• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA Dosen : dr. Fauziah Elytha,MSc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA Dosen : dr. Fauziah Elytha,MSc"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA Dosen : dr. Fauziah Elytha,MSc

“EPIDEMIOLOGI CEDERA / KECELAKAAN”

Oleh : Kelompok 4

Roma Yuliana 1311211109

Fivi Susanti 1311211092

Gita Andriana 1311211093

Fani Putri Nandes 1311211094 Rini Nurvia Agustin 1311211098

Khairal Hayati 1311211103

Latifah Husniati 1311211107

Elvisa Rahmi 1311211097

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Esa yang tiada hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Atas taufik dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Epidemiologi Cedera atau Kecelakaan” ini tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja oleh dosen pembimbing yaitu dr. Fauziah Elytha,MSc. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, penyusunan, penguraian, maupun isinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik bagi pembaca maupun kami sendiri.

Padang, April 2016

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB 1 : PENDAHULUAN...4 1.1 Latar Belakang...4 1.2 Perumusan Masalah...5 1.3 Tujuan Penulisan...5 BAB 2 : PEMBAHASAN...6

2.1 Definisi Cedera atau Kecelakaan...6

2.2 Definisi Kecelakaan Kerja...7

2.3 Epidemiologi Kecelakaan Kerja...9

2.4 Determinan Kecelakaan...10

2.5 Teori Penyebab Kecelakaan...15

2.6 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja...16

2.7 Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja...19

2.8 Dampak dan Kerugian Kecelakaan Kerja...20

2.9 Cidera Akibat Kecelakaan Kerja...21

2.9.1 Definisi Cedera...21

2.9.2 Klasifikasi cidera akibat kecelakaan kerja...22

2.10 Pencegahan Kecelakaan Kerja...23

BAB 3 : PENUTUP...26

(4)

3.2 Saran...26 DAFTAR PUSTAKA...27 ANALISIS JURNAL...28

(5)

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ). Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda tentunyahal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai dimana banyak terjadi dilingkungan pekerjaan non-formal. Hal ini yang menunjukan bahwa sanya pentingnya sebuah keselamatan dalam bekerja, sekalipun sektor tersebut hanya sedikit bahkan tidak sama sekali di dukung oleh pemerintah.

Kecelakaan dapat terjadi di sembarang tempat dan dapat menimpa siapa saja, namun dapat dihindari jika kita paham sumber-sumber bahaya. Laboratorium sebagai salah satu tempat kerja memiliki potensi sebagai sumber bahaya. Bahaya-bahaya (hazards) di laboratorium dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu yang mengganggu keselamatan (safety hazard) dan kesehatan (health hazards). Bahaya terhadap keselamatan, antara lain : bersumber dari benda-benda elektrik, mesin, lantai yang licin, ketinggian, tangga. Bahaya yang mengganggu kesehatan berupa : (1) kimiawi, (2) fisik, (3) biologik, (4) stresor. Bahaya kimiawi, sebagai contoh : asam, basa, pestisida, pengawet (alkohol, formalin). Bahaya fisik, berupa : kebisingan, pencahayaan, radiasi, ergonomik, panas, dingin, vibrasi, debu. Bahaya biologik, semisal : bakteri, spora, serangga, tumbuhan. Stresor yang dialami oleh pekerja maupun pengguna laboratorium dapat berupa : gaji rendah, diskriminasi, kebosanan, pelecehan, dan target kegiatan.

(6)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu : 1. Apakah definisi cedera atau kecelakaan?

2. Apakah definisi kecelakaan kerja?

3. Bagaimana epidemiologi kecelakaan kerja? 4. Apakah determinan kecelakaan?

5. Bagaimana teori penyebab kecelakaan?

6. Bagaimana klasifikasi kecelakaan akibat kerja? 7. Apa saja tingkatan keparahan kecelakaan kerja? 8. Bagaimana dampak dan kerugian kecelakaan kerja? 9. Bagaimana cidera akibat kecelakaan kerja?

