• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Manajemen Bencana Bagi Anggota Padjadjaran Nursing Corps (PNC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelatihan Manajemen Bencana Bagi Anggota Padjadjaran Nursing Corps (PNC)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: https://doi.org/10.26638/jbn.415.8651

71 Artikel diterima: 3 Agustus 2017; disetujui: 28 Oktober 2017

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. Dapat di Akses: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/bagimunegeri

Pelatihan Manajemen Bencana Bagi Anggota

Padjadjaran Nursing Corps (PNC)

Aan Nur’aeni, Anastasia Anna, Ayu Prawesti, Etika Emaliyawati, Ristina Mirwanti Universitas Padjadjaran

Email: aan.nuraeni@fkep.unpad.ac.id Abstract

The high and varied disasters occur in Indonesia, requiring the government and the whole community to be ready for disaster. In the Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran (Unpad), there is a group of students who do extracurricular activities to provide health aid called PNC. Training needs to be done to enhance the role of PNC as well as increasing the participation of students in the disaster relief program. This training resulted in increased knowledge and attitudes of PNC members on disaster management, and also increased the knowledge and attitude related to the role and function of students in disaster management effort. In addition, other additional results related to the effectiveness of training methods for PNC members successfully obtained. The methods compared were lecture and discussion (LD) compared with LD plus simulation and FGD methods. It is measured by using the quasi experimental method with pretest-posttest control group design. Data analysis used Mann Whitney test. The result showed that there was no difference in knowledge and attitude (p = 1,000) in both treatment groups (p = 0,424). Which means that there was no difference between LD method and LD plus simulation and FGD method.

Keywords: Training, Disaster Management, Padjadjaran Nursing Corps (PNC) 1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan resiko dan tingkat kerawanan bencana yang tinggi Maryani (2012). Berbagai macam bencana pernah dan sering terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, tsunami , banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, bencana transportasi dan gunung meletus. Bencana-bencana

tersebut memberikan dampak yang buruk dan memberikan kerugian yang sangat besar bahkan korban jiwa bagi masyarakat. Upaya penurunan resiko bencana untuk mencegah kerugian yang lebih besar dan korban jiwa merupakan hal yang sangat penting untuk terus dilakukan di wilayah-wilayah yang rentan terhadap bencana BPBN (2008).

(2)

72 Berbagai upaya mitigasi dapat dilakukan

oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat, upaya mitigasi yang dapat dilakukukan antara lain melaui pembangunan secara fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Universitas Padjadjaran (Unpad) sebagai institusi pendidikan tinggi memiliki peran yang cukup penting dalam upaya penurunan resiko bencana maupun penanganan bencana, melalui program pendidikan, ppm dan pengabdian pada masyarakat. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari staf ahli dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr. Eko Teguh Paripurno yang menyatakan bahwa perguruan tinggi dinilai efektif dalam menanggulangi bencana karena pada dasarnya penanggulangan bencana itu melibatkan banyak pihak.

Fakultas Keperawatan Unpad memiliki dan sudah melaksanakan beberapa program terkait upaya penurunan resiko bencana melalui program pengabdian pada masyarakat. Program selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah upaya pemberdayaan civitas akademika salah satunya adalah mahasiswa sebagai agen perubahan yang selanjutnya diharapkan dapat berkiprah

langsung di masyarakat dalam mendukung upaya mitigasi bencana maupun penanganan bencana khususnya dalam bidang kesehatan.

Fakultas Keperawatan Unpad memiliki kelompok mahasiswa yang tergabung dalam salah satu Badan Semi Otonom (BSO) BEM KEMA Fakultas Keperawatan Unpad dan dinamakan Padjadjaran Nursing Corps (PNC), yang telah lama berkiprah dalam pemberian bantuan kesehatan untuk berbagai kegiatan di dalam dan di luar kampus Unpad. Sejak PNC berdiri yaitu pada tahun 2006 sampai dengan sekarang, fokus kegiatan PNC masih terbatas dalam bantuan kesehatan pada kegiatan-kegiatan tertentu saja seperti kegiatan-kegiatan penerimaan mahasiswa baru. Padahal jika diarahkan, dikelola dan dibina dengan baik PNC dapat memberikan manfaat dan maslahat yang jauh lebih banyak diantaranya dapat menjadi cikal bakal dan agen perubahan dalam program penanganan bencana khususnya dalam penurunan resiko bencana serta upaya rehabilitasi bencana.

