• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANGKUMAN BU HESTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANGKUMAN BU HESTI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

2.

Faktor Penentu Kecepatan Membaca.

Faktor-faktor penentu kecepatan membaca. Ada tiga yang menentukan kecepatan baca seseorang, yakni:

a. Gerak Mata

Waktu membaca mata bergerak mengikuti baris tulisan, ke kanan untuk tulisan huruf latin, ke kiri untuk tulisan huruf arab, ke bawah untuk tulisan huruf katakana atau kanji. Mata melihat tulisan guna mengenali kata demi kata untuk diketahui artinya, selanjutnya isi seluruh kalimat. Gerakan mata ini tidak sama antara pembaca yang satu dengan pembaca yang lain , ada yang cepat dan ada yang lambat.

Pembaca yang terlatih dan biasa membaca, gerak matanya lebih cepat. Sebaliknya, orang yang kurang biasa membaca atau yang tidak terlatih, gerak matanya dalam membaca lambat. Dalam mengenali isi tulisan gerakan mata sekali-kali berhenti. Perhentian gerak mata untuk memahami arti tulisan disebut fiksasi (pencaman, berasal dari mencamkan). Perhentian ini ada yang terjadi sekali setelah 3-4 kata, tetapi ada yang terjadi setelah tiap satu kata. Inilah yang menyebabkan gerakan mata ada yang cepat dan ada yang lambat. Karena tulisan bersambung terus, maka fiksasi yang satu selalu diikuti oleh fiksasi yang lain. Selang antara dua fiksasi disebut sakadik.

Untuk meningkatkan rentang pandangan, maka pandangan keliling pada mata kita perlu diperluas. Dengan memperluas pandangan keliling, maka gerkan mata dalam membaca akan lebih bebas, sehingga akan memperpanjang rentang pandangan.

b. Kosa Kata

Tidak dapat diingkari bahwa makin sukar dan makin banyak materi yang terdapat pada sesuatu tulisan maka makin banyak pula kata-kata atau istilah yang dipergunakan didalamnya. Pemahaman seseorang terhadap apa yang dibacanya ditentukan oleh seberapa banyak kosa kata yang dimilikinya.

Hubungan kosa kata dengan kecepatan membaca tentu mudah dimengerti. Bilamana pembaca menghadapi bahan bacaan yang semua kata-katanya telah diketahui, tentu dia dapat membaca dengan kecepatan yang maksimal tanpa terganggu pemahamannya. Sebaliknya, apabila di dalam bacaan terdapat beberapa kata atau istilah yang tidak dikenal artinya, maka hal ini tentu menghambat kecepatan bacanya.

Tambahan kosa kata pada seseorang terjadi waktu dia mendengar dari guru atau mempelajari sesuatu yang baru. Oleh karena penambahan kosa kata dengan cara yang efisien ditekankan pula dalam latihan membaca cepat.

(2)

tulisan atau pun dalam percakapan. Cara yang paling baik dalam memperkembangkan kosa kata ialah:

1) Tulis kata-kata baru tersebut pada kertas ukuran 5×8 cm.

2) Tuliskanlah arti kata tersebut pada halaman sebaliknya, dan disertai contoh penggunaannya

dalam kalimat lisan maupun tertulis.

3) Gunakanlah kata tersebut dalam setiap kesempatan baik dalam tulisan, diskusi, rapat, pidato dan

sebagainya dengan kalimat yang benar c. Konsentrasi

Agar dapat membaca dengan efektif kita harus memusatkan perhatian kepada yang kita baca. Biasanya kalau sedang mempunyai masalah yang serius dan tak dapat menghilangkannya mungkin sekali kita tak dapat menangkap isi bacaan dengan baik. Terkadang kita bertanya kepada diri sendiri, “mengapa pikiran saya tidak kepada yang say abaca?” dalam keadaan seperti ini kita perlu mengalihkan pikiran itu kepada suasana yang biasa, dan setelah itu berhasil, barulah kita dapat berkonsentrasi lagi kepada apa yang kit abaca.

Membaca efektif harus dilakukan dengan penuh kesungguhan. Perbuatan semacam ini mempergunakan keterampilan pembaca secara lengkap. Orang yang sedang membaca sebenarnya tidak senang diganggu perhatiannya. Buktinya kalau sedang membaca orang biasanya mencari tempat yang tidak terlalu sering terganggu. Demikian juga kalau belajar, kita ingin agar gangguan itu sekecil mungkin.

Boleh jadi ada orang yang dapat belajar sambil mendengarkan radio atau tape recorder, tetapi kiranya akan sukar dia memperoleh hasil yang memuaskan. Atau mungkin ada orang yang dapat membaca atau belajar di lingkungan yng ramai, tetapi ia tentu tidak menghendaki tempat seperti itu. Pendek kata orang yang perhatiannya terbagi tidak akan dapat membaca dengan pemahaman penuh.

Perlu diketahui bahwa orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik bila mendapatkan lingkungan yang memungkinkan untuk itu. Tentu tidak mungkin kita akan menghilangkan suara-suara yang biasa terjadi. Cukuplah diusahakan agar hal-hal yang dapat mengacaukan bias ditekan sekecil mungki. Bila kita bisa berusaha menyatukan diri dengan apa yang kita baca tentu tidak mudah dikacaukan oleh gaanggun-gangguan yang kecil.

(3)

Perlu disadari bahwa tidak tepat mencampurkan bekerja dengan bermain. Jika kita dalam waktu bekerja, maka harus ekerja sungguh-sungguh. Perhatian harus kita curahkan kepada tugas itu.

Cara lain untuk membina konsentrasi ialah, carilah tempat yang tepat untuk membaca, dan biasakan diri untuk membaca atau belajar di tempat yang tetap dengan jadwal tertentu. Kebiasaan demikian akan mempermudah usaha kita untuk berkonsentrasi. Bila ada di tempat itu untukmembaca atau belajar, maka dengan sendirinya kita segera siap untuk memulainya. Di perpustakaan pun dapat kita pilih tempat yang tetap untuk membentuk kebiasaan yang demikian itu.

Yang paling penting ialah kita harus mau melatih diri berdisiplin membentuk kebiasaan untuk kemajuan kita sendiri, sekaligus mengawasi diri sendiri dengan kecenderungan melakukan kebiasaan yang merugikan. Kita dapat mengatur kondisi membaca atau belajar yang terbaik dengan memilih tempat yang kita senangi.

Kemampuan motorik dapat ditingkatkan dengan selalu berlatih viksasi. Pelatihan viksasi dapat dilakukan dengan cara: (1) senam mata yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik (melihat lingkaran hitam, mengurutkan abjad dan angka, membaca per kelompok kata, mendata kata yang sama), (2) meningkatkan kemampuan kognitif dengan melatih daya ingat (mengingat angka, mengingat gambar), dan (3) terus berlatih membaca cepat (membaca bacaan dan

menjawab pertanyaan).

Dengan demikian, tidak ada kata lain untuk meningkatkan kemampuan membaca seseorang selain berlatih terus menerus dan menjadikan kegiatan membaca sebauh budaya, bukan dipaksakan. Tanpa membaca kita akan menjadi orang yang kerdil, buta pengetahuan luar, dan kurang dapat bersosialisasi. Ingat, informasi terus berjalan dengan derasnya, sedangkan waktu kita tetap dapat setiap harinya, yaitu 24 jam per hari. Untuk itu, tingkatkan kemampuan membaca cepat Anda.

(4)

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa yaitu salah satunya dalam keterampilan membaca dengan metode ECOLA.

Metode ECOLA (Extending COncept throught Language Activities) adalah metode yang

dikembangkan oleh Smith-Burke (1982) untuk mengembangkan keterampilan membaca. Metode ini dirancang untuk mengintegrasikan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan sekaligus. Metode ini tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca, tetapi juga menulis, mendengarkan dan berbicara. Hal ini membuat metode ECOLA sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis(Tarigan,1986). Dari definisi Tarigan, yang ditekankan dalah tujuan membaca yaitu memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Berbeda dengan definisi membaca dari buku pelatihan baca dan tulis provinsi Jawa Timur. Di situ dikatakan bahwa membaca adalah partisipan aktif yang bisa memberikan kontribusi dalam membangun makna isi teks bacaan. (P3M SLTP,2001). Dari definisi ini yang ditekankan adalah proses pemahaman seorang pembaca sehingga dia memperoleh pemahaman yang baru dari bacaan yang dibaca. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan untuk mencari informasi dari suatu sumber tertulis. Penekanan dari kegiatan membaca adalah pemahaman secara penuh dari bahan bacaan yang dibaca. Hal ini didukung oleh Hartono dalam tesisnya. Dia mengatakan bahwa muara akhir dari kegiatan membaca adalah memahami ide atau gagasan baik yang tersurat, tersirat, bahkan tersorot dari bahan bacaan dalam membaca pemahaman yang menjadi

produk yang bisa diukur(Suhartono,2001).

