• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1.2 Peta Desa Tegalomo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati Sumber: Https://www.google.co.uk/maps/place/Tegalombo,+Dukuhseti,Pati 2017

Desa Tegalombo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Desa Tegalombo termasuk daerah pinggir pantai, dan persawahan. Desa yang terletak di kawasan ujung utara Kabupaten Pati ini termasuk Desa yang banyak mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang kehidupan masyarakat, sesuai dengan namanya “Tegal” atau dalam bahasa Indonesia disebut “ladang”, dan “ombo” yang berarti luas. Jadi bisa

diartikan bila Tegalombo mempunyai makna ladang yang luas. Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang pekerjaannya peternak ikan dan

: Batas Desa Tegalombo Ket:

(2)

29 nelayan. Jumlah penduduk 6800 jiwa, terbagi menjadi 3 dukuh yaitu Dukuh Tegalombo Krajan, Margorejo, dan Tawangrejo.

Peneliti memilih desa Tegalombo dikarenakan terdapat bayi di bawah umur 6 bulan sudah diberi makanan pendamping ASI serta terdapat kasus diare pada bayi dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif. Informasi dari kepala desa pekerjaan ibu – ibu di desa Tegalombo merupakan buruh tani dan ibu rumah tangga. Sehingga dalam masa setelah melahirkan dan menyusui dapat meluangkan waktu tanpa ada tuntutan jam kerja. Akan tetapi masih terdapat kasus bayi dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif.

4.2 Proses Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap dalam proses penelitian. Tahap-tahap tersebut meliputi: tahap pembuatan surat, tahap penentuan informan, dan tahap pengumpulan data dari informan.

4.2.1 Tahap Pembuatan Surat Ijin Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa hal yang nantinya mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan surat-surat yang nantinya diperlukan pada saat penelitian, seperti surat pengantar dari Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana (FIK UKSW) Salatiga, dan surat persetujuan penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten

(3)

30 Pati. Setelah semua surat sudah dipersiapkan, peneliti berangkat ketempat penelitian.

4.2.2 Penentuan Informan

Lokasi penelitian peneliti, masih berada di daerah Jawa Tengah, yaitu di Desa Tegalombo. Pada tanggal 24 Agustus 2016 peneliti membawa dan memberi surat izin penelitian di Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati. Setelah mendapatkan surat izin maka pada tanggal 1 - 7 September 2016 peneliti berangkat ke tempat penelitian. Peneliti memilih partisipan sesuai dengan kriteria yang telah peneliti buat sebelumnya.

4.2.3 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu, peneliti menyiapkan panduan wawancara yang telah peneliti buat sebelumnya. Selain itu, peneliti juga menyiapkan informed consent yang berisi surat penjelasan penelitian dan surat persetujuan menjadi partisipan. Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan smart phone sebagai alat untuk merekam apa yang diwawancarai atau data-data yang berasal dari partisipan.

4.2.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 2 September 2016 setelah mendapatkan izin penelitian oleh Kepala Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati.

(4)

31 1. Partisipan 1 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Jumat, 2 September 2016 07.37 – 08.30  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.2 Pelaksanaan interview riset partisipan 1

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan pertama yaitu ibu W dirumah partisipan. Bersama dengan ibu Karsini salah satu warga desa Tegalombo sebagai penerjemah bahasa jawa sekalian penunjuk jalan. Peneliti membawa ibu Karsini dikarenakan peneliti kurang lancar berbahasa Jawa. Sebelum melakukan wawancara peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti melanjutkan dengan memberi penjelasan penelitian dan penandatanganan informed consent.

2. Partisipan 2 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Sabtu, 3 September 2016 09.00 - 09.45  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.3 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 2

(5)

32 Hari kedua peneliti menuju ke rumah ibu E. Sebelum melakukan wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Kemudian menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan untuk dilakukan wawancara. Partisipan menyatakan malu untuk diwawancarai, tetapi dengan negosiasi antara peneliti dengan partisipan, sehingga partisipan mau diwawancarai. Kemudian peneliti melanjutkan dengan penandatanganan informed consent. 3. Partisipan 3 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Minggu, 4 September 2016 08.00 - .09.01  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.4 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 3

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga yaitu ibu Sh dirumah partisipan. Peneliti datang ke rumah ibu Sh pada saat ibu Sh sedang menonton televisi. Ibu Sh menanyakan maksud kedatangan peneliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara. Dilanjutkan dengan penandatanganan informed consent sebagai legalitas persetujuan wawancara.

