• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Amilia Agustin adalah seorang sociopreneur yang fokus pada bidang lingkungan. Di tahun 2008, Amilia memulai kegiatannya dengan mengikuti forum-forum seperti Greeneration Indonesia dan komunitas yang juga fokus pada masalah lingkungan, seperti komunitas sahabat kota, Kebunku, serta Archipelago. Partisipasinya dalam forum dan komunitas ini ditujukan untuk mencari ilmu mengenai permasalahan dan alternatif perbaikan yang bisa dilakukan sedini mungkin.

Foto 1.1 Amilia Agustin

Sumber: Dokumentasi penulis, 11 Juni 2013

Berangkat dari kepeduliannya terhadap masalah lingkungan di kota Bandung ditambah pengetahuan yang didapat dari keaktifannya dalam forum dan komunitas ini, Amilia memulai untuk memilah sampah organik dan sampah anorganik yang ada disekolahnya. Dengan bantuan beberapa temannya, Amilia membuat komunitas pengelolaan sampah berbasis sekolah dengan program "Go to Zero Waste School". Kegiatan ini berhasil membawanya untuk terpilih sebagai Young Changemaker dari Ashoka yang merupakan asosiasi global para wirausahawan sosial pada tahun 2009.

Pada tahun 2010, Amilia berhasil mendapat penghargaan Satu Indonesia Awards dari Astra dalam bidang lingkungan dan mendapatkan hadiah pembinanan dana sebesar Rp 40.000.000,- yang kemudian dana tersebut digunakan untuk membuat usaha baru berbasis sociopreneurship yang muncul dari kepekaannya terhadap permasalahan lingkungan. Dana tersebut dialirkan untuk membeli peralatan menjahit yang dimanfaatkan oleh kelompok binaan yang dibentuk oleh Amilia untuk mengolah sampah anorganik menjadi barang yang berguna. Kelompok binaannya ini terdiri ibu-ibu PKK di Kecamatan Regol yang pada saat itu hanya berkegiatan di posyandu dan pengajian.

(2)

2

Pada awal dibentuknya kelompok binaan ini, terdapat 2 ibu binaan. Seiring dengan berjalannya waktu dan adanya proses transfer knowledge, kelompok binaan ini telah meluas hingga ke Kecamatan Beleendah.

Gambar 1.1

Peta Lokasi Kelompok Binaan Amilia Agustin

Dalam kegiatan pembinaan ini, Amilia bersama timnya melakukan proses desain pola dan marketing untuk membantu kelancaran proses pembuatan dan penjualan produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan oleh kelompok binaan ini beraneka ragam, dari mulai hiasan, dompet, tas, dan karpet. Berikut data produk hasil kelompok binaan :

Tabel 1.1

Produk Hasil Kelompok Binaan

Sumber: Hasil Wawancara,11 Juni 2013

No Produk Sumber Bahan Baku Produksi (item/bulan) Harga (Rp) Persebaran 1 Hiasan/ Pernak-pernik Setoran sampah dari warung 3 s/d 4 10.000-50.000 Indonesia, Singapura, Malaysia 2 Tas 250.000-300.000 3 Dompet 100.000-150.000 4 Sejadah 250.000-300.000 5 Karpet 250.000-1.500.000

(3)

3

Dari hasil pengolahan sampah ini, Amilia tidak mengambil keuntungan materil sama sekali, walaupun produk yang dihasilkannya telah merambah ke luar negeri, diantaranya Malaysia dan Singapura. Profit yang dihasilkan oleh kelompok binaannya ini diserahkan kembali kepada kelompok binaannya untuk membantu perekonomian mereka.

Kegiatan Amilia dibidang sociopreneurship dalam lingkup permasalahan lingkungan terus berkembang. Transfer knowledge tidak saja dia lakukan kepada kelompok binaanya saja. Amilia berhasil mengajak siswa-siswi SMA termasuk teman-teman sekolahnya untuk merintis usaha baru dari permasalahan lingkungan melalui kegiatan sociopreneurship. Amilia membentuk kelompok Bandung Bercerita yang merupakan kegiatan mengajar mengenai lingkungan di beberapa sekolah dasar terpencil di Bandung. Untuk membiayai kegiatannya ini, pada tahun 2012, Amilia dengan bantuan 28 temannya mulai merintis usaha baru di bidang pengolahan sampah yaitu pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos tanpa campuran bahan kimia yang kemudian dijual ke masyarakat dengan harga Rp 25.000.