(5)

menyiratkan bahwa untuk dapat dengan mudah memahami suatu bahan bacaan, seseorang harus sering membaca. Pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh dari bahan bacaan lama akan membantu pembaca untuk membentuk pengetahuan baru pada bacaan yang lain. Lingkar keterkaitan antara kuantitas membaca seseorang dengan kemampuan memahami suatu bacaan dikatakan sebagai komprehensi membaca. Seperti dikatakan oleh Bourmouth (dalam Zuchdi,2007) yang menginformasikan bahwa kemampuan komprehensi merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digenaralisasi yang memungkinkan orang memperoleh informasi dari kegiatan ,membaca yang dilakukan. Begitu pentingnya kegiatan membaca untuk kemampuan berkomunikasi secara menyeluruh. Untuk dapat meningkatkan minat baca anak, kita harus mengetahui strategi yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pembinaan minat baca adalah (1)kesesuaian bahan bacaan dengan minat baca; (2)fasilitas ruang baca yang memadai dan nyaman; (3)pengelolaan waktu membaca; (4) simbiosis antara televisi dan bahan bacaan; (5)bahan bacaan dan seni pertunjukan. (Jamaludin,2003). Cara-cara tersebut, ternyata membutuhkan kesabaran dan kepandaian orang tua untuk mengatur situasi sedemikian rupa. Di samping itu, biaya yang cukup besar juga harus disediakan untuk mengadakan sarana dan prasarana yang mendukung. Barangkali cara di atas tidak akan semuanya dapat dilaksanakan. Yang terpenting, usaha untuk menciptakan yang mungkin dapat dilaksanakan agar minat baca

siswa dapat meningkat.

Ada beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai acuan pemilihan bahan bacaan. Landasan tersebut dihubungkan dengan fase pembelajaran membaca. Fase tersebut adalah usia fantasi anak (2 – 4 tahun ), usia dongeng ( 4 – 8 tahun ), usia petualangan ( 8 – 12 tahun ), usia kepahlawanan ( 12 – 15 tahun ),usia liris romantis (15 – 20 tahun) (Jamaludin,2003). Acuan tersebut, diharapkan dapat menjadi pedoman pemilihan bahan bacaan yang sesuai dengan minat siswa. Pada akhirnya diharapkan minat baca siswa terangkat seiring dengan peningkatan penalararan mereka memahami informasi dari bahan bacaan tersebut. Yang perlu diingat adalah jangan pernah memaksa anak untuk membaca sesuatu bacaan yang dia tidak suka.

Penelitian tentang pembelajaran membaca sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang terkait dengan pemebelajaran membaca, membahas tentang model, metode, dan teknik pembelajaran membaca. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan model, metode, dan atau teknik membaca yang ada. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model, metode, strategi, dan teknik membaca yang inovatif, terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca.

Referensi

Dokumen terkait

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

Novel Kerajaan Raminem merupakan novel kedua dari “Trilogi Gadis Tangsi” yang menceritakan kehidupan keluarga Teyi dan keluarga lainnya di tangsi pada masa penjajahan

Sekarang dengan koleksi Kitchen Queen yang lebih lengkap dari Moorlife, menyimpan bahan-bahan makanan apapun menjadi lebih rapi dan praktis.. Dengan warna transparan membuat

1) Mengenai eksposur – eksposur risiko kepada Dewan Komisaris. Media yang digunakan dapat bersifat laporan khusus yang mencerminkan penerapan kebijakan dan prosedur

Perusahaan perlu mengetahui lebih jauh faktor apa saja yang dapat mempengaruhi niat beli produk kosmetik halal agar dapat memenangkan persaingan sehingga, penelitian

Strategy e-marketing yang diterapkan pada perusahaan adalah dengan strategi SOSTAC untuk membantu pemasaran produk pada PT JK Hutama Properti Indonesia, dengan

Penelitian ini menggunakan metode lain selain MA untuk menjawab permasalahan umum dalam penelitian ini yaitu bagaimana rumusan SSM untuk melindungi produk pangan

Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Pemerintah.” Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah rasio yang terdiri dari LDR, IPR, NPL, IRR, PDN,