(6)

33 4. Partisipan 4 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Senin, 5 September 2016 10.15 - 11.00  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.5 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 4

Hari keempat Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan yaitu ibu Sn dirumah partisipan. Saat peneliti datang kerumah ibu Sn, posisi ibu Sn sedang menyapu halaman rumah sehingga peneliti menunggu hingga pekerjaan ibu Sn selesai. Setelah itu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian diruang tamu. Ibu Sn bersedia untuk diwawancarai. Kemudian peneliti melanjutkan dengan penandatanganan informed consent. Setelah proses wawancara dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan terima kasih karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia untuk diwawancara. 5. Partisipan 5 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Selasa, 6 September 2016 16.25 - 17.30  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.6 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 5

(7)

34 Hari kelima peneliti kembali melakukan pengumpulan data bersama ibu karsini karena partisipan masih kerabat dekat ibu karsini. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan kelima yaitu ibu Snt dirumah partisipan. Saat peneliti datang ketempat partisipan, ibu Snt sementara menyuapi anaknya. Peneliti kemudian langsung menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti yaitu untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti bertanya apakah ibu Snt bersedia untuk diwawancara, ibu Snt mengatakan bahwa dia mau diwawancara. Dilanjutkan dengan penandatanganan informed consent sebagai legalitas persetujuan wawancara.

6. Partisipan 6 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Rabu, 7 September 2016 09.10 – 10.20  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.7 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 6

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keenam yaitu ibu Rh dirumah partisipan. Peneliti datang kerumah ibu Rh saat ibu Rh mau berangkat ke sawah, sehingga peneliti melakukan kontrak waktu untuk bertemu kembali pada malam hari. Malam harinya peneliti datang lagi ke rumah ibu Rh, dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, dan ibu Rh bersedia untuk diwawancara. Kemudian dilanjutkan penandatanganan informed consent sebagai surat persetujuan wawancara.

(8)

35 7. Partisipan 7 Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Kamis, 7 September 2016 15.00 - 16.30  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent  Proses wawancara Tabel 1.8 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 7

Peneliti menambah partisipan ketujuh dalam pengambilan data. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketujuh yaitu ibu Pr dirumah partisipan. Pada pagi hari peneliti bertemu dengan ibu Pr dijalan kemudian peneliti mengadakan kontrak waktu untuk melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti melanjutkan dengan memberi penjelasan penelitian dan penandatanganan informed consent. Setelah proses wawancara dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan terima kasih karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia untuk diwawancara.

8. Partisipan 8 (triangulasi sumber) Hari /Tanggal Wawancara Waktu Keterangan Jumat, 8 September 2016 15.00 - 16.30  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan informed consent

(9)

36 T

Tabel 1.9 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 8

Peneliti melakukan proses wawancara Ny. Y pada hari Jumat tgl 8 September 2016 dirumah partisipan. Sebelum melakukan wawancara peneliti bertemu di Puskesmas Dukuhseti Kabupaten Pati setelah itu peneliti dan partisipan 8 melakukan kontrak waktu untuk melakukan wawancara karena pada saat itu partisipan 8 masih melakukan tugas pekerjaannya. Peneliti dan partisipan 8 bertemu dirumah untuk melakukan proses wawancara, sebelum wawancara dimulai peneliti mengucapkan terima kasih karena partisipan bersedia menjadi riset partisipan penelitian dan menjelaskan informed consent. Setelah melakukan wawancara peneliti melakukan perjanjian dengan partisipan untuk menentukan jadwal pertemuan selanjutnya apabila ada data-data yang kurang, sehingga peneliti bisa datang kembali untuk melakukan wawancara. 4.2.5 Karakteristik Riset Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang ibu menyusui di RW II Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati - Jawa Tengah, Ibu menyusui pada usia bayi ≥ 6 Bulan , ibu menyusui pada bayi kelahiran bayi 01 Januari 2014 - 30 Januari 2016. 1. Karakteristik Riset Partisipan 1

Nama : Ny. W Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun

(10)

37 Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status : Nikah

Riset partisipan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Masing-masing sudah berkeluarga dan hidup terpisah-pisah. Partisipan mempunyai 3 orang anak yaitu perempuan yang berusia 11 tahun dan laki-laki yang berusia 1 tahun 2 bulan dan sekarang partisipan dalam masa kandungan 6 bulan. Partisipan merupakan orang yang terbuka, hal ini terlihat selama proses wawancara dimana partisipan dapat menjawab pertanyaan tiap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti walau kadang partisipan terlihat bingung dengan maksud dari pertanyaan yang diberikan, hal ini karena peneliti dalam wawancara menggunakan penerjemah karena partisipan menggunakan bahasa Jawa dan peneliti sendiri kurang menguasai bahasa Jawa. Walaupun begitu proses wawancara dapat berjalan dengan baik.

