• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Acuan Kerja untuk Perencanaan J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kerangka Acuan Kerja untuk Perencanaan J"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERENCANAAN JEMBATAN

SEI. BENGKALIS

DINAS PEKERJAAN UMUM

(2)

1. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang mempunyai peranan sangat penting dalam hal distribusi ekonomi mulai dari yang berskala lokal, regional maupun Nasional, berbangsa dan bernegara, yang ditujukan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta untuk menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejalan dengan tugas pokoknya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis bertanggung jawab di dalam penyelenggaraan jalan sebagaimana diamanatkan di dalam undang-undang tersebut. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis berupaya untuk menciptakan penyelenggaraan sistem jaringan jalan yang mampu menunjang, mendorong dan menggerakkan pengembangan wilayah dan kawasan, memiliki standar dan mutu yang berkualitas melalui pembangunan, pemeliharaan, dan untuk meningkatkan dan pengembalian kondisi sarana dan prasarana jalan dan jembatan.

2. MAKSUD DAN

TUJUAN

Maksud

Layanan konsultansi ini dimaksudkan untuk membantu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis dalam kegiatan perencanaan teknik jembatan agar tersedianya dokumen perencanaan teknik jembatan.

Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya prasarana jalan termasuk bangunan pelengkap jalan di wilayah Kabupaten Bengkalis, khususnya ruas Jembatan Sei. Bengkalis yang memenuhi standar pelayanan minimal, yang berwawasan lingkungan, memperhitungkan aspek keselamatan dan kenyamanan, serta untuk menjamin bahwa kegiatan perencanaan teknik jembatan dilaksanakan sesuai rencana dengan menggunakan standar-standar dan prosedur yang berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan.

3. SASARAN 1. Tersedianya dokumen perencanaan teknis jembatan untuk

penanganan/pelaksanaan fisik jembatan kabupaten.

2. Tersedianya dokumen pengadaan termasuk dokumen analisa harga satuan, spesifikasi teknik dan gambar rencana sebelum jadwal penanganan/pelaksanaan fisik.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jembatan, Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkalis.

5. SUMBER

PENDANAAN

Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) termasuk PPN dibiayai APBD Kabupaten Bengkalis Tahun Anggaran 2013.

6. LINGKUP,

a. Lingkup Kegiatan 1) Persiapan

a) Tujuan

Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk mengumpulkan informasi awal mengenai kondisi topografi, geologi, tata guna lahan, lalulintas, serta lingkungan

b) Lingkup

(3)

minimum 1 : 50.000

(2) Peta jaringan jalan, dokumen leger jalan, data base jaringan jalan, daerah rawan kecelakaan

(3) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan Skala minimal 1: 250000, daerah rawan bencana, dokumen tanah terdahulu, dan koridor trase

(4) Peta wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (5) Peta tata guna lahan

(6) Melakukan kordinasi dengan instansi terkait dengan di sekitar lokasi proyek

c) Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi : (1) Laporan studi koridor (jika bisa diterapkan), (2) Laporan studi rancang-bangun pendahuluan,

(3) Rencana pendahuluan dari alternatif desain (yaitu: profil atau lembar rencana, bagian-bagian yang umum, materi pekerjaan utama yang dikenali dan dialokasikan), dan (4) Perkiraan biaya konstruksi pendahuluan untuk alternatif

desain. 2) Survey Lapangan

a) Survey Pendahuluan (1) Tujuan

Tujuan survey pendahuluan adalah untuk

mengumpulkan data-data awal berdasarkan aspek-aspek yang diperlukan yang akan digunakan sebagai dasar/referensi survey detail/survey berikutnya dan harus dilakukan oleh seorang ahli utama.

(2) Lingkup Pekerjaan

Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang meliputi kegiatan:

(a) Studi literatur

Pada tahapan ini Tim harus mengumpulkan data pendukung perencanaan baik data sekunder maupun data laporan Studi Kelayakan (FS), laporan

Studi Amdal (bila ada).

(b) Koordinasi dengan instansi terkait

Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/ unsur-unsur terkait di daerah

sehubungan dengan dilaksanakannya survey

pendahuluan.

(c) Diskusi perencanaan di lapangan

Tim bersama-sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya dan membuat usul perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda di lapangan berupa patok serta dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing yang akan difinalkan di kantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.

(d) Survey pendahuluan upah, harga satuan dan peralatan

(4)

satuan, dan data peralatan yang akan digunakan. (e) Mengidentifikasi kondisi existing jembatan dan

sungai, dengan pengamatan secara visual atau menentukan jenis pengujian dengan peralatan yang sesuai.

(f) Menentukan jenis dan metoda penanganan yang sesuai.

(g) Menetapkan lokasi/ posisi jembatan untuk

penggantian jembatan/ pembangunan jembatan baru/ duplikasi jembatan, setelah berdiskusi dengan Bridge Engineer, Geoteknik Engineering, Hidrologi Engineering dan Tenaga Ahli lain berdasarkan pengamatan lapangan.

