• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

  1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 6

1.3Pertanyaan Penelitian... 6

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.5Kerangka Teori... 8

1.5.1 Partisipasi Politik... 8

1.5.2 Jenis-Jenis Partisipasi Politik... 9

1.5.3 Perilaku dan Budaya Politik... 11

1.5.4 Aturan Pilkada Daerah Penelitian... 12

1.6Definisi Konsep... 14

1.7Definisi Operasional... 15

1.7.1 Perbandingan... 15

1.7.2 Partisipasi Politik... 16

1.7.3 Pemilukada... 16

1.8Metodologi Penelitian... 17

1.8.1 Jenis Penelitian... 17

1.8.2 Tempat Penelitian... 17

1.8.3 Populasi dan Sampel... 17

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data... 18

1.8.5 Teknik Analisa Data... 19

1.9Sistematika Penulisan... 19

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum... 21

2.2 Keadaan Geografis... 22

2.3 Demografi... 23

(3)

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Karakteristik Responden... 33

3.2 Identifikasi Peserta Pemilukada... 41

3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran I... 45

3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran II... 54

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan... 66

4.2 Saran... 69

(4)

  Daftar Tabel

Tabel 1 Bentuk Partisipasi Menurut Gabriel Almond... 10

Tabel 2 Komposisi Penduduk Bedrasarkan Tingkat Pendidikan... 24

Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 25

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku... 26

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 27

Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 33

Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 34

Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama... 35

Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku... 36

Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 36

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...37

Tabel 12 Jawaban Responden Tentang Peran Pendidikan Politik Dalam Membuat Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilukada... 38

Tabel 13 Jawaban Responden Atas Informasi Lebih Dalam Tentang Pemilukada... 39

Tabel 14 Jawaban Responden Tentang Perlunya Informasi Dari Media Massa... 40

Tabel 15 Proporsi Keikutsertaan Responden Dalam Pemilu... 41

Tabel 16 Proporsi Responden Mengenal Pasangan Calon Dalam Pemilukada Kota Medan 2010... 42

Tabel 17 Proporsi Kondisi Responden Mengenal Pasangan Calon... 43

Tabel 18 Jawaban Responden Terhadap Kesesuaian Keinginan Atas Kepala Daerah Terpilih... 43

Tabel 19 Proporsi Pilihan Responden Pada Pemilukada Putaran I... 44

Tabel 20 Proporsi Pilihan Responden Pada Pemilukada Putaran II... 45

Tabel 21 Media Responden Mendapat Informasi Tentang Pemilukada Putaran I... 46

Tabel 22 Distribusi Partisipasi Responden Pada Pemilukada Kota Medan Putaran I... 47

Tabel 23 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Menjelang Pemilukada Kota Medan Putaran I... 47

(5)

Tabel 25 Motivasi Responden Melakukan Partisipasi Pada Pemilukada

Putaran I... 49

Tabel 26 Alasan Responden Tidak Berpartisipasi Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran I... 50

Tabel 27 Alasan Responden Berpartisipasi Memberikan Suara Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran I... 51

Tabel 28 Distribusi Tingkat Cerminan Pemilukada Kota Medan Putaran I

Terhadap Aspirasi Responden... 52

Tabel 29 Intensitas Responden Mengikuti Kampanye Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran I... 53

Tabel 30 Jawaban Atas Kesesuaian Pilihan Responden Dengan Kampanye

Yang Diikuti Pada Pemilukada Putaran I... 54

Tabel 31 Media Responden Mendapat Informasi Tentang Pemilukada

Putaran II... ...55

Tabel 32 Distribusi Partisipasi Responden Pada Pemilukada Kota Medan

Putaran II... 57

Tabel 33 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Menjelang Pemilukada

Kota Medan Putaran II... 57

Tabel 34 Partisipasi Yang Dilakukan Responden Saat Pemilukada

Kota Medan Putaran II...58

Tabel 35 Motivasi Responden Melakukan Partisipasi Pada Pemilukada

Putaran II... 59

Tabel 36 Alasan Responden Tidak Berpartisipasi Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran II... 60

Tabel 37 Alasan Responden Berpartisipasi Memberikan Suara Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran II... 62

Tabel 38 Distribusi Tingkat Cerminan Pemilukada Kota Medan Putaran II

Terhadap Aspirasi Responden... 63

Tabel 39 Intensitas Responden Mengikuti Kampanye Pada Pemilukada

Kota Medan Putaran II... 64

Tabel 40 Jawaban Atas Kesesuaian Pilihan Responden Dengan Kampanye

(6)

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, semata karena segala berkat

kemudahan dan curahan rahmat serta hidayah-Nya Penulis dapat menjalani masa

perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi kriteria kelulusan di Departemen

Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah “PERBANDINGAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM

KEPALA DAERAH KOTA MEDAN PUTARAN I DAN II TAHUN 2010 DI

KECAMATAN MEDAN DENAI”, yaitu dengan terlebih dahulu meninjau

perbandingan partisipasi yang terjadi kemudian mendefinisikan faktor-faktor

penunjang partisipasi tersebut.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini Penulis mengalami banyak kendala.

Namun berkat bantuan berupa bimbingan, motivasi maupun semangat dari berbagai

pihak maka kendala tersebut dapat teratasi. Karenanya, pada kesempatan ini Penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Warjio,SS,MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Indra Fauzan,SHI,M.Soc,Sc selaku dosen pembaca yang telah

memberikan masukan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP

USU yang telah memberikan izin tugas akhir ini dipertahankan di dalam

sidang.

4. Bapak Heri Kusmanto,MA selaku mantan Ketua Departemen Ilmu Politik

FISIP USU yang telah memberikan izin penulisan tugas akhir ini.

5. Ibu Evi Novida Ginting,MSP selaku dosen wali Penulis yang telah

memberikan dukungan dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini.

6. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Si selaku Dekan FISIP USU dan Bapak

Prof. Dr. Arif Nasution selaku mantan Dekan FISIP USU serta Bapak dan

Ibu Pembantu Dekan I, II dan III FISIP USU yang telah mempermudah

(7)

7. Camat Kecamatan Medan Denai dan seluruh pegawai di Kecamatan

Medan Denai, terutama warga Kecamatan Medan Denai, terima kasih atas

bantuannya ketika Penulis mengumpulkan data.

8. Ketua KPU Medan beserta seluruh pegawai KPU Medan yang telah

membantu Penulis dalam mengumpulkan data.

9. Seluruh staf dosen dan pegawai di lingkungan Departemen Ilmu Politik

FISIP USU. Bang Faisal, Bang Ibnu, Bang Husnul, Bang Didi, Bang

Hendra, Bang Dana, Bang Rudi, Bang Walid, Bang Fuad, Bang Rusdi,

Kak Uci dan Kak Emma yang telah banyak membantu Penulis selama

menjalani masa perkuliahan.

10.Mamaku Hj. Meiniwita Deliana Siregar, A.Md terima kasih atas

kehidupan yang indah yang selalu berusaha mama berikan. Papa terima

kasih banyak.

11.Opung Papa H. Amron Aman Siregar dan Opung Mama Hj. Mahyar

Diana Lubis, terima kasih telah memberi kasih sayang yang tiada tara

sehingga Penulis tidak pernah merasa kekurangan.

12.Mamak Ucok, Nantulang Oni, Uak Hasnah, Alm. Uak Salman, Almh.

Ujing Ani, Ujing Tati, Uda Gunawan, terima kasih untuk semua pelajaran

hidup, motivasi dan dukungan yang diberikan selama ini.

13.Gilang, Nabilah, Alm. Hafiz, Salli, M.Ghifari, Ghita, Ghiyats, Ghaida,

adik-adikku terima kasih selalu menjadi penguat dan penghibur hati

Penulis.

14.Muhammad Ali Ibrahim Pasaribu, terima kasih atas bantuannya yang tak

terhingga, semangat dan pengorbanan yang tanpa kenal lelah.

