomba National University Debating Championship sejak tahun 2008 silam.

Kegiatan ini telah menjadi ajang positif bagi para mahasiswa di Indonesia untuk

menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam berpikir kritis, berkomunikasi dalam

Bahasa Inggris, meningkatkan kepercayaan diri, mengembangkan jejaring antar

perguruan tinggi, dan membangun rasa kesatuan dan kebanggaan terhadap

kebhinekaan bangsa (DIKTI 2014)

Iya.. bener bang, anak USD itu ada banyak, ada yang udah senior ada yang masih baru. Ya.. mereka itu dari banyak fakultas. Ada banyak suku juga.” (komunikasi personal)

Nah.. jadi setiap beberapa bulan itu ya.. kami kan ada kompetisi.. jadi harus ikut seleksi. Biasanya seleksinya internal, nanti kalau udah dapat orang yang lolos seleksi, ya harus ngurus biaya ke birek.” (komunikasi personal)

aku dulu juga pernah sih ikut kompetisi, tingkat asia. Jadi kalau debat itu memang ada dari tingkat loka, kayak MBPO nanti, sampai tingkat internasional. Biasanya kami selalu diundang.. eee.. atau kadang kami yang apply sendiri.” (komunikasi personal)

Berdasarkan wawancara singkat tersebut, dalam USD pada hakikatnya,

(7)

dasarnya bersaing untuk lulus pada saat seleksi, dan dinamika kelompok pada

organisasi tersebut sangat tinggi mengingat berbagai macam karakter mahasiswa

dengan budayanya sendiri. Belum lagi dengan masalah pembagian atensi kepada

prestasi akademik, serta tuntutan dari pihak universitas untuk terus meraih

prestasi. Hasilnya ada beberapa anggota yang sign out dari organisasi, dan tingkat

keaktifan yang cenderung rendah. Maka fenomena ini menarik untuk diungkap

secara faktual.

Bila ada tekanan, baik dari pihak eksternal maupun dari internal pada

mahasiswa yang menjadi anggota organisasi tersebut, maka Adversity Quotient

adalah hal yang penting untuk ditinjau ulang. Adversity quotient menurut Stolz

(2000) adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan

bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.

Pada dasarnya, IQ ataupun EQ tidak menentukan suksesnya seseorang,

walaupun keduanya berperan dalam membentuk kesuksesan. Stoltz (2000)

menyatakan bahwa ada satu faktor lagi yang memiliki pengaruh luar biasa

terhadap keberhasilan seseorang, yaitu kecerdasan mengatasi masalah atau

adversity quotient (AQ). AQ seseorang dapat ditingkatkan, misalnya seorang siswa

yang memiliki AQ rendah dapat ditingkatkan menjadi seseorang mahasiswa yang

memiliki AQ tinggi. Seseorang yang memiliki AQ tinggi tidak mudah menyerah

dalam menghadapi tantangan. Mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan

(8)

yang menghalangi cita-citanya. mahasiswa yang memiliki AQ tidak pernah putus

harapan dalam menempuh pendidikan.

.Seseorang dengan AQ tinggi, akan tidak mudah menyalahkan pihak lain

atas persoalan yang dihadapinya melainkan bertanggung jawab untuk mengatasi

masalah. Mereka tidak sering mengeluh dan tidak berputus asa walau dalam

kondisi seburuk apapun. Justru sebaliknya, dengan segala keterbatasannya,

mereka mampu berpikir, bertindak dan menyiasati diri untuk maju terus.

Sebaliknya, rendahnya AQ seseorang adalah tumpulnya daya tahan hidup.

Mengeluh sepanjang hari ketika menghadapi persoalan dan sulit untuk melihat

hikmah di balik semua permasalahan.

Stoltz (2000) mengandaikan hidup ini seperti sebuah pendakian puncak

gunung. Ketika seseorang mencapai puncak gunung artinya ia telah berhasil

mengatasi kesulitan. Istilah ”mendaki gunung” dalam situasi organisasi di

universitas dapat berarti: lulus seleksi lomba debat, memperoleh nilai akademik

yang baik, menjadi juara pada suatu perlombaan, menjadi ketua dalam

organisasi, memperoleh beasiswa, dan sebagainya.