2. Karakteristik Riset Partisipan 2 Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 20 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset Partisipan 2 bernama Ny. E, merupakan seorang ibu rumah tangga yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ny. E memiliki 2 orang anak, anak pertama perempuan berusia 3,5 tahun, anak kedua perempuan berusia 1,7. Saat akan

(11)

38 memulai proses wawancara Ny. E terlihat gugup, hal ini karena nyonya E mengatakan bahwa dia belum pernah diwawancara sebelumnya. Tetapi peneliti berusaha menenangkan agar Ny. E tidak gugup dan bersikap santai, Peneliti juga memberi jeda sedikit agar pasien bisa lebih tenang, hal ini dilakukan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Setelah Ny. E lebih tenang dan mengatakan bahwa dia sudah siap, maka peneliti mulai melakukan wawancara.

3. Karakteristik Riset Partisipan 3 Nama : Ny. Sh

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan hidup terpisah dengan orangtuanya. Dan sekarang riset partisipan tinggal bersama suami dan kedua orang anaknya yang berusia masing-masing 7 dan 2 tahun. Dari semua partisipan hanya Ny. Sh yang menempuh penddikan sampai Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang setingkat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat proses wawancara berlangsung Ny. Sh terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan, sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik walaupun kadang Ny. Sh menanyakan kembali kepada peneliti jikalau ada maksud dari pertanyaan yang kurang dipahami oleh Ny. Sh.

(12)

39 4. Karakteristik Riset Partisipan 4

Nama : Ny. Sn Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 24 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adik partisipan tinggal bersama dengan orangtua dan terpisah dari partisipan. Riset partisipan adalah orang yang ceria dan terbuka, hal ini terlihat pada saat wawancara berlangsung partisipan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada tanpa ragu walaupun pertanyaannya ada yang bersifat pribadi, sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik. 5. Karakteristik Riset Partisipan 5

Nama : Ny. Snt Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Ny. Snt seorang ibu rumah tangga dengan suami bekerja sebagai sopir travel antar kota. Keseharian Ny. Snt hanya mengurusi rumah saat suami bekerja. Ny. Snt merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Ny. Snt tinggal bersama dengan suami dan orangtua dan anaknya. Dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Ny. Snt seorang yang ramah dan terbuka pada peneliti. Ny. Snt memiliki bayi berumur 1 tahun 5 bulan yang merupakan anak

(13)

40 pertama. Selama menyusui bayi ny. Snt kesusahan dikarenakan putting susu tidak menonjol sehingga beliau berinisiatif memompa ASI dengan bantuan alat. Sehingga bayi diberikan susu formula sebelum umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan ASI.

6. Karakteristik Riset Partisipan 6 Nama : Ny. Rh

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Partisipan tinggal terpisah dengan orang tua. Ketika peneliti datang untuk melakukan proses wawancara peneliti disambut dengan baik oleh partisipan. Peneliti sangat ramah dan juga sangat antusias sehingga mendukung proses wawancara berjalan dengan baik.

7. Karakteristik Riset Partisipan 7 Nama : Ny. Pr

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan tujuh tinggal bersama orang tuanya bersama anak dan suaminya. Dengan lulusan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Ny. Pr bekerja sebagai ibu rumah tangga. Riset partisipan mempunyai anak kedua berusia 8 bulan, dan anak

(14)

41 pertama dalam jenjang pendidikan kelas 3 Sekolah Dasar. Dalam hal menyusui Ny. Pr tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi hingga umur 6 bulan. Karena Ny. Pr memberikan bubur pada bayi sebagai makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan.