15.Seluruh teman-teman Ilmu Politik 2007, teristimewa untuk Oya, Asty,

Dini, Irwan, Hendra dan Dino, terima kasih untuk semuanya yang pernah

kita lalui bersama.

16.Ujing Butet, Uak Sori dan Ujing Maini terima kasih atas bantuan yang

diberikan saat Penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

17.Guru-guru dan teman seperjuangan di SD Harapan 2 Medan, SMP

Harapan 1 Medan, SMAN 6 Medan, Pengajian Muda-Mudi Sairussalam,

Staf Pengajar Madrasah Sairussalam, serta santri-santri Madrasah

Sairussalam terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan dan

(8)

 

Akhirnya kepada seluruh keluarga yang telah memacu Penulis untuk

menyelesaikan tugas akhir ini dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu. Semoga segala perhatian, bantuan serta do’a yang telah diberikan kepada

Penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, tentunya dalam tugas akhir

ini pun tidak luput dari berbagai kekurangan, baik yang menyangkut teknis,

penyusunan, tata bahasa, maupun isinya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran

yang mengarah kepada perbaikan sangat diharapkan adanya.

Akhir kata Penulis berharap apa yang terkandung dalam tugas akhir ini dapat

memberikan manfaat.

Medan, 8 Februari 2011

Penulis

(9)

ABSTRAKSI

Partisipasi masyarakat dalam Pemilukada yang menjadi tolak ukur utama

demokrasi adalah memberikan suara pada saat Pemilukada berlangsung. Di Kota

Medan pada tahun 2010 telah dilakukan Pemilukada Langsung untuk yang kedua

kalinya setelah tahun 2005 silam. Pada tahun 2010 Pemilukada berlangsung dua

putaran. Dari putaran I dan II terdapat perbedaan jumlah partisipasi masyarakat,

maka perbedaan itu diperbandingkan dan diteliti faktor penyebab terjadinya

perbedaan tersebut. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai yang terdiri

dari enam Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 186.133 jiwa dimana

148.178 jiwa diantaranya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap di 281 TPS.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dari

sejumlah populasi tersebut, penarikan sampel dilakukan melalui rancangan sampel

menurut teknik stratified proportional sampling, kemudian setelah diketahui komposisi sampel untuk masing-masing kelurahan maka penarikan sampel untuk tiap

Kelurahan yang akan dijadikan responden diambil dengan teknik accidental sampling. Dengan menggunakan Bentuk Partisipasi Politik dan Budaya Politik dari Gabriel Almond penelitian ini dianalisis dengan teknik deskriptif.

Hasilnya didapati bahwa Partisipasi Politik masyarakat Kecamatan Medan

Denai pada Pemilukada Kota Medan Putaran II cenderung meningkat 4 %

dibandingkan pada Pemilukada Kota Medan Putaran I. Faktor yang menyebabkan

terjadinya peningkatan tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah usia, jenis kelamin, agama,

suku, pendidikan, pekerjaan serta intensitas mengikuti Pemilihan Umum. Sementara

faktor eksternalnya adalah ketersediaan informasi, pengaruh yang diberikan orang

lain, hubungan kekeluargaan dengan pasangan calon serta pengaruh uang. Kedua

jenis faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap partisipasi

masyarakat dalam Pemilukada Kota Medan baik dalam bentuk memberikan suara,

(10)

ABSTRAKSI

Partisipasi masyarakat dalam Pemilukada yang menjadi tolak ukur utama

demokrasi adalah memberikan suara pada saat Pemilukada berlangsung. Di Kota

Medan pada tahun 2010 telah dilakukan Pemilukada Langsung untuk yang kedua

kalinya setelah tahun 2005 silam. Pada tahun 2010 Pemilukada berlangsung dua

putaran. Dari putaran I dan II terdapat perbedaan jumlah partisipasi masyarakat,

maka perbedaan itu diperbandingkan dan diteliti faktor penyebab terjadinya

perbedaan tersebut. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai yang terdiri

dari enam Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 186.133 jiwa dimana

148.178 jiwa diantaranya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap di 281 TPS.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Dari

sejumlah populasi tersebut, penarikan sampel dilakukan melalui rancangan sampel

menurut teknik stratified proportional sampling, kemudian setelah diketahui komposisi sampel untuk masing-masing kelurahan maka penarikan sampel untuk tiap

Kelurahan yang akan dijadikan responden diambil dengan teknik accidental sampling. Dengan menggunakan Bentuk Partisipasi Politik dan Budaya Politik dari Gabriel Almond penelitian ini dianalisis dengan teknik deskriptif.

Hasilnya didapati bahwa Partisipasi Politik masyarakat Kecamatan Medan

Denai pada Pemilukada Kota Medan Putaran II cenderung meningkat 4 %

dibandingkan pada Pemilukada Kota Medan Putaran I. Faktor yang menyebabkan

terjadinya peningkatan tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah usia, jenis kelamin, agama,

suku, pendidikan, pekerjaan serta intensitas mengikuti Pemilihan Umum. Sementara

faktor eksternalnya adalah ketersediaan informasi, pengaruh yang diberikan orang

lain, hubungan kekeluargaan dengan pasangan calon serta pengaruh uang. Kedua

jenis faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap partisipasi

masyarakat dalam Pemilukada Kota Medan baik dalam bentuk memberikan suara,

(11)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilukada adalah satu bagian penting dalam demokrasi. Secara sederhana,

Pemilukada adalah cara individu warga negara yang mendiami suatu daerah tertentu

melakukan kontrak politik dengan orang atau partai politik yang diberi mandat

menjalankan sebagian hak kewarganegaraan pemilih.

Demokrasi memiliki makna yang variatif karena sifatnya yang interpretatif.

Setiap penguasa negara berhak menyebut negaranya sebgai negara demokrasi

meskipun nilai yang dianut atau dalam praktek politiknya jauh dari konsep awal

demokrasi.1 Dalam UUD 1945 dikatakan bahwa “Kedaulatan di tangan rakyat dan

dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”, hal ini merupakan

defenisi normatif dari demokrasi yang dianut oleh Indonesia.2

Sebagai salah satu amanat demokrasi maka dilaksanakan Pemilihan Umum

Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 merupakan Pemilihan Kepala Daerah Kota

Medan yang telah kedua kalinya diselenggarakan secara langsung setelah

sebelumnya Pemilihan Walikota Medan Tahun 2005 dimenangkan oleh pasangan

Abdillah-Ramli .

Pelaksanaan Pemilukada sesungguhnya merupakan tradisi politik dan

manifestasi dianutnya paham demokrasi dalam sistem pemerintahan negara kita,

serta adanya otonomi daerah yang mengizinkan setiap warga negara yang telah

memiliki hak pilih di masing – masing daerah di wilayah Indonesia untuk dapat

       1

Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 298

2

(12)

menentukan kepala daerahnya seperti yang tertuang dalam Pasal 24 ayat (5) UU

No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu “Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dipilih dalam satu

pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan”.3

Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005

Tentang Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Untuk Kelancaran

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, kemudian

dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2005 maka

Pelaksanaan Pemilukada sepenuhnya diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum

Provinsi atau Kota/Kabupaten dan pendanaan penyelenggaraan Pemilukada tersebut

dibebankan kepada Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah tersebut.4

Proses demokrasi akan terus berjalan setelah terbentuknya sebuah

pemerintahan demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, dimana negara wajib

membuka saluran-saluran demokrasi.5 Sebuah kehidupan bangsa yang demokratis

selalu dilandasi prinsip bahwa rakyatlah yang berdaulat sehingga berhak terlibat

dalam aktifitas politik, walau disadari betul partisipasi rakyat secara penuh dalam

seluruh proses politik mustahil dilakukan pada masa sekarang ini akibat dari

lambannya proses perbaikan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat

sehingga menimbulkan kejenuhan bagi pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih

Tetap (DPT).

Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran I di ikuti oleh 10

pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota yang berasal dari berbagai kalangan.