10. Bagaimana pencegahan kecelakaan kerja? 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk definisi cedera atau kecelakaan 2. Untuk mengetahui definisi kecelakaan kerja

3. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi kecelakaan kerja 4. Untuk mengetahui determinan kecelakaan

5. Untuk mengetahui teori penyebab kecelakaan

6. Untuk mengetahui klasifikasi kecelakaan akibat kerja 7. Untuk mengetahui tingkatan keparahan kecelakaan kerja 8. Untuk mengetahui dampak dan kerugian kecelakaan kerja 9. Untuk memgetahui cidera akibat kecelakaan kerja

(7)

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cedera atau Kecelakaan

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tak diduga dan tak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Peristiwa sabotase atau tindakan kriminal merupakan di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya.

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.

Kecelakaan terjadi tanpa di sangka-sangka dan dalam sekecap mata, dan setiap kejadian menurut Bnneth Slalahi (1995) terdapat empat factor yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan, biaya, peralatan, dan manusia. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubunga kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahn penting yaitu:

1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau 2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dfari suatu aktivitas dandapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4).

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya. Sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan transport ke dan dari tempat kerja kecelakaan-kecelakaan dirumah atau waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah diluar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun

(8)

pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan perusahaan dan perkantoran. (Diktat Kuliah Kaelan Erwan, 1997)

Terdapat tiga kelompok kecelakaan:

1. Kecelakaan akibat kerja diperusahaan dan perkantoran 2. kecelakaan lalu-lintas

3. Kecelakaan dirumah

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut potensial, jika faktor-faktor tersebut dalam mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.

2.2 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:

1. Kecelakaan kerja ( accident ) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 : 171).

2. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

4. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

5. Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).

(9)

6. Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya

7. Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).

8. Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.

9. Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat mengakibatkan luka pada pada seseorang (Hinze, 1997)

10. Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo, 2007)

11. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda.

Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan :

a. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki

b. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda

c. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau struktur.

2.3 Epidemiologi Kecelakaan Kerja a. Distribusi Menurut Orang

Berdasarkan penelitian Novrikasari (2001) dari 82 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di bagian proses produksi PT. Pupuk Sriwidjaja tahun 1990-1999 diperoleh bahwa kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada usia 31-40 tahun sebanyak 41 kasus (50%) dan terendah usia >50 tahun yaitu 4 kasus (4,9%).

(10)

Berdasarkan penelitian Hermawanto (2006) menggunakan desain cross sectional, kecelakaan kerja pada pengrajin sandal karet di Desa Pasir Kidul Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa kecelakaan kerja paling sering pada umur 40-45 tahun.

Penelitian Utami tahun 2005 dengan desain penelitian cross sectional

pada pekerja yang mengalami kejadian kecelakaan kerja di PT. Purinusa Eka Persada Semarang menunjukkan persentase kecelakaan kerja berdasarkan kelompok umur umur 19-24 tahun (21,75%), umur 25-30 tahun (30,4%), umur 31-36 tahun (8,7%), umur 37-42 tahun (17,4%), umur 43-48 tahun (21,75%). Persentase terbesar yang mengalami kejadian kecelakaan kerja berdasarkan kelompok umur berada pada kelompok umur 25-30 tahun sebesar 30,4% dikarenakan pekerja pada kelompok umur ini bekerja dengan semangat dan tergesa-gesa. Kejadian kecelakaan pada umur 19-24 tahun (21,7%) karena bekerja dengan ceroboh dan umur 43-48 tahun (21,7%) karena konsentrasi mulai menurun. diteliti, 284 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, pekerja laki-laki 238 orang (83,80%) dan perempuan 46 orang (16,20%). Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki menempati mayoritas pekerja di bagian produksi di jenis industri berat atau menggunakan alat-alat yang besar dan berbahaya.

Penelitian Riyadina (2007) pekerja industri di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta tahun 2006 dengan desain cross sectional terlihat bahwa dari 950 pekerja yang diteliti, 284 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, pekerja laki-laki 238 orang (83,80%) dan perempuan 46 orang (16,20%). Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki menempati mayoritas pekerja di bagian produksi di jenis industri berat atau menggunakan alat-alat yang besar dan berbahaya.

b. Distribusi Menurut Tempat

Berdasarkan data PT Jamsostek, kasus kecelakaan kerja di Sumatera Utara pada semester I tahun 2009 sebanyak 4.586 kasus dengan FR 1,59 per 1.000.000 jam kerja, Belawan 1.708 kasus (37,24%), Medan 744 kasus (16,22%), Tanjung Morawa 954 kasus (20,80%), Kisaran 489 kasus (10,66%), Pematang Siantar 299 kasus (6,52%), Binjai 321 kasus (7,00%) dan Sibolga 71 kasus (1,55%).27 PT Jamsostek Kota Cimahi tahun 2009 mengeluarkan lebih dari Rp 3,6 milyar untuk

(11)

menanggung klaim jaminan kecelakaan kerja (JKK) dari 2.304 kasus yang terjadi dengan FR 0,19 per 1.000.000 jam kerja.

c. Distribusi Menurut Waktu

Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002 terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418 kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus, dan tahun 2007 terjadi sebanyak 65.474 kasus.

2.4 Determinan Kecelakaan

Secara umum penyebab kecelakaan ada sua, yaitu unsafe condition (factor lingkungan) dan unsafe action (factor lingkungan). Menurut penelitian bahea 80-85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe action.

1. Unsafe Condition

Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut : 1. Peralatan yang sudah tidak layak pakai

2. ada api ditempat bahaya

3. pengamanan gedung yang kurang standard 4. terpapar bising

5. terpapar radiasi

6. pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan 7. kondisi suhu yang membahayakan

8. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan 9. System peringatan yang berlebihan

10. Sifat pekerjaan yang mengandungan yang mengandung potensi bahaya . 2. Unsafe Action

Dimana kecelakaan terjadi karena perbuatan / tindakan yang tidak aman, sebagai akibat dari beberapa poin dibawah ini :

a. Ketidak seimbangan fisik yang disebabkan oleh berbagai hal beriku : - posisi tubuh yang menyebankan mudah lelah,

- cacat fisik, - cacat sementara

- kepekaaan terhadap pancaindra terhadap sesuatu b. Kurang pendidikan

- kurang pengalaman,

- salah pengetian terhadap suatu pemerintah, - kurang terampil ,

(12)

c. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai wewenang

d. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya e. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura pura f. Mengangkut beban yang berlebihan

g. Bekerja bekerja berlebihan atau melibihi jam kerja

ILO (1989) mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, pekerjaannya dan faktor lingkungan di tempar kerja.

1) Faktor manusia a. Umur

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975). Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergea-gesa (Tresnaningsih, 1991).

Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO, 1989).

Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa (Oborno, 1982)

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan

(13)

juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.

Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan itngkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik (Efrench, 1975). Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.

Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya (Achmadi, 1990).

c. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989).

Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya. Penelitian dengan studi restropektif di Hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja di bawah 1 tahun (Ong, Sg, 1982).

2) Faktor Pekerjaan a. Giliran Kerja ( Shift )

Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam ( Andrauler P. 1989). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989). Pergeseran waktu

(14)

kerja dari pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja (Achmadi, 1980).

b. Jenis (Unit) Pekerjaan

Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. 3. Faktor Lingkungan

1. Lingkungan Fisik a. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja ( ILO, 1989 ).

b. Kebisingan

Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap. Nilai ambang batas kebisingan adlah 85 dBa untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1990).

2. Lingkungan Kimia

Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.

3. Faktor Lingkungan Biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul

(15)

seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa menyebabkan kematian (Syukri Sahap, 1998). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil penelitian bahwa 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya lagsung/ tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia.

Berdasarkan faktor penyebabnya kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi:

1. Sebab dasar/asal mula.

Sebab dasar adalah merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian kecelakaan, misalnya ketidak harmonisan dalam bekerja. 2. Sebab utama

Ini disebabkan adanya faktor dan persyaratan yang belum dilaksanakan. Sebab utama dibagi atas:

a. Kondisi tidak aman (Unsafe condition)

Yaitu kondisi tidak aman dari : Mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan, proses, sefat pekerjaan, cara kerja.

b. Perbuatan tidak aman (Unsafe action)

Yaitu, perbuatan berbahaya dari manusia, yang dalam dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain oleh faktor-faktor kurangnya pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak kentara, keletihan dan kelesuhan, sikap dan tingkah laku yang tidak aman.

2.5 Teori Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:

1) Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian .Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu

(16)

lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).

2) Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.

3) Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

4) Teori Domino terbaru

Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

5) Teori Reason

Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan- pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja. 6) Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:

a. Manajemen kurang kontrol b. Sumber penyebab utama

c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar) d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

(17)

e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen (Soekidjo, 2010).

2.6 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Kecelakaan industri ( industrial accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja Menurut Organisasi Perburuhan Internasional ( ILO ), kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni :

a) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan 1. Terjatuh

2. Tertimpa benda

3. Tertumbuk atau terkena benda-benda 4. Terjepit oleh benda

5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan 6. Pengaruh suhu tinggi

7. Terkena arus listrik

8. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi b) Klasifikasi menurut penyebab

1. Mesin

- Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik - Mesin penyalur (transmisi)

- Mesin-mesin untuk mengerjakan logam - Mesin-mesin pengolah kayu

- Mesin-mesin pertanian - Mesin-mesin pertambangan

- Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut 2. Alat angkut dan alat angkat

- Mesin angkat dan peralatannya - Alat angkutan di atas rel

- Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api - Alat angkutan udara

(18)

- Alat angkutan air - Alat-alat angkutan lain 3. Peralatan lain

- Bejana bertekanan

- Dapur pembakar dan pemanas - Instalasi pendingin

- Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan)

- Alat-alat listrik tangan

- Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik - Tangga

- Peralatan lain yang belum termasuk golongan tersebut 4. Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi

- Bahan peledak

- Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak - Benda-benda melayang

- Radiasi

- Bahan dan zat lain yang belum termasuk golongan tersebut 5. Lingkungan kerja

- Di luar bangunan - Di dalam bangunan - Di bawah tanah

6. Dan penyebab-penyeba lainnya.

c) Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan 1. Patah tulang

2. Dislokasi ( keseleo)

3. Regang otot ( urat )

4. Memar dan luka dalam yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Gegar dan remuk

8. Luka bakar

9. Keracunan-keracunan mendadak

10. Pengaruh radiasi

11. Mati lemas

12. Pengaruh arus listrik

12. Luka-luka yang banyak dan berlainan sebabnya d) Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh

1. Kepala 2. Leher 3. Badan 4. Anggota di atas 5. Anggota di bawah 6. Banyak tempat

(19)

2.7 Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja

Berdasarkan pada standar Occupational Safety and Health Administration (OSHA), tingkat keparahan semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan dapat dibagi menjadi:

1. Perawatan Ringan (First Aid)

Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/perawatan terhadap luka kecil berikut observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment) walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan ringan ini juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan tindakan perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali perawatan dengan observasi berikutnya.

2. Perawatan Medis (Medical Treatment)

Perawatan Medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis. Dikategorikan perawatan medis bila hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis yang pofesional: terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati, penurunan fungsi ginjal dan sebagainya; berakibat rusaknya struktur fisik dan berakibat komplikasi luka yang memerlukan perawatan medis lanjutan. 3. Hari Kerja yang Hilang (Lost Work Days)

Lost work days atau lebih terkenal dengan Lost Time injury adalah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan. Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya.

b. Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja dimana seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada tempatnya tetapi tidak dapat

(20)

mengerjakan secara normal seluruh tugasnya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat.

4. Kematian (Fatality)

Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan saat korban meninggal.

2.8 Dampak dan Kerugian Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja : 1. Meninggal dunia

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

4. Tidak mampu bekerja sementara

Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.

Adapun kerugian akibat kecelakaan kerja, yaitu:

Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian material an fisik. Kerugian tang disebabkan oleh kecelakaan kerja antara lain adalah:

a. Kerugian ekonomi yamg meliputi:

(21)

- Biaya pengobatan dan perawatan - Tunjangan kecelakaan

- Jumlah produksi dan mutu berkurang - Kompensasi kecelakaan

- Penggantian tenaga kerja yang mengalami kecelakaan b. Kerugian non ekonomi yang meliputi:

- Penderitaan korban dan keluarga

- Hilangnya waktu selama sakit, baik korabn maupun pihak keluarga

- Keterlambatan aktifitas akibat tenaga kerja lain berkerumun/ berkumpul sehingga aktifitas terhanti sementara

- Hilangnya waktu kerja 2.9 Cidera Akibat Kecelakaan Kerja 2.9.1 Definisi Cedera

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

1. Kepala; mata. 2. Leher.

3. Batang tubuh; bahu, punggung.

4. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari,jari tangan.

5. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jarikaki 6. Sistem tubuh.

7. Banyak bagian

Tujuan dari menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.

2.9.2 Klasifikasi cidera akibat kecelakaan kerja

Berbagai macam jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan

(22)

statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885 1 (1990).

Berikut ini adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya yang digunakan di Queensland yakni salah satu Negara bagian di Australia, pengelompokan tersebut dibagi menjadi: (sumber: Queensland Mine &Queries Safety Performance & Health Report)

1. Cidera fatal (Fatality)

Adalah kematian yang yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja 2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai

kehilangan hari kerja.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal di hitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.

4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty) Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

(23)

6. Cidera ringan (First Aid Injury)

Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang diatangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu dan lain-lain.

7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.

2.10 Pencegahan Kecelakaan Kerja 1) Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadi yang dirancang untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang terjadinya kecelakaan kerja.

Pencegahan primer yang dapat dilakukan yaitu:

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K, dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

e. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan

(24)

keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya.

h. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan. i. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya

tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

j. Meningkatkan semangat kerja, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

k. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan kerja terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan. 2) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan saat peristiwa kecelakaan kerja terjadi yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan akibat kecelakaan yang terjadi. Pencegahan sekunder untuk kecelakaan kerja dapat dibagi atas:

a. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) merupakan tindakan awal yang dapat dilakukan untuk membantu penderita pada suatu kecelakaan sebelum mendapat penanganan lebih lanjut dari pihak medis. Pertolongan

(25)

pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

b. Perawatan Medis

Perawatan yang dilakukan oleh tenaga medis melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat kepada korban kecelakaan kerja sehingga akan mengurangi keparahan kondisi akibat kecelakan kerja. 3) Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian akibat kecelakaan kerja.

a. Memberikan alat bantu kepada korban kecelakaan kerja yang mengalami kecacatan sehingga dapat membantu dalam mengerjakan pekerjaannya. b. Melakukan pemindahan pekerja ke bagian lain.

(26)

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).

Secara umum penyebab kecelakaan ada sua, yaitu unsafe condition (factor lingkungan) dan unsafe action (factor lingkungan). Menurut penelitian bahea 80-85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe action.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional ( ILO ), kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yaitu klasifikasi menurut jenis kecelakaan, klasifikasi menurut penyebab, klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan, klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh.

Dampak dari kecelakaan kerja adalah meninggal dunia, cacat permanen total, cacat permanen sebagian, dan Tidak mampu bekerja sementara. Pencegahan kecelakaan kerja ada pencegahan primer, sekunder dan terier.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar para pekerja memperhatikan lingkungan kerja dan mengindari bahaya-bahaya yang akan mungkin terjadi di tempat kerja. Kemudian kepada perusahaan agar menjalankan peraturan perundang- undangan dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogjakarta : Graha Ilmu.

Triwibowo, Cecep dan Mitha Erlisya Pusphandani. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogjakarta : Nuha Medika.

Harrington. 2003. Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC Kedokteran.

Musyarofah. 2013. Kecelakaan Kerja. http:// musyarofah1f3.blogspot.co.id/2013/05/ kecelakaan-kerja_17.html (diakses pada tanggal 7 April 2016, pukul 19.30 WIB).

Liadi, Agus. 2010. Kecelakaan Kerja. http:// agusliadi.blogspot.co.id/2010/05/ kecelakaan-kerja.html (diakses pada tanggal 7 April 2016, pukul 19.35 WIB).

(28)

ANALISIS JURNAL

KECELAKAAN KERJA DAN CEDERA YANG DIALAMI OLEH PEKERJA INDUSTRI DI KAWASAN INDUSTRI

PULO GADUNG JAKARTA

1. Latar Belakang

Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun ke tahun. Data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) menunjukkan bahwa kecenderungan kejadian kecelakaan kerja meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 kasus di tahun 1999 meningkat menjadi 98.905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi mencapai 104.774 kasus pada tahun 2001. Dari kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5% diantaranya (5.476 tenaga kerja) mendapatcacat permanen. Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja yang berbahay (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condistions). Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelkaan keja disebebkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia. 2. Tujuan

a. Menentukan jenis kecelakaan dan cedera yang dialami oleh pekerja

b. Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di kawasan industri Pulo gadung

3. Metode Penelitian

a. Rancangan studi : cross sectional

b. Populasi : masyarakat pekerja industri dewasa laki-laki maupun perempuan yang berusia kerja (15–55 tahun) di wilayah kawasan industri Pulo Gadung pada tahun 2006.

c. Jumlah sampel: 950 orang yang berasal dari 7 perusahaan yang mewakili jenis industri di kawasan industri Pulo Gadung Jakarta Timur.

d. Cara pengambilan sampel : Simple Random Sampling

e. Variabel : karakteristik responden, jenis kecelakaan kerja, jenis cedera dan kondisi lingkungan fisik ruang pekerja.

(29)

Tempat : Pulo Gadung Jakarta Timur

g. Cara pengumpulan data : wawancara dengan kuiseoner 4. Hasil

a. Karakteristik Responden

Industri baja yang menempati urutan terbanyak jumlah respondennya yaitu 249 orang (26,2%) dan paling sedikit jumlah respondennya adalah jenis industri konstruksi yaitu hanya sekitar 20 orang (2,1%).Proporsi umur pekerja industri tertinggi (33,9%) berkisar antara umur 30 – 39 tahun yang diikuti oleh kelompok umur 20-29 tahun sekitar 30% dan umur 40-49 tahun sebesar 27,7%.Pekerja industri mayoritas laki-laki yaitu sebanyak 647 orang (68,1%) .Tingkat pendidikan didominasi SMU yaitu sekitar 624 (65,7%) .Status perkawinan sebagian besar sudah kawin yaitu sekitar 744 orang (78,3%)..Suku dari pekerja yang diperiksa sebagian besar adalah Jawa sebanyak 559 orang (59,1%) selanjutnya diikuti oleh suku Betawi 178 orang (18,8%) dan suku Sunda 143 orang (15,1%).Aktifitas fisik selama bekerja kebanyakan mempunyai aktifitas fisik sedang yaitu sekitar 71,7% dengan pembagian klasifikasi melakukan pekerjaan dengan posisi berdiri selama lebih dari 6 jam per hari.Pekerja yang sudah patuh menggunakan APD (alat pelindung diri) saat bekerja sebanyak 68,1%.Tingkat pengetahuan memakai APD cukup tinggi yaitu 82,3% tetapi yang mengaku selalu memakai APD hanya 41,7%

b. Jenis kecelakaan/cedera kerja

Pekerja industri yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 29,9% dengan cedera sendi pinggul-tungkai atas (40,2%), kepala (24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Luka akibat kerja adalah luka terbuka (37,2%), lecet (29,6%) dan cedera mata (14,8%). Kecelakaan kerja sering terjadi pada jenis industri baja (11,2%) yaitu mata kemasukan benda (gram) (10%), industri spare part (8,2%) yaitu tertusuk (6,1%) dan industri garmen (3,7%) yaitu tertusuk (43,1%).

c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja industri

Pekerja laki laki dengan OR 3,25 (95% CI 2,29–4,62), aktifitas kerja sedang OR 2,08 (95% CI 1,48–2,92), status distres OR 1,36 (95% CI 1,03–1,80),

(30)

keluhan nyeri OR 1,50 (95%CI 1,13–1,98), dan pemakaian APD OR 1,50 (95% CI 1,13–1,98).

d. Faktor risiko fisik tempat kerja yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan.

Kebisingan OR 2,24 (95% CI 1,66 – 3,03), ruangan terlalu panas OR 2,19 (95%CI 1,63 – 2,93), ruang pengap OR 2,32 (95%CI 1,57–3,41), bau menyengat OR 2,01 (95%CI 1,42–2,85), ruang berdebu OR 1,87 (95%CI 1,41–2,48) dan ruang berasap OR2,40 (95%CI 1,77–3,25).

5. Pembahasan

Faktor risiko karakteristik pekerja industri yang mempunyai faktor risiko yang bermakna (p<0,05) adalah jenis kelamin dan aktifitas fisik pada saat bekerja. Pekerja laki-laki mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja 3,25 (CI 95%: 2,29 – 4,62) kali dibandingkan dengan pekerja perempuan. Sedangkan pekerja dengan aktifitas fisik katagori sedang selama bekerja berisiko 2,08 kali (95% CI: 1,48 – 2,92) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan pekerja dengan aktifitas ringan.

Pekerja industri yang mengalami distres mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja 1,36 kali (95% CI: 1,03 – 1,80) dibandingkan dengan pekerja yang sehat secara psikis. Sedangkan pekerja yang mempunyai keluhan sering nyeri juga berisiko 1,5 kali (95% CI: 1,13 – 1,98) mengalami celaka dibandingkan dengan yang tidak mempunyai keluhan nyeri.

Pekerja yang menggunakan APD berisiko 2,20 kali (95% CI: 1,59 – 3,05) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang tidak memakai APD. Kondisi tempat kerja berhubungan bermakna (p<0,05) dengan kejadian kecelakaan kerja. Ruang kerja yang berisiko celaka mempunyai potensi risiko 4,07 kali ( 95% CI: 2,95 – 5,63) dibandingkan dengan ruang tidak berisiko. Beberapa kondisi fisik ruang kerja yang mempunyai risiko tinggi kecelakaan kerja adalah berasap dengan risiko 2,4 (95%: 1,77 – 3,25), pengap 2,32 (95%: 1,57 – 3,41) dan bising 2,24 (95%: 1,66 – 3,03). Kondisi ruang kerja yang seperti itu dapat menyebabkan gangguan fisik atau psikis terhadap pekerja sehingga berisiko terjadi kecelakaan kerja.

6. Kesimpulan

Kejadian kecelakaan dan cedera akibat kecelakaan kerja masih sering terjadi maka perlu ditingkatkan kepatuhan pemakaian APD saat bekerja dan melengkapi

(31)

serta menyempurnakan APD agar nyaman dipakai. Upaya untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan akibat kerja dengan cara pengendalikan faktor risiko melalui model intervensi yang tepat dan sesuai masing-masing jenis industri.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode

Kromatofora ini memberikan warna sesungguhnya pada ikan yang terdapat pada lapisan dermis, yaitu diluar diantara sisik (Fuji dalam Gunawan 1983).. Hoedeman dalam Gunawan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

Prinsip dari sebuah filter aktif adalah membangkitkan arus atau tegangan yang sesuai dengan bentuk sinyal harmonisa pada sistem tetapi berbeda fase 180 o sehingga

Untuk sektor PBL, Kabupaten Lampung Selatan mengalami kekosongan alokasi anggaran pembangunan bidang cipta karya yang bersumber dari APBN pada tahun 2010 dan 2014.. Di

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Prediksi Harga Gula

%$t$ dan k$aliti yang sangat baik.. Sifat ingin ta$ yang terda#at didala% setia# %an$sia tela %e%beri #el$ang ke#ada Casio $nt$k %enjadi #ilian %an$sia se#erti #erkara yang

Selain itu, dapatan ini juga mengukuhkan lagi kajian yang telah dilakukan oleh DeKeyser (2001) dan Klapper (2003) yang menyatakan bahawa pendekatan konvensional yang