• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Kapasitas dan Konsep Organisasi Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Kapasitas dan Konsep Organisasi Publik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

JPP Fisipol UGM

Kuliah Penguatan Organisasi Publik

(Pertemuan ke-2):

Perkembangan Kapasitas dan

Konsep Organisasi Publik

BAMBANG PURWOKO DAN AMIRUDIN

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN, FISIPOL UGM

(2)

JPP Fisipol UGM

Perkembangan Penguatan dan pengembangan Kapasitas

PENDEKATAN:

Development Aid

PRAKTEK: Institutional Buiding

(fokus desain dan fungsi organisasi ndividu)

ASUMSI:

Membangun negara itu perlu uang HASIL: • Fokusnya lebih ke inventasi dan pelaporan drpd hasil • Penumpukan Hutang • Ketergantungan dana asing

• Projek berakhir ketika uang habis

PENDEKATAN:

Capacity Development

PRAKTEK:

Menilai kembali gagasan kerjasama teknis, pentingnya kepemilikan dan proses ASUMSI: Negara-negara berkembang harus memiliki, desain, langsung, menerapkan dan mempertahankan proses itu sendiri

HASIL:

• Membangun sumber daya lokal (orang, keterampilan, teknologi, lembaga)

• Perub ke suasana keberlanjutan

• Transformasi kebijkan dan reformasi kelembagaan

PENDEKATAN:

Ternical Assistance

ASUMSI:

Negara Berkembang hanya menjadi model dan harus berpartner dgn negara maju

HASIL:

• Ketergantungan tenaga asing

• Keahlian tidak selalu ditransfer dari orang asing untuk penduduk setempat

• Model eksternal didorong sering mengabaikan realitas lokal • Ide 'bantuan' menyoroti hubungan yang tidak setara antara

negara maju dan berkembang

• Didorong oleh kekuatan-kekuatan luar, kesempatan yang hilang to develop institusi lokal dan memperkuat kapasitas lokal mahal

1950-an 1960-an 1970-an 1980-an 1990-an

http://www.lencd.org/ PRAKTEK: Inst strengthening/dev (fokus masih pd individu) PRAKTEK: Dev management/ adm (deliveri system ke publik/kel) PRAKTEK: HRD (pendidikan & kesehatan) CB CD

2

(3)

JPP Fisipol UGM

Pengantar

Pertanyaan Kunci:

Pengertian / definisi

Penguatan Kapasitasorganisasi publik

Bagaimana penguatan kapasitas dilakukan (dengan berbagai variasi

model)?

Apa tujuan / target penguatan kapasitas?

Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam Penguatan Kapasitas?

(4)

JPP Fisipol UGM

Organisasi sektor publik?

(5)

JPP Fisipol UGM

BADAN PUBLIK (UU NO 14 TAHUN 2008

TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK)

Badan Publik

Organisasi pemerintah:

lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas

pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara

Organisasi non pemerintah: organisasi baik berbadan hukum maupun tidak

berbadan hukum yang

meliputi perkumpulan, LSM, badan usaha

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari

APBN/APBD

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau

luar negeri

(6)

JPP Fisipol UGM

Kelompok Organisasi Sektor Publik

Lembaga Eksekutif:

1. Kementerian Negara

2. Lembaga Pemerintah Non Kementerian 3. Kepolisian 4. Kejaksaan 5. TNI 6. Pemda 7. Pemdes Lembaga Legislatif: 1. MPR 2. DPR 3. DPD 4. DPRD Lembaga Yudikatif: 1. Mahkamah Agung 2. Mahkamah Konstitusi

badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD

1. Komisi

2. Dewan (Misal pers, pendidikan dll)

3. Komite (Misal KNKT) 4. Badan (Misal Bawaslu) 5. Lembaga (Misal LSF)

6. Lembaga Pendidikan Negeri 7. BHMN

8. Bentuk lain (PPATK, Ombusman)

Ornop:

1. Berdasarkan Keagamaan (NU, Muhamadiyah, persekutuan gereja, Walubi, parisada) 2. Yayasan (LBHI, RCTI Peduli,

Dompet Duafa, Walhi) 3. Perkumpulan/forum) Parpol/BUMN/BUMD Serta berbagai organisasi dalam masyarakat lainnya sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri

6

(7)

JPP Fisipol UGM

Sejarah Konsep PK/ Capacity Building

Pada tahun 1960an, konsep ini mulai digunakan

oleh para pakar pembangunan terutama untuk

mendesain kebijakan bantuan (donor) untuk

negara-negara berkembang. Pada awalnya

konsep yang digunakan adalah

“technical

assistance”

.

Selanjutnya, pada kurun waktu 1980 – 1990, istilah

“capacity

-

building”

mulai banyak digunakan

dalam

tema-tema

pembangunan

sebagai

tujuan utama. (Lopes and Theisen, 2003)

(8)

JPP Fisipol UGM

Capacity ?

• Kapasitas merupakan suatu kemampuan individu atau organisasi

dalam menjalankan fungsi dan mencapai tujuannya.

“Refer to the abilities of individuals or organisations to perform functions (melakukan fungsi) and to achieve stated objectives (mencapai tujuan yang telah ditetapkan).”

“Capacity is the ability of a human system to perform, sustain itself and self renew”. (Ubels, et.al 2010: 3)

• Sedangkan UNDP mendefinisikan kapasitas sebagai suatu

kemampuan menjalankan fungsi memecahkan persoalan dan mencapai tujuan.

“the ability to perform functions, solve problems, and set and achieve objectives (menetapkan dan mencapai tujuan)”. (UNDP)

GTZ- SfDMSupport for Decentralization Measures

Guidelines on Capacity Building in the Regions, (2005), hal 11-15

Pengertian Penguatan Kapasitas

(9)

JPP Fisipol UGM

Cont

Capacity Building?

• Maka, penguatan kapasitas kemudian diartikan sebagai suatu

proses meningkatkan kemampuan individu, organisasi, dan sistem dalam mencapai tujuannya.

Capacity building is a process that increases the ability of persons, organisations or systems to meet its stated purposes and objectives

(memenuhi tujuan) (Brown et.al. 2001).

In general terms, capacity building is a process or activity that improves the ability of a person or entity to “carry out stated objectives (melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan).” (Brown, et.al, 2001:4)

Capacity building can be seen as a process to induce, or set in motion (untuk mendorong atau menetapkan gerak), multi-level change in individuals, groups, organisations and systems seeking to strengthen (berusaha untuk memperkuat) the self-adaptive capabilities of people and organisations so that they can respond to a changing environment on an on-going basis (Morrison 2001).

9

(10)

JPP Fisipol UGM

Cont

 Sedangkan referensi lain mendefinisikan penguatan kapasitas

sebagai “capacity development” yang berarti : suatu kemampuan organisasi dalam menjalankan fungsi dan strategi. Definisi ini memperlihatkan bahwa penguatan kapasitas merupakan suatu proses yang umum dan mencakup banyak hal.

“An organization with capacity has the ability to function as a resilient

(tangguh), strategic and autonomous entity (Kaplan, 1999, p20)”.

“Capacity represents the potential for using resources effectively and

maintaining gains in performance with gradually reduced levels of external support” (LaFond and Brown, 2003, p7).

“Capacity is the ability of people, organizations and society as a

whole to manage their affairs successfully” (OECD, 2006, p12).

“Capacity is that emergent contribution of attributes that enables

(atribut yang memungkinkan) a human system to create development value” (Morgan, 2006, p8). (Ubels, et.al 2010: 3)

10

(11)

JPP Fisipol UGM

Siapa yang melakukan PK?

 Penguatan kapasitas bisa dilakukan oleh banyak pihak termasuk:

Konsultan,TrainerPenasihatManajer

Anggota Tim

Agen perubahan, dan

Professional di pemerintahan maupun organisasi swastaDan berbagai pihak yang lain

“Capacity development’ is supported and done by consultants, trainers and advisers, who function as ‘external actors’ to their clients. But it is also done, and even more widely, by managers, project team members, change agents, front-line workers and professionals within government, civil movements and private sector organizations.” (Ubels, et.al 2010: 1)

11

(12)

JPP Fisipol UGM

Arah Penguatan Kapasitas

Definisi di atas mengerucutkan arah proses dari

penguatan kapasitas pada tiga tujuan, yaitu:

Perform (melakukan)

Sustain (mempertahankan)

Self-Renew (memperbaharui diri)

This working definition makes clear that capacity is not a

static state or quality. It is about creating some form of added value for the members and the outside world (perform), it is about staying alive (tetap hidup) and active (sustain), it is about adjusting and developing over time (self-renew) on the basis of external pressures and internal drivers. (Ubels, et.al 2010: 4)

(13)

JPP Fisipol UGM

• Upaya penguatan kapasitas harus meliputi tiga level, yaitu

individu, organisasi, dan sistem.

“Capacity building has to include different levels, like the individual level, the institutional (organisational) level, and the systems level)”. (UNDP 1998)

Cont

PK Pada Level Individu

1

PK Pada Level Sistem

3

PK Pada Level Organisasi

2

(14)

JPP Fisipol UGM

Cont:

GTZ- SfDMSupport for Decentralization Measures

Guidelines on Capacity Building in the Regions, (2005), hal 11-15

Individu

Lembaga

Sistem

Pengetahuan, Keterampilan, Kompetensi, Etika Sumber Daya, Ketatalaksanaan, Struktur organisasi, Sistem Pengambilan keputusan Peraturan-perundangan, kebijakan pendukung Kapasitas Organisasi Publik

14

(15)

JPP Fisipol UGM

Level Penguatan Kapasitas

The systems (or institutional) level, like e.g. the regulatory framework, policies and frame conditions that support or hamper the achievement

of certain policy objectives.

the organizational (or entity) level--the structure of organisations, the decision-making processes within organisations, procedures

and working mechanisms, management instruments, the relationships and networks between organisations.

the individual level--individual skills and qualifications, knowledge, attitudes, work ethics and motivations of the people working

in organisations.

GTZ- SfDM Support for Decentralization Measures

Guidelines on Capacity Building in the Regions, (2005), hal 11-15

(16)

JPP Fisipol UGM

PK Level Individu

o

PK

pada

level

individu

meliputi

peningkatan

pengetahuan, skill, kompetensi, etika kerja.

the

individual

level--individual

skills

and

qualifications, knowledge, attitudes, work ethics

and motivations of the people working

in

organisations.

GTZ- SfDM Support for Decentralization Measures

Guidelines on Capacity Building in the Regions, (2005), hal 11-15

(17)

JPP Fisipol UGM

PK Pada Level Organisasi/Institusi

PK pada level organisasi meliputi peningkatan/ perbaikan pada struktur kelembagaan, proses pembuatan keputusan, prosedur dan mekanisme kerja dan relasi antar lembaga.

“Institutional capacity involves laws, procedures, systems and customs. As a symptom (sebagai gejala) of the importance of these institutional factors, some of the country papers allude (menyinggung) to the problems of corruption and the misuse of power and resources, which impede (menghambat) capacity development. Two other indispensable facets suggested (aspek yang sangat diperlukan yang disarankan) by the book are policies and leadership.” (Brown, 2002: 2)

“Organizational performance include, inter alia, strategic planning, financial management, information management, logistics systems (for contraceptives or medicines), communication networks, or human resource development and management”.