Dari kesepuluh pasangan calon tersebut tidak ada satu pun pasangan calon yang

       3

Undang-Undang Otonomi Daerah Terbaru, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, hal. 28

4

 Peraturan Lengkap Pilkada, Jakarta : Sinar Grafika, 2006, hal. 153-162

5

(13)

 

mampu meraih 30 % suara masyarakat. Sehingga dengan demikian diambillah 2

pasangan calon yang meraih suara terbanyak dari pilihan masyarakat di Putaran I

untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran II. Kedua

pasangan calon tersebut adalah Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin yang memperoleh

total 22,20 % suara dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti yang memperoleh total

20,72 % suara pada Putaran I. 6 Pemilukada Putaran II ini sedikit banyak

menimbulkan efek pada tingkat partisipasi masyarakat. Efek negatif yang

ditimbulkannya yaitu kejenuhan di masyarakat karena hanya berselang beberapa

bulan masyarakat harus kembali datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya

sehingga antusiasme masyarakat untuk memberikan suara berkurang, hal ini

dikhawatirkan akan menambah angka golongan putih. Sementara di lain pihak ada

juga efek positifnya karena pasangan calon yang maju pada putaran kedua ini

berasal dari Suku, Agama, serta Ras yang berbeda maka masyarakat

berbondong-bondong datang ke TPS untuk memberikan suaranya kepada pasangan yang

memiliki kesamaan dengan pemilih agar pasangan calon tersebut memenangkan

Pemilukada.

Partisipasi Politik berhubungan erat dengan stabilitas politik. Semakin tinggi

partisipasi politik masyarakat maka pelembagaan politiknya akan semakin baik

sehingga tercipta stabilitas politik. Dalam jangka pendek kestabilan politik lebih

banyak ditentukan oleh kewibawaan pemerintah. Maka partisipasi itu sangat penting

untuk menciptakan kewibawaan pemerintah, yaitu komposisi pemerintah yang paling

banyak didukung masyarakat akan semakin memiliki wibawa. Jika masyarakat

       6

(14)

kurang berpartisipasi atau bahkan menjurus kepada Apatis maka pemerintah

kekurangan dukungan dan wibawanya akan hancur.7

Dengan mengikuti tipologi model Almond dan Verba, maka Orientasi Politik

pemilih ini dapat dikembangkan menjadi tiga. Pertama, Orientasi Politik Kognitif,

yaitu pengetahuan tentang dan kepercayaan pada Calon Kepala Daerah yang dalam

hal ini adalah Walikota Medan. Pada tataran ini, sebagian besar dari kelompok

pemilih ternyata tidak mengenal Calon Kepala Daerah tersebut. Kedua, Orientasi

Politik Afektif, yakni perasaan terhadap simulasi pemilu, pengaruh luar (eksternal)

pada saat penentuan pilihan, dan antusiasme pada Pemilukada 2010. Ketiga,

Orientasi Politik Evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat pemilih terhadap pasangan

calon pilihan; penyelesaian persoalan ekonomi, politik dan keamanan oleh Walikota

terpilih; keamanan, ketertiban dan kerahasiaan pemilu; serta keterlibatan dalam

kampanye Pemilukada 2010.8

Adanya kecenderungan Orientasi Politik seperti itu merupakan peringatan

bagi partai politik dan pasangan calon untuk lebih meningkatkan pelaksanaan

beberapa fungsinya yang selama ini terabaikan dan hanya di jalankan menjelang

pelaksanaan pemilu. Salah satunya adalah pembenahan sistem perekrutan anggota

partai politik, agar kader yang dimiliki benar-benar berkualitas dan berbakat sebagai

pemimpin. Proses ini semestinya dilakukan jauh sebelum pelaksanaan Pemilukada,

agar para Calon Kepala Daerah yang diikutkan dalam Pemilukada lebih

memasyarakat.

Kecamatan Medan Denai yang terletak di wilayah Tenggara Kota Medan

dengan batas-batas, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota dan

Kecamatan Medan Area, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang,

       7

Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia, Jakarta : Rajawali, 2000, hal.20-21

8

(15)

 

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung memiliki luas wilayah sebesar 11,19

km².9 Kecamatan Medan Denai adalah wilayah Timur Kota Medan yang berbatasan

langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, dengan penduduknya berjumlah 186.133

jiwa. Dari jumlah penduduk itu Kecamatan Medan Denai memiliki 148.178 pemilih

yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap yang tersebar di 281 Tempat Pemungutan

Suara.10

Kecamatan Medan Denai terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari

Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala III,

Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai dan Kelurahan Medan Tenggara. Masing-masing

Kelurahan tersebut memiliki ciri khas Suku, Ras dan Agama yang berbeda dan

masyarakatnya sangat memegang teguh kekhasannya tersebut sehingga dapat diamati

kecendrungan partisipasi politik masyarakatnya dan sekaligus mencermati apa saja

faktor yang mempengaruhi partisipasi politik tersebut.

Pemilukada Kota Medan Putaran I yang telah dilaksanakan pada 12 Mei 2010

lalu hanya diikuti oleh 29,77 % masyarakat Kecamatan Medan Denai yang terdaftar

dalam DPT. Sedangkan pada Pemilukada Kota Medan Putaran II yang juga telah

dilaksanakan pada 19 Juni 2010 lalu diikuti oleh 33,79 % pemilih di Kecamatan

Medan Denai.11 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi politik masyarakat

Kecamatan Medan Denai cenderung naik meskipun dalam angka 4,02 %. Melihat

dari kenaikan angka partisipasi ini dapat dikatakan bahwa efek negatif yang

ditimbulkan oleh Pemilukada Kota Medan yang dilaksanakan 2 Putaran di

       9

http://www.pemkomedan.go.id/mdnden.php Diakses 02/11/2010 Pukul 17.40 WIB

10

Daftar Jumlah Penduduk, DPT, dan TPS Kecamatan Medan Denai

11

(16)

Kecamatan Medan Denai tidak begitu mempengaruhi masyarakat dan masyarakat

tetap tertarik untuk datang ke TPS dan berpartisipasi memberikan hak suaranya.

Untuk itu, penulis melihat perlunya penelitian tentang bagaimana

perbandingan partisipasi masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Medan Denai

dalam kegiatan politik khususnya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota

Medan 2010 yang berlangsung dua putaran serta apa sajakah faktor yang

mempengaruhi para pemilih dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan

partisipasi politik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini

ditekankan pada sejauh mana tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan

Medan Denai terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 yang

dilakukan dalam dua putaran dan apa saja faktor yang menyebabkan partisipasi

tersebut dilakukan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka pertanyaan

dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perbandingan tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan

Medan Denai terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010

Putaran I dan II ?

2. Apakah faktor yang menyebabkan masyarakat Kecamatan Medan Denai

memberikan partisipasi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan

(17)

  1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui perbandingan tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Medan

Denai pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan 2010 Putaran I dan

II.

2. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Kecamatan Medan

Denai berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan

2010 pada Putaran I dan II.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada ilmu

politik, peneliti dan masyarakat umum, yaitu,

1. Bagi ilmu politik, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

baru tentang faktor penyebab partisipasi politik masyarakat untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat perbatasan dalam Pemilihan Kepala

Daerah atau Pemilihan Umum sebagai bagian dari sistem politik demokrasi

yang dianut oleh Negara Indonesia.

