5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai evaluasi sistem pengendalian internal dan penerapan whistle blower pada PT Medco Downstream Indonesia, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yang merupakan hasil dari analisis yang telah dilaksanakan selama melakukan penelitian, yaitu:
1. Dengan adanya penerapan whistle blower di PT Medco Downstream Indonesia sejak bulan Mei 2010, jelas terlihat banyak sekali respon dan dukungan yang didapat, terutama dari pihak internal. Pihak perusahaan baik itu karyawan maupun atasan yang bekerja di PT Medco Downstream Indonesia, sangat mendukung adanya penerapan whistle blower ini dan sama sekali tidak merubah kinerja mereka. Dengan sesudah maupun sebelum penerapan whistle blower ini, PT Medco Downstream Indonesia selalu memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan tugasnya, serta tidak merasa terbebani dengan adanya penerapan sistem baru tersebut. Dengan adanya penerapan whistle blower tersebut, PT Medco Downstream Indonesia terlihat adanya peningkatan kinerja dari sebelumnya dan ini semua akan membuat PT Medco Downstream Indonesia semakin maju dan suskes.
2. Pada dasarnya, permasalahan yang disampaikan oleh seorang whistle blower adalah permasalahan yang berhubungan dengan pelanggaran. Jenis – jenis
pelanggaran yang dapat disampaikan atau dilaporkan oleh seorang whistle
blower yang telah dirangkum oleh PT Medco Energi Internasional TBK dan
diturunkan kepada seluruh anak perusahaannya termasuk PT Medco Downstream Indonesia adalah penipuan, korupsi, pelanggaran kebijakan, benturan kepentingan, penipuan laporan keuangan, penyuapan, pelanggaran aturan, serta perlakuan tidak etis lainnya seperti diskriminasi dan gangguan. 3. Penerapan sistem pengendalian internal serta penerapan whistle blower di PT
Medco Downstream Indonesia sudah sangat berkembang pesat. Untuk sistem pengendalian internalnya, PT Medco Downstream Indonesia memperlakukan banyak sekali pengendalian internal seperti control self assessment,
enterprise risk management, people development, segregation of duties, dan
sebagainya. Semua pengendalian internal ini dilaksanakan oleh PT Medco Downstream Indonesia sesuai peraturan yang ada, seperti dibuatnya kebijakan – kebijakan seperti kebijakan mutu dan keselamatan kerja. Ini menunjukan bahwa PT Medco Downstream Indonesia juga bertanggung jawab secara maksimal atas kegiatan pengendalian internal yang telah dilaksanakannya. Selain itu, PT Medco Downstream Indonesia juga mendapatkan berbagai penghargaan atas pengendalian internalnya, terutama didalam pengendalian lingkungan sekitarnya, seperti lain PROPER, Golden Flag SMK3, Zero Accident, serta ISRS7. Didalam penerapan whistle blower sejak bulan Mei 2010, banyak sekali tindakan – tindakan yang telah dilakukan oleh PT Medco Downstream Indonesia dalam rangka
mempromosikan penerapan whistle blower ini, seperti memberikan poster, kartu nama, melakukan seminar – seminar diberbagai tempat kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan, mengkampanyekan penerapan whistle
blower melalui media cetak maupun media masa, dan sebagainya. Semua
tindakan tersebut dilaksanakan agar penerapan whistle blower di PT Medco Downstream Indonesia menjadi sukses dan dalam berjalan lancar.
4. Adapun kendala – kendala yang sangat dirasakan dalam penerapan sistem pengendalian internal serta penerapan whistle blower di PT Medco D o w n s t r e a m I n d o n e s i a . K e n d a l a y a n g d i r a s a k a n p a d a s a a t mengimplementasikan sistem pengendalian internal di perusahaan adalah kesadaran yang kurang dari pihak karyawan atau pegawai dalam menemukan temuan atau kekurangan perusahaan. Beberapa hanya menganggap hal ini bukanlah hal serius dan tidak perlu diawasi secara maksimal. Pelaksanaan pengendalian internal, harus berasal dari kesadaran setiap karyawan akan resiko – resiko yang ada didalam sebuah aktivitas. Karena kesuksesan perusahaan terletak didalam karyawannya itu sendiri, dengan adanya rasa kesadaran yang mendalam dalam pengendalian internal perusahaan, maka resiko – resiko tersebut tidak akan terjadi, dan kalaupun memang terjadi, seluruh resiko tersebut sudah dapat dikendalikan dan ditemukan solusinya. Sedangkan kendala yang dirasakan sejak penerapan whistle blower pertama kali oleh PT Medco Downstream Indonesia adalah lingkungan sekitar, kemauan dan keberanian untuk melakukan whistle blowing, waktu yang lebih
lama dalam melaksanakan sosialisasi terhadap pihak luar, pola pikir serta kebudayaan masyarakat, serta sejumlah biaya yang besar. Semua kendala ini telah dirasakan oleh PT Medco Downstream Indonesia dalam menerapkan sistem whistle blower ini. Semua kendala baik itu dalam pengendalian internal perusahaan maupun didalam penerapan whistle blower, tentu saja harus diterima secara positif dan dijadikan sebagai motivator agar pelaksanaan kedepannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
5. Seseorang yang telah melakukan tindakan whistle blowing tidak diberikan
reward atau hadiah. Kecuali didalam kondisi tertentu dimana whistle blower
tersebut melaporkan pelanggaran yang bersifat sangat material yang dapat merubah struktur organisasi dan menimbulkan perubahan yang besar didalam pengeluaran biaya perusahaan. Tetapi sebenarnya reward yang akan didapatkan oleh whistle blower tersebut adalah adanya perasaan senang dan lega atas pelanggaran yang telah dilaporkannya itu diterima oleh perusahaan dan ditindaklanjuti sampai tuntas. Karena dengan begitu, sang whistle blower akan merasa aman dan menjadi lebih baik dalam melakukan pekerjaannya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan di atas, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran baik untuk pihak PT Medco Downstream Indonesia, maupun bagi pihak - pihak yang sekiranya akan melanjutkan penelitian dengan topik
yang sama di masa yang akan datang. Adapun saran yang akan diberikan kepada pihak PT Medco Downstream Indonesia adalah:
1. Lebih mempekenalkan penerapan whistle blower kepada pihak eksternal secara lebih, salah satunya kepada mahasiswa ataupun siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), seperti dengan memberikan pengetahuan dalam bentuk seminar dan kuliah umum.