Lebih lanjut diharapkan PNC dapat memberikan kontribusi yang positif bagi permasalahan masyarakat menyangkut upaya penurunan resiko bencana, penanganan intra bencana maupun upaya

(3)

73 rehabilitatif pasca bencana di daerah

Jatinangor maupun Bandung Raya mengingat masih banyaknya potensi dan kerentanan bencana di daerah ini seperti gempa, longsor, banjir maupun kecelakaan akibat kelalaian manusia, yang membutuhkan sinergi dari berbagai pihak untuk pencegahan maupun penanganannya.

2. METODE PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian ini ditujukan untuk mahasiswa anggota PNC Fakultas Keperawatan Unpad dan dilaksanakan di Kampus Fakultas Keperawatan Unpad. Pelatihan manajemen bencana untuk anggota PNC dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu : pemberian materi tentang manajemen bencana bagi anggota PNC dilanjutkan dengan simulasi bencana banjir dengan menggunakan table top serta FGD tentang peran anggota PNC dalam setiap tahapan siklus bencana.

Pemberian materi tentang manajemen bencana dengan metode ceramah dan tanya jawab dilakukan pada seluruh anggota PNC (36 orang), sedangkan kegiatan simulasi, dan FGD hanya diberikan bagi anggota PNC yang terpilih sebagai trainer yaitu sebanyak 18 orang.

Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah : 1) Meningkatnya pengetahuan

dan sikap anggota PNC mengenai konsep dan manajemen bencana; 2) Meningkatnya pengetahuan dan sikap anggota PNC mengenai peran dan fungsi yang dapat mahasiswa lakukan dalam upaya penanggulangan bencana.

Selain melaksanakan kegiatan pelatihan, dalam kegiatan ini juga dianalisis perbedaan pengetahuan dan sikap anggota PNC setelah dilakukan pelatihan manajemen bencana menggunakan metode ceramah tanya jawab dengan metode ceramah tanya jawab, simulasi dan focus group

discussion menggunakan metode quasi

experimental dengan desain

pretest-posttest control group design.

Populasi sekaligus sampel adalah seluruh mahasiswa anggota PNC. Yang berjumlah 36 orang, dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang diberikan pelatihan dengan metode ceramah dan tanya jawab (perlakuan I) dan kelompok yang mendapatkan pelatihan dengan metode ceramah tanya jawab dan simulasi serta focus group

discussion (perlakuan II). Setiap

kelompok perlakuan berjumlah 18 orang. Pengumpulan data diawali dengan pretest pada kedua kelompok perlakuan sebelum pelatihan dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan pemberian materi manajemen bencana untuk seluruh

(4)

74 kelompok perlakuan dengan metode

ceramah dan tanya jawab. Setelah pemberian materi dengan metode tersebut, kelompok kontrol langsung melaksanakan posttest, sedangkan kelompok intervensi dilanjutkan dengan simulasi bencana dengan menggunakan

table top dan dilanjutkan dengan focus

grup discussion, dan diakhiri dengan

posttest.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk tingkat pengetahuan dan sikap, disajikan menggunakan data frekuensi dan persentase. Analisis bivariate menggunakan uji komparatif t berpasangan untuk melihat perbedaan

pretest dan posttest tingkat pengetahuan

pada setiap kelompok perlakuan. Dan untuk melihat beda posttest antara kelompok perlakuan dengan kontrol, digunakan uji Mann whitney.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Tingkat pengetahuan sebelum

dan setelah pelatihan

Tabel 1 memperlihatkan data bahwa terjadi peningkatan tingkat pengetahuan sebelum dengan setelah pelatihan. Pada saat pretest masih ditemukan adanya tingkat pengetahuan yang rendah, namun setelah menjalani pelatihan tingkat pengetahuan bergeser ke tingkat pengetahuan sedang dan tinggi.

Tabel 2. Sikap peserta sebelum dan setelah pelatihan

Tabel. 2 memperlihatkan bahwa sikap seluruh peserta sudah baik, sebelum pelatihan dilakukan, dan setelah pelatihan pun kondisi ini masih tetap sama, seluruh peserta mendukung pelaksanaan manajemen bencana.

Hasil dari kegiatan pelatihan lainnya adalah melihat ada tidaknya perbedaan pengetahuan dan sikap pada kelompok anggota PNC yang berbeda, yaitu kelompok yang mendapatkan pelatihan hanya dengan metode ceramah dan tanya jawab saja dibandingkan dengan kelompok yang mengikuti pelatihan sampai ke kegiatan FGD serta

(5)

75 simulasi dengan table top. Berikut adalah

hasilnya :

Tabel 3. Perbedaan pengetahuan setelah pelatihan pada kedua kelompok perlakuan

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan setelah dilakukannya pelatihan pada kedua kelompok peserta, hal ini diperlihatkan oleh nilai p 0,424 dimana nilai p ini > 0,05.