2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan

tentang partisipasi politik masyakarat multikultural agar dapat

meminimalisasi terjadinya golongan putih.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang

partisipasi pemilih yang berasal dari daerah perbatasan Kota Medan dengan

Kabupaten Deliserdang yang memiliki Suku, Agama dan Ras yang berbeda

dan dipegang sangat kuat oleh masyarakatnya, sehingga masyarakat

(18)

aspirasinya sehingga mereka tidak merasa terpinggirkan dan meminimalisir

golongan putih.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Partisipasi Politik

Istilah Partisipasi Politik mengacu pada semua kegiatan orang dari semua

tingkat sistem politik, misalnya pemilih (pemberi suara) berpartisipasi dengan

memberikan suaranya dalam pemilihan umum, menteri luar negeri berpartisipasi

dalam menetapkan kebijaksanaan luar negeri, dan sebagainya. Dengan demikian,

Partisipasi Politik dapat diartikan sebagai penentuan sikap dan keterlibatan setiap

individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka mencapai cita-cita

bangsanya.12

Beberapa pengertian partisipasi politik menurut para ahli:

Herbert McClosky, Partisipasi Politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela

dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses

pemilihan penguasa dan secara langsung terlibat dalam proses pembentukan

kebijaksanaan umum. 13

Norman H. Nie dan Sidney Verba, Partisipasi Politik adalah kegiatan

pribadi warga Negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan

untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat Negara dan/atau

tindakan-tindakan yang mereka ambil. 14

       12

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 52

13

McClosky, Herbert dalam Michael Rush & Philiph Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1986, hal. 123-125

14

(19)

 

Prof. Miriam Budiardjo, Partisipasi Politik merupakan kegiatan seseorang

dalam partai politik. Partisipasi Politik mencakup semua kegiatan sukarela

melalui mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan

pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tak langsung dalam

pembentukan kebijaksanaan umum. 15

Samuel P. Huntington & Nelson, Partisipasi Politik adalah kegiatan warga

negara yang bertindak sebagai pribadi – pribadi yang dimaksudkan untuk

mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi politik juga

bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau

sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, serta efektif

atau tidak efektif.16

1.5.2 Jenis – Jenis Partisipasi Politik

Secara sederhana menurut Almond, jenis Partisipasi Politik terbagi menjadi

dua: Pertama, partisipasi secara Konvensional di mana prosedur dan waktu

partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Kedua, partisipasi

secara Non Konvensional, artinya prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri

oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri.17

Jenis partisipasi yang pertama, terutama pemilu dan kampanye. Keikutsertaan

dan ketidakikutsertaan dalam pemilu menunjukkan sejauh mana tingkat partisipasi

konvensional warga negara. Seseorang yang ikut mencoblos dalam pemilu, secara

sederhana, menunjukkan komitmen partisipasi warga. Tapi orang yang tidak

menggunakan hak memilihnya dalam pemilu bukan berarti ia tak punya kepedulian

       15

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 52

16

Imawan, Riswadha, “Pemilu Sebagai Mekanisme Demokrasi Politik di Indonesia”, Prospektif, No. 2 Vol. 3 (1991), hal. 117

17

(20)

terhadap masalah-masalah publik. Bisa jadi ia ingin mengatakan penolakan atau

ketidakpuasannya terhadap kinerja elite politik di pemerintahan maupun partai

dengan cara menjadi golongan putih.

Sementara bentuk partisipasi politik yang kedua biasanya terkait dengan

aspirasi politik seseorang yang merasa diabaikan oleh institusi demokrasi maka ia

menyalurkannya melalui protes sosial atau demonstrasi. Wujud dari protes sosial

seperti boikot, mogok, petisi, dialog, turun ke jalan, bahkan merusak fasilitas umum.

Tabel 1

Bentuk Partisipasi Politik Menurut Gabriel Almond

Konvensional Non Konvensional

 Pemberian suara (voting)  Pengajuan petisi

 Diskusi politik  Berdemonstrasi

 Kegiatan berkampanye  Konfrontasi

 Membentuk dan bergabung dalam

kelompok kepentingan

 Mogok

 Komunikasi individual dengan

pejabat politik/administratif

 Kekerasan politik terhadap harta

benda: perusakan, bom, pembakaran

 Kekerasan politik terhadap manusia:

penculikkan, pembunuhan, perang

gerilya/revolusi 18

Dari jenis partisipasi politik di atas, penelitian ini melihat Partisipasi Politik

Konvensional masyarakat Kecamatan Medan Denai pada Pemilu Kepala Daerah

       18

(21)

 

Kota Medan 2010, yang meliputi bagaimana pemberian suara rakyat dalam konteks

Partisipasi Politik Konvensional tersebut.

1.5.3 Perilaku dan Budaya Politik

Pemahaman Perilaku Politik (Political Behavior) yaitu perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruan tingkah laku aktor politik dan warga negara yang

telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara

lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses

pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik.

Menurut Almond Budaya Politik (Political Culture) merupakan sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya dan juga sikap

individu terhadap peranan yang dimainkan oleh sistem politik. Atau dengan kata lain,

bahwa Budaya Politik adalah orientasi psikologis terhadap objek sosial, dalam hal ini

sistem politik yang selanjutnya akan mengalami proses internalisasi ke dalam bentuk

orientasi yang bersifat kognitif, afektif dan evaluatif.19

Klasifikasi Budaya Politik menurut Gabriel A. Almond yaitu :

a. Budaya Politik Parokial (Parochial Political Culture) adalah tingkat partisipasi sangat rendah yang disebabkan faktor kognitif seperti tingkat pendidikan yang

rendah.

b. Budaya Politik Kaula (Subject Political Culture) yakni masyarakat bersangkutan sudah relatif maju sosial ekonominya, akan tetapi masih bersifat

pasif.

c. Budaya Politik Partisipasi (Participant Political Culture) yakni budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang tinggi.20

       19

Almond, Gabriel A & Sidney Verba, Budaya Politik : Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, Jakarta : Bumi Angkasa, 1990, hal. 13

20

(22)

Dengan orientasi kognitif, afektif dan evaluatif yang disebutkan Almond

maka terbentuklah Budaya Politik yang berbeda.

Menurut Kantaprawira bahwa yang di artikan dengan Budaya Politik adalah,

pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati

oleh para anggota / masyarakat sistem politik.21

Menurut Miriam Budiardjo konsep Budaya Politik berdasarkan keyakinan

bahwa setiap politik itu di dukung oleh suatu kumpulan kaedah, perasaan dan

orientasi terhadap tingkah laku politik.22

Menurut B.N. Marbun bahwa Budaya Politik adalah pandangan politik yang

mempengaruhi sikap, orientasi, dan pilihan politik seseorang. Budaya Politik lebih

mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik yaitu sikap, sistem

kepercayaan, simbol yang dimiliki individu dan yang dilaksanakannya dalam

masyarakat.23

1.5.4 Aturan Pilkada Daerah Penelitian

Pilkada, meskipun di dalam undang-undang 32 tahun 2004 yang terdapat

dalam pasal 56-119 tidak memberikan definisi yang tegas tentang Pilkada, tetapi

menurut hemat penulis definisi Pilkada dapat kita sebutkan, bahwa Pilkada adalah

singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur dan

Wakilnya di tingkat provinsi dan Bupati/Walikota dan Wakilnya ditingkat

kabupaten/kota), Pilkada dapat juga diartikan sebagai proses pergantian Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang secara sah diakui hukum, serta momentum

bagi rakyat untuk secara langsung menentukan Pasangan Kepala Daerah dan Wakil

       21

Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia : Suatu Model Pengantar, Bandung : Sinar Baru, 1988, hal. 13

22

Budiardjo, Miriam, Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT Gramedia, 1982, hal. 17

23

(23)

 

Kepala Daerah sesuai dengan aspirasi/keinginan rakyat. Dalam hal ini Pilkada,

meskipun salah satu produk negara yang berlandaskan hukum (Rechtstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat) namun bukan berarti Pilkada merupakan parameter yang mutlak dalam rangka memberikan suatu penilaian apakah

momentum pilkada benar-benar demokratis, disisi lain Pilkada merupakan demokrasi

yang prosedural dan belum menyentuh asas demokrasi yang substansial, yakni

lahirnya kualitas kepemimpinan yang bersih, jujur, dan lain sebagainya.