(h) Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/

konfigurasi bentang jembatan serta teknik

pelaksanaan atau ereksinya.

(i) Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan : 1. Menentukan perkiraan pondasi yang paling baik untuk lokasi tersebut sehubungan dengan material dan kondisi tanah.

2. Memperkirakan letak, jumlah serta panjang bentang, elevasi jembatan baru dan lokasi jembatan baru.

3. Mencatat banjir terbesar serta erosi yang pernah

terjadi, apabila survai pendahuluan ini

dilaksanakan untuk pekerjaan perencanaan teknis pada lokasi sulit, dimana jembatan tersebut akan melintasi sungai.

4. Membuat sketsa situasi rencana jembatan baru serta profil sungai pada lokasi jembatan baru. 5. Mencatat material yang tersedia di sekitar lokasi

jembatan, dan menyarankan jenis jembatan yang paling efisien sesuai dengan material yang tersedia.

6. Mencatat harga-harga satuan yang ada pada daerah tersebut.

7. Memberikan rekomendasi untuk tahapan pekerjaan selanjutnya serta menyarankan lokasi dan jumlah titik bor yang harus dilaksanakan.

8. Survey pendahuluan Hidrologi/ Hidrolika. (j) Survey pendahuluan topografi

Kegiatan yang dilakukan pada survey topografi adalah

 Menentukan awal dan akhir pengukuran serta

pemasangan patok beton Bench Mark di awal dan akhir Pelaksanaan.

 Mengamati kondisi topografi.

 Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan

pengukuran khusus serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.

 Membuat rencana kerja untuk survey detail

pengukuran.

 Menyarankan posisi patok Benchmark pada

(5)

(k) Survey pendahuluan Drainase

Kegiatan survey pendahuluan drainase diantaranya: 1. Mengumpulkan data curah hujan.

2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).

3. Mengamati kondisi terrain pada daerah

tangkapan sehubungan dengan dengan bentuk dan kemirngan yang akan mempengaruhi pola aliran.

4. Mengamati tata guna lahan.

5. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi

penting.

6. Membuat rencana kerja untuk survey detail. 7. Mengamati karakter aliran sungai/ morfologi yang

mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan berikut.

(l) Survey pendahuluan Geologi & Geoteknik

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik adalah :

1. Melakukan pengambilan data mengenai

karakteristik tanah, perkiraan lokasi sumber material, dan mengantisipasi dan mengidentifikasi lokasi yang akan longsor;

2. Mengidentifikasi lokasi/titik pengujian antara lain Bor, Sondir, DCP, Test Pit;

3. Memberikan rekomendasi rencana trase

alinyemen jalan;

4. Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik,

bahaya, resiko-resiko, dan batasan-batasan proyek;

5. Mencatat pengamatan visual menurut stasiun, patok kilometer atau informasi lokasi lain seperti GPS.

(m) Survey Pendahuluan Geometri

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan adalah :

 Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat

penerapan desain geometrik (alinyemen

horisontal dan vertikal) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran secara sederhana dan benar (jarak, azimut dan kemiringan dengan helling meter) dan membuat sketsa desain alinyemen horizontal maupun vertikal secara khusus untuk lokasi-lokasi yang dianggap sulit, untuk memastikan trase yang dipilih akan dapat memenuhi persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan sketsa horizontal dan penampang memanjang rencana trase jalan.

 Didalam penarikan perkiraan desain alinyemen

(6)

diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi : galian dan timbunan.

 Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan

sewaktu mengambil keputusan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.

 Di lapangan harus diberi/dibuat tanda-tanda

berupa patok dan tanda banjir, dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya.

 Dari hasil survey recon ini, secara kasar harus

sudah bisa dihitung perkirakan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana dan diharapkan dapat mendekati desain final.

(n) Survey Pendahuluan Rencana Jembatan

Kegiatan yang dilakukan pada survey rencana jembatan adalah

 Menentukan dan memperkirakan total panjang,

lebar, kelas pembebanan jembatan, tipe

konstruksi, dengan pertimbangan terkait dengan LHR, estetika, lebar sungai, kedalaman dasar sungai, profil sungai/ada tidaknya palung, kondisi arus dan arah aliran, sifat-sifat sungai, scouring vertikal/horisontal, jenis material bangunan atas yang tersedia dan paling efisien.

 Menentukan dan memperkirakan ukuran dan

bahan tipe abutmen, pilar, fondasi, bangunan

pengaman (bila diperlukan) dengan

mempertimbangkan lebar dan kedalaman sungai, sifat tebing, sifat aliran, endapan/sedimentasi material, benda hanyutan, scouring yang pernah terjadi.

 Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan

mempertimbangkan MAB (banjir), MAN (normal), MAR (rendah) dan banjir terbesar yang pernah terjadi.