Adversity quotient berakar pada bagaimana seseorang merasakan dan

menghubungkan dengan tantangan-tantangan dalam hidup. Situasi sulit dan

tantangan dalam hidup dapat diatasi dengan adversity quotient yang baik. Karena

jika seseorang memiliki adversity quotient yang tinggi akan menjadikan

seseorang memiliki kegigihan dalam hidup dan tidak mudah menyerah.

(9)

kekebalan atas ketidakmapuandirinya menghadapai masalah dan tidak akan

mudah terjebak dalam kondisi keputusasaan. Namun sebaliknya, jika seseorang

memiliki adversity quotient yang rendah maka seseorang akan mudah rapuh dan

menyerah pada keadaan. Dalam hal ini, tantangan yang dihadapi adalah memilih

waktu untuk aktif organisasi dan akademis, bersaing untuk lolos ke kompetisi,

menjalani program latihan dan menghadapi tuntutan dari universitas untuk terus

meraih prestasi yang kemudian dihiasi dengan dinamika dan latar belakang

tiap-tiap mahasiswa yang berbeda (Stoltz, 2000)

Selain memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan organisasi,

mahasiswa hendaklah mengingat tujuan utama dalam menimba ilmu. Menurut

Naam (2009) kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang

diperolehnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan

tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu

yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar,

sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh siswa (Sobur, 2006).

Prestasi akademik pula yang menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman siswa

terhadap materi tertentu yang telah diberikan setelah siswa mengalami proses

belajar pada jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai (Naam,

2009).

Prestasi akademik merupakan hasil pengukuran terhadap peserta didik

setelah mengikuti proses pembelajaran dalam periode tertentu yang dapat diukur

(10)

akademik adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan

merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh dosen untuk melihat

sampai di mana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

dicapai. Prestasi Belajar mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK) yang diperoleh mahasiswa. Namun untuk mendapatkan Prestasi Belajar

yang baik bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan usaha yang optimal.

Menurut Ahmadi (2004), prestasi belajar sangat penting bagi setiap

mahasiswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa

yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari

luar diri (eksternal). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

siswa, meliputi faktor jasmaniah, psikologi, dan faktor kematangan fisik maupun

psikis. Faktor jasmaniah antara lain panca indera yang tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan

tingkah laku. Sedangkan faktor psikologi antara lain kecerdasan, bakat, sikap,

kebiasaan, minat, kebutuhan, dan motivasi. Faktor eksternal yang berasal dari

luar diri siswa berupa faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan

spiritual keagamaan. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Faktor budaya meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

(11)

buku-buku pelajaran. Faktor tersebut saling berinteraksi baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.

Kalau IPK tergantung sih.. gimana ya.. udah pasti susah ngatur waktunya. Banyak juga kok itu senior USD yang lama skripsinya. Aku juga kurang tahu bang gimana IPK anak USD, tapi mereka suka ngeluh masalah tugas, masalah IP, kayak misalnya yang dari fakultas teknik, kan mereka harus masuk lab tiap sore kadang-kadang” (komunikasi personal)

Prestasi akademik dari anggota USD menjadi hal yang ditinjau. Menurut

Stolz (2000) ada 3 tingkatan kesulitan yaitu kesulitan pada individu, sekolah dan

prestasi, yang mana pada akhirnya setiap pelajar akan menghadapi permasalahan

dalam hal akademis (social consequences) bila pelajar tersebut tidak membenahi

dirinya ketika menghadapi tantangan. Untuk mencapai prestasi akademik yang

baik maka anggota USD harus menyelesaikan masalah dalam dirinya dahulu,

yaitu dengan mengontrol diri dan bertahan ketika menghadapi tantangan (control

& endurance). Anggota yang memiliki adviersity quotient yang tinggi dalam

organisasi menjadi terlatih untuk menghadapi tuntutan akademik. Ketika anggota

USD memiliki adversity quotient yang baik, maka mereka akan lebih mampu

dalam menghadapi kesulitan dalam konteks akademis dan mengembangkan pola

pikirnya sendiri guna penyelesaian tugas secara efektif. Keberhasilan mahasiswa

dalam bidang akademik ditandai dengan prestasi akademik yang dicapai,

ditunjukkan melalui indeks prestasi (IP) maupun indeks prestasi kumulatif (IPK).