Keterlibatan masyarakat dalam momentum Pilkada Langsung menjadi

landasan dasar bagi bangunan demokrasi. Bangunan demokrasi tidak akan kokoh

manakala kualitas partisipasi masyarakat diabaikan. Karena itu, proses demokratisasi

yang sejatinya menegakkan kedaulatan rakyat menjadi semu dan hanya menjadi

ajang rekayasa bagi mesin-mesin politik tertentu. Format demokrasi pada aras lokal

(Pilkada) meniscayakan adanya kadar dan derajat kualitas partisipasi masyarakat

yang baik. Apabila demokrasi yang totalitas bermetamorfosis menjadi kongkrit dan

nyata, atau semakin besar dan baik kualitas partisipasi masyarakat, maka

kelangsungan demokrasi akan semakin baik pula. Demikian juga sebaliknya,

semakin kecil dan rendahnya kualitas partisipasi masyarakat maka semakin rendah

kadar dan kualitas demokrasi tersebut.

Pentingnya pendidikan demokrasi memungkinkan setiap warga negara dapat

belajar demokrasi melalui praktek kehidupan yang demokratis, dan untuk

membangun tatanan dan praksis kehidupan demokrasi yang lebih baik di masa

mendatang.24

Dalam sejarah perkembangan Peraturan Perundang-undangan Pemerintah

Daerah sejak tahun 1945 mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan

       24

(24)

dimaksudkan untuk mencari bentuk yang dapat mencerminkan aspirasi masyarakat

dan hingga sejak reformasi lahirlah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan tidak lama kemudian disempurnakan lagi oleh UU No. 32 Tahun 2004.

Dari dua perubahan terakhir mengalami perubahan yang cukup mendasar

dibandingkan dengan Peraturan Perundang-undangan Pemerintahan Daerah

sebelumnya. Mencermati berbagai Perubahan Perundang-undangan Pemerintahan

yang pernah terjadi, jika belum sesuai dengan aspirasi masyarakat, maka yang perlu

dipertanyakan kemudian mungkin sistem perundang-undangan ataukah memang

mungkin dari tingkat kesadaran masyarakat sebagian belum memahaminya. Berikut

disebutkan “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan

calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil” Pasal 56 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudaian

diatur pendukung peraturan perundangan lain seperti Peraturan Pemerintah No.6

Tahun 2005 & Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah.25

1.6 Definisi Konsep

Definisi konsepsional merupakan pembatasan pengertian tentang hal-hal yang

perlu diamati. Sedangkan pengertian konsep itu sendiri adalah suatu pemikiran

umum mengenai suatu masalah atau persoalan.26 Dari pengertian tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan pembatasan terhadap variabel-variabel

penelitian untuk menentukan indikator-indikator yang akan diteliti.

       25

Undang-Undang 2005. Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PERPU Nomor 3 Tahun 2005

26

(25)

 

Dengan demikian definisi konsepsional pada Perbandingan Partisipasi

Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I dan II

Tahun 2010 di Kecamatan Medan Denai adalah suatu sikap yang menentukan adanya

kepedulian terhadap budaya politik yang baik dengan mengikutsertakan masyarakat

secara aktif dalam memaknai pembelajaran berpolitik dalam kondisi multikultural

dan memanfaatkannya dengan sikap pengendalian diri melalui pengembangan

pengalaman multikulturalisme yang didapatkan masyarakat untuk bekal

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

1.7 Definisi Operasional

Menurut Koentjaraningrat, definisi operasional adalah unsur penelitian yang

memberikan pengertian tentang cara mengubah konsep-konsep yang berupa

konstruksi dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku gejala yang dapat

diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain.27

1.7.1 Perbandingan

Perbandingan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai perimbangan antara beberapa perkara. 28 Dalam hal ini merupakan

perimbangan antara Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II. Membandingkan hasil

perolehan suara yang didapat Pasangan Calon Kepala Daerah pada putaran I dan

putaran II yaitu memperoleh hasil yang cenderung naik.

1.7.2 Partisipasi Politik

Partisipasi Politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara

demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Partisipasi

Politik itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam

       27

Ibid hal. 50

28

(26)

proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Huntington dan Nelson dalam bukunya

yang berjudul Partisipasi Politik di Negara Berkembang mendefinisikan Partisipasi Politik sebagai kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.29

Budiardjo secara umum mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan

seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan

politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).30

1.7.3 Pemilukada

Pemilukada merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap

tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah, baik itu Gubernur/Wakil

Gubernur, maupun Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota. Dalam

kehidupan politik di daerah, Pemilukada merupakan salah satu kegiatan yang

nilainya equivalen dengan Pemilihan Anggota DPRD. Equivalensi tersebut

ditunjukkan dengan kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan DPRD. Aktor

utama sistem Pemilukada adalah rakyat, partai politik, dan calon kepala daerah.

Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

dalam rangkaian tahapan-tahapan kegiatan Pemilukada Langsung.31

Karena Pemilukada Langsung merupakan implementasi demokrasi

partisipatoris, maka nilai-nilai demokrasi menjadi parameter keberhasilan

pelaksanaan proses kegiatan. Nilai-nilai tersebut diwujudkan melalui azas-azas

Pemilukada Langsung yang umumnya terdiri dari langsung, umum, bebas, rahasia,

       29

Sastroatmodjo, Sudijono, Perilaku Politik, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995, hal. 68

30

Ibid hal.68

31

(27)

 

jujur dan adil. Sebagai implikasinya proses pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan itu

harus menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas, keterbukaan,

keadilan dan kejujuran.32

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada

masa sekarang berdasarkan fakta dn data yang ada. Data yang ada dikumpulkan,

diklasifikasikan dan kemudian dianalisa. Penelitian deskriptif ini bukan hanya

menjabarkan tetapi juga memadukan atau menganalisa.

1.8.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Provinsi

Sumatera Utara.

1.8.3 Populasi dan Sampel

Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan

Denai yang termasuk dalam DPT dan ikut serta memberikan hak suaranya dalam

Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 Putaran I dan II . Dengan

populasi masyarakat warga Kecamatan Medan Denai yang termasuk dalam DPT

sebanyak 148.178 orang akan diambil sampel sebanyak 100 orang, sampel ini

diambil dari Rumus 33 :

.

       32

Ibid hal.204

33

(28)

dimana n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = galat pendugaan sebesar 10 %

maka,

.

. ,

,

,

Pengambilan sampel dilakukan melalui rancangan sampel menurut teknik

stratified proporsional sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar diperoleh sampel yang mempunyai karakteristik tertentu dengan proporsi tertentu

yang sesuai dengan penyebaran karakteristik dalam populasi. Untuk mendapatkan

sampel digunakan cara :

Sampel Total Populasi Total SampelPopulasi

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka perhitungan komposisi jumlah

sampel adalah sebagai berikut :

Kel. Tegal Sari Mandala I .. , →

Kel. Tegal Sari Mandala II .. , →

Kel. Tegal Sari Mandala III ..

Kel. Denai .. , →

(29)

 

Kel. Medan Tenggara ..

Kemudian untuk mengambil 100 orang sampel yang akan dijadikan

responden maka digunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih unsur yang paling mudah

diperoleh dan memiliki karakterisrik yang sesuai dengan penelitian.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini, akan

dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:

a. Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara mempelajari dan mengumpulkan berbagai bahan bacaan atau literatur, dokumen serta media

massa yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian.

b. Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan. Teknik yang dilakukan menggunakan

metode Interview dan Kuesioner. Menurut Hadi interview adalah metode

pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara sepihak, yang dikerjakan

dengan sistematis, logis, metodologis dan berlandaskan pada tujuan

penelitian.34 Adapun bentuk wawancara yang dipergunakan dalam penelitian

ini melalui kuisioner, metode ini digunakan untuk mendapatkan alasan-alasan

yang tepat terhadap partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Denai dalam

Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 Putaran I dan II .

1.8.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu analisa yang

memberikan gambaran yang rinci berdasarkan data dan fakta yang terdapat di

lapangan. Data yang ada dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabel lalu

       34

(30)

dianalisis dengan uraian. Secara analitis lalu ditarik kesimpulan terhadap hasil

penelitian.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian

dan profil daerah tempat penulis melaksanakan penelitian.

BAB III : Penyajian dan Analisis Data

Penyajian dan Analisis Data berisi tentang gambaran secara garis besar hasil

penelitian sekaligus menganalisa data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan

penelitian.