 Menentukan dan memperkirakan posisi/letak

lokasi jembatan dengan mempertimbangan

situasi dan kondisi sekitar lokasi, profil sungai, arah arus/aliran sungai, scouring, segi ekonomi, sosial, estetika yang terkait dengan alinyemen jalan, kecepatan lalu lintas rencana, jembatan darurat, pembebanan tanah timbunan dan quarry.

 Dari hasil survey recon ini secara kasar harus

sudah bisa dihitung perkiraan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana dan diharapkan dapat mendekati desain final.

(7)

(a) Laporan seluruh hasil survey pendahuluan berkaitan dengan konsep desain yang akan diterapakan dengan mempertimbangkan faktor2 berdasarkan seluruh hasil survey pendahuluan

(b) Laporan tindak lanjut survey pendahuluan yaitu survey detail yang didalamnya memuat beberapa survey detail yang harus dilakukan termasuk batasan koridor pengambilan data.

b) Survey Topografi (1) Tujuan

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah

mengumpulkan data koordinat dan ketinggian

permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:500.

(2) Lingkup Pekerjaan

(a) Pemasangan patok-patok

- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan

ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang minimal 4, masing-masing 1 (satu) pasang di setiap sisi sungai disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air sungai.

- Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian

yang tampak di atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Kementerian Pekerjaan Umum, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.

Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus

digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang

sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya

diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.

- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya

pada daerah sekitar patok diberi tanda-tanda khusus.

- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin

dipasang patok, misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.

(b) Pengukuran titik kontrol horizontal

(8)

dengan sistem poligon, dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.

- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon

maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.

- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur

theodolit dengan ketelitian baca dalam detik.

Disarankan untuk menggunakan Electronik

Distance Meter/theodolit jenis T2 atau yang setingkat.

- Penentuan Koordinat Awal dilakulkan pada titik

awal dan titik akhir pengukuran dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System Geodetic yang mempunyai presisi tinggi maksimal sampai desimeter ).

(c) Pengukuran titik kontrol vertikal

- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2

kali berdiri/ pembacaan pergi- pulang.

- Pengukuran sifat datar harus mencakup semua

titik pengukuran (poligon, sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.

- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam

keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama.

- Pada setiap pengukuran sifat datar harus

dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA + BB.

- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus

dalam jumlah slag (pengamatan) yang genap. (d) Pengukuran situasi

- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem

tachimetri, yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.

- Dalam pengambilan data agar diperhatikan

keseragaman penyebaran dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.

- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat

theodolit.

(e) Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau jalan

- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir

(9)

penampang melintang sungai sebesar 25 meter

atau disesuaikan dengan kebutuhan

perencanaan.

- Koridor pengukuran searah rencana trase

jembatan masing-masing minimum 250 m dari garis tepi sungai/ jalan atau sampai pada garis pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan

dengan interval pengukuran penampang

melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter

atau disesuaikan dengan kebutuhan

perencanaan.

- Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran

penampang melintang dan memanjang baik terhadap sungai maupun jalan sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m atau disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan.

Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

(3) Persyaratan

(a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.

(b) Ketelitian dalam pengukuran

Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah

10”√n, atau dari pengukuran Global Position

System (GPS) geodetic yang mempunyai presisi tinggi pertama ke pengukuran GPS berikutnya dalam desimeter).

2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”. (c) Perhitungan

1. Perhitungan Koordinat.

Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

2. Perhitungan Sifat Datar.

Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan

kontrol perhitungan pada setiap lembar

perhitungan dengan menjumlahkan beda

tingginya.

3. Perhitungan Ketinggian Detail.

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

(10)

(d) Penggambaran

- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 500.

- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.

- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya. - Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1

meter panjang gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.

- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara grafis.

- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.

(e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan

metode penentuan posisi Global Positioning System

(GPS) secara diferensial. GPS atau nama

lengkapnya NAVSTAR GPS merupakan singkatan

dari Navigation Satellite Timing and Ranging Global

Positioning System. Metode yang digunakan adalah metode diferensial dengan menggunakan lebih dari

satu receiver GPS dimana minimal satu titik

digunakan sebagai titik referensi (base station) dan

yang lainnya ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik referensi yang digunakan adalah titik referensi Bakosurtanal ataupun Badan Pertanahan Nasional. Untuk merapatkan titik kontrol horisontal dapat dilakukan pengukuran menggunakan metode

poligon dengan menggunakan alat Total Station;

(f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah

sebagai Sistem koordinat proyeksi Universal

Transverse Mercator (UTM) Ketentuan proyeksi UTM:

 Proyeksi adalah Transverse Mercator

 Lebar zona adalah 6

 Titik awal setiap zona adalah perpotongan

meridian tengah dan ekuator

 Faktor skala pada meridian tengah ko = 0,9996

 Timur (T) didefinisikan dengan penambahan

500.000 meter kepada nilai x yang dihitung dari meridian tengah

 Utara (U) didefinisikan dengan penambahan

10.000.0000 meter kepada nilai y yang dihitung dari ekuator selatan.