Dalam perkuliahan mahasiswa dituntut untuk berkompetisi dalam memperoleh

(12)

Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh

pun akan baik pula.

Prestasi dapat dicapai tidak hanya sekedar pintar, yang memiliki

Intelligence Quotient dan Emotional Quotient saja, melainkan harus mampu

mengatasi/memiliki ketangguhan mental dalam menghadapi kesulitan (AQ). AQ

(Adversity Quotient) ini dikemukakan oleh Stoltz (2000). Dalam hal ini, anggota

USD cenderung harus tetap bertahan dalam menghadapi latihan dan tetap

melakukan tugas akademisnya sebagai mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan Wicaksono (2011) terhadap mahasiswa Fakultas

Teknik Universitas Negeri Malang, membuktikan bahwa prestasi akademik

mahasiswa yang aktif dalam organisasi cenderung lebih tinggi dibandingkan

mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi. Smith dan Griffin (dalam

Montelongo, 2002) mengemukakan bahwa partisipasi mahasiswa dalam

organisasi kampus dapat meningkatkan pencapaian akademik mahasiswa tersebut.

Sejalan dengan pendapat Cooper, dkk, dimana mahasiswa yang berpartisipasi

dalam organisasi kemahasiswaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan

akademiknya (dalam Montelongo, 2002).

Kecerdasan emosi dengan AQ mengalami hubungan yang signifikan. Jika

mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka semakin baiklah prestasi

belajarnya dan begitu juga sebaliknya (Frenty, 2010). Begitu juga dengan AQ,

terjadi nilai yang positif dan signifikan dengan tingkat korelasi sedang antara AQ

(13)

semakin tinggi pula tingkat prestasi yang dimilikinya dan demikian sebaliknya

(Setyaningtyas, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, penting adanya untuk melihat

hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit

Kegiatan Mahasiswa USU Society For Debating

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu:

Adakah hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada

anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit Kegiatan

Mahasiswa USU Society For Debating

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

(14)

1.Manfaat teoritis

Dapat memberi sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu

psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan tentang Adversity Quotient pada

anggota organisasi

2.Manfaat praktis

a. Kepada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating,

diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran

tentang adversity quotient yang mereka miliki.

b. Kepada instansi pemerintah dan Universitas Sumatera Utara, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran anggota USU

Society for Debating dalam menghadapi tantangan dalam proses

belajar, seleksi dan dinamika kelompok sehingga nantinya mereka

dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi

tantangan tersebut.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

(15)

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan

masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan

dengan adversity quotient.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian,

identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian,

subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan,

uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, serta metode

analisis data

Bab IV: Analisis data dan pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana gambaran serta hubungan antara 2

variabel dengan menggunakan analisis statistik. Pada bab ini juga akan

dibahas mengenai interpretasi data dan diuraikan dalam pembahasan

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari peneliti

berdasarkan hasil penelitian dan saran bagi pihak lain berdasarka hasil

Referensi

Dokumen terkait

Hulu Palik proses Pengadaan Langsung untuk Pekerjaan Belaqia Modal Pengadaan Konstruksi Balai. Penyuluhan adalah sebagai berikut

Bahwa dalam rangka kelancaran proses Belajar Mengajar untuk Program Studi D-ll PGSD Penjas Swadana kelas B, E dan F FIK-UNY Kampus Yogyakarta perlu ditetapkan nama Dosen pengajar

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan aplikasi manajemen database, dengan mengangkat tema laporan nilai dan absensi, aplikasi ini ditujukan kepada pemakai khususnya

[r]

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan sesadar-sadarnya dan siap menerima sanksi jika tidak sanggup memenuhi ketentuan-ketentuan yang sudah saya

Website dari toko parsel ini menyajikan banyak jenis parsel berikut keterangan harga dan gambarnya, pengunjung dapat memesan parsel yang dinginkannya, dapat melihat berita

The teacher’s instruction, particularly English subject in class X, has several changes, for instance, the adjustment of the amount of teacher ’s instructional time..

[r]