BAB IV : Penutup

Penutup adalah bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan

yang diperoleh dari hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi

(31)

 

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum

Pada Tahun 1918, Medan dijadikan Kotapraja, tetapi tidak termasuk di

dalamnya Kota Maksum dan daerah sungai Kera yang tetap berada di bawah

kekuasaan Kesultanan Deli. Ketika itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa dan

terdiri dari 409 orang bangsa Eropa, 25.000 orang bangsa Indonesia, 8.269 orang

bangsa Cina dan 130 orang bangsa Asia lainnya.

Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU,

terhitung mulai tanggal 21 September 1951, daerah Kota Medan diperluas tiga kali

lipat. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan Nomor 21 tanggal

29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan

meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Kota, Medan Timur, Medan Barat

dan Medan Baru dengan 59 Kepenghuluan.35

Kemudian melalui Undang-Undang Darurat No.7 Tahun 1956, dibentuk

Propinsi Sumatera Utara daerah-daerah tingkat II, antara lain Kabupaten Deliserdang

dan Kotamadya Medan.36 Pada Undang-Undang Darurat No.8 Tahun 1956 Pasal 1

disebutkan bahwa ‘Medan, dengan nama Kota Besar Medan, dengan batas-batas yang meliputi wilayah “Stadsgemeente” Medan’ dahulu (Staatsblad 1983 No.715)

termasuk Staatsblad 1921 No.772 setelah diubah dengan Ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera Utara tanggal 14 Nopember 1951 No. 66/III/PSU’.37

       35

Buku Kerja Pemerintah Kota Medan 2006 hal. 16

36

UUDarurat No.7 Tahun 1956 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 hal.400

37

(32)

Selanjutnya wilayah Kotamadya Medan diperluas melalui Peraturan

Pemerintah No.22 Tahun 1973 sehingga memiliki luas sebesar 26.510 Ha yang

terdiri dari 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan, dimana Kecamatan Medan Denai

meliputi Kampung Bandar Selamat, Kampung Bantan, Kampung Tembung,

Kampung Tegalsari, Kampung Denai, Kampung Binjai dan Kampung Amplas.38

Dengan Surat Persetujuan Mendagri No.140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 jumlah

Kelurahan di Kotamadya Medan menjadi 144 Kelurahan, hal ini mengakibatkan

Kecamatan Medan Denai menjadi 14 Kelurahan. Tetapi itu tidak berlangsung lama

karena terjadi beberapa kali perubahan yaitu melalui Peraturan Pemerintah No.50

Tahun 1991 yang memekarkan Kotamadya Medan dari 11 Kecamatan menjadi 19

Kecamatan, kemudian melalui Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1992 yang

kembali memekarkan Kotamadya Medan dari 19 Kecamatan menjadi 21 Kecamatan

yang masing-masing menyatakan bahwa Kecamatan Medan Denai terdiri dari 5

Kelurahan.39 Kemudian pada Peraturan Daerah Kota Medan No.7 Tahun 2001

ditetapkan bahwa Kecamatan Medan Denai meliputi 6 Kelurahan yaitu Kelurahan

Denai, Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara, Kelurahan Tegal Sari

Mandala I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan Kelurahan Tegal Sari Mandala III.40

2.2 Keadaan Geografis

Kecamatan Medan Denai adalah salah satu dari Kecamatan yang ada di Kota

Medan yang terdiri dari 6 Kelurahan. Luas wilayah Kecamatan Medan Denai yaitu

11,19 km2, dengan jarak 9 km dari pusat Kota Medan. Kecamatan Medan Denai

mencakup 4,22 % dari keseluruhan wilayah Kota Medan.41

       38

PP No.22 Tahun 1973 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 hal.181

39

Op.cit, hal.16-18

40

Perda Kota Medan No.7 Tahun 2001 hal.2

41

(33)

 

Kecamatan Medan Denai berbatasan langsung dengan,

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Kota dan

Kecamatan Medan Area

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Tembung

2.3 Demografi

Penduduk Kecamatan Medan Denai berjumlah 186.133 jiwa. Jumlah kepala

keluarga sebanyak 30.823 keluarga. Jumlah penduduk yang masuk dalam Daftar

Pemilih Tetap untuk Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 adalah sebanyak 148.178

jiwa dengan 281 TPS. Agar lebih jelas komposisi penduduk Kecamatan Medan

Denai dapat dilihat berdasarkan pendidikan, pekerjaan, suku dan agama.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang akan menunjang peningkatan

kesejahteraan penduduk. Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan yang

cukup dapat membantu penduduk untuk mengenyam pendidikan yang memadai

sehingga tercapai kesejahteraan yang dimaksud.

Klasifikasi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1

(34)

Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. SD / Sederajat 42.744 36,83

2. SMP / Sederajat 33.766 29,1

3. SMA / Sederajat 34.512 29,74

4. S1 4.489 3,86

5. S2 542 0,47

Jumlah 116.053 100

Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai

Pada Tabel 2 terlihat bahwa masyarakat yang berpendidikan Sekolah Dasar

paling banyak di Kecamatan ini. Hal ini dimungkinkan oleh banyaknya penduduk

berusia tua yang dulunya tidak banyak melanjutkan pendidikan formal ke jenjang

yang lebih tinggi.

Tetapi dapat diamati pula bahwa penduduk yang berpendidikan

SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat tidak sedikit dan cukup berimbang yaitu 29,1 %

dan 29,74 % . Kemudian untuk penduduk yang berpendidikan S1 dan S2 jumlahnya

sangat sedikit dibandingkan jenjang pendidikan yang lain yaitu hanya 3,86 % dan

0,47 %. Tidak sampai 10 % dari jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai yang

berpendidikan hingga Perguruan Tinggi. Hal ini berarti bahwa hampir seluruh

penduduk Kecamatan Medan Denai rata-rata berpendidikan SMP dan SMA yang

(35)

  b. Pekerjaan

Kecamatan ini merupakan wilayah padat penduduk yang terletak di pinggiran

Kota Medan yaitu perbatasan antara Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang

sehingga wajar jika di Kecamatan ini lebih dilihat sumber daya manusianya daripada

sumber daya alamnya meskipun terdapat beberapa sumber daya alam yang diolah

penduduk dalam bentuk pertanian yang jumlahnya sangat minim dibanding

pekerjaan di sektor lainnya. Untuk melihat klasifikasi penduduk berdasarkan

pekerjaan terdapat dalam Tabel 3 berikut,

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil 4644 9,3

2. TNI 172 0,3

3. POLRI 654 1,3

4. Petani 107 0,2

5. Pedagang 8177 16,3

6. Wiraswasta 36.378 72,6

Jumlah 50.132 100

Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai

Dilihat dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa hampir seluruh penduduk

Kecamatan Medan Denai bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 72,6 % dari

jumlah seluruh penduduk yang bekerja. Disisi lain dapat dilihat bahwa jumlah

penduduk yang bekerja sebanyak 50.132 orang dari 186.133 orang penduduk

Kecamatan Medan Denai. Penduduk yang bekerja di Kecamatan Medan Denai hanya

(36)

c. Suku

Beberapa suku utama yang terdapat di Kecamatan Medan Denai komposisi

yang menganutnya dapat dilihat pada Tabel 4,

Tabel 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

No. Suku Jumlah Persentase

1. Batak 77.264 41,5

2. Melayu 17.495 9,4

3. Jawa 41.854 22,5

4. Minang 35.734 19,2

5. Keturunan 13.100 7,03

6. Lain-lain 686 0,37

Jumlah 186.133 100

Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai

Penduduk dari suku Batak mendominasi Kecamatan ini yaitu sebesar 41,5 %

hampir setengah dari jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai, kemudian diikuti

oleh suku Jawa sebanyak 22,5 % dan suku Minang dengan 19,2 % yang sebarannya

kurang merata di masing-masing Kelurahan. Selebihnya adalah suku Melayu,

Keturunan Tionghoa dan lain-lainnya seperti suku Karo dan Aceh sebanyak 0,37 %.