 Zona 1 dimulai dari bujur 180 barat sampai

dengan bujur 174 barat dan seterusnya ke arah

Timur sampai zona 60 untuk bujur 174 timur

sampai dengan 180 timur.

 Satuan dalam meter

 Batas lintang 84 Utara dan lintang 80 selatan.

 Notasi koordinat UTM, Timur (T) diletakkan di

depan Utara (U)

(11)

Tabel Penomoran Zona dalam UTM di Wilayah Indonesia

Zona Batas Zona Meridian Tengah

46 90-96 93

(g) Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap interval yang disesuaikan untuk kebutuhan perencanaan jembatan (5m, 10m, 25m, 50m, 100m dsb).

(h) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus

menggunakan Jenis Total Station (TS) dengan

Ketelitian 10√n untuk sudut serta 10√D untuk jarak;

(i) Pengukuran untuk titik control Vertikal harus mengunakan peralatan Waterpass jenis auto level dengan ketelitian 2 mm.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail,

situasi, dan penampang melintang harus

digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 0,5 meter.

Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu pada Pedoman Pengukuran Topografi NO.010/PW/2004, atau Pedoman yang dipersyaratkan

(4) Keluaran survey Topografi meliputi : (a) Laporan survey Topografimeliputi :

- Data pengukuran dan hitungan pengukuran

topografi yang telah diterima.

- Data Koordinat dan elevasi Bench Mark.

- Foto dokumentasi proses pengukuran dan Bench

Mark

(b) Peta tofografi (peta transies) dengan skala yang disesuaikan dengan jenis perencanaan yang akan dilakukan.

c) Survey Drainase (1) Tujuan

Tujuan survey drainase yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter/ perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan, river training (pengarah arus) yang diperlukan

(2) Lingkup

(12)

lalu-lintas sungai atau saluran air. Untuk itu pengumpulan data untuk analisa hidrologi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari

setiap gejala aliran yang harus dipelajari dengan cermat dari peta topografi maupun pemeriksaan langsung di tempat meliputi data curah hujan, tata guna lahan, jenis permukaan tanah, kemiringan dan lain-lain.

b. Karakteristik sungai yang meliputi:

 Kecepatan aliran dan gejala arah

 Debit dan daerah pengaruh banjir

 Tinggi air banjir, air rendah dan air normal

 Lokasi penggerusan (scouring) serta jenis/sifat

erosi maupun pengendapan

 Kondisi aliran permukaan pada saat banjir

c. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan

yang melintas sungai, sebelum tahap

perhitungan/perencanaan hidrolika dari alur sungai, adalah untuk menentukan

 Debit banjir dalam alur sungai jembatan atau debit

maksimum sungai selama periode ulang banjir rencana yang sesuai.

 Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang

mungkin terjadi dan semua karakteristiknya.

 Kedalaman air : air banjir, air rendah dan air

normal.

d. Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan suatu perkiraan tinggi maksimum banjir yang mungkin terjadi, ditetapkan dan diperhitungkan dengan periode ulang banjir rencana atau dalam kurun waktu rencana sebagai berikut :

 Untuk jembatan panjang/besar (konstruksi khusus)

diperhitungkan dengan periode ulang 100 tahunan.

 Untuk jembatan biasa/ tetap termasuk

gorong-gorong diperhitungkan dengan periode ulang 50 tahunan.

 Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air

dan jembatan yang melintas di atasnya

diperhitungkan dengan periode ulang 25 tahunan.

 Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan

dengan periode ulang 50 tahunan.

 Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis

tanah dasar sungai dan debit serta kecepatan aliran arus sungai.

 Dalam menentukan besar debit banjir maksimum

dalam kurun waktu rencana tersebut, dipakai pendekatan berdasarkan analisa frekuensi dari suatu data curah hujan lebat. Di sini perlu ditinjau hubungan/korelasi antara curah hujan dan aliran sungai.

 Metode untuk menentukan besar debit banjir

tersebut diklasifikasikan menjadi 3 cara yaitu

(13)

 Cara hidrograf/sintetik

 Rumus empiris/metode rasional

e. Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return

period) 25 tahun dan 50 tahun yang pemilihannya terlebih dulu dikonsultasikan dengan pihak Pemberi Tugas.

Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat ditentukan elevasi jembatan dan bangunan pengaman terhadap gerusan, tumbukan air dan debris.

(3) Persyaratan

Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai), Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B,

Manual Hidrolika untuk Jalan dan Jembatan

No.01/BM/05, serta pedoman lain yang dipersyaratkan. (4) Keluaran Survey Drainase

Keluaran yang dihasilkan dari survey Hidrologi berupa Laporan Hidrologi yang didalamnya memuat:

 Data Identifikasi semua aliran air yang ada dan

lintasan-lintasan drainase;

 Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-peta;

 Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan

penanggalan);

 Lokasi-lokasi drainase yang ada meliputi

permasalahan banjir, dan

 Acuan banjir/sumber informasi drainase;

 Kapasitas aliran air (run off) dan Debit aliran air yang

akan diterima oleh drainage yang akan direncanakan.