2. Mempertahankan atau meningkatkan kinerja perusahaan agar tetap terhindar dari pelaporan seorang whistle blower mengenai PT Medco Downstream Indonesia.
3. Mempertahankan sistem pengendalian internal yang telah dijalankan oleh PT Medco Downstream Indonesia dimana menurut penulis sudah sangat bagus pelaksanaannya.
Selain saran yang telah diberikan kepada pihak PT Medco Downstream Indonesia, adapun saran yang akan diberikan kepada peneliti selanjutnya:
1. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan lainnya yang menerapkan sistem whistle blower secara independen serta evaluasi atas sistem pengendalian internalnya.
2. Menggunakan lebih dari satu perusahaan agar dapat melakukan perbandingan pada perusahaan – perusahaan yang diteliti mengenai penerapan whistle
3. Apabila peneliti selanjutnya hendak melakukan penelitian pada perusahaan yang sama dengan penelitian ini, hendaknya melakukan penelitian dengan topik yang berbeda.
Arens, Alvin A ; Elder, Randal J. and Beasley, Mark S. 2006. Auditing and Assurance
Service an Integrated Approac. 11 edition. New Jersey: Pearson Education
Inc Upper Saddle River.
Boyton, William C, Raymond, Johnson. (2006a). Modern Auditing: Assurance
service and The Integrity of Financial Reporting. USA: Jhon Wiley & Sons,
Inc.
Boyton, William C, Walter G. Kell. (1996b). Modern Auditing. 6 edition. John Wiley & Sons, Inc. P. 839-840.
Carroll, A. B. (1996). Business and Society. 3rd ed. Cincinnati. South-Western College Publishing.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treaway Commission (COSO). 1992.
Internal Control – Integrated Framework. Jersey. City COSO.
Early, P. (1984). “Top pentagon auditors win merit board fight.” Washington Post. 26 Juli, hal.A-19.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2003. Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta : Salemba Empat.
Indirawati, Angela, Simatupang. (2008a). Menggagas Sistem Whistle Blower di Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Governance.
Indirawati, Angela, Simatupang. (2009b). Mendisain Mekanisme Whistle Blower yang Sesuai Untuk Organisasi Anda. Komite Nasional Kebijakan
Governance.
Konsornium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta.
Krismiadji. 2002. Sistem Informasi Akutansi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Meisser, William F, Jr, Glover, Prawitt. 2006. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Sistematis, Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi, Puradireja, Kanaka. (2002a). Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. (1998b). Auditing. Penerbit Salemba Empat, Cetakan Pertama, Jakarta. Northcote, P. H. (1993). Ethics and the Certified Practicing Accountant. Australian
Society of Certified Practicing Accountants.
Ponemon, L. A. (1994). “Whistleblowing as an internal control mechanism: Individual and organi-zational considerations”. Auditing: A Journal of Theory
and Practice. Vol. 13, No. 2. hal. 118-130.
Roechyat Kosasih. 1981. Auditing. Prinsip dan Prosedur disarikan dari karangan
Arthur W. Holmes dan Wayne S. Overmyer. Penerbit Ananda, Yogyakarta.
Sawyer, Lawrence B, Mortimer. 2003. Internal Auditing. Florida: The IIA.
Tugiman, Hiro. 2004. Tantangan dan Prospek Profesi Internal Auditor di Indonesia. Jakarta: YPIA dan DS-QIA.
Wahyu. 2007. Perlindungan Terhadap Whistle Blower. (www document) http:// terbangkelangit.multiply.com/journal/item/201/201 (diakses 16 November 2010)
Yayaup. 2010. Whistle Blowing. (www document) http://yayaup.wordpress.com/ 2010/10/20/whistle-blowing/ (diakses 16 November 2010)