Keturunan Tionghoa terbanyak terdapat di Kelurahan Tegal Sari Mandala I dan II

sedangkan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III dan Binjai sama sekali tidak terdapat

(37)

  d. Agama

Mayoritas penduduk Kecamatan Medan Denai menganut agama Islam sekitar

68,5 % yaitu berjumlah 127.628 orang. Untuk gambaran lebih jelasnya dapat dilihat

dalam Tabel 5 berikut ini,

Tabel 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase

1. Islam 127.628 68,5

2. Protestan 43.555 23,4

3. Katolik 8.341 4,5

4. Hindu 130 0,1

5. Budha 6.479 3,5

Jumlah 186.133 100

Sumber : Profil Kecamatan Medan Denai

Penduduk yang memeluk agama Hindu sangat sedikit yaitu hanya 0,1 % atau

sekitar 130 orang. Sementara untuk pemeluk agama Katolik dan Budha hampir sama

jumlahnya yaitu 4,5 % dan 3,5 % sebanyak 8.341 dan 6.479 orang. Agama Protestan

menempati posisi kedua setelah agama Islam dengan 23,4 % atau 43.555 orang.

2.4 Pasangan Peserta Pemilukada

a. Pasangan Peserta Pemilukada Putaran I

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan menetapkan 10 Calon Walikota

dan Wakil Walikota Medan dari 12 pasangan bakal calon yang telah mendaftarkan

(38)

pasangan Deni Ihlam Panggabean-Iyanto MS dan Rudolf M Pardede-Afifuddin

Lubis.

Pasangan Deni Ihlam Panggabean-Iyanto MS dinyatakan tidak lulus

verifikasi karena tidak mendapat restu Partai Demokrat. Partai Demokrat telah

mengusung Dzulmi Eldin sebagai calon Wakil Walikota Medan berpasangan dengan

Rahudman Harahap sebagai calon Walikota Medan perwakilan Partai Golkar.

Sementara pasangan Rudolf Pardede-Afifuddin Lubis terpaksa menelan kekecewaan

akibat terganjal persyaratan pendaftaran, yakni tidak bisa memperlihatkan ijazah asli

tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pasangan yang dinyatakan lulus verifikasi dari jalur partai politik

masing-masing pasangan Maulana Pohan-Ahmad Arif, Ajib Shah-Binsar Situmorang,

Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin, Sigit Pramono Asri-Nurlisa Ginting dan Sofyan

Tan-Nelly Armayanti. Sedangkan pasangan dari jalur independen yang dinyatakan

lulus verifikasi masing-masing pasangan Bahdin Nur Tanjung- Kasim Siyo, Syahrial

R. Anas-Yahya Sumardi, Prof. Arif Nasution-Supratikno, Joko Susilo-Amir Mirza

Hutagalung dan Indra Sakti-Delyuzar. Berdasarkan Surat Keputusan KPU Kota

Medan No. 59 Tahun 2010 Tentang Penetapan Calon Walikota dan Wakil Walikota

Medan Pada Pemilukada Kota Medan 2010. Berikut nomor urut Pasangan Calon

Walikota dan Wakil Walikota Medan 2010 beserta profil singkatnya,42

1. Syahrial R. Anas – Yahya Sumardi

Pasangan ini berangkat dari jalur independen. Syahrial adalah seorang dokter

yang pernah menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan

selama beberapa periode. Syahrial terbukti mampu mengurus sebuah rumah

sakit yang menjadi tempat pelayanan kesehatan utama warga Medan.

       42

(39)

 

Sementara Yahya adalah seorang aparat pemerintahan yang berkedudukan di

kelurahan yaitu Lurah. Sebagai Lurah Yahya cukup mengetahui wilayah Kota

Medan dengan baik.

2. Sigit Pramono Asri – Nurlisa Ginting

Pasangan ini adalah perpaduan antara politisi dan birokrat yang handal di

bidangnya masing-masing. Sigit yang merupakan politisi dari Partai Keadilan

Sejahtera dan sedang duduk di DPRD Kota Medan. Sigit juga telah menjadi

anggota DPRD Kota Medan selama dua periode sehingga dia memahami

kondisi politik saat ini. Nurlisa pernah menjabat sebagai Kepala Dinas

Pariwisata Provinsi Sumatera Utara dan Staf Pengajar di Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Nurlisa telah merintis pekerjaannya sebagai

Pegawai Negeri Sipil sejak awalnya sehingga dia mengetahui benar

bagaimana suka dan dukanya sebagai Pegawai Negeri Sipil.

3. Indra Sakti – Delyuzar

Indra merupakan seorang politisi yang juga sudah malang melintang didunia

politik, sehingga dia mengetahui bagaimana cara menarik suara masyarakat.

Delyuzar adalah seorang dokter yang berdedikasi tinggi terhadap

pekerjaannya,dia sering mengadakan bakti sosial pengobatan murah bahkan

gratis bagi masyarakat miskin atau kurang mampu.

4. Bahdin Nur Tanjung – Kasim Siyo

Bahdin adalah seorang akademisi yang masih aktif, jabatan terakhir yang

dipegangnya adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Sementara Kasim adalah seorang birokrat yang sudah menduduki

jabatan-jabatan penting bukan hanya di Provinsi Sumatera utara, Kota Medan, tetapi

(40)

adalah sebagai Asisten Setdaprovsu, hal ini menjadi keuntungan tersendiri

bagi pasangan ini karena telah banyak memiliki pengalaman mengurus

pemerintahan.

5. Joko Susilo – Amir Mirza Hutagalung

Joko seorang perwira polisi yang juga merintis usaha toko kue yang gerainya

telah tersebar di berbagai lokasi di Medan ini. Sebagai seorang polisi

tentunya Joko memiliki kemampuan menyusun strategi yang jitu untuk

pertahanan dan keamanan. Sedangkan Amir adalah seorang pengusaha yang

telah lama merintis usahanya sehingga menjadi maju pesat.

6. Rahudman Harahap – Dzulmi Eldin

Pasangan ini adalah pasangan birokrat yang berasal dari suku berbeda yang

mendominasi Kota Medan. Rahudman yang pernah menjabat sebagai Pejabat

Walikota Medan disaat Walikota dan Wakil Walikota Medan yang terpilih

dinonaktifkan. Semasa menjabat Rahudman telah menunjukkan banyak

perubahan di Kota Medan. Sementara Dzulmi adalah birokrat yang juga telah

banyak menduduki jabatan penting di berbagai daerah di Provinsi Sumatera

Utara. Saat mereka menduduki jabatannya masing-masing mereka telah

memberikan yang terbaik pada masyarakatnya.

7. Prof Arif Nasution – Supratikno

Arif adalah seorang akademisi yang berasal dari Universitas Sumatera Utara.

Jabatan terakhir yang diemban olehnya adalah seorang Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Sebagai pendidik Arif adalah seorang pendidik yang

pantas memimpin, hal ini telah dibuktikan dengan diangkatnya Arif menjadi

Dekan. Sedangkan Supratikno adalah salah satu tokoh Pujakesuma yang juga

(41)

 

8. Maulana Pohan – Ahmad Arif

Maulana adalah birokrat yang pernah mencalonkan diri menjadi Walikota

Medan pada tahun 2005 sehingga telah memahami seluk beluk Pemilukada.

Sementara Ahmad adalah seorang politisi dari Partai Amanat Nasional yang

juga seorang anggota dewan. Ahmad telah lama berkecimpung dibidang

politik hal ini dapat dilihat dari lamanya Ahmad merintis posisi di partainya

tersebut hingga mampu menempati posisi yang sebagai ketua.

9. Ajib Shah – Binsar Situmorang

Ajib adalah kader penting dari sebuah organisasi kepemudaan besar yaitu

Pemuda Pancasila. Ajib didukung oleh keluarga yang juga cukup ternama

diantaranya adalah Rahmad Shah yang merupakan Konsulat Jenderal

Kehormatan Turki di Provinsi Sumatera Utara serta Anif Shah. Sedangkan

Binsar adalah seorang akademisi yang telah mendapat gelar Doktor di bidang

teknik.