 Data curah hujan yang digunakan dalam desain

drainage

 Dimensi saluran dan gorong2

 Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi dasar

sungai/saluran baik erosi umum maupun lokal. d) Survey Geologi dan Geoteknik

(1) Tujuan

Tujuan yang utama dari penyelidikan geoteknik lapangan dan bawah permukaan adalah untuk memberikan informasi tentang kondisi bawah permukaan tanah, bahaya geoteknik, dan ketersediaan tanah, agregat dan batuan pada perencana.

Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide /

Pedoman Geoteknik untuk penyelidikan tanah lunak Pd.T-9-2002-B dan pengujian laboratorium untuk tanah lunak Pt.M-01-2002-B bilamana terdapat suatu kondisi tanah dasar yang lunak (Soft Soil).

(2) Lingkup Pekerjaan (a) Penyelidikan Geologi

(14)

500 – 1000 meter dan pada lokasi jembatan dilakukan menggunakan lembar isian seperti terlihat pada daftar lampiran.

(b) Penyelidikan lapangan

Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan prosentase butiran kasar/ halus) sesuai dengan Metoda USCS.

(c) Penyelidikan Tanah

Penyelidikan geoteknik disini merupakan bagian dari

penyelidikan tanah yang mencakup seluruh

penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material guna menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya, sebagai berikut:

a). Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan jembatan yang akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung di lapangan. b). Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air

(sub-surface) sehubungan dengan pondasi jembatan yang akan dibangun.

c). Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di

sekitar lokasi pelaksanaan, kemudian

dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain yang ada seperti jalan pendekat/oprit, bangunan pelengkap/ pengaman dan lain sebagainya.

d). Pekerjaan pengambilan contoh dengan

pengeboran (umumnya terhadap undisturbed

sampling) dimaksudkan untuk tujuan

penyelidikan lebih lanjut di laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang parameter-parameter tanah dari pengetesan

Index Properties (Besaran Indeks) dan

Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks).

e). Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan bentang > 60 m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan bor-mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler untuk Standar Penetration Test ( SPT ) menurut AASHTO T

206 – 74. Sedangkan untuk bentang < 60m

(relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan peralatan utama lapangan yang terdiri atas:

 Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan

dengan tangan). Pengeboran harus

dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan

(bila tidak ditentukan lain) untuk

(15)

batuan beserta ukurannya dan harus mencapai tanah keras/batu dan menembus sedalam kurang lebih 3.00 m.

 Boring dan sampling harus dikerjakan

dengan memakai ”Manual Operated Auger

dengan kapasitas hingga kedalaman 10 m.

 Alat tes sondir type “Gouda” atau sejenisnya,

antara lain “Dutch Cone Penetrometer” yang

memakai sistem metrik dan harus dilengkapi

dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas

tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan

kedalamannya dapat mencapai 25 m.

f). Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan pada masing-masing lokasi rencana pondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis bor dan posisi lubang bor yang direncanakan serta jumlah titik bor minimal satu titik boring, yaitu satu titik bor mesin atau satu set bor tangan dan sondir, tergantung bentang rencana jembatannya. Hal ini tergantung pada kondisi area (alam dan lokasi), kepentingan stuktur dan tersedianya peralatan pengujian beserta teknisinya.

g). SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m

s/d 2,00 m untuk diambil contohnya

(undisturbed dan disturbed).

h). Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undisturbed sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel.

i). Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh.

j). Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-contoh tanah, baik yang

terganggu (disturbed) maupun yang asli

(undisturbed) tersebut di atas dan contoh

material (quarry), maka pengujian di

laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI, SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas pertamanya. Laporan penyelidikan tanah dan material harus

pula berisi „analisa dan hasil‟ daya dukung tanah

serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan form drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan

kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis limit,

(16)

(d) Lokasi Quarry

Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.

Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.

(3) Keluaran survey Geologi/ Geoteknik

Keluaran dari survey Geologi/Geoteknik berupa :

(a) Laporan penyelidikan tanah yang didalamnya memuat :

- Nilai CBR

- Tanah nilai SPT, berdasarkan Borlog

- Propertist Tanah berupa nilai Unconfined,

- Kadar air,

- Berat Jenis.

(b) Peta penyebaran tanah yang di dalamnya memuat:

- Kondisi lapisan tanah

- Daerah rawan longsor

(c) Foto dokumentasi

3) Pengendalian survey Pendahuluan dan Survey Detail.

Pengendalian survey bertujuan sebagai kendali mutu

pengambilan data, kendali mutu tersebut diantaranya :

a) Setiap akan kegiatan survey baik pendahuluan maupun survey detail pelaksana kegiatan wajib mengajukan jadwal kegiatan yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat ijin melakukan survey baik pendahuluan maupun detail yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

b) Proses survey baik pendahuluan maupun survey detail wajib diawasi dimulai dari persiapan peralatan sampai pada proses survey oleh petugas yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

c) Data hasil pengambilan pada survey detail wajib di periksa kebenarannya sebelum dilakukan proses desain. Proses desain dapat dilakukan apabila data hasil survey detail sudah dapat diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

d) Adanya berita acara pemeriksaan baik terhadap survey pendahuluan maupun survey detail yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

4) Proses Desain a) Tujuan

Persiapan desain ini bertujuan :

(1) mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal. (2) menetapkan desain sementara dari data awal untuk

dipakai sebagai panduan survey pendahuluan.

(17)

dari gambar desain, spesifikasi, engineering estimate. b) Lingkup Pekerjaan

Hal yang menjadi lingkup pekerjaan adalah :

(1) Menetapkan kelas jembatan yang akan di Desain (2) Membuat estimasi bentang dan lebar jembatan

(3) Memilih bentuk struktur jembatan berdasarkan kendala-kendala yang ada

(4) Merencanakan desain Bangunan Atas berdasarkan

peraturan yang ditentukan dalam Peraturan

Perencanaan Jembatan BMS‟92 atau peraturan lain

yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas .

(5) Merencanakan Bangunan Bawah secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal ataupun horizontal dan harus mengikuti aturan yang ditentukan

dalam Peraturan Perencanaan Jembatan BMS‟92.

(6) Menetapkan awal dan akhir rencana oprit pada peta, serta menarik beberapa Alternatif rencana As Jalan/ Alinyemen Horizontal dengan dilakukan pengecekan Alinyemen Vertikal sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi Standar mengenai Perencanaan.

(7) Merencanakan pondasi jembatan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur bawah dan harus mengikuti aturan yang ditentukan dalam Peraturan

Perencanaan Jembatan BMS‟92.

(8) Merencanakan jalan pendekat jembatan dengan

memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan.

(9) Merencanakan drainase, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan.

(10) Melakukan perencanaan manajemen traffic pada saat pelaksanaan.

(11) Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan dengan kondisi geologi

c) Persyaratan

Proses perencanaan harus mengacu pada standar dan pedoman yang berlaku seperti NSPM yang diterbitkan Direktorat Jenderal Bina Marga dan/atau SNI yang diterbitkan Badan Standar Nasional (BSN) dan/atau referensi lain yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja dan/atau referensi lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

d) Penggambaran

Penggambaran Desain Jembatan:

 Alinyemen Horisontal dengan Skala 1:500

 Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:50

 Potongan Melintang Skala Horisontal 1:100, Skala Vertikal

1:50

 Detail-detail skala 1:50 atau 1:20 atau 1:15 atau

disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan 5) Pengendalian proses perencanaan.

(18)

desain yang dihasilkan memenuhi persyaratan secara teknis, proses pengendalian dilakukan terhadap :

a) Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). b) Konsep desain berdasarkan data survey pendahuluan dan

survey detail yang review terhadap desain awal harus diperiksa dan diasistensikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

c) Pemeriksaan dan asistensi perencanaan secara bertahap wajib dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

d) Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi standar harus mendapat persetujuan dari pejabat setingkat eselon II. e) Penggunaan teknologi baru dapat digunakan apabila diterima

oleh Tim yang dibentuk oleh pejabat Eselon II dan mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga.

b. Lokasi Kegiatan

Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bengkalis.

c. Data dan Fasilitas Penunjang 1) Penyediaan oleh PPK/PPTK.

Data dan fasilitas yang disediakan oleh PPK/PPTK yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa:

a) Laporan dan Data (tidak ada)

Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu serta photografi yang dapat dipakai sebagai referensi oleh penyedia jasa tidak ada.

b) Akomodasi dan Ruangan Kantor (tidak ada)

Akomodasi dan ruangan kantor yang akan disediakan oleh PPK/PPTK tidak ada dan harus disediakan oleh penyedia jasa sendiri dengan cara sewa.

c) Staf Pengawas/Pendamping

PPK/PPTK akan mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai pengawas atau pendamping/ counterpart atau project officer (PO) dalam rangka pelaksanaan jasa konsultansi, yang akan ditunjuk kemudian dan apabila diperlukan.

d) Fasilitas yang disediakan oleh PPK/PPTK yang dapat digunakan oleh penyedia jasa (tidak ada)

2). Penyediaan oleh penyedia jasa

Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

d. Alih Pengetahuan

Apabila dipandang perlu oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), maka penyedia jasa harus mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf di lingkungan organisasi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

(19)

7. PENDEKATAN DAN

METODOLOGI

a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa harus mengadakan konsultasi/asistensi terlebih dahulu dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), yaitu untuk mendapatkan konfimasi kepastian mengenai jembatan yang akan ditangani.

b. Pengumpulan data lapangan, penghitungan dan proses yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan cara pengumpulan data lapangan yang telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan NSPM yang berlaku.