Foto 1.2

Pupuk Kompos Produksi Amilia

Sumber: Dokumentasi penulis, 11 Juni 2013

1.2 Latar Belakang Penelitian

Industrialisasi dan modernisasi yang terjadi di negara maju terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam wikipedia (2013) diungkapkan, selama dua abad setelah revolusi industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Melihat kesuksesan dari negara maju, kondisi ini akhirnya diterapkan di negara berkembang dengan harapan mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi industrialisasi dan modernisasi

(4)

4

yang sedari awal tidak peka terhadap lingkungan ini menjadi salah satu sebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup (balitbang.kemham.go.id).

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang mendapat dampak dari industrialisasi ini. Hal ini dapat dilihat dari visi pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi pada tahun 2020 sebagai Negara Industri Maju Baru (kemenperin.go.id).

Namun disisi lain, masyarakat yang belum begitu matang dan siap secara mental dan pengetahuan terpaksa masuk kedalam kondisi ini yang berdampak pada masalah lingkungan yang semakin parah. Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi Indonesia adalah tingginya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia per harinya. Berikut adalah produksi sampah di kota-kota besar menurut Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung :

Tabel 1.2

Produksi Sampah di Kota-Kota Besar Tahun 2010

No. Area Produksi per

hari (m3) 1 Jayapura 1.200 2 Makasar 1.679 3 Bandung 6.915 4 Bogor 1.515 5 Semarang 4.500 6 Depok 3.000 7 Denpasar 2.200 8 Jakarta 27.000

Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung, 2010

Seperti dapat dilihat pada tabel diatas, jumlah sampah yang diproduksi di kota-kota besar di Indonesia per harinya tidaklah sedikit. Banyaknya sampah yang diproduksi ini, tidak diimbangi dengan kapasitas penampungan dan pengolahan yang memadai. Hal ini berdampak pada meluapnya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Dalam rumusan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dari Kementerian Lingkungan Hidup yang dilaksanakan 1-2 April 2013, diungkapkan bahwa salah satu isu pencemaran lingkungan yang

(5)

5

utama adalah permasalahan pencemaran akibat kegiatan domestik baik berupa limbah cair maupun limbah padat (persampahan) berkisar 50-70%. Selanjutnya permasalahan pencemaran akibat kegiatan industri. Untuk itu diperlukan kebijakan, pengetahuan dan kepemimpinan yang kuat untuk dapat melakukan perbaikan lingkungan akibat dari kegiatan tersebut (menlh.go.id).

Bandung adalah salah satu kota penghasil sampah terbanyak di Indonesia yang belakangan ini mengalami dampak dari tingginya produksi sampah. Menumpuknya sampah di kota Bandung membuat berbagai media baik cetak maupun online menuliskan headline dalam pemberitaanya dengan sebutan “Bandung Lautan Sampah”. Menurut humas PD Kebersihan Kota Bandung dalam wawancara informal dengan penulis mengungkapkan, untuk mengatasi permasalahan ini, PD Kebersihan Kota Bandung melakukan upaya untuk mengatasi masalah sampah yang salah satunya adalah dengan mengoptimalkan dan menambah penampungan sampah.

Foto 1.3

Tumpukan Sampah Yang Tidak Terangkut di Kota Bandung Sumber: www.tribunnews.com

Namun solusi ini tentu tidak dapat menjadi solusi yang cukup untuk mengatasi permasalahan sampah ini. Pertumbuhan produksi sampah per tahun yang menurut PD Kebersihan Kota Bandung mencapai 17.29% tidak akan mampu ditampung oleh penampungan sampah yang baru. Berikut data produksi sampah kota Bandung 2012 menurut PD Kebersihan Kota Bandung :

Tabel 1.3

Data Produksi Sampah Kota Bandung 2012

No. Sumber Volume

(m3/hari) Persentase (%) Sampah Terangkut (m3/hari) 1. Pemukiman 3.921,76 57,92 2.460,26 bersambung

(6)