10.Sofyan Tan – Nelly Armayanti

Pasangan ini adalah pasangan yang cukup fenomenal karena pasangan ini

berasal dari latar belakang yang sangat berbeda. Pasangan ini disebut

pasangan pelangi, hal ini karena Sofyan adalah seorang dokter yang berasal

dari Etnis Tionghoa sedangakan Nelly adalah seorang mantan Ketua KPU

Kota Medan yang berasal dari suku minang. Sofyan memiliki sekolah dengan

basis multikultural yang berada di pinggir Kota Medan. Sedangkan Nelly

kepemimpinannya tidak lagi diragukan karena telah teruji saat menjadi Ketua

(42)

b. Pasangan Peserta Pemilukada Putaran II

Pemilukada Kota Medan dilakukan dalam dua putaran sesuai UU No 12

Tahun 2008 Perubahan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Karena

tidak ada pasangan calon yang mendapatkan suara mayoritas yaitu minimal 30 %

dari jumlah suara sah maka diambillah dua pasangan calon yang mendapat suara

terbanyak yaitu pasangan nomor urut 6, Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin yang

mendapat 21,40 % suara. Sedang pasangan nomor urut 10, Sofyan Tan-Nelly

Armayanti di urutan kedua dengan 20,87 % suara.43 Berdasarkan Penetapan

Perolehan Suara Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2010 di Komisi

Pemilihan Umum Kota Medan maka selanjutnya nomor urut peserta Pemilukada

kota Medan Putaran II yaitu,44

1. Rahudman Harahap – Dzulmi Eldin

2. Sofyan Tan – Nelly Armayanti

       43

Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pemulikada Kota Medan Putaran I Tahun 2010 di Kecamatan Medan Denai KPU Kota Medan

44

(43)

 

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh melalui penyebaran

kuesioner yang diberikan kepada responden di Kecamatan Medan Denai yang

berjumlah 100 orang, kemudian data tersebut dianalisis secara desktiptif. Populasi

penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan Denai yang terdaftar dalam DPT

untuk Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II. Data yang disajikan dan dianalisis

adalah karakteristik umum responden, tingkat perbandingan partisipasi dalam

Pemilukada Kota Medan Putaran I dan II serta faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi tersebut.

3.1 Karakteristik Responden

Berikut ini disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden antara

lain, usia,jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir dan pekerjaan.

Tabel 6

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persentase

1. 18 – 27 33 33

2. 28 – 37 25 25

3. 38 – 47 19 19

4. 48 – 58 16 16

5. 58 keatas 7 7

Jumlah 100 100

(44)

Pada Tabel 6 terlihat bahwa responden yang berusia antara 18 hingga 27

tahun paling banyak jumlahnya, ini dapat diartikan bahwa pada Pemilukada Kota

Medan 2010 lalu lebih didominasi oleh pemilih pemula. Kemudian yang harus

diperhatikan lebih lanjut adalah yang tejadi pada responden yang berusia lanjut

karena dapat dilihat bahwa sangat sedikit jumlahnya dibandingkan rentang usia yang

lainnya. Sebaran responden pada penelitian ini cukup merata karena seluruh rentang

usia dapat diwakili, hal ini dapat mewakili pandangan pemilih dari berbagai sudut

usia.

Tabel 7

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 44 44

2. Perempuan 56 56

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Penelitian

Perbedaan jenis kelamin sebenarnya juga sangat mempengaruhi partisipasi

masyarakat. Untuk itu perimbangan sebaran jumlah responden menurut jenis kelamin

penting dilakukan agar penelitian ini tidak bias. Data yang berhasil dikumpulkan

ternyata responden penelitian ini lebih banyak perempuan. Meskipun begitu

perbandingan jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak

terlalu jauh. Maka komposisi responden berdasarkan jenis kelamin masih dapat

(45)

 

Tabel 8

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Persentase

1. Islam 75 75

2. Katolik 4 4

3. Protestan 16 16

4. Hindu 1 1

5. Budha 4 4

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa responden mewakili seluruh

agama yang diakui di Indonesia, meskipun penyebarannya tidak merata yaitu hanya

didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam. Kemudian diikuti oleh Agama

Kristen Protestan sebagai agama terbanyak kedua yang dipeluk masyarakat.

Sementara untuk Agama Kristen Katolik, Hindu dan Budha merupakan agama

dengan penganut yang minoritas.(Tabel 8)

Suku adalah salah satu indikator penting yang akan mempengaruhi partisipasi

seorang warga, maka dari itu penting untuk melihat penyebaran suku agar penelitian

ini tetap berimbang. Berdasarkan suku responden terdapat lebih dari 6 suku, dimana

jumlah responden dari Suku Batak/Mandailing lebih banyak dibandingkan dengan

suku-suku lainnya. Sementara untuk Suku Jawa dan Minang memiliki jumlah yang

tidak jauh berbeda. Di Kecamatan Medan Denai ini terdapat sejumlah warga

Keturunan Tionghoa. Kemudian terdapat beberapa suku yang minoritas yaitu Suku

Aceh, Karo serta Bangsa Arab. Dari keseluruhan data yang didapat terlihat bahwa

(46)

Tabel 9

Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

No. Suku Jumlah Persentase

1. Batak / Mandailing 37 37

2. Melayu 5 5

3. Jawa 21 21

4. Minang 23 23

5. Keturunan Tionghoa 10 10

6. Lain-lain 4 4

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Penelitian

Tabel 10

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

1. SD/Sederajat 14 14

2. SMP/Sederajat 27 27

3. SMA/Sederajat 46 46

4. S1 10 10

5. S2 3 3

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Penelitian

Tingkat pendidikan yang didapat akan memberikan pengaruh besar terhadap

partisipasi seseorang, sehingga pendidikan terakhir yang diterima oleh responden

perlu diidentifikasi agar penelitian ini tidak bias. Seperti yang digambarkan oleh

(47)

 

SMA/Sederajat dan SMP/Sederajat. Sementara untuk S1 dan S2 jumlahnya sangat

sedikit. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan responden dapat dikatakan cukup

mapan. Kemapanan dalam pendidikan akan berdampak pada rasionalitas pilihan

yang diambil pemilih. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin

rasional pemilih dalam menentukan pilihannya. Sementara semakin rendah

pendidikan pemilih maka akan semakin tidak rasional dalam menentukan pilihannya.

Tabel 11

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Tidak Bekerja 10 10

2. PNS 8 8

3. TNI/POLRI 2 2

4. Pegawai Swasta 15 15

5. Petani 1 1

6. Pedagang 7 7

7. Wiraswasta 35 35

8. Ibu Rumah Tangga 22 22

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Penelitian

Responden memiliki pekerjaan yang berbeda-beda diantaranya PNS,Pegawai

Swasta, Petani, Pedagang, Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga. Perbedaan latar

belakang pekerjaan ini akan melatarbelakangi perbedaan pilihan responden, karena

mereka memiliki kepentingan yang berbeda bahkan bertolak belakang. Pilihan yang

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang / Jasa Dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten

Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat di kalangan

Mobil-mobil tersebut kemudian menarik hati para otaku sehingga mereka mulai mengikuti menghias mobil-mobil mereka menjadi itasha meski kebanyakan mereka tidak menggunakan

Sehubungan dengan evaluasi dokumen penawaran akan memasuki tahap pembuktian kualifikasi, maka kepada Saudara disampaikan hal-hal sebagai berikut:.. Penawaran Saudara atas

Dalam lembaga pendidikan, untuk dapat mendukung kegiatan belajar maka diperlukan suatu sarana atau fasilitas yang membantu para siswa didik dalam memahami pelajaran yang

3) Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman sejenis yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan dengan melihat dokumen kontrak asli dan

Dengan melihat keadaan tersebut maka dibutuhkan suatu wadah untuk berbagi ilmu pengetahuan tanpa harus mengeluarkan uang yaitu dengan membuat sebuah website e-Learning, dimana

3) Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman sejenis yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan dengan melihat dokumen kontrak asli dan