8. Karakteristik Riset Partisipan 8 (Triangulasi Sumber) Nama : Ny. Y

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 tahun Pekerjaan : Bidan Status : Nikah

Riset partisipan merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas Dukuhseti Kabupaten Pati. Latar belakang Ny. Y mempunyai perbedaan dengan latar belakang riset partisipan yang lain. Peneliti mengambil riset partisipan 8 karena Ny.Y merupakan bidan desa Tegalombo yang menangani kelahiran partisipan yang diambil peneliti serta menjadi petugas posyandu di RW 2 desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti – Pati. Sehingga Ny. Y memantau pertumbuhan bayi dari partisipan yang peneliti ambil. Selain itu setiap bayi sakit partisipan membawa ke Ny. Y untuk berobat dan memeriksakan kesehatan.

4.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Dari hasil analisis tema berdasarkan kategori dapat terlihat 3 tema faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif. Berikut yang

(15)

42 merupakan faktor – faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati:

4.3.1 Ketidaktahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Dalam ungkapan partisipan tentang pengertian ASI eksklusif masih kurang. Hal ini terungkap dari ketujuh partisipan dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“Belum mbak, Kalau yang anak ke dua ini umur mendekati 6 bulan baru makan bubur, karena saya merasa umurnya sudah cukup untuk diberi makan bubur.” (RP1)

“Tidak tahu mbak (Tentang ASI Eksklusif), karena menurut saya sudah bisa makan, jadi saya kasih bubur sama camilan (Biskuit)”. (RP2)

Sub tema Hambatan tercapainya ASI eksklusif karena kurangnya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif Tema: Ketidaktahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Kategori: Menyebutkan pengertian ASI eksklusif: Tidak tahu, memberikan ASI eksklusif hanya selama 3 bulan, Kata Kunci: Pengertian ASI Eksklusif:

- Belum mbak (ASI eksklusif), Saya merasa umurnya udah cukup untuk diberi makan. (RP1) - Tidak Tahu (ASI

eksklusif ). (RP2) - Saya hanya

memberikan selama 3 bulan (ASI

eksklusif ). (RP4) - Kurang tahu saya

mbak (ASI eksklusif ). (RP5)

- Kurang tahu saya mbak (ASI eksklusif ).(RP6)

- Tidak Tahu (ASI eksklusif ). (RP7)

(16)

43

“Sudah, tapi saya beri makanan lain juga. Pernah dulu yang bayi pertama, bubur dan buah-buahan. Karena saya merasa anaknya bisa makan, jadi saya kasih. “ (RP3)

“Saya hanya memberikan selama 3 bulan dan kemudian di tambah dengan susu formula sampai umur 6 bulan. Menurut saya belum cukup soalnya bayi saya biasanya menangis walaupun sudah diberi ASI jadi ya kemudian dikasih susu formula.” (RP4)

“Kurang tahu saya mbak (ASI Eksklusif). Saya memberikan ASI lebih dari 6 bulan. Tapi sudah saya berikan roti regal pas umur 5 bulan. Dari tetangga bilang kalau umur 5 bulan bayi sudah bisa makan, roti regal juga bagus untuk makanan bayi katanya. Ya saya berikan mbak.” (RP5)

“Waktu umur 5 bulanan mbak sudah memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Jadi saya berikan roti di warung dek. Saat melahirkan di bidan di kasih penyuluhan, terus pas pergi ke posyandu. Tapi tahunya ya ASI saja. Belum mengerti tentang ASI Eksklusif. Paling waktu jalan-jalan keluar rumah supaya si bayi tidak rewel saya kasih roti biscuit dan bubur.” (RP6)

“Tidak Tahu (ASI eksklusif) karena sudah saya kasih susu formula sebelum umur 6 bulan. Kalau untuk ASI Eksklusif ngertinya ya dikasih ASI gitu mbak. Selama dibawah umur 5 bulan menurut saya mencukupi, tapi setelah 5 bulan ke atas saya berikan pendamping susu formula karena bayinya suka rewel kalau tidak diberi tambahan susu formula.” (RP7)

Pernyataan tersebut diatas menunjukkan ketidaktahuan ibu tentang ASI eksklusif. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum memahami ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada bayi sebelum umur 0-6 bulan. Serta terpengaruh oleh saran dari tetangga dalam hal memberikan makanan pada bayi sebelum waktunya setelah 6 bulan, hal ini karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak bisa mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat pemberian ASI eksklusif. Pendidikan yang tinggi juga mempengaruhi keputusan dalam

(17)

44 bertindak dan mengambil keputusan. Sedangkan riset partisipan paling tinggi berpendidikan setara SMA, yang mana pengetahuan tentang ASI eksklusif hanya didapa dari bidan desa yang melakukan promosi kesehatan di Posyandu.

4.3.2 Pengaruh Lingkungan (Keluarga)

Sub tema Hambatan tercapainya ASI eksklusif karena Pengaruh Lingkungan (Keluarga) Tema: Pengaruh Lingkungan (Keluarga) Kategori: Mengetahui Hambatan tercapainya ASI eksklusif di lingkungan (keluarga): Suami tidak tahu tentang ASI eksklusif, orang tua dan mertua menyarankan bayi diberi riti regal, dan bubur sebelum 6 bulan, ibu mengikuti saran orang tua dan mertua. Kata Kunci:

Pengetahuan Suami tentang ASI Eksklusif: - Kurang tahu mbak.

(RP4)

- Tidak tahu mbak. (RP5)

- Gak tahu lah dek,. (RP6)

- Kurang tau. (RP7) Pengaruh keluarga dalam pemberian ASI eksklusif:

- Ibu saya menyarankan roti regal tadi untuk bayi. Karena umur 5 bulan sudah bisa makan.(RP5)

- Orang tua saya menyarankan untuk bayi dikasih bubur sama roti, waktu itu umur 4/5 bulan (RP6) - Kalau mertua bilang

kasih bubur. Saat usia 5 bulan sudah saya kasih susu formula sama bubur sun. (RP7)

(18)

45 Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Berikut merupakan pernyataan beberapa partisipan:

“Kurang tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif) dan mengingatkan (untuk menyusui) saja biasanya pas bayi menangis.” RP4

“Tidak tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif), Mengajari menyusui (orang tua), karena mereka kan sudah pernah mbak, Menyarankan roti regal tadi untuk cemilan bayi. Karena umur 5 bulan sudah bisa makan.” RP5

Kalau kayak gitu ya gak tahu lah dek (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif) saya saja belum terlalu paham. Orang tua saya menyarankan untuk bayi dikasih bubur sama roti, waktu itu umur 4/5 bulan supaya ibu tidak kewalahan dalam menyusui.” RP6

“Kurang tau (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif). Kalau mertua si pernah bilang kalau anaknya kurang kenyang kasih bubur saja kalau umurnya sudah cukup. Saat usia 5 bulan sudah saya kasih susu formula sama bubur sun.” RP7

Dari hasil kutipan wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa orang tua dan mertua partisipan yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap tindakan orang tua. Selain itu tradisi yang memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif sampai

(19)

46 bayi berumur 6 bulan. Dari observasi yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa mertua dan orangtua partisipan lebih fasih dalam merawat bayi dibandingkan dengan partisipan yang masih membutuhkan bantuan dalam merawat bayi. Kepatuhan partisipan karena partisipan dulu pernah dirawat orangtua hingga dewasa, sehingga menganggap orangtua atau mertua lebih berpengalaman dalam merawat bayi.

4.3.3 Iklan Susu Formula

Berikut pernyataan-pernyataan dari beberapa partisipan yang menggunakan susu formula sebagai pendamping ASI:

Sub tema Hambatan tercapainya ASI eksklusif karena Pengaruh Iklan Susu Formula Tema: Iklan Susu Formula Kategori: Mengetahui Hambatan tercapainya ASI eksklusif di terhadap produk susu formula: Para ibu meng-klaim bahwa produk susu formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Kata Kunci: Pengetahuan Suami tentang ASI Eksklusif: - Menurut saja ya bagus-bagus saja (susu formula). (RP1) - Tidak yakin. (RP2) - Katanya susu formula juga kandunganya semakin lengkap. (RP4) - Susu formula termasuk lengkap komposisinya. (RP5) - Ya bagus ya tidak (susu formula), tergantung. (RP6) - Memudahkan ibu kalau kesulitan memberikan ASI. (RP7)

(20)

47

“Kalau menurut saya pribadi lebih kuat (lebih bagus menggunakan ASI) ke ASInya ya, kalau menurut saya ya bagus-bagus saja (susu Formula) ...” RP 1

“Tidak yakin, karena ASI kayaknya lebih tinggi gizinya ya (lebih lengkap komposisi ASI), Menurut saya tidak bagus susu formula.” RP 2

“Menurut saya kayaknya tidak bagus, Tidak begitu yakin sih.” RP 3

“Tidak yakin, soalnya menurut saya ASI itu lebih banyak manfaatnya dibanding susu formula. Makanya saya gunakan sebagai pendamping saja. Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga kandunganya (Komposisi Susu Formula) semakin lengkap.” RP 4