6 2. Pasar 618,58 9,14 388,06 3. Pertokoan dan Restoran 602,82 8,90 189,97 4. Penyapu jalan 452,29 6,68 228,13 5. Kawasan industri 798,46 11,79 283,74 6. Fasilitas umum 363,64 5,37 509,91 7. Saluran lain-lain 12,94 0,19 8,12 Jumlah 6.770,49 100 4.068,21

Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi sampah kota Bandung per hari mencapai 6.770,49 m3 dengan kapasitas pengangkutan hanya 4.068,21 m3. Sampah yang tidak terangkut setiap harinya akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan produksi sampah per hari masyarkat kota Bandung, seperti dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 1.4

Data Pertumbahan dan Pengolahan Sampah Kota Bandung 2012

Luas Wilayah 167.67 km2

Jumlah Penduduk 2.394.873

Rata-rata Pertumbuhan

Produksi Sampah 17,29%

Kapasitas Pengolahan 10%

Sumber : PD Kebersihan Kota Bandung, 2012

Minimnya kapasitas pengolahan sampah dengan kapasitas pengangkutan hanya 60% inilah yang menjadi permasalahan utama di kota Bandung yang harus mampu diselesaikan. Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan adalah melalui perubahan pola hidup dari masyarakat itu sendiri. Salah satu alternatif perbaikan dalam menyelesaikan permasalahan sampah ini yaitu dapat dilakukan melalui peran tangan-tangan sociopreneur yang memiliki ide-ide kreatif seperti yang telah dilakukan oleh Amilia Agustin.

Dewasa ini banyak bermunculan orang-orang yang memiliki jiwa sociopreneurship dengan melakukan aksi nyata dalam menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan sekitarnya. Perkembangan sociopreneurship di Indonesia ini dapat dilihat dari terbentuknya Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) pada tahun 2009. AKSI merupakan media dan wadah para wirausahawan sosial dan para pemangku kepentingan untuk saling memadukan komitmen, pengalaman, keahlian dan sumber daya dalam rangka mendukung dan mengembangkan inovasi di

(7)

7

bidang sosial, serta membangun keberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Terbentuknya AKSI ini didasari niat dan keinginan untuk berkontribusi, serta keyakinan, bahwa kolaborasi, keterpaduan dan kerjasama akan menghasilkan manfaat lebih besar bagi masyarakat banyak (www.aksi-indonesia.com). Berikut beberapa para wirausaha yang memiliki element social entrepreneurship :

Tabel 1.5

Element Social Entrepreneurship

Element Social Entrepreneurship Wirausaha Muda Goris Mustaqim (Asgar Muda) Elang Gumilang (Elang Group) M. Junerosano (Greenation Indonesia) Social Value

Pemuda, petani dan pengrajin memiliki wadah untuk menciptakan bisnis berbasis komunitas. Memberikan kemudahan kepemilikan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah Masyarakat menjadi lebih peduli lingkungan

Civil Society 700 pemuda-pemudi Garut Pendanaan berbasis komunitas Masyarakat umum Innovation Pemuda sebagai penggerak bisnis berbasis komunitas. Bermitra dengan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Bermitra dengan perusahaan melalui program CSR, rumah sederhana bersubsidi, model pembiayaan perumahan. Memadukan produk dan program untuk mengkampanyekan pelestraian lingkungan Economic Activity Pendirian galeri Usaha Kecil Menengah (UKM) kreatif, warung internet dan kafe Pengembang perumahan, penjualan produk Penggalangan dana sponsor/donatur Sumber: Muliadi (2012:4)

Seorang sociopreneur berbeda dengan entrepreneur biasa. Kunci perbedaannya adalah seorang sociopreneur berdiri dengan sebuah misi dan tujuan sosial yang jelas. Tujuan utama mereka adalah bagaimana menjadikan lingkungan sosial mereka menjadi lebih baik (Dees dalam Wibhawa, 2011:10). Para sociopreneur bertindak sebagai agen perubahan dalam pemecahan masalah sektor sosial melalui pengadopsian sebuah misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat, dan mengusahakan peluang-peluang baru untuk menjamin keberlangsungan misi tersebut dengan melibatkan proses inovasi, adaptasi, dan belajar yang berkelanjutan (Dees dalam Wibhawa, 2011:11). Dalam Ashoka.or.id (2013) disebutkan bahwa pemecahan masalah sosial ini dapat dilakukan melalui pengembangan pola kerja agar terjadi perubahan dibidang pendidikan, lingkungan, kesehatan, hak asasi, dan pengembangan ekonomi.