8. JANGKA WAKTU

PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan kegitatan ini diperkirakan 90 (sembilan puluh) hari kalender.

9. TENAGA AHLI Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini

adalah yang terdiri dari sebagai berikut: a. Team Leader

Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK),

Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil Strata 1 (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis lebih diutamakan/ disukai Perencanaan Jembatan. Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim selama 5 tahun/bulan/paket pekerjaan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

b. Ahli Jembatan

Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK)

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata. 1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 3 Tahun diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Tim Leader/Ketua Tim, merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis Jembatan, dan bangunan pelengkap yang diperlukan, serta harus menjamin bahwa rencana Jembatan yang dihasilkan adalah pilihan yang paling ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

c. Ahli Geologi/Geoteknik

(20)

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil/Geologi Strata. 1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 3 Tahun diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu TimLeader/Ketua Tim dan merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan geologi yang mencakup pelaksanaan survey geologi, pengolahan dan analisis data geologi, dan penggambaran data geologi, serta harus menjamin bahwa data tanah yang disampaikan benar sesuai dengan kondisi lapangan yang akan digunakan sebagai dasar penentuan pondasi dan bangunan bawah jembatan, dan dapat memberikan masukan yang rinci mengenai sumber bahan beserta sifat-sifat bahannya

d. Ahli Hidrologi/Hidraulika

Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK).

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata. 1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 3 Tahun diutamakan/disukai perencanaan Jembatan,diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu TimLeader/Ketua Tim dan merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pelaksanaan pengumpulan data hidrologi, pengolahan dan analisis data hidrologi, dan perhitungan-perhitungan hidrologi untuk perencanaan bentuk dan dimensi bangunan hidrologi, serta harus menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan hidrologi yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai curah hujan dan pola aliran air permukaan untuk tahap perencanaan teknis Jembatan.

e. Ahli Geodesi

Mempunyai sertifikat keahlian Geodesi yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK).

(21)

Operator Komputer, 3. Juru gambar (Drafter/Operator CAD).

10. KELUARAN Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:

a. Laporan Detail Desain

 Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jembatan/jalan dalam

ukuran kertas A3, agar dapat digunakan pada saat penerapan dilapangan.

 Laporan perhitungan struktur Jembatan

Laporan ini berisikan perhitungan konstruksi jembatan lengkap (bangunan atas dan bawah) dan pekerjaan lain yang memerlukan analisa perhitungan.

 Laporan Geologi/Geoteknik yang didalamnya memuat seluruh

penyelidikan tanah serta peta penyebaran tanah serta foto dokumentasi.

 Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh data

pengukuran termasuk hasil perhitungan serta foto

dokumentasi;

 Laporan Drainase yang didalamnya memuat seluruh data

survey hidrologi termasuk analisi perhitungan.

b. Laporan Engineering Estimate yang berpedoman pada Panduan Analisa Harga Satuan (PAHS) Edisi November 2010 Revisi 2 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.

c. Standar Dokumen Lelang yang berpedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi termasuk didalamnya Spesifikasi Umum yang berpedoman pada Spesifikasi Umum Edisi November 2010 Revisi 2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.

11. LAPORAN Jenis laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini:

1. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta sebagai bahan pelaksanaan, setiap tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan secara detail dan lengkap.

2. Laporan Pendahuluan Laporan yang harus dibuat:

A. Laporan Administrasi antara lain: a. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan yang berisikan: Pemahaman terhadap KAK, Metodologi dan Rencana Kerja, Menyampaikan Kriteria Desain secara detail, Pengenalan Lokasi Awal, Organisasi Pelaksanaan kegiatan, dan Jadwal pelaksanaan termasuk persiapan survey. Laporan diserahkan 15 (lima belas) hari setelah dimulainya jasa konsultan dan dibuat sebanyak 3 (tiga) rangkap/buku.

b. Laporan Antara

Laporan Antara yang berisikan: Rangkuman hasil

(22)

c. Laporan Akhir

Laporan Akhir yang berisikan: Rangkuman seluruh kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian pelaksanaan survey pendahuluan, survey detail, pengolahan data, asumsi-asumsi yang diambil, perhitungan perencanaan serta

rumus-rumusnya, perhitungan biaya, penentuan pemakaian

dokumen lelang, kriteria desain yang diambil, kesimpulan dan rekomendasi. Laporan diserahkan 90 (sembilan puluh) hari setelah dimulainya jasa konsultan dan dibuat sebanyak 3 (tiga) rangkap/buku

B. Laporan Teknis yang dihasilkan

a. Laporan perencanaan dan gambar rencana yang terdiri dari: i. Laporan Perencanaan

Laporan perhitungan struktur Jembatan

Laporan ini berisikan perhitungan konstruksi jembatan lengkap, baik bangunan atas jembatan maupun bangunan bawah jembatan serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan analisa perhitungan, semua analisa berikut asumsi dan rumus-rumus yang digunakan

ii. Gambar Rencana A3

Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan masing-masing laporan berisi:

 Sampul depan gambar rencana

 Lembar pengesahan

 Daftar isi

 Legenda, simbol, singkatan

 Peta lokasi kegiatan

 Peta lokasi sumber material dan AMP/Batching Plant

 Daftar kuantitas (rekapitulasi)

 Tata letak (layout) dan koordinat jembatan

 Gambar Situasi, potongan memanjang dan potongan

melintang

 Bangunan Bawah

Gambar Tampak dan Potongan Melintang

 Bangunan Atas

Detail Pekerjaan/Perbaikan Expasion Joint

Detail Bearing Detail Railing

 Detail-detail konstruksi lainnya.

 Gambar-gambar standar

b. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya

Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap item pekerjaan yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut:

- Daftar isi.

- Peta lokasi proyek.

- Daftar bangunan pelengkap/jembatan.

- Perhitungan perkiraan kuantitas (Back Up Quantity).

(23)

Laporan Akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut: - Data proyek.

- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar terdekat.

- Kondisi morfologi sepanjang lokasi.

- Kondisi badan jalan yang ada di sekitar jembatan.

- Batuan penyusun (stratigrafi) pada lokasi jembatan. Untuk peta penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.

- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil diskripsi secara visual.

- Penyebaran jenis tanah pada lokasi jembatan. Untuk peta penyebaran tanah disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.

- Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.

- Analisis longsoran pada lokasi jembatan.

- Sumber bahan konstruksi jembatan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan).

- Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/ patahan dsb.) beserta lokasinya.

- Rekomendasi. d. Laporan Topografi

Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya

pembahasan mengenai hal-hal berikut: - Data proyek.

- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar terdekat.

- Kegiatan perintisan untuk pengukuran. - Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal. - Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal. - Kegiatan pengukuran situasi.

- Kegiatan pengukuran penampang melintang. - Kegiatan pengukuran khusus (bila ada). - Perhitungan dan penggambaran.

- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya. - Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan

pengukuran topografi termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua

obyek yang dianggap penting untuk keperluan

perencanaan jalan.

- Deskripsi BM (sebagai lampiran).

- Data ukur hasil ploting dan negatip film harus diserahkan. e. Laporan Hidrologi

Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :

- Data proyek.

- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar terdekat, pos pencatat curah hujan.

(24)

- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air. - Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan. f. Laporan Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik

Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik sesuai dengan dokumen pelelangan standar yang berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi termasuk didalamnya Spesifikasi Umum yang berpedoman pada Spesifikasi Umum Edisi November 2010 Revisi 2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, adapun isi laporan ini adalah:

1. Gambar Rencana untuk pelaksanaan pekerjaan fisik dalam kertas HVS ukuran A4, yang terdiri dari:

i. Peta Lokasi ii. Lay out

iii. Potongan melintang iv. Potongan memanjang v. Detail-detail

2. Spesifikasi Teknis

3. Daftar Kuantitas (Bill Of Quantity)

4. Dokumen Pengadaan (Dokumen Pemilihan dan

Dokumen Kualifikasi)

g. Semua laporan dan data dimasukkan dalam FlashDisc

(mobile disc) secara lengkap tanpa di-password, kecuali data lapangan/data ukur dan gambar rencana awal.

h. Semua laporan dibuat dalam kertas HVS ukuran A4 kecuali ditentukan lain dan dicetak serta dijilid dengan spiral atau laminasi, khusus untuk laporan dokumen pelelangan pekerjaan fisik dimasukkan dalam map gongyu.

KUASA PENGGUNA ANGGARAN/ PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

Surat ini ditulis beberapa bulan setelah Paulus menulis suratnya yang pertama kepada jemaat Korintus (57M) dan kemungkinan ketika ia berada di Makedonia (Filipi) setelah

· Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri 47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

(r) = -0,635 dan Sig (1-tailed) &lt; 0,001 yang menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan dan hasil korelasi antara variabel kecemasan berbicara di depan umum dan

Guru juga mempunyai berbagai strategi untuk menumbuhkan sikap kemandirian belajar peserta didik antara lain menciptakan suasana belajar yang aktif, menyampaikan

Pada sistem informasi penjualan berbasis web dan SMS Gateway ini nantinya konsumen sebagai pengguna bisa mengetahui informasi penjualan

Untuk kasus bintang ganda ini biasanya massa bintang dalam massa matahari dan periode orbit dalam tahun, maka rumus Kepler 3-nya sama saja dengan soal tipe 1. Jika ternyata ada

Demikian juga dengan arus kas operasi yang juga tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio yang diperlihatkan dari hasil uji statistik t