(18)

JPP Fisipol UGM

PK Pada Level Sistem

Pada level sistem, PK berkaitan dengan

perbaikan kerangka regulasi untuk mencapai

tujuan

encompasses the facilitatory processes which lie at the heart of human development: the opening and widening of opportunities that enable people to use and expand their capacities to the fullest”. (Brown, 2002: 2)

meliputi proses fasilitasi yang terletak di jantung pembangunan manusia: pembukaan dan pelebaran peluang yang memungkinkan orang untuk menggunakan dan memperluas kapasitas mereka sepenuhnya

(19)

JPP Fisipol UGM

(Milen 2001):

Proses

Penguatan Kapasitas terdiri

dari beberapa tahapan

meliputi:

asesment,

formulasi strategi,

implementasi, monitoring dan

evaluasi

Proses Penguatan

Kapasitas

(20)

JPP Fisipol UGM

Proses Penguatan Kapasitas

Analyse their environment

1

Identify problems, needs, issues and

opportunities

2

Formulate strategies to deal with these problems (mengatasi masalah), issues and needs, and seize the relevant

opportunities (kemampuan memanfaatkan peluang).

3

Design a plan of action

4

5

Assemble and use effectively and on a sustainable

basis resources to implement, monitor and

evaluate the plan of actions, and

Use feedback to learn lessons.

(ACBF 2001)

56

GTZ- SfDMSupport for Decentralization Measures

(21)

JPP Fisipol UGM

Sifat Penguatan Kapasitas

Capacity building is a process, not an

output

Capacity building is not a “project” but a

process

Capacity building is nothing new

GTZ- SfDM Support for Decentralization Measures

Guidelines on Capacity Building in the Regions, (2005), hal 11-15

(22)

JPP Fisipol UGM

Daftar Referensi

 GTZ- SfDM Report, Support for Decentralization Measures (2005)

Guidelines on Capacity Building in the Regions, hal 11-15

 Stephen Browne (2002) Developing Capacity through Technical

Cooperation Country Experiences. New York: UNDP Report, Chapter I, Page 2.

 Carlos Lopes and Thomas Theisohn (2003) Ownership, Leadership

and Transformation Can We Do Better for Capacity Development?. New York, UNDP Report.

 Lisanne Brown, Anne LaFond, Kate Macintyre (2001) Measuring

Capacity Building. University of Carolina: Measure Evaluation

 Jean Ubels, et.al (2010) Capacity Development In Practice. New

York: Earthscan

(23)

JPP Fisipol UGM

WWW.THEMEGALLERY.COM

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Volume Bangun Ruang (Kubus dan Balok) Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Learning dan Jigsaw Di

Pada saat Klarifikasi atau pembuktian Kualifikasi harus dihadirkan oleh Pimpinan Perusahaan/ wakil sah yang ada dalam akte pendirian dan perubahan yang disertai

Hasilnya adalah sebuah sistem informasi pemesanan rumah kost di kota Pekalongan berbasis website yang dapat memberikan gambaran rumah kost kepada pencari kost dan dapat

Banyaknya jenis material yang dapat diterapkan baik pada elemen pembentuk ruang yaitu dinding, lantai,dan langit-langit dan perabotan, juga banyaknya café yang terdapat di

Dari hasil interpretasi rekaman seismik dasar laut diketahui terdapat lapisan dasar laut berupa parallel yang mencirikan lapisan batuan sedimen permukaan yang

Kedua , TNI dan Polri tidak diperkenankan untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu pasca reformasi dilatarbelakangi oleh kebijakan dwifungsi ABRI di masa Orde Baru yang

Namun demikian, beberapa saran perlu diberikan agar kesesuaian antara standar dan praktik pada BPRS Bangka Belitung dapat ditingkatkan lagi dan menjadi acuan dalam

Penulisan Ilmiah ini, membuat situs Jajak Pendapat Perangkat Keras tentang Kartu VGA dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (Personal Home Page) dan HTML (Hypertext Markup