“…Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga kandungannya semakin lengkap.” RP4

“… Bagus sih mbak, karena susu formula termasuk lengkap komposisinya.” RP5

“… Ya bagus ya tidak (susu formula), tergantung. Tapi ada juga yang hanya pakai susu formula juga sehat. Kan sekarang susu formula sudah lebih lengkap kandunganya dek. Itu yang dibilang tetangga sih dek.” RP6

“…Tapi sekarang kan sudah maju mbak, jadi memudahkan ibu kalau kesulitan memberikan ASI, bagus untuk mendukung pertumbuhan bayi.” RP7

Dari kutipan wawancara diatas diketahui bahwa iklan susu formula sering menunjukkan propaganda (mempromosikan komposisi susu formula yang semakin berkembang) terhadap masyarakat akan yang menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula. Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari iklan susu tersebut mempengaruhi partisipan untuk menerima susu

(21)

48 formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian ASI eksklusif.

4.4 Hasil Data Pendukung

4.4.1 Data Pendukung Observasi Riset Partisipan 1 - 7

Observasi dilakukan peneliti setelah melakukan wawancara dengan riset partisipan. Bersama dengan riset partisipan menelusuri setiap bagian rumah dengan rata-rata waktu 3 - 5 menit. Dalam penelusuran di rumah riset partisipan, hanya Riset partisipan kelima yang ditemukan terdapat bungkus susu formula. Sedangkan riset partisipan yang lain tidak ditemukan susu formula maupun bungkusnya. Hanya saja para partisipan memilili televisi di rumah masing – masing

Biskuit regal dan bubur terlihat di meja kamar semua partisipan, dari keterangan yang ada mertua, orang tua maupun suami yang membelikan untuk si bayi. Bertemu dengan suami riset partisipan 1 - 7, peneliti menanyakan tentang ASI eksklusif, komposisi ASI eksklusif, dan pemberian ASI eksklusif kepada semua riset partisipan, dan menegaskan bahwa meraka tidak mengatahui tentang ASI Eksklusif. Untuk menambah data observasi mengenai mertua dan orang tua, peneliti bertemu dengan mertua dan orang tua riset partisipan. Dari keterangan meraka memang menyarankan kepada riset partisipan untuk memberikan roti regal dan bubur sun.

(22)

49 karena orang tua dan mertua menganggap bayi sudah bisa makan, menurut pegalaman mereka mengasuh anak dulu.

Peneliti pergi ke riset partisipan 8 (triangulasi sumber) untuk mengobservasi tentang promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu – ibu menyusui. Dari penjelasan Ny. Y, sudah dilakukan promosi

kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif di posyandu, dan Ny. Y menyatakan tidak pernah menawarkan susu formula kepada para ibu yang sedang menyusui.

4.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dan member check.

1. Member Check

No. Member Check Waktu Tempat

1 Riset Partisipan 1 Senin, 8 Agustus 2016

Pukul 16.05 WIB Di rumah riset partisipan 1 2 Riset Partisipan 2 Senin, 8 Agustus 2016

Pukul 18.15 WIB Di rumah riset partisipan 2 3 Riset Partisipan 3 Selasa, 9 Agustus 2016

Pukul 15.30 WIB Di rumah riset partisipan 3 4 Riset Partisipan 4 Selasa, 9 Agustus 2016

Pukul 16.30 WIB Di rumah riset partisipan 4 5 Riset Partisipan 5 Rabu, 10 Agustus 2016

Pukul 07.15 WIB Di rumah riset partisipan 5 6 Riset Partisipan 6 Rabu, 10 Agustus 2016

Pukul 16.30 WIB Di rumah riset partisipan 6 7 Riset Partisipan 7 Kamis, 11 Agustus 2016

Pukul 10.15 WIB Di rumah riset partisipan 7 Tabel 1.9 Pelaksanaan Member check Riset Partisipan

Dengan membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah dibuat, kemudian didengar dan diperlihatkan agar dikoreksi oleh

(23)

50 partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Riset partisipan mendengarkan rekaman dan membaca verbatim wawancara pada riset partisipan satu. Selesai memeriksa rekaman dan verbatim datanya sesuai riset partisipan satu menyetujui data tersebut.