(8)

8

Seperti yang sudah diungkapkan diatas, Amilia Agustin merupakan salah satu sociopreneur yang mencoba untuk melakukan perubahan dibidang lingkungan di kota Bandung. Amilia berhasil menciptakan usaha baru dari permasalahan lingkungan melalui kegiatan sociopreneurship-nya. Amilia bersama timnya mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan anorganik menjadi barang kerajinan seperti dompet dan tas melalui perbaikan pola hidup dan pengembangan pola kerja masyarakat di kelompok binaannya. Dari adanya masalah lingkungan ini, Amilia berhasil merintis 2 usaha baru berbasis sociopreneurship dan memberikan kontribusi secara nyata terhadap perbaikan masalah lingkungan di kota Bandung.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mengambil Amilia Agustin sebagai objek penelitian untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan dimensi Timmons Model, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "IDENTIFIKASI PENERAPAN DIMENSI TIMMONS

MODEL PADA SOCIOPRENEUR SEBAGAI BASIS MENUJU HYBRID MODEL

SOCIALENTREPRENEURSHIP (Studi Kasus Pada Amilia Agustin di Kota Bandung)".

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah bagi penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan dimensi opportunity dari Timmons Model pada seorang sociopreneur? 2. Bagaimana penerapan dimensi resources dari Timmons Model pada seorang sociopreneur ? 3. Bagaimana penerapan dimensi team dari Timmons Model pada seorang sociopreneur ? 4. Apa saja peluang dan tantangan seorang sociopreneur untuk menuju Hybrid Model Social

Entrepreneurship dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penelitian ini sesuai dengan penjabaran rumusan masalah yang telah dibuat yaitu :

1. Mengetahui penerapan dimensi opportunity dari Timmons Model pada seorang sociopreneur 2. Mengetahui penerapan dimensi resources dari Timmons Model pada seorang sociopreneur 3. Mengetahui penerapan dimensi team dari Timmons Model pada seorang sociopreneur

4. Mengetahui peluang dan tantangan seorang sociopreneur untuk menuju Hybrid Model Social Entrepreneurship dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

(9)

9 1.5 KegunaanPenelitian

Hasil dari penelitian ini pada akhirnya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang memerlukannya dan kegunaan penelitian ini dapat memberi manfaat dilihat dari aspek teoritis dan aspek praktisnya, yaitu :

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi penulis pada khususnya. Hasil Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan membahas mengenai social entrepreneurship.

2. Aspek Praktis a. Bagi Sociopreneur

Sebagai informasi dan masukan tambahan kepada pelaku sociopreneur, khususnya Amilia Agustin dalam menjalankan kegiatan Social Entrepreneurship-nya.

b. Bagi Entrepreneur

Sebagai masukan kepada para entrepreneur agar dapat memberikan nilai tambah yang positf dan bermanfaat bagi lingkungannya dalam menjalankan usahanya sehingga tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata tetapi juga dapat memperhatikan nilai-nilai sosial yang ada.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat luas akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar, dan memberikan informasi mengenai potensi yang dapat diraih dari pengolahan sampah.

1.6 Sistematika Penulisan tugas Akhir

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai sistematika penulisan serta informasi dan materi yang terkandung pada tiap bab. Selain yang telah penulis kemukakan sebelumnya yang mencakup pada bab satu, sistematika penulisan penelitian ini selanjutnya adalah:

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi Kajian Pustaka yang mendeskripsikan teori-teori yang berkaitan dan dianggap berhubungan dengan penelitian ini, serta literatur dari penelitian terdahulu yang menunjang penelitian dan gambaran dari kerangka pemikiran.

(10)

10

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang desain penelitian yang akan digunakan, penjabaran operasional variabel, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis yang ditunjang dengan teori yang berhubungan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini berisi pembahasan darihasil analisa pengolahan data yang telah dilakukandan dikaitkan dengan teori yang mendasarinya seperti yang telah diuraikan dalam Bab II beserta asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi hasil akhir berupa rangkuman dan kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, serta diakhir terdapat saran yang penulis berikan dilihat dari hasil penelitian ini.

Gambar

Foto 1.1  Amilia Agustin

Referensi

Dokumen terkait

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki