• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU OLAHRAGA PRIA BERMEREK ADIDAS PADA PT. SHYANG YAO FUNG (SHYANG SIN BAO GROUP COMPANY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU OLAHRAGA PRIA BERMEREK ADIDAS PADA PT. SHYANG YAO FUNG (SHYANG SIN BAO GROUP COMPANY)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS

PRODUK SEPATU OLAHRAGA PRIA

BERMEREK ADIDAS PADA PT. SHYANG

YAO FUNG (SHYANG SIN BAO GROUP

COMPANY)

Marshelia Mayangsari

Jl. Raya Narogong, KM.7 No.45 Bojong Menteng

RT.01/ RW.03 Rawa Lumbu – Bekasi 17117 021-82417776

Marshelia.mayangsari@yahoo.com

Cecep Hidayat, Drs., Msi.

ABSTARACT

The level of competition in the industrial world today increasingly stringent, which resulted in the company must have the quality, benefits or advantages are better than other industrial companies, where the quality is the very important element for the company to survive or to win the competition in gaining market share. The study was conducted to determine the various types of disability contained in the process of making shoes produced by PT. Shyang Yao Fung, knowing the factors that affect the damage and to determine the application of Statistic Process Control at PT. Shyang Yao Fung. In the research there was many methods that can be used but on this occasion I will focus on the descriptive method, which is used to identify and explain the characteristics of the studied variables in the production of men's sports footwear by PT. Shyang Yao Fung, as well as the method used to analyze data SPC (Statistical Process Control). The results of research on the process of manufacturing of sports shoes men showed that PT. The results of research on the process of manufacturing of sports shoes men showed that PT. Shyang Yao Fung does not have good quality control because of the picture p control chart can be seen there are many processes that are beyond the control limits. From the results of the analysis with pareto diagram can be concluded that the most common defect types is the upper lack of glue from the sole. From the analysis of the scatter diagram shows that the relationship between the number of defective products sports shoes in production process with the large number of defect types sole upper with glue less positive. While the results of the analysis of the causal diagram can be concluded the cause of the damage occurred due to human factors, machinery, raw materials, work methods, and work environment.

Kata kunci: Statistical Process Control, Pareto Chart, Scatter Diagram, Control Chart p,

(2)

ABSTRAK

Tingkat persaingan didalam dunia industri sekarang ini semakin ketat, maka dari itu setiap perusahaan industri harus mempunyai kualitas, keunggulan atau kelebihan yang lebih baik dari perusahaan industri lainnya. Dimana kualitas adalah suatu unsur yang sangat penting untuk membuat supaya suatu perusahaan dapat bertahan atau menang dalam memperebutkan pangsa pasar. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui jenis kecacatan yang terdapat pada proses pembuatan produk sepatu olahraga pria di PT. Shyang Yao Fung, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecacatan pada produk tersebut, dan untuk mengetahui penerapan SPC (Statistical Process Control) pada PT. Shyang Yao Fung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif, dimana dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karekteristik variabel yang diteliti dalam proses produksi pembuatan sepatu olahraga pria di PT. Shyang Yao Fung. Serta untuk menganalisis data digunakan metode SPC (Statistical Process Control). Hasil penelitian pada proses pembuatan produk sepatu olahraga pria menunjukan bahwa PT. Shyang Yao Fung memiliki pengendalian kualitas yang belum terkendali karena dari hasil gambar peta kendali p dapat dilihat masih banyak proses yang berada diluar batas kendali. Hasil analisa dengan diagram pareto menunjukan bahwa jenis cacat yang paling banyak terjadi ialah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat. Dari hasil analisa dengan diagram tebar menunjukkan bahwa hubungan antara banyaknya jumlah produk sepatu olahraga yang cacat pada proses produksi dengan banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat bersifat positif. Sedangkan hasil analisa dengan diagram sebab-akibat dapat diketahui dari faktor manusia, mesin, bahan baku, metode kerja, dan lingkungan kerja.

Kata kunci: Statistical Process Control, Diagram Pareto, Diagram Tebar, Peta Kontrol p, Diagram

Sebab-Akibat.

PENDAHULUAN

Tingkat persaingan didalam dunia industri sekarang ini semakin ketat, maka dari itu setiap perusahaan industri harus mempunyai kualitas, keunggulan atau kelebihan yang lebih baik dari perusahaan industri lainnya. Dimana kualitas adalah suatu unsur yang sangat penting untuk membuat supaya suatu perusahaan dapat bertahan atau menang dalam memperebutkan pangsa pasar.

PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang bergerak di bidang sepatu olahraga yang bermerek Adidas yang memproduksi sepatu untuk pria, wanita, anak-anak. Dengan menggunakan bahan dasar yang terbuat dari kulit, kain dan sintetis. PT. Shyang Yao Fung di Indonesia didirikan pada tahun 2007.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitas adalah dengan cara meminimalisasi masalah yang berkaitan dengan produk yang cacat. Adanya suatu produk yang cacat akan menyebabkan produk menjadi kurang menarik sehingga akan mengurangi minat konsumen untuk membelinya.

Hal tersebut disadari oleh PT. Shyang Yao Fung (SSB Group Company), untuk mengurangi produk yang cacat tersebut solusi masalah yang diperlukan adalah dengan melakukan pengendalian kualitas produk dengan menggunakan metode SPC (Statistical Process control). SPC (Statistical Process control) merupakan suatu metode perbaikan kualitas yang dapat membantu perusahaan dalam memenuhi standar. Rumusan masalah adalah sebagai berikut: Jenis kecacatan apakah yang terdapat pada proses pembuatan produk sepatu olahraga pria bermerek Adidas di PT. Shyang Yao Fung (SSB Group Company)?, Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kecacatan pada produk sepatu olahraga pria bermerek Adidas tersebut?, Bagaimana penerapan metode SPC (Statistical Process Control) pada PT. Shyang Yao Fung (SSB Group Company)?. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini di antara lain adalah sebagai berikut: Untuk dapat mengetahui jenis kecacatan apakah yang terdapat pada proses pembuatan produk sepatu olahraga pria bermerek Adidas PT. Shyang Yao Fung (SSB Group Company), faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kecacatan pada produk tersebut, Penerapan metode SPC (Statistical

(3)

Statistical Process Control merupakan ialah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas,

serta penentuan dan interpretasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. (Gasperz, 1998, pl). Manfaat SPC (Statistical Process Control) adalah : meminimalisasi variasi yang muncul di dalam proses untuk meningkatkan kemampuan bersaing, mengurangi biaya (melalui kegiatan kontrol disetiap tahapan proses), meningkatkanproduktivitas (mengurangi kesalahan/cacat), dan meningkatkan keterampilan karyawan dalam mengendalikan proses. Tujuan utama penggunaan SPC (Statistical Process Control) di dalam suatu proses adalah untuk meminimalkan variability, memperbaiki kualitas produk, serta menjaga kestabilan proses.

Penelitian terdahulu dengan judul analisis sistem pengendalian mutu dengan metode SPC (Statistical

Process Control) pada PT. Hyundai Indonesia Motor (Henubau, 2009) permasalahnya terdapat kecacatan

pada proses pembuatan produk mobil Hyundai Avega di PT. Hyundai Indonesia Motor. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode SPC. Hasil analisa dengan diagram pareto menunjukkan bahwa jenis cacat paling banyak terjadi adalah cacat jenis kotor/flex. Kemudian peta kendali p masih banyak proses yang berada diluar batas kendali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif, dimana dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karekteristik variabel yang diteliti dalam proses produksi pembuatan sepatu olahraga pria di PT. Shyang Yao Fung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sample.

Horizon waktu yang digunakan adalah Cross – sectional. Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data Primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain adalah metode wawancara, metode pengamatan langsung (observasi) di PT. Shyang Yao Fung (SSB Group Company), dan studi kepustakaan. Serta untuk menganalisis data digunakan metode SPC (Statistical Process Control) atau metode seven tools atau tujuh alat teknik perbaikan kualitas yang digunakan untuk merancang sistem pengendalian kualitas.

HASIL DAN BAHASAN

Diagram Pareto (Pareto Analysis)

Diagram pareto merupakan sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat untuk membantu memusatkan perhatian pada usaha penyelesaian masalah. Dengan memakai diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah.Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. (Vincent 1998, p53)

Tabel 1 Data jenis cacat, jumlah cacat, persentase cacat, dan persentase kumulatif pada produk sepatu olahraga Periode 2011-2012

Jenis Cacat Jumlah Cacat % Cacat % Kumulatif

Upper dengan sol kurang merekat 4704 36.16 36.16

Pengeleman kurang rapi 4182 32.15 68.31

Ukuran tidak sesuai 2673 20.55 88.87

Jahitan kurang rapi 1449 11.14 100

(4)

Gambar 1 Diagram Pareto untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012

Pada diagram diatas, terlihat jelas bahwa karakteristik kualitas yang terbanyak menghasilkan produk selama periode 2011-2012 ada pada cacat dengan jenis upper dengan sol kurang merekat yaitu sebanyak 4704 satuan atau sebesar 36.16 %. Kemudian diikuti cacat dengan jenis pengeleman kurang rapi sebanyak 4182 satuan atau sebesar 32.15, ukuran tidak sesuai sebanyak 2673 satuan atau sebesar 20.55 %, dan jahitan kurang rapi sebanyak 1449 satuan atau sebesar 11.14 %.

Diagram Batang (Histogram)

Histogram merupakan suatu alat yang membantu kita untuk menemukan variasi. Histogram merupakan suatu potret dari proses yang menunjukkan distribusi dari pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran itu. (Vincent, 1998, p69)

Tabel 2 Frekuensi Hipotesis Jumlah Cacat Pada Produk Sepatu Olahraga Periode 2011-2012

Batas Kelas Cacat (Persatuan) Nilai Tengah Frekuensi

272 – 379.6 325.8 3 379.6 – 487.2 433.4 3 487.2 – 594.8 541 10 594.8 – 702.4 648.6 6 702.4 – 810 756.2 2 Jumlah 24

(5)

Gambar 2 Diagram Batang untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012

Dari gambar diatas terlihat bahwa frekuensi terbesar terdapat pada nilai tengah 541 atau pada kelas interval 487.2 – 594.8. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada nilai tengah 756.2 atau pada kelas interval 702.4 – 810.

Diagram Tebar (Scatter Diagram)

Diagram tebar digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara dua variabel. Dalam hal ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat selama periode 2011-2012 dengan variabel jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau produksi sepatu olahraga periode 2011-2012.

Gambar 3 Diagram tebar jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat dengan jumlah cacat pada produk untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya jumlah produk sepatu olahraga yang cacat pada proses produksi dengan banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang

(6)

merekat periode 2011-2012. Dari gambar terlihat bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan yang bersifat positif atau berkorelasi positif. Karena nilai-nilai yang besar dari variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang besar dari variabel y.

Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart)

Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas.

Peta Kontrol p

Peta kontrol p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. (Vincent, 1998, p149)

Gambar 4 Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Pria Periode 2011-2012

Hasil penelitian pada proses pembuatan produk sepatu olahraga pria menunjukan bahwa PT. Shyang Yao Fung memiliki pengendalian kualitas yang belum terkendali karena dari hasil gambar peta kendali p dapat dilihat masih banyak proses yang berada diluar batas kendali.

Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagram)

Dari diagram pareto telah diketahui empat jenis cacat pada proses produksi sepatu olahraga untuk pria. Jenis-jenis cacat tersebut antara lain adalah upper dengan sol kurang merekat, pengeleman kurang rapi, ukuran tidak sesuai dan jahitan kurang rapi. Ada lima faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap cacatnya pada suatu produk antara lain : manusia, mesin, bahan baku, metode kerja dan lingkungan kerja.

(7)

Gambar 5 Diagram sebab-akibat untuk faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat Faktor-faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat dibagi atas 5 yaitu Manusia, bahan baku, mesin, dan metode kerja. Penyebab cacat berdasarkan kategori manusia terdiri atas Penempatan sepatu yang kurang pas, Pengaturan suhu dan waktu yang tidak sesuai (Umumnya suhu dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemanasan adalah 75 C dan 20 menit), dan Kebersihan pada saat pengamplasan. Berdasarkan kategori bahan baku yaitu Kualitas lem berkurang (Hal ini dikarenakan tempat lem ditutup kurang rapat, dan kelalaian manusia). Penyebab cacat berdasarkan kategori Mesin yaitu perawatan mesin tidak teratur. Berdasarkan kategori Metode Kerja terdiri atas proses pengepresan yang tidak akurat.

(8)

Faktor-faktor penyebab terjadinya pengeleman kurang rapi dibagi atas 4 yaitu Manusia, bahan baku, metode kerja, dan lingkungan kerja. Penyebab cacat berdasarkan kategori manusia yaitu pemberian lem tidak ada standar baku. Penyebab cacat berdasarkan kategori bahan baku yaitu Kualitas lem berkurang (Hal ini dikarenakan Tempat lem ditutup kurang rapat, dan Ketelitian manusia), Penyebab cacat berdasarkan kategori Metode Kerja adalah adanya pemesanan dalam jumlah besar. Penyebab cacat berdasarkan kategori Lingkungan Kerja yaitu Ventilasi ruangan kurang.

Gambar 7 Diagram sebab akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya ukuran tidak sesuai Faktor-faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat dibagi atas 3 yaitu Manusia, bahan baku, dan mesin. Penyebab cacat berdasarkan kategori manusia yaitu Ketelitian dalam pemotongan pola. Penyebab cacat berdasarkan kategori bahan baku antara lain Jenis karet sol dan Jenis spons. Penyebab cacat berdasarkan kategori mesin yaitu Perawatan pisau mesin.

(9)

Faktor-faktor penyebab terjadinya jahitan kurang rapi dibagi atas 3 yaitu Manusia, bahan baku, mesin, dan metode kerja. Penyebab cacat berdasarkan kategori manusia yaitu Kesalahan pemilihan atau pemasangan jarum dan benang. Berdasarkan kategori mesin antara lain Perawatan mesin tidak teratur dan Tebal atau tipis jarum tidak sesuai. Berdasarkan kategori bahan baku yaitu Benang tidak sesuai.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dari analisis data terhadap kualitas produk sepatu olahraga pria bermerek Adidas di PT. Shyang Yao Fung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Metode Statistical Process Control tepat digunakan untuk pengendalian kualitas produk sepatu olahraga.

Karakteristik kualitas atau jenis cacat paling banyak terjadi pada proses produksi pembuatan sepatu olahraga pria periode 2011-2012 adalah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat. Pola diagram tebar dari dua variabel yaitu variabel banyaknya jumlah produk sepatu olahraga yang cacat pada proses produksi dengan banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat selama periode 2011-2012 mempunyai pola diagram tebar yang berkorelasi postif. Berdasarkan diagram sebab-akibat terdapat empat faktor penyebab permasalahan munculnya jenis cacat upper dengan sol kurang merekat yaitu manusia, mesin, bahan baku, dan metode kerja. Terdapat empat faktor penyebab permasalahan munculnya jenis cacat pengeleman kurang rapi yaitu manusia, bahan baku, lingkungan kerja dan metode kerja. Terdapat tiga faktor penyebab terjadinya permasalahan munculnya jenis cacat ukuran yang tidak sesuai yaitu manusia, bahan baku dan mesin. Terdapat tiga faktor penyebab permasalahan munculnya jenis cacat jahitan kurang rapi yaitu manusia, bahan baku dan mesin.

Setelah itu, peneliti menyampaikan saran yang mudah-mudahan dapat memberikan masukan bagi pengendalian kualitas produk di PT. Shyang Yao Fung , yaitu perlunya pengendalian kualitas produk dilakukan secara terus-menerus untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan, lebih memperketat dan mengawasi kerja karyawannya, melakukan perbaikan pada faktor-faktor penyebab terjadinya cacat tersebut, serta melakukan perawatan mesin secara berkala.

REFERENSI

Alma, Buchari. (2005). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi Cetakan Ketujuh. CV. ALFABETA, Bandung.

Cooper, Donald R. dan William C. Emory. (1996). Metode Penelitian Bisnis. Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.

Cosper, Ed. (1999). Statistical Process Control Printed. Circuit Fabrication, 22 (3): 76-89.

Evans, James R. dan William M. Lindsay. (2007). An Introduction to Six Sigma and Process

Improvement : Pengantar Six Sigma. Salemba Empat, Jakarta.

Gaspersz, Vincent. (1998). Statistical Process Control : Penerapan Teknik-Teknik Statistical dalam

Manajemen Bisnis Total : Alat Ampuh Untuk Solusi Masalah Bisnis. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001 :

2000, MBNQA, dan HACCP. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hasan, Ali. (2008). Marketing. Cetakan Pertama. Medpress (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Heizer, Jay dan Barry Render. (2006). Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Salemba Empat, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. Edisi Pertama. BPFE (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Kotler, P. And G. Amstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1 Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

Madura, Jeff. (2001). Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.

Melly, U. (2001). Analisis Kapabilitas pada Pengendalian Kualitas Extrution Laminating dengan

Pendekatan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT.X. Universitas Indonesia, Depok.

Roes, Kit C B & Dorr, D. (1997). Implementing statistical process control in service processes. The

International Journal of Quality Science, 2 (3): 149-166.

Schroeder, Roger G. (1997). Manajemen Operasi Pengambilan Keputusan dalam Fungsi Operasi. Jilid 2 Edisi ketiga. Erlangga, Jakarta.

(10)

Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1 Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.

Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Edisi Pertama Cetakan Pertama. Guna Widya, Jakarta.

Anonymous, http://id.Wikipedia.org/wiki/SPC

Anonymous, http://books.google.co.id/books?id=T72RYC&pg=pengertian+SPC

RIWAYAT PENULIS

Marshelia Mayangsari Jakarta (19 Maret 1990). Penulis menamatkan pendidikan S1 di (Universitas Bina Nusantara) dalam bidang (ilmu manajemen) pada (tahun 2013).

Gambar

Diagram Pareto (Pareto Analysis)
Diagram Batang (Histogram)
Gambar 2 Diagram Batang untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012
Gambar 4 Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Pria Periode 2011-2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variasi komposisi yang dilakukan pada toner buatan juga berpengaruh terhadap sifat magnetik, pada toner komposisi polimer, fly ash dan karbon (50:30:20) dengan

Dalam kisah Sunan Kalijaga menampilkan tiga potongan kisah terpilih yang menceritakan mengenai media dakwah Sunan Kalijaga dalam bidang seni dan budaya seperti gamelan, wayang,

Pihak klub gampong yang menyewa pemain bola tarkam dari luar harus memiliki standar untuk honor yang diberikan berdasarkan beberapa aspek seperti jarak tempuh pemain, label pemain

Kemudian pemilihan obyek penelitian yaitu implementasi decision tree pada hasil seleksi PPDB di Kota Surakarta dengan pertimbangan jumlah data yang ada banyak

Tujuan utama penyusunan buku Pedoman kurikulum ini adalah staf pengajar mempunyai panduan dan batasan-batasan yang harus dipatuhi dalam pemberian materi bahan

Jadi, dari penjelasan secara teori dan hasil statistik dari penelitian menunjukkan bahwa produk jasa yang ditawarkan Taman Air Panas Darajat Pass tidak memiliki pengaruh

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Data dari post-test juga diperoleh dari lembar observasi dan lembar tes pilihan ganda yang dilakukan sesuai dengan video yang digunakan setiap kali pemberian