2. Triangulasi Sumber

Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan memilih tenaga kesehatan yaitu bidan desa. Peneliti melakukan wawancara terhadap bidan menggunakan panduan wawancara yang berbeda dengan panduan wawancara pada partisipan. Hal ini dilakukan peneliti untuk melihat apakah yang diungkapkan partisipan mempunyai kesamaan dengan apa yang diungkapkan bidan. Selain itu juga peneliti menanyakan kembali pada bidan mengenai beberapa jawaban informan yang peneliti anggap penting untuk di uji keabsahannya. Hasil dari triangulasi sumber memiliki kesamaan. Bidan desa menyatakan bahwa para ibu hanya mengetahui ASI tetapi tidak mengetahui tentang ASI eksklusif. Bidan desa juga memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif di posyandu dengan waktu yang singkat sehingga informasi yang diterima para ibu kurang maksimal. Hal ini juga disampaikan para riset partisipan yang mana hanya mengetahui ASI dan kurang memahami tentang ASI eksklusif sehingga terpengaruh dalam memberikan makanan pada bayi umur ≤ 6 bulan. Informasi dari bidan

desa juga menyatakan bahwa mertua dan/atau nenek bayi banyak berperan dalam mengurus bayi, sehingga ibu cenderung mengikuti

(24)

51 perintah mertua dan/atau nenek bayi untuk memberikan makanan sebelum umur ≤ 6 bulan, karena mertua dan/atau nenek bayi lebih dekat

dan pernah mempunyai pengalaman dalam mengurus bayi. Dengan ini sama dengan pernyataan para riset partisipan yang memberikan makanan pada bayi sebelum umur 6 bulan karena mengikuti saran dari mertua dan/atau nenek bayi. Bidan desa menyatakan susu formula dapat didapatkan di kios-kios terdekat di dalam desa sesuai umur yang diinginkan sehingga memberi kemudahan ibu untuk mendapatkannya serta gencarnya iklan susu formula yang memberitakan komposisi susu formula yang menyerupai ASI. Hal ini sama dengan pernyataan para riset partisipan yang memberikan susu formula pada bayi sebelum umur 6 bulan karena menganggap komposisi susu formula mencukupi kebutuhan bayi dan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup tentang ASI eksklusif.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan, peneliti akan mendiskusikan tentang tema yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Intepretasi hasil penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil penelitan sebelumnya.

(25)

52 4.6.1 Ketidaktahuan ibu tentang ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif masih kurang. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum memahami ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada bayi umur 0 - 6 bulan. Serta mudah terpengaruh oleh saran dari orang tua dan mertua karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak bisa mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat pemberian ASI eksklusif.

Menurut penelitian Susilawati & Maulina, R. (2014), pengetahuan ada hubungan dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mendapatkan informasi yang banyak dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang, sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang mendapatkan informasi yang sedikit dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan yang baik. Sependapat dengan teori Notoatmojo (2012), hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Serta didukung dengan hasil penelitian Fikawati & Ahmad (2012) tentang alasan terbanyak ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena merasa ASInya kurang mencukupi kebutuhan bayi. Pada penelitian Raharjo (2015) praktik ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai 6 bulan jika didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi. Sebaliknya,

(26)

53 jika tidak didasari dengan pengetahuan dan kesadaran yang tinggi maka praktik dan perilaku tersebut tidak akan berhasil sampai 6 bulan penuh. Sehingga peneliti berpendapat bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI maka akan semakin baik pula praktik pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai 6 bulan bila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi. Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat menghambat pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini terdapat hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya.

Satino & Setyorini (2014) dikota Surakarta dalam penelitianya adapun pendidikan berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan. Sedangkan riset partisipan menempuh pendidikan maksimal SMA, yang mana pendidikan ASI eksklusif hanya didapat saat promosi kesehatan di Posyandu. Pada dasarnya pengetahuan ibu tentang komposisi ASI eksklusif akan mempengaruhi pola pikir ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Sehingga ibu lebih bijak

(27)

54 dalam mengambil keputusan dan tidak mudah terpengaruh oleh pihak luar misal keluarga maupun iklan susu formula. Terlebih lagi bahaya akan gangguan pencernaan akibat pemberian makanan pada bayi umur dibawah 6 bulan. Pada saat di Posyandu bidan desa memberikan penyuluhan ASI eksklusif dengan waktu yang singkat sehingga riset partisipan kesulitan dalam menyerap ilmu yang didapat.