Tabel 4. Perbedaan sikap setelah pelatihan pada kedua kelompok perlakuan

Tabel 4 menjelaskan tentang perbedaan sikap setelah pelatihan pada kedua kelompok peserta. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistic tidak terdapat perbedaan sikap setelah pelatihan pada kedua kelompok peserta.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya pengetahuan tentang manajemen bencana

pada anggota PNC F.Kep Unpad sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan rentang pengetahuan yang sebagian besar berada pada kategori sedang dan tinggi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena sebagian besar peserta sudah pernah terlibat langsung dalam upaya penanganan bencana, pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Ahayalimudin, Ismail, dan Saiboon (2012), dalam penelitiannya disebutkan bahwa keadekuatan pengetahuan tentang manajemen bencana terjadi karena keterlibatan dalam merespon kejadian bencana.

Walaupun data pengetahuan pada pretest menunjukkan sebagian besar peserta sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam manajemen bencana, ternyata masih ditemukan tingkat pengetahuan peserta yang rendah yaitu sebanyak 19,4%. Menurut Ahayalimudin, Ismail, dan Saiboon (2012), selain keterlibatan secara langsung dalam merespon kejadian bencana, pengetahuan tentang hal ini dapat dipengaruhi pula oleh program pendidikan atau pelatihan terkait kebencanaan. Pernyataan ini diperkuat pula dengan hasil pelatihan pada kegiatan ini. Berdasarkan data

posttest terdapat peningkatan

pengetahuan pasca pelatihan pada peserta. Seluruh peserta dengan tingkat

(6)

76 pengetahuan rendah, mengalami

peningkatan ke dalam kategori pengetahuan sedang dan tinggi setelah mendapatkan pelatihan. Hasil uji statistik pun menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada pengetahuan peserta setelah pelatihan.

Sikap peserta pelatihan seluruhnya berada pada kategori mendukung pelaksanaan atau praktik manajemen bencana di masyarakat. Sehingga setelah dilakukan pelatihan pun tidak terlihat adanya peningkatan yang signifikan pada aspek sikap karena data awal sikap sudah tinggi. Namun walaupun perubahan pada aspek sikap tidak meningkat secara signifikan, bila dilihat dari skor terdapat peningkatan skor lebih tinggi dari sikap pada saat pretest. Tingginya skor sikap sejak awal (pretest) terjadi disebabkan karena mayoritas dari peserta sudah pernah terlibat langsung dalam kegiatan kebencanaan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahayalimudin, Ismail, dan Saiboon (2012) dan Ahayalimudin dan Osman (2016), dalam penelitiannya disebutkan bahwa pengetahuan dan sikap yang adekuat dalam manajemen bencana terkait dengan keterlibatan dalam kegiatan kebencanaan

dan pendidikan serta pelatihan manajemen bencana.

Hasil lain yang ditemukan berdasarkan data diatas adalah, tidak terdapat perbedaan pengetahuan maupun sikap berdasarkan metode pembelajaran yang digunakan. Metode ceramah dan tanya jawab (perlakuan I) dibandingkan dengan metode ceramah tanya jawab simulasi maupun focus group discussion (perlakuan II) ternyata memberikan hasil peningkatan pengetahuan dan sikap yang sama. Kondisi ini dapat terjadi karena secara umum pengetahuan dan sikap peserta pelatihan sudah tinggi, sehingga peningkatan dan perbedaannya secara statistik tidak tergambarkan dengan signifikan.

Namun demikian secara kualitatif tergambar dalam FGD, bahwa terdapat perbedaan cara pandang yang lebih luas pada peserta pelatihan kelompok 2 bila dibandingkan dengan kelompok 1, terutama menyangkut aspek peran anggota PNC dalam setiap tahapan bencana. Hal ini dibuktikan dalam hasil FGD bahwa bukan hanya peran mahasiswa pada saat bencana saja yang teridentifikasi tetapi juga menyangkut kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan aspek yang membutuhkan penguatan

(7)

77 yang dapat dilakukan melalui pelatihan

lanjutan berikutnya.

Jika dilihat berdasarkan metode pembelajaran, metode pembelajaran simulasi memiliki kelebihan dalam memberikan pengalaman baru kepada peserta didik. Model pembelajaran ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar tentang situasi yang sesungguhnya dalam lingkungan yang dibuat mendekati kondisi nyata (Mack, 2009).

Menurut Lateef, (2010) metode pembelajaran ini dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap selain itu juga dapat melatih peserta didik untuk mengurangi error yang mungkin dilakukan. Simulasi yang dilakukan dalam kegiatan pelatihan ini adalah simulasi kejadian bencana dengan table top, yaitu simulasi dengan menggunakan bentuk miniatur untuk menggambarkan kondisi riil bencana. Jenis bencana yang disimulasikan adalah bencana banjir pada fase intra bencana.

Berdasarkan hasil debriefing yang dilakukan setelah simulasi didapatkan hasil bahwa, peserta menyadari adanya kesalahan pada saat merencanakan jalur evakuasi dan penempatan tenaga kesehatan maupun relawan untuk membantu pengungsi, selain itu sebagian besar peserta menyatakan bahwa melalui simulasi ini, kondisi riil terkait bencana

banjir pada fase akut lebih tergambarkan. Kondisi ini memperkuat pendapat Lateef (2010) bahwa metode pembelajaran ini dapat mencegah error yang mungkin terjadi. Keterbatasan waktu dan peralatan yang dimiliki menyebabkan simulasi yang dilakukan terbatas pada satu fase bencana saja, hal ini yang memungkinkan menjadi penyebab tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan antara kedua kelompok. 4. KESIMPULAN

Secara umum kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat mengenai “Pelatihan Training Of Trainer (ToT) Manajemen Bencana Bagi Pengurus Padjadjaran Nursing Corps (PNC), dapat mencapai target yang ditetapkan, yaitu tercapainya peningkatan pengetahuan dan sikap anggota PNC tentang konsep dan manajemen bencana serta tercapainya peningkatan pengetahuan dan sikap anggota PNC terkait peran dan fungsi mahasiswa dalam upaya penanggulangan bencana.

Kegiatan pelatihan ini merupakan langkah awal untuk kegiatan-kegiatan berikutnya. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini pun merupakan materi-materi mendasar dan bersifat umum, sehingga perlu dilakukan pelatihan-pelatihan lanjutan lainnya untuk meningkatkan dan memperkuat kemampuan PNC.

(8)

78 5. DAFTAR PUSTAKA

Ahayalimudin N, Ismail, A., & Saiboon, I. M. (2012, November). Disaster management: a study on knowledge, attitude and practice of emergency nurse and community health nurse. In BMC Public Health (Vol. 12, No. S2, p. A3). BioMed Central.

Ahayalimudin N, Ismail, A., & Saiboon, I. M. (2012, November). Disaster management: a study on knowledge, attitude and practice of emergency nurse and community health nurse. In BMC Public Health (Vol. 12, No. S2, p. A3). BioMed Central.

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (2008). Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor,

4. Diperoleh dari http://www.gitews.org/tsunami-kit/en/E6/further_resources/national _level/peraturan_kepala_BNPB/Per ka%20BNPB%204-2008_Pedoman%20Penyusunan%2 0Rencana%20Penanggulangan%20 Bencana.pdf Lateef, F. (2010). Simulation-based

learning: Just like the real

thing. Journal of Emergencies,

Trauma and Shock, 3(4), 348. Mack, P. (2009). Understanding

Simulation-Based Learning. A publication of SGH-Life Support Training Centre. Diperoleh dari https://www.sgh.com.sg/Education/ Institute-for-Medical-Simulation-and-Education/Documents/ SimulationBasedLearning.pdf

Maryani, Enok. (2008). Model Sosialisasi Mitigasi Pada Masyarakat Daerah Rawan Bencana di Jawa Barat. Bandung: Penelitian HIBAH

DIKTI. Diperoleh di http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/J UR._PEND._GEOGRAFI/1960012 11985032-ENOK_MARYANI/mITIGASIArti kel.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif yang terdapat dalam daun jembelu meliputi alkaloid, fenolik dan steroid.. Ekstrak metanol daun jembelu memiliki

namun demikian kapur putih dapat juga digunakan sebagai bahan tam bah pada campuran beton yaitu dapat meningkatkan kekenyalan pada adukan beton, selain itu cocok untuk

Menurut Gondodiyoto (2006, p.385), yakni bahwa audit sistem informasi berbasis teknologi informasi adalah proses pengumpulan dan penilaian bahan bukti audit untuk dapat

Dengan memerhatikan demonstrasi guru tentang cara menggunakan alat ukur, siswa dapat mengukur panjang benda dengan satuan panjang baku yang sering digunakan..

Menurut Westbury (1978) kecepatan pertumbuhan ayam yang diinfel~si dengan virus Gum- boro antara umur 0 sampai 21 hari, lebih rendah daripada ayam yang tidak

Tetapi yang memperkuat pendirian Dahlan mengapa Indonesia menganut sistem parlemen bikameral karena: pertama, posisi MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi Anti Diabetes dari buah okra itu sendiri dalam menurunkan kadar glukosa darah jika di

Tujuan umum pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 – 2014 adalah untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kota yang juga merupakan