4.6.2 Pengaruh Lingkungan (Keluarga)

Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif, karena dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap tindakan orang tua. Dalam kegiatan sehari-hari ibu menyusui dibantu orangtua dalam hal menyiapkan kebutuhan makan, mencuci baju, memandihkan bayi serta memberikan saran berdasarkan pengalaman orangtua dalam membesarkan bayi termasuk memberi makanan bayi sebelum umur 6 bulan. Selain itu tradisi yang memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Dari hasil wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa keluarga yang tidak mendukung

(28)

55 pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.

Teori IDAI (2010) lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui secara eksklusif. Keluarga (suami, orangtua, mertua, ipar) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami. Dalam penelitian Susilawati & Maulina, R., (2014) suami perlu mengetahui pentingnya pemberian ASI, jika semua mengetahui manfaat dari ASI maka hal itu akan menjadi motivasi bagi suami untuk membantu ibu demi kelancaran pemberian ASI. Dukungan keluarga ada hubungan dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga akan merasakan keputusan yang diambil oleh ibu untuk memberikan ASI eksklusif didukung oleh keluarga, sehingga ibu termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif dan membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Raharjo (2015), keluarga yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri untuk memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan.

Peneliti berpendapat bahwa keluarga yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri

(29)

56 untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap tindakan orang tua. Selain itu tradisi yang memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. 4.6.3 Iklan Susu Formula

Diketahui bahwa iklan susu formula sering menunjukkan propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang menyerupai ASI. Hal ini diketahui dalam hasil penelitian bahwa ada beberapa partisipan mengalami perubahan paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula. Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari iklan susu tersebut mempengaruhi masyarakat untuk menerima susu formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian ASI eksklusif. Dari hasil pengamatan peneliti, riset partisipan dimudahkan dalam pembelian susu formula dari segi harga yang mana ada kemasan kecil yang harganya terjangkau. Sehingga riset partisipan dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah tetap

(30)

57 bisa membeli susu formula yang digunakan sebagai pendamping ASI.

Hasil ini didukung dengan penelitian Sartono (2013) adanya salah satu faktor yang berperan dalam menunjang ASI eksklusif adalah produsen susu formula. Keterlibatan produsen susu formula dapat mewarnai pencapaian pemberian ASI eksklusif dapat dilacak pada tersedianya iklan susu formula di media elektronik. Ditambah lagi dengan penelitian Raharjo (2015) menyatakan bahwa produsen susu formula bayi melalui tenaga marketingnya seringkali melakukan propaganda kepada dokter atau bidan atau tenaga kesehatan terkait. Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu yang mereka ciptakan mempunyai kandungan hampir menyerupai ASI.

Diyakini bahwa iklan susu formula sering menunjukkan propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula. Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari iklan susu tersebut mempengaruhi partisipan untuk menerima susu formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian ASI eksklusif.

(31)

58 4.7 Kekurangan Penelitian .

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya meneliti penghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di desa

Tegalombo dari sudut pandang ibu dengan sampel 7 ibu menyusui dengan usia bayi lebih dari 6 bulan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya dari tenaga kesehatan (bidan desa) dan keluarga. Serta menambah sampel sehingga dapat memaksimalkan hasil penelitian.

Gambar

Gambar 1.2 Peta Desa Tegalomo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati  Sumber: Https://www.google.co.uk/maps/place/Tegalombo,+Dukuhseti,Pati 2017
Tabel 1.9 Pelaksanaan Member check Riset Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Reka bentuk elemen multimedia grafik yang terdapat dalam aplikasi mudah alih Asas Pemilihan Pakaian ialah grafik yang menghasilkan imej, ikon, butang, antara muka dan

merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut. a) Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai

harus menyesuaikan perkembangan alat kerja dan kualitas pelayanannya. Perubahan semacam ini membutuhkan investasi besar, dan tidak mudah dilakukan. 3) Pengaruh Ekonomi:

Bentuk Lotus menjadi daya tarik untuk diwujudkan dalam karya tekstil berupa busana dengan mengembangkan bentuk dari tumbuhan bunga lotus akan digubah kembali, sehingga

Banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Bengkalis antara lain: kurangnya sosialisasi, masyara- kat tidak

Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakter morfologi daun dan anatomi tipe stomata daun pada beberapa jenis pohon Hutan Kota di Kota Makassar.. Pettarani,

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar